22998 ID struktur dan distribusi pendapatan rumah tangga serta strategi kebijakan peningk

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA
SERTA STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
PETANI JAGUNG DI LAHAN PERHUTANI
DI KECAMATAN
TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN PROVINSI JAWA
TENGAH
Muhammad Nurwibowo, Endang Siti Rahayu, Sri Marwanti
Magister Agribisnis Program Pascasarjana UNS
hmnurwibowo@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui struktur dan distribusi pendapatan rumah tangga
petani jagung peserta pesanggem dan bukan peserta pesanggem di lahan Perhutani, dan 2)
merumuskan strategi kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani jagung peserta
pesanggem. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analitis. Struktur pendapatan
menggunakan analisis persentase sedangkan untuk analisis distribusi pendapatan dengan Gini

Indeks serta strategi kebijakan dengan analisis SWOT. Rata-rata pendapatan petani jagung
peserta pesanggem pada tahun 2012 dari hasil usahatani jagung sebesar Rp. 11.126.270.- dan
dari non usahatani jagung sebesar Rp.2.475.670 dengan struktur pendapatan 81,80% dan
18,20%. Sedangkan rata-rata pendapatan petani jagung bukan peserta pesanggem dari hasil
usahatani jagung sebesar Rp. 6.854.300.- dan dari non usahatani jagung sebesar Rp.
2.421.800.- dengan struktur pendapatan 73,89% dan 26,11%. Nilai Gini Index (GI) lebih
besar dari 0,5 artinya distribusi pendapatan petani jagung termasuk tingkat ketimpangan
tinggi. Pemerintah memberikan pinjaman dengan bunga rendah, melaksanakan pelatihan
keterampilan di bidang lain untuk mengantisipasi kehilangan lapangan pekerjaan.
Kata kunci: Pendapatan, struktur dan distribusi pendapatan, peningkatan kesejahteraan.
salah satu ukuran untuk melihat pemerataan

PENDAHULUAN
Pembangunan

nasional

telah

hasil-hasil pembangunan. Berkaitan dengan


dilaksanakan lebih dari setengah abad di

hal tersebut, pemahaman struktur dan

Indonesia telah memberikan hasil yang

distribusi pendapatan merupakan salah satu

cukup

topik bahasan yang perlu dikaji.

siginifikan.

yang

Salah

satu


ukuran

keberhasilan pembangunan nasional adalah
meningkatnya pendapatan nasional (gross
domestic

product,

GDP/perkapita.

Produk Domestik

Bruto Atas dasar Harga Konstan Tahun

atau

pun

2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar


demikian

per-

Rupiah), pada tahun 2011 sebesar Rp.

GDP)

Namun

Secara Nasional,

tumbuhan pendapatan saja tidak cukup,

2.463.242,-.

penelaahan bagaiaman besaran pendapatan

Kapita Per Tahun atas harga konstan tahun


nasional tersebut terdistribusikan diantara

2000 di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

berbagai golongan penduduk merupakan

sebesar Rp. 4.936.103,73, sedangkan untuk

Pendapatan

Regional

Per

21

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320


Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

Pendapatan Regional Bruto Per Kapita Per

Tingkat

persaingan

dengan

Tahun sebesar Rp. 5.774.556,44. (BPS Jawa

peruntukan pengembangan industri dan

Tengah,2011). PDRB Jawa Tengah dari

permukiman (terutama di Pulau Jawa) telah

tahun ke tahun meningkat dan sumber


sangat mengkhawatirkan bagi eksistensi

PDRB yang tertinggi berasal dari lapangan

per-tanian, khususnya sebagai sektor yang

usaha

yang

berkepentingan dalam pengadaan pangan

terendah bersumber dari listrik, gas dan air

nasional. Fakta tersebut juga dialami oleh

bersih.

masyarakat di Kecamatan Tanggungharjo


industri

pengolahan

dan

Total Produk Domestik Regional

Kabupaten

Grobogan

Provinsi

Jawa

Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha atas

Tengah, dimana lahan usaha pertanian


dasar

semakin

harga

Grobogan

konstan

tahun

2000

2009

Kabupaten

sebesar


sempit

dan

bahkan

hampir

Rp.

