ANALISIS PENGELOLAAN LAHAN KERING SEBAGA (1)

ANALISIS PENGELOLAAN LAHAN KERING SEBAGAI TEMPAT BUDIDAYA TANAMAN DI KEBUN AKADEMIK FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO LAPORAN LENGKAP BABUL RAHMAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU ANALISIS PENGELOLAAN LAHAN KERING SEBAGAI TEMPAT BUDIDAYA TANAMAN DI KEBUN AKADEMIK FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO LAPORAN LENGKAP

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Nilai Praktikum Pada

Fakultas Pertanian Universitas Tadulako BABUL RAHMAN

E 281 16 278

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU

Menyetujui,

Koordinator asisten bidang Asisten Penanggung

Analisis Sumber Daya. jawab



Fitriah Balosi, SP Ardyansyah, SP.



Disahakan oleh:

a.n Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Koordinator Umum Praktikum Integrasi

Smester Ganjil Tahun 2017-2018




Andi Agir A.Lanyala, SP



















Palu, Desember 2017

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Pengelolaan Lahan Kering sebagai Tempat Budidaya

TanamanDikebun Akademik Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako.

Nama : Babul Rahman

Stambuk : E 281 16 278

Kelas : AGT 3

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

2. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

3. Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.

Palu, Desember 2017

Yang membuat pernyataan,

Babul Rahman

E 281 16 278

RINGKASAN

Babul Rahman (E 281 16 278).Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L) Dan Bawang Merah (Allium Cepa L)Terhadap Kebutuhan Nitrogen Menggunakan Bagan Warna Daun. (dibimbing oleh Zainuddin Basri dan Usman Made, 2017).

Ekologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, sesuatu kajian mengenai hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya yang kemudian pengertian ini diperluas, menjadi kajian mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Klimatologi pertanian ialah cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer (unsur-unsur cuaca) dan proses pertanian

Agronomi sebagai cabang ilmu-ilmu pertanian yang mencakup pengelolaan lapang produksi dan menghasilkan produksi maksimum. Ilmu Agronomi merupakan ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh produksi maksimum..

Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga(florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar.

Tanah merupakan benda yang berasal dari bebatuan di dalam bumi dan merupakan komponen utama pemberi kehidupan ke seluruh makhluk hidup. Dimana proses terbentuknya tanah memerlukan waktu yang begitu lama dengan membutuhkan jutaan tahun sehingga menjadi tanah yang murni melalui proses pelapukan fisik, kimiawi, serta pelapukan mekanik.

Perlindungan Tanaman di perlukan dalam pembudidayaan tanaman agar

Tanaman tidak di ganggu oleh hama dan penyakit dan tidak menurunkan produktifitas hasil panen tanaman.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Lengkap dengan judul “Analisis Pengololaan Lahan Kering Sebagai Tempat Budidaya Tanaman Di Kebun Akademik Fakultas Pertanian Universitas Tadulako”dengan baik. Laporan Lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan Lengkap ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Andi Agir A.Lanyala, SP. selaku koordinator umum praktikum integrasi.

2. Fitriah Balosi, SP. Selaku Koordinator asisten bidang Analisis Sumber Daya.

3. Ardywansyah, SP. Selaku Asisten Penanggung Jawab.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan Laporan Lengkap ini, namun sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan kehilafan. Olehnya itu dengan penuh rasa rendah hati penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skrips ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Amin .

Palu, Desember 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i

HALAMAN JUDUL…………......................................................................... ii

PENGESAHAN……………............................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... iv

RINGKASAN..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR...................................................................................... v

DAFTAR ISI...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR…..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii

  1. PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang.................................................................................... 1

    2. Tujuan Praktikum................................................................................ 3

    3. Manfaat Praktikum.............................................................................. 3

  1. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 4

      1. Tanaman Bawang Merah............................................................. 4

      2. Tanaman Jagung Manis............................................................... 5

    1. Landasan Teori…….......................................................................... 5

      1. Klasifikasi dan Botani Tanaman…............................................. 5

        1. Tanaman Bawang Merah………………......................... 5

        2. Tanaman Jagung Manis ……..…………......................... 8

      1. Syarat Tumbuh………………………………………............... 9

2.2.2.1 Tanaman Bawang Merah ……………….……….................. 9

2.2.2.2 Tanaman Jagung Manis ……..………….……….................. 11

      1. Pupuk dan Pemupukan…….……..…………........................ 12

      2. Pemeliharaan……………….……..…………....................... 13

  1. METODE PENELITIAN

    1. Waktu dan Tempat............................................................................. 16

    2. Alat dan Bahan.................................................................................. 16

    3. Pelaksanaan Penelitian...................................................................... 16

      1. Persiapan Media Tanaman......................................................... 17

      2. Persemaian…………………..................................................... 17

      3. Penanaman................................................................................. 17

      4. Pemupukan................................................................................. 17

      5. Pemeliharaan……....................................................................... 18

    4. Variabel Pengamatan.......................................................................... 18

      1. Komponen Lokasi....................................................................... 18

      2. Kondisi Tanah............................................................................. 19

      3. Kondisi Iklim…………….......................................................... 19

      4. Kondisi Siklum Ekologi……...................................................... 19

      5. Jenis Hama dan Penyakit serta teknik pengendalian................... 20

      6. Komponen Tumbuh Tanaman…………..................................... 20

        1. Tinggi Tanaman....................................................................... 20

        2. Jumlah Anakan……………..................................................... 20

        3. Diameter Batang…………….................................................. 21

        4. Jumlah Daun Tanaman............................................................ 21

    1. Analisis Data ..................................................................................... 21

  1. HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Komponen Lokasi……….................................................................. 22

