Analisis Persaingan Pasar dan Efisiensi

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

ANALISIS PERSAINGAN PASAR DAN EFISIENSI PERUSAHAAN ASURANSI
UMUM KONVENSIONAL
(Studi Kasus Perusahaan Asuransi Umum Konvensional di Indonesia pada Tahun 20132016)
Muhammad Aris Siswanto
Universitas T runojoyo Madura
aries.cronous@gmail.com

Dr. Mohtar Rasyid, S.E., M.Sc.
Universitas T runojoyo Madura
mohtar.rasyid@gmail.com

Abstra ct
The purpose of this resea rch is to know the ma rket competition a nd efficiency level of conventiona l genera l
insura nce compa ny in Indonesia . By ca se study on conventiona l genera l insura nce compa ny 2013 -2016. This study uses
Concentra tion Ra tio (CR) a nd Herfinda hl Hirschma n Index (HHI) to mea sure ma rket competition. Mea nwhile, to mea sure
the efficiency level using Da ta Envelopmen t Ana lysis (DEA) method.
The results of this study indica te tha t the ma rket competition tha t occurred in conventiona l genera l insura nce
compa nies in Indonesia studied is including monopolistic ma rket competition with high or full concentra tion level. While
the efficiency level throughout the yea r of resea rch is very diverse. In 2013 there a re only 2 (two) conventiona l genera l

insura nce compa nies tha t a chieve 100 percent efficiency level of Insura nce Genera li a nd Insura nce Compa ny Tugu
Ma ndiri. Then in 2014 increa sed to 3 (three) co nventiona l genera l insura nce compa nies tha t a chieve 100 percent
efficiency level of Insura nce Compa ny AIA Fina ncia l, Insura nce Compa ny Prudentia l a nd Insura nce Compa ny Tugu
Ma ndiri. Next in 2015 there a re 3 (three) conventiona l genera l insura nce compa nies tha t a chieve 100 percent efficiency
level of Insura nce Compa ny Prudentia l, Insura nce Compa ny PT. Ja sa Ra ha rja a nd Tugu Ma ndiri Insura nce Compa ny.
Wherea s in 2016 there a re 4 (four) conventiona l genera l insura nce compa nies tha t a chieve 100 percent efficienc y level of
Insura nce Compa ny AIA Fina ncia l, Insura nce Genera li Compa ny, Prudentia l Insura nce Compa ny a nd Tugu Ma ndiri
Insura nce Compa ny. Throughout the yea r of this study, the a vera ge efficiency a chievement of conventiona l genera l
insura nce compa nies in Indonesia continues to increa se, indica ting tha t conventiona l genera l insura nce compa nies in
Indonesia continue to work or opera te efficiently a nd a re improving.
Keywords: Ma rket Competition, CR4, HHI, Efficiency, DEA

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persaingan pasar dan tingkat efisiensi perusahaan asuransi umum
konvensional. Dengan studi kasus perusahaan asuransi umum konvensional di Indonesia pada tahun 2013-2016. Penelitian
ini menggunakan Concentra tion Ra tio (CR) dan Herfinda hl Hirschma n Indeks (HHI) untuk mengukur persaingan pasar.
Sedangkan untuk mengukur tingkat efisiensi menggunakan metode Da ta Envelopment Ana lysis (DEA).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persaingan pasar yang terjadi pada perusahaan asuransi umum
konvensional di Indonesia yang diteliti adalah termasuk persaingan pasar monopolistik dengan tingkat konsentrasi tinggi
atau penuh. Sedangkan tingkat efisiensi sepanjang tahun penelitian sangat beragam. Pada tahun 2013 hanya terdapat 2

(dua) perusahaan asuransi umum konvensional yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen yaitu Perusahaan Asuransi
Generali dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri. Kemudian tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 3 (tiga)
perusahaan asuransi umum konvensional yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen yaitu Perusahaan Asuransi AIA
Financial, Perusahaan Asuransi Prudential dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri. Selanjutnya pada tahun 2015 ada 3
(tiga) perusahaan asuransi umum konvensional yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen yaitu Perusahaan Asuransi
Prudential, Perusahaan Asuransi PT. Jasa Raharja dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri. Sedangkan pada tah un 2016
terdapat 4 (Empat) perusahaan asuransi umum konvensional yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen yaitu Perusahaan
Asuransi AIA Financial, Perusahaan Asuransi Generali, Perusahaan Asuransi Prudential dan Perusahaan Asuransi Tugu
Mandiri. Sepanjang tahun penelitian ini pencapaian rata-rata efisiensi pada perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia terus mengalami peningkatan, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia terus bekerja atau beroperasi secara efisien dan semakin membaik.

1

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

Kata Kunci: Persaingan Pasar, CR4, HHI, Efisiensi, DEA

PENDAHULUAN
Salah satu tugas dari Kementerian Keuangan

yaitu secara operasional mengawasi dan membina
lembaga keuangan non bank yang dijalankan oleh
Otoritas Jasa Keuangan. Asuransi merupakan salah
satu lembaga keuangan non bank. Undang-undang
tentang Usaha Perasuransian Nomor 02 Tahun 1992
menjelaskan bahwa usaha perasuransian adalah
adanya perjanjian diantara dua pihak atau lebih, ada
pihak penanggung yang mengikatkan dirinya kepada
tertanggung, dengan imbalan premi asuransi, sebagai
ganti rugi kepada tertanggung karena adanya
kerugian, kehilangan atau kerusakan tanggung jawab
hukum atau keuntungan yang diharapkan kepada
pihak ketiga sebagai tertanggung, yang semua itu bisa
karena suatu peristiwa yang tiba-tiba, tidak pasti atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Ali (2004) menyebutkan bahwa asuransi
merupakan cara untuk meminimalisasi risiko dengan
cara

memindahkan
dan
menggabungkan
ketidakpastian adanya kerugian keuangan. Dalam
Undang-undang Nomor 02 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian menjelaskan bahwa, jenis usaha
asuransi ada beberapa macam diantaranya asuransi
jiwa, asuransi umum atau sering disebut juga sebagai
asuransi kerugian dan reasuransi.
Sejarah perkembangan asuransi di Indonesia
apabila ditelaah sendiri sebenarnya belum terlalu
lama, asuransi di Indonesia merupakan lembaga
keuangan baru karena asuransi sendiri merupakan
lembaga keuangan yang bukan sesuatu yang asli
berasal dari Indonesia. Asuransi datang bersama
datangnya orang asing yaitu Bangsa Belanda.
Awalnya asuransi merupakan lembaga keuangan atau
bagian dari kegiatan perdagangan dalam tata
perekonomian Bangsa Belanda yang dibawa ke
Indonesia untuk memenuhi keperluan mereka.

Asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan
Belanda dan Negara Indonesia waktu itu disebut
Nederlands Indie. Terbentuknya asuransi di Indonesia
akibat dari berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor
perdagangan dan perkebunan dari negeri jajahannya.
Rastuti (2014) menyebutkan bahwa upaya
pengembangan perasuransian di Indonesia bertujuan
untuk perkembangan masyarakat dan perkembangan
ekonomi masyarakat sebagai suatu lembaga
perekonomian, karena melalui asuransi bisa
mengumpulkan dana dari masyarakat yang berjumlah

besar, dan dapat digunakan untuk pembangunan.
Selain itu, asuransi juga untuk memberikan
pengayoman akan kerugian keuangan yang
disebabkan oleh kejadian yang sewaktu-waktu bisa
terjadi. Sedangkan berdasarkan prinsip keseimbangan
(indemnitas)
asuransi
bertujuan

untuk
menyeimbangkan stabilitas keuangan seseorang
(tertanggung) pada posisi semula.
Sudut pandang teoritis, membahas tentang
prinsip asuransi yang berkaitan dengan sumber
penggunaan dana yang digunakan dalam mobilitas
masyarakat dalam bentuk premi yang ditujukan untuk
investasi. Ward dan Zurbruegg (2002) mengatakan
negara-negara yang tergabung di Orga niza tion for
Economic Coopera tion a nd Development (OECD)
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan asuransi.
Sudut
pandang
empiris, memaparkan
pertumbuhan profil atau kondisi industri asuransi
Indonesia yang meliputi jumlah permintaan dan aspek
regulasi, perkembangan jumlah perusahaan yang
disertai indikator-indikator makro dan keuangan
lainnya, serta permasalahan dan situasi persaingan

pasar pada lingkup lokal dan nasional. Webb et al
(2002) menjelaskan bahwa perekonomian makro
dapat digunakan sebagai variabel untuk memprediksi
(predictor variable) untuk menganalisis permintaan
asuransi. Dan penelitian Webb et al (2002) didukung
juga oleh Kugler dan Ofoghi (2006) yang
menjelaskan bahwa dalam jangka panjang fungsi
permintaan asuransi akan dipengaruhi oleh Gross
Domestic Product (GDP).
Tabel 1.
Ranking Dunia Perasuransian Indonesia
Berdasarkan Premi

Fungsi permintaan (dema nd function)
asuransi adalah penggambaran beberapa indikator

2

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA


yang meliputi (1) insura nce penetra tion , adalah
jumlah rasio premi asuransi dibandingkan dengan
Product Domestic Bruto (PDB) (Ward dan Zurbruegg,
2002; Web et al, 2002; Beck, 2002). (2) insura nce
density, yaitu rasio jumlah premi asuransi
dibandingkan dengan jumlah penduduk (Ward dan
Zurberegg, 2000; Beck, 2002; Lind dan Grace, 2006;
Kugler dan Ofoghi, 2006; Nestrova, 2008). (3)
insura nce in priva te sa ving yaitu rasio jumlah premi
asuransi terhadap jumlah tabungan masyarakat (Web
et al, 2002; Beck, 2002; Kugler dan Ofoghi, 2006).
Tingkat dunia perasuransian global, Indonesia
berada pada peringkat ke 37 untuk kategori asuransi
jiwa, peringkat ke 44 untuk premi asuransi umum dari
88 negara yang ada di World Insura nce Outlook.
Untuk peringkat laju penetrasi asuransi (persentase
premi terhadap PDB) dan dentisitas asuransi (premi
per kapita) industri Indonesia terpuruk pada peringkat
ke 74 dan ke 78 di industri asuransi secara
keseluruhan.

Tabel diatas ada hal yang menarik tentang
ranking insura nce density-nya Indonesia berada
diurutan ke 78, hal itu disebabkan karena Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk yang
banyak. Besarnya nilai total premi yang ada di dunia
pada tahun 2012 adalah sebesar US$ 3723,4 Milyar
yang didapatkan dari premi asuransi jiwa sebesar US$
2209,3 Milyar dan disumbang oleh premi asuransi
non-jiwa senilai US$ 1514 Milyar, yang mana ratarata pertumbuhan premi selama lima tahun adalah
sebesar
19,2%.
Sedangkan
analisis
yang
menggunakan data rata-rata pertumbuhan tahun 20092012, tingkat pertumbuhan premi rata-rata sampai
dengan tahun 2018 diseluruh dunia diprediksi dengan
rata-rata sebesar 11,5% untuk asuransi jiwa, 9,2%
untuk asuransi non-jiwa (asuransi umum) dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 10,4% sesuai data yang
dilaporkan oleh World Insura nce Outlook (2012).

Tingkat rata-rata pertumbuhan industri
perasuransian di Indonesia dalam periode 5 (lima)
tahun, serta rata-rata pertumbuhan premi dari
beberapa negara untuk pembandingnya dan perkiraan
pertumbuhannya disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2.

Tabel
diatas
menjelaskan
tentang
pertumbuhan nilai premi yang sudah disesuaikan
dengan tingkat inflasi di masing-masing negara,
termasuk Indonesia. Sedangkan prediksi tingkat
partumbuhan premi dan penetra si adalah angka
estimasi dari World Insura nce Outlook (2012), selama
periode lima tahunan. Meskipun demikian Indonesia
tergolong negara yang tingkat pertumbuhannya masuk
dalam kategori cukup baik pada tahun 2008-2012

yaitu sebesar 19,3%. Pada tabel 1.2 menunjukkan
bahwa rata-rata kontribusi premi terhadap PDB
selama periode lima tahun itu masih sangat rendah,
yaitu sebesar 1,8%. Hal itu menunjukkan bahwa
meskipun tingkat rata-rata premi cukup bagus tapi
masih belum memiliki dampak yang signifikan
terhadap perkembangan ekonomi.
Tingkat pertumbuhan premi rata-rata yang
diprediksi World Insura nce Outlook sampai dengan
tahun 2010 sebesar 23,2%, sedangkan untuk dunia
sebesar 10,4% dan ASEAN sebesar 4,71%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa prediksi pertumbuhan
rata-rata Indonesia lebih besar dari pada tingkat
pertumbuhan rata-rata premi dunia dan ASEAN.
Maka dari itu secara umum peluang pertumbuhan
industri asuransi di Indonesia masih sangat
meyakinkan, yang didukung juga dengan masih
rendahnya tingkat density dan penetra si asuransi di
Indonesia, serta potensi pasar asuransi di Indonesia
yang masih terbuka sangat lebar. Sementara dibanyak
negara lain seperti Jepang dan Singapura, meskipun
tingkat pertumbuhan premi rata-ratanya tinggi namun
prospek pasar asuransi di negara tersebut sudah
tergolong matang (Rahim, 2017).
Laporan perasuransian Indonesia tahun 2015
menjelaskan bahwa industri perasuransian Indonesia
mengalami pertumbuhan yang cukup besar dalam
beberapa tahun terakhir. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya peningkatan jumlah premi bruto
industri asuransi pada tahun 2015 yang mencapai Rp.
295,56 Triliun, meningkat 19,5% dari tahun