sebagian masyarakat tidak memiliki lahan

3.097.093.250.000. Sumber PDRB yang

usahatani. Berkaitan dengan itu maka sejak

terbesar berasal dari bidang pertanian yaitu

tahun 2003 Perhutani membuat kebijakan


sebesar 43,77 % dan yang terendah berasal

agar masyarakat disekitar hutan sebagai

dari Pertambangan dan Penggalian serta

pesanggem

Listrik Gas dan Air Minum masing-masing

sebagian besar masyarakat melaksanakan

1,66 %. (BPS Grobogan 2011). Banyak

usaha

usaha yang merupakan sumber pendapatan

ningkatkan pendapatan dan juga untuk

masyarakat salah satunya adalah usaha

menjaga

dibidang pertanian, namun fakta empirik

ditanami pihak Perhutani.

menunjukan bahwa semakin meningkatnya
kebutuhan

pertanian,

tanaman

Tujuan

Perhutani

dalam

pokok

penlitian

rangka

hutan

yaitu

yang

me-

yang

untuk

mengetahui Struktur Pendapatan Rumah

kemajuan zaman, maka kebutuhan akan

Tangga Petani Jagung peserta pesanggem

lahan juga terus meningkat dari waktu ke

dan bukan peserta pesanggem dilahan

waktu, sementara luas lahan relatif tetap.

Perhutani, untuk mengetahui Distribusi

Akibatnya

tekanan dalam pemanfaatan

Pendapatan Rumah Tangga Petani Jagung

lahan cendrung semakin kuat. Sumberdaya

peserta pesanggem dan bukan peserta

lahan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan

pesanggem

dilahan

lahan pertanian maupun bukan pertanian

merumuskan

strategi

(pemukiman, industri

rangka meningkatkan kesejahteraan petani

untuk

sejalan

lahan

dengan

Khusus

manusia

di

dan sebagainya).

memberdayakan

lahan

Perhutani
kebijakan

dan
dalam

jagung peserta pesanggem.

pertanian, hingga saat ini menghadapi
tantangan dan tekanan yang semakin kuat.
22

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

METODE PENELITIAN

(Kuncoro,2003).

Lokasi dan Waktu Penelitian

dilakukan dengan quota sampling yaitu

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja

masing-masing desa diambil 10 responden

(purposive) berdasarkan lokasi kegiatan

petani jagung peserta pesanggem, sebagai

pesanggem

pembanding

yaitu

Tanggungharjo

di

Kecamatan

Kabupaten

Penentuan

untuk

analisis

responden

pendapatan

Grobogan

petani jagung peserta pesanggem diambil

Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan

petani bukan pesanggem dengan jumlah dan

selama ± 3 bulan terhitung sejak tanggal 10

metode yang sama. (Kuncoro,2003)

September sampai dengan 24 Nopember
2012.

Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data digunakan tiga

Jenis Penelitian

macam teknik yaitu: wawancara, yaitu

Metode dasar yang dipergunakan dalam

pengumpulan data dengan cara meminta

penelitian ini adalah metode diskriptif

keterangan melalui daftar pertanyaan yang

analitis.

telah

Yaitu,

pelaksanaan

penelitian

dipersiapkan

sebelumnya

dan

dengan diskriptif adalah metode penelitian

pencatatan, yaitu data dengan cara mencatat

dengan memusatkan diri pada pemecahan

data yang telah ada pada dinas atau instansi

masalah yang ada pada masa sekarang yakni

yang

masalah-masalah yang aktual.

observasi, yaitu pengumpulan data dengan

terkait

dengan

penelitian

serta

cara mengamati secara langsung obyek
penelitian.

Populasi dan Sampel
Dalam suatu penelitian tidaklah selalu perlu
meneliti semua individu dalam populasi.