      1. Kondisi Tanah……….…............................................................ 22

      2. Kondisi Iklim……….…............................................................. 24

      3. Kondisi Siklus Ekologi……….…….......................................... 27

      4. Jenis Hama dan Penyakit Serta Teknik Pengendalin.................. 29

    1. Komponen Tumbuh………............................................................... 32

      1. Tinggi Tanaman…….…............................................................ 32

      2. Jumlah Daun……….…............................................................. 33

      3. Diameter Batang……….…........................................................ 34

      4. Jumlah Umbi dan Anakan……….…......................................... 35

  1. KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan......................................................................................... 36

    2. Saran................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA PENULIS DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Pengamatan Suhu Tanah MingguPertama 22

2. Grafik Pengamatan Suhu Tanah Minggu Kedua 22

3. Grafik Pengamatan Evaporasi Minggu Pertama

Tinggi Tiang 30 cm 24

4. Grafik Pengamatan Evaporasi Minggu Pertama Tinggi

Tiang 100 cm 24

5. Grafik Pengamatan Evaporasi Minggu Pertama Kedua

Tiang 30 cm 25

6. Grafik Pengamatan Evaporasi Minggu Pertama Kedua

Tiang 100 cm 25

DAFTAR TABEL

  1. Pengamatan Jenis Hama dan Penyakit........................................................ 42

  2. Tanaman Bawang Merah dari 7 HST-49 HST.............................................. 43

  3. Tanaman Jagung Manis dari 7 HST-49 HST................................................ 47

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.PengamatannJenis Hama dan Penyakit 42

2. Tanaman Bawang Merah dari 7 HST-49 HST 43

3. Tanaman Jagung Manis dari 7 HST-49 HST 47

4. Dokumentasi Praktikum

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin dan sinar matahari (Lugito,2012).

Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan (Fika , dkk. 2007).

Agronomi dapat diistilahkan sebagai produksi tanaman, dan diartikan suatu usaha pengelolaan tanaman dan lingkungannya untuk memperoleh hasil sesuai tujuan. Ada dua tujuan, yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan input agar kelestarian lahan tetap terjaga (Ashari, S. 2007).

Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar (Zulkarnain 2010).

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk-pembahasannya (Fika , dkk. 2007).

penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas (Hasmar, 2009).

Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing2 berarti kemiringan (slope) yg di arahkan ke Lintang tempat sedangkan Logos sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan Praktikum ini adalah :

  1. Mendapatkan Dosis pupuk yang tepat pada metode pemberian pupuk secara konvensional.

  2. Mengetahui metode pemberian pupuk yang lebih baik terhadap penggunaan Nitrogen

  3. Mendapatkan Dosis pupuk Nitrogen yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Bawang merah (Allium Cepa L.)

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam penunjang pengembangan pertanian, khususnya dalam Teknologi pemupukan sehingga dapat meningkatkan produksi Bawang merah (Allium Cepa L.).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1.1 Bawang Merah

Penelitian terdahulu dilakukan oleh (Richa,2015) dengan judul penelitian aktifotas imuno modulator perasaan umbi bawang merah terhadap respon imun non spesifik pada mencit jantan galur bald/c. Penelitian tersebut melihat aktifitas imunodulator perasaan bawang merah, peneliian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post testandtime series design. Pengujian dilakukan pada sampel yang terdiri dari 24 ekor mencit dengan metode uji bersihan karbon, dibagi 4 kelompok yaitu kontrol negatif ( aquades0,5 ml), persaan bawang merah kadar 4 % v/v kadar 8 % v/v,kadar 12% v/v. Perlakuan dilakukan selama 5 hari. Pada hari ketuju diinjeksi karbo( tinta pelikan BB 17) sebanyak 0,1 ml per 10 gram BB secara intravena. Transmitan darah diukur dengan menggunkan spektrofotometer uve – vis pada panjang gelombang 627 nm . hasil penelitian menunujukan bahwa perasaan umbi bawang merah kadar 4% v/v, kadar 8% v/v, dan kadar 12% v/v mempunyai aktfitas imunomodulator dengan index kopagositosis 1,2 termaksut dalam imostimulan lemah, 1,3 dan 1,4 termaksut kedalam imuno sedang (Atmadja,2006).

2.1.1 Jagung

Penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tanaman jagung Indonesia”. Hasil analisis regresi Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) termasuk famili graminae subfamili panicoidae dan termasuk tanaman monokotiledonus (Admaja, 2006). Berdasarkan tipe pembungaannya jagung manis termasuk tanaman monoecius yang memiliki bunga yang terpisah pada satu tanaman. Berdasarkan tipe penyerbukannya, jagung manis termasuk tanaman yang menyerbuk silang. Jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa. Perbedaannya terletak pada warna bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan pada jagung manis berwarna putih sedangkan jagung biasa berwarna kuning kecoklatan. Rambut pada jagung manis berwarna putih sedang jagung biasa berwarna kemerahan (Admaja, 2006).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Klasifikasi dan botani

2.2.1.1 Bawang Merah

Bawang merah merupakan tanaman berumbi lapis berwarna keungu-unguan, yang memiliki nama latin Allium Cepa L. Bawang merah pada umumnya memiliki bau yang khas yang tajam. Bawang merah (Allium Cepa L.) tergolong Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Liliopdia, Ordo Aaparagales, Famili Amaryllidaceae, Genus ALium, Spesies Allium cepa L (Suriani ,2011).

