Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

17

BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam bab ini disajikan tentang : a) Konteks Pembelajaran Matematika, b)
Kajian tentang Belajar Mengajar, c) Kajian tentang Prestasi Belajar, d) Konsep Dasar
Pembelajaran Bahasa Indonesia dan, e) Korelasi Antara Bahasa Indonesia dengan
Matematika pada Soal Cerita.
A.

Konteks Pembelajaran Matematika
Matematika, sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang
sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.1 Berbagai bentuk symbol, rumus,
teorema, dalil, ketetapan, dan konsep digunakan untuk membantu perhitungan,
pengukuran, peramalan, dan sebagainya. Sehingga tidak heran jika peradapan
manusia bisa berkembang dengan pesat dengan adanya matematika. Bahkan jika
ada suatu Negara yang mengabaikan pendidikan matematika dinegaranya maka
suatu Negara tersebut akan sangat tertinggal disegala bidang ( terutama sains dan
teknologi). Semua teknologi yang ada semuanya menggunakan matematika baik
itu konsepnya atau rumusnya.

Dengan begitu pentingnya matematika bagi kehidupan manusia maka di
Indonesia sejak mulai play group, SD, anak-anak sudah mulai dikenalkan dengan
matematika. Bahkan sampai perguruan tinggi. Karena manusia dalam
kehidupannya tidak bisa lepas dari matematika.
1

Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathoni, Mathematical Intelligence, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007 ) hal. 41

17

18

1.

Hakekat Matematika.
Istilah

matematika


berasal

dari

kata

yunani

“Mathein“

atau

“manthenein” yang artinya “mempelajari”. Atau mungkin kata itu
berhubungan dengan kata sanskerta “medha” atau “widya” yang menpunyai
arti “ kepandaian”, “ketahuan” atau “inteligensi”.2 Namun walau sudah ada
istilah seperti itu, matematika tidak sepi akan pengertian matematika yang
lain.
Matematika merupakan ilmu yang sangat unik. Banyak para ahli
matematika mendefinisikan matematika menurut keahlian masing-masing.
Ada para ahli yang tertarik atau ahli dibidang bilangan maka ia akan

mendefinisikan matematika dari sudut pandang bilangan, ada ahli yang
mencurahkan pada struktur-stuktur maka ia mendefinikan matematika dengan
sudut pandang stuktur-struktur. Demikian banyaknya muncul definisi atau
pengertian tentang matematika yang beraneka ragam dari para ahli
matematika sehingga tidak ada satu konsep atau definisi atau pengertian yang
disepakati oleh pakar matematika. Disinilah keunikan matematika tidak akan
pernah ada kesepakatan tentang definisi matematika yang bersifat tunggal.
Berikut ini beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli
matematika menurut bidang ketertarikan mereka pada matematika.3
1. Para pakar matematika yang tertarik dengan perilaku bilangan mengatakan
matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi dan yang
2

Ibid,Hal 42
Soedjadi R, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kin Menuju
Harapan Masa Depan ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional, 1999/ 2000 ) hal.11
3

19


lainnya juga mengatakan matematika adalah pengetahuan tentang logic
dan berhubungan dengan bilangan.
2. Pakar matematika yang menyenangi matematika dari sudut strukturstruktur mengatakan matematika adalah pengetahuan tentang strukturstruktur yang logic.
3. Sedangkan yang menyukai dari sudut pandang sistematik mengatakan
matematika adalah pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
Dan dari setiap sistem itu mempunyai struktur tersendiri yang bersistem
deduktif.4
Namun walau para pakar saling memberikan definisi sendiri-sendiri, tapi
semua definisi itu tidak melenceng jauh dari definisi pakar yang lainnya. W.
W Sawyer mengatakan “ matematika adalah klasifikasi studi dari semua
kemungkinan pola “.5. selain itu matematika merupakan penggolongan dan
penelaahan tentang semua pola. Pola yang dimaksud disini adalah dalam arti
luas, mencakup hampir semua jenis keteraturan yang dapat dimengerti pikiran
kita. Penelaahan bentuk dalam matematika membawa matematika ke strukturstruktur. Jadi matematika bisa didefinisikan sebagai penelaahan tentang
struktur-struktur.6 Matematika sehagai ilmu mengenai struktur dan hubunganhubungannya, simbol-simbol diperlukan. Simbolisasi menjamin adanya
komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu
konsep baru. Konsep baru akan terbentuk dari pemahaman konsep
4


Hudoya, Herman, Pengembangan kurikulum matematika dan pelaksanaannya didepan kelas
(Surabaya : Usaha Nasional 1979 ) Hal 95
5
Hudoyo Herman, Strategi Mengajar Belajar Matematika ( Malang: IKIP Malang, 1990 ), Hal.
62
6
Ibid, Hal. 3

20

sebelumnya dan melalui aturan-aturan yang sangat ketat sehingga matematika
konsep-konsep itu tersusun secara hirarkis. Simbolisasi akan berarti jika
dilandasi suatu ide.
Selain dari pendapat para ahli diatas di Indonesia setelah penjajahan
Belanda dan Jepang untuk matematika digunakan istilah “Ilmu Pasti”. 7 Yang
berasal dari kata “ wiskunde “. Yang mana “ wis “ ditafsirkan sebagai “ pasti “
dan lebih dekat artinya ke “ wis “ dari kata “ wisdom “ dan “ wissen scraft “
yang erat hubungannya dengan “widya”. Karena itu “ wiskunde “ sebenarnya
harus diterjemahkan sebagai “ ilmu tentang belajar “ yang sesuai dengan arti “
Mathein “ pada matematika.8 Penggunaan


istilah “ ilmu pasti “ untuk

matematika menimbulkan kesan bahwa pelajaran matematika merupakan
pelajaran tentang perhitung-hitungan yang memberikan hasil yang “ pasti “
dan “ tunggal “.9 Dan seolah-olah membenarkan pendapat bahwa di dalam
matematika semua hal sudah pasti dan tidak dapat diubah lagi. Padahal dalam
kenyataannya tidak demikian. Dalam matematika terdapat pokok bahasan
yang justru tidak pasti, misalnya

dalam statistic ada probabilitas

( kemungkinan yang akan terjadi atau disebut juga peluang kemungkinan ).10
Di dalam materi probabilitas tidak ada yang namannya pasti semua berupa
kemungkinan, seperti kita main kartu, kemungkinan yang akan terjadi jika
tidak menang pasti kalah.