Teknik

Dengan meneliti sebagian dari populasi atau

Mengumpulkan Data

sampel

telah

Teknik dan instrumen untuk mengumpulkan

yang

data

itulah

menggambarkan

diharapkan
sifat

populasi

dan

dengan

Instrumen

cara

wawancara

Untuk

dengan

bersangkutan. Berkaitan dengan itu peneliti

menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner)

melakukan studi

Kecamatan

yang mudah dimengerti oleh responden dan

Tanggungharjo yang terdiri dari Desa

juga dapat diwawancara pada saat panduan

Sugihmanik

pengisian kuisioner.

Tanggungharjo

kasus

Dusun
Dusun

di

Rejosari,

Desa

Kedunggempol,

Desa Rinnginpitu Dusun Karanggetas dan

Teknik Analisis Data.

penentuan responden penelitian dilakukan

Analisis

dengan

sebelumnya dilakukan perhitungan biaya

purposive

sampling.

penerimaan

usahatani

jagung;

23

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

produksi jagung yang terdiri dari dua

TR = Penerimaan

macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

P = Harga produksi jagung

Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya

Q=

Jumlah

variabel seluruhnya merupakan biaya total
produksi

dalam

notasi

jagung

(Suratyah,2006)

matematika

dituliskan :

produksi

Pendapatan petani yaitu selisih antara
penerimaan yang berasal dari penjualan

TC = TFC + TVC

hasil produksi usahatani setelah dikurangi

dimana :

biaya total yang dikeluarkan tidak termasuk

TC

= Total biaya produksi

biaya tenaga kerja keluarga. Dalam bentuk

TFC

= Total biaya tetap

notasi dapat dituliskan sebagai berikut :

TVC

=

Total

biaya

tidak

tetap.

(Suratyah,2006)

I = TR-TC Dimana:
I

Biaya tetap adalah biaya yang tetap

= Pendapatan,

TR = Penerimaan

harus dikeluarkan pada berbagai tingkat

TC

=

Biaya

output yang dihasilkan. Pada penelitian ini

(Suratyah,2006)

total

yang

dikeluarkan

yang termasuk biaya tetap dalam usahatani
jagung adalah biaya pajak tanah, bunga

Struktur Pendapatan

modal dan sewa tanah sekap/pripil. Biaya

Untuk mengetahui struktur pendapatan

variabel adalah biaya yang berubah ubah

menggunakan

menurut tinggi rendahnya tingkat output

berasal dari berbagai sumber pendapatan,

yang termasuk dalam penelitian ini adalah :

antara lain dari kegiatan usahatani (on farm)

biaya tenaga kerja luar, pembelian pupuk

yang

SP36, pembelian pupuk Urea, pembelian

perhutani, kepemilikan tegal, pekarangan

pupuk phonska, pupuk ZA, pupuk kandang

dan usaha ternak, dan usaha di luar pertani

dan biaya pestisida.

(off farm) seperti usaha jasa (buruh), ojek,

Penerimaan petani pada dasarnya
dibedakan

menjadi

2

jenis

yaitu:

terdiri

analisis

dari

persentase

pengelolaan

yang

lahan

pedagang dan lain sebagainya. (Todaro
(2000).

Dari

keseluruhan

pendapatan

Penerimaan yaitu penerimaan yang berasal

masyarakat atau total pendapatan dilihat

dari penjualan hasil produksi usahatani.

dari strukturnya dapat dirumuskan sebagai

Penghitungan penerimaan ini diperoleh dari

berikut:

perkalian hasil produksi dengan harga
jualnya. Dalam notasi dapat ditulis sebagai
berikut:
TR = P.Q dimana :

Keterangan:
I= Total Pendapatan Rumah Tangga Petani
24

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

P = Total Pendapatan Rumah Tangga dari
Usahatani

tingkat ketimpangan rendah, 0,4 ≤ Gini ≤
0,5 tingkat ketimpangan moderat dan Gini

NPj = Total Pendapatan Rumah Tangga dari

Indeks > 0,5 tingkat ketimpangan tinggi.

