LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II
TEGANGAN PERMUKAAN
NAMA
: Lily Cyntia Fauzi
NPM
: 260110140148
HARI,TANGGAL PRAKTIKUM
: RABU, 22 APRIL 2015
ASISTEN
: 1. NURUL ROHMANIASARI
2. ZEFANYA OKTIVINA
LABORATORIUM FARMASI FISIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
ABSTRAK
Pada percobaan kali ini dilakukan pengukuran tegangan permukaan
dengan menggunakan alat. Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengkalibrasi alat pengukur tegangan permukaan, dapat menentukan tegangan
permukaan, dan dapat menentukan tegangan permukaan dengan menggunakan
alat. Alat ini menggantungkan plat kaca yang digunakan sebagai alat untuk
mengukur tegangan permukaan dari sampel. Sampel yang digunakan dalam
percobaan ini adalah oleum sesami yang kemudian dicampur dengan tween 80
untuk dilihat pengaruhnya terhadap tegangan permukaan. Tween 80 merupakan
surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari suatu zat hingga
mencapai CMC. Pada percobaan kali ini didapat tegangan permukaan oleum
sesami adalah sebesar 47,348 dyne/cm. tegangan permukaan sampel saat
ditambahkan dengan tween 80 sebagai surfaktan tidak menurun, melainkan
meningkat. Hasil dari percobaan ini diduga ada error yang disebabkan karena
tween 80 yang tidak bercampur rata dengan sampel dan sensitivitas alat yang
kurang tinggi.
Kata kunci: plat kaca, tegangan permukaan, surfaktan, tween 80, CMC, alat
pengukur tegangan permukaan, oleum sesami
ABSTRACT
At this time the experiment was measured by using a surface tension. The
purpose of this experiment is that students can calibrate gauges surface tension,
can determine the surface tension, and can determine the surface tension using the
tool. These tools rely glass plate used as a tool to measure the surface tension of
the sample. The sample used in this experiment is oleum sesami which is then
mixed with tween 80 to see its effect on surface tension. Tween 80 is a surfactant
that can reduce the surface tension of a substance until it reaches the CMC. At this
time trial obtained oleum sesami surface tension amounted to 47.348 dyne / cm.
the sample surface tension when added with tween 80 as surfactant has not
decreased, but increased. Results of this experiment is suspected error caused
tween 80 which does not mix with the sample average and the high sensitivity of
the tool less.
Keywords: plate glass, surface tension, surfactants, tween 80, CMC, surface
tension gauges, oleum sesami
TEGANGAN PERMUKAAN
I.
Tujuan
- Mengkalibrasi alat penentu tegangan permukaan
- Menentukan tegangan permukaan
- Menghitung tegangan permukaan dengan menggunakan alat
tegangan permukaan
II.
Prinsip
1. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menarik atau memperluas permukaan sebesar satu satuan luas
(Chang, 2005)
Rumus Tegangan Permukaan:
γ = F/d
Ket:
γ = tegangan permukaan (N/m atay Dyne/cm)
d = panjag permukaan (m atau cm) (Kamajaya ,2007)
2. Adhesi dan Kohesi
Adhesi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel yang
berbeda jenis.
Kohesi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel
sejenis (Febriyani,2014)
3. Konsentrasi Misel Kritis
Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak
ada tetesan lemak. Misel hanya terbentuk di atas konsentrasi misel
kritis (CMC) dan di atas temperatur Kraft (Atkins,1997)
III.
IV.
Reaksi
Teori Dasar
Pada permukaan temu (antarmuka) antara zat cair dan gas atau antara dua
zat yang tidak bercampur, timbul gaya-gaya di permukaan cair yang membentang
pada seluruh massa fluida. Meskipun kulit seperti itu tidak benar-benar ada.
Contoh: sebuah jarum apabila diletakkan diatas air dengan hati-hati akan
terapung. Hal ini disebabkan karena tegangan yang timbul pada permukaan
tersebut akan menopang jarum tersebut (Munson et al, 2002).
Berbagai fenomena dari tegangan permukaan ini disebabkan karena
ketidaksetimbangan gaya-gaya kohesi yang bekerja pada molekul-molekul cairan
pada permukaan fluida.
Molekul-mlekul di bagian dalam dari massa fluida
dikelilingi oleh molekul-molekul yang tertarik satu sama lain sama kuatnya,
namun, molekul-molekul di sepanjang permukaan mengalami gaya netto yang
mengarah ke dalam (Munson et al, 2002).
Gaya tarik menarik antar partakel adalah salah satu sifar suatu zat. Gaya
tarik menarik ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu ahesi dan kohesi.
a. Kohesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang sejenis. Kohesi
dipengaruhi oleh jarak antarpartikel dan kerapatan suatu zat. Gaya kohesi
pada zat padar lebih kuat jika dibandingkan dengan gaya kohesi pada zat
cair dan gas. Gaya kohesi ini menyebabkan dua zat tidak akan bercampur
walupun berada dalam satu tempat.
b. Adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang berbeda jenis. Gaya
adhesi menyebabkan dua zat akan melekat apabila dicampurkan.
Contoh: menempelkan kapur pada papan tulis.
(Gunawan, 2014)
Gaya adhesi berlawanan dengan gaya kohesi. Gaya adhesi cederung
memperlemah tegangan permukaan zat cair. Gaya adhesi dan kohesi ini
berpengaruh dalam pembentukkan zat cair, sebagai contoh, disediakan dua buah
tabung kaca, kemudian ke dalam tabung dimasukkan raksa dan di tabung yang
lain dimasukkan air. Kemudian dapat diamati ternyata bentuk permukaan raksa
cembung dan bentuk permukaan air cekung (Kamajaya, 2007)
Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang. Rumus dari
tegangan permukaan ini adalah:
γ=
F
l
Keterangan:
γ
= tegangan permukaan; F = gaya tegangan permukaan; l = panjang
Satuan dalam SI adalah Newton per meter )N/m), tetapi satuan cgs, dyne per
centimeter (dyne/cm) lebih sering digunakan.