7

Ibid, hal 12

Masykur Ag. Moch, Mathematical Intelligence ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2007 ) hal. 43
9
Soedjadi R. Kiat Pendidikan Matematika ……….. Hal. 12
10
Masykur Ag. Moch, Mathematical….., Hal 43
8

21

Jadi dari semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat
matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-stuktur dan hubunganhubungan yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan
dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematis dikembangkan
berdasarkan alasan logis.
a.

Karakteristik Matematika
Pada definisi matematika telah dijelaskan bahwa tidak ada suatu definisi

pun dari matematika yang disepakati sebagai definisi tunggal oleh para ahli.
Namun dari semua definisi-definisi yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa

matematika memiliki beberapa karakteristik diantarannya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.

Memiliki obyek kajian abstrak
Bertumpu pada kesepakatan
Berpola piker deduktif
Memiliki symbol yang kosong dari arti
Memperhatikan semesta pembicaraan
Konsisten dalam sistemnya.
Memiliki Obyek Abstrak
Dalam matematika obyek yang dipelajari adalah abstrak, sering

juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran.
Objek dasar meliputi (a) fakta, (b) konsep, (c) operasi ataupun relasi, (d)

prinsip.11
Adapun objek dasar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

11

Soedjadi R. Kiat Pendidikan Matematika……………Hal. 13

22

a.Fakta ( abstrak ) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan
simbol tertentu.12 Misalkan simbol bilangan “5” secara umum sudah
dipahami sebagai bilangan “ lima “. Jika disajikan angka “ 5 “ orang
sudah bisa menangkap maksudnya bahwa itu adalah angka “lima”.
Sebaliknya jika orang mengucapkan kata “ lima “ dengan sendirinya
dapat disimbulkan dengan “ 5 “. Dalam himpunan juga dapat
disimbol-simbol tertentu yang merupakan konvensi, misalnya “
yang

bermakna


“irisan”

atau

untuk

memudahkan





dalam

menghafalkan irisan dilambangkan dengan huruf “ n “ kecil. Dan “

”

yang bermakna gabungan, atau bisa juga gabungan dalam


himpunan itu dilambangkan dengan “ U “.
b. Konsep adalah

ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek.13
Apakah obyek tertentu merupakan contoh konsep ataukah bukan.
Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan
yang membatasi suatu konsep. “persegi“ adalah nama suatu konsep
abstrak. Dengan konsep ini sekumpulan obyek dapat digolongkan
sebagai contoh persegi atau bukan contoh persegi. Misalkan seorang
anak melihat suatu pigura maka konsep persegi itu akan muncul
pada pikirannya. Apakah ini pigura berbentuk persegi atau bukan.

12

Ibid, hal 13
, Hal 14

13 Ibid

23

Tapi semua itu akan terjadi jika seorang anak tersebut sudah
mengerti tentang konsep persegi.
c.Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung atau aturan untuk
memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang
diketahui.14 Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu
fungsi yaitu relasi ( hubungan ) khusus. Misalkan dalam himpunan
dikenal operasi “ gabungan “ adalah operasi biner karena elemen
yang dioperasikan ada dua, sedangkan “ komplemen “ adalah operasi
unair karena elemen yang dioperasikan hanya satu.
d. Prinsip ( abstrak )adalah obyek matematika yang komplek.15 Atau
dapat dikatakan prinsip adalah berbagai obyek dasar matematika.
Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat” dan sebainya.
2.

Bertumpu Pada Kesepakatan.
Kesepakatan dalam matematika merupakan hal yang sangat
penting. Karena tanpa adanya suatu kesempatan mungkin jika kita ingin
menentukan volume suatu bangun maka kita harus berdebat dulu dengan
orang lain karena tentunya setiap orang punya persepsi masing-masing.
Kesepakatan yang paling mendasar dalam matematika adalah aksioma
dan konsep primitif.16 Aksioma diperlukan untuk menghindari berputar-

14

Ibid. Hal 15
Ibid. Hal 15
16
Ibid. Hal. 16
15

24

putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitive diperlukan untuk
menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian.
3.

Berpola Pikir Deduktif
Dalam matematika sebagai “ ilmu “ hanya diterima pola pikir
deduktif. Deduktif disini secara sederhana mengandung arti yaitu sebuah
pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang lebih kusus. Pola pikir deduktif ini dapat
terwujud secara sederhana ataupun yang tidak sederhana. Dan
matematika tidak merupakan ilmu yang hanya jalan ditempat. Banyak
teorema dalam matematika yang ditemukan melalui pengamatanpengamatan kusus yang bersumber dari teprema-teorema terdahulu dan
dikembangkan kepada teorema yang lebih kusus.

4.

Memiliki Simbol Yang Kosong Dari Arti
Dalam matematika jelas sekali terlihat banyak symbol yang
digunakan, baik simbl itu berupa huruf atau bukan huruf. Rangkaian
symbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model
matematika. Namun symbol-simbol itu masih kosong dari arti. Symbolsimbol matematika bersifat “ artificial “ yang baru memiliki arti setelah
sebuah makna diberikan kepadanya.17 Makna huruf dan tanda pada
symbol matematika tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan
terbentuknya model itu. Tanpa makna tersebut matematika hanya

17

Masykur Ag Moch dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence……… Hal 47

25

merupakan kumpulan symbol dan rumus yang kering akan makna.
Kosongnya arti itu memungkinkan matematika memasuki medan
garapan dari ilmu bahasa.18 Karena misalkan ada symbol dalam
matematika yang memakai huruf X, Y, Z itu merupakan huruf-huruf
konsonan dalam ilmu bahasa.
5.

Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Untuk menghindari kosongnya suatu symbol matematika dari arti
maka diperlukan kejelasan dalam lingkup pembicaraannya, atau dimana
kita membicarakan suatu rumus atau symbol tersebut. Dan dengan
adanya lingkup pembicaraan yang jelas orang akan mudah menagkap
arti symbol tersebut. Misalkan jika suatu symbol lingkup pembicaraanya
himpunan, maka symbol-simbol diartikan bilangan. Jadi benar salahnya
ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat
diperlukan oleh semesta pembicaraannya atau lingkup pembicaraanya.
Jika seseorang sudah salah dalam menentukan lingkup pembicaraanya
maka hasil yang akan didapatnya menjadi salah kaprah. Misalkan ada
soal 2x = 7 dengan syarat semesta pembicaraanya adalah bilangan bulat.
Jika dalam mengerjakannya tidak melihat semesta pembicaraannya
maka ia akan menjawab x = 3,5. maka jawaban itu salah karena dalam
bilangan bulat tidal ada angka 3,5 jadi jawaban yang tepat adalah “
Himpunan Kosong “ atau tidak ada penyelesaiaanya.

18

Soedjadi R. Kiat Pendidikan……… Hal. 17

26

6.

Konsisten Dalam Sistemnya
Maksudnya konsisten dalam sistemnya yaitu, dalam matematika
terdapat banyak sistem, yang dimaksud sistem adalah sekumpulan
unsure atau elemen yang terkait satu sama lain dan mempunyai tujuan
tertentu. Didalam masing-masing sistem dan strukturnya itu berlaku
ketaat azasan atau konsistensi. Selain itu bahwa dalam setiap sistem dan
strukturnya tersebut tidak boleh terdapat konstradiksi. 19 Maksud
kondradiksi disini adalah bahwa dalam sistem dan struktur dalam
matematika tidak dibenarkan adanya pernyataan atau teorema saling
bertolak belakang atau bertentangan. Suatu torema ataupun suatu
definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Kosnsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal
nilai kebenarannya. Kalau telah ditetapkan atau disepakati bahwa a + b
= x dan x + y = p, maka a + b + y haruslah sama dengan p.

b.

Dasar Dan Tujuan Pendidikan Matematika Di Sekolah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin, dan
mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini juga dilandasi oleh perkembangan
matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis teori peluang dan

19

Ibid. hal 19

27

matematika diskrit.20 Untuk menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan
matematika yang kuat sejak dini. Karena itu matematika sekolah dipilih dari
unsur atau bagian-bagian dari matematika yang berdasarkan atau berorientasi
kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK.21 Atas dasar
diatas, matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik sejak sekolah
dasar ( SD ), untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama. Agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, dan tidak pasti.
Matematika sekolah tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai
ilmu. Keduanya mempunyai perbedaan diantaranya : (1) penyajiannya, (2)
pola pikirnya, (3) keterbatasan semestanya, (4) tingkat keabstrakannya.22
1.

Penyajian Matematika Sekolah
Dalam matematika sekolah penyajian atau pengungkapan butirbutir matematika yang akan disampaikan disesuaikan dengan perkiraan
perkembangan intelektual siswa. Misalkan dengan mengaitkan butir yang
akan disampaikan dengan realitas disekitar siswa atau disesuaikan dengan
pemakaiannya. Jadi matematika sekolah dalam penyajiannya sering kali
tidak langsung berupa butir-butir matematika. Dan sajian matematika

20

Masykur. Moch dan Abdul Halim Fathoni, Mathematical Intelligence……… Hal 52
Soedjadi R, Kiat Pendidikan……….. Hal 37
22
Ibid. Hal. 37
21

28

dalam buku sekolah pun tidak selalu diawali dengan teorema atau definisi
matematika.
2.

Pola Pikir Matematika Sekolah
Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Namun tidak
demikian dengan matematika sekolah, dalam matematika sekolah dapat
digunakan pola deduktif maupun induktif sesuai dengan topik yang akan
disampaikan.23 Yang mana pada hakekatnya walaupun siswa akhirnya
tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam proses
pembelajaran yang dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir yang
dimaksudkan

untuk

menyesuaikan

dengan

tahap

perkembangan

intelektual siswa.
3.

Keterbatasan Semesta
Dalam matematika sebagai ilmu unsur atau elemennya sangat
komplek. Tapi dalam matematika sekolah unsure atau elemen dari
matematika itu karena dengan memperhatikan aspek kependidikan, maka
dapat terjadi penyederhanaan konsep.24 Pengertian semesta pembicaraan
dalam matematika sekolah tetap diperlukan, namun lebih dipersempit.
Namun dengan semakin bertambahnya usia siswa dan semakin bertambah
tingkat jenjang pendidikannya, maka semesta itu berangsur diperluas lagi.

23
24

Ibid. Hal. 39
Ibid. hal 40

29

4.

Tingkat Keabstrakan Matematika Sekolah
Pada matematika sebagai ilmu obyek matematika adalah abstrak.
Namun jika keabstrakan itu tidak bisa dika langsung diterapkan didalam
matematika sekolah. Keabstrakan itu harus dibentuk dari dikit demi
sedikit. Pada tingkat taman kanak-kanak kita dalam mengajarkan
matematika harus dengan sesuatu yang konkret karena anak akan mudah
mengingat dengan apa yang telah dilihatnya. Setelah masuk sekolah dasar
kita pun masih harus memperbanyak memperkenalkan matematika secara
konkret dan masih sedikit yang brsifat abstrak. Namun jika tingkat
pendidikan anak sudah semakin tinggi maka akan anak akan diajarkan
tingkat abstraksi yang lebih tinggi sehingga konsep abstraksinya anak juga
harus semakin tinggi pula. Atau bisa dikatakan semakin tinggi pendidikan
semakin tinggi pula tingkat abstraksinya.
Disini akan diberikan beberapa tujuan mengapa matematika
diajarkan diberbagai jenjang sekolah. Baik dalam garis-garis besar
program pengajaran ( GBPP ) maupun dari Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 Diantaranya adalah :
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, efektif dan efisien.