Luar Usahatani.
Rumusan Strategi Kebijakan
Distribusi Pendapatan

Data yang diperoleh untuk perumusan

Untuk mengevaluasi struktur dan distribusi

alternatif strategi adalah data kualitatif dan

pendapatan digunakan pendekatan with and

kuantitatif

without method analysis, sehingga akan

dianalisis dengan menggunakan metode

mebandingkan pendapatan petani jagung

analisis

peserta pesanggem dan bukan peserta

alternatif strategi kebijakan dalam rangka

pesanggem.

dan

meningkatkan

Siti

sekitar hutan di Kecamatan Tanggungharjo

Rahayu,2003). Untuk mengkaji distribusi

Kabupaten Grobogan dengan menggunakan

pendapatan petani digunakan alat analisis

matriks IFE, matriks EFE, matriks internal-

penghitungan indeks Gini (Gini Indeks)

eksternal (IE) dan matrik SWOT sebagai

dengan rumus sebagai berikut:

alat analisisnya. (David,2001).

(Dalton,1920)

Simatupang,1989

dalam

Endang

yang kemudian diolah dan

SWOT

untuk

merumuskan

kesejahteraan

masyarakat

G = 1 - 1/n.2/n²Y(1yΌ + 2y΍ + .. + ny) atau
G = (1/n2 ) Σi Σj (yi - yj)/ Y
Dimana:

Hasil dan Pembahasan
Karakteritik Responden

n=total individu atau grup

Tingkat

pendidikan

responden

y= Pendapatan Individu

terbanyak tamatan SD (40,00%) yang paling

Y=Pendapatan rata-rata group.

sedikit tamatan Perguruan Tinggi (3,33%)

i

= 1,.......n

sedangkan

j

= 1, ......n

minimal 5 tahun, hal ini menggambarkan

Penghitungan Gini indeks dilakukan

pengalaman

yang

berusahatani

bahwa pengelolaan usahatani jagung lebih

untuk a) pendapatan hasil penjualan jagung

banyak

selama tahun 2012, b) pendapatan yang

kemampuan teknis yang diperoleh secara

bersumber dari sektor pertanian tahun 2012

turun

dan c) pendapatan yang bersumber dari

pengalaman,

Bukan sektor pertanian selama tahun 2012.

pelatihan

Winardi (1989). Kriteria penilaian koefisien

Sehingga dengan berbekal pengalaman

Gini Indeks adalah sbb: Gini Indeks < 0,4

tersebut dapat mempengaruhi terhadap hasil
produksi

hanya

menitik

temurun

beratkan

pada

atau

berdasarkan

disamping

mendapatkan

tehnis

jagung.

dari

instansi

Berdasarkan

terkait.

hasil
25

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

penelitian menunjukkan bahwa luas lahan

pesanggem dan bukan peserta pesanggem

usahatani jagung yang digarap oleh petani

dengan responden masing-masing sebanyak

peserta pesanggem sebesar 26,25 ha dan

30 orang dilakukan analisis distribusi

rata-rata 0,88 Ha perorang. sedangkan

pendapatan

bukan peserta pesanggem jumlah luas lahan

kemantapan selahgini sebagai indikator

usahatani sebesar 14,62 Ha dengan rata-rata

kesejahteraan menghasilkan bahwa baik

0,49 Ha per orang.

nilai GI petani jagung peserta pesanggem
maupun

untuk

petani

melihat

jagung

tingkat

bukan

peserta

Pendapatan Rumah Tangga

pesanggem serta total peserta pesanggem

Rata-rata pendapatan petani jagung peserta

dan bukan peserta pesanggem semuanya

pesanggem pada tahun 2012 dari hasil

lebih besar dari 0,5 atau mendekati satu, hal

usahatani jagung sebesar Rp. 11.126.270.-

ini menunjukan bahwa tingkat pendapatan

dan dari non usahatani jagung sebesar

petani jagung tidak

Rp.2.475.670 dengan struktur pendapatan

pemerataan

81,80% dengan 18,20%. Sedangkan rata-

ketimpangan tinggi.

