ERCIBAL Pada Masyarakat Karo (Suatu Kajian Antropologi Mengenai Konsep Ercibal Bagi Masyarakat Karo Di Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo).

(1)

‘ ERCIBAL ’ PADA MASYARAKAT KARO

( Suatu Kajian Antropologi Mengenai Konsep Ercibal Bagi

Masyarakat Karo Di Desa Doulu Kecamatan Berastagi

Kabupaten Karo)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

Oleh :

Theodora Febriany Br. Ginting

040905039

Departemen Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Theodora Febriany Br. Ginting Nim : 040905039

Dept. : Antropologi Sosial

Judul : ‘ ERCIBAL ’ PADA MASYARAKAT KARO

(Suatu Kajian Antropologi Mengenai Konsep Ercibal Bagi Masyarakat Karo Di Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo)

Medan, Maret 2010

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dra. Sri Alem Sembiring, Msi) (Drs. Zulkifli Lubis MA) Nip. 196908231994032001 Nip.196401231990031001

An. Dekan Pembantu Dekan I

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

( Drs. Humaizi, MA) Nip. 195908091986011002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan anugrah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul skripsi ini adalah ‘ ERCIBAL ’ PADA MASYARAKAT KARO (Suatu Kajian Antropologi Mengenai Konsep Ercibal Bagi Masyarakat Karo Di Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo).

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta, Bapak Pdt. JPA Ginting STh dan Mamak Agustina Br. Sembiring yang telah membesarkan, mendidik dan memberi dukungan kepada penulis serta mendoakan dengan penuh kasih sayang ( bujur ya Pak, Maki bas keleng atendu duana man

bangku, aku pe kelengkel ateku kena duana) dan juga kepada adik-adikku

tersayang Kristha Immanuel Surantha Ginting dan Triana Alveranita Br. Ginting yang selama ini telah memberikan doa dan memberi semangat kepada penulis untuk berjuang. Penulis juga ingin menyampaikan rasa berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution MA, yang telah memberikan fasilitas akademik selama penulis menjalani masa perkuliahan di FISIP USU.


(4)

2. Ketua Departemen Antropologi FISIP USU, Bapak Drs. Zulkifli Lubis MA, yang telah memberikan fasilitas dan dukungan selama penulis menjalani perkuliahan.

3. Dra. Sri Alem Br. Sembiring Msi selaku dosen pembimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini, mulai dari pembuatan proposal sampai pada sebuah skripsi. Terima kasih atas arahan, bimbingan, kesabaran dan waktu dalam membimbing saya hingga skripsi dapat diselesaikan.

4. Kepada seluruh dosen Antropologi yang telah membekali, mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Antropologi FISIP USU.

5. Kepada seluruh pegawai Antropologi dan dosen yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan didikan dan pengetahuan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

6. Terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait, Bapak Kepala Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo yang telah mau menerima dan mendukung saya selama melakukan penelitian di Desa Doulu. dan kepada seluruh informan yang telah banyak memberikan informasi guna melengkapi skripsi ini.

7. Kepada semua warga Desa Doulu yang telah mau menerima dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di Desa Doulu.

8. Bapak Pdt. SK Ginting yang telah memberi masukan terhadap kemajuan skripsi saya.


(5)

9. Teman-teman yang telah banyak memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini terutama K’Ana (04), Sardis (04), Mediawati (mece 04), Sri (05), Tuty (05) serta rekan-rekan stambuk 2004 dan 2005 yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.

10. Kepada Fernando Manalu yang telah memberi semangat, kesabaran dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Semoga Tuhan selalu memberikan berkat dan anugrahNya kepada kita.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis menerima segala saran, masukan dan kritikan yang membangun dari segala pihak. Untuk itu penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap pihak yang memerlukannya, baik secara langsung dan tidak langsung. Penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan didiplin ilmu di Antropologi FISIP USU.

Medan, Maret 2010 Penulis

(Theodora Febriany Br. Ginting) Nim. 040905039


(6)

ABSTRAK

Ginting, Theodora Febriany Br. 2010. ‘ Ercibal ’ Pada Masyarakat Karo ( Suatu Kajian Antropologi Mengenai Konsep Ercibal Bagi Masyarakat Karo di Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo) : Halaman + 2 Lampiran + 1 Tabel + Gambar.

Tulisan ini menjelaskan bagaimana konsep masyarakat Desa Doulu tentang

ercibal (pemberian sesajian) pada tempat-tempat yang dianggap keramat di Desa

Doulu serta menjelaskan cibal-cibalen (sesajian) yang dipakai dalam melaksanakan upacara .

Penelitian ini menggunakan pendekatan kognitif. Dengan memfokuskan pada aspek pengetahuan dan pendekatan ini dapat menjelaskan dan mendeskripsikan pengetahuan masyarakat menganai ercibal pada tempat-tempat yang dianggap keramat, cibal-cibalen dan pelaksanaannya. Penelitian ini juga menjelaskan antara ercibal (pemberian sesajian) terhadap kelestarian lingkungan sekitar tempat keramat yang ada di Desa Doulu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Untuk memperoleh informasi tentang konsep dan manfaat

ercibal, pelaksanaan upacara ercibal, cibal-cibalen (sesajian) peneliti melakukan

wawancara mendalam dengan informan kunci seperti Guru Sibaso, Kepala Desa dan beberapa pelaku ercibal (terutama dari dalam desa dan luar desa). Observasi dilakukan untuk mengamati tempat-tempat pemberian sesajian dan bagaimana masyarakat menjaga kelestarian lingkungan disekitar tempat keramat tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan, upacara ercibal merupakan suatu upacara religi yang sampai saat sekarang ini masih dilaksanakan dan diyakini oleh masyarakat etnik Karo yang berada di Desa Doulu dan diluar Desa Doulu. Tujuan dari pelaksanaan ercibal bermacam-macam yaitu untuk kepentingan ekonomi, kesehatan, kepentingan psikologi, perdamaian konflik dan kepentingan kelestarian sekitar tempat keramat. Dari ercibal pada tempat keramat yang ada di Desa Doulu, memainkan peranan penting terhadap kelestarian lingkungan yang ada di Desa Doulu dan menjaga desa dari marabahaya banjir dan longsor.

Disamping itu juga terdapat adanya peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar tempat keramat terutama deleng (gunung) yaitu berupa dilarang menebang pohon dengan sembarangan, mengambil sumber daya alam dengan sesuka hati dan dilarang bertindak dengan senonoh di sekitar tempat keramat. Dari peraturan-peraturan yang ditetapkan tersebut, lokasi-lokasi tempat yang dianggap keramat di Desa Doulu hingga saat ini masih terjaga dengan baik.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. HALAMAN PERSETUJUAN………. KATA PENGANTAR……….. ABSTRAKSI……… DAFTAR ISI………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian 1.2 Rumusan Masalah

1.3 Lokasi Penelitian

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5 Tinjauan Pustaka

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Teknik Observasi 1.6.2 Teknik Wawancara 1.6.3 Studi Kepustakaan 1.7 Analisa Data

BAB II GAMBARAN UMUM DESA DOULU 2.1 Letak Lokasi Desa Doulu

2.2 Sejarah Desa Doulu 2.3 Keadaan Penduduk 2.4 Keadaan Geografis 2.4.1 Jenis Tanah 2.4.2 Musim


(8)

2.5 Tata Ruang Desa

2.6 Tata Ruang Hutan, Pertanian dan Air 2.6.1 Tata Ruang Hutan

2.6.2 Tata Ruang Pertanian dan Air 2.7 Sarana dan Prasarana Desa

2.7.1 Sarana Pendidikan 2.7.2 Sarana Ibadah 2.7.3 Sarana Kesehatan 2.7.4 Sarana Komunikas 2.7.5 Sarana Umum 2.8 Organisasi Sosial Desa

2.8.1 Organisasi Formal 2.8.2 Organisasi Non Formal

BAB III LOKASI DAN HARI ERCIBAL DESA DOULU 3.1 Lokasi-lokasi Ercibal Di Desa Doulu

3.1.1 Mata Air Nini Penawar

3.1.2 Deleng Pertektekken

3.1.3 Deleng Singkut

3.1.4 Lau Debuk-debuk

3.1.5 Deleng Sibayak

3.1.6 Buah Huta-huta atau Nini Galuh Kuta

3.1.7 Rumah Pelaku Ercibal

3.2 Kondisi Lingkungan Sekitar Lokasi Ercibal 3.2.1 Mata Air Nini Penawar

3.2.2 Deleng Pertektekken

3.2.3 Deleng Singkut

3.2.4 Lau Debuk-debuk

3.2.5 Deleng Sibayak

3.2.6 Buah Huta-huta atau Nini Galuh Kuta


(9)

3.3 Hari-hari Ercibal

3.3.1 Hari Baik Ercibal Pada Upacara Erpangir Ku Lau 3.3.2 Hari Baik Ercibal Pada Upacara ndilo Wari Udan 3.3.3 Hari Baik Ercibal Pada Upacara Releng Tendi 3.4 Pelaku Ercibal

BAB IV KONSEP ERCIBAL DAN KONSEP KERAMAT

MENURUT PENDUDUK DESA DOULU

4.1 Konsep Ercibal 4.2 Konsep Keramat

4.2.1 Perbedaan Tempat Keramat dan Tidak Keramat 4.2.2 Alasan Pelaku Ercibal Melakukan Ercibal Di

Tempat Keramat

4.3 Tujuan Ercibal

4.3.1 Kepentingan Ekonomi 4.3.2 Kepentingan Kesehatan 4.3.3 Kepentingan Psikologi

4.3.4 Kepentingan Kelestarian Lingkungan Sekitar Tempat Keramat

4.3.5 Kepentingan Perdamaian Konflik 4.4 Jenis Cibal-cibalen

4.4.1 Jenis Cibal-cibalen Berupa Makanan 4.4.2 Jenis Cibal-cibalen Berupa Minuman 4.4.3 Jenis Cibal-cibalen Berupa Peralatan 4.4.4 Jenis Cibal-cibalen Berupa Belo 4.5 Upacara Ritual

4.5.1 Upacara Erpangir Ku Lau

4.5.2 Upacara Buah Huta-huta atau Nini Galuh Kuta 4.5.3 Upacara Releng Tendi


(10)

ABSTRAK

Ginting, Theodora Febriany Br. 2010. ‘ Ercibal ’ Pada Masyarakat Karo ( Suatu Kajian Antropologi Mengenai Konsep Ercibal Bagi Masyarakat Karo di Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo) : Halaman + 2 Lampiran + 1 Tabel + Gambar.

Tulisan ini menjelaskan bagaimana konsep masyarakat Desa Doulu tentang

ercibal (pemberian sesajian) pada tempat-tempat yang dianggap keramat di Desa

Doulu serta menjelaskan cibal-cibalen (sesajian) yang dipakai dalam melaksanakan upacara .

Penelitian ini menggunakan pendekatan kognitif. Dengan memfokuskan pada aspek pengetahuan dan pendekatan ini dapat menjelaskan dan mendeskripsikan pengetahuan masyarakat menganai ercibal pada tempat-tempat yang dianggap keramat, cibal-cibalen dan pelaksanaannya. Penelitian ini juga menjelaskan antara ercibal (pemberian sesajian) terhadap kelestarian lingkungan sekitar tempat keramat yang ada di Desa Doulu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Untuk memperoleh informasi tentang konsep dan manfaat

ercibal, pelaksanaan upacara ercibal, cibal-cibalen (sesajian) peneliti melakukan

wawancara mendalam dengan informan kunci seperti Guru Sibaso, Kepala Desa dan beberapa pelaku ercibal (terutama dari dalam desa dan luar desa). Observasi dilakukan untuk mengamati tempat-tempat pemberian sesajian dan bagaimana masyarakat menjaga kelestarian lingkungan disekitar tempat keramat tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan, upacara ercibal merupakan suatu upacara religi yang sampai saat sekarang ini masih dilaksanakan dan diyakini oleh masyarakat etnik Karo yang berada di Desa Doulu dan diluar Desa Doulu. Tujuan dari pelaksanaan ercibal bermacam-macam yaitu untuk kepentingan ekonomi, kesehatan, kepentingan psikologi, perdamaian konflik dan kepentingan kelestarian sekitar tempat keramat. Dari ercibal pada tempat keramat yang ada di Desa Doulu, memainkan peranan penting terhadap kelestarian lingkungan yang ada di Desa Doulu dan menjaga desa dari marabahaya banjir dan longsor.

