Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

27

BAB II
ABORSI MENURUT HUKUM DI INDONESIA

A. Aborsi yang Legal
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Istilah “aborsi’ yang berasal dari kata abortus (latin), “kelahiran sebelum
waktunya”.Sinonim dengan itu dikenal juga istilah “kelahiran yang prematur”
atau miskraam (Belanda)“keguguran”.Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) disebut perempuan tidak diperkenankan melakukan tindakan
aborsi.KUHP dengan tegas mendukung mempertahankan kehidupan janin.Jadi
melihat kedua peraturan perundang-undangan yang ada mengenai aborsi lebih
mengutamakam kehidupan janin (pro life).
Aborsi (pengguguran kandungan) sampai sekarang masih menimbulkan
pro dan kontra maupun perdebatan yang tidak ada akhirnya, baik oleh pihak yang
mendukung aborsi maupun yang kontra aborsi.Perdebatan yang tidak kunjung
mendapatkan titik temu ini mengakibatkan munculnya penganut paham pro-life
yang berupaya mempertahankan kehidupan Janin dan penganut paham prochoice yang menginginkan aborsi boleh dilakukan disebabkan perempuan
mempunyai hak untuk memelihara kesehatannya dalam menentukan hak
kesehatan reproduksinya.

Aborsi adalah cara tertua mengatur kehamilan dan ini sudah sejak dahulu
kaum lelaki maupun negara mengatur kehamilan itu. Aristoteles dan Plato

Universitas Sumatera Utara

28

mengatakan menjadi (melahirkan anak) adalah kewajiban ibu, baik terhadap
suaminya maupun terhadap Negara. 30
Pasal-Pasal dalam KUHP tersebut dengan jelas tidak memperbolehkan
suatu aborsi di Indonesia.KUHP tidak melegalkan tanpa kecuali. Bahkan abortus
provocatus

medicalis atau abortus

provocatus

therapeuticus pun

dilarang,


termasuk didalamnya adalah abortus provocatus yang dilakukan oleh perempuan
korban perkosaan. Perbedaan pada pasal diatas dengan Pasal 341 dan Pasal 342
KUHP adalah terletak pada tenggang waktu dilakukan suatu aborsi. Sehingga
dalam pasal tersebut apabila dilakukan bukan merupakan suatu aborsi melainkan
suatu pembunuhan terahadap anak.
Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia hak aborsi dibenarkan
secara hukum jika dilakukan karena adanya alasan atau pertimbangan medis atas
kedaruratan medis. Dengan kata lain, tenaga medis mempunyai hak untuk
melakukan aborsi bila dan pertimbangan media atau kedaruratan media dilakukan
untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil.
Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap
orang dilarang melakukan aborsi dapat dikecualikan berdasarkan indikasi
kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan aturan ini
diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung

30


http://www.tubasmedia.com/tentang-aborsi-kuhp-dengan-uu-kesehatan-berbeda/#.WVpfJNR96-diakses pada tanggal 1 Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara

29

jawab sera bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Perbedaan terlihat antara KUHP dengan UU Kesehatan No.36 tahun 2009
tentang aborsi, tetapi dalam Undang-undang kesehatan No.36 tahun 2009 tenaga
media diperbolehkan untuk melakukan aborsi legal pada perempuan hamil karena
alasan medis dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan disertai suami
dan keluarganya.
Masalah lain yang belum terpecahkan atau berkembang dan berlakunya
kedua peraturan perundang-undangan adalah perlindungan hukum terhadap
perempuan mengenai fungsi alat reproduksinya atau terjadinya pelanggaran
terhadap hak reproduksi perempuan dari hidup janin hak atas informasi kesehatan,
hak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa perbedaan (diskriminatif) dan
terjadinya tindakan aborsi tidak aman pada kasus-kasus kehamilan yang tidak
diinginkan dan masalah etik.

Aborsi sudah perlu mendapat perhatian melalui pengaturan yang lebih
bijak untuk menghindari praktek aborsi tidak aman dan pemenuhan hak
reproduksi perempuan maupun hak asasi perempuan dan janin.Legalisasi aborsi
perlu diperhatikan lebih bijak tetapi bukan dalam pengertian memberikan
liberalisasi aborsi.
Meskipun aborsi secara hukum terlarang, tetapi kenyataannya aborsi masih
banyak dilakukan oleh perempuan dengan berbagai alasan disebabkan peraturan
dan hukum yang ada kurang akomodatif terhadap alasan-alasan yang memaksa
perempuan melakukan tindakan aborsi (Pro Choice) , di seluruh dunia 500.000

Universitas Sumatera Utara

30

perempuan meninggal akibat kehamilan, persalinan maupun abortus kriminalis.
Sekitar 20 juta pertahun terjadi unsafe abortion. 31
Khususnya di Indonesia sekitar 750 000-1.000.000 pertahun dilakukan
unsafe abortion, 2.500 diantaranya mati berakibat kematian (11,1%). Hal ini
sesuai dengan data WHO yang menyatakan, 15-50% kematian ibu disebabkan
oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. 32

