Analisis dan Solusi Permasalahan Industr
Nama
NIM
Kelompok
: Bagja Abdullah Gymnastiar Jazmi
: 16715009
:1
Analisis dan Solusi Permasalahan Industri
dengan Pendekatan Keprofesian di Fakultas
Teknologi Industri
1. Permasalahan Sektor Industri
Produsen Dihadapkan Kenaikan Harga Gula
Sumber : Bisnis Indonesia
JAKARTA - Produsen makanan dan minuman
menghadapi potensi kenaikan tajam harga gula.
Olam International memperkirakan harga gula
rafinasi untuk kebutuhan industri bisa naik hingga
18% pada 2017.
Piero Carello, analis dari Olam International,
memperkirakan harga gula rafinasi yang
digunakan untuk kebutuhan industri bisa naik dari
Rp9.300 per kilogram pada saat ini menjadi
Rp11.000 per kilogram pada 2017.
Harga gula rafinasi naik tajam karena rasio stok
gula di Indonesia atas konsumsi diperkirakan
anjlok pada 2017 seiring penurunan produksi gula
di Thailand. Besaran kenaikan harga akan
bergantung pada berapa besar kuota impor yang
diberikan pemerintah dalam setahun ke depan.
“Saya menyarankan bagi industri pengguna gula
untuk memperkuat stok. Paling tidak stok fisik.
Harga gula di level domestik berpeluang besar
naik,” kata Carello, Rabu (27/4).
Carello menjelaskan defisit gula di pasar
internasional bisa mencapai 8 juta ton pada 2016
dan 6,5 juta pada 2017 tertekan penurunan
produksi akibat anomali cuaca di Thailand, India,
dan China.
Ketergantungan atas impor gula mentah asal
Thailand membuat Indonesia sebagai negara yang
paling terdampak. Impor gula mentah
diproyeksikan turun dari 3,82 juta ton pada
2015/2016 menjadi 3,45 juta ton pada 2016/2017
ketika konsumsi naik dari 6,15 juta ton menjadi
6,2 juta ton. Stok gula diperkirakan hanya naik
dari 1 juta ton menjadi 1,2 juta ton pada periode
yang sama dan membuat rasio stok atas konsumsi
jatuh dari 25,9% menjadi 19,3%.
“Stok sangat berpengaruh terhadap harga gula.
Untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun
rasio stok terhadap konsumsi di Indonesia jatuh di
bawah 20%.”
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan
Perikanan Kementerian Perindustrian, Abdul
Rochim menjelaskan kebutuhan atas bahan baku
gula tumbuh seiring dengan pertumbuhan pesat
industri makanan dan minuman.
Industri makanan dan minuman pada 2015
tumbuh 7,54%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan
sektor manufaktur dan laju pertumbuhan
ekonomi.
(Demis Rizky Gosta)
2. Analisis Masalah
Kenaikan harga gula merupakan sebuah masalah
klasik yang hingga kini masih sering terjadi di
Indonesia. Menurut pendekatan teknik industri,
produsen makanan dan produsen gula merupaka
industri yang bertipe produksi Make to Stock,
dimana memiliki fungsi menyediakan barang jadi
sesuai dengan demand konsumen. Industri ini
memiliki
kelebihan
karakteristik
berupa
produknya yang tidak kompleks, kebutuhan
produk yang dapat diramalkan, dan dan kapasitas
produksi yang dapat direncanakan, berbeda
dengan sistem manufaktur bertipe Engineering to
Order yang sulit meramalkan kebutuhan dan
kapasitas produksi.
Industri makanan dan minuman juga industri gula
memiliki fokus produksi berupa kontrol stock dan
sektor marketing/ditribusi. Hal ini merupakan
salah satu variabel yang harus dijaga. Stok gula
dalam produksi industri produsen makanan
apabila
terjadi
gangguan
maka
akan
mengakibatkan
masalah
dalam
proses
pembuatan produk industri yang bersangkutan.