1 dyne/cm = 10-3 N/m
(Freedman and Young, 2002).
Nilai terendah dari tegangan permukaan (gamma) terjadi dalam cairan gas
mulia neon dan helium, dimana gaya tarik menarik antara atom-atomnya sangat
lemah. Selain itu, kedua unsur ini tidak membentuk senyawa (Freedman and
Young, 2002).
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan zat cair untuk
meregang sehingga ppermukaannya Nampak seolah dilapisi oleh suatu lapisan.
Hal tersebut terjadi karena adanya tegangan permukaan zat cair. Timbulnya
tegangan permukaan ini disebabkan karena adanya gaya kohesi dari fluida atau zat
cai yang saling menarik molekul disekitar mereka. Gaya tarik menarik ini memici
adanya ikatan yang cukup kuat antar molekul (Anonym, 2013).
Beberapa gejala yang dikaitkan dengan tegangan permukaan antara lain
adalah kenaikan kapiler, terbentuknya buih, kemampuan cairan membasahi
permukaan suatu zat padat. Sebenarnya zat padat juga mempunyai tegangan
permukaan, namun tidak semudah cairan yang akan dilakukan dalam percobaan
kali ini. Beberapa bahan yang disebuh zat aktif permukaan (surfaktan) cenderung
menurunkan tegangan (Anonim, 2014).
Ada beberapa cara untuk mengukur besarnya tegangan permukaan cairan.
Cara tersebut adalah metode cincin Du Noiy, bobot tetesan cairan, kenaikan
permukaan cairan dalam pipa kapiler, tekanan maksimum dalam gelembung, dan
lain-lain (anonym, 2014).
Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tegangan permukaan, yaitu :
a. Suhu (berbanding terbalik)
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena
meningkatnya energy kinetic molkeul
b. Zat terlarut (berbanding lurus)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
tegangan permukaan. Penambahasn zat terlarut akan meningkatkan
viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar.
c. Surfaktan (berbanding lurus)
Merupakan zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antarmuka.
Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai
lurus. Sabun merupakan salah satu contoh surfaktan.
Salah satu fungsi dari surfaktan ini adalah untuk memperkecil tegangan
permukaan cairan. Adanya surfaktan pada permukaan menyebabkan gaya adhesi
antara zat cair dan udara meningkat. Sehingga tegangan permukaannya menurun.
Tetapi surfaktan menurunakn tegangan permukaan sampai konsentrasi misel kritis
(CMC) (Giancoli, 2001).
Tween 80 atau polysorbate 80 adalah senyawa ester sorbitol polietilen.
Tween 80 mengandung 20 unit etilenoksida yang sifatnya surfaktan nonionic
hidrofiik, 1 sorbitol, dan 1 asam oleat. Polysorbate 80 pada suhu 25 derajat celcius
berkonsistensi mniyak cair berwarna kuning (Triatmoko, 2014).
V.
Alat dan bahan
5.1 Alat
-
Alat
pengukur
tegangan
permukaan
-
Batu timbangan
Cawan penguap
Gelas beaker
Timbangan
-
Parafin cair
Minyak
wijen
-
(Ol. Sesami)
Oleum Olivarum
-
(Olive Oil)
Minyak
Jarak
-
(Oleum Ricini)
Tween 80
Natrium
laurii
analitik
sulfat
5.2. Bahan
5.3. Gambar alat
-
Alat
pengukur
-
Gelas beaker
-
Timbangan analitik
tegangan permukaan
-
-
Batu timbangan
Cawan penguap
VI.
Prosedur
Pertama, alat pengukur tegangan permukaan dikalibrasi dengan
menentukan titik nol. Penentuan titik nol itu dilakukan dengan
menggeser beban pada lengan kiri alat. Kemudian zat yang diuji
dituangkan ke dalam cawan penguap dan dicampurkan dengan
perbandingan surfaktan yang sudah ditentukan. Kemudian, permukaan
sampel ditempelkan pada plat kaca yang ada pada alat, lalu amati
panjang tarikan yang terjadi dan tegangan permukaan dihitun dengan
rumus sbb:
γ=
VII.
F
2( p+t)
Ket:
F = Beban
P = Panjang Kaca
γ = Tegangan Permukaan
T = Tebal Kaca
Data pengamatan
a. Perhitungan tegangan permukaan
Bahan Uji
No
(oleum
Surfaktan
(tween 80)
1.
sesami)
20 mL
0 mL
2.
20 mL
0,1 mL
3.
20 mL
0,3 mL
4.
20 mL
0,5 mL
5.
20 mL
0,8 mL
6.
20 mL
1 mL
Bobot
Beban
450 mg
420 mg
420 mg
470 mg
420 mg
470 mg
370 mg
370 mg
370 mg
350 mg
303 mg
300 mg
370 mg
570 mg
640 mg
550 mg
470 mg
Rata - Rata
γ
( dyne/cm)
0,430 g
47,348
0,450 g
49,55
0,370 g
40,696
0,317 g
58,029
0,527 g
59,130
0,490 g
53,955
450 mg
1. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0 mL
F
0,43 x 980
γ=
=
=
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
421,4
8,9
2. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0,1 mL
F
0,45 x 980
441
γ=
=
=
8,9
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
= 47,348dyne/ cm
= 49,55dyne/ cm
3. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0,3 mL
F
0,37 x 980
362,6
γ=
=
=
8,9
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
4. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0,5 mL
F
0,527 x 980
516,46
γ=
=
=
8,9
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
5. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0,8 mL
F
0,537 x 980
526,26
γ=
=
=
8,9
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
6. Olive Oil 20 mL + Tween 80 1 mL
F
0,49 x 980
γ=
=
=
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
Grafik Tegangan Permukaan
480,2
8,9
= 40,696dyne/ cm
= 58,029 dyne/ cm
= 59,130dyne/ cm
= 53,955 dyne/ cm
Tegangan Permukaan
Tegangan Permukaan
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
tween 0 mL tween 0,1 mLtween 0,3 mLtween 0,5 mLtween 0,8 mL tween 1 mL
VII.3. Tabel perlakuan hasil
Perlakuan
Mengkalibrasi
alat
Hasil
Panah
alat
penentu berada
tegangan
pada
titik 0
permukaan
Menuangkan zat Zat
uji
ke
wadah
uji
di
dalam dalam wadah
Gambar
Menambahkan
Zat
uji
Surfaktan
bercampur
dengan
surfaktan
Mencelupkan
Didapat
bagian pelat kaca panjang
pada permukaan tarikan
cairan
dari
setiap sampel
Menimang masa Didapat
beban
massa
yang
sesuai dengan
panjang
tarikan yang
didapat
VIII.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengenai
pengujian tegangan permukaan. Pada percobaan kali ini dilakukan
pengukuran tegangan permukaan dengan menggunakan alat. Tujuan
dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan kalibrasi
alat pengukur tegangan pemukaan ini, menentukan tegangan
permukaan dengan alat pengukur tegangan permukaan, dan dapat
menghitung tegangan permukaan.