Hukum positif di Indonesia, pengaturan tindakan aborsi terdapat dalam
dua undang-undang yaitu KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 dan 535 yang
dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun serta dalam UU RI No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 75,76,77,78 melarang aborsi tetapi masih
mengijinkan tindakan aborsi atas indikasi medis dan trauma psikis dengan syarat
tertentu.
Tindakan aborsi menurut KUHP di Indonesia dikategorikan sebagai
tindakan kriminal atau dikategorikan sebagai kejahatan terhadap nyawa.Pasalpasal KUHP yang mengatur hal ini adalah pasal 229, 346, 347, 348, 349 dan 535.
Menurut KUHP, aborsi merupakan: Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap
stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40
minggu).
Meskipun

dalam

KUHP

tidak

terdapat


satu

pasal

pun

yang

mernperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik,
sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang

31
32

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


31

melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan
alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).
Berdasarkan pasal-pasal KUHP di atas berarti apapun alasannya diluar
alasan medis perempuan tidak boleh melakukan tindakan aborsi.Kalau dicermati
ketentuan dalam KUHP tersebut dilandasi suatu pemikiran atau paradigma bahwa
anak yang masih dalam kandungan merupakan subjek hukum sehingga berhak
untuk mendapatkan perlindungan hukum.
Apabila dilihat dari aspek hak asasi manusia bahwa setiap orang berhak
untuk hidup maupun mempertahankan hidupnya sehingga pengakhiran kandungan
(aborsi) dapat dikualifikasikan sebagai tindakan yang melanggar hak asasi
manusia. Dengan kata lain paradigma yang digunakan adalah paradigma yang
mengutamakan hak anak (pro life). Oleh karena itu dalam KUHP tindakan aborsi
dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap nyawa.
Kehamilan yang tidak diinginkan aborsi yang dilakukan umumnya adalah
Abortus Provokatus Kriminalis dengan beberapa alasan seperti; Kehamilan di luar
nikah, masalah beban ekonomi, ibu sendiri sudah tidak ingin punya anak lagi
akibat incest, alasan kesehatan dan sebagainya.
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang

dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang
tidak

memadai,

sehingga

menimbulkan

banyak

komplikasi

bahkan

kematian.Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

32


diinginkan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti
prosedur kesehatan atau kedua-duanya (Definisi WHO). 33
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai.Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa
indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat
kontrasepsi dan lain-lain.Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari
keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan
pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya.
Pasal-Pasal dalam KUHP tersebut dengan jelas tidak memperbolehkan
suatu aborsi di Indonesia.KUHP tidak melegalkan tanpa kecuali. Bahkan abortus
provocatus

medicalis atauabortus

provocatus

therapeuticus pundilarang,

termasuk didalamnya adalah abortus provocatus yang dilakukan oleh perempuan

korban perkosaan. Perbedaan pada pasal diatas dengan Pasal 341 dan Pasal 342
KUHP adalah terletak pada tenggang waktu dilakukan suatu aborsi. Sehingga
dalam pasal tersebut apabila dilakukan bukan merupakan suatu aborsi melainkan
suatu pembunuhan terahadap anak.
Menurut Soewadi, aborsi berdasarkan indikasi medis atau aborsi terapeutik
dapat dilakukan jika kehamilan yang mengakibatkan resiko bagi kehidupan
perempuan hamil, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental, adanya resiko
keutuhan fisik bayi yang akan dilahirkan (pertimbangan eugenik) dan
perkosaandan incest(pertimbanganyuridis).

Apabila

pengaturanhukum tentang

aborsi yang dimungkinkan atau seharusnya berlaku di Indonesia diharmonisasikan
33

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.Behrman. Kliegman. Arvin.
(2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC. Jakarta


Universitas Sumatera Utara

33

dengan konsep aborsi terapeutik sebagaimana diutarakan di atas, maka aborsi
legal di Indonesia tidak hanya terbatas pada aborsi berdasarkan indikasi medis
untuk menyelamatkan jiwa ibu dalam keadaan darurat, tetapi lebih luas lagi
mencakup beberapa alasan aborsi terapeutik baik dari segi medis maupun psikiatri
yaitu: kehamilan akibat perkosaan dan incest, perempuan hamil mengalami
gangguan jiwa berat, dan janin mengalami cacat bawaan berat. 34
Legalitas aborsi bagi perempuan korban perkosaan dengan KUHP
berimplikasi pada tidak berlakunya pertanggungjawaban pidana pada perempuan
korban perkosaan yang melakukan aborsi sebab terdapat unsur pemaaf dan unsur
pembenar baginya dalam melakukan perbuatan tersebut.
Pertanggungjawaban

pidana hanya

menuntut

adanya

kemampuan

bertanggungjawab pelaku.Pada prinsipnya pertanggungjawaban pidanaberbicara
mengenai

kesalahan

(culpabilitas)

