Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rapotivi sebagai Wadah Diskursus Masyarakat dalam Pemahaman Melek Media
LAMPIRAN
Lampiran I
Hasil Wawancara Staff Rapotivi
58
Lampiran II
Hasil Wawancara Pengguna I
61
Lampiran III
Hasil Wawancara Pengguna II
63
Lampiran IV
Hasil Wawancara Pengguna III
64
1. Transkrip wawancara dengan Staff Rapotivi
Wawancara dilakukan secara online dengan Septi Diah Prameswari yang
merupakan koordinator utama Rapotivi. Ia bertanggung jawab atas semua
kegiatan yang dilakukan oleh Rapotivi. Berikut wawancara yang penulis lakukan
dengannya :
Penulis: “ Halo kak Septi, perkenalkan aku Yisca kak, aku lagi ada penelitian nih
tentang Rapotivi, boleh minta bantuannya kak ? aku mahasiswi UKSW
salatiga.”
Septi: “Halo Yisca, boleh sekali, dengan senang hati.. oww salatiga ya ?
Kebetulan kita pertengahan tahun mau ke Semarang. “
Penulis: “oya kak? Dalam rangka apa?”
Septi: “kita biasa adakan seminar ke kampus – kampus”
Penulis: “wah boleh dong kak kapan – kapan main ke UKSW. Gini kak, yisca
mau tanya tanya tentang rapotivi nih. Sebenarnya Rapotivi itu awal
munculnya gimana sih?”
Septi : “ooo bisa bisa. Nanti kita jadwalkan. Rapotivi kan aplikasi untuk publik
bisa mengadukan tayangan tv yg merugikan, tak sehat, tak bermanfaat
untuk publik secara luas. Semangat awalnya karena kami melihat bahwa
industri tv abai terhadap kepentingan publik secara umum. Di sisi lain,
publik pun tak menyadari bahwa hak nya sebagai warga negara yg di
mana seharusnya tv melakukan fungsinya sbg jembatan informasi untu
publik ternyata tidak berjalan ideal.”
Penulis: “apasih kak yg sebenarnya jd bahan yang dikampanyekan rapotivi?”
Septi: “Pada intinya, kami melihat ada hak publik yg terampas, industri tv
semakin jauh dari tanggung jawabnya dan satu lagi regulator pun tidak
melindungi kepentingan publik secara penuh. Itu yg jd latar belakang
rapotivi dan jd bahan kampanye kami.”
Penulis: “hmm kalau begitu kira –kira goal yg ingin dicapai rapotivi seperti apa?
Harapan dengan adanya media ini?”
58
Septi: “Harapannya tentu hadirnya tayangan televisi yg sehat dan bermanfaat serta
mengedepankan kepentingan publik. Hal ini bisa terwujud jika publik
sadar dan menuntut haknya, serta regulator menjalankan wewenangnya
secara maksimal.”
Penulis: “selama ini kalau boleh tau kak, gimana sih proses yang ada di Rapotivi?
“
Septi: “Kami punya 1 tim. Tim verifikator, tugasnya verifikasi aduan yg masuk.
Verifikasi ada 2 tahap. Pertama, berifikator akan liat dulu data yg
diadukan lengkap tidak? Ada judul tayangan, jam tayang, isu yg
diadukan, stasiun tv. Ini yg paling penting. Nah kedua, baru verifikasi
konten. Kami merekam 11 stasiun tv (yg ke depan akan jd 15 stasiun)
selama 24 jam. Setiap tayangan yg diadukan, kami cek apakah bener ada
potensi pelanggaran seperti yg diadukan atau tidak. Kalo benar ada, kami
terima aduannya dan diteruskan ke KPI”
Penulis: “lalu indikator pelanggarannya apa kak?”
Septi: “Nah untuk indikator sendiri, kami menggunakan Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (p3sps) yg dikeluarkan oleh KPI.
Pedoman ini juga dipakai KPI untuk memberikan sanksi ke lembaga
penyiaran selama ini. Selain itu kami juga menggunakan peraturan atau
UU lain yg relevan. Misal, soal kampanye pemilu di tv. Ini tidak diatur
dalam P3SPS. Tapi kami melihat ada potensi pelanggaran krna Peaturan
KOmisi Pemilihan Umum tahn 2015 mengatur soal ini. Jd tetep km
verifikasi dan kami teuskan ke KpI. Terkait apakah tayangan itu
melanggar atau tidak pd akhirnya KPI lah sebagai regulator, yg
menentukan.”
Penulis: “kalau begitu selama ini, hasil itu semua hanya masuk atau di berikan
sepenuhnya pada KPI saja ya kak?”
