Hubungan Inkontinensia Urin dengan Tingkat Depresi pada Usia Lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan Chapter III VI

22

BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan inkontinensia dengan
tingkat depresi pada usia lanjut laki-laki maupun perempuan dimana variabel
independen adalah inkontinensia urin dan variabel dependen adalah tingkat
depresi.

Inkontinensia urin pada
usia lanjut

Depresi

Gambar 3.1 Kerangka penelitian
Keterangan:
: Diteliti

Usia lanjut akan mengalami perubahan terutama perubahan fisik.
Inkontinensia urin merupakan salah satu perubahan fisik pada usia lanjut yang

apabila tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan depresi. Selain
inkontinensia urin ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan depresi
antara lain, status ekonomi dan dukungan sosial, penyakit fisik, jenis kelamin,
status perkawinan, geografis, kepribadian, dan usia. Apabila depresi tidak
tertangani secara baik maka dampaknya yaitu: terjadinya bunuh diri, produktivitas
menurun dan dapat menguras habis emosi dan finansial.

22
Universitas Sumatera Utara

23

3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi operasional
Variabel
Independen
Inkontinensia
urin

Defenisi

operasional
Inkontinensia
urin
adalah
pengeluaran
urin
tanpa
disadari

Alat ukur

Hasil ukur

Skala

Kuesioner
International
Consultation
on
Incontinence

Questionnaire
Urinary
Incontinence
Short Form
(ICIQ-UI
Short form)

Total skor:
Tipe Stres: Bila
pertanyaan 1,2 dan 3
skornya ≥ 4

ordinal

Tipe Urge : Bila
pertanyaan 4,5 dan 6
skornya ≥ 6

Tipe Campuran
(Mixed) : Kombinasi

bila stres skor ≥ 4
Kuesioner ini dan urgen skor ≥ 6
terdiri dari 6 ( Skala ordinal /
Variabel Kategorik )
item
pertanyaan

Variabel
dependen
Tingkat
depresi

Definisi
operasional
Depresi adalah
suasana hati
yang buruk
dalam kurun
waktu tertentu


Alat ukur
Kuesioner
Geriatric
Depression
Scale (GDS)
Kuesioner ini
terdiri dari 15
item
pertanyaan
dengan pilihan
jawaban “Ya”
dan “Tidak”

Rendah = 1-10
Sedang = 11-20
Berat = 21-30
Hasil ukur
1. 0-4 = Tidak ada
depresi
2. 5-8 = Depresi

ringan
3. 9-11 = Depresi
sedang
4. 12-15 = Depresi
berat

Skala
Ordinal

Universitas Sumatera Utara

24

3.3 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah ada hubungan antara inkontinensia urin dengan tingkat
depresi pada usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan.

Universitas Sumatera Utara


25

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi, yaitu desain penelitian atau
penelaahan hubungan antara dua variabel atau lebih pada situasi atau kelompok
sampel (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan pendekatan atau rancangan dalam
penelitian ini adalah cross sectional, yaitu meneliti suatu kejadian pada titik waktu
dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang
bersamaan (Setiadi, 2013).
4.2

Populasi dan Sampel


4.2.1

Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Notoatmodjo,

2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut yang berusia ≥ 60
tahun di Yayasan Guna Budi Bakti Medan dengan jumlah populasi 45 orang.
4.2.2

Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2007). Sampel yang
diambil dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi yaitu, usia lanjut
yang berusia ≥60 tahun, tidak mengalami demensia dan bersedia menjadi

25
Universitas Sumatera Utara


26

responden. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu, berusia 0,7 artinya reliabilitas
mencukupi (sufficient reliability). Uji reliabilitas instrument tingkat depresi
menggunakan rumus KR-21(Kuder & Richard 21) :
=
Dimana:
= Reliabilitas tes secara keseluruhan
n

= Banyaknya item

1

= Bilangan konstan
= Mean total (rata-rata hitungan dari skor total)
= Standart deviasi dari tes (standart deviasi adalah akar varians)
Menurut Arikunto (2016) varians dapat dicari dengan rumus sebagai


berikut:
=
Dimana:
= Varians total
n

= Banyaknya item

∑X2

= Jumlah kuadrat skor total

(∑X)2 = Jumlah skor total dikuadratkan

Universitas Sumatera Utara

31

Adapun menurut Arikunto (2010) kriteria reabilitas suatu tes dapat dilihat
pada table 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Interprestasi Nilai r
Besarnya nilai r

Interprestasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00

Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800

Cukup

Antara 0,400 sampai dengan 0,600

Agak Rendah

Antara 0,200 sampai dengan 0,400

Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200

Sangat Rendah (Tak berkorelasi)

Dari hasil perhitungan di peroleh bahwa nilai Rhitung = 0,98 > Rtabel = 0,444
dengan α = 0,05 dan N = 20, kuesioner secara keseluruhan adalah reliabel atau di
percaya kategori tinggi. Hasil realibilitas instrumen inkontinensia urin adalah
0,799 dan instrumen tingkat depresi adalah adalah 0,89 maka kedua instrumen
penelitian ini reliable.
4.7

Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur.