30

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.25
c. Agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep
matematika,

menjelaskan

keterkaitan

antarkonsep

dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien
dan tepat dalam pemecahan masalah.
d. Peserta didik mempunyai kemampuan memecahkan masalah. Yang
meliputi

kemampuan

memahami

masalah,

merancang

model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.26
Yaitu memiliki rasa ingin tau, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Jika dicermati tujuan tersebut bisa digolongkan menjadi dua tujuan
yaitu tujuan yang bersifat formal dan tujuan yang bersifat material.
Adapun tujuan yang bersifat formal lebih menekankan kepada menata
penalaran dan membentuk kepribadian. Sedangkan tujuan yang bersifat
material lebih menekankan kepada kemampuan menerapkan matematika

25
26

Ibid, Hal 43
Masykur. Moch dan Abdul Halim Fathoni, Mathematical Intelligence……… Hal 52-53

31

dan ketrampilan matematika. Namun secara umum tujuan diberikannya
matematika disekolah adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar bisa
menghadapi perubahan kehidupan dan dunia yang selalu berkembang dan
syarat perubahan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang
logis, rasional, dan kritis. Selain itu juga mempersiapkan siswa agar dapat
bermatematika

dalam

kehidupan

sehari-hari,

mempelajari

ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni ( IPTEKS ).

B.

KAJIAN TENTANG BELAJAR-MENGAJAR
1.

a. Pengertian Belajar
Belajar istilah ini sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari
bahkan tidak asing bagi kita karena pada dasarnya kegiatan belajar memang
dialami oleh setiap orang. Belajar juga merupakan Key Term ( istilah kunci )
yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.27 Agar kita mendapatkan
pengertian yang sebenarnya dari belajar itu sendiri, marilah kita kaji beberapa
tentang pengertia belajar dari beberapa ahli.
Beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tertentu sehubungan
dengan belajar. Perbedaan pengertian tersebut dilihat dari sudut pandang dan
penekanan masing-masing. Tetapi apabila kita pahami secara mendalam dari

27

Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya : 2010 ) hal.93

32

pengertian-pengertian tersebut sebenarnya memiliki maksud yang searah dan
sejalan.
Ada beberapa pendapat tentang belajar. Diantaranya adalah :
W. H Burton mengatakan:28
“ belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan
individu dengan lingkunganya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya “.
Perubahan yang dimaksud adalah sesorang yang telah mengalami
proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek
pengetahuannya, ketrampilannya, maupun dalam sikapnya. Yang mana
mulanya dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar dan
sebagainya. Atau pada intinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat
melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.
C.T Margon merumuskan belajar sebagai “ suatu perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman
yang lalu “.29 Perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada perkembangan
seseorang sejak bayi hingga dewasa, terdapat tiga hal yaitu :
a.

Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses fisiologis,
misalnya sakit, penyakit.

28

Uzer Usman, Moh dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar
( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993 ) Hal. 4
29
Sobur. Alex, Psikologi Umum dalam lintasan sejarah ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2003 )
Hal.219

33

b.

Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses pematangan
(maturation)

c.

Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses belajar.
Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya Psikologi Pendidikan

”belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia“. 30
Maksudnya disini dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok manusia
tertindas itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan.
Iptek juga dapat dipakai untuk membuat senjata penangkis agresi kelompok
manusia tertentu yang mungkin hanya dikendalikan oleh segelintir oknum.
Masykur dan Fathani mengatakan :
“ belajar adalah proses pengubahan individu ( secara kognitif, afektif,
dan psikomotorik ) yang relative permanen akibat adanya latihan,
pembelajaran atau pengetahuan konkret sebagai produk adanya
interaksi dengan lingkungan luar ”.31
Maksudnya adalah belajar merupakan serangkaian proses pengubahan
individu baik secara kofnitif ( perkembangan kemampuan / kecerdasan ),
afektif ( perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahanperubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain ), maupun
psikomotorik ( perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan
perolehan aneka ragam ketrampilan fisik anak). Semua perubahan itu akan
bertahan lama atau akan tetap mengubah seseorang dan semua proses tersebut
dipengaruhi karena adanya latihan, mengalami pembelajaran secara nyata
30
31

Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan ………. Hal 93
Masykur. dan Fathani, Mathematical Intelligence………. Hal 32

34

yang dihasilkan dari factor lingkungan luar.

Factor itu bisa merubah

seseorang baik berubah ke hal yang lebih baik atau sebaliknya.
Hilgard dan Moch dan Setiawati menyatakan :
“ Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau dirubahnya
suatu kegiatan karena mereaksi suatu keadaan. Perubahan itu tidak
disebabkan oleh proses pertumbuhan ( kematangan ) atau keadaan
organisme yang sementara ( seperti kelelahan atau karena pengaruh
obat-obatan ).32
Pergertian tersebut dapat kita ambil maknanya sebagai berikut :
Pertama bahwa yang dimaksud belajar adalah suatu proses dimana
proses dimaksud disini adalah proses waktu dan proses mental. Sebagai proses
waktu belajar dapat kita pahami bahwa waktu belajar yang diperlukan cukup
lama dan berkesinambungan sehingga semua itu adalah suatu proses dari dari
yang paling sederhana sampai kepada yang rumit. Sedangkan yang dimaksud
dengan belajar sebagai proses mental dan emosionalnya secara utuh
merupakan partisipasi dan keterlibatan mental dalam proses belajar.
Kedua bahwa proses yang telah dialami dalam kegiatan belajar
tersebut mengakibatkan berubahnya suatu kegiatan individu yang belajar.
Perubahan disini dapat berupa kebiasaan-kebiasaan, kecakapan-kecakapan,
koordinasi sensor motoris, kepekaan, daya pikir dan sebagainya.
Ketiga bahwa yang dikatakan sebagai hasil belajar adalah perubahan
yang tidak disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan atau kematangan.
Yang dimaksud proses kematangan adalah proses yang terjadi secara alamiah,
32