3

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

sebelumnya yaitu sebesar Rp. 247,29 Triliun dalam
lima tahun terakhir dan pertumbuhan rata-rata premi
brutonya sekitar 18,6%.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk di
tahun 2015 yang berjumlah 255 Juta Jiwa maka akan
diperoleh densita s asuransi sebesar Rp. 1.159.070,28.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap penduduk
Indonesia
mengeluarkan dana sebesar Rp.
1.159.070,28 untuk membayar premi asuransi.
Sementara itu, peran sektor asuransi terhadap PDB
sebagaimana dicerminkan oleh rasio antara premi
bruto terhadap PDB mengalami peningkatan sebesar
0,21% dari 2,35% di tahun 2014 menjadi 2,56% di
tahun 2015. Berikut adalah penggambaran rasio antara
premi bruto dan PDB Indonesia dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2015.
Tabel 3.
Premi Bruto dan Produk Domestik Bruto Tahun
2011-2015

Kenaikan premi bruto yang terjadi pada tahun
2015 didapatkan dari badan peyelenggara jaminan
sosial (28,1%) dan dikuti oleh asuransi jiwa sebesar
(19,7%) reasuransi dan asuransi umum (10,2%) dan
perusahaan peyelenggara asuransi wajib (8,9%).
Premi bruto industri asuransi terbesar pada tahun
2015 adalah premi bruto asuransi jiwa (45,7%)
kemudian premi bruto badan peyelenggara jaminan
sosial (30,1%), asuransi umum dan dan reasuransi
(10,2%) dan perusahaan peyelenggara asuransi wajib
(8,9%). Untuk melihat lebih rincinya masing-masing
proporsi tersebut, berikut merupakan tabel rincian
premi bruto untuk tiap jenis usaha asuransi dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015. Sementara itu,
alokasi premi menurut sektor usaha tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.
Premi Bruto Menurut Jenis Usaha 2011-2015

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2015)
Setiawan
(2015)
menyatakan
bahwa
Indonesia berpotensi menjadi big ma rket bagi
perkembangan industri perasuransian di Asia
Tenggara. Namun, dengan jumlah populasi terbesar di
Asia Tenggara dan masyarakat kelas menengah yang
tumbuh cepat mencapai 42,7% pada tahun 2009.
Ironisnya 85% penduduk Indonesia belum memiliki
akses terhadap asuransi. Dalam kelompok negaranegara ASEAN sektor perasuransian Indonesia masih
tertinggal. Diindikasikan dari ukuran penetra tion ra te
dan density ra te , posisi Indonesia masih dibawah
Negara Singapura dan Malaysia. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor perasuransian Indonesia masih kurang
berkembang (underdeveloped) , Namun disisi lain,
fakta ini memberi sinyal bahwa Indonesia masih
berpeluang untuk memiliki industri perasuransian
yang lea ding di ASEAN, dengan dukungan kebijakan
yang kondusif bagi pertumbuhannya. Berbagai sektor
terus diperbaiki, tidak ketinggalan pula sektor
perasuransian yang merupakan bagian dari sektor jasa
keuangan yang diliberalisasi. Jangka waktu 2015
sampai 2020 yang sudah ditetapkan para kepala
negara ASEAN dalam Cebu Decla ra tion pada tanggal
13 Januari 2007 guna menghadapi tingkat persaingan
yang makin ketat dari pihak lain terutama China dan
India, merupakan tonggak waktu pemenuhan target
liberalisasi sektor jasa keuangan dimana hambatanhambatan sudah dihapus secara substansial dengan
tetap memberikan ruang bagi negara-negara anggota
untuk mempertahankan fleksibilitas yang telah
disepakati bersama.
Laporan Bank Pembangunan Asia (ADB)
yang berjudul "The Rise of Asia 's Middle Cla ss 2010"
disebutkan bahwa jumlah kelas menengah di
Indonesia tumbuh pesat dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir. Pada 1999 kelompok kelas menengah baru
mencapai 25% atau 45 juta jiwa, namun satu dekade
kemudian melonjak jadi 42,7% atau 93 juta jiwa.

4

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

Ikhsan (2012) seorang pengamat ekonomi
menyebutkan bahwa kelas menengah sebagian besar
terdiri dari kalangan profesional di sektor jasa dan
industri dan hidup di perkotaan. Kelas ini memiliki
kecenderungan menghabiskan dana untuk pendidikan
dan
layanan
kesehatan
yang
berkualitas.
Kecenderungan tersebut selaras dengan keberadaan
perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia yang
banyak menawarkan variasi produk-produk asuransi
jiwa yang dikaitkan dengan pendidikan, kesehatan,
dan investasi.
Pasar Indonesia kedepan masih sangat
prospektif, dan relatif jauh lebih prospektif
dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN.
Ketertinggalan rasio premi dibandingkan PDB disatu
sisi memperlihatkan ketertinggalan pembangunan
sektoral Indonesia, namun sisi positifnya adalah
indikasi kuat bahwa pasar perasuransian Indonesia
belum jenuh dan masih dapat tumbuh tinggi. Jumlah
perusahaan perasuransian didominasi oleh industri
asuransi umum, sedangkan pertumbuhan sektor
perasuransian didominasi oleh industri asuransi jiwa
yang mencatat tingkat pertumbuhan aset sangat
mengesankan (41%), hampir dua kali lipat rata-rata
pertumbuhan industri asuransi umum dan industri
reasuransi (Setiawan, 2015).

KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Perusahaan Asuransi Umum
Konvensional
Pasal 246 KUHD menjelaskan bahwa asuransi
adalah suatu perjanjian yang sifatnya timbal balik
yang mana seseorang penanggung mengikatkan
dirinya kepada seorang tertanggung, dengan imbalan
suatu premi atas suatu kerugian, kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau kerusakan yang
mungkin akan terjadi karena peristiwa yang tidak
tertentu.
Ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 02
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi
adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dengan adanya pihak penanggung yang
mengikatkan dirinya sebagai tertanggung dengan
menerima sejumlah premi tertentu untuk penggantian
kepada tertanggung atas kerugian atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab
kepada pihak ketiga yang mungkin ditimpahkan ke
pihak tertanggung, yang semua itu timbul dari
peristiwa yang tidak diduga dan tidak pasti atau bisa
saja sebagai suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal
atau
hidupnya
seseorang
yang
dipertanggungkan.

B. Prinsip Perusahaan
Konvensional
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Asuransi

Umum

Insura ble Interest
Itikad baik
Indemnity
Proximate Cause
Subrogation
Kontribusi

C. Kegiatan Usaha Perusahaan Asuransi
Umum Konvensional
1. Usaha asuransi kerugian
2. Usaha asuransi jiwa
3. Usaha reasuransi
D. Usaha Penunjang Asuransi
1.
2.
3.
4.