yang

merupakan

asas

fundamental

dalam hukum pidana, yang mendalilkan bahwa tidak ada pidana jika tanpa
kesalahan.
Harmonisasi pengaturan hukum tentang aborsi ini membawa konsekuensi
lebih lanjut berupa dekriminalisasi dan depenalisasi dalam pengaturan hukum
pidana berkaitan dengan aborsi yang akan direalisasikan dalam kebijakan
formulasi, aplikasi dan eksekusi untuk memenuhi asas lex certa dalam hukum
pidana.
Hal ini diperlukan karena ketiga alasan aborsi aman, yaitu kehamilan
akibat perkosaan danincest, perempuan hamil yang mengalami gangguan jiwa
34

http://www.suduthukum.com/2016/04/aborsi-menurut-kitab-undang-undang.html, diakses
pada tanggal 1 juni 2017.

Universitas Sumatera Utara

34

berat,

dan

janin

yang mengalami

cacat

bawaan

berat,

di

dalam ius

constitutum merupakan perbuatan pidana karena itu dilarang dan diancam dengan
pidana, namun dalam ius constituendum meskipun perbuatan-perbuatan tersebut
tetap bersifat melawan hukum, perempuan hamil dan tenaga medis yang
membantu melakukan aborsi tidak dipidana karena tidak mempunyai kesalahan
berdasarkan pengecualian berupa alasan pemaaf sebagai alasan penghapusan
pidana yang bersumber dari Pasal 48 KUHP tentang daya paksa (overmacht) dan
kondisi darurat (noodtoestand). 35
Penerapan Pasal 48 KUHP terhadap ketiga alasan aborsi tersebut dilandasi
oleh teori perlindungan hukum yang seimbang yang bersumber pada Pancasila,
yang dapat diukur dengan ide yaitu justice yang memuat konsep iustitia
distributive.
2.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan,

yang menegaskan tentang dibolehkannya melakukan tindakan aborsi sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu dan atau janinnya, jenis aborsi ini secara
hukum dibenarkan dan mendapat perlindungan hukum sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 15 ayat (1) dan (2), 36 namun ada beberapa hal yang dapat dicermati
dari aborsi ini yaitu bahwa ternyata aborsi dapat dibenarkan secara hukum apabila
dilakukan dengan adanya pertimbangan medis. Dalam hal ini berarti dokter atau
tenaga kesehatan yang mempunyai hak untuk melakukan aborsi dengan
menggunakan pertimbangan demi menyelamatkan ibu hamil atau janinnya, aborsi
35
36

Ibid.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Media Centre, H. 16

Universitas Sumatera Utara

35

ini dapat dilakukan atas persetujuan ibu hamil atau suami atau keluarganya dan
pada sarana kesehatan tertentu.
Aborsi yang dilakukan bersifat legal, dan dengan kata lain vonis medis
oleh tenaga kesehatan terhadap hak reproduksi perempuan bukan merupakan
tindak pidana atau kejahatan.Dari penjelasan tersebut didapatkan gambaran
mengenai aborsi legal menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 bahwa
aborsi dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Berdasarkan indikasi medis
Indikasi medis yang dimaksud adalah suatu kondisi yang benar-benar
mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis
tertentu itu ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.
2. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
Dalam hal ini adalah seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan sebagai tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim
ahli yang dapat terdiri dari berbagai bidang seperti medis, agama, hukum, dan
psikologi.
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya
Yang dimaksud dalam hal ini adalah hak utama memberikan persetujuan
dalam tindakan ini (informed consent) ada pada ibu hamil yang bersangkutan
karena menyangkut hak reproduksi perempuan tersebut, kecuali dalamkeadaan
tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya dapat diminta dari suami
atau keluarganya.

Universitas Sumatera Utara

36

4. Sarana kesehatan tertentu
Sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk
tindakan tersebut dan telah ditunjuk pemerintah.
Ketentuan tersebut dapat dipahami sebagai wujud adanya perlindungan
terhadap hak perempuan, dan terhadap alat reproduksinya. Persoalan lain yang
cukup penting untuk dipikirkan adalah apabila seorang perempuan hamil akibat
dari pemerkosaan, akibat dari hubungan seks komersial yang menimpa pekerja
seks komersial ataupun kehamilan yang diketahui bahwa janin yang dikandung
tersebut mempunyai cacat bawaan yang berat, apakah perempuan ini tidak berhak
untuk menentukan atau memutuskan hal yang berkaitan dengan fungsi
reproduksinya atau yang disebut dengan Pro Choice, 37 karena si ibu sendiri
merupakan korban suatu kejahatan, dan kehamilan itu akan menjadi suatu beban
psikologis yang berat, dan juga akan berdampak pada anak yang akan dilahirkan
yang kemungkinan besar akan tersingkir dari kehidupan sosial kemasyarakatan
yang normal dan kurang mendapat perlindungan serta kasih sayang yang
seharusnya didapatkan oleh anak yang tumbuh dan besar dalam lingkungan yang
wajar, dan tidak tertutup kemungkinan akan menjadi sampah masyarakat. Dalam
hal ini apakah keputusan aborsi yang dipilihnya dikualifikasikan sebagai Abortus
provocatus criminalis ataukah dapat dikualifikasikan sebagai Abortus provocatus
therapeuticus, mengingat apabila secara normatif hak anak untuk hidup dilindungi
oleh Undang-Undang yang konstruksi hukumnya menggunakan paradigma Pro
Life. 38