Septi: “Yup. Karena lembaga negara yg bertanggung jawab atas isi siaran adalah
KPI. Selama ini kami teruskan aduan yg masuk melalui rapotivi ke kpi
dg 2 cara. Via email, yg ini secara itomatis akan terkirim saat aduan
59
verified. Dan kedua, sebulan sekali kami kirimkan kompilasi aduan via
pos.”
Penulis: “kenapa hanya lewat email dan pos kak? Apa rapotivi tidak ada
kerjasama dengan KPI?”
Septi: “Awalnya kami berharap setiap bulan bisa audiensi langsung dg KPi untuk
membahas aduan yg masuk ke rapotivi dan tindak lanjutnya dari kpi.
Tapi ternyata kpi kurang membuka pintunya lebar2 untuk kami.
Sehingga audiensi sulit dilakukan. Sejauh ini, yg kami upayakan untuk
tindak lanjut aduan rapotivi adalah memantau surat keputusan kpi tentang
sanksi tayangan melalui web kpi.”
Penulis: “kalau sejauh ini kak, dari semua yang pernah Rapotivi kirim ke KPI,
banyak yang di tindak lanjutikah?”
Septi: ”Dari data kami, kurang lebih 20% dari aduan yg diteruskan kpi mendapat
tindak lanjut”
Penulis: “kalau respon pengguna sendiri gimana kak?”
Septi: “Sejak diluncurkan 21 feb 2015, respon publik kami nilai positif. Dalam
artian, pengguna dan pengunduh apps di atas ekspektasi kami. Begitu
juga yg mengadukan tayangan via Rapotivi. Kesimpulan kami terkait hal
ini bhwa selama ini publik sadar kalau tayangan tv tidak sehat dan
mengabaikan hak publik tp publik tidak tahu hrs mengadukan ke mana
dan lewat apa. Kami ada tim relawan yg merupakan pengguna Rapotivi
dan krna kami juga ada Gamifikasi, jd beberapa pengguna Rapotivi yg
aktif kami selalu kontak2.”
60
2. Transkrip wawancara dengan Pengguna I
Pengguna I yang penulis berhasil wawancarai adalah Dian Sukma Anindhita lakilaki berusia 20 tahun yang tinggal di Kudus. Berikut hasil wawancara yang
penulis lakukan dengannya :
61
62
3. Hasil wawancara dengan Pengguna II
Pengguna II bernama Christalia Rizky Agatha. Berikut wawancara penulis
dengannya:
63
3. Hasil wawancara dengan Pengguna III
Pengguna III bernama Nofita Kurnia Dewi. Berikut wawancara penulis
dengannya:
64
Lampiran I
Hasil Wawancara Staff Rapotivi
58
Lampiran II
Hasil Wawancara Pengguna I
61
Lampiran III
Hasil Wawancara Pengguna II
63
Lampiran IV
Hasil Wawancara Pengguna III
64
1. Transkrip wawancara dengan Staff Rapotivi
Wawancara dilakukan secara online dengan Septi Diah Prameswari yang
merupakan koordinator utama Rapotivi. Ia bertanggung jawab atas semua
kegiatan yang dilakukan oleh Rapotivi. Berikut wawancara yang penulis lakukan
dengannya :
Penulis: “ Halo kak Septi, perkenalkan aku Yisca kak, aku lagi ada penelitian nih
tentang Rapotivi, boleh minta bantuannya kak ? aku mahasiswi UKSW
salatiga.”
Septi: “Halo Yisca, boleh sekali, dengan senang hati.. oww salatiga ya ?
Kebetulan kita pertengahan tahun mau ke Semarang. “
Penulis: “oya kak? Dalam rangka apa?”
Septi: “kita biasa adakan seminar ke kampus – kampus”
Penulis: “wah boleh dong kak kapan – kapan main ke UKSW. Gini kak, yisca
mau tanya tanya tentang rapotivi nih. Sebenarnya Rapotivi itu awal
munculnya gimana sih?”
Septi : “ooo bisa bisa. Nanti kita jadwalkan. Rapotivi kan aplikasi untuk publik
bisa mengadukan tayangan tv yg merugikan, tak sehat, tak bermanfaat
untuk publik secara luas. Semangat awalnya karena kami melihat bahwa
industri tv abai terhadap kepentingan publik secara umum. Di sisi lain,
publik pun tak menyadari bahwa hak nya sebagai warga negara yg di
mana seharusnya tv melakukan fungsinya sbg jembatan informasi untu
publik ternyata tidak berjalan ideal.”
Penulis: “apasih kak yg sebenarnya jd bahan yang dikampanyekan rapotivi?”
Septi: “Pada intinya, kami melihat ada hak publik yg terampas, industri tv
semakin jauh dari tanggung jawabnya dan satu lagi regulator pun tidak
melindungi kepentingan publik secara penuh. Itu yg jd latar belakang
rapotivi dan jd bahan kampanye kami.”