dan

sempuran tingkat

dikategorikan

tingkat

rata pendapatan petani jagung bukan peserta

Banyak faktor yang menyebabkan

pesanggem sebesar dari hasil usahatani

distribusi pendapatan petani jagung di

jagung sebesar Rp. 6.854.300.- dan dari non

Kecamatan Tanggungharjo termasuk tingkat

usahatani jagung sebesar Rp. 2.421.800.-

ketimpangan tinggi antara lain luas lahan

dengan struktur pendapatan 73,89% dengan

usaha bervariasi hal ini disebabkan karena

26,11%. Nilai Pendapatan dan struktur

kekurang modal usahatani, tenaga kerja

pendapatan baik petani jagung peserta

serta sarana dan prasarana. Selain itu

pesanggem maupun petani jagung bukan

usahatani

peserta pesanggem

Tanggungharjo

yang paling besar

jagung
hanya

di

Kecamatan

karena

keadaan

bersumber dari usahatani jagung, hal ini

terdesak untuk mendapatkan penghasilan

dikarenakan semua petani melaksanakan

sebab sebelum mengusahatani jagung baik

usahatani jagung dan merupakan mata

di lahan Perhutani maupun di lahan sendiri

penceharian pokok.

masyarakat

daerah

hutan

hanya

mengerjakan pencurian kayu (ilegal loging)
Distribusi Pendapatan Petani Jagung

di

Peserta Pesanggem

demikian pengetahuan tentang berusahatani

Berdasarkan hasil penelitian penulis di

jagung masih minim yang berdampak

Kecamatan

kepada produktivitas jagung.

Tanggungharjo

tentang

hutan

Perhutani.

Sehingga

dengan

distribusi pendapatan petani jagung peserta
26

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

Analisis Matriks SWOT

jagung

Setelah mengetahui posisi usahatani jagung

Kabupaten Grobogan saat ini serta analisis

yang telah berjalan sampai dengan saat ini

faktor internal dan eksternal yang disajikan

dan didapatkan inti strategi yang akan

dalam bentuk matriks IFE dan EFE.

dijalankan,

selanjutnya

Formulasi strategi ini dilakukan dengan

adalah menyusun faktor-faktor strategi bagi

menggunakan alat analisis matriks SWOT

petani jagung yang menjalankan usahatani

dapat dilihat pada Gambar 1. Strategi yang

dengan

SWOT.

dihasilkan berupa kombinasi S-O (Strength-

Weakness,

Opportunities), S-T (Strength-Threats), W-

Analsis

maka

langkah

menggunakan
SWOT

matriks

(Strength,

di

Kecamatan

Opportunity, Threats) sebagai formulasi

O

strategi didapatkan dengan memperhatikan

(Weakness-Threats)

Tanggungharjo

(Weakness-Opportunities),

dan

W-T

kondisi umum yang terjadi pada usahatani
Gambar 1. Matriks SWOT
Kekuatan (S)
1. Sumber
Analisis Internal

lahan

sesuai

untuk 1. Ketersediaan

usahatani jagung
2. Sumberdaya
mempunyai

modal

petani yang terbatas
manusia 2. Ketersediaan

keahlian

mengusahakan.
Analisis Eksternal

Kelemahan (W)

untuk

dan

sarana

prasarana

yang

terbatas

3. Kemampuan menyerap tenaga 3. Penguasaan teknologi
kerja

petani yang terbatas

4. Kelompok tani jagung yang 4. Manajemen usahatani
cukup kuat
5. Produk berkualitas

yang terbatas
5. Kualitas

produk

tergantung cuaca

27

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

Peluang (O)

Strategi S-O

Strategi W-O

1. Kerjasama/kemitraan

1. Meningkatkan produksi melalui

dengan Perhutani

perluasan areal tanam dengan

yang disediakan

menambah modal yang

pemerintah dalam

tentang permodalan bagi

disediakan pemerintah serta

rangka perluasan

usahatani

meningkatkan

usaha.

kerjasama/kemitraan dengan

(O2,W1,W2,W3)

2. Kebijakan

pemerintah

3. Dukungan

masyarakat

lokal

Perhutani. (S1,O1,O2,O4).