37

R. Mohammad Waluyo Sejati, “Problematika Aborsi Suatu Tinjauan Normatif”, Disertasi
FH. UGM-Yogyakarta, Hal. 4
38
Ibid,Hal. 5

Universitas Sumatera Utara

37

Menurut UU Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 pasal 15,disebutkan bahwa
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari kalimat
‘tindakan medis tertentu’ salah satunya adalah aborsi.
Selain pengertian itu disebutkan pula bahwa aborsi atau pengguguran
kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus
provocatus). Yakni, kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara
sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti
karena faktor-faktor alamiah (abortus spontaneous).
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus
2. Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
3. Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum
Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun.Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Aborsi

buatan/

sengaja/

Abortus

Provocatus

Criminalis

adalah

pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari
oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun
beranak).
Aborsi terapeutik /Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran
kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.Sebagai contoh, calon ibu
yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau

Universitas Sumatera Utara

38

penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya.Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang
dan tidak tergesa-gesa.
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke
dalam dua golongan yakni :
1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan caracara yang dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat
mendasar untuk melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si
ibu.
2. Abortus buatan ilegal
Yaitu

pengguguran

kandungan

yang

tujuannya

selain

untuk

menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang.
3. Hukum Islam
Penghentian kehamilan yang berdasarkan pertimbangan medik,misalnya
bila kehamilan itu diteruskan dapat membahayakan keselamatan nyawa sang ibu.
Atas pertimbangan medik makajanin yang dikandung dapat digugurkan.Ataupun
si ibu mengidap suatu penyakit, misalnya mengalami gangguan jiwa atau
jantung.Apalagi bila si ibu sedang meminum obat-obatan yang dapat menganggu
perkembangan janin dalam kandungan.

Universitas Sumatera Utara

39

Penguguran berlatar belakang alasan medikpun ada ketentuannya.Boleh
dilakukan aborsi dengan catatan janin yang dikandungnya belum berumur dua
belas minggu (tiga bulan). Secara kedokteran sejak usia ini baru dapat didengar
bunyi jantung. Bentuknya sudah lengkap hanya ukurannya masih sangat
kecil.Sebelum mencapai itu belum dinyatakan hidup karena belum ada denyut
jantung.Sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam surah As sajadah ayat 9, pada
usia tersebut Allah SWT. Meniupkan ruh, baru janin itu dianggap hidup ; “hidup”
dalam arti seperti manusia tetapi sedang dalam kandungan dan kalau ini diaborsi
berarti pembunuhan. 39 Firman Allah SWT. Sebagaimana tersurah dalam As
Sajadah ayat 9, sebagai berikut :
‫ث‬
ُ ‫س َّم‬
َ ‫فَنَوُه ٰىَّو‬
َ ‫ف َخ‬
ِ ‫سلٱ ُمُكَل َلَعَجَوۦ ِهِحوُّر ن ِم ِهي‬
ّ َ ‫ب َأْلٱَو َع ْم‬
ْ‫ص‬
َ ٰ ‫ف َأْلٱَو َر‬
ْ ‫ت ا َّم اًليِلَق َةَدِٔـ‬
َ‫ش‬
ْ ‫َنوُرُك‬
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya
ruh

(ciptaan)-Nya

danDia

menjadikan

bagi

kamu

pendengaran,

penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.
Setelah melewatiusia tiga bulan dengan resiko apapun,janin tidak boleh
digugurkan, karena teknologi modern sudah dapat menjaga kehamilan ibu. Kalau
dia lemah jantung bisa diperkuat jantugnya, kalaupunsudah sembilan bulan tidak
dapat melahirkan juga dapat dilakukan pembedahan(caesarean operation). Kalau
dulu meski bayi sudah berusia lebih dari empat atau lima bulan tetap saja
dilakukan penguguran. Tapi sekarang karena adanya teknologi canggih dapat

39

Dadang Hawari, 2006Aborsi Dimensi Psikoreligi, Balai Penerbit Fakultas kedokteran
UI, Jakarta, hal. 67.