Disamping itu juga terdapat adanya peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar tempat keramat terutama deleng (gunung) yaitu berupa dilarang menebang pohon dengan sembarangan, mengambil sumber daya alam dengan sesuka hati dan dilarang bertindak dengan senonoh di sekitar tempat keramat. Dari peraturan-peraturan yang ditetapkan tersebut, lokasi-lokasi tempat yang dianggap keramat di Desa Doulu hingga saat ini masih terjaga dengan baik.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tulisan ini mengkaji mengenai kegiatan ercibal yang masih dilakukan orang-orang Karo hingga saat ini. Ercibal yang dikaji dalam tulisan ini adalah salah satu kegiatan orang Karo yang melakukan ercibal (pemberian sesajian) di tempat-tempat yang dianggap keramat berupa pohon-pohon besar, batu besar, sungai, gua-gua alam dan gunung. Ercibal ini bertujuan untuk mendapatkan rejeki, mengubah nasib, diberi jodoh, menyembuhkan penyakit, menjauhkan tanaman dari hama dan menghindari malapetaka atau bahaya terhadap penduduk. Bagi para pelaku ercibal lokasi-lokasi tersebut dipercayai memiliki kekuatan-kekuatan yang disebut ‘mehak’ (memiliki kuasa) dan ‘mejin’ (memiliki kekuatan gaib). Tempat-tempat tersebut dianggap keramat, sehingga kebersihan ataupun lingkungan disekitar tempat keramat tersebut dijaga dengan baik.

Salah satu wilayah di daerah Karo yang masih sering warganya atau penduduk dari luar desa yang melakukan ercibal adalah di Desa Doulu. Ini dikarenakan Desa Doulu masih memiliki beberapa lokasi yang dianggap keramat dan lokasi-lokasi tersebut masih diberi sesajian (cibal-cibalen). Lokasi-lokasi yang dianggap keramat di desa Doulu ada enam tempat, yaitu : (1) Lau

Sidebuk-debuk, (2) Mata Lau Nini Penawar, (3) Deleng Singkut, (4) Deleng Pertektekken,

(5) Buah Huta-huta atau Nini Galuh Kuta dan (6) Deleng Sibayak 1.

1. Ada juga beberapa pelaku ercibal yang berasal dari luar Desa Doulu setelah melakukan ercibal di salah satu tempat keramat tersebut, mereka melakukan ercibal di rumah mereka.


(12)

Dengan adanya tempat-tempat keramat dan pemberian sesajian (ercibal) di Desa Doulu, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di desa ini. Bagi beberapa pelaku ercibal , alasan mereka melakukan ercibal (pemberian sesajian) pada lokasi-lokasi yang dianggap keramat tersebut dikarenakan nini (nenek) yang berada pada lokasi tersebut dapat mengabulkan permintaan si pemohon, bahkan ada juga yang hanya mengikuti tradisi keluarga atau saudara mereka yang melakukan ercibal di tempat keramat tersebut2.

Lokasi-lokasi keramat ini jika dikaji berada pada wilayah-wilayah desa yang mengelilingi Desa Doulu. Lokasi-lokasi keramat tersebut ialah: (1) Lau

Sidebuk-debuk berada 1 Km di bagian barat desa, (2) Mata Lau Nini Penawar berada 1,5

Km disebelah barat desa, (3) Deleng Singkut berada disebelah selatan desa, (4)

Deleng Pertektekken berada ±1,5 Km kearah barat daya desa, (5) Buah Huta-huta

atau Nini Galuh Kuta berada 100 meter disebelah barat desa, dan (6) Deleng

Sibayak berada ± 5 Km kearah barat Desa Doulu.

Lokasi-lokasi ercibal ini memiliki bentuk yang berbeda-beda, ada yang berupa mata air panas, pohon, bukit, gunung dan beberapa bentuk lainnya. Bentuk mata air ditemukan pada Lau Debuk-debuk dan Mata Lau Nini Penawar. Ada juga yang berbentuk bukit atau warga setempat menamakannya deleng 3 (terlihat seperti gunung) yaitu Deleng Singkut 4 dan Deleng Pertektekken. Sedangkan yang berbentuk pohon yaitu Buah Huta-huta yang ditanam di tengah-tengah desa dan yang berbentuk gunung (deleng) yaitu Deleng Sibayak.

2. Alasan beberapa informan melakukan ercibal di salah satu tempat keramat tersebut dikarenakan

nini tersebut sangat baik. Menurut beberapa informan biasanya permintaan mereka akan

dikabulkan oleh nini.

3. Warga desa menamakan deleng sebagai bukit atau gunung.

4. Deleng Singkut berada disepanjang sebelah kiri jalan masuk Desa Doulu atau disebelah selatan desa.


(13)

Dari jenis-jenis cibal-cibalen nya, pada setiap tempat keramat diatas memiliki sesajian yang berbeda-beda. Misalnya pada (1) Lau Debuk-debuk , cibal-cibalen berupa pisang, segala jenis cimpa 5, buah-buahan (jeruk, pisang emas, pisang ambon dan buah pir), mayang rangke-rangke (pinang beserta pelepahnya), lopung

uras6, air putih dan bunga rampe. Ercibal ini diadakan satu kali dalam sebulan yaitu pada hari cukera dudu (cukera lau), (2) cibal-cibalen yang terdapat di Mata

Lau Nini Penawar berupa rokok GP satu bungkus dan daun sirih beserta

kelengkapannya. Ercibal ini diadakan 1-3 kali dalam sebulan yaitu pada hari

cukera enam berngi, cukera dudu dan belah purnama raya, (3) pada Deleng Singkut sesajian berupa segala jenis cimpa, rokok gudang garam dan pisang emas. Ercibal ini diadakan 1-2 kali dalam sebulan yaitu pada hari cukera dudu dan cukera enam berngi, (4) Pada Deleng Pertektekken jenis cibal-cibalen berupa cimpa rambe-rambe, cimpa unung-unung, cimpa lepat, daun sirih beserta

kelengkapannya dan rokok GP 1 bungkus. Diadakan 1 kali dalam sebulan yaitu pada hari baik untuk melakukan sesajian dalam kelender Karo, (5) Pada Nini

Galuh Kuta sesajian berupa segala jenis cimpa, belo rangke-rangke (daun sirih

beserta kelengkapannya), kelapa muda, pisang dan jeruk. Diadakan 1 kali dalam setahun yaitu pada bulan April, (6) Sedangkan pada puncak Deleng Sibayak,

cibal-cibalen berupa rokok gudang garam, pisang emas, sirih cawir, ayam jantan

putih dan daun sirih beserta kelengkapannya.

5. Cimpa terbuat dari tepung terigu, tepung beras dan gula merah. Cimpa juga merupakan makanan khas Suku Karo.

6. Lau Penguras merupakan air perasan dari kunyit yang digiling, air jeruk purut yang diperas dan air putih. Semuanya dicampur.


(14)

Sedangkan perlengkapan yang dipakai ada anjab (altar), bertuk paula (batang pohon nira yang masih muda), kain putih dan kemenyan. Diadakan 1 kali dalam setahun yaitu pada bulan Tipaka Binurung XII. Pemberian sesajian tergantung pada guru sibaso yang menentukan bulannya.

Lokasi ini dipilih sebagai tempat ercibal dikarenakan lokasi tersebut dipercayai mempunyai kekuatan gaib (mehak dan mejin). Biasanya para pelaku

ercibal memilih salah satu lokasi tempat keramat sebagai tempat ercibal

dikarenakan nini yang berada di tempat keramat tersebut baik. Menurut beberapa informan nini yang di masing-masing tempat keramat ada yang jahat dan ada yang baik. Mereka lebih memilih lokasi ercibal yang memilih nini yang baik. Menurut beberapa informan, mereka lebih memilih melakukan ercibal di Deleng Sibayak dari pada di Lau Debuk-debuk. Ini dikarenakan menurut mereka setiap nini berbeda-beda7. Mengenai kegiatan ercibal yang masih dilakukan oleh orang Karo di Desa Doulu, peneliti juga merasa tertarik mengkaji lebih dalam mengapa lokasi-lokasi tersebut dipilih sebagai tempat ercibal.

Menurut beberapa informan, pemberian sesajian (ercibal) sudah dilakukan sejak tahun 1952 di Desa Doulu8. Menurut beberapa informasi, orang-orang yang menganut aliran pemena , sejak dahulu sudah ada yang melakukan erpangir ku

lau di Lau Debuk-debuk. Namun ada juga beberapa lokasi yang dimulai sejak

tahun 1970 yaitu di Deleng Singkut. Biasanya upacara-upacara sesajian ini dipimpin oleh guru sibaso.

7. Pertanyaan ini ditanyakan pada studi pendahuluan pada bulan Juni. Pertanyaan ini ditujukan pada beberapa informan yang melakukan ercibal di Desa Doulu.

8. Pertanyaan ini ditanyakan kepada guru sibaso yaitu Nd. Desi Br. Karo-karo pada bulan September


(15)

Peneliti juga merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti pada lokasi-lokasi yang dianggap keramat tersebut. Peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengapa orang-orang Karo yang masih melakukan ercibal masih tertarik untuk melakukan ercibal.

Peneliti juga merasa tertarik untuk mengkaji apakah ada akibat atau bahaya jika tidak dilakukannya ercibal (pemberian sesajian) di Desa Doulu. Terkait dengan kegiatan warga, peneliti juga tertarik untuk meneliti apakah ada bahaya jika lingkungan disekitar lokasi keramat tidak diperhatikan.

Selain beberapa hal di atas, yang juga menarik untuk diteliti dalam penelitian ini adalah apakah warga Desa Doulu mengetahui keberadaan kelestarian lingkungan di sekitar tempat keramat tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi Desa Doulu.

Beberapa studi yang mengkaji kaitan antara ritual dan kelesetarian lingkungan yaitu pendapat Soetjito (2007)9 yang mengatakan bahwa daerah keramat sering mendekati ekosistem asli bukan lingkungan yang rusak, sehingga situs keramat memainkan peranan penting dalam menjaga kelestarian konservasi keaneragaman hayati maupun budaya. Dalam berbagai kebudayaan tradisional hubungan manusia dengan lingkungan cenderung menunjukkan pola-pola yang harmonis dan selaras, dimana pemanfaatan sumber daya lingkungan sangat terkontrol melalui kearifan-kearifan ekologi. Kearifan tersebut berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap pengelolaan sumber daya alam dan kearifan tersebut tersembunyi

9. Herwasono Soetjito, Situs Keramat Asli: Peran Budaya dalam Konservasi Keanekaragaman


(16)

dibalik konsepsi keyakinan dalam bentuk mitos-mitos dan ritual yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap suci dan keramat. Dibalik mitos dan praktek-praktek ritual tersebut tersembunyi fungsi ekologis yang besar yakni mengontrol perilaku manusia mengeksploitasi lingkungan sekehendak hati.

Dalam hal kaitan antara budaya dengan lingkungan juga didukung pendapat oleh Rossle M. And Cleere dalam I Nyoman Wardi 10 yang manyatakan bahwa :

“ The combine works of nature and mindkinds, they express a

long and intimate relationship between people and their environment. Certain sites reflect specipic techniques of land use that protect and enhence biological diversity. Other are associated with powerful beliefs andartistic and traditional customs, and enbody an exceptional spiritual relationship of people with nature.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa alam dan budaya saling mempengaruhi dan keterkaitan hubungan budaya dengan lingkungan alam lazim dikenal dengan

cultural landscape.