Analisis dan Solusi Permasalahan Dunia Industri | 1
Karakteristik proses pada flow industri Make to
Stock pada umumnya adalah continuous line flow
dimana :
a. Biaya produksi rendah
b. Variasi rendah dan dapat dilakukan
otomasi
c. Permesinan dapat difungsikan
3. Solusi Permasalahan
Sesuai dengan analisis di atas, maka beberapa
alternatif solusi dapat diajukan. Solusi pertama
yakni industri gula lokal merubah karakteristik
proses continuous line flow yang biasa dilakukan
menjadi
karakteristik
proses
large-batch
(repetitive) karena memiliki kelebihan harga
produk yang lebih bersaing sehingga dapat
mengalokasikan
laba
produksi
untuk
pengembangan perusahaan agar produksi gula
lokal dapat meningkat tanpa merugikan pihak
lain. Maka pertumbuhan industri gula akan
mengurangi impor yang pada akhirnya dapat
menstabilkan harga gula.
Solusi berikutnya yaitu menyeimbangkan
pertumbuhan industri. Ketidakseimbangan antara
pertumbuhan industri makanan dan minuman
dibandingkan industri lainnya akan menyebabkan
kesenjangan antara permintaan bahan baku
industri dan kertersedian bahan baku. Dalam
kasus ini, di saat industri makanan dan minuman
berkembang sangat pesat namun di sektor industi
penyedia bahan baku seperti industri pembuatan
gula masih cenderung stagnan maka stok fisik
gula akan sangat kurang karena permintaan pasar
yang terlalu tinggi, sehingga harga gula akan
meningkat tajam.
Jalan yang dapat ditempuh berikutnya adalah
dengan meningkatkan stok bahan mentah di
industri gula. Dengan tersedianya stok bahan
mentah domestik, maka Indonesia tidak akan
memiliki ketergantungan impor kepada negara
lain. Hal ini juga akan meningkatkan kemandirian
dan moral bangsa. Namun hal ini harus disokong
dengan kerja sama antara pemerintah,
pengusaha, dan petani gula. Bantuan materi,
moril, maupun pengetahuan tentang teknik
bertani modern selayaknya diberikan kepada
petani oleh pengusaha dan pemerintah agar
produk tani sebagai bahan mentah gula dapat
mencapai kuota dan kualitas sesuai dengan
permintaan gula baik sektor nasional maupun
sektor industri makanan dan minuman.
Solusi berikutnya adalah dengan mengganti
bahan mentah yang umum menjadi bahan
mentah subtitutor. Dengan bahan mentah
subtitutor yang memiliki karakteristik mirip
dengan bahan mentah umum, maka deviasi
kebutuhan dan permintaan akan ditekan. Dan
sebagai keuntungan berikutnya, apabila terjadi
kesimbangan antara bahan mentah subtitutor
dan bahan mentah umum dapat terjaga, maka
stok gula nasional akan terpenuhi sehingga
Indonesia akan membuka peluang untuk
melakukan ekspor gula seperti beberapa negara
lainnya.
Solusi terakhir adalah memaksimalkan waktu
distribusi bahan mentah ke produsen gula.
Dengan meningkatkan efisiensi distribusi, maka
pengiriman stok akan lebih cepat sehingga dapat
menekan biaya pengiriman bahan mentah yang
akan mengurangi harga gula.
Sekian analisis dan solusi saya terhadap kenaikan
harga gula. Semoga dengan generasi yang
berintelektual dan memiliki rasa cinta tanah air
kita sebagai mahasiswa penerus bangsa dapat
mengabdikan ilmu kita kepada masyarakat
sehingga tercipta masyarakat yang luhur,
kesenjangan sosial, ekonomi, dan moral dapat
dihilangkan dan Indonesia akan menjadi negara
maju.