Tujuan dilakukan dengan metode wawancara terstruktur adalah agar data yang
didapat dari responden lebih akurat dan valid sehinga hasil yang didapatkan lebih
representatif dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dimulai setelah penelitian
menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian
yaitu Yayasan Guna Budi Bakti Medan.
Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan judul, tujuan, dan
prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia

Universitas Sumatera Utara

32

berpartisipasi dalam penelitian diminta untuk menandatangani inform concent.
Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada
pertanyaan dari peneliti yang tidak dimengerti, dan selanjutnya seluruh data
dikumpulkan.
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan editing untuk
memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa
semua jawaban telah diisi. Kemudian data diberi kode (coding) untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya
data dimasukkan ke dalam komputer (entry) dan dilakukan pengolahan data
dengan menggunakan teknik komputerisasi.
4.8

Analisa Data
Setelah dilakukan proses pengolahan dan manajemen data, langkah

selanjutnya adalah melakukan proses analisa data. Pengolahan data demografi
meliputi usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan dan pendidikan terakhir
dilakukan dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase dalam
bentuk tabel.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen
dilakukan analisa bivariat. Sebelumnya telah dilakukan uji normalitas data dimana
data tidak terdistribusi normal sehingga digunakan uji analisa spearman. Teknik
analisa dilakukan dengan uji korelasi spearman dengan menggunakan derajat
kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil
perhitungan statistik bermakna (sinifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, dan apabila nilai p value > 0,05

Universitas Sumatera Utara

33

berarti perhitungan hasil statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Uji korelasi spearman adalah uji
statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua atau lebih variabel
berskala ordinal. Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut digunakan
kriteria penafsiran (Sutja, 2002) yaitu penafsiran kolerasi Versi de Vaus.
Tabel 4.2 Tabel interpretasi koefisien korelasi Versi de Vaus
Koefisien

Kekuatan hubungan

0.00
Tidak ada hubungan
0.01-0.09
Hubungan kurang berarti
0.10-0.29
Hubungan lemah
0.30-0.49
Hubungan moderat
0.50-0.69
Hubungan kuat
0.70-0.89
Hubungan sangat kuat
>0.90
Hubungan mendekat sempurna
Interpretasi tersebut berlaku sama pada hubungan positif (+) dan negatif (-)

Universitas Sumatera Utara

34

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1

Hasil Penelitian
Dalam bab diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan inkontinensia

urin dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan,
melalui pengumpulan data terhadap 45 responden. Penyajian hasil penelitian
meliputi deskripsi data demografi responden, distribusi frekuensi inkontinensia
urin, distribusi frekuensi tingkat depresi dan hubungan inkontinensia urin dengan
tingkat depresi pada usia lanjut.
5.1.1

Karakteristik Demografi Responden
Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik demografi responden dalam

penelitian ini adalah usia lanjut dengan usia ≥ 60 tahun, mengalami inkontinensia
urin, dan tidak mengalami demensia dan bersedia menjadi responden. Adapun
karakteristik responden yang dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, agama,
status perkawinan, dan pendidikan terakhir.
Mayoritas responden lanjut usia di Yayasan Guna Budi Bakti Medan dari
45 total sampel termasuk kategori usia 75-90 tahun 28 orang (62,2%). Mayoritas
jenis kelamin responden perempuan sebanyak 33 orang (73,3%). Responden
mayoritas beragama budha sebanyak 32 orang (71,1%). Sebagian besar responden
tidak menikah sebanyak 30 orang (66,7%). Mayorita responden dengan
pendidikan terakhir SD sebanyak 25 orang (55,6%).