Secara morfologi, bagian tanaman bawang merah dibedakan atas akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan jika diremas berbau menyengat seperti bau bawang merah (Pitojo, 2003).

Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah “siung”. Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dan biji. Warna kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan, tergantung spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat (Wibowo, 2005).

Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berwarna hijau muda hingga hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta ujung meruncing, berukuran panjang lebih dari 45 cm. Pada daun yang baru bertunas biasanya belum terlihat adanya rongga. Rongga ini terlihat jelas saat daun tumbuh menjadi besar. Daun pada bawang merah ini berfungsi sebagai tempat fotosintesis dan respirasi. Sehingga secara langsung, kesehatan daun sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman. Setelah tua daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda, dan akhirnya mengering dimulai dari bagian bawah tanaman. Daun relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah. Setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang merah melekat relatif kuat dengan umbi, sehingga memudahkan dalam pengangkutan dan penyimpanan (Sunarjono, 2003).

Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga. Tangkai bunga berbebentuk ramping, bulat, dan memiliki panjang lebih dari 50 cm. Pangkal tangkai bunga di bagian bawah agak menggelembung dan tangkai bagian atas berbentuk lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat bagian yang berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih terbungkus seludang. (Sumadi, 2003).

Seludang tetap melekat erat pada pangkal tandan dan mengering seperti kertas, tidak luruh hingga bunga-bunga mekar. Jumlah bunga dapat lebih dari 100 kuntum. Kuncup bunga mekar secara tidak bersamaan. Dari mekar pertama kali hingga bunga dalam satu tandan mekar seluruhnya memerlukan waktu sekitar seminggu. Bunga yang telah mekar penuh berbentuk seperti payung (Pitojo, 2003).

Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benangsari dan putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik, kadang-kadang di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter, yang diduga sebagai bunga steril. Meskipun jumlah kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil mengadakan persarian relatif sedikit (Wibowo, 2005).

Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan yang masing-masing memiliki bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan mengering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003).

2.2.1.2 Tanaman Jagung

Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Klasifikasi tanaman jagung manis adalah sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Sub division: Angiospermae ,Kelas:Monocotyledonae, Ordo: Poales, Famili : Poaceae, Genus : Zea, Spesies: Zea mays saccharata Sturt.

jagung merupakan tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar lateral, akar adventif, dan akar udara. Akar lateral tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah. Batang tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk silinder. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman jagung tergantung varietas, umumnya berkisar 100 cm sampai 300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 helai sampai 48 helai tergantung varietasnya. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula, fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang (Purwono dan Hartono,2005).

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol, yang tumbuh dari buku di antara batang dan pelepah daun. Umumnya satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina(Purwono dan Hartono,2005).

Biji jagung terletak pada tongkol (janggel) yang tersusun memanjang. Pada tongkol tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat, sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus (kelobot). Setiap tanaman jagung terbentuk satu sampai dua tongkol. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan bervariasi. Perkembangan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman, tersedianya makanan di dalam tanah dan faktor lingkungan seperti sinar matahari dan kelembaban udara. Biji jagung manis yang masih muda mempunyai ciri bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput atau berkerut (Purwono dan Hartono,2005).

2.2.2 Syarat Tumbuh

2.2.2.1 Bawang Merah

Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakaran yang pendek. Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan pembentukan umbi cukup banyak. Di lain pihak, bawang merah juga paling tidak tahan terhadap air hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek. Sebaiknya bawang merah ditanam di musim kemarau atau di akhir musim penghujan. Dengan demikian, bawang merah selama hidupnya di musim kemarau akan lebih baik apabila pengairannya baik (Wibowo, 2005).

Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang mendapat sinar matahari penuh juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo, 2005).

Dataran rendah sesuai untuk membudidayakan tanaman bawang merah. Ketinggian tempat yang terbaik untuk tanaman bawang merah adalah kurang dari 800 m di atas permukaan laut (dpl). Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl, tanaman bawang merah masih dapat tumbuh. Ketinggian tempat suatu daerah berkaitan erat dengan suhu udara, semakin tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, maka suhu semakin rendah (Pitojo, 2003). Tanaman bawang merah menghendaki temperatur udara antara 25 - 32 oC. Pada suhu tersebut udara agak terasa panas, sedangkan suhu rata-rata pertahun yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah adalah sekitar 30 oC. Selain itu, iklim yang agak kering serta kondisi tempat yang terbuka sangat membantu proses pertumbuhan tanaman dan proses produksi. Pada suhu yang rendah, pembentukan umbi akan terganggu atau umbi terbentuk tidak sempurna (Sumadi, 2003).

Sinar matahari berperan cukup besar bagi kehidupan tanaman bawang, terutama dalam proses fotosintesis. Tanaman bawang merah menghendaki areal pertanaman terbuka karena tanaman ini memerlukan penyinaran yang cukup, minimal sekitar 70% intensitas cahaya matahari (Rukmana, 2002).

Tanaman bawang merah lebih baik pertumbuhannya pada tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang sesuai bagi pertumbuhan bawang merah misalnya tanah lempung berdebu atau lempung berpasir, yang terpenting keadaan air tanahnya tidak menggenang. Pada lahan yang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik. Derajat kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 (Sartono, 2009).