Studi-studi diatas menunjukkan bahwa kegiatan ercibal juga secara tidak langsung memberi sumbangan terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut konsep ercibal pada orang Karo di Desa Doulu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis memfokuskan penelitian terhadap konsep ercibal pada orang Karo yang dilakukan di tempat-tempat keramat dan juga mencoba mengamati apakah kelestarian lingkungan sekitar tempat ercibal tetap terjaga kelestariannya.

10. I Nyoman Wardi, Pengelolaan Warisan Budaya Berwawasan Lingkungan: Studi Kasus

Pengelolaan Living Monument di Bali, 2008. situs http://ejournal.unud.ac.id, diakses pada tanggal


(17)

Untuk rumusan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Apa konsep ercibal dan konsep keramat bagi orang Karo terkhususnya bagi warga Desa Doulu?

2. Siapa-siapa saja yang melakukan ercibal? 3. Apa saja jenis cibal-cibalen yang disesajikan?

4. Dimana saja tempat-tempat ercibal yang pernah dilakukan di Desa Doulu?

5. Bagaimana kondisi lingkungan disekitar lokasi ercibal terutama kelestarian lingkungan sekitar tempat ercibal ?

1.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Alasan peneliti mengambil melakukan penelitian di Desa Doulu karena Desa Doulu memiliki tempat-tempat yang dianggap keramat dan juga masih ada warga desa maupun warga yang berasal dari luar desa melakukan ercibal (pemberian sesajian) ke Desa Doulu. Di Desa Doulu juga masih terdapat upacara

erpangir ku lau yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit, membersihkan

diri, diberi jodoh, diberi rejeki, diberi keturunan dan sebagainya. Upacara ini dilaksanakan di Lau Debuk-debuk. Pada umumnya yang sering melakukan ercibal ialah warga yang berasal dari luar Desa Doulu, bahkan ada juga yang datang dari luar kota.

Penulis memilih Desa Doulu sebagai lokai penelitian juga dikarenakan oleh tempat-tempat yang dianggap keramat di Desa Doulu terletak mengelilingi desa.


(18)

Disini peneliti ingin lebih mengkaji apakah lokasi ercibal yang ada di Desa Doulu dapat menjaga kelestarian lingkungan di Desa Doulu.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk memahami bagaimana konsep masyarakat Karo tentang ercibal dan keramat, apa akibat jika ercibal tidak dilakukan dan apakah lokasi ercibal dapat menjaga kelestarian lingkungan yang ada di Desa Doulu.

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan terkait dengan ercibal. Secara praktis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat Karo mengenai ercibal terutama kaitannya terhadap kelestarian lingkungan.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini akan mengkaji mengenai konsep orang Karo mengenai ercibal dan kaitannya terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, konsep kebudayaan yang diacu adalah konsep kebudayaan oleh Spradley. Spradley (1997:xx)11 menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebagai suatu sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian digunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka. Jadi budaya itu ada di dalam pikiran (mind) manusia.

11. James P Spradley, Metode Etnografi (terjemahan) ed. Amri Marzali, Yogyakarta, PT Tiara Wacana Yogya, 1997.


(19)

Spradley berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai sutau sistem yang unik dalam mempresepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Spradley menjelaskan bahwa untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran manusia, maka digunakan folk

taxonomy. Folk taxonomy yang digunakan dalam penelitian ini ialah untuk

menjelaskan pikiran (konsep) tentang ercibal serta kaitannya terhadap kelestarian lingkungan. Folk taxonomy akan difokuskan kepada bagaimana orang Karo khususnya warga Desa Doulu dan pelaku ercibal mengklasifikasikan tempat keramat dan tidak keramat, jenis-jenis ercibal dan cibal-cibalen nya serta macam-macam kekuatan gaib yang dipercayai orang Karo.

Penelitian ini akan mengungkapkan isi pikiran orang Karo mengenai konsep

ercibal. Dalam hal ini, akan dijelaskan bagaimana konsep orang Karo mengenai ercibal, manfaat dan tujuan dilakukannya ercibal, apa akibat jika tidak

dilakukannya ercibal dan bagaimana lokasi ercibal dapat menjaga kelestarian lingkungan.

Ercibal adalah suatu upacara pemberian sesajian yang ditujukan kepada

kekuatan gaib yang ada di tempat-tempat keramat. Isi dari sesajian ialah berupa makanan, minuman dan bunga-bungaan.. Ercibal juga sangat berkaitan dengan suatu peristiwa alam, keinginan yang ingin dicapai (diberi jodoh, diberi rejeki, diberi kesehatan dan agar cita-cita tercapai) dan juga dapat berkaitan terhadap kelestarian lingkungan.

Menurut Septaria Elidalni (1996:68)12 mengatakan bahwa ercibal merupakan


(20)

salah satu ritual bersaji atau memberikan persembahan dengan menggunakan

cibal-cibalen (sesajian berupa makanan dan minuman) yang dipersembahkan bagi

kekuatan gaib tertentu.

Sedangkan menurut Suyono (1985:358)13 menjelaskan bahwa sesajian merupakan suatu rangkaian makanan kecil, benda-benda kecil, bunga-bunga serta barang-barang hiasan yang disusun menurut konsepsi keagamaan sehingga merupakan lambang (simbol) yang mengandung arti. Dengan arti mempersembahkan sesajian itu kepada Tuhan, dewa atau makhluk-makhluk halus penghuni alam gaib lainnya manusia dan bermaksud berkomunikasi dengan makhluk halus itu. Hal ini juga didukung pendapat oleh Ahmad14 yang menjelaskan sesajen berarti sesajian atau hidangan yang memiliki nilai sakral pada masyrakat yang dimana tujuan dari upacara sakral ini ialah untuk ngadap

berkah (mencari berkah) di tempat-tempat tetentu yang diyakini keramat. Adapun

bentuk sajiannya bervariasi tergantung permintaan atau sesuai dengan ‘bisikan gaib’ yang diterima oleh orang pintar, paranormal, dukun dan sebagainya. Jika tidak diberikan sesajian maka orang tersebut akan celaka dan terkena kutukan.

Menurut orang Karo, ercibal merupakan suatu cibal-cibalen (sesajian) yang dipandang sebagai sesuatu materi (makanan, rokok, sirih, pakaian, cimpa, buah-buahan) yang dikhususkan kepada kekuatan gaib yang ada di tempat-tempat keramat. Hal senada juga dikemukakan oleh Van Baal (dalam Koentjaraningrat, 1993:42) menyatakan bahwa sesajian ialah pemberian kepada dewa dan kepada

13. Drs. Suyono Ariyono, Kamus Antropologi. Jakarta, Akademia Pressindo, 1985.

14. Ahmad, Sesajen Kaili dan Kearifan Tradisional. Situs http://ghuroba.blogsome.com. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2008.


(21)

para makhluk halus dalam dunia gaib yang dimana pada umumnya mempunyai fungsi sebagai suatu ‘pemberian’.

Berhubungan dengan pemberian, tulisan ini juga menggunakan apa yang dikemukakan oleh Marcell Mauss mengenai suatu fungsi dari pemberian dalam masyarakat. Mauss15 berpendapat bahwa fungsi pemberian dalam suatu interaksi sosial ialah sebagai lambang untuk mengukuhkan suatu hubungan antara si pemberi dan penerima yang mantap dan kemudian lebih dikukuhkan lagi dengan pemberian balasan dan pemberian ini melibatkan kelompok-kelompok dan masyarakat-masyarakat yang bersangkutan secara menyeluruh. Pemberian hadiah kepada dewa-dewa mempunyai tujuan yang lebih jauh untuk membeli perdamaian (Mauss, 1992 : xviii). Dalam tulisan ini peneliti akan mencermati bahwa apakah

ercibal itu sebagai lambang untuk mengukuhkan hubungan antara si pemberi dan

yang menerima.

Terkait dengan hal itu, Koentjaraningrat (1987:42)16 menyatakan bahwa upacara bersaji dan upacara-upacara lainnya juga merupakan sebuah tindakan yang penuh symbol of communication (lambang untuk berkomunikasi). Koentjaraningrat lebih jauh menjelaskan bahwasannya semua unsur-unsur kecil yang tersusun dalam sajian itu, masing-masing merupakan lambang yang mengandung arti yang baik dalam bentuknya, maupun dalam tempat asal bahan mentahnya, jumlahnya, ataupun dalam warnanya. Ini adalah bagian komunikasi antara manusia kepada para dewa atas makhluk halus yang menghuni alam gaib.

15. Marcell Mauss, Pemberian (terjemahan) ed. Parsudi Suparlan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1992.


(22)

Dalam hal ini pemberian sesajian (ercibal) dapat diartikan sebagai ‘pemberian’ (sesajian) kepada kekuatan gaib yang berada pada tempat-tempat keramat dimana fungsi pemberian ini mengandung arti untuk mengukuhkan hubungan antara pemberi dan penerima.

Mengenai pemberian sesajian pada tempat-tempat keramat, Konsep keramat yang diacu dalam penelitian mengikuti konsep yang dikemukakan oleh Keesing. Keesing17 berpendapat bahwa keramat (sacred) berhubungan dengan kekuatan-kekuatan tertinggi atau yang melebihi kekuatan-kekuatan manusia yang terdapat di dalam alam semesta memiliki arti atau suasana keagamaan yang khas. Keesing juga menyatakan ritual dan upacara merupakan perilaku penuh hiasan dan diulang-ulang pada umat manusia. Kebanyakan perilaku kolektif yang dipolakan oleh budaya sering hanya diartikan sebagai upacara keagamaan, yaitu perilaku penuh hiasan yang dipandang sebagai keramat. Sedangkan menurut Ahmad, keramat merupakan tempat yang dipercayai sebagai hunian makhluk halus, seperti di tepi sungai, tepi pantai dan di pohon-pohon besar.

Menurut Pasaribu (1988:99)18 orang Karo meyakini adanya kekuatan gaib pada tempat-tempat keramat sehingga mereka melakukan sesajian untuk menghormati kekuatan gaib yang ada di alam. Dalam kepercayaan orang Karo, ada terdapat beberapa kekuatan gaib, yaitu : (1) Tenaga-tenaga gaib, yaitu semangat yang berkedudukan pada batu-batu besar, kayu-kayu besar, gunung dan sebagainya. Bagi orang Karo kekuatan gaib ini dianggap keramat dan dapat memberi berkat atau rejeki serta nasib yang baik bagi manusia.

17. Roger M Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta, Penerbit Erlangga, 1992.


(23)

Disamping itu ada juga yang sangat ditakuti karena dapat mendatangkan marabahaya, kecelakaan, kerugian, malapetaka, serta bermacam-macam kerusakan pada sawah ladang atau pertanian. Itu sebabnya pada suku tradisional Karo selalu mengadakan upacara-upacara persembahan korban atau pemberian sesajen pada kekuatan-kekuatan itu supaya kehidupannya mendapat keselamatan, (2) Adanya kuasa-kuasa begu dimana manusia memiliki ’tendi’ dalam dirinya. Tendi dapat pergi sewaktu-waktu. Begu adalah tendi atau roh manusia yang telah meninggalkan dunia. Begu juga kadang-kadang mengganggu manusia hidup bila ia marah. Oleh karena itu perlu membuat sesajen-sesajen (persembahan demi menghormati para begu.

Menurut orang Karo, tempat keramat merupakan sesuatu yang diyakini mempunyai kekuatan gaib yang bersifat luar biasa yang ada diluar jangkauan manusia yang dianggap berada di tempat-tempat tertentu, benda-benda, tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sedangkan menurut Nd. Desi19 (guru sibaso) keramat (silan) dimana adanya kekuatan gaib yang dapat membentu manusia dalam segala hal, terutama untuk mendapatkan rejeki dan menyembuhkan penyakit. Jika ingin meminta kepada kekuatan gaib (dalam hal ini disebut nini) harus menyediakan sesajian (cibal-cibalen) dan ini merupakan wajib untuk membawakan sesajian.