Usman dan Setiawati, Upaya Optimalisasi…………Hal 5

35

misalnya proses pertumbuhan pada berjalan lalu berlari, proses latihan
berbicara dan sebagainya. Walaupun proses tersebut memerlukan latihan atau
belajar tetapi proses tersebut lebih dominasi oleh factor kematangan.
Keempat bahwa yang dapat dikategorikan sebagai hasil belajar adalah
perubahan yang tidak dapat bersifat sementara. Perubahan yang bersifat
sementara dapat disebabkan oleh fakor kelalahan dan factor obat-obatan.
Dari semua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Yang mana perubahan itu dipengaruhi oleh diri sendiri atau factor lain
misalnya lingkungan atau akibat dari interaksi dengan sesama, baik secara
individu maupun kelompok, dan perubahan itu bersifat permanen atau tidak
hanya bersifat sementara. Jika perubahan itu bersifat sementara mungkin
diakibatkan karena pengaruh obat-obatan atau penyakit. Dan belajar juga
berfungsi sebagai benteng pertahanan bagi manusia.
b. Faktor-Faktor dalam Belajar
Ada beberapa faktor dalam belajar, antara lain :
a.
b.
c.

33

Motivasi untuk Belajar.
Tujuan yang Hendak Dicapai.
Situasi yang Mempengaruhi Proses Belajar.33

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran ( Bandung : CV Wacana Prima, 2007 ) Hal. 59

36

a.

Motivasi untuk Belajar.
Motivasi adalah kekuatan pendorong yang ada dalam diri orang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu
tujuan.34 Itu sebabnya kita sering mendengar istilah motif dan dorongan
dikaitkan dengan prestasi atau keberhasilan. Motivasi dapat memberikan
semangat ( dorongan ) yang luar biasa terhadap seseorang untuk meraih
sesuatu yang dibarapkannya. Misalkan seseorang ingin mendapatkan
prestasi yang baik dikelasnya maka dia akan lebih semangat lagi untuk
belajar.
Sedangkan motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa
untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam
belajar.35 Dengan motivasi belajar yang tinggi siswa akan semangat
menempuh proses belajar betapapun beratnya proses yang harus ditempuh.
Motivasi belajar ini memegang peranan penting terhadap pencapaian hasil.
Tanpa motivasi belajar siswa tidak dapat belajar, siswa akan malasmalasan saja. Jika siswa sudah tau apa yang diinginkan dan harus
mencapainya misalkan siswa ingin lulus masuk perguruan tinggi negeri
dengan hasil terbaik maka dengan motivasi tersebut siswa akan lebih rajin
belajar dan berlatih.dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa,

34
35

Hudoyo, Strategi Mengajar…………. Hal. 97
Sumiati, Metode Pembelajaran……. Hal 59

37

karena motivasi dan tujuan merupakan bagian penting dari proses belajar
agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
b.

Tujuan yang Hendak Dicapai.
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju
oleh proses pembelajaran.36 Dalam setiap kegiatan hendaknya mempunyai
tujuan karena tujuan akan menuntun kepada hendak yang akan dicapai,
atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari sesuatu kegiatan.
Seperti yang telah disebutkan diatas jika seseorang ingin
mendapatkan sesuatu hendaklah mempunyai tujuan dulu yang pasti dan
tujuan

itu

dimantapkan.

Sehingga

akan

timbul

motivasi

untuk

mendapatkan apa yang telah menjadi tujuanya. Misalkan siwa ingin
menjadi cerdas dan dapat menyelesaikan pendidikannya tepat waktu dan
mendapatkan cita-cita yang diinginkannya itu merupakan tujuan yang
akan dicapainya. Dan pada dasarnya siswa belajar dan akan memperoleh
hasil belajar yang efisien jika mempunyai tujuan ingin mencapai tujuan
itu.
c.

Situasi yang Mempengaruhi Proses Belajar.
Sydney L. Pressey mengungkapkan keadaan (situasi) tentang siswa,
sebagai berikut :

36

Ibid, Hal 60

38

1.

Siswa sebagai individu yang unik
Keadaan siswa sendiri merupakan satu komponen situasi
belajar. Dan semua itu harus didasarkan dan disesuaikan dengan
keadaan diri sendiri. Missal disesuaikan dengan keinginannya,
kebutuhan, kehendak, kesukaan, minat, bakat dan kemampuan.

2.

Keadaan atau situasi belajar
Keadaan siswa ketika sedang belajar ini sangat berpengaruh
terhadap hasilk belajar. Keadaan ini terkait dengan keadaan fisik atau
mental. Jika seseorang keadaan fisiknya sakit maka keadaan ini akan
berpengaruh kepada orang tersebut, misal konsentrasinya berkurang
dan sering mengeluhkan sakit yang dideritannya. Begitu pula jika
mental seseorang dalam belajar ternggu juga akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Misalkan dia sedang stress, gugup, bingung
maka belajar tidak akan bisa berlangsung dengan baik.

3.

Proses belajar
Proses belajar memerlukan metode, teknik, dan waktu. Hal ini
menunjukkkan keadaan yang berbeda-beda antara seseorang dengan
yang lainnya, juga terhadap materi pelajaran yang satu dengan yang
lainnya.

4.

Guru
Keadaan guru ini juga sangat berpengaruh terhadap situasi
belajar. Karena seorang guru merupakan faktor pendorong siswa untuk

39

lebih giat belajar. Seorang guru yang galak dikelasnya tidak
menjadikan siswa tambah semangat dalam belajar tapi malah
menimbulkan siswa merasa takut dan cepat merasakan jenuh jika
diajar guru tersebut. Jadi keadaan guru terkait dengan kepribadian,
kemampuan dan kondisi fisik maupun mental juga harus diperhatikan,
sehingga belajar akan dapat berlangsung dengan baik dan sampai pada
tujuan yang akan dicapai.
5.