Universitas Sumatera Utara

40

membantu mengupayakan keselamatan ibu dan anak maka penguguran sangat
dipertimbangkan.
‫ت َالَو‬
َ ‫تْق‬
ُ ‫فَّنلا ْاوُل‬
ْ ‫تَّلا َس‬
ِ ‫ب َّالِإ ُهّللا َمَّرَح ي‬
ِ ‫ِّقَحلا‬
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al
Israa’: 33 )
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin
nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para
ulama berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya
tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan
keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas
Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
‫ت َالَو‬
َ ‫تْق‬
ُ ‫فَّنلا ْاوُل‬
ْ ‫تَّلا َس‬
ِ ‫ب َّالِإ ُهّللا َمَّرَح ي‬
ِ ‫ِّقَحلا‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar”.( Q.S. Al
Israa’: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan,
sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai
dengan kaidah fiqhiyah: “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilangkan
dengan sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah

Universitas Sumatera Utara

41

ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan
kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu
Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu
akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika
sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Dibolehkan

menggugurkan

janin

walaupun

sudah

ditiupkan

roh

kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu
dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada
menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara
yakin,

sedangkan

kehidupan

janin

belum

yakin

dan

keberadaannya

terakhir.(Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57 )Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin
bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak
benarnya. Wallahu A’lam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama
sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan
syar’I hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang
diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,
khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara

42

B. Aborsi yang Ilegal
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Berdasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan
pengguguran kandungan yang disengaja (abortus provocatus) diatur dalam Buku
kedua Bab XIV tentang Kejahatan Kesusilaan khususnya Pasal 299, dan Bab XIX
Pasal 346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan kedalam kejahatan terhadap
nyawa. Berikut ini adalah uraian tentang pengaturan abortus provocatus yang
terdapat dalam pasal-pasal tersebut:
a. Pasal 299 KUHP
(1).Barang siapa dengan sengaja mengobati seseorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan
bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak 3000 rupiah
(2). Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika dia
seorang dokter, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3). Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan
pencarian atau kebiasaan atau jika dia seorang dokter, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
Dari rumusan Pasal 299 KUHP tersebut, dapat diuraikan unsur-unsur
tindak pidana adalah sebagai berikut :
1.

Setiap orang yang sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan

Universitas Sumatera Utara

43

tersebut kehamilannya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga
riburupiah.
2.

Seseorang yang sengaja menjadikan perbuatan mengobati seorang
wanita atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari
pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan dengan mencari
keuntungan dari perbuatan tersebut atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebisaaan, maka pidananya dapat
ditambah sepertiga.

3.

Jika perbuatan mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat
digugurkan itu dilakukan oleh seorang dokter, bidan atau juru obat
maka hak untuk berpraktek dapat dicabut.
a) Perempuan itu yang melakukan sendiri atau menyuruh untuk itu
menurut (Pasal 346KUHP).

Abortus jenis ini secara tegas diatur dalam Pasal 346 KUHP.merumuskan
sebagai berikut :“Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungan atau menyuruh orang lain

untuk itu, dihukum penjara selama-

lamanya empattahun”.
Berdasarkan rumusan Pasal 346 KUHP tersebut terkandung maksud oleh
pembentuk Undang-Undang untuk melindungi nyawa janin dalam kandungan
meskipun janin itu kepunyaan perempuan yang mengandung.P.A.F. Lamintang
mengemukakan putusan Hoge Raad sebagai berikut : 40
40

P.A.F. Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,Bandung, Hal.206

Universitas Sumatera Utara

44

Hoge Raad 1 Nov. 1879, W. 7038, yaitu pengguguran anak dari
kandungan itu hanyalah dapat dihukum, jika anak yang berada didalam
kandungan itu selama dilakukan usaha pengguguran berada dalam
keadaan hidup. Undang-Undang tidak mengenal anggapan hukum yang
dapat memberikan kesimpulan bahwa anak yang berada di dalam
kandungan itu berada dalam keadaan hidup ataupun mempunyai
kemungkinan untuk tetap hidup.
Pasal 346 KUHP merumuskan sebagai berikut :
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empattahun.
Jika kembali memperhatikan rumusan Pasal 346 KUHP tersebut, maka
dapat dikemukakan unsur-unsur dari kejahatan pengguguran kandungan
(abortus) sebagai berikut :
a. Subyeknya adalah perempuan wanita itu sendiri atau oranglain
yangdisuruhnya.
b. Dengansengaja.
c. Menggugurkan atau mematikankandungannya.
Dalam melihat unsur-unsur dari pasal 346 KUHP, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dapat dikenakan hukuman menurut Pasal 346 KUHP
hanyalah perempuan yang mengandung atau perempuan yang hamil itu sendiri.
b) Orang lain melakukan tanpa persetujuan wanita itu menurut Pasal
347KUHP.
Aborsi jenis ini dicantumkan tegas dalam Pasal 347 KUHP yang
menentukannya sebagai berikut :
Pengguguran kandungan (abortus) dengan cara ini dengan maksud untuk
melindungi perempuan yang mengandung karena ada kemungkinan
mengganggu kesehatannya ataupun keselamatannya terancam.
Memperhatikan rumusan Pasal 347 KUHP dapat dikemukakan unsurunsur yang terkandung didalamnya yaitu sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

