Pertemuan 1 DASAR HUKUM SERTA TUJUAN PEN (1)

Pertemuan 1
DASAR HUKUM SERTA TUJUAN PENDIDIKAN
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
A. DASAR HUKUM
• Pembukaan UUD 1945 dalam alinea II dan IV, tersurat dalam cita-cita dan tujuan nasional bangsa
Indonesia.
• Pasal 28C ayat (1) UUD NRI 1945 Jo. Pasal 31 ayat (1) UUD NRI 1945
• Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 2 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
• Pasal 37 ayat (2), UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa
:
“Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan
Bahasa”
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan mewajibkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi memuat mata kuliah
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia, serta Bahasa Inggris.
• Pasal 10 ayat (1) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa,
bahwa :
“Kelompok Mata Kuliah Penunjang Kepribadian (MPK) pada kurikulum inti yang wajib diberikan dalam
kurikulum setiap program studi/kelompok program studi terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama. dan Pendidikan Kewarganegaraan”

B. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
• Memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat
bangsanya dan konsisten dengan cita-cita yang digariskan dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945
• Menghayati tata nilai filsafat Pancasila, sehingga menjiwai tingkah lakunya selaku warga negara
Republik Indonesia.
• Menjadi warganegara yang memiliki kesadaran kebangsaan yang tinggi dan sikap tanggungjawab
sebagai Warga Negara Indonesia.

C. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN
Mahasiswa diharapkan dapat memiliki seperangkat kemampuan intelektual yang dapat dijalankan dengan
penuh rasa tanggung jawab sebagai seorang warga negara dalam memecahkan berbagai masalah dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang berlandaskan pada
nilai-nilai Pancasila.

Pertemuan 2
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
BANGSA INDONESIA
1. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA


a. Landasan historis yaitu Pancasila didasarkan pada sejarah Bangsa Indonesia
sendiri.
b. Landasan Kulturil yaitu Pancasila didasarkan pada nilai-nilai budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
c. Landasan Yuridis yaitu penyelenggaraan pendidikan Pancasila didasarkan di
perguruan tinggi didasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di
Indonesia.
d. Landasan Filosofis yaitu : secara filosofis Bangsa Indonesia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi Bangsa Indonesia.
2. PANCASILA DIKAJI MELALUI EMPAT TINJAUAN SECARA HOLISTIC

a. Tinjauan filosofis : mengungkapkan Pancasila sebagai system filsafat Bangsa
Indonesia, Ideologi Nasional, dan pandangan hidup bangsa, serta etika bangsa,
juga pandangan integralistik mengenai Pancasila yang membedakan dengan
ideologi lain di dunia.

b. Tinjauan historis : Memaparkan masa kejayaan nasional, asal mula pancasila,
latar belakang keberadaan pancasila baik secara etimologis, terminologis maupun
kronologis sehingga akan terlihat bentuk, susunan, sifat dan system Pancasila

dalam wujud kebulatan yang utuh menyeluruh dan sistematik.
c. Tinjauan Yuridis konstitusional : Menguraikan status dan kedudukan pancasila
dalam tata kehidupan Bangsa Indonesia, hubungan pancasila dengan normanorma hukum yang ada dan berlaku di Indonesia.
d. Tinjauan aktual dan etis : Merupakan aktualisasi Pancasila dalam kehidupan
kampus dan masyarakat pada umumnya, Pancasila sebagai paradigm
pembangunan Poleksosbudhankam, pancasila sebagai dasar pembaharuan hukum
dan HAM, sehingga nilai-nilai Pancasila menjadi sumber moral dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA

a. Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa
dan digunakan sebagai dasar untuk menata masyarakat dalam negara.
b. Ideologi mengandung nilai-nilai dasar yang hidup dalam system kehidupan
masyarakat dan mengandung idealism yang mampu mengakomodasikan tuntutan
perkembangan zaman
c. Pancasila sebagai ideologi nasional artinya Pancasila merupakan kumpulan atau
seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia dan
digunakan untuk menata atau mengatur masyarakat Indonesia.
4. IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP


a. Ideologi bersifat tertutup jika ideologi tersebut tidak dapat menerima dan
mengembangkan pemikiran-pemikiran baru, tidak berinteraksi dengan
perkembangan jaman, hanya mengandung dimensi normalitas yang dipaksakan
dan dimensi idealitas semu, tidak demokratis dan lebih bersifat otoriter.
b. Ideologi bersifat terbuka jika ideologi tersebut dapat menerima dan
mengembangkan pemikiran baru dari luar yang tidak bertentangan dengan nilainilai dasarnya, bersifat demokratis dan dapat berinteraksi dengan perubahan dan
perkembangan jaman.
c. Ideologi Bangsa Indonesia yaitu ideologi Pancasila merupakan ideologi terbuka
berarti dapat menerima dan mengembangkan pemikiran baru dari luar, dapat
berinteraksi dengan perkembangan/perubahan zaman dan lingkungannya, bersifat
demokratis maka lebih dinamik dan inovatif.
5. DIMENSI-DIMENSI PANCASILA
a. Dimensi idealitas artinya ideologi pancasila mengandung harapan-harapan dan
cita-cita yang ingin dicapai oleh Bangsa Indonesia.
b. Dimensi realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersumber dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
c. Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat
mengikat berupa norma-norma yang harus dipatuhi dan ditaati bersama.
d. Dimensi fleksibilitas artinya ideologi Pancasila mampu mengikuti perkembangan
jaman, dapat menerima pemikiran-pemikiran baru sepanjang tidak bertentangan

dengan nilai-nilai dasarnya.
6. BEBERAPA IDEOLOGI LAIN DI DUNIA
a. Ideologi induvidualistik : memandang bahwa manusia sejak dilahirkan bebas dan
dibekali penciptanya sejumlah hak asasi, misalnya hak hidup, hak kebebasan, hak
kesamaan. Nilai kebebasan ialah yang utama. Metode berfikir ideologi ini
liberalistic yang berwatak individualistic.
b. Ideologi komunistik : mendasarkan diri pada premis bahwa semua materi
berkembang mengikuti hukum kontradiksi. Metode berfikirnya materialism
dialektik. Ideologi ini didasarkan pada ajaran Karl Marx, Frederick Engels, dan
Lenin yang menyatakan bahwa negara ialah susunan golongan (kelas) untuk
menindas golongan (kelas) yang lain.
c. Ideologi yang didasarkan pada Faham Agama : ideologi ini bersumber dari ajaran
agama yang termuat dalam kitab suci agama. Negara bersifat spiritual religious.

Pertemuan 3

ASAL MULA DAN PROSES
PERUMUSAN PANCASILA
1. ASAL MULA DAN PROSES PERUMUSAN PANCASILA
a. Pengertian secara etimologis Istilah Pancasila berasal dari bahasa India (Sansekerta),

yaitu “panca” artinya lima dan “syila” artinya sendi, asas, alas, dasar, dan fondamen ; jadi
pancasila berarti “berbatu sendi yang lima” (consisting of five rocks)
b. Pengertian kedua, “panca” artinya lima dan “syila” artinya aturan tingkah laku yang baik.
Jadi Pancasila berarti lima aturan tingkah laku yang baik atau terpuji (five moral
principles)
2. ASAL MULA PANCASILA
a. Asal Mula bahan (causa materialis)
b. Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali dari dari Bangsa Indonesia sendiri berupa
nilai-nilai adat istiadat, nilai tradisi, nilai kebudayaan, dan nilai-nilai religious yang sudah
ada dari sejak jaman dahulu kala.
c. Asal mula bentuk / bangun (causa formalis)
d. Bentuk dan bangun Pancasila sesuai dengan susunan sebagaimana yang termuat dalam
Pembukaan UUD RI 1945. Proses penyusunan Pancasila dilakukan dalam sidang-sidang
yang dilaksanakan oleh BPUPKI dalam beberapa tahap.
e. Asal Mula Tujuan (Causa Finalis)
f. Pancasila menjadi pedoman sekaligus tujuan hidup dalam mencapai cita-cita Bangsa
Indonesia.
g. Asal Mula Karya (Causa Effisiens)
h. Pancasila ditetapkan menjadi dasar Negara RI oleh para anggota PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 setelah dilakukan pembahasan dalam sidang BPUPKI dan Panitia

Sembilan.
3. PERUMUSAN PANCASILA

Pembahasan mengenai Dasar Negara Indonesia dilakukan pertamakali pada Sidang
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
berlangsung mulai tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
4. USULAN-USULAN TENTANG DASAR NEGARA DALAM SIDANG BPUKI
a. Prof. Mr. Muhammad Yamin
 Pada tanggal 29 Mei 1945 mengusulkan Dasar Negara , yaitu :
 Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Kebangsaan Persatuan Indonesia.
 Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan.
 Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Prof. Dr. Mr. R Soepomo (31 Mei 1945)
 Paham persatuan.
 Perhubungan Negara dan Agama.
 Sistem badan permusyawaratan.
 Sosialisasi Negara.