34
Universitas Sumatera Utara

35

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden
(n=45)
Karakteristik
Frekuensi
Persentase (%)
Usia responden (tahun)
17
37,8
60-74
28
62,2
75-90
Jenis kelamin
12
26,7
Laki-laki
33
73,3
Perempuan
Agama
2
4,4
Islam
11
24,4
Kristen
Budha
32
71,1
Status perkawinan
Menikah
15
33,3
Tidak menikah
30
66,7
Pendidikan terakhir
SD
25
55,6
SMP
13
28,9
SMA
7
15,6

5.1.2

Inkontinensia Urin
Dari tabel 5.2 dapat dilihat persentase terbesar tingkat inkontinensia urin

yang terjadi pada responden adalah tingkat inkontinensia urin ringan yaitu
sebanyak 25 orang (55,6%) dan tipe inkontinensia urin yang dominan terjadi pada
responden adalah inkontinensia urin urgensi 21 orang (46,6%).

Universitas Sumatera Utara

36

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat dan tipe inkontinensia urin
Inkontinensia Urin
Frekuensi
Persentase (%)
Tingkat inkontinensia urin
Inkontinensia urin ringan
25
55,6
Inkontinensia urin sedang
19
42,2
Inkontinensia urin Berat
1
2,2
Tipe inkontinensia urin
Inkontinensia urin stres
16
37,8
Inkontinensia urin urgensi
21
46,6
Inkontinensia urin campuran
8
15,6

5.1.3

Tingkat Depresi
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah

responden mengalami depresi sedang sebanyak 25 orang (55,5%).
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat depresi
Tingkat depresi
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak mengalami depresi
7
15,6
Depresi ringan
9
20
Depresi sedang
25
55,5
Depresi berat
4
8,9
Total
45
100,0

5.1.4

Hubungan Inkontinensia Urin dengan Tingkat Depresi pada Usia Lanjut di
Yayasan Guna Budi Bakti Medan
Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini, didapatkan nilai

korelasi spearman atau r sebesar 0,364. Berdasarkan penafsiran korelasi Versi de
Vaus bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan positif dengan
interpretasi moderat. Kemudian hubungan antara kedua variabel tersebut dapat
dikatakan signifikan dimana (p) 0,014 (>0,05).

Universitas Sumatera Utara

37

Tabel 5.4 Hubungan inkontinensia urin dengan tingkat depresi
Variabel 1
Variabel 2
R
ρ-value
Inkontinensia
Tingkat
0,364
0,014
urin
depresi

5.2

Keterangan
Hubungan
positif dengan
interpretasi
moderat

Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan inkontinensia urin
dengan tingkat depresi di Yayasan sosial Dharma Guna Budi Bakti Medan.
5.2.1

Inkontinensia Urin
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat

inkontinensia urin di Yayasan Guna Budi Bakti Medan, didapatkan paling banyak
responden pada tingkat inkontinensia urin rendah (55,6%). Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti
Medan mengalami inkontinensia urin tingkat ringan. Sudah sewajarnya usia lanjut
mengalami inkontiensia urin dan dalam yayasan tersebut usia lanjut masih
melakukan aktivitas sosial bersama dan sebagian besar usia lanjut tidak berada
dalam kondisi sakit fisik atau mental berat yang mengharuskan untuk
mendapatkan perawatan kesehatan serius. Faktor lingkungan, lingkungan yang
bersih, sehat dan kondusif ikut memberikan andil dalam tingkat kesehatan
seseorang. Kualitas pelayanan kesehatan yang terdapat di yayasan usia lanjut
semakin baik maka memudahkan untuk mengecek dan mengontrol kondisi
kesehatan usia lanjut.

Universitas Sumatera Utara

38

Inkontinensia urin merupakan pengeluaran urin tanpa disadari serta dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sering sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan atau sosial. Inkontinensia urin juga memiliki efek terhadap kualitas
hidup, bahkan pada kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, berjalan, kegiatan
interpersonal, aktivitas fisik, fungsi seksual, dan tidur (Doughlity, 2006).
Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa usia lanjut yang
tinggal di Yayasan sosial Guna Budi Bakti Medan rata-rata berada pada usia 7590 tahun (62,2%) dimana penggolongan umur didasarkan pada World Health
Organization (WHO). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak (73,3%). Menurut Suratini (2007), bahwa inkontinensia urin lebih sering
terjadi pada perempuan karena kehilangan tonus otot dasar panggul, rolaps pelvis
seperti sistokel, uretra lebih pendek secara anatomis dan kelemahan spingter. Pada
pria prevalensi inkontinensia urin lebih rendah dari wanita yaitu kurang lebih
separuhnya, penyebab tersering adalah kerusakan sfingter uretra eksterna pasca
prostatektomi. Mayoritas responden adalah beragama budha atau etnis tionghoa
yaitu sebanyak (71,1%). Lebih dari setengah responden statusnya tidak menikah
yaitu sebanyak (66,7%). Mayoritas responden berpendidikan terakhir SD yaitu
sebanyak (55,6%) di karenakan usia lanjut di yayasan Guna Budi Bakti Medan
sebagian besar bersekolah di pendidikan masa jepang dan hanya sampai tingkat
sekolah dasar.
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase tipe inkontinensia urin pada
usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan menunjukkan sebagian besar
responden mengalami inkontinensia urin urgen (46,6%). Resnick, dkk. (1989)