Teman
Seringkali keberhasilan atau kegagalan belajar seseorang
dipengaruhi oleh seoarang teman, baik teman bergaul atau teman
belajar. Misalkan seseorang bergaul dengan seseorang yang rajin
belajar maka rajin belajar itu bisa berpengaruh kepada seseorang
tersebut, demikian sebaliknya jika seseorang bergaul dengan seoarng
yang malas belajar maka juga akan berpengaruh. Oleh karena itu
dalam memilih teman baik bergaul maupun teman belajar harus
memilih teman yang benar-benar baik. Dan mengajak teman kita yang
malas belajar untuk giat belajar.

6.

Program yang ditempuh
Apa yang dipelajari siswa pada umumnya terfokus pada
program pendidikan yang ditempuh. Oleh karena itu materi
pembelajaran yang sedang dipelajari seharusnya disertai dengan
motivasi, minat, dan sesuai dengan bakat siswa itu sendiri.

40

2.

Pengertian Mengajar
Pada dasarnya apabila dikatakan mengajar, tentu ada subyek yang
diberi pelajaran, yaitu peserta didik dan ada subyek yang mengajar yaitu
pengajar. Istilah mengajar/ pengajaran dalam bahasa arab disebut taklim ( baca
: ta’lim ) dan dalam bahasa inggris teaching.37 Herman Hudoyo mengatakan “
Mengajar

adalah

suatu

kegiatan

dimana

pengajar

menyampaikan

pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik“. 38 Jadi
maksudnya disini mengajar itu tidak sama dengan mendidik, kalau mendidik
itu bertanggung jawab kepada moral peserta didik, sedangkan mengajar guru
hanya bertanggung jawab bagaimana agar pengetahuan yang diberikan oleh
guru dapat diserap peserta didik dengan baik.
Sedangkan pengertian mengajar menurut Jerome S. Bruner dalam
bukunya Toward a Theory of Instruction yang dikutip oleh Moch. Uzer
Usman dan Lilis Setiawati mengatakan “ Mengajar adalah penyajian ide,
problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat
dipahami oleh setiap siswa “.39 Maksud pengetahuan dalam bentuk sederhana
yaitu menyederhanakan bahan pelajaran yang akan disajikan sedangkan
menurut Brunner ada tiga cara untuk menyederhanakanya yaitu dengan
enactive, iconic,dan symbolic.40 Penyajian enactive adalah penyajian suatu
bahan pelajaran dalam bentuk gerak atau dalam bentuk psikomotor. Penyajian
37

Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan…………..Hal 177
Hudoyo, Herman, Strategi Mengajar ………….. Hal 6
39
Uzer Usman. Moch dan Lilis setiawati, Upaya Optimalisasi………… Hal 5
40
Ibid. Hal 5
38

41

iconic melibatkan penggunaan grafik dalam penyajian suatu ide, obyek atau
prinsip. Sedangkan penyajian symbolic adalah dengan menggunakan bahasa
dan penyajiannya hendaknya mengikuti perkembangan jiwa anak.
Tyson dan Caroll menyimpulkan bahwa mengajar ialah …..a way
working with student…a process of interaction…the teacher does something
to student; the student do samething in return. 41 Definisi ini menggambarkan
bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik
antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Jadi mengajar yang dimaksudkan Tyson dan Caroll adalah tidak hanya
guru saja yang aktif di dalam kelas tetapi muridpun harus lebih aktif. Dan
siswa pun tidak hanya menunggu guru memberikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya. Dan tidak hanya terpaku dengan ilmu pengetahuan yang
diberikan guru tetapi siswa harus aktif lebih mengembangkan ilmu
pengetahuan yang telah diperolehnya.
Sedangakan menurut Sumiati dan Asra pengertian mengajar adalah :
“ mengajar merupakan segala upaya yang sengaja dilakukan dalam
rangka memberi kemudahan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai “.
Maksud pendapat diatas adalah peran seorang guru menjadi berubah,
yang dulu guru adalah sebagai satu-satunya sumber informasi atau sebagai
penyaji materi, tetapi kini peran guru adalah sebagai pengarah dan pemberi

41

Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan……… Hal. 179

42

kemudahan untuk terjadinya proses belajar atau guru berfungsi sebagai
pendamping dan sekaligus sebagai fasilitator. Dan dalam hal ini upaya apapun
dapat dilakukan, asalakan sengaja dilakukan untuk mengantar siswa mencapai
tujuan.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan mengajar
adalah suatu kegiatan yang disengaja dimana pengajar menyampaiakn
pengetahuan/ pengalaman yang berupa ide, problem atau pengetahuan yang
berbentuk sederhana dalam rangka untuk memberikan kemudahan kepada
siswa, untuk terjadinya proses timbal balik antara guru dan siswa sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.

C.

Kajian Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum membahas tentang prestasi belajar, maka terlebih dahulu
mengenai pengertian prestasi itu sendiri. Pengertian prestasi menurut
Saifuddin Azwar “ prestasi adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam
belajar“.42 Sedangakan menurut Djamarah mengatakan bahwa “prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individual maupun kelompok“.43 Sementara Nasrun Harahap dan kawankawan memberi batasan, bahwa prestasi adalah “ penilaian pendidikan tentang
42

Azwar. Saifuddin, Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar,
( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005 ) Hal 13
43
Bahri Djamarah. Syaiful, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru ( Surabaya : Usaha
Nasional, 1994 ) hal 19

43

perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam
kurikulum”.44 Di dalam kamus besar bahasa Indonesia prestasi belajar yang
diartikan

sebagai

penguasaan

ketrampilan

atau

pengetahuan

yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru. Jadi prestasi merupakan suatu hasil dari
suatu kegiatan yang telah dilakukan atau diciptakan baik secara individual
maupun secara kelompok, yang bisa diketahui dari nilai yang diperoleh.
Sedangkan pembahasan mengenai belajar sudah dibahas pada sub bab
terdahulu.
Dari pengertian prestasi dan belajar bisa dihubungkan prestasi belajar
mempunyai pengertian kemampuan seseorang yang diperoleh setelah adanya
proses belajar, atau hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas atau dalam arti
lain prestasi belajar adalah merupakan hasil yang dicapai setelah belajar.
Prestasi belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
pada suatu pencapaian tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa.
Reigelluth dan Merill mengemukakan pengertian “ prestasi belajar atau hasil
pembelajaran didenifisikan sebagai semua aspek yang dapat dijadikan
indikator dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang
berbeda “.45 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
44
45