45

a. Subyeknya oranglain;
b. Dengansengaja;
c. Menggugurkan atau mematikankandungannya;
d. Tanpa izin perempuan yang digugurkan kandungannya
Adapun pengguguran kandungan (abortus) yang dilakukan oleh orang
lain tersebut tanpa izin perempuan yang digugurkan kandungannya itu sehingga
perempuan tersebut meninggal. Oleh karena itu, ancaman pidananya diperberat
atau ditambah menjadi hukuman penjara lima belas tahun menurut Pasal 347
ayat (2) KUHP, sebagaimana dirumuskan dalam KUHP sebagai berikut :
a) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belastahun.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
wanita tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belastahun.
b) Orang yang melakukan dengan persetujuan perempuan itu menurut Pasal
348KUHP.
Rumusan Pasal 348 KUHP adalah sebagai berikut :
a) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enambulan.
b) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuhtahun.
Adapun unsur-unsur yang terkandung didalam Pasal 348 KUHP adalah
sebagai berikut :
a. Subjeknya adalah oranglain;
b. Menggugurkan atau mematikankandungan;
c. Dengan izin perempuan yang digugurkankandungannya.

Universitas Sumatera Utara

46

Bagi orang-orang tertentu diberikan pemberatan pidana dan pidana tambahan
menurut Pasal 349KUHP.
Di dalam Pasal 349 KUHP ini mengatur mengenai orang-orang tertentu
yang dipidananya diperberat. Adapun orang-orang tertentu yang dimaksud dalam
rumusan Pasal 349 KUHP adalah sebagai berikut :
Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam
kejahatan yang tersebut dalam Pasal 346, atau bersalah atau membantu
dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 347 dan 348,
maka hukuman yang ditentukan dalam itu dapat ditambah dengan
sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk
melakukan kejahatanitu.
Menurut rumusan pasal-pasal tersebut di atas dapat diuraikan unsur- unsur
tindak pidana adalah sebagai berikut :
Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan aborsi atau ia menyuruh
orang lain, diancam hukuman empat tahunpenjara.
1. Seseorang yang sengaja melakukan aborsi terhadap ibu hamil,dengan
tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukumanpenjara 12
tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15tahunpenjara.
2. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5tahun
penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7tahunpenjara.
3. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan aborsi tersebut
seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)ancaman
hukumannya

ditambah

sepertiganya

dan

hak

untukberpraktek

dapatdicabut.
P.A.F. Lamintang

memberi

penjelasan

terhadap

pasal-

Universitas Sumatera Utara

47

pasal tersebut sebagaiberikut: 41
1. Pengguguran anak dari kandungan hanyalah dapat dihukum, jika
anakyang berada dalam kandungan itu selama dilakukan
usahapengguguran berada dalam keadaan hidup. Undang- undang
tidakmengenal anggapan hukum yang dapat memberi kesimpulan
bahwaanak yang berada di dalam kandungan itu berada dalam keadaan
hidupataupun mempunyai kemungkinan tetaphidup.
2. Untuk pengguguran yang dapat dihukum, disyaratkan bahwa anak
yangberada dalam kandungan itu selama dilakukan usaha
penggugurankandungan berada dalam keadaan hidup. Tidak perlu
bahwa anak itumenjadi mati karena usaha pengguguran tersebut.
Kenyataan bahwaanak itu dilahirkan dalam keadaan selamat, tidaklah
menghapus bahwakejahatan itu selesai dilakukan. Undang-Undang
tidak membedakan antara berkurang atau lebih lancarnya pertumbuhan
anak yang hidup didalam kandungan melainkan menetapkan pemisahan
dari tubuh si ibu yang tidak pada waktunya sebagai perbuatan yang
dapatdihukum.Disyaratkan bahwa anak yang berada di dalam
kandungan itu hidup dan si pelaku mempunyai kesengajaan untuk
menggugurkan anak yang berada di dalam keadaan hidup itu. Dianggap
bahwa kesengajaan itu ada, apabila selama proseskelahiran anak itu
berada dalam keadaan hidup dan si pelaku diliputi oleh anggapan bahwa
demikianlah halnya.
3. Alat-alat pembuktian yang disebutkan oleh hakim didalamputusannya
haruslah dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa wanita itu hamil dan
mengandung anak yang hidup dan bahwa tertuduh mempunyai maksud
untuk dengan sengaja menyebabkan gugur atau meninggalnya
anaktersebut.
Berdasarkan

ketentuan

Pasal

346-349

KUHP

dapat

diketahui,

bahwaaborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang-undangan di
Indonesia yang terdapat dalam KUHP adalah tindakan menggugurkan atau
mematikan kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orang yang
disuruh melakukan itu. Wanita dalam hal ini adalah wanita hamil yang atas
kehendaknya ingin menggugurkan kandungannya, sedangkan tindakan yang
menurut KUHP dapat disuruh lakukan untuk itu adalah dokter, bidan atau
juruobat.
41