Universitas Sumatera Utara

39

mengatakan inkontinensia urgensi merupakan tipe inkontinensia yang paling
sering terjadi pada usia lanjut di panti wreda. Inkontinensia urin urgensi
merupakan pengeluaran urin yang involunter, keluarnya urin sebelum mencapai
toilet, keinginan berkemih yang tiba-tiba muncul untuk mengeluarkan urin,
kebutuhan untuk tergesa-gesa pergi ke toilet, dan ketidakmampuan menahan urin
atau menahan keinginan untuk berkemih. Usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti
Medan mengatakan tidak dapat menahan rasa berkemih mereka sampai masuk
kedalam toilet. Urin akan keluar pada saat mereka dalam perjalanan menuju toilet
dan disaat membuka celana dan pakaian saat sudah sampai didalam toilet.
5.2.2

Tingkat Depresi
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase tingkat depresi pada usia

lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan menunjukkan bahwa lebih dari
setengah responden mengalami depresi (84,4%). Mayoritas responden termasuk
pada kategori depresi sedang (55,5%), diikuti dengan depresi ringan (20%),
depresi berat (8,9%) dan tidak mengalami depresi sebanyak (15,6%). Hal ini dapat
dilihat dari usia lanjut yang tinggal di Yayasan Guna Budi Bakti Medan
mengalami kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada
semangat, dan merasa tidak berdaya,merasa gagal dan rasa bersalah, tidak merasa
puas dengan kehidupan, tidak berguna dan putus asa.
Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu
keadaan sedih. Penelitian Reborn (2008) menunjukkan bahwa faktor genetik yang
berinteraksi dengan faktor lingkungan dapat mencetuskan gangguan depresi.
Beberapa faktor predisposisi lain yang diketahui berkaitan dengan terjadinya

Universitas Sumatera Utara

40

depresi, yaitu : faktor genetik, faktor neurobiologi dan faktor lingkungan. Kondisi
lingkungan seperti kehilangan orang yang dicintai, penderitaan penyakit yang
kronik ( diabetes melitus, hipertensi, gagal jantung, Parkinson, Alzheimer dll ).
Dari hasil penelitian bahwa usia lanjut mengalami perubahan seperti
gangguan

penglihatan

dan

pendengaran,

keterbatasan

tersebut

beresiko

menimbulkan depresi pada usia lanjut. Depresi pada usia lanjut di Yayasan Guna
Budi Bakti Medan lebih banyak terjadi pada wanita. Ada dugaan bahwa wanita
lebih sering mencari pengobatan sehingga depresi lebih sering terdiagnosis, dan
menyatakan bahwa wanita lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan
ambangnya terhadap stressor lebih rendah dibandingkan pria (Amir, 2005). Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Septiana (2010) bahwa dari 50 responden
terdapat 43 orang perempuan dan 7 orang laki-laki, dari 43 orang tersebut terdapat
23 (46%) yang mengalami depresi dan dari 7 orang laki-laki terdapat 3 (6%)
orang yang mengalami depresi.
Memperhatikan status perkawinan, sebagai responden tidak menikah yaitu
sebanyak (66,6%). Depresi juga lebih sering pada orang yang tinggal sendiri
dibandingkan dengan yang tinggal bersama keluarga dan kerabat lain (Amir,
2005). Pendidikan terakhir responden sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar
dan usia lanjut tidak bekerja karena tinggal di yayasan usia lanjut. Hal ini
membuat usia lanjut mudah merasa bosan sehingga timbulnya sikap sedih,
murung, pesimis dan lainnya. Dengan demikian wajar saja jika responden yang
mengalami depresi di Yayasan Guna Budi Bakti Medan sangat tinggi (84,4%).