11

Ibid Hal 21
Yoto dan Syaiful Rahman, Manajemen Pembelajaran , ( Malang : Yarizan Group, 2001 ) Hal

44

belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan terhadap
sesuatu ketrampilan atau pengetahuan yang dikembangkan untuk mata
pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai angka-angka.
Djamarah berpendapat “ prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai dari aktivitas dalam belajar “.46 Sedangkan menurut Purwanto hasil
belajar atau prestasi belajar adalah” perubahan perilaku siswa akibat belajar
“.47 Jadi dengan belajar bisa mengakibatkan berubahnya perilaku anak didik
dari yang buruk menjadi baik, dan dari mulanya tidak mengerti menjadi
mengerti.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah
penilaian pendidikan tentang kemajuan

siswa dalam segala hal yang

dipelajari disekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/
ketrampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Didalam suatu kelas prestasi yang dicapai masing-masing individu
tidak sama, termasuk oleh siswa sebagai subyek didik. Adapun perbedaan
prestasi belajar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1.

Faktor endogen atau disebut juga Faktor internal, yaitu semua faktor
yang berada dalam diri individu

46
47

Bahri Djamarah. Syaiful, Prestasi Belajar………… Hal. 23
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 ) Hal.46

45

2.

Faktor eksogen atau disebut juga faktor eksternal yaitu semua faktor
yang berada diluar diri individu.48

3.

Dan juga faktor pendekatan belajar.49
Ketiga faktor diatas akan dijelaskan sebagai berikut :

1.

Faktor endogen atau faktor internal
Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi dua faktor yaitu faktor
fisiologis ( yang bersifat jasmaniah ) dan faktor psikologis (yang bersifat
rohaniah ).
a. Faktor fisiologis ( jasmaniah )
Faktor ini baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, seperti menmgalami sakit, cacat tubuh, atau
perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang
membawa kelainan tingkah laku.50 Jika siswa dalam proses belajarnya
mengalami faktor-faktor jasmani seperti diatas maka semua itu akan
mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa tidak akan bisa optimal
dalam menerima pelajaran, sehingga ketidak optimalan tersebut sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
b. Faktor Psikologi

48

Sobur. Alex, Psikologi Umum ………. Hal. 244
Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan……………Hal 129
50
User Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi…………..Hal. 10
49

46

Faktor-faktor rohaniah (psikologi ) siswa yang paling banyak
disoroti adalah sebagai berikut :
a.)

Tingkat kecerdasan / intelegensi atau kemampuan siswa.
Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psikologi untuk
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cara yang tepat.51 Dan faktor kecerdasan intelegensi ini
sangat dominan. Faktor kecerdasan ini sangat berpengaruh
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa atau tingkat
keberhasilan siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi
siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses dan
lebih berhasil dalam kegiatan belajar karena ia lebih mudah
menangkap dan memahami pelajaran. Selain itu siswa yang
mempunyai intelegensi tinggi prestasi belajar dikelasnya akan
semakin menonjol dan selalu bagus. Sedangkan siswa yang
tingkat intelegensinya rendah peluang kesuksesannya juga
rendah, selain itu dia juga sangat kesulitan menerima pelajaran
dikelasnya, sehingga prestasi belajarnya rendah dan dia tidak
bisa bersaing dengan siswa yang tingkat intelegensinya tinggi.

b.)
51

Bakat

Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan ……… Hal 131

47

Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa adalah faktor bakat. Bakat yang terdapat pada diri
seseorang biasanya terbatas pada bidang tertentu saja. Satu ciri
yang paling umum diterima sebagai cirri anak berbakat adalah
memiliki kecerdasan yang lebih tinggi daripada anak normal
sebagaimana diukur oleh alat ukur kecerdasan yang sudah baku.
Karena bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang
“inherent “ dalam diri seseorang, dibawa sejak lahir dan terkait
erat dengan struktur otak, struktur otak itu sangat ditentukan oleh
caranya lingkungan berinteraksi dengan anak tersebut. Pada
dasarnya bakat itu mirip dengan intelegensi, sehingga anak yang
memiliki intelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar
biasa ( very superior ) disebut juga sebagai talented child, yakni
anak berbakat.52 Sehingga jika siswa mempunyai inteligensi
tinggi bahan pembelajaran yang diberikan akan cepat dikuasai,
sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Dalam hal ini
guru tidak usah bersusah payah menjelaskan berkali-kali. Lain
halnya dengan siswa yang kurang berbakat atau mempunyai
intelegensi rendah. Guru harus bersabar dan telaten melayani
mereka, yaitu dengan sering berulang kali menjelaskan bahan

52

Sobur. Alex, Psikologi umum………. Hal 246

48

tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa
tadi diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan.
c.)

Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila
bahan pelajaran yang diajarkan tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Jika ada siswa
kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan
cara membangkitkan minat tersebut. Cara tersebut antara lain
ialah

dengan

menvariasikan

media

pembelajaran,

mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal
yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa dan
mengkaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita
siswa.
d.)

Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus
mempunyai perhatian penuh terhadap bahan yang dipelajarinya.
Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan
baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian
antara

lain

dengan

menyesuaikannya

dengan

hobi

dan

mengaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu,
mengemukakan manfaatnya baik dengan pelajaran yang sedang

49

dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang dan
manfaat kelak di masyarakat.
e.)

Motif
Dalam

proses

belajar

mengajar

guru

harus

memperhatikan motif belajar siswa atau faktor yang mendorong
belajar siswa. Dengan mengetahuinya, maka guru dapat
mengajak siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan
serta menunjang belajar.
f.)