2.2.2.2 Jagung

Tanaman jagung manis (Zea mays sachhrata Sturt) dan tanaman bawang merah (Allium cepa) dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 1300 m di atas permukaan laut (dpl), kisaran suhu antara 13ºC sampai 38ºC dan mendapat sinar matahari penuh. Tanaman jagung dan bawang merah tumbuh dan berproduksi optimum di dataran rendah Indonesia sampai ketinggian 1800 m di atas permukaan laut (dpl), dan memerlukan curah hujan ideal sekitar 85 mm per tahun sampai 200 mm per tahun selama masa pertumbuhan.

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung dan bawang merah harus mempunyai kandungan hara yang cukup. Tersedianya zat makanan di dalam tanah sangat menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan hasil produksi yang optimum.

Tanaman jagung dan bawang merah tidak membutuhkan persyaratan yang khusus karena tanaman ini tumbuh hampir pada semua jenis tanah asalkan tanah tersebut subur, gembur, kaya akan bahan organik dan drainase maupun aerase baik. Kemasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung dan bawang merah antara pH 5,5 sampai pH 6,5.

2.2.3 Pupuk dan Pemupukan

Untuk menghindari dampak negatif akibat penggunaan pupuk (terutama pupuk kimia) terhadap lingkungan hidup, khususnya terhadap tanah, penggunaan pupuk hendaknya diperhitungkan sesuai dengan kondisi lahan setempat. Pemberian pupuk yang berlebihan tanpa memperhatikan waktu dan dosis dapat mengakibatkan tanaman keracunan dan tanah menjadi pejal atau keras. Tanah yang pejal atau keras sukar diolah, jika musim penghujan tanah menjadi licin dan liat karena pori-pori tanah tertutup oleh sisa pupuk kimia yang tidak terserap oleh tanaman. Akibatnya, pertukaran udara dan air di dalam tanah tidak berjalan lancar, sehingga terjadi akumulasi residu pupuk yang akhirnya akan meracuni tanah, air, dan tanaman itu sendiri. Dampak negatifnya cukup luas, baik bagi kehidupan organisme tanah yang bermanfaat maupun terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu, pemupukan hendaknya dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tidak menimbulkan pemborosan yang akan menambah biaya produksi. Sebaliknya, pemupukan yang dilakukan dengan baik dan benar dapat meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas. Tanaman perlu diberi tambahan unsur hara terutama pupuk Nitrogen (N), Fosfor (F), dan Kalium (K) yang masing-masing terdapat dalam Urea, TSP dan KCl. Bawang merah memerlukan N 205 kg/ha, P 125 kg/ha, dan K 155 kg/ha (Sumadi, 2003).

Keberhasilan pemupukan sangat ditentukan oleh pemakaian maupun penempatan pupuk yang tepat. Pupuk yang disebarkan di permukaan tanah akan memberikan hasil lain dibanding dengan pupuk yang dibenamkan dalam tanah. Ada tiga cara pemupukan yang dianjurkan untuk diterapkan pada tanaman bawang merah, yaitu: a. Penugalan Pemupukan dengan cara ini adalah pupuk ditempatkan dalam jalur-jalur yang dibuat di dekat tanaman dengan jarak 5 cm dan dalam 3-5 cm. Lubang tempat pupuk dibuat dengan cara ditugal pada tanah yang telah ditentukan batas- batasnya (Pitojo, 2003). b. Pembenaman Pupuk dibenamkan pada alur-alur di antara barisan tanaman. Alur-alur untuk menempatkan pupuk dibuat seperti parit yang berukuran kira-kira 2 cm dengan kedalaman 3 cm, dan jarak 3-5 cm. Pembuatan alur harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak memutus atau merusak akar serabut yang menjalar ke samping (Pitojo, 2003).

Pemupukan melalui daun di lakukan dengan cara disemprotkan langsung pada tanaman, terutama bila pupuk yang digunakan dalam jumlah sedikit. Unsur hara mikro yang biasa digunakan terdapat pada pupuk pelengkap cair (PPC) dan pemupukan biasanya dilakukan bersamaan dengan penyemprotan pestisida. Agar pestisida dan pupuk lebih efektif kerjanya, maka ketika menyemprot dapat ditambah zat perekat, misalnya Agristik. Pupuk daun yang diberikan adalah Gandasil dan Vitabloom (Pitojo, 2003).

2.2.4 Pemeliharaan

Suplai air yang tidak mencukupi kebutuhan secara penuh dapat menyebabkan terjadinya stres pada tanaman. Hal ini berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan maupun produksinya. Pengaruh intensitas dan waktu stres ini sangat penting untuk diperhatikan oleh para petani. Pada umumnya bawang merah varietas unggul (bawang merah Filipina, bawang merah Bangkok) sangat peka terhadap air dan pupuk. Oleh karena itu, pengairan dan pemupukannya sungguh- sungguh diperhatikan agar kualitas dan kuantitas produksinya tetap tinggi (Sartono, 2009). Air diberikan dengan cara mengalirkannya melalui selokan antar bedengan sebatas perakaran dan dibiarkan meresap dalam bedengan hingga basah, atau dengan cara menyiramnya dengan gembor. Pemberian air sebaiknya dilaksanakan pada sore hari dengan interval pelaksanaan 4-7 hari sekali. Pada periode kritis yaitu fase perbanyakan (tanaman berumur 7-20 hari), dan fase pembesaran umbi

(tanaman berumur 35-50 hari), diperlukan pengairan dengan interval 2-4 hari sekali. Pada akhir pemasakan umbi tanaman hanya memerlukan sedikit air karena air yang berlebih dapat menyebabkan umbi busuk (Rahayu, 2007).