Universitas Sumatera Utara

41

5.2.3

Hubungan Inkontinensia Urin dengan Tingkat Depresi
Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji korelasi spearman diperoleh

terdapat hubungan antara inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada usia
lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan. Hal itu ditunjukkan dengan nilai p
pada spearman sebesar 0,014 < 0,05 dimana nilai p lebih kecil dari 0,05 sehingga
keputusan uji adalah Hₒ ditolak dan Hₐ diterima, maka disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan tingkat depresi. Dari
hasil penelitian didapatkan nilai r sebesar 0,364 dengan kekuatan hubungan
moderat dan arah yang positif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aneesah
(2015), hasilnya ditemukan bahwa depresi semakin sering ditemukan seiring
dengan meningkatnya inkontinensia urin yang terjadi. Hasil penelitian ini
diperkuat juga dengan penelitian yang dilakukakan oleh Onat at.all (2014) tentang
Relationship between urinary incontinence and elderly patients. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara inkontinensia urin
dengan tingkat depresi pada usia lanjut. Untuk usia lanjut inkontinensia urin
hanya merupakan gangguan pada waktu-waktu tertentu atau yang lebih signifikan
adalah yang menyebabkan terjadinya depresi dan isolasi sosial.
Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian Devrisa (2010)
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan tingkat
depresi pada wanita usia lanjut. Hal ini dikarenakan selain dipengaruhi
inkontinensia urin dan usia, dapat juga dipengaruhi status perkawinan dan

Universitas Sumatera Utara

42

melahirkan dimana proses melahirkan dapat mengakibatkan longgar nya otot
panggul pada wanita.
Dari hasil penelitian usia lanjut yang mengalami inkontinensia urin di
Yayasan Guna Budi Bakti Medan mengalami rasa malu untuk bersosialisasi
dengan orang lain dikarenakan timbulnya bau yang tidak menyenangkan dari
tubuh akibat inkontinensia urin, sehingga usia lanjut menarik diri untuk
bersosialisasi, tidak percaya diri, merasa tidak dibutuhkan, merasa tidak berguna
dan mengakibatkan timbulnya depresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak mengalami
tingkat depresi sedang. Dalam tingkat kejadian depresi sedang, inkontinensia urin
yang paling banyak terjadi pada responden adalah inkontinensia urin rendah. Hal
ini terjadi karena di Yayasan Guna Budi Bakti Medan usia lanjut dilakukan
pemeriksaan kesehatan yang terjadwal. Pelayanan kesehatan yang baik dapat
membuat rendahnya tingkat kejadian inkontinensia pada usia lanjut. Berdasarkan
penelitian, terdapat responden yang mengalami inkontinensia urin tetapi tidak
mengalami depresi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa usia lanjut masih memiliki
koping dan pengetahuan yang cukup baik untuk dirinya. Sehingga disaat usia
bertambah dan terjadi perubahan pada tubuhnya, usia lanjut dapat memahami
keadaannya bahwa proses yang terjadi adalah normal pada pertumbuhan yang
dialami sesuai dengan peningkatan usia. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme
koping juga turut berpengaruh terhadap tingkat kejadian depresi.
Tipe inkontinensia urin yang terjadi pada tingkat inkontinensia urin sedang
tidak jauh berbeda dengan tipe stres, urgensi dan campuran. Hal ini terjadi karena

Universitas Sumatera Utara

43

hanya sedikit perbedaan yang terjadi antara tipe inkontinensia urin.

Pada

deskripsi data semua responden mengalami inkontinensia urin, sedangkan pada
variabel tingkat depresi diperoleh sebagian besar responden mengalami depresi
sedang. Memperhatikan kategori yang diperoleh dari hasil penelitian ini, sesuai
bahwa inkontinensia urin mempunyai hubungan dengan tingkat depresi pada usia
lanjut. Hasil penelitian ini telah membuktikan teori bahwa inkontinensia urin
merupakan salah satu gejala fisik yang apabila tidak tertangani dengan baik akan
menimbulkan depresi pada usia lanjut.
Selain itu instrument yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk
kuesioner, dimana ada kerugian dan keuntungan yang didapatkan oleh peneliti.
Kerugian yang terjadi jika memakai instrumen dalam bentuk kuesioner ini adalah
kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan yang tercantum dalam
kuesioner tersebut.

Universitas Sumatera Utara

44

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1

Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan, inkontinensia urin yang

dialami responden dalam kategori rendah dan tingkat depresi yang dialami
responden dalam kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara inkontinensia urin dengan tingkat depresi dengan signifikansi
(p