Dalam hal ini keramat dapat diartikan sebagai sesuatu tempat yang diyakini adanya kekuatan gaib yang berada pada pohon-pohon besar, sungai besar, batu besar dan gua-gua alam. Tempat-tempat keramat juga berperan aktif dalam pelestarian lingkungan.


(24)

Biasanya kawasan ini dapat bertahan karena sudah menyatu dengan kepercayaan dan budaya setempat. Ini juga dapat diketahui bahwa pengkeramatan suatu tempat yang dilakukan oleh masyarakat terbukti efektif dalam menjaga alam tetap lestari, walaupun diambil manfaatnya terus menerus. Tidak hanya itu juga, pelestarian suatu kawasan dengan melalui pengkeramatan oleh beberapa pihak dinilai lebih dapat bertahan dari gangguan karena ia menyatu dan menjadi bagian dari tradisi masyarakat setempat. Tempat keramat juga bisa mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, misalnya kelestarian lingkungan suatu daerah tetap terjaga dengan baik. Pelestarian lingkungan melalui pengeramatan merupakan langkah yang paling efektif dalam menjaga keutuhan keanekaragaman hayati dan dapat juga menjaga keutuhan kelestarian lingkungan. Tradisi pengkeramatan suatu tempat umumnya mengatur warga dalam hubungannya dengan desa adat, seperti hidup bermasyarakat, memelihara tempat-tempat suci dan menjaga alam sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat harus melindungi alam dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana. Hal ini juga yang menarik perhatian penulis untuk mengakaji apakah pemberian sesajian (ercibal) pada tempat keramat dapat menjaga kelestarian lingkungan yang ada di Desa Doulu.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif20.

20. Menurut Koentjaraningrat (1985:29), penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu


(25)

Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba memberikan gambaran mengenai bagaiamana konsep ercibal bagi masyarakat Karo.

Melalui metode penelitian kualitatif ini dapat dilihat gambaran secara jelas mengenai ercibal serta mencari makna dibalik ercibal (pemberian sesajian) terhadap kelesatarian lingkungan. Selain itu penulis juga ingin melihat apa akibat yang ditimbulkan oleh ercibal terhadap kelestarian lingkungan baik secara yang menguntungkan dan merugikan.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam mencari data-data dilapangan antara lain : teknik observasi, teknik wawancara dan studi kepustakaan.

1.6.1 Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan peneliti untuk mengamati aktifitas ercibal (pemberian sesajian) serta mengamti kelestarian lingkungan yang ada disekitar lokasi ercibal, apakah ada pengaruh yang ditimbulkan ercibal terhadap kelestarian lingkungan. Penulis juga akan mengamati proses berlangsungnya upacara ercibal yang dilaksanakan di Desa Doulu. Data ini nantinya akan digunakan peneliti untuk melihat hubungan atau kaitan antara ercibal terhadap kelestarian lingkungan dan konsep warga Desa Doulu mengenai ercibal.

Untuk keperluan peneliti dalam memperoleh data yang lebih akurat seperti jenis cibal-cibalen (sesajian) yang digunakan dalam upacara ercibal, perlengkapan yang digunakan dan melihat lokasi-lokasi yang dianggap keramat, peneliti akan mendokumentasikannya dengan menggunakan alat bantu berupa kamera foto.


(26)

1.6.2 Teknik Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara mendalam (deepth interview). Teknik wawancara mendalam ini digunakan untuk memperoleh data tentang konsep ercibal dan bagaimana hubungannya terhadap kelestarian lingkungan. Pada saat melakukan wawancara, peneliti akan menggunakan alat bantu yaitu perekam suara. Ini ditujukan untuk memperoleh catatan lapangan yang lebih baik dan juga mempermudah penyimpanan data.

Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti akan menyiapkan pedoman wawancara (interview guide) sehingga pedoman wawancara tersebut dapat digunakan pada saat melakukan wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, berisikan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penelitian, antara lain mengenai apa konsep ercibal, apa kaitannya

ercibal terhadap kelestarian lingkungan dan pertanyaan untuk menjawab

permasalahan tersebut apa konsep ercibal bagi warga Desa Doulu, apa saja dampak yang terjadi jika kelestarian tempat keramat tidak diperhatikan dan dimana saja tempat-tempat yang dianggap keramat.

Dalam mencari informasi ataupun keterangan, peneliti akan mencari informasi dari para informan. Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan pangkal, informan kunci dan informan biasa.

Informan pangkal dalam penelitian ini ialah merupakan orang-orang yang dapat memberikan keterangan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan lokasi penelitian mengenai penduduk dan geografis desa. Informan pangkal dalam penelitian ini ialah perangkat desa yaitu kepala desa atau sekdes, pengetua adat dan penduduk yang berada di Desa Doulu yang dapat memberikan informasi


(27)

mengenai geografis desa, sejarah desa dan informasi mengenai penduduk. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan ialah apa-apa saja batas-batas desa, apa saja sarana dan fasilitas desa, bagimana sejarah terbentuknya desa, dan lain-lain.

Informan kunci (key informant) ialah oran-orang yang menguasai permasalahan penelitian dan orang-orang yang terkait atau terlibat (pelaku

ercibal) dalam masalah penelitian ini. Informan kunci yang digunakan dalam

penelitian ini ialah guru sibaso dan pelaku ercibal dari warga Desa Doulu dan yang berasal dari luar daerah Desa Doulu. Dari informan ini diharapkan data dan informasi yang didapat, dapat menjawab permasalahan penelitian yaitu mengenai konsep ercibal, jenis-jenis cibal-cibalen yang digunakan pada saat ercibal dan lain-lain.

Untuk memperoleh informasi lainnya, peneliti juga akan mencari informasi dari informan biasa. Informan biasa dalam penelitian ini adalah warga Desa Doulu yang tidak berperan sebagai pelaku ercibal. Dari informan ini diharapkan didapat informasi mengenai bagaimana pandangan mereka terhadap

ercibal , kaitan antara ercibal dan kelestarian lingkungan dan perubahan apa yang

telah terjadi semenjak orang-orang melakukan ercibal di lokasi keramat di Desa Doulu.

Dalam mendapatkan data yang lebih akurat dalam penelitian ini, peneliti akan mencari keterangan ataupun informasi dengan menggunakan metode ‘snow

ball’ . peneliti terlebih dahulu akan mulai mencari informasi dari informan

pangkal mengenai penduduk dan geografis desa, informan kunci yang akan menjawab permasalahan penelitian dan akhirnya informan biasa yang akan


(28)

memberi tanggapan mengenai ercibal serta kaitannta terhadap kelestarian lingkungan yang ada di Desa Doulu.

1.6.3 Studi Kepustakaan

Untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan dari lapangan, peneliti juga menggunakan data-data berupa, buku-buku, majalah dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dari data yang diperoleh, diharapkan dapat memperoleh data-data yang lebih akurat.

1.7 Analisa Data

Setelah data-data yang diperoleh dari lapangan penelitian terkumpul, baik yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, peneliti akan memeriksa ulang data-data yang sudah diperoleh untuk memastikan apakah data-data atau informasi yang sudah diterima telah lengkap dan jelas. Setelah selesai diperiksa kembali, maka cata tersebut diolah dan dianalisis sesuai dengan kategori-kategori tertentu, dari data yang diperoleh dapat menjelaskan mengenai kaitan antara


(29)

BAB II

Gambaran Umum Desa Doulu 2.1 Letak Lokasi Desa Doulu

Penelitian ini dilakukan di Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Jarak dari desa dengan kota Kecamatan 12 Km, dari Ibukota Kabupaten sekitar 23 Km dan dari pusat Ibukota Propinsi 55 Km dengan rincian dari pusat Ibukota Propinsi ke simpang Desa Doulu 53 Km sedangkan dari simpang Desa Doulu ke Desa Doulu 2 Km. Desa Doulu secara keseluruhan memiliki luas wilayah sekitar 300 Ha.1

Desa Doulu memiliki batas-batas wilayah, yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Deleng Macik Sebelah Selatan berbatasan dengan Deleng Singkut

Sebelah Timur berbatasan dengan Deli Serdang atau Sempulen Angin Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Semangat Gunung (Raja Berneh) Kondisi jalan dari Medan ke simpang Desa Doulu sudah diaspal dengan lebar badan jalan 9 meter, namun pada bagian badan jalan terdapat beberapa lubang dengan kedalaman 7-15 cm. Adanya lubang pada badan jalan dikarenakan seringnya dilalui oleh bus-bus besar dan bus pengangkut barang. Untuk menuju simpang Desa Doulu dari pusat Ibukota diperkirakan waktu tempuh antara 60 menit -75 menit jika menaiki bus dan jika menggunakan mobil pribadi. Jika menaiki sepeda motor waktu tempuh diperkirakan kurang lebih 50 menit.

1. Desa Doulu memiliki luas wilayah sekitar 300 Ha, dengan rincian : 11 Ha merupakan tanah pemukiman, 90 Ha merupakan tegalan atau lahan kering, 27 Ha kebun campuran, 80 Ha merupakan sawah, 70 Ha merupakan kerangen (hutan), 2 Ha merupakan tanah pekuburan dan 20 Ha semak belukar.


(30)

Sedangkan kondisi jalan dari simpang Desa Doulu juga telah diaspal dengan lebar badan jalan 7 meter, namun pada bagian jalan juga terdapat beberapa lubang yang memiliki kedalaman lubang sekitar 5 – 7 cm. penyebab adanya lubang pada bagian badan jalan dikerenakan Desa Doulu merupakan daerah wisata alam dan juga merupakan jalur lewatnya mobil-mobil pribadi untuk kedaerah wisata alam Desa Semangat Gunung (Raja Berneh). Jika menaiki kendaraan pribadi dan angkutan kota menuju ke Desa Doulu diperkirakan waktu tempuh sekitar 15 menit. Jika menaiki sepeda motor waktu tempuh diperkirakan 7- 10 menit.

Disepanjang jalan masuk Desa Doulu akan ditemukan jenis pohon-pohon besar seperti pohon Pinus (Pinus merkusii), pohon Beringin (Ficus sp) dan pohon-pohon kecil lainnya. Jika memasuki simpang Desa Doulu, pada bagian kiri jalan atau di sebelah Selatan terdapat Deleng Singkut . Pada bagian kaki deleng tersebut terdapat pohon bambu (buluh) dan beberapa lahan perladangan penduduk. Jenis tanaman yang ditanam di lahan perladangan tersebut adalah jagung, pohon kopi, pohon jeruk dan pohon terung belanda. Sedangkan pada bagian kanan jalan atau di sebelah Utara terdapat areal pemukiman penduduk dan perladangan penduduk. Jenis tanaman yang ditanaman di perladangan penduduk yaitu pohon kopi, strawbery, pohon jagung, tomat, daun prei, cabe merah, cabe hijau, padi, kacang tanah, daun sup, sayur pahit, kentang dan beberapa jenis tanaman sayur lainnya.

Untuk mencapai simpang Desa Doulu dapat menaiki kendaraan pribadi dan bus. Angkutan bus yang dapat digunakan menuju simpang Desa Doulu adalah bus Sutra, bus Sinabung Jaya, bus Borneo dan bus Sumatera transport. Stasiun bus ini dapat ditemui di daerah Padang Bulan atau Simpang Kwala yang berada pada


(31)

Jalan Jamin Ginting. Jalur lintas bus-bus tersebut adalah dari Medan melewati Berastagi dan berakhir di Kabanjahe. Kapasitas penumpang dalam satu bus bisa mencapai kurang lebih 30 orang. Biaya yang akan dikenakan per orang untuk mencapai simpamng Desa Doulu yaitu Rp. 5000- Rp. 6000/orang. Pada umumnya bus ini mulai beroperasi mulai pukul 05.00 Wib sampai pukul 22.00 Wib.