 Hubungan antar bangsa yang bersifat Asia Timur Raya.
c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945) à Kelima Dasar Negara ini diberi nama Pancasila
 Kebangsaan Indonesia.
 Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
 Mufakat atau Demokrasi.
 Kesejahteraan Sosial.
 Ketuhanan yang berkebudayaan.
5. PANITIA SEMBILAN
a. Oleh karena belum mencapai kata sepakat tentang Dasar Negara Indonesia merdeka,
maka dibentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan.
b. Panitia ini membahas usulan-usulan yang diajukan dalam sidang BPUPKI baik secara
lisan maupun tertulis.
c. Anggota-anggotanya adalah : Drs. Moch Hatta, Mr. A.A Maramis, Mr. Muh Yamin, Mr.
Ahmad Soebardjo, Abdul Kahar Muzakar, KH. Wahid Hasyim, Abi Kusno,
Tjokrosoejoso dan Haji Agus Salim.

6. PIAGAM JAKARTA
a. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil menyusun suatu naskah yang
kemudian disebut “Piagam Jakarta”. Didalamnya tercantum rumusan Dasar Negara
sebagai berikut :

b. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
c. Kemanusiaan yang adil dan beradab
d. Persatuan Indonesia.
e. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan.
f. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

7. PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PPKI)
Hasil kerja panitia Sembilan itu belum mendapat pengesahan dari BPUPKI, karena dianggap
belum terumuskan secara jelas. Untuk memantapkan hasil kerja BPUPKI, maka dibentuklah
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bersidang pada tanggal 18 Agustus
1945. PPKI memiliki kedudukan yang sama dengan badan perwakilan rakyat. Anggotanya
ditambah dari wakil-wakil daerah dan golongan, yang segera ditugaskan untuk menyusun
alat-alat kelengkapan negara yang diperlukan. Dalam sidangnya itu PPKI memutuskan :
a. Menetapkan dan mengesahkan UUD RI.
Dalam pengesahan tersebut terdapat rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 dengan sistematika sebagai berikut:
 Ketuhanan Yang Maha Esa
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia

 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
 Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Memilih dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mochammad Hatta
sebagai wakil Presiden.
c. Sebelum dibentuk MPR dan DPR Presiden dibantu oleh suatu Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) untuk sementara waktu.
Jelaslah bahwa rumusan Pancasila yang sah dan benar tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
pada alinea keempat (4)
Pertemuan 4

UUD NRI TAHUN 1945
1. PENGERTIAN HUKUM DASAR
a. Hukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.
b. Istilah konstitusi mempunyai 2 (dua) pengertian yaitu :
 Konstitusi dalam arti luas : adalah keseluruhan dari ketentuan – ketentuan dasar
atau disebut juga hukum dasar,baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar
tidak tertulis.
 Konstitusi dalam arti sempit : Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang

dasar. Di Indonesia disebut juga dengan UUD RI 1945.
2. UUD RI 1945 SEBAGAI LANDASAN KONSTITUSIONAL DAN OPERASIONAL
a. Landasan konstitusional pembangunan adalah UUD 1945. UUD 1945 merupakan arahan
yang paling dasar dalam menyusun tujuan pokok pembangunan nasional.
b. UUD NRI 1945 sebagai landasan operasional pembangunan yaitu sebagai arahan paling
dasar dalam misi pembangunan nasional.
3. SIFAT UUD RI 1945
a. Singkat artinya UUD RI 1945 hanya memuat sendi – sendi pokok hukum dasar Negara
Indonesia. Contoh :
b. UUD RIS 1949 jumlah pasalnya sebanyak 197
c. UUD Birma jumlah pasalnya sebanyak 234
d. Fleksibel artinya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat, karena
hanya memuat aturan-aturan yang bersifat pokok, sedangkan aturan-aturan
penyelenggaraan (yang lebih teknis) diserahkan pada peraturan-peraturan yang
tingkatannya lebih rendah.