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

48

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Disahkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
yang menggantikan Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, maka
permasalahan aborsi memperoleh legitimasi dan penegasan. Secara eksplisit,
dalam Undang-Undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi,
meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan
kontroversi diberbagai lapisan masyarakat.Meskipun Undang-Undang melarang
praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan. Ketentuan
pengaturan aborsi dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 dituangkan
dalam Pasal 75, 76 , 77, dan Pasal 194.
Berikut ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang
terdapat dalam pasal-pasal tersebut:
a. Pasal75:
(1) Setiap orang dilarang melakukanaborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikanberdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau
janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korbanperkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan
pratindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten danberwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi dihitung dari hari
pertamahaid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
kedaruratanmedis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) danayat (3) diatur dengan PeraturanPemerintah.
b. Pasal76:
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

Universitas Sumatera Utara

49

a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam)minggu;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yangbersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
olehMenteri.
c. Pasal77:
“Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
d. Pasal194
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah)”.
Penjelasan Pasal 75 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2009 tentangKesehatan,
menyatakan: yang dimaksud dengan “konselor” dalam ketentuan ini adalahsetiap
orang yang telah memiliki sertifikat sebagai konselormelalui pendidikan dan
pelatihan. Bahwa yang dapat menjadi konseloradalah dokter, psikolog, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dansetiap orang yang mempunyai minat dan memiliki
keterampilanuntuk itu.
Selanjutnya penjelasan Pasal 77 UU No. 36 Tahun 2009 memberikan
penjelasan sebagai berikut: yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak
bermutu, tidakaman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yangdilakukan
dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuanyang bersangkutan, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yangtidak profesional, tanpa mengikuti standar
profesi dan pelayananyang berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan
imbalanmateri daripada indikasimedis.
Aborsi yang disengaja dengan melanggarberbagai ketentuan hukum

Universitas Sumatera Utara

50

(abortus provocatus criminalis) yang terdapatdalam KUHP menganut prinsip
“illegal tanpa kecuali” dinilai sangatmemberatkan paramedis dalam melakukan
tugasnya. Pasal tentang aborsiyang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana jugabertentangan dengan Pasal 75 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009
tentangKesehatan,yangpada prinsipnya tindakan pengguguran kandunganatau
aborsi

dilarang

(Pasal

75

ayat

1),

namun

larangan

tersebut

dapatdikecualikanberdasarkan:
1. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,

baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki

sehingga

menyulitkan

bayi

tersebut

hidup

di

luar

kandungan;atau
2. kehamilanakibat perkosaan yang dapat menyebabkantrauma psikologis

bagi korbanperkosaan.
3. Hukum Islam
Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau
pembuahan, sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibunya.Sedangkan menurut
bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata “ajhadha – yajhidhu”
yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum
sempurna penciptaannya.Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa
atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering

Universitas Sumatera Utara

51

disebut dengan “isqhoth” (menggugurkan) atau “ilqaa” (melempar) atau “tharhu”
(membuang ). 42
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak
macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan
dipukul rata. Diantara pembagiaan aborsi adalah sebagai berikut :
Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa makna aborsi adalah
pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
Pertama : Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan
sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang
berlaku.
Kedua : Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan
sepengetahuan pihak yang berwenang.
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentang hukum aborsi,lebih dahulu
perlu dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan
pembunuhan, yaitu sebagai berikut :
Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan
baik dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara
memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual
belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan
membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt :
‫ب اَن ْمَّرَك ْدَقَلَو‬
َ ‫َم َدآ يِن‬
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs. alIsra’:70)
42

Kitab al-Misbah al-Munir, H.72

Universitas Sumatera Utara

52

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua
orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua
orang.
‫تَك َكِل َذ ِلْج َأ ْن ِم‬
َ‫ب‬
ْ ‫ب ىَلَع اَن‬
َ ‫س ِإ يِن‬
ْ ‫ئاَر‬
ِ ‫تَق ن َم ُهَّنَأ َلي‬
َ ‫فَن َل‬
ْ‫س‬
ً‫با‬
ِ ‫يَغ‬
ْ ‫فَن ِر‬
ْ ‫ف ْوَأ ٍس‬
َ‫س‬
َ ‫ف ٍدا‬
ِ ‫ضْر َألا ي‬
ِ ‫ف‬
َ ‫تَق ا َمَّنَأَك‬
َ ‫اًعي ِمَج َساَّنلا َل‬
‫يْحَأ ْن َمَو‬
َ ‫ف ا َها‬
َ ‫يْحَأ ا َمَّنَأَك‬
َ ‫اًعي ِمَج َساَّنلا ا‬
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia
telah membunuh manusia seluruhnya.Dan barang siapa yang memelihara
keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. Al Maidah:32)
Ketiga: Dilarang membunuh anak (termasuk di dalamnya janin yang masih
dalam kandungan) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :
‫ت َالَو‬
َ ‫تْق‬
ُ ‫شَخ ْمُك َدالْو َأ ْاوُل‬
ْ‫ي‬
َ ‫يِإَو ْم ُهُقُزْرَن ُنْحَّن ٍقال ْم ِإ َة‬
ّ َ ‫تَق َّنإ مُكا‬
ْ ‫بَك اًءْطِخ َناَك ْم ُهَل‬
ِ ‫اًري‬
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
melarat.Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu
juga.Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (Qs al
Isra’ : 31)
Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah
swt, sebagaimana firman Allah swt :
‫ف ُّرِقُنَو‬
ِ ‫شَن ا َم ِماَحْر َأْلا ي‬
َ ‫س ُّم ٍلَجَأ ىَلِإ ءا‬
َ ‫ث ى ًّم‬
ُ ‫فِط ْمُكُجِرْخُن َّم‬
ْ ‫اًل‬
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak
Kami selama umur kandungan.Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim
ibumu sebagai bayi.” (QS al Hajj : 5)
Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah
swt :
‫ت َالَو‬
َ ‫تْق‬
ُ ‫فَّنلا ْاوُل‬
ْ ‫تَّلا َس‬
ِ ‫ب َّالِإ ُهّللا َمَّرَح ي‬
ِ ‫ِّقَحلا‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan
dengan alasan yang benar “ ( Qs al Isra’ : 33 )