Gulma merupakan pesaing utama bagi tanaman bawang merah, terutama dalam memperoleh sinar matahari dan unsur-unsur hara tanah. Lahan yang tidak disiangi menyebabkan tanaman tumbuh lambat karena gulma (rumput) tumbuh dan berkembang sangat cepat. Akibatnya, jarak tanaman menjadi lebih rapat dan lahan menjadi lembab. Hal ini mendorong timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh cendawan, dan sebagai media yang sesuai untuk bertelur bagi ngengat kupu (Agrotis ipsilon Hufn). Oleh karena itu, penyiangan harus dilakukan terutama pada fase pembentukan anakan (tanaman berumur 10-21 hari), dan fase pembentukan umbi (tanaman berumur sekitar 30-35 hari), dan pada waktu berumur (50-55 hari) atau fase pemasakan umbi (Wibowo, 2005).

Selain penyiangan, tanah perlu juga digemburkan. Tanah yang gembur akan memberikan cukup ruang bagi umbi untuk berkembang dengan sempurna, sehingga ukuran tanaman menjadi besar-besar dan bentuknya pun baik (Sumadi, 2003).

Tanaman bawang merah perlu pula dilakukan pembumbunan. Pembumbunan terutama dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembumbunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembumbunan juga berfungsi memperbaiki struktur tanah dan penutup akar yang keluar di permukaan tanah, sehingga tanaman berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih besar- besar (Rukmana, 2002).

Penyiangan, pandangiran, dan pembumbunan, akan berdampak baik terhadap pertumbuhan tanaman karena tidak terjadi persaingan dalam memperoleh makanan dan sinar matahari dengan gulma lainya. Pendangiran akan mengembalikan kondisi tanah yang memadat menjadi gembur, sehingga mempermudah pertumbuhan dan perkembangan akar serta umbinya. Selain itu, peredaran udara dalam tanah menjadi lebih lancar, sehingga kehidupan organisme dalam tanah yang bermanfaat bagi tanaman dapat dipertahankan keberadaannya (Sumadi, 2003).

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah antara lain adalah ulat grayak Spodoptera, Thrips, Bercak ungu Alternaria, busuk umbi Fusarium, busuk putih Sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus (Sartono, 2009). Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan rutin atau tindakan preventif yang dilakukan petani bawang merah. Umumnya kegiatan ini dilakukan pada minggu kedua setelah tanam dan terakhir pada minggu kedelapan dengan dengan interval 2-3 hari sekali (Rahayu, 2007).

Pengendalian hama dan penyakit yang tidak tepat (pencampuran 2-3 jenis pestisida, dosis yang tidak tepat, sprayer yang tidak standar) dapat menimbulkan masalah yang serius (kesehatan, pemborosan, resistensi hama dan penyakit, residu pestisida, dan pencemaran lingkungan). Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi jumlah pemakaian pestisida adalah dengan tidak mencampurkan beberapa jenis pestisida, memakai konsentarasi pestisida yang dianjurkan, memakai sepuyer (nozzle) standar dengan tekanan pompa yang cukup (Rahayu, 2007).

Dari hasil penelitian Sumarni et al. (2012) jumlah tanaman yang dipanen dipengaruhi oleh varietas dan kerapatan tanam. Pada varietas Bima, jumlah tanaman yang dipanen lebih banyak daripada varietas Maja dan Tuk Tuk. Dengan kerapatan tanam yang lebih rapat (150 tanaman/m2 ) jumlah tanaman yang dipanen lebih sedikit dibandingkan dengan kerapatan tanam yang lebih jarang (100 tanaman/m2 ). Kerapatan tanam yang rapat, terutama pada musim hujan dapat menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Akibatnya banyak tanaman yang mati terserang penyakit, antara lain penyakit antraknos, sehingga hasil bobot umbi persatuan luas lebih rendah pada kerapatan tanam yang rapat. (Sumarni,2005).

BAB III. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan kompleks Fakultas Pertanian, tepatnya di depan Fakultas FAPETKAN Universitas Tadulako. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai Desember 2017.

2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, mistar, meter, cangkul, kamera, jaring, kuas, glass aqua, Automatic Wasnner System (AWS), embro meter, evapotrans, parameter pide, teomograf, global radiasi, dan solar panel. Bahan yang di gunakan pada penelitian ini adalah bibit jagung manis, air, pupuk, detergen, alcohol, dan tali raffia.