Usaha pialang asuransi
Usaha pialang reasuransi
Usaha konsultan aktuaria
Usaha agen asuransi

E. Persaingan Perusahaan Asuransi
Menurut Widyastuti S.R dan Armanto (2013)
kompetisi atau persaingan sering dihubungkan dengan
situasi
persaingan
beberapa
pihak
dalam
memperebutkan sesuatu. Ada beberapa bentuk pasar
berkaitan dengan kompetisi. Pertama adalah
kompetisi sempurna, memiliki ciri adanya banyak
penjual dan pembeli, harga ditentukan oleh kekuatan
pasar. Pada pasar ini, pelaku bebas memasuki atau
keluar pasar, barang homogen dan tidak ada biaya
transaksi maupun biaya transportasi. Selain itu, pasar
kompetisi tidak sempurna merupakan semua jenis
pasar yang sifatnya berlawanan dengan pasar
kompetisi sempurna, yaitu monopoli, monopsoni,
oligopoli dan kompetisi monopolistik.
1. Teori Structure -Conduct-Performance
(SCP)
Abdillah (2015) Structure-Conduct-Performance
(SCP) adalah sebuah paradigma dalam ilmu ekonomi
industri yang digunakan untuk menghubungkan
elemen-elemen struktur pasar dalam perilaku dan
kinerja suatu industri. Structure, mengacu pada
struktur pasar yang biasanya diartikan oleh rasio
konsentrasi pasar yang artinya adalah rasio yang
mengukur distribusi pangsa pasar dalam industri.
Conduct, merupakan perilaku perusahaan dalam
industri yaitu bersifat persaingan (competitive ) atau

5

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

kerjasama (collusive ), misalnya dalam penetapan
harga, iklan, produksi dan predation. Sedangkan
Performance, atau kinerja adalah ukuran efisiensi
sosial yang biasanya diartikan oleh rasio market
power (semakin besar kekuatan pasar semakin rendah
efisiensi sosial). Ukuran kinerja yang lain adalah
keuntungan perusahaan atau profitabilitas.
Kuncoro M. (2007) menyebutkan bahwa pasar
oligopoli terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: oligopoli
ketat dan oligopoli longgar. Oligopoli ketat adalah
kondisi dimana antar perusahaan memiliki kemiripan
yang sangat kecil satu dengan yang lainnya, sehingga
perusahaan
memiliki
banyak
plihan
untuk
mengimplementasikan strategi dalam mengoperasikan
perusahaannya. Kemudian oligopoli longgar adalah
terdapat dua strategi dalam mendapatkan keuntungan.
Strategi yang pertama adalah strategi diferensiasi
produk dan membuat membuat orientasi yang akan
mengubah orientasi pasar. Strategi berikutnya adalah
loose oligopoly adalah inovasi produk yang tujuannya
mengubah peta industri yang akan menyebabkan
semakin besarnya halangan perusahaan lain untuk
masuk di industri tersebut.
2. Teori Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah
ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan
atau strateginya selam periode tertentu. Prinsip EVA
memberikan sistem pengukuran yang baik untuk
menilaisuatu kinerja dan prestasi keuangan karena
EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar
sebuah perusahaan (Stewart, 1993). EVA adalah
ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi
manajemen. EVA yang positif menandakan
perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik
modal karena perusahaan mampu menghasilkan
tingkat penghasilan melebihi tingkat biaya modal. Hal
ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif
menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena
tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya
modalnya.
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas
nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada
pemegang saham. Oleh Karena itu manajer yang
menitikberatkan pada EVA dapat diartikan telah
beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. EVA
merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang
dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran-ukuran
lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan
perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan
(trend). Hasil perhitungan EVA mendorong

mengalokasikan dana perusahaan untuk investasi
dengan biaya modal yang rendah.
F. Teori Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam industri atau perusahaan. Pengukuran
efisiensi dalam industri asuransi umum baik
konvensional maupun syariah juga menjadi suatu
yang sangat penting untuk melihat adanya persaingan
yang ketat di dalam industri perasuransian Indonesia
(Purwanti, 2016). Menurut Ramanathan (2003)
efisiensi adalah rasio antara output yang
menghasilkan dan input yang digunakan. Suatu
perencanaan produksi dapat disebut efisien apabila
menghasilkan lebih banyak output dengan sejumlah
input yang sama atau sebaliknya menurunkan
penggunaan input untuk menghasilkan tingkat output
yang sama.
Abidin (2009) konsep efisiensi pertama kali
diperkenalkan oleh Farrel (1957) yang merupakan
tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu
(1951) dan Koopmans (1951). Konsep pengukuran
efisiensi Farrel dapat memperhitungkan input
majemuk (lebih dari 1 input). Farrel menyatakan
bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua
komponen, yaitu efisiensi teknis (technical efficiency)
dan efisiensi alokatif (allocative efficiency). Efisiensi
teknis menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mencapai output semaksimal mungkin dari sejumlah
input. Sedangkan efisiensi alokatif menunjukkan
kemampuan untuk menggunakan input dengan
proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input
tertentu.
Kedua
komponen
ini
kemudian
dikombinasikan untuk menghasilkan ukuran efisiensi
total atau efisiensi ekonomis (economic efficiency).
G. Konsep Input dan Output
Rozak (2010) berpendapat bahwa konsep-konsep
yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan
input-output dalam tingkah laku institusi financial
pada metode non-parametrik adalah Pendekatan
Produksi (Production Approach), Pendekatan
Intermediasi
(Intermediation
Approach),
dan
Pendekatan Aset (Asset Approach).
H. Hubungan Persaingan Pasar dan Efisiensi
Menurut Athoammar (2015), secara umum
terjadinya kompetisi perusahaan akan menyebabkan
perusahaan beroperasi seefisien mungkin agar mampu
memenangkan persaingan dan bisa menyediakan
layanan yang baik dengan harga yang lebih murah
bagi konsumennya. Bila berkaca pada teori organisasi