4. PERIODE BERLAKUNYA UUD 1945
a. UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan
b. Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949-17 Agustus 1950
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan
dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara
bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus
urusan dalam negerinya.
c. Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering
disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan
partai atau golongannya
d. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli
1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan
kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950
5. AMANDEMEN UUD 1945
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
• Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999→ Perubahan Pertama UUD 1945
• Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945
• Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD
1945
• Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002→ Perubahan Keempat UUD
1945

Pertemuan 5

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
DAN ETIKA BANGSA INDONESIA
1. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
a. Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philen yang berarti cinta dan
sophos yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta pada
kebijaksanaan.
b. Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental, universal dan
hakiki.
c. Filsafat yang natural dan rasional (ipteks) hendaknya dipadukan dengan nilai religius
(agama)
d. Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh, (Syarbaini, 2003).
e. Pancasila dilihat dari sudut pandang hakikat. Pengertian hakikat adalah unsur-unsur yang
tetap dan tidak berubah pada suatu objek. terlepas dari perubahan keadaan, tempat, dan
waktu, sehingga nilai-nilai Pancasila bersifat tetap, terlepas dari perubahan keadaan,
tempat, dan waktu.
2. PANCASILA DALAM PENDEKATAN FILSAFAT
a. Pendekatan induktif Pancasila, yaitu memandang Pancasila yang lahir dari persada
nusantara, berupa adat istiadat, budaya, dan keagamaan, kemudian berkembang menjadi
budaya nasional.
b. Pendekatan deduktif Pancasila, yaitu memandang Pancasila sebagai pemersatu seluruh
kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam atau ber-Bhinneka.
3. PANCASILA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM FILSAFAT
a. Dasar Ontologis. Secara ontologis Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Sila-sila
dalam Pancasila saling menjiwai dan dijiwai satu sama lain.
b. Dasar Epistemologis. Kajian epistemilogis filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai
upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
c. Dasar Aksiologi. Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya mengkaji tentang
nilai praktis atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila.

4. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
a. Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia dipandang
dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. (Kattsoff, 1985). Etika
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan nilai seperti nilai baik dan buruk,
nilai kesopanan, keberanian, kerendahan hati, dan lain-lain.
b. Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, namun
bukan objek itu sendiri. Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
c. Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan peraturan lisan maupun tertulis tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang lebih baik.
d. Norma adalah aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat
atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan dan pengendali sikap dan tingkah
laku dalam hidup bermasyarakat.
5. NILAI-NILAI DALAM PANCASILA MENURUT JENJANGNYA
a. Nilai religius yaitu nilai tertinggi yang melekat pada Tuhan YME.
b. Nilai Spiritual yaitu nilai yang melekat pada manusia, mengenai kemanusiaan,
kerohanian maupun kejiwaan.
c. Nilai vitalitas yaitu nilai yang melekat pada semua makhluk hidup, seperti daya atau
pertahanan hidup semua makhluk
d. Nilai Moral yaitu nilai tentang perilaku hidup manusia.
e. Nilai Material yaitu nilai yang melekat pada benda secara lahiriah dan konkrit.
6. NILAI-NILAI DALAM PANCASILA MENURUT JENISNYA
a. Nilai ilahiah yaitu nilai ketuhanan
b. Nilai etis yaitu nilai kesopanan, kesabaran, keramahan, kerendahan hati, tolong menolong
dan lain-lain.
c. Nilai estetis yaitu nilai keindahan, keharmonisan.
d. Nilai intelektual yaitu nilai-nilai akaliah yang rasional dan logis.
7. NILAI-NILAI DALAM PANCASILA MENURUT RAGAMNYA
a. Nilai intrinsik yaitu nilai yang terkandung dalam dirinya sendiri, terlepas dari
kemanfaatan.
b. Nilai instrumental, yaitu nilai yang terwujud dalam kegunaan atau kemafaatan.
c. Nilai inheren yaitu nilai yang menimbulkan kepuasan bagi pelakunya.
d. Nilai kontributif yaitu nilai penyerta yang mendukung keberhasilan nilai-nilai yang lain.
8. PANCASILA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN ETIKA POLITIK
a. Etika politik berbeda dengan moralitas politisi. Moralitas politisi menyangkut mutu moral
negarawan dan politisi secara pribadi, misalnya apakah ia korup atau tidak. Etika politik
menjawab dua pertanyaan yaitu bagaimana seharusnya bentuk lembaga-lembaga
kenegaraan seperti hukum dan Negara. Jadi etika politik adalah etika institusi. Kemudian
Apa yang seharusnya menjadi tujuan/sasaran segala kebijakan politik.
b. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer yaitu Pluralisme, HAM, Solidaritas
Bangsa, Demokrasi dan keadilan sosial.