Kematangan
Kematangan

merupakan

tingkat

atau

fase

dalam

pertumbuhan seseorang untuk melaksanakan kecakapan baru.
Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan
secara terus menerus. Agar kematangan dapat dikembangkan
perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan
tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi atau cara
itu antara lain dengan pemberian latihan yang terus menerus dan
konsisten

pemberian

tugas

yang

bertingkat

dan

berkesinambungan dari sederhana ke komplek.
g.)

Kesiapan
Siswa dikatakan mempunyai kesiapan apabila pada
dirinya ada kesediaaan untuk memberi respons atau bereaksi.

50

Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang memiliki
kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal
dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
h.)

Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar, oleh karena itu guru harus memberikan pengertian
kepada siswa untuk berusaha menghindari terjadinya kelelahan
dalam belajarnya. Misalnya pada siswa diberi penjelasan agar
mereka mengusahakan tidur, dan istirahat yang cukup dan
teratur, mengusahakan variasi dalam belajar, olah raga secara
teratur agar kondisi badan segar.

2.

Faktor eksogen atau faktor eksternal
Selain faktor-faktor intern diatas, ada pula faktor ekstern atau
eksogen. Faktor ini berasal dari luar diri anak, yang termasuk faktor ini
adalah :
a.

Faktor Keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa :
1.

cara orang tua mendidik

2.

hubungan antara anggota keluarga

3.

suasana rumah

4.

keadan skonomi keluarga

51

5.

sikap dan perhatian orang tua

6.

latar belakang kebudayaan orang tua.

b.

Faktor sekolah
Faktor sekolah meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :
1. metode mengajar
2. kurikulum
3. hubungan guru dengan para siswa
4. hubungan siswa dengan siswa
5. disiplin sekolah
6. peralatan / media pelajaran
7. waktu sekolah
8. sarana dan prasarana sekolah
9. metode belajar siswa
10. tugas sekolah

c.

Faktor masyarakat
Faktor masyarakat merupakan faktor akstern yang juga
berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam
belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam
masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan :
1. kegiatan siswa dalam masyarakat
2. pengaruh teman bergaul

52

3. pola hidup masyarakat
3.

faktor pendekatan belajar
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana
yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa dan juga
hasil belajar siswa. Sehingga semakin mendalam cara belajr siswa
semakin baik hasilnya.
Dimuka telah dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Dan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam
mencapai prestasi dalam belajar diperlukan suatu pengukuran yang disebut
dengan tes prestasi. Tujuan tes pengukuran ini memberikan bukti peningkatan
atau pencapaian prestasi belajar yang diperoleh, selain itu untuk mengukur
sejauh mana kemampuan peserta didik dalam menguasai mata pelajaran
tertentu.
Menurut purwanto tes prestasi belajar “ merupakan tes penguasaan “53
karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan
oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Sedangkan menurut Anwar tes prestasi
belajar merupakan tes yang disusun secara terencana untuk mengungkapkan
performasi subyek dalam menguasai bahan atau materi yang telah diajarkan.54

53
54

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 ) Hal 66
Azwar. Syaifuddin, Tes Prestasi………. Hal 9

53

Sedangkan fungsi utama tes dikelas adalah mengukur prestasi belajar
siswa. Menurut Robert L. Ebel mengatakan bahwa “ fungsi utam tes prestasi
dikelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa dan membantu para guru
untuk memberikan nilai yang lebih (valid) dan dapat lebih dipercaya
(reable).55
Dari pernyataan tersebut tes prestasi bukanlah semata-mata pemberian
nilai atau angka dimasukkan kedalam raport siswa, tetapi tes prestasi benarbenar mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya dan mengandung
nilai-nilai pendidikan yang sangat penting.
Seperti yang telah dikemukakan, tes prestasi merupakan salah satu
informasi penting guna pengambilan keputusan pendidikan namun perlu
diingat bahwa apakah informasi yang benar dapat dipercaya dan sejauh mana
tes yang digunakan itu memenuhi kriteria sebagai tes prestasi yang layak.
Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil prestasi bahasa
Indonesia dari daftar kumpulan nilai atau raport sebagai pembanding prestasi
belajar matematika pada soal cerita, yang mana tes matematika pada soal
cerita nantinya akan diberikan oleh peneliti dan digunakan sebagai intrumen
penelitian.

55

Ibid, Hal 9

54

D.

Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Seperti yang telah kita ketahui bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan dinegara kita tercinta ini. Dan bahasa memegang perana penting dalam
kehidupan kita. Bahasa selain digunakan sebagai bahasa percakapan. Bahasa juga
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam menyampaikan suatu materi pelajaran.
Dalam tugasnya sehari-hari para guru bahasa harus memahami benar-benar tujuan
pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa, terampil menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Untuk lebih memahami lagi tentang bahasa Indonesia marilah kita lihat
hakekat bahasa Indonesia dan kedudukannya.
1. Hakekat Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa melayu yang sudah diperkaya dengan
berbagai unsure bahasa daerah dan bahasa asing sehingga telah terjelma
menjadi bahasa baru, bahasa Indonesia, bahasa suatu bangsa baru yaitu
bangsa Indonesia.56 Abdul Chaer mengatakan “ bahasa adalah sistem lambang
berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri “. 57 Maksud dari
pengertian diatas adalah bahasa merupakan sebuah sistem, bahasa terbentuk
oleh suatu aturan, kaidah, pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi,
56

Pusat Laboratorium dan Praktikum terpadu, Modul Bahasa Indonesia Ilmiah STAIN
Tulungagung Semester Genap Tahun Akademik 2006 / 2007, ( Tulungagung : Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Tulungagung : 2007 ) Hal .1
57
Chaer. Abdul, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, ( Jakarta :

Dokumen yang terkait

KORELASI ANTARA METAKOGNITIF SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VIII SMPN 1 BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 30

KORELASI ANTARA METAKOGNITIF SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VIII SMPN 1 BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 20

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 26

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16