Universitas Sumatera Utara

53

Pada

teks-teks

al

Qur’an

dan

Hadist

tidak

didapati

secara

khusus hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa
orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
‫ي ن َمَو‬
َ ‫تْق‬
ُ ‫ت ُّم اًن ِمْؤ ُم ْل‬
َ ‫ف ا ًد ِّمَع‬
َ ‫ف ا ًدِلاَخ ُمَّن َهَج ُهُؤآَزَج‬
ِ ‫ضَغَو اَهي‬
ِ ‫يَلَع ُهّللا َب‬
ْ ‫با َذَع ُهَل َّدَعَأَو ُهَنَعَلَو ِه‬
ً ‫اًميِظَع ا‬
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,
maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan
Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya
adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya
Rosulullah saw bersabda :
‫ي ْمُك َدَحَأ ََّن ِإ‬
ُ ‫ف ُهُقْلَخ ُع َمْج‬
ِ‫ب ي‬
َ ‫بْرَأ ِه ِّم ُأ ِنْط‬
َ ‫ي َنيِع‬
َ ‫ث ا ًمْو‬
ُ ‫ي َّم‬
َ ‫ف ُنوُك‬
ِ ‫ث ِم ًةَقَلَع َكِل َذ ي‬
ْ ‫ث َكِل َذ َل‬
ُ ‫ي َّم‬
َ ‫ف ُنوُك‬
ِ ‫ض ُم َكِل َذ ي‬
ْ ‫ًةَغ‬
‫ث ِم‬
ْ ‫ث َكِل َذ َل‬
ُ ‫ي َّم‬
ُ ‫سْر‬
َ ‫ف ُكَل َمْلا ُل‬
َ‫ي‬
َ ‫فْن‬
ُ ‫ف ُخ‬
ِ ‫يَو َحوُّرلا ِهي‬
ُ ‫ب ُر َمْؤ‬
ِ ‫بْر َأ‬
َ ‫ب ٍتا َمِلَك ِع‬
ِ ‫تَك‬
ْ ‫شَو ِهِل َمَعَو ِهِلَجَأَو ِهِقْزِر ِب‬
َ ‫س ْوَأ ٌّيِق‬
َ ‫ٌديِع‬
“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di
dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh
hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh
hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah
mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk
menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta
nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia.“ ( Bukhari dan
Muslim)
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi
menjadi dua bagian sebagai berikut :
Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh. Dalam hal ini, para ulama
berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh.Bahkan sebagian
dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.( Hasyiat Al
Qalyubi : 3/159 )

Universitas Sumatera Utara

54

Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’I, dan
Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,(
Syareh Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang menunjukkan
bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum
sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh.Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka
tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi
untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi
dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I .( Hasyiyah Ibnu
Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416)
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya
bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum
wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah
tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan
Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan),
telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati.Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini

Universitas Sumatera Utara

55

tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang
bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu
jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu
bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan
medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus
Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar
hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin
setelah peniupan roh hukumnya haram.Peniupan roh terjadi ketika janin sudah
berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu
Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis
pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh.
Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang
darurat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemalsuan Surat Dalam Perkawinan Dihubungkan Dengan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Dan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974

0 30 80

PERBANDINGAN PENGATURAN TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI.

0 1 8

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.

0 0 12

SINKRONISASI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN UNDANG-UNDANG NO.36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK MENGENAI TINDAK PIDANA ABORTUS PROVOKATUS OLEH KORBAN PERKOSAAN.

0 0 14

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

0 0 8

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

0 0 1

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

0 3 26

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Chapter III IV

0 0 32

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

0 0 3

ANALISIS TENTANG KETENTUAN TINDAK PIDANA PERTANAHAN DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

0 0 15