Tegangan permukaan disebabkan karena adanya kontak antara
suatu zat dengan sekelilingnya. Pada praktikum ini yang disebut
dengan permukaan adalah bagian atas minyak wijen atau oleum
sesame dengan udara yang ada disekitarnya. Kontak antara minyak
wijen dengan udara ini tidak bisa disebut sebagai antar muka karena
antar muka itu sendiri adalah kontak dari dua zat yang tidak saling
bercampur.
Tegangan permukaan ini muncul karena adanya gaya tarik
menarik antar zat tersebut. Gaya tarik ini dibagi menjadi 2, yaitu gaya
adhesi dan kohesi. Gaya adhesi ini adalah gaya tarik menarik antar
molekul sejenis, sedangkan kohesi adalah sebaliknya. Gaya kohesi
yang lebih besar dari gaya adhesi menyebabkan kedua zat atau lebih
menjadi tidak bercampur. Pada percobaan kali ini, gaya kohesi lah
yang lebih besar dari pada adhesi
Kontak antara minyak wijen dengan udara disekitarnya
menyebabkan adanya tegangan permukaan yang ditandai dengan
adanya semacam lapisan tipis diantaranya. Lapisan ini terlihat ketika
kaca yang digantungkan pada alat ditempelkan pada permukaan
minyak, terlihat seperti semacam lapisan tipis. Namun. Lapisan
tersebut adalah semu dan sebenarnya tidak ada.
Untuk mengukur tegangan permukaan menggunakan alat adalah
menempelkan pelat kaca yang tergantung di alat tersebut ke
permukaan sampel (minyak wijen atau oleum sesami). Kemudian
setelah menempel dipermukaan minyak wijen, wadah sampel ditarik
hingga pelat kaca tidak lagi menempel pada permukaan minyak wijen
dan lengan alat kembali keatas.
Namun, panjang tarikan yang didapat dari pengamatan
penarikan yang dilakukan tidak bisa langsung digunakan dalam
perhitungan tegangan permukaan. Untuk menghitung tegangan
permukaan digunakan massa yang digunakan sehingga terjadi tarikan
yang sama dengan tarikan yang terjadi ketika ditarik menggunakan
cawan penguap.
Perhitungan tegangan permukaan dengan menggunakan pelat
kaca ini menggunakan perbandingan antara suatu gaya berrat yang
ditimbulkan sehingga menghasilkan suatu tarikan dengan 2 kali
panjang ditambah tebal dari plat kaca yang digunakan. Setelah
dilakukan penarikan dan penentuan beban, didapat tegangan
permukaan dari minyak wijen atau oleum sesami adalah sebesar
47,378 dyne/cm.
Selain menghitung tegangan permukaan dari minyak wijen atau
oleum sesami, percobaan ini juga dilakukan untuk melihat pengaruh
dari surfaktan terhadap tegangan permukaan dan pengaruh dari
konsentrasi surfaktan itu sendiri terhadap tegangan permukaan.
Surfaktan adalah kepanjangan dari surfave active agent. Surfaktan ini
memiliki struktr amfifilik.
Pada praktikum kali ini digunakan tween 80 sebagai surfaktan.
Tween adalah nonionic surfatan dan emulsifier yang berasal dari
polietoksilasi sorbitan dan asam oleat. Tween ini dapat menurunkan
tegangan permukaan karena sifatnya yang amfifilik.
Untuk menurunkan tegangan permukaan air
surfakta
akan
mematahkan ikatan hydrogen pada permukaan. Mereka melakukan hal
ini dengan menaruh bagian kepala dari surfaktan yang bersifat
hidrofilik pada permukaan air dengan bagian ekornya yang bersifat
hidrofobik terentang menjauhi permukaan.
Karena sampel yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
minyak wijen yang bersifat hidrofobik atau non polar, surfaktan tween
80 yang digunakan disini memecah tegangan permukaan minyak
dengan mematahkan ikatan dalam minyak wijen tersebut adalah bagian
ekor dari surfaktan tersebut yang bersifat hidrofobik sehingga bagian
kepala surfaktan yang bersifat hidrofilik akan menjauh dari permukaan
minyak wijen.
Setelah dilakukan percobaan dan perhitungan tegangan permukaan
dari minyak wijen yang telah ditambahkan dengan surfaktan 0,1 ml;
0,3ml; 0,5ml; 0,8 ml; 1,0 ml didapat hasilnya adalah sebagai berikut
(grafik 1). Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa tegangan
permukaan dari minyak wijen yang didapat adalah tidak constant dan
mengalami naik turun yang tidak stabil.