Setelah sampai di simpang Desa Doulu (turun di pos polisi), dapat menaiki tenaga ojek dan angkutan umum. Tenaga ojek ini mulai beroperasi pukul 07.00 Wib sampai pukul 22.00 Wib. Biasanya jumlah tenaga ojek yang beroperasi di simpang Desa Doulu ada sekitar 20 unit. Jika menggunakan ojek, biaya yang dikenakan yaitu Rp. 3000/orang, jika melewati pukul 22.00 Wib tarif biaya akan bertambah menjadi Rp. 5000/orang. Jika memasuki kawasan Desa Doulu dengan menaiki kendaraan pribadi. Maka akan dikenakan tarif retribusi memasuki daerah wisata Rp. 1500/orang untuk anak-anak dan Rp. 1700/orang untuk orang dewasa. Tarif retribusi dikenakan bagi pengunjung yang akan berwisata ke Desa Doulu karena Desa Doulu merupakan kawasan daerah wisata pemandian air panas (pemandian air panas Lau Debuk-debuk) dan yang akan berwisata ke Desa Semangat Gunung (Raja Berneh). Sedangkan waktu tempuh jika menggunakan ojek sekitar 10 menit.

Jika dari simpang Desa Doulu menggunakan angkutan umum, dapat menaiki angkutan umum Sibayak Transport, angkutan Kama, angkutan Rio dan Takasima Transport. Masing-masing angkutan ini berjumlah kurang lebih 6-10 unit. Angkutan ini beroperasi mulai pukul 07.00 Wib sampai pukul 21.00 Wib. Perbedaaan waktu masuknya angkutan umum ke Desa Doulu dengan angkutan yang lain beda 15-20 menit. Pusat angkutan ini berada di pasar Berastagi sampai


(32)

ke Desa Doulu. Tarif biaya yang dikenakan dari Berastagi sampai ke Desa Doulu adalah Rp. 4000/orang. Jika penumpang membawa barang bawaan maka akan diminta tambahan biaya. Besarnya tambahan biaya ditentukan dari jenis tempat bawaan mereka. Jika menggunakan keranjang besar, tarif barang yang dikenakan adalah Rp. 7000/keranjang, jika menggunakan goni, tarif yang dikenakan adalah Rp. 4000/goni. Sedangkan waktu tempuh dari kota Berastagi ke Desa Doulu kurang lebih 15-20 menit.

2.2 Sejarah Desa

Menurut cerita masyarakat Desa Doulu, Desa Doulu sudah ada sejak tahun 1901 pada saat masa penjajahan Belanda. Pada awalnya yang simanteki kuta (pendiri desa) adalah bermarga karo Purba. Jumlah yang bermarga Karo-karo Puba ada sekitar 6-8 orang. Pada awalnya marga Karo-Karo-karo Purba tersebut juga adalah simanteki desa Rumah Berastagi, Lau Gumba dan Peceren. Namun pada tahun 1901 marga Karo-karo Purba tersebut membuka lahan di Desa Doulu. Lahan-lahan tersebut masih berupa kerangen (hutan) yang ditumbuhi dengan pohon-pohon besar. Kemudian marga Karo-karo Purba tersebut mulai ngerabi (menebangi pohon). Seberapa banyak pohon yang dirabi oleh si marga Karo-karo Purba maka luas tanah yang dia miliki sampai batas pohon yang ditebangi marga Karo-karo Purba tersebut. Oleh karena itu tanah yang dimiliki oleh Karo-karo Purba sangat luas karena jumlah pohon yang ditebangi oleh masing-masing marga Karo-karo Purba sangat banyak. Maka siapa yang lebih banyak menebang pohon (ngerabi) maka tanah yang ia miliki sangat luaas dan siapa yang lebih luas memiliki lahan tersebut dia lah yang paling kuat. Jika dibandingkan keadaan Desa


(33)

Doulu pada saat ini, lahan yang di rabi oleh marga Karo-karo Purba berada di tengah-tengah Desa Doulu.

Setelah marga Karo-karo Purba mempunyai lahan yang banyak, selanjutnya marga Karo-karo Purba memanggil anak beru nya yaitu marga Perangin-angin dan marga Sembiring. Marga Karo-karo Purba juga memanggil Kalimbubu nya yaitu marga Ginting dan marga Tarigan untuk ikut serta membuka lahan baru. Maka seberapa banyak pohon yang ditebang (dirabi) anak beru (marga Perangin-angin dan marga Sembiring) dan Kalimbubu (marga Ginting dan marga Sembiring), maka luas tanah yang dimiliki oleh anak beru dan kalimbubu sangat sedikit karena lahan tanah lebih banyak dimiliki oleh Marga Karo-karo Purba.

Menurut penuturan masyarakat Desa Doulu, marga Karo-karo Purba suka pindah ke daerah baru untuk menikah kedua kalinya atau yang ketiga kalinya (poligami). Hal tersebut sudah biasa pada saat dulu. Sebagai kebiasaan dalam hal mengurus perkawinan diserahkan kepada pihak anak beru yakni marga Perangin-angin dan marga Sembiring. Dana yang diperlukan sebagai uang mahar dan biaya pesta perkawinan, digantikan dengan tanah yang Karo-karo Purba miliki. Oleh sebab itu, tanah yang dimiliki Karo-karo Purba sangat luas semakin hari semakin sedikit karena marga Karo-karo Purba selalu mempunyai keinginan untuk mempunyai istri lebih dari satu. Sehingga tanah yang dimiliki oleh anak beru semakin luas. Hal ini menjadi kenyataan hingga saat ini bahwasannya marga-marga lain tanahnya lebih luas daripada tanah yang dimiliki marga-marga Karo-karo Purba sendiri.

Sedangkan asal nama Desa Doulu berawal dari beberapa penduduk yang pergi dari Desa Doulu ke daerah lain (sekitar tahun 1930-an). Pada saat itu masih


(34)

masa penjajahan Belanda. Setelah masa penjajahan tidak ada lagi (sekitar pada tahun 1950-an) beberapa penduduk desa yang pergi tersebut kembali lagi ke Desa Doulu. Penduduk yang berada di Desa Doulu bertanya kepada beberapa penduduk yang kembali ke Desa Doulu, penduduk bertanya “Ku ja kam lawes?” (mau kemana kam pergi?) dan beberapa penduduk yang kembali tersebut menjawab “Ateku lawes ku kuta dahulu” ( mau kembali ke desa dahulu), karena mendengar beberapa penduduk tersebut mengatakan ingin kembali ke desa dahulu sehingga penduduk Desa Doulu menamakan desa mereka dengan nama Desa Doulu.

2.3 Keadaan Penduduk

Desa Doulu berpenduduk sekitar 1737 jiwa, laki-laki 873 jiwa dan perempuan 864 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sekitar 396 jiwa (lihat tabel 1). Pada umumnya, penduduk desa mayoritas suku Karo (marga yang mendominasi ialah marga karo Purba dari pada marga silima lainnya). Pada umumnya Karo-karo Purba lebih mendominasi di Doulu Dalam (Doulu Kuta), sedangkan di Doulu Pasar tidak banyak lagi yang bermarga Karo-karo Purba. Kelompok pendatang di Desa Doulu ada suku Jawa, suku Nias, dan suku Batak Toba dan Batak Tapanuli. Kelompok pendatang ini awalnya datang hanya sebagai orang upahan bekerja di ladang (si ngemo). Kemudian diantara mereka ada juga yang membawa keluarga mereka untuk ikut bekerja dan tinggal di Desa Doulu. Para pendatang ini dapat menjadi warga desa apabila sudah disetujui oleh pemerintah desa. Pada awalnya kelompok pendatang ini menyewa gubuk untuk dijadikan sebagai tempat tinggal, bahkan ada juga kelompok pendatang tersebut yang membeli tanah dan


(35)

mendirikan rumah sendiri. Menurut Bpk. Purba (kepala desa), mulai masuknya pendatang ke Desa Doulu dimulai sejak tahun 1894.

Sebagian besar penduduk Desa Doulu menganut agama Kristen Protestan (50 %) . Pada umumnya sebagian besar dari yang menganut agama Kristen ialah sebagai jemaat gereja GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) dan sisanya beragama Kristen Katolik (15 %). Sedangkan penduduk desa lainnya beragama Islam (35 %).

Dari segi tingkat pendidikan, sebahagian penduduk Desa Doulu hanya tamatan SD (Sekolah Dasar). Jumlah warga desa yang belum sekolah adalah 127 orang (7,3 %). Tidak tamat SD 173 orang (10 %) ini biasanya terjadi pada orang ttua yang sudah berumur, yang hanya tamatan SD adalah 492 orang (28,4 %) terutama pada orang tua, tamatan SLTP sederajat 402 orang (23,2%), tamatan SLTA sederajat 491 orang (28,3 %) dan tamatan Perguruan Tinggi berjumlah 52 orang (3 %). Anak-anak yang sudah tamatan SLTP melanjutkan sekolah ke Ibukota Kecamatan Berastagi dan bagi anak yang sudah tamat dari SLTA, melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi di Ibukota Kecamatan Berastagi atau ke kota Medan.

Pada umumnya mata pencaharian masyarakat Desa Doulu adalah bertani (86,7%). Ini dikarenakan, secara umum kehidupan masyarakat di Desa Doulu bersifat agraris. Hasil pertanian merupakan sumber penghidupan pokok bagi kebanyakan penduduk desa. Hampir setiap masyarakat di Desa Doulu ikut terlibat dalam mengelola lahan pertanian seperti menggarap sawah untuk ditanami padi dan lahan perladangan untuk ditanami tanaman jangka pendek seperti tomat, sayur kol, cabe merah, cabe hijau, sawi hijau, strawbery serta tanaman tua seperti


(36)

coklat, kopi dan sebagainya. Sedangkan sisanya ada yang bekerja sebagai pedagang (6,75%), sebagai Pegawai Negeri dan Swasta (2,5%) dan pekerjaan lainnya (4,5%).

2.4 Keadaan Geografis 2.4.1 Jenis Tanah

Secara topografis, Desa Doulu merupakan daerah dataran tinggi dan dikelilingi oleh deleng (bukit atau gunung). Desa Doulu dikelilingi oleh Deleng

Macik berada di sebelah Utara, Deleng Singkut berada di sebelah Selatan, sebelah

Barat Daya terdapat Deleng Pertektekken dan bagian Barat Laut desa terdapat

Deleng Sibayak (Gunung Sibayak). Dengan dikelilingi oleh deleng, menyebabkan

Desa Doulu memiliki jenis tanah bewarna hitam dan coklat kehitaman. Jenis warna tanah hitam terdapat di wilayah persawahan, perladangan dan di sekitar hutan (kerangen). Tanah bewarna hitam kecoklatan berada di areal pemukiman penduduk dan terdapat di lahan bambu yang berada di sekitar areal sungai. Jenis tanah hitam kecoklatan yang berada di areal pemukiman penduduk sudah bercampur dengan pasir.

Jenis tanah di Desa Doulu, terutama di lahan pertanian, sangat gembur. Ini dikarenakan desa dikelilingi oleh deleng dan curah hujan di desa ini sangat cukup. Jenis tanah ini sangat cocok dengan lahan pertanian terutama bagi tanaman muda (tanaman berumur pendek) seperti cabe, tomat, wartel, kol, daun prei, daun sup dan sayur-sayuran. Untuk menanam tanaman pertanian tersebut, masyarakat juga menggunakan pupuk kandang, sehingga tanah di desa ini cukup subur dan hasil pertanian di desa ini cukup melimpah.


(37)

Masyarakat Desa Doulu juga membuka lahan pertanian di kaki Deleng

Singkut. Ini dikarenakan jenis tanah yang terdapat di Deleng Singkut cukup subur

karena pada tanah-tanah tersebut terdapat tanah humus yang berasal dari batang-batang atau pohon kayu yang sudah tumbang dan juga sisa daun-daunan pohon yang berjatuhan. Beberapa penduduk yang membuka lahan pertanian di areal kaki

Deleng Singkut menanam jenis tanaman jagung, kopi, coklat, strawbery dan

jambu sari.