6

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

industri, yaitu konsep Structure-Conduct-Performance
(SCP), kenaikan tingkat konsentrasi pada industri
asuransi yang terjadi akan mendorong perusahaanperusahaan untuk meningkatkan substansial kinerja
pada sistem perasuransian, yang berkaitan dengan
efisiensi. Selain itu kompetisi yang terjadi
mempengaruhi kenaikan tingkat efisiensi asuransi.
Hal yang sama diungkapkan oleh Cetorelli (2001),
bahwa apabila perusahaan menjadi lebih kompetitif
dalam bersaing maka akan meningkatkan efisiensi dan
kesehatan perusahaan.
I. Konsep Ekonomi dari Asuransi (Behaviour
Toward Risk)
Teori Permintaan Uang Keynes mendasarkan
pada adanya 2 (dua) motif untuk memegang uang kas,
yakni motif transaksi dan motif spekulasi. Motif
transaksi tergantung dari pendapatan sedangkan motif
spekulasi tergantung dari tingkat suku bunga. Teori
Keynes ini selanjutnya berkembang didasarkan atas
dua pembagian tersebut, yang dilakukan oleh William
J. Baumol dan James Tobin. Untuk menganalisa uang,
mereka menggunakan pendekatan yang berbeda, yaitu
antara lain: 1. Permintaan
uang
untuk motif
transaksi 2. Permintaan uang untuk motif spekulasi
Disamping dikembangkan oleh Keynes, teori ini juga
dikembangkan oleh James Tobin dalam karyanya
yang berjudul “Liquidity Preference as Behavior
Toward Risk” (Review of Economic Studies,
February 1958). Pokok isi teorinya sebagai berikut,
kekayaan individu dapat direalisasikan dalam bentuk
uang kas dan obligasi. Uang kas tidak menghasilkan
apa-apa. Sedangkan obligasi bisa menghasilkan
pendapatan yang berupa bunga serta perubahan harga
obligasi sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat
bunga.

METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini dibatasi pada perusahaan
asuransi umum konvensional di Indonesia tahun
2013-2016, dengan menggunakan data laporan
keuangan yang diterbitkan oleh masing-masing
perusahaan asuransi. Dalam analisis mengenai
persaingan dan efisiensi perusahaan asuransi umum
konvesional ini, perusahaan asuransi yang diambil
merupakan perusahaan asuransi umum konvensional
yang memiliki data keuangan dari tahun 2013-2016
dan memenuhi syarat data dalam analisis persaingan
pasar maupun efisiensi perusahaan asuransi umum
konvensional. Adapun perusahaan asuransi umum

konvensional yang digunakan pada analisis ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.
Daftar Nama Perusahaan Asuransi Umum
Konvensional di Indonesia

B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data panel (pooled data). Data panel
merupakan jenis data gabungan antara runtut waktu
silang dengan data seksi silang (time series-cross
section), yang terdiri atas beberapa objek dan
beberapa periode waktu. Terdapat keuntungan yang
diperoleh dengan menggunakan data panel, yaitu data
panel merupakan gabungan antara time series dan
cross section yang mampu menyediakan data lebih
banyak, sehingga akan menghasilkan degree of
fredom yang lebih besar. Sumber data yang digunakan
pada penelitian ini berasal dari data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan asuransi
umum konvensional yang dipublikasikan oleh
perusahaan asuransi umum konvensional pada
website resmi masing-masing perusahaan asuransi
yang digunakan dalam penelitian.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
asuransi di Indonesia yang beroperasi secara umum
konvensional. Sampel dalam penelitian ini yaitu
perusahaan asuransi umum konvensional yang
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada
periode 2013-2016. Di Indonesia terdapat 76
perusahaan asuransi umum konvensional, namun
perusahaan asuransi yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini hanya 10 perusahaan asuransi umum
konvensional. Hal tersebut dikarenakan terdapat 63
perusahaan asuransi umum konvensional tidak
dipublikasikan, dan 3 perusahaan asuransi umum

7

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

konvensional yang datanya tidak memenuhi syarat
dalam penelitian. Berdasarkan populasi yang ada
sedangkan penelitian ini memiliki tujuan khusus,
maka dalam penentuan sampel penelitian dilakukan
secara purposive sampling artinya metode pemilihan
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement
sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak
acak
yang
informasinya
diperoleh
dengan
pertimbangan tertentu. Melainkan pemilihan sampel
berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan
tujuan penelitian, yaitu menganalisis persaingan dan
efisiensi perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia. Sehingga dalam penelitian ini penulis
hanya menggunakan 10 perusahaan asuransi umum
konvensional di Indonesia pada periode 2013 - 2016.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dalam pengumpulan data yang penulis
gunakan adalah dengan metode studi pustaka, yaitu
pengumpulan data melalui pengkajian buku-buku
literatur, jurnal-jurnal ilmiah, dan website resmi
perusahaan asuransi umum konvensional. Studi
pustaka tersebut dilakukan untuk memperoleh data
dari laporan publikasi perusahaan asuransi yang
menjadi objek penelitian.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Analisis Persaingan Pasar
Perusahaan Asuransi
Penelitian ini menggunakan konsentrasi pasar
dalam menentukan persaingan dengan variabel premi
bersih. Konsentrasi pasar adalah salah satu faktor
penentu kekuatan industri asuransi sehingga dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa besar
persaingan pasar yang terjadi pada perusahaan
asuransi umum konvensional di Indonesia. Dengan
kata lain, konsentrasi pasar menunjukkan kekuatan
perusahaan asuransi atas kekuatan dalam industri
asuransi.
2. Variabel Analisis Efisiensi Perusahaan
Asuransi
Penelitian ini dalam menentukan variabel input
dan output menggunakan Pendekatan Intermediasi
(The Intermedia tion Approa ch ), seperti yang
diungkapkan oleh Rozak (2010) bahwa memandang
lembaga keuangan sebagai intermediator, dengan
merubah input untuk menghasilkan output. Sehingga
variabel input yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Biaya Komisi (I1 ) dan Total Aset (I2 ),
sedangkan variabel output terdiri Pendapatan Investasi
(O1 ), Premi bersih (O2 ).

F. Metode Analisis Data
1. Metode Analisis Persaingan Pasar
Perusahaan Asuransi
Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan Concentration Ratio (CR) dan
Herfindahl-Hirschman Index (HHI) untuk mengukur
persaingan pasar perusahaan asuransi umum
konvensional di Indonesia. Concentration Ratio (CR)
dihitung dengan menjumlahkan (premi bersih) dari
perusahaan asuransi atas industri asuransi apakah itu
akan CR4 (empat perusahaan asuransi) atau CR10
(sepuluh perusahaan asuransi), penghitungan CR4 ini
untuk mengetahui kekuatan perusahaan asuransi pada
industri asuransi umum konvensional di Indonesia.
Sedangkan HHI dihitung dengan mengkuadratkan
masing-masing perusahaan asuransi persentase pangsa
pasar dan menjumlahkan perusahaan asuransi atas
kuadrat pangsa pasar. Perhitungan HHI ini untuk
mengetahui persaingan pasar yang terjadi pada
industri asuransi umum konvensional di Indonesia.
Menurut
Ariyanto T. (2004) untuk
menghitung CR4 digunakan rumus:
CR4 = ∑N i=1 (Si) …...............................................(1.1)
Si adalah pangsa pasar empat pelaku usaha yang
paling besar. Pembagian kelompok dapat juga
dilakukan dengan menggunakan kriteria lain yang
disepakati, misalnya berdasarkan penguasaan total
aset ataupun premi bersih. Tingkat konsentrasi pasar
tersebut akan berada dalam beberapa klasifikasi yaitu
rendah, sedang dan tinggi yang dinyatakan dalam
bentuk presentase dengan besaran antara 0% sampai
dengan 100%.
Machmud (2004) untuk mengukur tingkat
konsentrasi pasar dapat dilakukan menggunakan
model Herfinda hl-Hirshma n Index (HHI).
Dengan rumus sebagai berikut:
HHI = ∑