Pada sampel minyak wijen yang ditambahkan tween 80 sebanyak
0,1 ml adalah sebesar 49,550 dyne/cm, sampel ke 2 dengan
penambahan tween 80 sebanyak 0,3ml adalah sebesar 40,696 dyne/cm,
sampel ke 3 dengan penambahan tween sebanyak 0,5ml adalah sebesar
58,029 dyne/cm, sampel ke 4 dengan penambahan tween sebanyak
0,8ml adalah sebesar 59,130 dyne/cm, dan sampel terakhir yang
ditambahkan tween 80 sebanyak 1 ml adalah sebesar 53,955 dyne/cm
Tegangan Permukaan
Tegangan Permukaan
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
tween 0 mL tween 0,1 mLtween 0,3 mLtween 0,5 mLtween 0,8 mL tween 1 mL
Seiring dengan penambahan surfaktan tegangan permukaan dari suatu zat akan
terus meningkat hingga akhirnya tercapai suatu konsentrasi dimana surfaktan
sudah tidak bisa lagi menurunkan tegangan permukaan, sehingga tegangan
permukaan akan menjadi constant. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut sebagai critical micelle concentration (CMC).
Untuk mencapai kondisi ini tegangan permukaan akan menurun. Ketika CMC ini
tercapai, tergangan permukaan akan menjadi konstan yang menunjukkan bahwa
antar muka menjadi jenih dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan
dinamis dengan monomernya.
Dalam percobaan yang telah dilakukan terjadi suatu error. Hal ini dapat
dilihat dari tegangan permukaan sampel pertama (dengan penambahan tween 80
0,1 ml) mengalami peningkatan tegangan permukaan dari sebelumnya.
Berdasarkan teori yang dijelaskan diatas menunjukkan bahwa penambahan
surfaktan seharusnya akan terus menurunkan tegangan permukaan suatu zat
hingga mencapai konsentrasi misel kritis (KMK) kemudian penambahan surfaktan
tidak lagi menurunkan tegangan permukaan melainkan tegangan permukaan zat
akan menjadi konstan. Selain itu, tegangan permukaan pada sampel yang
diberikan tween 80 sebanyak 0,5 ml lebih tinggi daripada tegangan permukaan
pada sampel yang diberikan tween 80 sebanyak 0,3ml, begitu juga dengan sampel
selanjutnya.
Hal yang terjadi diatas tidak sesuai dengan teori yang seharusnya yang
sudah dijelaskan sebelumnya, dimana penambahan surfaktan akan terus
menurunkan tegangan permukaan hingga mencapai konsentrasi misel kritis atau
KMK yang kemudian penambahan surfaktan tidak lagi berpengaruh pada
penurunan tegangan permukaan sehingga tegangan permukaan akan menjadi
konstan.
Error tersebut diduga disebabkan karena campuran sampel minyak wijen
dengan tween 80 sebagai surfaktan tidak tercampur rata. Selain itu, diduga error
yang terjadi ini disebabkan karena sensitivitas alat yang digunakan tidak terlalu
tinggi, sehingga memperbesar terjadinya suatu error atau kesalahan.
Surfaktan ini sendiri bukan hanya bertindak sebagai penurun tegangan
permukaan, melainkan juga sebagai meningkatan kelarutan, sebagai pembasah
(wetting agent), sebagai emulgator, dan sebagai detergen.
Selain dipengaruhi oleh jumlah surfaktan, tegangan permukaan juga
dipengaruhi oleh suhu (berbanding terbalik), konsentrasi elektrolit (berbanding
lurus), tekanan uap ( berbanding terbalik), lengkungan permukaan.
Selain menggunakan alat pengukur tegangan permukaan, tegangan
permukaan juga dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode, seperti
kenaikan kapiler, cinci du nouy, metode berat tetes, lempeng wilhelmy, metode
tensiometer, bubble pressur. Atau selain menggunakan pelat kaca yang digunakan
dalam praktikum ini, dapat juga digunakan lapisan kawat.
Untuk menghitung tegangan permukaan dengan menggunakan kawat
digunakan rumus sebagai berikut:
F
γ=
2l
γ = tegangan permukaan
dimana,
F= gaya tegangan permukaan
l = panjang kawat yang digunakan
IX.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Alat pengukur tegangan permukaan dapat dikalibrasi dengan
memutar bebas pada lengan kiri.
2. Tegangan permukaan dapat ditentukan dengan membandingkan
berat dengan panjang
3. Tegangan permukaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
F
γ=
2( p+t)
X.
Daftar Pustaka
Anonym. 2014. Pengertian Tegangan Permukaan. Available online at http://artidefinisi-pengertian.info/pengertian-tegangan-permukaan/, diakses pada 25
April 2015
Anonim. 2013. Tegangan Permukaan Zat Cair. Available online at
http://rumushitung.com/2013/09/22/tegangan-permukaan-zat-cair/, diakses
pada 25 April 2015
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1. Erlangga: Jakarta
Chang,Raymond. 2005. Kimia Dasar:Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Febriyani,Eka.2014.Adhesi-Kohesi. Available at http://www.informasipendidikan.com/2014/12/kohesi-dan-adhesi.html?m=1, diakses pada tanggal
18 April 2015
Freedman, Roger A. dan Young, Hugh D.. 2002. Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Gunawan, Hardinanto. 2014. Kohesi dan Adhesi. Available online at
http://www.informasi-pendidikan.com/2014/12/kohesi-dan-adhesi-iklannempel-gambar.html, diakses pada 25 April 2015
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Bandung: Grafindo Media Prata
Munson, et al. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
XI.
Lampiran
Gunawan, Hardinanto. 2014. Kohesi dan Adhesi. Available online at
http://www.informasi-pendidikan.com/2014/12/kohesi-dan-adhesi-iklan-nempelgambar.html, diakses pada 25 April 2015
Freedman, Roger A. dan Young, Hugh D.. 2002. Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga
Munson, et al. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Anonim.
2013.
Tegangan
Permukaan
Zat
Cair.