2.4.2 Musim

Desa Doulu terletak pada ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut (DPL). Suhu udara di Desa Doulu sangat dingin pada pagi hari dan malam hari. Jika pada siang hari cuaca di desa ini cukup panas. Temperatus suhu udara di Desa Doulu berkisar 160 C s/d 200 C dengan curah hujan 2000 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terdapat pada tahun ini terdapat pada bulan September, Oktober, November dan Desember, biasanya ada juga disertai dengan udan baho (hujan yang disertai biji es seukuran biji jagung) dan musim kemarau terletak pada bulan April sampai bulan Agustus. Sedangkan pada bulan Januari sampai bulan Maret, cuaca lebih sering didominasi musim penghujan dan kemarau. Pada tahun 2008 musim penghujan terdapat pada bulan November dan Desember sedangkan musim kemarau terdapat pada bulan April sampai bulan Agustus.

Jika pada saat musim penghujan, masyarakat memulai menanam tanaman pertanian, biasanya yang ditanam ialah jenis tanaman jangka pendek seperti wortel, tomat, cabe merah, cabe hijau dan sayur-saturan dan ada juga yang menanam padi. Pada musim kemarau biasanya masyarakat jarang menanam


(38)

tanaman pertanian, tetapi ada juga beberapa masyarakat yang menanam wortel dan sawi hijau pada musim ini. Sedangkan pada bulan januari sampai maret, warga masyarakat ada yang menanam padi, jagung dan tumbuhan jangka panjang.

Jika pada saat musim penghujan dan disertai Udan Baho biasanya warga desa akan mengalami gagal panen, karena Udan Baho dapat merusak tanaman pertanian warga desa. Bila hujan tidak berhenti selama 2 hari, maka pada tanaman pertanian warga desa akan terkena penyakit. Biasanya warga desa menamakannya penyakit meseng dengan ciri-ciri daun tanaman tersebut bewarna kekuningan, terdapat bintik-bintik hitam dan layu, sehingga tanaman tersebut tidak bisa terpakai lagi. Untuk mencegah agar tanaman tidak terkena penyakit, biasnya warga desa menyiramnya dengan pestisida.

2.4.3 Flora dan Fauna

Desa Doulu merupakan daerah dataran tinggi dan dikelilingi oleh hutan (kerangen), sehingga udara di desa ini terasa sejuk. Namun flora yang tumbuh di kawasan pemukiman penduduk tidak banyak lagi, karena areal yang ada banyak digunakan masyarakat setempat menjadi lahan pertanian, sehingga pepohonan yang tumbuh di sekitar pemukiman hanya tinggal sedikit dan hanya terdapat beberapa pohon yang sudah berusia tua dan adanya pohon bambu (buluh).

Adapun jenis flora yang tumbuh di hutan (kerangan) biasanya terdapat Pohon Pinus (Pinus Merkusii), Kantong Semar (Nepenthes), Pohon Rotan, kayu

Ndeleng (tumbuhan berkayu keras, biasanya tanaman ini dapat hidup di batu

kapur putih belerang), pohon bambu, bunga kembang sepatu, pohon nira, pohon kayu Lengit dan pohon-pohon kecil lainnya. Dan jenis tanaman yang bisa


(39)

dijadikan obat yaitu pohon kayu Lengit. Dari jenis tanaman ini dapat dijadikan sebagai obat penyakit gula. Jenis flora yang tumbuh di halaman rumah penduduk berupa pohon nangka, pohon jambu air, serta berbagai jenis bunga. Sedangkan jenis flora yang ditanam di lahan perladangan oleh penduduk ialah tomat, cabe merah, cabe hijau, kol, wartel, sawi hijau, daun sup, daun prei, sayur mayur, kacang tanah, strawbery, jagung, kopi dan jambu sari, sedangkan di lahan persawahan yaitu padi.

Jenis-jenis fauna yang terdapat di hutan (kerangen) ialah Babi Hutan (Sus

Vitatus), Kijang (Muntiacus Muntjak), Elang (Spilornia Cheela), Kera (Macaca Fascicularis), Kancil (Tragulus Javanicus), Imbau (sejenis monyet besar yang

memiliki suara besar), Ular, Tupai dan Harimau (Panthera Tigris). Jenis fauna yang dipelihara oleh penduduk ialah ayam, anjing dan domba. Sedangkan jenis fauna yang hidup di persawahan dan perladangan ialah tikus, keong emas (dapat merusak padi), siput hitam (biasanya terdapat pada tumbuhan sayuran), musang, ular sawah dan ulat-ulat kecil.

2.5 Tata Ruang Desa

Desa Doulu secara keseluruhan memiliki luas wilayah sekitar 300 Ha yang terdiri dari Doulu Kuta (Doulu Dalam) dan Doulu Pasar. Doulu Kuta (Doulu Dalam) berada di sebelah utara (sebelah kiri) jika masuk dari simpang Doulu yang berdekatan dengan pos penjagaan polisi. Sedangkan Doulu Pasar berada disebelah timur yang bersebelahan dengan Kabupaten Deli Serdang (Doulu Pasar berada satu wilayah dengan PT.AQUA Sibayakindo Tirtanadi).


(40)

Ketika memasuki Desa Doulu Kuta (Doulu Dalam), disebelah selatan (bagian sebelah kiri desa ketika memasuki simpang Desa Doulu) terdapat Deleng

Singkut yang dimiliki oleh pemerintah. Namun ada juga beberapa penduduk yang

membuka lahan pertanian di kaki Deleng Singkut tersebut (Di daerah ini juga terdapat beberapa rumah penduduk, Gereja GBKP, gereja Katolik dan Mesjid). Jenis tanaman yang ditanam ialah tanaman kopi, jeruk manis, jagung, dan strawbery. Sedangkan disebelah utara (sebelah kanan) sudah terdapat lahan pertanian (perjuman) dan pemukiman penduduk. Lahan perjumaan di Desa Doulu

Kuta terdapat empat perjumaan yaitu : (1) Sabah Kenjahe berada di sebelah

Timur desa, (2) Sabah Lepar berada di sebelah Utara, (3) Sabah Kenjulu berada di sebelah Barat dan (4) Sabah Lau Timekap berada di sebelah Selatan. Sedangkan di Doulu Pasar hanya terdapat satu perjumaan yaitu Sabah Belangen Cina. Pada umumnya masing-masing perjumaan tersebut ditanami gabungan jenis tanaman pertanian. Misalnya pada Sabah Kenjahe ditanami tanaman pertanian berupa wortel, kacang tanah, strawberry, tomat dan cabe. Sedangkan pada Sabah Lepar jenis tanaman pertaniannya ialah padi, cabe, tomat dan sayur-sayuran.

Sedangkan pemukiman penduduk berada di sebelah Utara. Pada saat jaman penjajahan belanda kira-kira pada tahun 1930-an Desa Doulu (Doulu Kuta ) memiliki delapan rumah Siwaluh Jabu. Pada umumnya yang memiliki rumah

Siwaluh Jabu adalah bermarga Karo-karo Purba rumah Gerga dan Karo-karo

Purba rumah Mbelin. Namun pada tahun 1940-an rumah Siwaluh Jabu tidak terdapat lagi di Desa Doulu karena rumah Siwaluh Jabu dan semua rumah penduduk tersebut dibakar oleh orang belanda. Rumah Siwaluh Jabu dibakar karena menghalangi jalan yang dilewati oleh belanda. Pada saat ini rumah


(41)

pemukiman penduduk sudah ada yang berupa permanent, semi permanent, rumah kayu dan rumah panggung. Dahulu Desa Doulu hanya memiliki satu kesain (lingkungan) yaitu kesain Mbelang . Sehingga setiap ada acara pesta di Desa Doulu hanya dilaksanakan di losd kesain mbelang.

Pada saat ini Doulu Dalam dan Doulu Pasar terdiri dari empat lingkungan yang masing-masing dipimpin oleh kepala lingkungan yang dibiayai oleh pemerintah. Doulu Dalam terdiri dari tiga lingkungan yaitu lingkungan pertama berada disebelah hulu atau di Kenjulu pasar, lingkungan dua berada di hilir atau

Kenjahen pasar , lingkungan tiga berada di jalan masuk Desa Doulu atau

Kampung Baru, sedangkan lingkungan empat berada di Doulu Pasar. Batas antara lingkungan satu dengan lingkungan dua dibatasi oleh jalan masuk dengan lebar jalan 4 meter.

Pemukiman penduduk tergolong padat dan mengelompok. Posisi rumah penduduk ada yang menghadap ke utara dan menghadap ke barat. Sebahagian besar rumah-rumah warga cukup berdekatan antara satu rumah dengan rumah lainnya. Antara satu rumah dengan rumah lainnya tidak tertata teratur, namun ada juga bebrapa rumah penduduk yang berbaris. Sementara itu diantara rumah penduduk dengan rumah penduduk lainnya dipisahkan dengan gang-gang kecil dengan lebar jalan 3 meter. Gang-gang kecil tersebut digunakan sebagai jalan pintas menuju perladangan warga, tapin dan warung. Pada umumnya gang-gang kecil tersebut hanya dapat dilewati warga desa dan kendaraan roda dua, sedangkan gerobak hewan kerbau atau lembu tidak terdapat di desa Doulu. Ini dikarenakan di desa tersebut tidak terdapat warga yang memlihara hewan ternak.


(42)

Jumlah rumah warga Desa Doulu mencapai 596 unit. Mayoritas jenis rumah penduduk adalah rumah permanen. Jumlah rumah penduduk yang permanent yaitu 117 unit ( %), semi permanen 100 unit ( %), rumah kayu 204 unit ( %) dan rumah panggung 175 unit ( %). Rumah permanent dan semi permanen rata-rata sudah dilengkapi dengan peralatan rumah tangga eletronik.

Sebahagian penduduk juga sudah mempunyai kamar mandi sendiri, sedangkan air yang digunkan yaitu dengan menampung air hujan. Ada juga sebahagian penduduk lainnya. yang mengambil air ke sungai atau ke tapin untuk keperluan sehari-hari. Namum ada juga beberapa penduduk yang sudah menggunakan PAM. Mulai pada bulan Oktober, air (PAM) akan masuk ke desa dan dibiayai oleh PT. Tirta Sibayakindo (PT. AQUA). Biaya pemasangan air bersih dibiayai oleh USAID-ESP, DANONE dan Dana Swadaya Pemerintahan Desa dan Swadaya Masyarakat.

Sebahagian rumah warga ada yang sudah mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang dibuat di halaman depan atau di halaman belakang rumah warga. Bahkan ada juga beberapa warga yang mempbuang sampah ke sungai yang berdekatan dengan rumah mereka. Sungai tersebut mengalir dari Desa Semangat Gunung dan melewati Desa Doulu dan Desa Singkeben Deli Serdang dan mengalir ke Medan.

2.6 Tata Ruang Hutan, Pertanian dan Air 2.6.1 Tata Ruang Hutan

Hutan (kerangen) yang terdapat di Desa Doulu merupakan hutan lindung. Hutan lindung tersebut berada pada Deleng Singkut, Deleng Pertektekken,Deleng


(43)

Sibayak dan Deleng Macik. Deleng Singkut berada disebelah selatan, Deleng Pertektekken berada di sebelah barat daya desa, Deleng Sibayak disebelah barat

laut sedangkan Deleng Macik berada disebelah utara desa. Bagi warga yang tidak boleh sembarang mangambil hasil hutan. Pada umumnya warga hanya boleh mengambil kayu dan buluh (pohon bambu) yang berada di Deleng Macik. Namun pengambilan kayu dan buluh tersebut terbatas, hanya boleh diambil bila batang pohon kayu dan buluh tersebut sudah tua. Pada umumnya warga mengambil pohon kayu dan buluh tersebut untuk membangun rumah. Batang pohon dan

buluh terbatas untuk diambil dikarenakan Deleng Macik ini merupakan tempat

asalanya dating hujan. Menurut kepercayaan warga, hujan dan air berasal dari

Deleng Macik tersebut sehingga warga menamakan Deleng tersebut Deleng Macik

(gunung busuk).

Pada umumnya tumbuhan yang tumbuh di masing-masing Deleng adalah pohon kayu besar dan pohon bambu (buluh). Pohon-pohon kayu besar terebut berdiameter 1-3 meter. Pohon yang boleh diambil di Deleng Singkut hanya boleh diambil pohon bambu. Pengambilan pohon bambu (buluh) tersebut hanya terbatas.