……….................................... (1.2)

Dimana: s1 , s2 , . . . . n = ma rket sha re kelompok
perusahaan asuransi (untuk masing-masing variabel
biaya komisi, total aset, dengan n jumlah perusahaan
yang ada. Pengelompokan mengenai tingkat
konsentrasi pada pasar juga dijelaskan dalam buku
Economics of Stra tegy oleh Besanko D., dkk (2007)
sebagai berikut:

8

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

Tabel 6.
Daftar Nama Perusahaan Asuransi Umum
Konvensional di Indonesia

G. Metode Analisis Efisiensi Perusahaan
Asuransi
Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan non-parametric yaitu Data
Envelopment Analysis (DEA), dengan pendekatan
intermediasi. Dalam proses pengolahan data
menggunakan metode Data Envelopment Analysis
(DEA) ini menggunakan aplikasi DEAP-xp1.
1. Data Envelopment Analysis (DEA)
Sulistyono (2014) Da ta Envelopment Ana lysis
(DEA) adalah pengembangan program linear yang
didasarkan pada teknik pengukuran kinerja relatif dari
sekelompok unit input dan output. DEA dapat
mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio
parsial maupun regresi berganda. DEA merupakan
prosedur yang dirancang secara khusus untuk
mengukur efisiensi relatif suatu Decisia n Making Unit
(DMU) yang menggunakan banyak input maupun
output. Dalam DEA efisiensi relatif DMU
didefinisikan sebagai rasio dari total output
tertimbang dibagi total input tertimbangnya.
Abidin (2009) metode DEA diperkenalkan
pertama kali oleh Charnes, Coopers dan Rhodes
(CCR) pada tahun 1978 dan kemudian semakin
berkembang. Pendekatan DEA ini lebih menekankan
kepada melakukan evaluasi terhadap kinerja DMU.
Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada evaluasi
terhadap efisiensi relatif dari DMU yang sebanding.
Selanjutnya DMU-DMU yang efisien tersebut akan
membentuk garis frontier.
DMU berada pada garis frontier, maka DMU
tersebut dapat dikatakan efisien relatif dibandingkan
dengan DMU yang lain dalam peer group -nya. Selain
menghasilkan nilai efisiensi masing-masing DMU,
DEA juga menunjukkan unit-unit yang menjadi
referensi bagi unit-unit yang tidak efisien. Efisiensi
perusahaan asuransi diukur sebagai berikut:

m = input-input yang berbeda
p = output-output yang
berbeda
xij = jumlah input I yang
dikonsumsi oleh UPKj
ykj = jumlah output k yang
diproduksi oleh UPKj
Model pengukuran efisiensi pada persamaan
diatas menunjukkan adanya efisiensi rasio untuk Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) tidak lebih dari 1.
Sementara nilai efisien berkisar antara 0 sampai 1.
DMU (Desicion Making Unit) yang efisien akan
memiliki nilai 1 atau 100%, sedangkan nilai yang
mendekati 0 menunjukkan efisiensi DMU (Desicion
Making Unit) semakin rendah (inefisien).
2. Keunggulan Metode DEA
Uraian mengenai konsep Data Envelopment
Analysis (DEA) di atas, terdapat beberapa
keunggulan, menurut Muharam dan Pusvitasari
(2007) sebagai berikut:
a. DEA dapat menangani pengukuran efisiensi
secara relatif beberapa Unit Kegiatan Ekonomi
(UKE) sejenis dengan menggunakan banyak input
dan output.
b. Metode ini, tidak perlu mencari asumsi
bentuk fungsi hubungan antara variabel input dan
output dari UKE sejenis yang akan diukur
efisiensinya.
c. UKE-UKE dibandingkan secara langsung
dengan sesamanya.
d. Faktor input dan output dapat memiliki satuan
pengukuran yang berbeda tanpa perlu melakukan
perubahan satuan dari kedua variabel tersebut.
3. Kelemahan Metode DEA
Maharani (2012) menyebutkan kelemahan dari
metode DEA yaitu metode DEA merupakan
pengukuran dengan metode non-parametric, maka uji
hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit
dilakukan sehingga tidak dapat diambil kesimpulan
secara statistik. DEA hanya mengukur efisiensi relatif
antar DMU dalam suatu penelitian bukan efisiensi
absolut.

Keterangan:
DMU = UPK
n = UPK yang akan dievaluasi

9

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penghitungan Persaingan
Berikut merupakan data premi bersih perusahaan
asuransi umum konvensional pada tahun 2013-2016
yang akan digunakan untuk mengukur persaingan
pasar perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia:
Tabel 7.
Premi Bersih Perusahaan Asuransi Umum
Konvensional di Indonesia
(Studi Pada 10 Perusahaan Asuransi Umum
Konvensional)
Tahun 2013-2014 (dalam jutaan rupiah)

Perusahan Asuransi AIA Financial, Perusahaan
Asuransi Manulife dan Perusahaan Asuransi
Prudential. Dari ketiga perusahaan asuransi tersebut
setiap tahunnya memiliki ma rket sha re paling tinggi
dibandingkan 10 perusahaan asuransi dalam
penelitian. Hal tersebut dikarenakan ketiga
perusahaan asuransi tersebut merupakan perusahaan
asuransi konvensional yang membuka cabang syariah,
sehingga memiliki kekuatan pasar yang besar.
Setelah dilakukan penghitungan ma rket sha re
pada perusahaan asuransi konvensional di Indonesia,
kemudian dapat dilakukan perhitungan menggunakan
Concentra tion Ra tio (CR4) dan Herfinda hlHirschma n Index (HHI). Untuk Concentra tion Ra tio
(CR4) dihitung dengan menjumlahkan ma rket sha re
atau premi bersih dari empat perusahaan asuransi
terbesar untuk mengetahui kekuatan perusahaan pada
industri perasuransian konvensional di Indonesia.
Berikut merupakan hasil penghitungan menggunakan
CR4 pada premi bersih perusahaan asuransi
konvensional di Indonesia:
Tabel 9.

Penghitungan persaingan pasar asuransi
umum konvensional di Indonesia dengan CR4 dan
HHI, sebelumnya dilakukan penghitungan ma rket
sha re atau pangsa pasar dari setiap perusahaan
asuransi untuk mengetahui capaian yang diperoleh
perusahaan asuransi selama beroperasi.
Tabel 8.