Available
online
at
http://rumushitung.com/2013/09/22/tegangan-permukaan-zat-cair/, diakses pada
25 April 2015
Anonym. 2014. Pengertian Tegangan Permukaan. Available online at http://artidefinisi-pengertian.info/pengertian-tegangan-permukaan/, diakses pada 25 April
2015
TEGANGAN PERMUKAAN
NAMA
: Lily Cyntia Fauzi
NPM
: 260110140148
HARI,TANGGAL PRAKTIKUM
: RABU, 22 APRIL 2015
ASISTEN
: 1. NURUL ROHMANIASARI
2. ZEFANYA OKTIVINA
LABORATORIUM FARMASI FISIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
ABSTRAK
Pada percobaan kali ini dilakukan pengukuran tegangan permukaan
dengan menggunakan alat. Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengkalibrasi alat pengukur tegangan permukaan, dapat menentukan tegangan
permukaan, dan dapat menentukan tegangan permukaan dengan menggunakan
alat. Alat ini menggantungkan plat kaca yang digunakan sebagai alat untuk
mengukur tegangan permukaan dari sampel. Sampel yang digunakan dalam
percobaan ini adalah oleum sesami yang kemudian dicampur dengan tween 80
untuk dilihat pengaruhnya terhadap tegangan permukaan. Tween 80 merupakan
surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari suatu zat hingga
mencapai CMC. Pada percobaan kali ini didapat tegangan permukaan oleum
sesami adalah sebesar 47,348 dyne/cm. tegangan permukaan sampel saat
ditambahkan dengan tween 80 sebagai surfaktan tidak menurun, melainkan
meningkat. Hasil dari percobaan ini diduga ada error yang disebabkan karena
tween 80 yang tidak bercampur rata dengan sampel dan sensitivitas alat yang
kurang tinggi.
Kata kunci: plat kaca, tegangan permukaan, surfaktan, tween 80, CMC, alat
pengukur tegangan permukaan, oleum sesami
ABSTRACT
At this time the experiment was measured by using a surface tension. The
purpose of this experiment is that students can calibrate gauges surface tension,
can determine the surface tension, and can determine the surface tension using the
tool. These tools rely glass plate used as a tool to measure the surface tension of
the sample. The sample used in this experiment is oleum sesami which is then
mixed with tween 80 to see its effect on surface tension. Tween 80 is a surfactant
that can reduce the surface tension of a substance until it reaches the CMC. At this
time trial obtained oleum sesami surface tension amounted to 47.348 dyne / cm.
the sample surface tension when added with tween 80 as surfactant has not
decreased, but increased. Results of this experiment is suspected error caused
tween 80 which does not mix with the sample average and the high sensitivity of
the tool less.
Keywords: plate glass, surface tension, surfactants, tween 80, CMC, surface
tension gauges, oleum sesami
TEGANGAN PERMUKAAN
I.
Tujuan
- Mengkalibrasi alat penentu tegangan permukaan
- Menentukan tegangan permukaan
- Menghitung tegangan permukaan dengan menggunakan alat
tegangan permukaan
II.
Prinsip
1. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menarik atau memperluas permukaan sebesar satu satuan luas
(Chang, 2005)
Rumus Tegangan Permukaan:
γ = F/d
Ket:
γ = tegangan permukaan (N/m atay Dyne/cm)
d = panjag permukaan (m atau cm) (Kamajaya ,2007)
2. Adhesi dan Kohesi
Adhesi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel yang
berbeda jenis.
Kohesi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel
sejenis (Febriyani,2014)
3. Konsentrasi Misel Kritis
Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak
ada tetesan lemak. Misel hanya terbentuk di atas konsentrasi misel
kritis (CMC) dan di atas temperatur Kraft (Atkins,1997)
III.
IV.
Reaksi
Teori Dasar
Pada permukaan temu (antarmuka) antara zat cair dan gas atau antara dua
zat yang tidak bercampur, timbul gaya-gaya di permukaan cair yang membentang
pada seluruh massa fluida. Meskipun kulit seperti itu tidak benar-benar ada.
Contoh: sebuah jarum apabila diletakkan diatas air dengan hati-hati akan
terapung. Hal ini disebabkan karena tegangan yang timbul pada permukaan
tersebut akan menopang jarum tersebut (Munson et al, 2002).
Berbagai fenomena dari tegangan permukaan ini disebabkan karena
ketidaksetimbangan gaya-gaya kohesi yang bekerja pada molekul-molekul cairan
pada permukaan fluida.
Molekul-mlekul di bagian dalam dari massa fluida
dikelilingi oleh molekul-molekul yang tertarik satu sama lain sama kuatnya,
namun, molekul-molekul di sepanjang permukaan mengalami gaya netto yang
mengarah ke dalam (Munson et al, 2002).
Gaya tarik menarik antar partakel adalah salah satu sifar suatu zat. Gaya
tarik menarik ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu ahesi dan kohesi.
a. Kohesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang sejenis. Kohesi
dipengaruhi oleh jarak antarpartikel dan kerapatan suatu zat. Gaya kohesi
pada zat padar lebih kuat jika dibandingkan dengan gaya kohesi pada zat
cair dan gas. Gaya kohesi ini menyebabkan dua zat tidak akan bercampur
walupun berada dalam satu tempat.
b. Adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang berbeda jenis. Gaya
adhesi menyebabkan dua zat akan melekat apabila dicampurkan.
Contoh: menempelkan kapur pada papan tulis.
(Gunawan, 2014)
Gaya adhesi berlawanan dengan gaya kohesi. Gaya adhesi cederung
memperlemah tegangan permukaan zat cair. Gaya adhesi dan kohesi ini
berpengaruh dalam pembentukkan zat cair, sebagai contoh, disediakan dua buah
tabung kaca, kemudian ke dalam tabung dimasukkan raksa dan di tabung yang
lain dimasukkan air. Kemudian dapat diamati ternyata bentuk permukaan raksa
cembung dan bentuk permukaan air cekung (Kamajaya, 2007)
Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang. Rumus dari
tegangan permukaan ini adalah:
γ=
F
l
Keterangan:
γ
= tegangan permukaan; F = gaya tegangan permukaan; l = panjang
Satuan dalam SI adalah Newton per meter )N/m), tetapi satuan cgs, dyne per
centimeter (dyne/cm) lebih sering digunakan.