Pertemuan 6

KEDUDUKAN PANCASILA DAN
FUNGSI-FUNGSINYA
1. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
a. Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan
konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi
hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi berlakunya
suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu
negara.
b. Pancasila sebagai dasar negara memberikan arti bahwa segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia harus
berdasarkan Pancasila. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur
(penyelenggaraan) pemerintahan negara
c. Pembukaan UUD NRI 1945 : "....., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu undangundang dasar yang berbentuk dalam suatu susunan
negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada...."
2. PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA

Berdasarkan ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia. Setiap bangsa yang ingin
berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapainya sangat
memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat hidup. Dalam
pergaulan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu
bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik. Dengan demikian, pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia juga harus berdasarkan pada Bhineka Tunggal Ika yang merupakan asas pemersatu
bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.
3. PANCASILA SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM
a. Nilai- nilai Pancasila menjadi sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia.
b. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem
hukum.
c. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau
staatfundamentalnorm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma hukum di
Indonesia.
d. Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangundangan mulai dari UUD NRI 1945 yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk
undang-undang sampai pada aturan pelaksanaannya, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan
lain pada hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
e. Jenis dan Hierarkhi Peraturan Perundang-undangan (Lihat Pasal 7 UU No.10 Tahun
2004 )
f.
4. FUNGSI – FUNGSI PANCASILA
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Namun selain fungsi pokok tersebut
masih ada fungsi-fungsi lainnya yaitu :
a. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai pandangan Hidup Bangsa
c. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
d. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
e. Sumber dari segala sumber hukum
f. Pancasila sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia
Pertemuan 7

TEORI TERBENTUKNYA NEGARA SERTA
LAHIRNYA NEGARA INDONESIA
1. PENGERTIAN BANGSA
a. Orang-orang yang bersamaan asal, keturunan, adat, bahasa, sejarah serta berpemerintahan
sendiri.
b. Kumpulan manusia yang terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu.
c. Bangsa Indonesia ialah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan sama dan
menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa serta berproses dalam suatu wilayah yaitu
wilayah Indonesia
d.
2. PENGERTIAN NEGARA
Suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersamasama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok / beberapa kelompok manusia tersebut.
3. PENGERTIAN MASYARAKAT
a. Menurut Harold J. Laski masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama untuk mencapai terlaksananya keinginan-keinginan mereka bersama.
b. Perbedaan antara rakyat dan Bangsa adalah Rakyat lebih menunjukkan ikatan/hubungan
politis yaitu sebagai sekelompok orang yang dikuasai/diperintah oleh suatu
penguasa/pemerintahan tertentu, sedangkan Bangsa merupakan ikatan yang berdasarkan
ikatan yang berdasarkan biologis, kultur, territorial, dan historis.
4. TEORI – TEORI TERBENTUKNYA NEGARA
a. Teori Hukum Alam. Manusia tumbuh secara alamiah sehingga berkembang menjadi
Negara. Teori ini dikembangkan oleh Plato dan Ariestoteles.
b. Teori ketuhanan. Kekuasaan seorang penguasa negara merupakan pemberian dari Tuhan
kepada manusia. Teori ini mendapatkan kesempurnaannya pada abad pertengahan di

eropa, kekuasaan raja mendapatkan legitimasi mutlak dari gereja. Sehingga penentangan
terhadap perintah raja merupakan penentangan terhadap Tuhan.
c. Teori Perjanjian. Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak social menganggap
perjanjian sebagai dasar negara dan masyarakat. Ini merupakan teori yang disusun
berdasarkan keinginan untuk melawan tirani atau menetang rezim penguasa. Tokoh dari
teori ini adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke dan J.J. Rousseau.