Tabel diatas menjelaskan bahwa selama
periode penelitian tahun 2013 hingga 2016,
perusahaan asuransi yang memiliki ma rket sha re
tertinggi adalah 3 (tiga) perusahaan asuransi yaitu

Dapat disimpulkan bahwa sepanjang tahun
penelitian yaitu tahun 2013-2016 perusahaan asuransi
umum konvensional di Indonesia termasuk
terkonsentrasi penuh atau oligopoli ketat. Menurut
Kuncoro (2007), oligopoli ketat adalah kondisi
dimana antar perusahaan memiliki kemiripan yang
sangat kecil satu dengan yang lainnya, sehingga
perusahaan
memiliki
banyak
pilihan
untuk
mengimplementasikan strategi dalam mengoperasikan
perusahaannya.
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan
CR4 untuk mengetahui kekuatan pasar perusahaan
asuransi
umum konvensional di Indonesia,
selanjutnya dilakukan penghitungan menggunakan
HHI untuk mengetahui persaingan pasar yang terjadi
pada perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia. HHI dihitung dengan mengkuadratkan
masing-masing persentase ma rket sha re atau pangsa
pasar empat perusahaan asuransi umum konvensional
terbesar, selanjutnya menjumlahkan hasil kuadrat
pangsa pasar empat perusahaan asuransi umum
konvensional terbesar tersebut. Berikut merupakan

10

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

hasil penghitungan persaingan pasar menggunakan
HHI pada perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia:
Tabel 10.

Dapat disimpulkan bahwa pada sepanjang
tahun penelitian 2013-2016, perusahaan asuransi
umum konvensional di Indonesia berada dalam
persaingan monopolistik. Menurut Machmud (2014),
persaingan monopolistik merupakan keadaan pasar
yang ditandai dengan banyaknya jumlah penjual dan
pembeli, terdapat diferensiasi produk atau upaya yang
dilakukan suatu perusahaan untuk membedakan
produknya dari produk pesaing. Penghitungan
persaingan pasar yang diperoleh menggunakan HHI
dalam Tabel 4.4 didasarkan pada buku Economics of
Stra tegy oleh Besanko D., dkk (2007).
B. Perhitungan Efisiensi
Alat ukur efisiensi teknik pada perusahaan
asuransi umum konvensional khususnya pada 10
(sepuluh) perusahaan asuransi umum konvensional
dengan metode analisis DEA ini menggunakan 2
(dua) variabel input, yaitu: biaya komisi dan total aset
serta menggunakan 2 (dua) variabel output yaitu:
pendapatan investasi dan premi bersih.
Berikut merupakan hasil dari penghitungan
efisiensi perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia tahun 2013-2016 menggunakan Da ta
Envelopment Ana lysis (DEA):
Tabel 11.

Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa perusahaan
asuransi umum konvensional yang mencapai tingkat
efisiensi 100 persen (paling efisien) pada tahun 2013
ada 2 (dua) perusahaan asuransi yaitu Perusahaan
Asuransi Generali dan Perusahaan Asuransi Tugu
Mandiri. Kemudian pada tahun 2014, perusahaan
yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen (paling
efisien) mengalami peningkatan menjadi 3 (tiga)
perusahaan yaitu Perusahaan Asuransi AIA Financial,
Perusahaan Asuransi Prudential dan Perusahaan
Asuransi Tugu Mandiri.
Selanjutnya pada tahun 2015, perusahaan yang
mencapai tingkat efisiensi 100 persen (paling efisien)
ada 3 (tiga) perusahaan, yaitu Perusahaan Asuransi
Prudential, Perusahaan Asuransi PT. Jasa Raharja
Putera dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri.
Kemudian pada tahun 2016, perusahaan yang
mencapai tingkat efisiensi 100 persen (paling efisien)
yaitu Perusahaan Asuransi AIA Financial, Perusahaan
Asuransi Generali, Perusahaan Asuransi Prudential
dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri. Perusahaan
Asuransi Tugu Mandiri merupakan perusahaan yang
paling efisien, Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri
mencapai tingkat efisiensi 100 persen dalam empat
tahun selama penelitian.
Disisi lain pencapaian rata-rata efisiensi pada 10
perusahaan asuransi umum konvensional di Indonesia
terus mengalami peningkatan pada tahun 2013-2016.
Hal ini dapat dijelaskan pada Tabel 4.9 diatas. Ratarata tingkat efisiensi perusahaan asuransi umum
konvensional di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
75%. Kemudian mengalami peningkatan pada tahun
2014 menjadi 75.9%. Selanjutnya pada tahun 2015
rata-rata efisiensi juga mengalami peningkatan
menjadi 76.7%, Sedangkan pada tahun 2016 rata-rata
efisiensi perusahaan asuransi umum konvensional
juga mengalami peningkatan menjadi 79%.
Pencapaian rata-rata pada perusahaan asuransi umum
konvensional di Indonesia sepanjang tahun penelitian
yang terus mengalami peningkatan, menunjukkan
bahwa perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia terus bekerja atau beroperasi secara efisien
atau semakin membaik.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
mengenai persaingan pasar dan efisiensi perusahaan
asuransi umum konvensional (studi kasus perusahaan
asuransi umum konvensional di Indonesia pada tahun
2013-2016) yang sudah dibahas pada bab
sebelumnya, maka
dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

11

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

1. Berdasarkan
hasil
penghitungan
menggunakan Concentra tion Ra tio (CR) dan
Herfinda hl-Hirschma n
Index
(HHI)
menunjukkan bahwa sepanjang tahun 20132016 persaingan pasar yang terjadi pada 10
perusahaan asuransi umum konvensional
adalah persaingan monopolistik dengan
tingkat
konsentrasi
tinggi.
Dikatakan
persaingan monopolistik apabila dilihat dari
jumlah
perusahaan
asuransi
umum
konvensional yang banyak, sehingga terdapat
diferensiasi produk. Sedangkan dapat
dikatakan terkonsentrasi tingkat tinggi apabila
dilihat dari ma rket sha re perusahaan asuransi
umum konvensional yang terdapat beberapa
perusahaan
yang
menguasai
industri
perasuransian umum konvensional.
2. Berdasarkan
hasil
penghitungan
menggunakan Da ta Envelopment Ana lysis
(DEA) untuk menganalisis efisiensi 10
(sepuluh)
perusahaan
asuransi umum
konvensional tahun 2013-2016, menunjukkan
bahwa
perusahaan
asuransi
umum
konvensional yang mencapai tingkat efisiensi
100 persen (paling efisien) pada tahun 2013
ada 2 (dua) perusahaan yaitu Perusahaan
Asuransi Generali dan Perusahaan Asuransi
Tugu Mandiri. Kemudian pada tahun 2014,
perusahaan yang mencapai tingkat efisiensi
100 persen (paling efisien) mengalami
peningkatan menjadi 3 (tiga) perusahaan yaitu
Perusahaan
Asuransi AIA
Financial,
Perusahaan
Asuransi
Prudential
dan
Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri.
Selanjutnya
pada tahun 2015,
perusahaan yang mencapai tingkat efisiensi
100 persen (paling efisien) ada 3 (tiga)
perusahaan juga, yaitu Perusahaan Asuransi
Prudential, Perusahaan Asuransi PT. Jasa
Raharja Putera dan Perusahaan Asuransi Tugu
Mandiri. Pada tiga tahun ini yaitu tahun 20132015, Perusahaan Asuransi Prudential dan
Perusahaan
Asuransi
Tugu
Mandiri
merupakan perusahaan yang mencapai tingkat
efisiensi 100 persen (paling efisien)
dibandingkan perusahaan asuransi umum
konvensional lainnya. Kemudian pada tahun
2016, perusahaan yang mencapai tingkat
efisiensi 100 persen (paling efisien)
meningkat ada 4 (empat) perusahaan yaitu