4. Permintaan produk masih 2. Mempertahankan kualitas
cukup tinggi
5. Peluang

perdagangan

internasional

1. Memanfaatkan modal

2. Meningkatkan
ketersediaan sarana

produk dengan memanfaatkan

dan prasarana melalui

sumberdaya manusia serta

kerjasama dengan

melibatkan masyarakat lokal.

perhutani. (O1,W2)

(S5,O3,O5)
3. Perluasan daerah pemasaran
melaui promosi/pameran yang
diadakan oleh pemerintah ( O5 )
Ancaman (T)

Strategi S-T

1. Peraturan yang mebatasi
2. Isu lingkungan (perubahan
iklim)
3. Perubahan orientasi
masyarakat

1. Memperkuat kelompok tani

5. Hilangnya lahan garapan

1. Meningkatkan

jagung serta melakukan

penguasaan teknologi

penyuluhan secara kontinu agar

usaha lain melalui

masyarakat semakin semangat

pelatihan. (W3,T3)

untuk berusahatani jagung.

4. Kondisi perekonomian

Strategi W-T

(S4,T3)

2. Memijamkan modal
kepada petani dengan

2. Melakukan pelatihan kepada

bunga rendah serta

petani tentang usaha lain selain

memberi pelatihan

usahatani jagung di lahan

dibidang usaha lain

perhutani. (S2,T1,T4,T5)

yang prospek pasarnya
bagus. (W1,T3,T4,T5)

Kesimpulan

usahatani jagung 81,80%, usahatani Cabe

Rata-rata pendapatan petani jagung peserta

7,02%, usahatani padi 0.45%, usahatani

pesanggem

Rp.

kacang ijo 0.42%, ternak 0.27%, pekerjaan

dari

tukang batu 0.27%, tukang slep pripil

13.601.940,-

tahun
yang

2012

sebesar

bersumber

28

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

7.32%, kiriman 1.84% dan buruh srabutan

lain luas lahan usahatani jagung bervariasi

0.61%. Rata-rata pendapatan petani jagung

dan sumberdaya yang berbeda-beda.

bukan peserta pesanggem tahun 2012

Analisis

SWOT

menghasilkan

sebesar Rp. 9.276.100,- yang bersumber

formulasi:

dari usahatani jagung 73.90%, usahatani

ningkatkan produksi melalui perluasan

tembakau 3.71%, usahatani padi 3.69%,

areal tanam dengan menambah modal yang

ternak 0.05%, pekerjaan rias pengantin

disediakan pemerintah serta meningkatkan

0.68%, tukang slep pripil 7.19% dan PNS

kerjasama/ kemitraan dengan Perhutani,

10,78%.

miskin

mempertahankan kualitas produk dengan

apabila mengkonsumsi ekuivalen beras

memanfaatkan sumberdaya manusia serta

240 kg per orang per tahun dan hasil

melibatkan

penelitian di Kecamatan Tanggungharjo

perluasan

Kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa

promosi/pameran

mengkonsumsi ekuivalen beras sebanyak

pemerintah. Strategi W-O yaitu me-

425 kg/orang/tahun, maka masyarakat di

manfaatkan

Kecamatan

me-

pemerintah dalam rangka perluasan usaha,

rupakan daerah pedesaan tidak tergolong

meningkatkan ketersediaan sarana dan

miskin.

prasarana

Digolongkan

sangat

Tanggungharjo

yang

Strategi

S-O

yaitu

masyarakat
daerah

lokal

serta

pemasaran
yang

modal

melalui

melaui

diadakan

yang

me-

oleh

disediakan

kerjasama

dengan

Berhubung pengeluaran setiap rumah

perhutani. Strategi S-T yaitu memperkuat

tangga tidak semata-mata untuk membeli

kelompok tani jagung serta melakukan

beras maka apabila pendapatan tersebut

penyuluhan

secara

kontinu

agar

tidak dapat

masyarakat

semakin

semangat

untuk

beras

per

memenuhi kebutuhan akan
rumah

tangga

per

tahun.