5. UNSUR-UNSUR TERBENTUKNYA NEGARA
a. Dalam rumusan Konvensi Montevideo tahun1933 disebutkan negara memiliki tiga unsur
penting yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah. Mac Iver, merumuskan bahwa suatu
negara harus memenuhi 3 unsur pokok yaitu pemerintahan, rakyat dan wilayah tertentu.
Ketiga unsur ini oleh Mahfud MD disebut sebagai unsur konstitutif. (unsur mutlak)
b. Unsur deklaratif yaitu pengakuan dari negara lain. (unsur pelengkap)
6. TEORI PERJANJIAN
a. Teori ini mengasumsikan adanya keadaan alamiah yang terjadi sebelum manusia
mengenal negara. Keadaan alamiah itu merupakan keadaan dimana manusia masih bebas,
belum mengenal hukum dan masih memiliki hak asasi yang ada pada dirinya. Akan tetapi
karena akibat pekembangan kehidupan yang menghasilkan kompleksitas kebutuhan maka
manusia membutuhkan sebuah kehidupan bersama. Sehingga dibentuklah perjanjian
bersama untuk menyerahkan kedaulatan kepada sekelompok orang yang ditunjuk untuk
mengatur kehidupan bersama tersebut.
b. Perbedaan antara Hobbes dan Locke terletak pada penyerahan hak dalam kontrak social.
Menurut hobbes masyarakat harus dengan mutlak menyerahkan seluruh haknya kepada
pemerintah, sedangkan menurut Locke ada hak-hak yang tidak bisa diserahkan manusia
kepada pemerintah yaitu life, liberty dan estate. Teori kontrak sosial menurut Rousseau
lebih dekat kepada model perjanjian Jhon Locke.
7. LAHIRNYA NEGARA INDONESIA
a. Nama Indonesia diungkapkan oleh James Richardson Logan (The Ethnologi of India
Archipelago, 1850). Karena Logan kesulitan mengkaji kehidupan penduduk dan
kebudayaan antara Benua Asia dan Benua Australia, antara Laut Pasifik dan Laut Hindia,
serta tidak adanya nama yang melambangkan keseluruhan pulau itu. Selain itu Adolf
Bastian, 1884 juga menyebutkan nama Indonesia pada sebuah judul buku : “Indonesien,
Order die Insel des Malayisien Archipels” yang terbit di Leipzig antara tahun 1884 –
1889.
b. Berpijak dari semangat dan gelora 1908 sebagai basis pergerakan nasional, lahirnya Budi
Utomo dan pergerakan pendidikan nasional lainnya, sejumlah pemuda menghasilkan kata
sepakat yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28
Oktober 1928.
c. Setelah melalui proses perjuangan dan pergulatan panjang, para the founding father pada
17 Agustus 1945 telah mewujudkan ikrar kesepakatan, menjadi bangsa yang bersatu,
bangsa yang berwawasan kebangsaan, mendirikan satu Negara Kesatuan Republik
Indonesia, negara berdasarkan kebangsaan yang dilandasi prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
8. TUJUAN NEGARA INDONESIA
Tujuan Negara Republik Indonesia: “Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
Pertemuan 9

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
1. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
a. Pasal-pasal dalam UUD NRI 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga negara
mencakup pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34.
b. Hak-hak warga negara yang substansial meliputi :
 Hak untuk memilih dan dipilih
 hak kebebasan berbicara
 Hak kebebasan pers
 hak kebebasan beragama
 Hak kebebasan berkumpul
c. CCE (Center for Civic Education) mengajukan hak-hak individu yang perlu dilindungi
oleh negara, meliputi: hak pribadi (personal rights), hak politik (political rights), hak