3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor. Pada tanaman jagung manis faktor pertama adalah jarak tanam (A) yang terdiri dari 4 level yaitu 80cm x 40cm (A1), 75cm x 40cm (A2), 75cm x 50cm (A3) dan 70cm x 50cm (A4). Faktor kedua adalah jenis pupuk (B) yang terdiri dari 2 level yaitu NPK (15:15:15) 600 kg/ha (360 g/petak) (B1), dan Urea 300 kg/ha (180 g/petakan), sp-36 300 kg/ha (180 g/petakan), Kcl 200 kg/ha (120 g/petakan) (B2). Pada bawang merah faktor pertama adalah jarak tanam (A) yang terdiri dari 3 level yaitu 20cm x 20cm (A1), 20cm x 15cm (A2), dan 15cm x 15cm (A3). Factor kedua jenis pupuk (B) yang terdiri dari 3 level yaitu Urea 300 kg/ha (60 g/petakan), sp-36 210kg/ha (42 g/petakan), dan Kcl 120 kg/ha (24 kg/petakan) (B1), Urea 200 kg/ha (40 g/petakan),sp-36 140 kg/ha (28 g/petakan) (B2), Kcl 80 kg/ha (B3). Kombinasi perlakuan berbagai jenis pupuk dan jarak tanam

1. Persiapan Media Tanaman

Pengolahan lahan dengan menggemburkan tanah dalam petakan dan mencabut gulma didalam dan diluar sekitar petakan. Setelah itu lahan disiram hingga kapasitas lapang, hal ini dilakukan beberapa hari sebelum tanam.

2. Persemainan

Pada penelitian ini, tanaman jagung (Zea mays sachhrata Sturt) dan tanaman bawang merah (Allium cepa) tidak dilakukan persemaian, dimana penanaman di lakukan langsung di lahan petakan penelitan.

3. Penanaman

Bibit jagung manis (Zea mays sachhrata Sturt) dimasukkan kedalam lubang tanam sebanyak dua biji perlubang tanam dan bibit bawang merah (Allium cepa) satu umbi perlubang tanam. Penaman dilakukan secara bersamaan pada pagi hari dengan kode demplot pada tanaman jagung A2B2 dan tanaman bawang merah A2B1 dimana huruf A sebagai kode jarak tanam dan huruf B sebagai kode pupuk. Jarak tanam pada tanaman jagung manis (Zea mays sachhrata Sturt) adalah 75 cm x 40 cm dan tanaman bawang merah (Allium cepa) adalah 20 cm x 15 cm.

4. Pemupukan

Pemupukan dilakukan secara bersamaan antara tanaman jagung manis (Zea mays sachhrata Sturt) dan bawng merah (Allium cepa) sebanyak tiga kali, yaitu pemupukan dasar, dan pemupukan pada tanaman sebanyak dua kali. Pemupukan dasar dilakukan satu minggu sebelum penanaman dengan kapur Dolomit dengan tujuan untuk mengoptimalkan kembali pH tanah dan unsur hara tanah. Pemupukan pertama dilakukan pada tanaman pada umur 15 hst dan pemupukan kedua dilakukan 45 hst. Jenis pupuk yang digunakan pada tanaman Jagung berdasarkan kode plot B2 yaitu Urea 300 kg/ha (180 g/petakan), sp-36 300 kg/ha (180 g/petakan), Kcl 200 kg/ha (120 g/petakan) dan tanaman bawang merah (Allium cepa) dengan kode plot B1 yaitu Urea 300 kg/ha (60 g/petakan), sp-36 210kg/ha (42 g/petakan), dan Kcl 120 kg/ha (24 kg/petakan).

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari hinnga tanaman sudah mulai berbuah atau mendekati masa panen. Sedangkan penyiangan dilakukan sesuai kondisi tanah dan tanaman.

    1. Variabel Pengamatan

      1. Komponen Lokasi

Lokasi penggalian profil untuk mengetahui kondisi tanah yaitu dilakukan di sebelah Timur Fakultas Ekonomi. Sedangkan untuk praktikum lainnya berada di Tempat Budidaya Tanaman di Kebun dilakukan di Lahan Integrasi, Fakultas Pertanian , Universitas Tadulako, Palu.

2. Kondisi Tanah

Membersihkan lokasi terlebih dahulu dari rerumputan kemudian melakukan penggalian lubang menggunakan cangkul dan sekop dengan ukuran lubang 3 x 2 x 2 meter, setelah mencapai ukuran, mengambil sampel tanah menggunakan ring sampel sebagai tanah utuh, dan sebagai tanah tidak utuh kita simpan didalam plastik es dengan memberikan kode pada masing-masing sampel.

3. Kondisi Iklim

Pada praktikum ini langkah awal yaitu memasang atau menancapkan tiang ke dalam tanah, dengan masing-masing ketinggian yaitu ketinggian 2 meter, dan 80 cm dan 30 cm. Kemudian mengikat alat evaporasi (fice) berdasarkan dengan ketinggian, kemudian melakukan pengamatan pada setiap harinya pada pukul 12.00 dan 16. 00 WITA, mencatat hasil dari penguapan air oleh sinar matahari atau proses evaporasi.

4. Kondisi Siklus Ekologi

Sebelum melakukan pengamatan terlebih dahulu kita melakukan pemasangan perangkap untuk hewan pengganggu tanaman itu sendiri, langkah awal yaitu membuat dua buah lubang pada bedengan budidaya yaitu pada pertengahan ujung bedengan dengan kedalaman lubang menyesuaikan dengan panjang gelas aqua , gelas aqua yang telah terisi air campurkan sedikit deterjen kedalam air tersebut. Setelah itu mengambil patok kayu dengan ukuran patok menyesuaikan, dengan banyak patok 8 buah kemudian menancapkan patok kedalam tanah dengan masing-masing lubang terdiri dari 4 patok.