1 dyne/cm = 10-3 N/m
(Freedman and Young, 2002).
Nilai terendah dari tegangan permukaan (gamma) terjadi dalam cairan gas
mulia neon dan helium, dimana gaya tarik menarik antara atom-atomnya sangat
lemah. Selain itu, kedua unsur ini tidak membentuk senyawa (Freedman and
Young, 2002).
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan zat cair untuk
meregang sehingga ppermukaannya Nampak seolah dilapisi oleh suatu lapisan.
Hal tersebut terjadi karena adanya tegangan permukaan zat cair. Timbulnya
tegangan permukaan ini disebabkan karena adanya gaya kohesi dari fluida atau zat
cai yang saling menarik molekul disekitar mereka. Gaya tarik menarik ini memici
adanya ikatan yang cukup kuat antar molekul (Anonym, 2013).
Beberapa gejala yang dikaitkan dengan tegangan permukaan antara lain
adalah kenaikan kapiler, terbentuknya buih, kemampuan cairan membasahi
permukaan suatu zat padat. Sebenarnya zat padat juga mempunyai tegangan
permukaan, namun tidak semudah cairan yang akan dilakukan dalam percobaan
kali ini. Beberapa bahan yang disebuh zat aktif permukaan (surfaktan) cenderung
menurunkan tegangan (Anonim, 2014).
Ada beberapa cara untuk mengukur besarnya tegangan permukaan cairan.
Cara tersebut adalah metode cincin Du Noiy, bobot tetesan cairan, kenaikan
permukaan cairan dalam pipa kapiler, tekanan maksimum dalam gelembung, dan
lain-lain (anonym, 2014).
Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tegangan permukaan, yaitu :
a. Suhu (berbanding terbalik)
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena
meningkatnya energy kinetic molkeul
b. Zat terlarut (berbanding lurus)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
tegangan permukaan. Penambahasn zat terlarut akan meningkatkan
viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar.
c. Surfaktan (berbanding lurus)
Merupakan zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antarmuka.
Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai
lurus. Sabun merupakan salah satu contoh surfaktan.
Salah satu fungsi dari surfaktan ini adalah untuk memperkecil tegangan
permukaan cairan. Adanya surfaktan pada permukaan menyebabkan gaya adhesi
antara zat cair dan udara meningkat. Sehingga tegangan permukaannya menurun.
Tetapi surfaktan menurunakn tegangan permukaan sampai konsentrasi misel kritis
(CMC) (Giancoli, 2001).
Tween 80 atau polysorbate 80 adalah senyawa ester sorbitol polietilen.
Tween 80 mengandung 20 unit etilenoksida yang sifatnya surfaktan nonionic
hidrofiik, 1 sorbitol, dan 1 asam oleat. Polysorbate 80 pada suhu 25 derajat celcius
berkonsistensi mniyak cair berwarna kuning (Triatmoko, 2014).
V.
Alat dan bahan
5.1 Alat
-
Alat
pengukur
tegangan
permukaan
-
Batu timbangan
Cawan penguap
Gelas beaker
Timbangan
-
Parafin cair
Minyak
wijen
-
(Ol. Sesami)
Oleum Olivarum
-
(Olive Oil)
Minyak
Jarak
-
(Oleum Ricini)
Tween 80
Natrium
laurii
analitik
sulfat
5.2. Bahan
5.3. Gambar alat
-
Alat
pengukur
-
Gelas beaker
-
Timbangan analitik
tegangan permukaan
-
-
Batu timbangan
Cawan penguap
VI.
Prosedur
Pertama, alat pengukur tegangan permukaan dikalibrasi dengan
menentukan titik nol. Penentuan titik nol itu dilakukan dengan
menggeser beban pada lengan kiri alat. Kemudian zat yang diuji
dituangkan ke dalam cawan penguap dan dicampurkan dengan
perbandingan surfaktan yang sudah ditentukan. Kemudian, permukaan
sampel ditempelkan pada plat kaca yang ada pada alat, lalu amati
panjang tarikan yang terjadi dan tegangan permukaan dihitun dengan
rumus sbb:
γ=
VII.
F
2( p+t)
Ket:
F = Beban
P = Panjang Kaca
γ = Tegangan Permukaan
T = Tebal Kaca
Data pengamatan
a. Perhitungan tegangan permukaan
Bahan Uji
No
(oleum
Surfaktan
(tween 80)
1.
sesami)
20 mL
0 mL
2.
20 mL
0,1 mL
3.
20 mL
0,3 mL
4.
20 mL
0,5 mL
5.
20 mL
0,8 mL
6.
20 mL
1 mL
Bobot
Beban
450 mg
420 mg
420 mg
470 mg
420 mg
470 mg
370 mg
370 mg
370 mg
350 mg
303 mg
300 mg
370 mg
570 mg
640 mg
550 mg
470 mg
Rata - Rata
γ
( dyne/cm)
0,430 g
47,348
0,450 g
49,55
0,370 g
40,696
0,317 g
58,029
0,527 g
59,130
0,490 g
53,955
450 mg
1. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0 mL
F
0,43 x 980
γ=
=
=
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
421,4
8,9
2. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0,1 mL
F
0,45 x 980
441
γ=
=
=
8,9
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
= 47,348dyne/ cm
= 49,55dyne/ cm
3. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0,3 mL
F
0,37 x 980
362,6
γ=
=
=
8,9
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
4. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0,5 mL
F
0,527 x 980
516,46
γ=
=
=
8,9
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
5. Olive Oil 20 mL + Tween 80 0,8 mL
F
0,537 x 980
526,26
γ=
=
=
8,9
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
6. Olive Oil 20 mL + Tween 80 1 mL
F
0,49 x 980
γ=
=
=
2( p+t)
2( 4,2+0,25)
Grafik Tegangan Permukaan
480,2
8,9
= 40,696dyne/ cm
= 58,029 dyne/ cm
= 59,130dyne/ cm
= 53,955 dyne/ cm
Tegangan Permukaan
Tegangan Permukaan
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
tween 0 mL tween 0,1 mLtween 0,3 mLtween 0,5 mLtween 0,8 mL tween 1 mL
VII.3. Tabel perlakuan hasil
Perlakuan
Mengkalibrasi
alat
Hasil
Panah
alat
penentu berada
tegangan
pada
titik 0
permukaan
Menuangkan zat Zat
uji
ke
wadah
uji
di
dalam dalam wadah
Gambar
Menambahkan
Zat
uji
Surfaktan
bercampur
dengan
surfaktan
Mencelupkan
Didapat
bagian pelat kaca panjang
pada permukaan tarikan
cairan
dari
setiap sampel
Menimang masa Didapat
beban
massa
yang
sesuai dengan
panjang
tarikan yang
didapat
VIII.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengenai
pengujian tegangan permukaan. Pada percobaan kali ini dilakukan
pengukuran tegangan permukaan dengan menggunakan alat. Tujuan
dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan kalibrasi
alat pengukur tegangan pemukaan ini, menentukan tegangan
permukaan dengan alat pengukur tegangan permukaan, dan dapat
menghitung tegangan permukaan.