2.6.2 Tata Ruang Pertanian dan Air

Desa Doulu memiliki luas wilayah 300 Ha, 40 Ha merupakan daerah pertanian sedangkan 200 Ha merupakan area persawahan. Pada umumnya di Desa Doulu pada saat ini tidak banyak lagi daerah persawahan. Persawahan yang terdapat di Doulu Kuta (Doulu Dalam) ialah perjumaan kenjulu dan perjumaan


(44)

perjumaan kenjahe menghadap ke barat. Sedangkan perjumaan (persawahan)

yang terdapat di Doulu Pasar adalah perjumaan kenjulu pasar dan perjumaan

kenjahen. Perjumaan kenjulu dan perjumaan kenjahen menghadap ke selatan.

Kondisi jalan menuju ke perjumaan sangat bagus baik perjumaan yang berada di Doulu Kuta dan Doulu Pasar. Perjumaan di Doulu Kuta berada di sebelah barat desa sedangkan perjumaan di Doulu Pasar berada di sebelah timur desa dan menghadap ke jalan besar atau jalan raya.

Pada umumnya mata pencaharian penduduk adalah bertani, namun dalam hal ini penduduk bertani di ladang. Jenis tanaman yang ditanam seperti strawberry, jeruk, kopi, jagung, terung belanda dan jambu air. Sedangkan di area

perjumaan (persawahan) hanya ditanami dengan padi dan jenis-jenis sayuran

seperti sayur parit.

Sedangkan untuk kebutuhan air sehari-hari, seperti untuk menyuci pakaian, memasak dan mandi, warga harus pergi ke tapin. Di Desa Doulu Kuta,

tapin terdapat dua tapin kecil untuk menyuci pakaian dan menyuci peralatan

dapur dan satu tapin (kamar mandi) untuk kamar mandi perempuan dan kamar mandi laki-laki. Kamar mandi (tapin) ini bersebelahan dan berada 150 meter sebelum sampai di kantor kepala desa. Ada juga beberapa penduduk yang sudah menggunakan PAM. Sedangkan tapin yang ada di Doulu Pasar tidak ada karena pada umumnya mereka sudah mempunyai kamar mandi sendiri dan sudah menggunakan PAM. Tetapi ada juga yang hanya menampung air hujan.

Untuk mengairi persawahan warga desa menggunakan air sungai karena sungai sangat berdekatan dengan persawahan mereka. Jadi warga desa tidak terlalu susuah untuk mengambil air untuk persawahan mereka. Air sungai


(45)

mengalir ndari Desa Semangat Gunung yang berada diatas Desa Doulu dan mengalir melewati Desa Doulu dan seterunya mengalir ke Deli Serdang.

2.7 Sarana dan Prasarana Desa

Sarana umum yang terdapat di Desa Doulu meliputi sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana kesehatan , sarana komunikasi dan sarana umum.

2.7.1 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan sarana yang paling penting atau pokok yang harus selalu diperhatikan oleh setiap masyarakat untuk meningkatkan sumber daya manusia yang handal terutama bagi warga Desa Doulu. Tingkat pendidikan akan menentukan masa depan bagi generasi penerus untuk mengelola sumbr daya alam (SDA) yang ada.

Sarana pendidikan yang ada di Desa Doulu ada dua sekolah dasar yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Impres. Pada umumnya para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka disekolah dasar ini. Ini dikarenakan kedua Sekolah Dasar ini berada di kawasan Desa Doulu dan sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk yang hanya berjarak 300 meter. Bagi orang tua yang berada di Doulu Pasar juga menyekolahkan anak mereka di Doulu Kuta. Para orang tua ini mengantar anak mereka ke sekolah dengan mengendarai kendaraan roda dua. Jarak yang ditempuh kurang lebih 1 Km dengan waktu tempuk kurang lebih 10 menit. Kondisi bangunan sekolah sudah sangat memadai dengan gedung sekolah yang permanent yang dibangun diatas lahan seluas satu hektar.

Bagi warga yang menyekolahkan anak mereka di SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) dan Perguruan


(46)

Tinggi, harus memilih melanjutkan sekolah ke Kecamatan Berastagi dank e Kabanjahe. Biasanya mereka akan menaiki bus, diantar oleh orang tua mereka atau dengan menggunakan tenaga ojek. Waktu tempuh sekitar 20-30 menit dengan jarak 11-12 Km dari desa.

2.7.2 Sarana Ibadah

Sarana ibadah yang terdapat di Desa Doulu yaitu tiga buah sarana gereja dan satu sarana mushola. Sarana ibadah yang ada di Doulu Kuta (Doulu Dalam) yaitu Gereja GBKP (Gereja Batak Karo Protestan), Gereja Katolik dan Mushola. Sarana ibadah ini juga sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk. Jarak antara sarana ibadah ini sangat berdekatan hanya 100 meter. Bangunan Gereja GBKP dan Katolik merupakan semi permanent sedangkan bangunan mushola sudah permanent.

Sedangkan sarana ibadah yang ada di Doulu Pasar yaitu Gereja GBKP. Pada umumnya yang gereja disini ialah warga desa Doulu Pasar.

2.7.3 Sarana Kesehatan

Beberapa sarana kesehatan yang ada di Desa Doulu yaitu satu Puskesmas dan satu Balai Kesahan Ibu dan Anak (BKIA). Sarana kesehatan ini berada di Doulu Kuta (Doulu Dalam) dan bersebelahan dengan kantor kepala desa. Bidan atau perwat berasal dari Desa Doulu praktek bidan desa sudah mendapat izin praktek dari pemerintah. Dalam. Kondisi bangunan sarana kesehatan ini sudah permanent. Di puskesmas ini juga terdapat ruang rawat inap bagi pasien. Tetapi


(47)

ada juga beberapa warga Desa Doulu yang jika sakit berobat ke Berastagi atau ke Kabanjahe.

2.7.4 Sarana Komunikasi

Untuk sarana komunikasi masyarakat Desa Doulu, warga sudah menggunakan sarana telepon genggam atau handphone. Untuk memperoleh informasi masyarakat sudah menggunakan sarana media elektronik yaitu televisi dan radio dalam mengakses informasi yang sedang berkembang. Masyarakat juga sudah memperoleh sarana media cetak yaitu Koran. Beberapa masyarakat ada yang membeli Koran ke Berastagi dan ada juga petugas pengantar Koran yang mengantar Koran ke Desa Doulu.

2.7.5 Sarana Umum

Sarana umum yang terdapat di Desa Doulu yaitu terdapatnya tapin (pemandian umum) yang terletak berdekatan dengan kantor kepala desa. Terdapat dua tapin untuk menyuci pakaian dan satu tapin untuk pemandian umum. Biasanya warga Desa Doulu untuk menggunakan kebutuhan sehari-hari untuk memasak dan menyuci pakaian, warga pergi ke tapin ini.

Di Desa Doulu juga terdapat sebuah Losd yang berada berdekatan dengan kantor kepala desa. Losd ini digunakan untuk acara pesta perkawinan ataupun upacara kematian. Jumlah orang yang dapat ditampung di losd ini diperkirakan kurang lebih 800 orang. Fasilitas juga sudah terdapat di losd seperti alat-alat memasak, tikar dan kamar mandi.


(48)

Sebahagian sarana umum seperti bangunan sekolah, puskesmas dan sarana umum merupakan milik pemerintah. Sementara bidan dan perawat sudah terdapat di Desa Doulu. Sedangkan sarana ibadah dibangun oleh warga

2.8 Organisasi Sosial Desa

Organisasi sosial yang ada di Desa Doulu dibedakan menjadi dua bentuk organisasi yaitu yang bersifat formal dan non formal. Organisasi ini masih aktif hingga saat ini.

2.8.1 Organisasi Formal

Organisasi formal yang ada di Desa Doulu yaitu adanya kegiatan para ibu-ibu (organisasi PKK) yang mengadakan kegiatan-kegiatan yang sudah terencana yang mempunyai tujuan yaitu membina maupun melatih para ibu-ibu untuk lebih terampil dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah kesejahteraan keluarga. Organisasi PKK ini dibagi dalam empat POKJA yaitu masing-masing POKJA mempunyai tugas masing-masing untuk melayani masyarakat.

Organisasi formal lainnya yaitu adanya organisasi keagamaan yang dibentuk oleh masing-masing badan agama. Salah satu kegiatan keagamaan yang ada di Desa Doulu yaitu badan gereja GBKP (Gereja Batak Karo Protestan). Badan gereja ini juga mempunyai badan-badan pekerja yang juga mempunyai tugas masing-masing seperti dibidang kegiatan ibu-ibu (moria), bapak-bapak (mamre) dan muda-mudi (Permata)1. Umat Katolik juga mempunyai kegiatan yaitu adanya Pekan Doa2. Bagi umat islam juga mempunyai kegiatan yaitu perwiritan3.


(49)

2.8.2 Organisasi Non Formal

organisasi non formal yang ada di Desa Doulu yaitu adanya kegiatan kemasyarakatan seperti kegiatan STM (Serikat Tolong Menolong). Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan antar anggota masyarakat Desa Doulu. Anggota Serikat Tolong Menolong ini seluruhnya adalah masyarakat desa tanpa terkecuali. Kegiatan STM ini dilakukan pada saat adanya peristiwa yang terjadi diantara anggota, seperti acara pernikahan, upacara kematian dan sebagainya. Masyarakat desa yang menjadi anggota STM akan membantu secara tolong menolong atau gotong royong seperti menyiapkan makanan pesta yang dikerjakan para ibu-ibu, bagi kaum bapak-bapak memotong hewan sebagai lauk pesta.

1. Salah satu kegiatan moria dan mamre yaitu perpulungen jabu-jabu. Kegiatan ini diadakan sekali dalam seminggu. Kegiatan ini dipimpin oleh pendeta, pertua dan diaken dan mereka bertugas secara bergantian dalam tiap minggunya. Sedangkan kaum muda-mudianya juga mengadakan kegiatan yaaitu PA Permata yang diadakan sekali dalam seminggu.

2. Pekan Doa ini juga hamper sama dengan perpulungen jabu-jabu. Kegiatan ini juga diadakan sekali dalam seminggu.. Muda-mudi (MUDIKA) juga mempunyai kegiatan.


(50)

BAB III

LOKASI DAN HARI ERCIBAL DESA DOULU

3.1 Lokasi-lokasi Ercibal Di Desa Doulu

Lokasi-lokasi yang ercibal di Desa Doulu terdapat tujuh tempat. Tempat-tempat tersebut hingga sampai saat ini masih dikunjungi oleh para pelaku ercibal untuk melakukan ercibal di daerah-daerah tersebut. Tempat-tempat tersebut yaitu : (1) Lau Sidebuk-debuk, (2) Mata Lau Nini Penawar, (3) Deleng Singkut, (4)

Deleng Pertektekken, (5) Buah Huta-huta atau Nini Galuh Kuta dan (6) Deleng Sibayak, dan (7) rumah para pelaku ercibal.

3.1.1 Mata Air Nini Penawar

Mata air nini penawar merupakan suatu tempat mata air panas yang berada

di Desa Semangat Gunung dan melewati pintu gerbang PT. Pertamina Geothermal Sibayak. Lokasi ini berjarak 1,5 Km yang berada disebelah barat dari kantor kepala Desa Doulu. Kondisi jalan menuju Mata Air Nini Penawar sudah diaspal dan mempunyai lebar badan jalan 9 meter dan terdapat beberapa lubang dengan kedalaman 10-12 Cm. Penyebab adanya lubang pada badan jalan karena tingginya curah hujan di Desa Doulu dan Desa Semangat Gunung sehingga menyebabkan air hujan menggenang di aspal dan mengikis aspal hingga berlubang. Desa Doulu dan Desa Semangat Gunung juga merupakan daerah wisata pemandian air panas.