Penulis: “hmm kalau begitu kira –kira goal yg ingin dicapai rapotivi seperti apa?
Harapan dengan adanya media ini?”
58
Septi: “Harapannya tentu hadirnya tayangan televisi yg sehat dan bermanfaat serta
mengedepankan kepentingan publik. Hal ini bisa terwujud jika publik
sadar dan menuntut haknya, serta regulator menjalankan wewenangnya
secara maksimal.”
Penulis: “selama ini kalau boleh tau kak, gimana sih proses yang ada di Rapotivi?
“
Septi: “Kami punya 1 tim. Tim verifikator, tugasnya verifikasi aduan yg masuk.
Verifikasi ada 2 tahap. Pertama, berifikator akan liat dulu data yg
diadukan lengkap tidak? Ada judul tayangan, jam tayang, isu yg
diadukan, stasiun tv. Ini yg paling penting. Nah kedua, baru verifikasi
konten. Kami merekam 11 stasiun tv (yg ke depan akan jd 15 stasiun)
selama 24 jam. Setiap tayangan yg diadukan, kami cek apakah bener ada
potensi pelanggaran seperti yg diadukan atau tidak. Kalo benar ada, kami
terima aduannya dan diteruskan ke KPI”
Penulis: “lalu indikator pelanggarannya apa kak?”
Septi: “Nah untuk indikator sendiri, kami menggunakan Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (p3sps) yg dikeluarkan oleh KPI.
Pedoman ini juga dipakai KPI untuk memberikan sanksi ke lembaga
penyiaran selama ini. Selain itu kami juga menggunakan peraturan atau
UU lain yg relevan. Misal, soal kampanye pemilu di tv. Ini tidak diatur
dalam P3SPS. Tapi kami melihat ada potensi pelanggaran krna Peaturan
KOmisi Pemilihan Umum tahn 2015 mengatur soal ini. Jd tetep km
verifikasi dan kami teuskan ke KpI. Terkait apakah tayangan itu
melanggar atau tidak pd akhirnya KPI lah sebagai regulator, yg
menentukan.”
Penulis: “kalau begitu selama ini, hasil itu semua hanya masuk atau di berikan
sepenuhnya pada KPI saja ya kak?”
Septi: “Yup. Karena lembaga negara yg bertanggung jawab atas isi siaran adalah
KPI. Selama ini kami teruskan aduan yg masuk melalui rapotivi ke kpi
dg 2 cara. Via email, yg ini secara itomatis akan terkirim saat aduan
59
verified. Dan kedua, sebulan sekali kami kirimkan kompilasi aduan via
pos.”
Penulis: “kenapa hanya lewat email dan pos kak? Apa rapotivi tidak ada
kerjasama dengan KPI?”
Septi: “Awalnya kami berharap setiap bulan bisa audiensi langsung dg KPi untuk
membahas aduan yg masuk ke rapotivi dan tindak lanjutnya dari kpi.
Tapi ternyata kpi kurang membuka pintunya lebar2 untuk kami.
Sehingga audiensi sulit dilakukan. Sejauh ini, yg kami upayakan untuk
tindak lanjut aduan rapotivi adalah memantau surat keputusan kpi tentang
sanksi tayangan melalui web kpi.”
Penulis: “kalau sejauh ini kak, dari semua yang pernah Rapotivi kirim ke KPI,
banyak yang di tindak lanjutikah?”
Septi: ”Dari data kami, kurang lebih 20% dari aduan yg diteruskan kpi mendapat
tindak lanjut”
Penulis: “kalau respon pengguna sendiri gimana kak?”
Septi: “Sejak diluncurkan 21 feb 2015, respon publik kami nilai positif. Dalam
artian, pengguna dan pengunduh apps di atas ekspektasi kami. Begitu
juga yg mengadukan tayangan via Rapotivi. Kesimpulan kami terkait hal
ini bhwa selama ini publik sadar kalau tayangan tv tidak sehat dan
mengabaikan hak publik tp publik tidak tahu hrs mengadukan ke mana
dan lewat apa. Kami ada tim relawan yg merupakan pengguna Rapotivi
dan krna kami juga ada Gamifikasi, jd beberapa pengguna Rapotivi yg
aktif kami selalu kontak2.”
60
2. Transkrip wawancara dengan Pengguna I
Pengguna I yang penulis berhasil wawancarai adalah Dian Sukma Anindhita lakilaki berusia 20 tahun yang tinggal di Kudus. Berikut hasil wawancara yang
penulis lakukan dengannya :
61
62
3. Hasil wawancara dengan Pengguna II
Pengguna II bernama Christalia Rizky Agatha. Berikut wawancara penulis
dengannya:
63
3. Hasil wawancara dengan Pengguna III
Pengguna III bernama Nofita Kurnia Dewi. Berikut wawancara penulis
dengannya:
64