Analisis dan Solusi Permasalahan Dunia Industri | 2
NIM
Kelompok
: Bagja Abdullah Gymnastiar Jazmi
: 16715009
:1
Analisis dan Solusi Permasalahan Industri
dengan Pendekatan Keprofesian di Fakultas
Teknologi Industri
1. Permasalahan Sektor Industri
Produsen Dihadapkan Kenaikan Harga Gula
Sumber : Bisnis Indonesia
JAKARTA - Produsen makanan dan minuman
menghadapi potensi kenaikan tajam harga gula.
Olam International memperkirakan harga gula
rafinasi untuk kebutuhan industri bisa naik hingga
18% pada 2017.
Piero Carello, analis dari Olam International,
memperkirakan harga gula rafinasi yang
digunakan untuk kebutuhan industri bisa naik dari
Rp9.300 per kilogram pada saat ini menjadi
Rp11.000 per kilogram pada 2017.
Harga gula rafinasi naik tajam karena rasio stok
gula di Indonesia atas konsumsi diperkirakan
anjlok pada 2017 seiring penurunan produksi gula
di Thailand. Besaran kenaikan harga akan
bergantung pada berapa besar kuota impor yang
diberikan pemerintah dalam setahun ke depan.
“Saya menyarankan bagi industri pengguna gula
untuk memperkuat stok. Paling tidak stok fisik.
Harga gula di level domestik berpeluang besar
naik,” kata Carello, Rabu (27/4).
Carello menjelaskan defisit gula di pasar
internasional bisa mencapai 8 juta ton pada 2016
dan 6,5 juta pada 2017 tertekan penurunan
produksi akibat anomali cuaca di Thailand, India,
dan China.
Ketergantungan atas impor gula mentah asal
Thailand membuat Indonesia sebagai negara yang
paling terdampak. Impor gula mentah
diproyeksikan turun dari 3,82 juta ton pada
2015/2016 menjadi 3,45 juta ton pada 2016/2017
ketika konsumsi naik dari 6,15 juta ton menjadi
6,2 juta ton. Stok gula diperkirakan hanya naik
dari 1 juta ton menjadi 1,2 juta ton pada periode
yang sama dan membuat rasio stok atas konsumsi
jatuh dari 25,9% menjadi 19,3%.
“Stok sangat berpengaruh terhadap harga gula.
Untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun
rasio stok terhadap konsumsi di Indonesia jatuh di
bawah 20%.”
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan
Perikanan Kementerian Perindustrian, Abdul
Rochim menjelaskan kebutuhan atas bahan baku
gula tumbuh seiring dengan pertumbuhan pesat
industri makanan dan minuman.
Industri makanan dan minuman pada 2015
tumbuh 7,54%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan
sektor manufaktur dan laju pertumbuhan
ekonomi.
(Demis Rizky Gosta)
2. Analisis Masalah
Kenaikan harga gula merupakan sebuah masalah
klasik yang hingga kini masih sering terjadi di
Indonesia. Menurut pendekatan teknik industri,
produsen makanan dan produsen gula merupaka
industri yang bertipe produksi Make to Stock,
dimana memiliki fungsi menyediakan barang jadi
sesuai dengan demand konsumen. Industri ini
memiliki
kelebihan
karakteristik
berupa
produknya yang tidak kompleks, kebutuhan
produk yang dapat diramalkan, dan dan kapasitas
produksi yang dapat direncanakan, berbeda
dengan sistem manufaktur bertipe Engineering to
Order yang sulit meramalkan kebutuhan dan
kapasitas produksi.
Industri makanan dan minuman juga industri gula
memiliki fokus produksi berupa kontrol stock dan
sektor marketing/ditribusi. Hal ini merupakan
salah satu variabel yang harus dijaga. Stok gula
dalam produksi industri produsen makanan
apabila
terjadi
gangguan
maka
akan
mengakibatkan
masalah
dalam
proses
pembuatan produk industri yang bersangkutan.