berusahatani

jagung

dan

melakukan

Berkaitan dengan itu maka masyarakat

pelatihan kepada petani tentang usaha lain

sekitar hutan di Kecamatan Tanggungharjo

selain usahatani jagung di lahan perhutani.

masih di kategorikan miskin oleh sebab itu

Strategi

perlu dilakukan suatu startegi kebijakan

penguasaan teknologi usaha lain melalui

dalam rangkat meningkatkan kesejahteraan

pelatihan, memijamkan modal kepada

petani

pesanggem.

petani dengan bunga rendah serta memberi

Berdasarkan hasil perhitungan bahwa nilai

pelatihan dibidang usaha lain yang prospek

Gini Index (GI) lebih besar dari 0,5 artinya

pasarnya bagus.

jagung

peserta

W-T

yaitu

meningkatkan

distribusi pendapatan petani pesanggem
termasuk tingkat ketimpangan tinggi hal
ini disebabkan karena banyak faktor antara
29

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

Saran

dapat memilik keterampilan lain selain

1. Berdasarkan struktur pendapatan baik

usahatani

jagung,

petani pesanggem maupun petani bukan

perhutani

mambatasi

pesanggem

bahwa

berusahatani jagung dilahannya maka

persentase tertinggi yaitu usahatani

petani tidak mengalam stres karena

jagung dan oleh sebab itu perlu

kehilangan pekerjaan dan pendapatan.

ditingkatkan terus baik secara kuantitas

4. Pemerintah daerah perlu menciptakan

menunjukan

maupun kualitas.
2. Berdasarkan

sehingga
waktu

apabila
untuk

pemantauan kesejahteraan masyarakat

distribusi

pendapatan

yang terintegrasi dengan perencanaan

ternyata petani pesanggem dan bukan

dan

pesanggem termasuk pada tingkatan

pengelolaan

ketimpangan hal ini menunjukan bahwa

daerah dan pengambilan keputusan serta

pendapatan masyarakat tidak merata

pemantauan ini harus memungkinkan

oleh sebab itu perlu dilakukan usaha

pengambil

peningkatan

melalui

mendukung rumah tangga miskin agar

perluasan areal tanam, usaha diluar

memiliki peluang (opportunity) untuk

usahatani jagung serta campur tangan

secara

pemerintah dalam rangka menyediakan

memperbaiki kehidupannya sehingga

modal usaha.

dapat terbebas dari situasi yang rentan

3. Berdasarkan
disarankan

pendapatan

analisis
agar

SWOT

campur

maka

pemantauan
keuangan

kebijakan

terus

menerus

pembangunan,
pemerintah

untuk

dapat

(sustainable)

(vulnerable).

tangan

pemerintah dalam menyediakan modal
usaha, pelatihan petani pesanggem agar

30

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

DAFTAR PUSTAKA
Abukanim, 1996, Studi Pengembangan
Model

Sistem

Agroforestry

Mubyarto,

1995.

Pengantar

Ekonomi

Pertanian. LP3ES Jakarta

Pada Perhutanan Sosial : Studi

Handewi PS, Rachman dan Supriyati,

Kasus di Unit Perum Perhutani

2011, Jurnal Puslitbang Sosial

Jawa

Fakultas

Tengah,

Pertanian Universitas Sebelas

Ekonomi Pertanian, Bogor.

Rahayu,S,E,

2003,

Dampak

Pendapatan

Maret Surakarta.

Struktur

Rumah

Tangga

David R. Fred. 2001. Manajemen Strategis.

Petani di Daerah Pasang Surut

Prenhallindo. Jakarta

Terhadap Kelestarian Waduk

-----------------. 2003. Manajemen Strategis.

Gajah

Mungkur

Wonogiri,

Sosial

Ekonomi

Jurusan

Prenhallindo. Jakarta
-----------------. 2007. Manajemen Strategis.

Pertanian (Agribisnis) Fakultas

Prenhallindo. Jakarta

Pertanian Universitas Sebelas

-----------------. 2009. Manajemen Strategis
Konsep.

Salemba

Empat.