Untuk mencapai tempat tersebut dapat menaiki sepeda motor sekitar 15 menit dan turun di simpang tempat PLTU. Setelah turun di PLTU maka harus berjalan kaki sekitar 300 meter untuk menuju Mata Air Nini Penawar. Sepanjang


(51)

jalan menuju lokasi Mata Air Nini Penawar hanya terdapat kawasan pemandian air panas Desa Semangat Gunung dan pemukiman penduduk sedangkan pertanian penduduk tidak terdapat di sekitar lokasi Mata Air Nini Penawar.

3.1.2 Deleng Pertektekken

Deleng Pertektekken merupakan suatu kawasan hutan pegunungan yang

berada di sebelah barat daya Desa Doulu yang berjarak 1,5 Km. kondisi jalan menuju lokasi tersebut sudah diaspal dan tidak terdapat lubang pada badan jalan. Untuk menuju lokasi tersebut dapat menaiki kendaraan pribadi maupun sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.

Kondisi jalan menuju Deleng Pertektekken menanjak. Pemukiman penduduk, tiang listrik dan jaringan tower tidak ada di lokasi tersebut. Hanya terdapat pohon-pohon besar seperti pohon pinus , pohon jati dan pohon-pohon kecil. Sedangkan jenis-jenis fauna yang terdapat di lokasi ini hanya terdapat burung, ular, musang dan tupai.

3.1.3 Deleng Singkut

Deleng Singkut merupakan kawasan pegunungan yang berada di sebelah utara Desa Doulu. Deleng Singkut berada disebelah kiri sepanjang jalan masuk ke Desa Doulu. Namun untuk menuju lokasi ini bisa juga ditempuh dari Tongkeh yang berada di Berastagi. Jarak yang ditempuh untuk menuju lokasi tersebut sekitar 2 Km. kondisi jalan menuju Deleng Singkut sudah diaspal tetapi jalan tersebut menanjak karena lokasi tersebut berada diatas Deleng Singkut.

Untuk mencapai Deleng Singkut dapat menaiki kendaraan pribadi dan sepeda motor. Banyaknya waktu yang diperlukan untuk menuju lokasi tersebut


(1)

: (Hari yang licin baik untuk melasanakan pekerjaan mendirikan rumah, memasuki rumah baru, mulai berdagang, tidak boleh bertegang urat leher, dan melamar pekerjaan).

6. Cukra Enem Berngi : Wari pembukui, wari salangsai, mehuli berkat erlajang, ngelamar dahin, ngadap man simbelin, mulai erbinanga, kerja nereh empo, mena ku juma, nungkuni ate ngena.

: (Hari penutup, hari yang tidak mempunyai hambatan-hambatan atau hari tanpa rintangan, baik untuk berangkat ke perantauan, melamar pekerjaan, menghadap pejabat tinggi, mulai berdagang pesta kawin, mulai ke lading, meminang gadis yang disukai).

7. Belah Naik :Wari pengguntur, wari raja, nangkih, ngelamar

dahin, mukul, erpangir enggo she sura-sura, kerina kerja-kerja mehuli ergendang,

: (Hari pengguntur, hari raja, baik untuk membawa gadis kawin ke rumah anak beru bagai masayarakat Karo, melamar kerja mukul (makan dalam satiu piring pada hari setelah selesai pesta bagi pasangan suami istri), memanggil roh seseorang yang telah meninggalkan tubuhnya, sehingga orang tersebut menbjadi sakit, erpangir karena sampai apa yang diinginkan, segala pesta baik untuk membuat gendang).

8. Aditia Naik : Wari mehuli kerina kerja-kerja, erkata gendang, erpangir kulau, mengket rumah, pupur sage, mulai erbinanga, maba nangkih.

: (Hari baik untuk semua pesta, musyawearagh, bergendang, erpangir ku lau, memasuki rumah baru, saling berbaikan atau saling memaafkan bagi yang bertengkar, mulai berdagang, membawa kawin anak gadis kawin bagi pria).

9. Sumasiwah : Wari kurang ulina, metenget erkaipe mehuli, erburu, Nogeng kudarat lau.

: (Hari yang kurang baik, harus hati-hati dalam segala hal, baik untuk berburu, mmemsang perabgkap untuk hewan di darat/di laut).


(2)

10. Nggara Sepuluh :Wari melas, metenget ranan, ola pesimbak sora,

mehulu eerbahan tambar, menaken dahin, buang sial mengket rumah, erdemu bayu, erkata gendang, wari merawa ngampeken tulan-tulan.

:(Hari yang panas, harus berhati-hati dalam perkataan, jangan ada yang berselisih pendapat, baik untuk membuat obat atau mengobati penyakit, memulai suatu pekerjaan, buang sial, memasuki rumah baru, pesta kawin, bergendang, hari yang tidak baik memindahkan tulang-tulang dari satu kuburan ke kuburan lain).

11. Budaha Ngadap : Wari salangsai, mehuli kerina erbahan kerja. : (Hari bebas hambatan, baik untuk semua pekerjaan). 12. Beraspati Tangkep : Wari mehuli jumpai simbelin (siperpangkat),

ngelamar dahin., perumah begu jabu, erpangir karena mindo rejeki, ersembah man Tuhan Dibata.

: (Hari yang baik utnuk menghadap pejabat tinggi, melamar pekerjaan, memanggil roh yang telah meninggal untuk datang ke rumah, erpangir untuk meminta rejeki, bersembah kepada Tuhan Allah). 13. Cukra Dudu(Lau) :Wari mehuli nereh empo, nuan galoh lape-lape.,

ndahi orang tua, kalimbubu, mengket rumah, erpangir ku lau.

: (Hari yang baik untuk pesta kawin, menanm pisang sebagi pelindung, mengun jungi orang tua/kalimbubu, memasuki rumah baru, erpangir ku lau).

14. Belah Puranama Raya : Wari raja kerja-kerja mbelin, kerja kalak si

erjabatan, erpangir ku lau, guro-guro aron, nunggahken lau, meciho, naruhken anak ku kalimbubu.

: (Hari raja hari yang baik utnuk pesta besar, pesta bagi yang mempunyai kedudukan tinggi, erpangir ku lau, melaksanakan guro-guro aron, untuk berjiarah ke kuburan, menghantarkan anak ke rumah impalnya atau ke rumah kalimbubu bagio anak lelaki).


(3)

15. Tula :Wari sial, mekisat kalak kerja –kerja ibas wari si e,

simehuli nuan tualah, rabi.

: (Hari sial, malsa untuk mengunjungi pesta pada hari tersebut, baik menanam kelapa, membuka hutan atau perladangan pada hari ini).

16. Suma Cepik :Wari la mehuli adai lit urak bilangen membahenen

bulung-bulung simalem, si mehuli erguru, nong siding ngkawil.

: (Hari yang kurang baik, jikalau ada yang bilangan yang berkurang jumlahnya harus ditambahoi atau diambil bulung-bulung simalem (daun-daun yang menyembuhkan). Hari ini hari yang baik untuk berburu, memasang perngkap bagi hewan buruan, memancing).

17. Ngara Enggo Tula : Mehuli buang sial, erbahan tambar, erpagir selamsam (erpangir karena hal-hal yang tidak baik.

: (hari untuk buang sial, mengabati, erpagir karena ditimpa hal-hal yang tidak baik, misalnya penyakit, membuang guna-guna yang dibuat oleh orang lain). 18. Budaha Gok : Wari ‘page mbuah’ mulai mutik mere page ku

keben, mulai muat page I keben ngerik.

: (Hari pada melimpah, baik untuk memulai memberi makanan/memberi pupuk bagi tanaman, menyimpan kelumbung mulai mengambil padi dari lumbung dan panen padi).

19. Beras pati 19 : Menaken rabin, nabah kayu rumah, ngkawil,

erbahan sapo juma.

: (Memulai penyiangan tanam-tanaman, menebang kayu untuk rumah, memancing, membuat dangau di lading).

20. Cukera si 20 : Mehuli erbahan tambar, mengket rumah,

nampeken tulan-tulan, erkata gendang, mehuli berkat gawah, permuah-rumahken.

: (Baik untuk mengobati , memasuki rumah baru, memindahkan tulang-tulang dari dalam tanah ke tempat yang diinginkan atau memindahkan tulang


(4)

belulang ke suatu kuburan ke kuburan lain, baik untuk bergendang, baik untuk berjalan-jalan atau tamasya, mengunjungi teman-teman.

21. Belah Turun : Buang sial, ncibali siding, ngkawil, erburu, ngaci.

: (Hari yang baik untuk buang sial, meletakkan perangkap bagi hewan buruan, memancing, berburu).

22. Aditia Turun : Erbahan tambar, erpangir kengalen (erpangir

untuk pria/wanita yang tidak mempunyai niat untuk kawin, tetapi umurnya telah lewat dari batas ideal untuk berumah tangga).

: (Hari untuk mengobati, erpangir kengalen aerpangir untuk pria/wanita yang tidak mempunyai niat untuk berumah tangga walaupun umurnya telah jauh dari umur yang ideal untuk berumah tangga), buang sial, membinasakan penyakit yakni dengan jauh membuang ke laut.

23. Sumana Mate : Mehuli erbahan togeng-togengen darat/lau ncibali siding, erburu rubia-rubia.

: (Baik untuk memasang perangkap di darat/air, berburu hewan).

24. Nggara Simbelin : Mehuli erbahan tambar, erpangir buang

sial/penyakit, ertoto man Tuhan Dibata kerna si mehuli.

: (Baik untuk mengobati penyakit, erpangir buang sial, berdoa kepada Allah untuk hal yang baik). 25. Budaha Medem :Wari sinuan, kujuma, mere page, mutik, muat page

ku keben, ngerik berkat erdalan.

: ( Harinya menanam tanaman ke lading, memberi sesajian ke padi, memetik padi, menyimpan padi ke lubung, panen, berangkat untuk merantau).

26. Beras Pati Medem : Wari simalem-malem, mere nakan man orang tua, ndahi kalimbubu, kerja nereh empo, erbahan tambar.

: (Hari-hari kebahagiaan, baik untuk pesta memberi makan kepada orang tua yang telah tua/lanjut usia, mengunjungi kalimbubu, pesta kawin, mengobati penyakit).


(5)

27. Cukrana Mate : Buang Sial, erbahan tambar, erburu, ngkawil.

: (Hari yang baik untuk buang sial, mengobati penyakit, berburu dan memancing).

28. Mate Bulan : Ngulak, buang sial, nubus semangat, erburu,

ngkawil. Kulawit.

: ( Membuang hal-hal yang tidak baik dari diri kita, membuang sial, pembinasaan penyakit, berburu, turun ke laut).

29. Dalin Bulan : Wari kurang ulina, si mehuli tupuk.

: (Hari-hari yang kurang baik untuk dilakukan yaitu memakaikan anting-anting anak-anak puteri oleh orang-orang yang ditentukan dan harus membawa kelapa, gula merah/gula putih kepada yang memasang tersebut).

30. Sami Sara : Nutup kerja, numbuki aron, pupursage ertoto man Dibata, man nini-nini, ertoto man begu jabu, nendungi guru.

: ( Penutup pesta, peneyelesaian lading ooleh aron, memberi sembahan untuk nini, dan konsultasi dengan guru).

Lampiran 2

Nama-nama Bulan Menurut Kelender Suku Karo

Disamping hari yang baik dan tidak baik untuk melakukan ercibal menurut kelender suku Karo, orang Karo juga mengenal pembagian bulan dalam satu tahun. Setiap bulan selalu dikaitkan dengan perwatakan hewan atau benda-benda. Nama-nama bulan tersebut adalah :

1. Sipaka Sada (kambing) 2. Sipaka Dua (lampu)


(6)

4. Sipaka Empat (kodok)

5. Sipaka Lima ( arimo=harimau) 6. Sipaka Enem (elang)

7. Sipaka Pitu (kayu) 8. Sipaka Waluh (kolam) 9. Sipaka Siwah (kepiting)

10. Sipaka Sepuluh (baluat=sejenis suling) 11. Sipaka Sepuluh Sada (batu)