Analisis dan Solusi Permasalahan Dunia Industri | 1
Karakteristik proses pada flow industri Make to
Stock pada umumnya adalah continuous line flow
dimana :
a. Biaya produksi rendah
b. Variasi rendah dan dapat dilakukan
otomasi
c. Permesinan dapat difungsikan
3. Solusi Permasalahan
Sesuai dengan analisis di atas, maka beberapa
alternatif solusi dapat diajukan. Solusi pertama
yakni industri gula lokal merubah karakteristik
proses continuous line flow yang biasa dilakukan
menjadi
karakteristik
proses
large-batch
(repetitive) karena memiliki kelebihan harga
produk yang lebih bersaing sehingga dapat
mengalokasikan
laba
produksi
untuk
pengembangan perusahaan agar produksi gula
lokal dapat meningkat tanpa merugikan pihak
lain. Maka pertumbuhan industri gula akan
mengurangi impor yang pada akhirnya dapat
menstabilkan harga gula.
Solusi berikutnya yaitu menyeimbangkan
pertumbuhan industri. Ketidakseimbangan antara
pertumbuhan industri makanan dan minuman
dibandingkan industri lainnya akan menyebabkan
kesenjangan antara permintaan bahan baku
industri dan kertersedian bahan baku. Dalam
kasus ini, di saat industri makanan dan minuman
berkembang sangat pesat namun di sektor industi
penyedia bahan baku seperti industri pembuatan
gula masih cenderung stagnan maka stok fisik
gula akan sangat kurang karena permintaan pasar
yang terlalu tinggi, sehingga harga gula akan
meningkat tajam.
Jalan yang dapat ditempuh berikutnya adalah
dengan meningkatkan stok bahan mentah di
industri gula. Dengan tersedianya stok bahan
mentah domestik, maka Indonesia tidak akan
memiliki ketergantungan impor kepada negara
lain. Hal ini juga akan meningkatkan kemandirian
dan moral bangsa. Namun hal ini harus disokong
dengan kerja sama antara pemerintah,
pengusaha, dan petani gula. Bantuan materi,
moril, maupun pengetahuan tentang teknik
bertani modern selayaknya diberikan kepada
petani oleh pengusaha dan pemerintah agar
produk tani sebagai bahan mentah gula dapat
mencapai kuota dan kualitas sesuai dengan
permintaan gula baik sektor nasional maupun
sektor industri makanan dan minuman.
Solusi berikutnya adalah dengan mengganti
bahan mentah yang umum menjadi bahan
mentah subtitutor. Dengan bahan mentah
subtitutor yang memiliki karakteristik mirip
dengan bahan mentah umum, maka deviasi
kebutuhan dan permintaan akan ditekan. Dan
sebagai keuntungan berikutnya, apabila terjadi
kesimbangan antara bahan mentah subtitutor
dan bahan mentah umum dapat terjaga, maka
stok gula nasional akan terpenuhi sehingga
Indonesia akan membuka peluang untuk
melakukan ekspor gula seperti beberapa negara
lainnya.
Solusi terakhir adalah memaksimalkan waktu
distribusi bahan mentah ke produsen gula.
Dengan meningkatkan efisiensi distribusi, maka
pengiriman stok akan lebih cepat sehingga dapat
menekan biaya pengiriman bahan mentah yang
akan mengurangi harga gula.
Sekian analisis dan solusi saya terhadap kenaikan
harga gula. Semoga dengan generasi yang
berintelektual dan memiliki rasa cinta tanah air
kita sebagai mahasiswa penerus bangsa dapat
mengabdikan ilmu kita kepada masyarakat
sehingga tercipta masyarakat yang luhur,
kesenjangan sosial, ekonomi, dan moral dapat
dihilangkan dan Indonesia akan menjadi negara
maju.
Analisis dan Solusi Permasalahan Dunia Industri | 2