Tegangan permukaan disebabkan karena adanya kontak antara
suatu zat dengan sekelilingnya. Pada praktikum ini yang disebut
dengan permukaan adalah bagian atas minyak wijen atau oleum
sesame dengan udara yang ada disekitarnya. Kontak antara minyak
wijen dengan udara ini tidak bisa disebut sebagai antar muka karena
antar muka itu sendiri adalah kontak dari dua zat yang tidak saling
bercampur.
Tegangan permukaan ini muncul karena adanya gaya tarik
menarik antar zat tersebut. Gaya tarik ini dibagi menjadi 2, yaitu gaya
adhesi dan kohesi. Gaya adhesi ini adalah gaya tarik menarik antar
molekul sejenis, sedangkan kohesi adalah sebaliknya. Gaya kohesi
yang lebih besar dari gaya adhesi menyebabkan kedua zat atau lebih
menjadi tidak bercampur. Pada percobaan kali ini, gaya kohesi lah
yang lebih besar dari pada adhesi
Kontak antara minyak wijen dengan udara disekitarnya
menyebabkan adanya tegangan permukaan yang ditandai dengan
adanya semacam lapisan tipis diantaranya. Lapisan ini terlihat ketika
kaca yang digantungkan pada alat ditempelkan pada permukaan
minyak, terlihat seperti semacam lapisan tipis. Namun. Lapisan
tersebut adalah semu dan sebenarnya tidak ada.
Untuk mengukur tegangan permukaan menggunakan alat adalah
menempelkan pelat kaca yang tergantung di alat tersebut ke
permukaan sampel (minyak wijen atau oleum sesami). Kemudian
setelah menempel dipermukaan minyak wijen, wadah sampel ditarik
hingga pelat kaca tidak lagi menempel pada permukaan minyak wijen
dan lengan alat kembali keatas.
Namun, panjang tarikan yang didapat dari pengamatan
penarikan yang dilakukan tidak bisa langsung digunakan dalam
perhitungan tegangan permukaan. Untuk menghitung tegangan
permukaan digunakan massa yang digunakan sehingga terjadi tarikan
yang sama dengan tarikan yang terjadi ketika ditarik menggunakan
cawan penguap.
Perhitungan tegangan permukaan dengan menggunakan pelat
kaca ini menggunakan perbandingan antara suatu gaya berrat yang
ditimbulkan sehingga menghasilkan suatu tarikan dengan 2 kali
panjang ditambah tebal dari plat kaca yang digunakan. Setelah
dilakukan penarikan dan penentuan beban, didapat tegangan
permukaan dari minyak wijen atau oleum sesami adalah sebesar
47,378 dyne/cm.
Selain menghitung tegangan permukaan dari minyak wijen atau
oleum sesami, percobaan ini juga dilakukan untuk melihat pengaruh
dari surfaktan terhadap tegangan permukaan dan pengaruh dari
konsentrasi surfaktan itu sendiri terhadap tegangan permukaan.
Surfaktan adalah kepanjangan dari surfave active agent. Surfaktan ini
memiliki struktr amfifilik.
Pada praktikum kali ini digunakan tween 80 sebagai surfaktan.
Tween adalah nonionic surfatan dan emulsifier yang berasal dari
polietoksilasi sorbitan dan asam oleat. Tween ini dapat menurunkan
tegangan permukaan karena sifatnya yang amfifilik.
Untuk menurunkan tegangan permukaan air
surfakta
akan
mematahkan ikatan hydrogen pada permukaan. Mereka melakukan hal
ini dengan menaruh bagian kepala dari surfaktan yang bersifat
hidrofilik pada permukaan air dengan bagian ekornya yang bersifat
hidrofobik terentang menjauhi permukaan.
Karena sampel yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
minyak wijen yang bersifat hidrofobik atau non polar, surfaktan tween
80 yang digunakan disini memecah tegangan permukaan minyak
dengan mematahkan ikatan dalam minyak wijen tersebut adalah bagian
ekor dari surfaktan tersebut yang bersifat hidrofobik sehingga bagian
kepala surfaktan yang bersifat hidrofilik akan menjauh dari permukaan
minyak wijen.
Setelah dilakukan percobaan dan perhitungan tegangan permukaan
dari minyak wijen yang telah ditambahkan dengan surfaktan 0,1 ml;
0,3ml; 0,5ml; 0,8 ml; 1,0 ml didapat hasilnya adalah sebagai berikut
(grafik 1). Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa tegangan
permukaan dari minyak wijen yang didapat adalah tidak constant dan
mengalami naik turun yang tidak stabil.