5. Jenis hama dan penyakit serta teknik pengendalian

Cara kerja dari praktikum ini adalah mengamati tanaman budidaya dari berbagai serangan hama, apa bila terdapat hama pada tanaman teknik pengendaliannya yaitu dengan cara mengambil serangga seperti belalang yang hinggap pada tanaman lalu membuangnya sejauh mungkin, begitu pun dengan penyakit pada tanaman apabila terdapat penyakit maka yang harus kita lakukanyaitu mencabut tanman tersebut dari tempat budidaya agar tanaman budidaya yang berada disekitarnya tidak terkena/ terkontaminasi oleh penyakit pada tanaman tersebut.

3.4.6 Komponen Tumbuh Tanaman

3.4.6.1 Tinggi Tanaman

Mengetahui tinggi dari sutau tanaman yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap tanaman, pengukuran tanaman dilakukan dengan cara menyiapkan meteran mengukur tanaman dari batas pangkal batang ke ujung daun tanaman, kemudian mencatat hasil pengukuran.

3.4.6.2 Jumlah Anakan

Mengetahui jumlah anakan pada tanaman bawang yaitu dengan cara melihat ukuran umbi yang kecil pada suatu rumpun tanaman, jumlah anakan biasanya lebih banyak dan ditandai dengan umbi berukuran lebih kecil serta berwarna putih kekuningan dan daun yang masih muda.

3. Diameter Tanaman

Langkah awal yaitu melakukan pengukuran dengan cara melilitkan tali pada batang tanaman jagung setelah itu mengukur tali yang telah dililitkan di batang jagung tanaman berapa cm pada panjang lingkaran batang tanaman setelah memasukkan jumlah lingkaran kedalam rumus 2 r2atau 3,14 kemudian mencatat hasil dari hasil perhitungan tersebut itulah yang menjadi ukuran diameter pada tanaman jagung.

3.4.6.4 Jumlah Daun Tanaman

Mengukur jumlah daun tanaman yaitu dengan cara menghitung jumlah helaian daun dari masing-masing tanaman. Semakin tinggi atau semakin subur suatu tanaman maka jumlah daun akan semakin banyak.

3.5 Analisis Data

Untuk mengetahui keakurantan hasil pengamatan dilapangan maka di gunakan Analisis Regeresi dengan metode perbandingan berdasarkan data yang diperoleh. Teknik analisis data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari suatu penelitian , karena analisis data berfungsi menyimpulkan hasil dari penelitian, untuk menghasilkan hasil yang produktif dengan mengambil sampel dari masing-masing praktikum serta penelitian yang dilakukan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komponen Tumbuh

4.1.1 Kondisi Tanah

Gambar 1. Grafik Pengamatan Suhu Tanah Minggu Pertama

Gambar 2. Grafik Pengamatan Suhu Tanah Minggu Kedua

Kondisi tanah yang ada pada bedeng pengamatan diukur dari suhu bawah tanah, dimana dilakukan 2 kali pengamatan dalam dua minggu yakni pada minggu pertama dan minggu kedua.

Kondisi tanah yang diukur melalui suhu bawah tanah pada minggu pertama suhu bawah tanah tertinggi diangka 31oC terjadi pada hari senin dan selasa lalu suhu tanah terendah diangka 27oC pada hari sabtu. Sedangkan kondisi suhu bawah tanah pada minggu kedua tertinggi diangka 30oC pada hari kamis dan suhu tanah terendah diangka 26 oC pada hari rabu.

Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah.Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat celcius, derajat farenheit, derajat Kelvin dan lain-lain (Kemala Sari Lubis, 2007).

Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air.Makin rendah suhu, makin sedikit air yang di serap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan kelayuan tanaman. Pengukuran suhu tanah dalam klimatologi harus dihindarkan dari beberapa gangguan, baik itu gangguan likal maupun gangguan lain. Gangguan-gangguan itu adalah Pengaruh radiasi matahari langsung dan pantulannya oleh benda-benda sekitar, gangguan tetesan air hujan, tiupan angin yang terlalu kuat dan pengaruh lokal gradient suhu tanah akibat pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat (Kemala Sari Lubis, 2007).

4.2 Kondisi Iklim

Gambar 3. Grafik 3 Pengamatan Evaporasi Minggu Pertama Tinggi Tiang 30 cm

Gambar 4. Grafik 4 Pengamatan Evaporasi Minggu Pertama Tinggi Tiang 100 cm

Gambar 5. Grafik 5 Pengamatan Evaporasi Minggu Pertama Kedua Tiang 30 cm

Gambar 6. Grafik 6 Pengamatan Evaporasi Minggu Pertama Kedua Tiang 100 cm

Kondisi iklim dapat diamati melalui pengamatan evaporasi melalui alat ukur fice yang digantungkan dengan ketinggian tiang 30 cm dan 100 cm di kebun akademik agar diketahui tinggi evaporasi pada tanaman.

Dari data grafik yang diperoleh diketahui eveporasi tertinggi pada minggu pertama terjadi pada hari rabu yakni 9,4 ml (Tiang 100 cm) dan 5,9 ml (Tiang 30 cm) dan evaporasi terendah terjadi pada hari senin pada tiang 30 cm yakni 3 ml dan pada hari kamis pada tiang 100 cm yakni 4 ml.

Dari data grafik yang diperoleh diketahui eveporasi tertinggi pada minggu kedua terjadi pada hari kamis yakni 10,2 ml (Tiang 100 cm) dan 7,1 ml (Tiang 30 cm) dan evaporasi terendah terjadi pada hari rabu pada tiang 30 cm yakni 3,8 ml dan pada tiang 100 cm yakni 3,8 ml.

Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini berjalan terus hampir tanpa berhenti disiang hari dan kerap kali dimalam hari, perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi, proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung, awan merupakan penghalangan radiasi matahari dan penghambat proses evaporasi. Jika uap air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara permukaan tanah dan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti,agar proses tersebut berjalan terus,lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering, pergantian itu hanya mungkin jika ada angina,yang akan menggeser komponen uap air,kecepatan angina memegang peranan penting dalam proses evaporasi, (Wahyuningsih, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi, antara lain perbedaan tekanan uap, laju molekul air meningglakan permukaan air tergantung pada tekanan uap dari zat cair suhu udara, angina, tekanan atmosfer, kualitas air. Dan permukaan bidang evaporasi, ( Suyono ,2004).

4.1.3 Kondisi Siklus Ekologi

Pada praktikum lapang ini siklus ekologi ditinjau dua aspek yakni siklus biogeokimia dan agroekosistem yang ada di kebun akademik.Pengamatan silklus biogeokimia yang dilakukan yakni pengamatan siklus hidrologi melalui evaporasi.Pengamatan agroekosistem yang dilakukan pengamatan kelimpahan arthropoda.

Pada pengamatan evaporasi dapat diketahui suhu dan radiasi matahari mempengaruhi cepat atau lambantya evaporasi. Di lahan siklus hidrologi terjadi melalui proses evaporasi yang telah diukur dan proses transpirasi pada tanaman. Kedua proses ini dapat dikatakan sebagai proses evapotranspirasi yang menjadi salah satu unsur iklim dimana terjadi penguapan dan uap air mempercepat proses kondensasi.

Siklus hidrologi merupakan proses pengeluaran air dan perubahannya menjadi uap air yang mengembun kembali menjadi air yang berlangsung terus-menerus tiada henti-hentinya. Sebagai akibat terjadinya sinar matahari maka timbul panas. Dengan adanya panas ini maka air akan menguap menjadi uap air dari semua tanah, sungai, danau, telaga, waduk, laut, kolam, sawah dan lain-lain dan prosesnya

disebut penguapan (evaporation) . Penguapan juga terjadi pada semua tanaman yang disebut transpirasi (transpiration), (Soedibyo, 2003).

Pengamatan agroekosistem yakni dilakukan pengamatan kelimpahan arthropoda yang ada di kebun akademik.Pengamatan telah dilakukan 2 kali melalui pemasangan perangkap pada bedengan budidaya.

Berdasarkan pengamatan dan identifikasi, secara kumulatif pada lahan akademik terdiri dari 2 ordo yaitu orthoptera dan hymenoptera dan 3 famili dari filum Arthropoda yakni Acridoidea, Gryllidae dan Formicidae.

Berdasarkan familinya Arthropoda yang dijumpai dari Formicidae yakni semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith) dan Acridoidea yakni belalang kayu (Valanga nigricornis) dan Gryllidaeyakni jangkrik celiring (Gryllus mitratus).

Jangkrik celiring (G. mitratus) memiliki peran ekologi dimana spesies ini merupakan serangga dekomposer yang berperan penting dalam proses perombak untuk kesuburan tanah dan tanaman serta perbaikan hutan (scavenger) (Siwi, 1991).

Keberadaan semut sangat terkait dengan kondisi habitat dan beberapa faktor pembatas utama yang mempengaruhi keberadaan semut yaitu suhu rendah, habitat yang tidak mendukung untuk pembuatan sarang, sumber makanan yang terbatas serta daerah jelajah yang kurang mendukung. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diambil pengamatan terhadap strata vegetasi, spesies pohon, ketebalan serasah, suhu tanah, kerapatan tajuk, pH tanah, kelembaban udara. Strata vegatasi meliputi komposisi penyusun suatu ekosistem misalnya pohon, perdu dan semak, serta tumbuhan bawah.Spesies pohon yaitu jenis pohon yang terdapat di setiap ekosistem, apakah hanya tersusun dari satu jenis pohon atau lebih. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap ketersediaan makanan bagi semut (Andersen, 2000).

Ekosistem yang alami memiliki keanekaragaman yang tinggi dibandingkan ekosistem pertanian.Indeks keanekaragaman cenderung tinggi pada komunitas yang lebih lama dan cenderung rendah pada komunitas yang baru dibentuk (Kedawung dkk, 2013).

V. nigricornis disebut juga belalang kayu, yang mempunyai ciri-ciri antena pendek, sayap depan lurus dan agak keras, sayap belakang berbentuk seperti selaput, memiliki panjang tubuh 6,2 cm. serta mempunyai kaki belakang yang lebih panjang dari kaki depan (Sofyan, 2010).

Semua spesies belalang yang ditemukan di agroekosistem adalah dari famili Acrididae.Agroekosistem jenis tumbuhannya homogen (Zea mays L.) dan lebih rentan karena dilakukan .emberian pupuk dan penggunaan insektisida (Philpott dan Armbrecht, 2006).

4.1.4 Jenis Hama dan Penyakit Serta Teknik Pengendalian

Hasil pengamatan organisme pengganggu tanaman (OPT) di kebun akademik yang dijadikan sebagai tempat pengamatan dan budidaya disajikan pada Tabel Lampiran 1 yang menunjukkan adanya serangan OPT pada tanaman jagung manis (Zea mays L) dan bawang merah (Allium ascalonicum L) melalui pengamatan secara morfologi dan visual pada tanaman budidaya.