Jakarta

Rizal,A, 2007,Strategi Kebijakan untuk
Mendorong Kinerja Sektor

Jurnal Konsep Strategi dan Definisi,

Kelautan, Fakultas Perikanan

Jurnal-

dan Ilmu Kelautan Universitas

sdm.blogspot.com/konsep-

Padjadjaran Bandung.
Siregar (1992), Skripsi tentang Analisa

strategi-definisi-

Faktor-Faktor

perumusan.html

Lacabana, Miguel dan Cecilia Cariola.
2003.

Globalization

metropolitan
Residential

Makalah

Maret, Surakarta.

and

expansion:
Strategies

and

yang

Mempengaruhi

Pendapatan,

Distribusi Pendapatan pada
Petani

Peserta

Program

Perhutani Sosial (Studi Kasus

Livelihoods in Caracas and its

di

periphery, Environment and

Merkurak KPH Tuban Jawa

Urbanization 2003;.

Timur),

Pengertian

Strategi,

blog.elearning.unesa.ac.id/tug

RPH

Becok

Institut

BKPH

Pertanian

Bogor.
Suharyanto, dkk (2004), Jurnal tentang

as-makalah-1-pengertian-

Analisis

strategi

Distribusi

Pendapatan

Usahatani

Tanaman

Pendapatan

dan

31

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

Perkebunan Berbasis Kelapa

Penelitian dan Pengembangan

Di Kabupaten Tabanan. Sosial

Sosial Suratiyah Ken, 2006,

Ekonomi Pertanian, Bogor.

Ilmu

Sumarto Sudarno, Asep Surhayadi dan
Alex

Arfianto.

Usahatani,

Penebar

Swadaya, Jakarta.

2004.

Wassmer, Robert W. 2002. An Economic

Poverty

View of Some Causes of Urban

Reduction : Evidence from

Spatial Segretin Segregation

Newly

and its Costs and Benefits

Governance

and

Desentralized

Indonesia . SMERU Working

diakses

Paper.

http://www.csus.edu/indiv/w/w

Supriyati,Saptana dan Supriyatna, Y, 2011,
Jurnal Hubungan Penguasaan
Lahan dan Pendapatan Rumah
Tangga di Pedesaan, Pusat

Todaro,P,M,

1999,

Pembangunan

Ekonomi di Dunia Ketiga, di

melalui

assmerr/segregationincity.pdf
pada tanggal 10 Juni 2009.
Widodo,S, 2012, Politik Pertanian, Liberty
Yogyakarta.
HH,

PT.

Pratama,

Gelora

Aksara

Erlangga,

Jakarta.

Terjemahkan oleh Munandar,

32

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 21-32

33

Dokumen yang terkait

Sikap Ibu Rumah Tangga Di Daerah Perkotaan Dan Perdesaan Terhadap Kenaikan Harga Beras (Kasus: Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)

1 51 108

Pengaruh Pendapatan Dan Jumlah Anggota Rumah Tangga Terhadap Permintaan Air Minum PDAM Tirtanadi Medan (Studi Kasus Lingkungan XIII, Kelurahan Sei Sikambing C – II, Kecamatan Medan Helvetia, Medan)

2 56 73

Analisis Ketimpangan Pendapatan Rumah Tangga Kaitannya Terhadap Pengembangan Wilayah(Studi Kasus : Daerah Pantai, Dataran Rendah, Dan Dataran Tinggi Pegunungan Kabupaten Deli Serdang)

2 21 140

ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

1 9 87

Strategi dan kebijakan peningkatan pendapatan dan Ketahanan pangan rumah tangga miskin perdesaan dan Perkotaan di propinsi jawa barat

0 10 1

Pengaruh Pola Investasi Pemerintah Terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia

0 10 90

Strategi dan Kebijakan Peningkatan Pendapatan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Perdesaan dan Perkotaan di Propinsi Jawa Barat

0 8 19

PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN FISKAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN RUMAH TANGGA.

0 3 90

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA SERTA STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI JAGUNG DI LAHAN PERHUTANI DI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH.

0 0 17

Struktur Pasar, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan

0 0 10