Pada sampel minyak wijen yang ditambahkan tween 80 sebanyak
0,1 ml adalah sebesar 49,550 dyne/cm, sampel ke 2 dengan
penambahan tween 80 sebanyak 0,3ml adalah sebesar 40,696 dyne/cm,
sampel ke 3 dengan penambahan tween sebanyak 0,5ml adalah sebesar
58,029 dyne/cm, sampel ke 4 dengan penambahan tween sebanyak
0,8ml adalah sebesar 59,130 dyne/cm, dan sampel terakhir yang
ditambahkan tween 80 sebanyak 1 ml adalah sebesar 53,955 dyne/cm
Tegangan Permukaan
Tegangan Permukaan
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
tween 0 mL tween 0,1 mLtween 0,3 mLtween 0,5 mLtween 0,8 mL tween 1 mL
Seiring dengan penambahan surfaktan tegangan permukaan dari suatu zat akan
terus meningkat hingga akhirnya tercapai suatu konsentrasi dimana surfaktan
sudah tidak bisa lagi menurunkan tegangan permukaan, sehingga tegangan
permukaan akan menjadi constant. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut sebagai critical micelle concentration (CMC).
Untuk mencapai kondisi ini tegangan permukaan akan menurun. Ketika CMC ini
tercapai, tergangan permukaan akan menjadi konstan yang menunjukkan bahwa
antar muka menjadi jenih dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan
dinamis dengan monomernya.
Dalam percobaan yang telah dilakukan terjadi suatu error. Hal ini dapat
dilihat dari tegangan permukaan sampel pertama (dengan penambahan tween 80
0,1 ml) mengalami peningkatan tegangan permukaan dari sebelumnya.
Berdasarkan teori yang dijelaskan diatas menunjukkan bahwa penambahan
surfaktan seharusnya akan terus menurunkan tegangan permukaan suatu zat
hingga mencapai konsentrasi misel kritis (KMK) kemudian penambahan surfaktan
tidak lagi menurunkan tegangan permukaan melainkan tegangan permukaan zat
akan menjadi konstan. Selain itu, tegangan permukaan pada sampel yang
diberikan tween 80 sebanyak 0,5 ml lebih tinggi daripada tegangan permukaan
pada sampel yang diberikan tween 80 sebanyak 0,3ml, begitu juga dengan sampel
selanjutnya.
Hal yang terjadi diatas tidak sesuai dengan teori yang seharusnya yang
sudah dijelaskan sebelumnya, dimana penambahan surfaktan akan terus
menurunkan tegangan permukaan hingga mencapai konsentrasi misel kritis atau
KMK yang kemudian penambahan surfaktan tidak lagi berpengaruh pada
penurunan tegangan permukaan sehingga tegangan permukaan akan menjadi
konstan.
Error tersebut diduga disebabkan karena campuran sampel minyak wijen
dengan tween 80 sebagai surfaktan tidak tercampur rata. Selain itu, diduga error
yang terjadi ini disebabkan karena sensitivitas alat yang digunakan tidak terlalu
tinggi, sehingga memperbesar terjadinya suatu error atau kesalahan.
Surfaktan ini sendiri bukan hanya bertindak sebagai penurun tegangan
permukaan, melainkan juga sebagai meningkatan kelarutan, sebagai pembasah
(wetting agent), sebagai emulgator, dan sebagai detergen.
Selain dipengaruhi oleh jumlah surfaktan, tegangan permukaan juga
dipengaruhi oleh suhu (berbanding terbalik), konsentrasi elektrolit (berbanding
lurus), tekanan uap ( berbanding terbalik), lengkungan permukaan.
Selain menggunakan alat pengukur tegangan permukaan, tegangan
permukaan juga dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode, seperti
kenaikan kapiler, cinci du nouy, metode berat tetes, lempeng wilhelmy, metode
tensiometer, bubble pressur. Atau selain menggunakan pelat kaca yang digunakan
dalam praktikum ini, dapat juga digunakan lapisan kawat.
Untuk menghitung tegangan permukaan dengan menggunakan kawat
digunakan rumus sebagai berikut:
F
γ=
2l
γ = tegangan permukaan
dimana,
F= gaya tegangan permukaan
l = panjang kawat yang digunakan
IX.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Alat pengukur tegangan permukaan dapat dikalibrasi dengan
memutar bebas pada lengan kiri.
2. Tegangan permukaan dapat ditentukan dengan membandingkan
berat dengan panjang
3. Tegangan permukaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
F
γ=
2( p+t)
X.
Daftar Pustaka
Anonym. 2014. Pengertian Tegangan Permukaan. Available online at http://artidefinisi-pengertian.info/pengertian-tegangan-permukaan/, diakses pada 25
April 2015
Anonim. 2013. Tegangan Permukaan Zat Cair. Available online at
http://rumushitung.com/2013/09/22/tegangan-permukaan-zat-cair/, diakses
pada 25 April 2015
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1. Erlangga: Jakarta
Chang,Raymond. 2005. Kimia Dasar:Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Febriyani,Eka.2014.Adhesi-Kohesi. Available at http://www.informasipendidikan.com/2014/12/kohesi-dan-adhesi.html?m=1, diakses pada tanggal
18 April 2015
Freedman, Roger A. dan Young, Hugh D.. 2002. Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Gunawan, Hardinanto. 2014. Kohesi dan Adhesi. Available online at
http://www.informasi-pendidikan.com/2014/12/kohesi-dan-adhesi-iklannempel-gambar.html, diakses pada 25 April 2015
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Bandung: Grafindo Media Prata
Munson, et al. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
XI.
Lampiran
Gunawan, Hardinanto. 2014. Kohesi dan Adhesi. Available online at
http://www.informasi-pendidikan.com/2014/12/kohesi-dan-adhesi-iklan-nempelgambar.html, diakses pada 25 April 2015
Freedman, Roger A. dan Young, Hugh D.. 2002. Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga
Munson, et al. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Anonim.
2013.
Tegangan
Permukaan
Zat
Cair.
Available
online
at
http://rumushitung.com/2013/09/22/tegangan-permukaan-zat-cair/, diakses pada
25 April 2015
Anonym. 2014. Pengertian Tegangan Permukaan. Available online at http://artidefinisi-pengertian.info/pengertian-tegangan-permukaan/, diakses pada 25 April
2015