Perusahaan
Asuransi AIA
Financial,
Perusahaan Asuransi Generali, Perusahaan
Asuransi Prudential dan Perusahaan Asuransi
Tugu Mandiri. Selama empat tahun, yaitu
tahun 2013-2016 ini Perusahaan Asuransi
Tugu Mandiri merupakan perusahaan yang
mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen
(paling efisien) dibandingkan perusahaan
asuransi umum konvensional lainnya.
Disisi lain pencapaian rata-rata
efisiensi pada 10 (sepuluh) perusahaan
asuransi umum konvensional di Indonesia
terus mengalami peningkatan pada tahun
2013-2016. Hal ini dapat dijelaskan pada
Tabel 4.9 diatas. Rata-rata tingkat efisiensi
perusahaan asuransi umum konvensional di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 75%.
Kemudian mengalami peningkatan pada
tahun 2014 menjadi 75.9%. Selanjutnya pada
tahun 2015 rata-rata efisiensi juga mengalami
peningkatan menjadi 76.7%, Sedangkan pada
tahun 2016 rata-rata efisiensi perusahaan
asuransi umum konvensional juga mengalami
peningkatan menjadi 79%. Pencapaian ratarata pada perusahaan asuransi umum
konvensional di Indonesia sepanjang tahun
penelitian yang terus mengalami peningkatan,
menunjukkan bahwa perusahaan asuransi
umum konvensional di Indonesia terus
bekerja atau beroperasi secara efisien atau
semakin membaik.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
mengenai persaingan pasar dan efisiensi perusahaan
asuransi umum konvensional (studi kasus perusahaan
asuransi umum konvensional di Indonesia pada tahun
2013-2016) yang sudah dibahas pada bab
sebelumnya, terdapat beberapa saran yang
disampaikan penulis dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Selain pemerintah memberikan kebijakan
untuk pengembangan perusahaan asuransi
umum konvensional di Indonesia,
sebaiknya pemerintah juga memberikan
kebijakan yang tepat untuk mendorong
perusahaan asuransi umum konvensional
agar tetap bersaing. Hal tersebut berkaitan
dengan analisis yang sudah dilakukan
oleh penulis bahwa dengan peningkatan
persaingan, maka akan meningkatkan

12

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 2018 - UTM MADURA

efisiensi atau menyebabkan perasuransian
beroperasi seefisien mungkin.
2. Sebaliknya bagi perusahaan yang belum
mencapai tingkat efisiensi 100 persen, ada
baiknya apabila menyontoh perusahaan
yang sudah mencapai tingkat efisiensi
100 persen dalam pemanfaatan input
untuk menghasilkan output. Hal tersebut
berkaitan dengan analisis yang sudah
dilakukan penulis bahwa sepanjang tahun
2013-2016 masih terdapat beberapa
perusahaan
asuransi
yang
belum
mencapai tingkat efisiensi 100 persen
(inefisien). Ketidakefisienan tersebut bisa
disebabkan karena belum optimalnya
pemanfaatan input untuk menghasilkan
output dalam beroperasinya perusahaan
asuransi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, M. J. (2015). Analisis Pengaruh Pangsa
Pasar, CAR, ASET, DPK, NIM Terhadap
Kinerja Perbankan di Indonesia. Universitas
Trunojoyo Madura.
Adira, (Online), (https://www.adira.co.id/tentangkami/laporan-keuangan),
diakses
03
November 2017.
Ali, Z. (2008). Hukum Asuransi Syariah, (DasarDasar Hukum Asuransi), 88.
Ariyanto Taufik.
(2004). "Profil Persaingan
Usaha dalam Industri Perbankan Indonesia".
Perbanas Finance & Banking Journal, Vol. 6,
No. 2, Desember 2004, 95-108.

Asuransi
Sinarmas,
(Online),
(https://www.sinarmas.co.id/tentangkami/laporan-keuangan),
diakses
03
November 2017.
Benarda, Sumarwan, U., & Nadratuzzaman
Hosen, M. (2016). Tingkat Efisiensi Industri
Asuransi Jiwa Syariah Menggunakan
Pendekatan Two Stage Data Envelopment
Analysis. Economics Development Analysis
Journal,
2
(1),
64–72.
http://doi.org/10.17358/JABM.2.1.64.
Besanko D, dkk. (2007). Economics of Strategy,
Ed 4. John Wiley & Sons.
Charly Buchari. (2009). Pengukuran Kinerja
Perusahaan Asuransi di Indonesia. Usulan
Kerangka. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Damayanti, F. (2016). Pengaruh Kontribusi
Peserta, Klaim, dan Hasil Investasi
Terhadap Surplus Underwriting Asuransi
Umum Syariah di Indonesia Diajukan.
Economics Development Analysis Journal,
1, 1–134.
Darmawan, Komang. (2013). Best Insurance
Company 2013. Majalah Investor. Edisi
XV/241, hal 53. Jakarta.
Darmawi. (2006). Ruang Lingkup Asuransi, 3
(Ruang Lingkup Asuransi), 13–58.
Data
Perasuransian
(2015).
Statistik
Perasuransian 2015.

Asia Development Bank (2010). The Rise of
Asia's Middle Class 2010. Special Chapter
dalam publikasi ADB - Key Indicators for
Asia and the Pacific 2010.

Etty P. L, S. A. (2009). Efisiensi Teknik
Perbankan
Indonesia
Pasca
Krisis
Ekonomi. Sebuah Studi Empiris Penerapan
Model DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol. 10, No. 1, Juni 2009, 49-67.

Asuransi
AIA
Financial,
(Online),
(https://www.aiafinancial.co.id/tentang
kami/laporan-keuangan),
diakses
03
November 2017.

Generali,
(Online),
(https://www.generali.co.id/tentangkami/laporan-keuangan),
diakses
03
November 2017.

Asuransi
AXA
Mandiri,
(Online),
(https://www.axamandiri.co.id/tentangkami/laporan-keuangan),
diakses
03
November 2017.

Goestjahjanti, F. S. (2012). Struktur Pasar
Perilaku Kinerja Industri Kosmetik di
Indonesia. Universitas Borobudur.

13

Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FE

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65