ekonomi (economic rights)
Sedangkan kewajiban warga negara merupakan aspek dari tanggung jawab warga negara
(citizen responsibility/civic responsibilities).
2. PENGERTIAN WARGA NEGARA
a. Pasal 26 ayat (1) UUD NRI 1945, menyatakan bahwa “yang menjadi warga negara ialah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara”.
b. Penentuan keaslian didasarkan atas tiga alternatif, yaitu:
 Turunan atau pertalian darah (geneologis)
 Ikatan pada tanah atau wilayahnya (territorial)
 Turunan atau pertalian darah dan ikatan pada tanah atau wilayah (geneologisterritorial)
3. PENDUDUK
a. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia (Pasal 26 ayat 2 UUD 1945).
b. Yulianus S, dkk (1984) dalam KBBI, mengartikan Rakyat adalah orang-orang yang
bernaung di bawah pemerintah tertentu. Sedangkan Hazairin (1983) dalam Demokrasi
Pancasila mengartikan Rakyat ialah sejumlah orang yang dikuasai, diperintah, dilindungi,
dipelihara, diasuh oleh penguasanya.
c. Perbedaan antara rakyat dan Bangsa adalah bahwa Rakyat lebih menunjukkan
ikatan/hubungan politis yaitu sebagai sekelompok orang yang dikuasai/diperintah oleh
suatu penguasa/pemerintahan tertentu, sedangkan Bangsa merupakan ikatan yang
berdasarkan ikatan yang berdasarkan biologis, kultur, territorial, dan historis.
4. PEWARGANEGARAAN (NATURALISASI)
a. Orang asing menjadi warga Negara Indonesia dengan jalan memenuhi syarat
sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang.
b. Kewarganegaraan Indonesia dapat diperoleh karena :
 Kelahiran atau keturunan (Pasal 4, 5,dan 6 UU No.12 Thn 2006)
 Dikabulkan permohonannya menjadi warga Negara (Pasal 9 dan 10 UU No.12
Thn 2006)
 Karena perkawinan (Pasal 19 ayat (1) UU No.12 Thn 2006)
 Berjasa kepada negara atau dengan alasan kepentingan negara (Pasal 20 UU
No.12 Thn 2006
5. ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN
a. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
(Pasal 1 angka 2 UU No. 12 tahun 2006)
b. Asas-asas kewarganegaraan adalah :
 Asas Ius Sanguinis (law of blood) merupakan asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran.
 Asas Ius Soli (law of the soil) secara terbatas merupakan asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak.
 Asas Kewarganegaraan Tunggal merupakan asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
 Asas Kewarganegaraan Ganda terbatas merupakan asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak.
6. HILANGNYA KEWARGANEGARAAN
Berdasarkan Pasal 23 UU No. 12 Tahun 2006 seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan RI
antara lain, karena:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain
b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri
d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden.
e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing.
f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan
g. janji setia kepada negara asing

Pertemuan 10

HAK ASASI MANUSIA
1. PENGERTIAN HAM
a. HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai
hak yang kodrati (Natural right) Menurut John Locke HAM meliputi : hak untuk hidup
(the right to life), kemerdekaan {the right to liberty) dan hak milik (the right to property)
(Rodee & Anderson. 1988 : 194).
b. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
c. HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia (Jan Materson, dari komisi HAM PBB).
d. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1
UU No. 39 Thn 1999 tentang HAM)
2. KONSEP HAM
a. D F SCHELTENS, bahwa: HAM harus dibedakan dengan hak dasar: ham berasal dari
kata mensen-rechten, yaitu: hak yg diperoleh setiap manusia sebagai konsekuensi ia
dilahirkan menjadi manusia.
b. Hak dasar berasal dari kata grond-rechten, yaitu: hak yg diperoleh setiap manusia sebagai
konsekuensi ia menjadi warga negara dari suatu negara
3. MARTHEN KRIALE
HAM ADALAH HAK YANG BERSUMBER DARI TUHAN YME, OLEH SEBAB ITU TDK
BENAR KALAU ADA YG MENGKLAIM BAHWA HAM ITU ADALAH KONSEP MEREKA
4. HAK ASASI VS HAK DASAR
a. Sumbernya = HAM dari tuhan hak dasar dari pemerintah
b. Sifatnya = HAM universal hak dasar domestik
c. Fungsi pemerintah= HAM à pengawal hak dasar / legal rights à pengatur
5. KONSEP HAM DI INDONESIA
a. UUD NRI 1945 telah lahir sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
atau (Universal Declaration of Human Rights 1948).
b. Konsepsi HAM di Indonesia: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. (Pembukaan UUD NRI 1945
alinea 1)
c. Konsepsi HAM tersebut tidak hanya ditujukan untuk bangsa Indonesia, tetapi seluruh
bangsa di dunia. Konsepsi tersebut menjadi dasar tanggung jawab negara dalam hak asasi
manusia (Wiratraman 2005a: 32-33).
6. DASAR HUKUM HAM DI INDONESIA
a. UUD NRI 1945 BAB XA tentang HAM
 Hak Hidup (Pasal 28A)
 Hak membentuk keluarga dan hak anak (Pasal 28 B)
 Hak atas pendidikan (Pasal 28C ayat 1 )
 Hak atas perlindungan hukum (Pasal 28 D)
 Hak untuk memeluk agama (Pasal 28 E), dan lain-lain.
b. Ada 27 substansi atau materi hak asasi manusia dalam UUD NRI 1945 (Asshidiqie, 2006:
103-107)
c. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
d. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Azasi Manusia
e. Pengadilan Hak Azasi Manusia merupakan pengadilan khusus yang bertugas dan
berwenang memeriksa serta memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
seperti kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. (Pasal 1 angka 3 UU No.
26 Tahun 2000)
7. PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

a. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang (Pasal 1 angka 6 UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
b. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagaian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama.
8. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAM
a. Generasi Pertama : Pengertian HAM hanya berpusat pada bidang hukum politik. Fokus
pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh
dampak dan situasi perang dunia ll, totaliterisme dan adanya keinginan negara-negara
baru yang merdeka untuk menciptakan suatu tertib hukum yang baru.
b. Generasi Kedua : Pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hakhak sosial,ekonomi, politik, dan budaya.
c. Generasi Ketiga : Keadilan dan pemenuhan hak asasi haruslah dimulai sejak
pembangunan itu sendiri, bukan setelah pembangunan itu selesai.
d. Generasi Keempat : Pemikiran ham generasi keempat dipelopori oleh negara-negara
dikawasan asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang
disebut declaration of the basic duties of asia people and goverment. Deklarasi ini lebih
maju dari rumusan generasi ketiga,karena tidak mencakup tuntutan struktural tetapi juga
berpihak terciptanya tatanan sosial yang berkeadilan.
Pertemuan 11

DEMOKRASI
1. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, Istilah demokrasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “demos” artinya rakyat,
sedang “kratein” berarti pemerintahan, maka arti demokrasi ialah suatu pemerintahan yang
dipegang oleh rakyat, atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (from, by and
for the people). Jadi rakyat diikutsertakan dalam system pemerintahan Negara.
2. DEMOKRASI SECARA TERMINOLOGIS
a. Demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat atau government of the
people, by the people, and for the people.(Abraham Lincoln)
b. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan itu
melekat pada diri rakyat (Harris Soche)
c. Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan, dimana hak untuk membuat keputusankeputusan politik diselenggararakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih
oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang
bebas. (nternational Commision for Jurrist)
3. AJARAN TRIAS POLITICA
a. Pada abad Pertengahan (kira-kira tahun 1000–1500 M), kekuasaan politik menjadi
persengketaan antara Monarki (raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum bangsawan. Kerap
kali Eropa kala itu, dilanda perang saudara akibat sengketa kekuasaan antara tiga
kekuatan politik itu.
b. koreksi atas ketidakstabilan politik ini, pada tahun 1500 M mulai muncul semangat baru
di kalangan intelektual Eropa untuk mengkaji ulang filsafat politik dengan melakukan
pemisahan kekuasaan. Tokoh-tokohnya seperti John Locke, Montesquieu, Rousseau,
Thomas Hobbes.
4. JOHN LOCKE (1632-1704)
a. Pemikiran John Locke mengenai Trias Politika terdapat dalam Magnum Opus (karya
besar) yang ia tulis dengan judul Two Treatises of Government yang terbit tahun 1690.
b. Tujuan negara adalah melindungi milik pribadi dari serangan individu lain. Oleh karena
itu perlu adanya kekuasaan terpisah.
c. kekuasaan yang harus dipisah tersebut adalah Legislatif, Eksekutif dan Federatif.
 Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang.
 Eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan amanat undang-undang.
 Federatif adalah kekuasaan menjalin hubungan dengan negara-negara atau
kerajaan-kerajaan lain.
5. MONTESQUIEU (1689-1755)
a. Montesquieu (Baron Secondat de Montesquieu) mengajukan pemikiran politiknya yang
termuat dalam Spirits of the Laws, yang terbit tahun 1748

b. Konsep pemisahan kekuasaan Montesquieu adalah “Dalam tiap pemerintahan ada tiga
macam kekuasaan yaitu: kekuasaan legislatif; kekuasaan eksekutif, dan yudikatif”.
c. Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili.
6. SISTEM DEMOKRASI
a. Demokrasi liberal adalah system demokrasi yang berpangkal dan bertujuan untuk
kebebasan manusia.
b. Demokrasi totaliter adalah system pemerintahan yang lebih mengutamakan tujuan
dengan mengesampingkan cara (the means justify the end).
c. Demokrasi titular adalah campuran unsure modern dengan tradisional. Infrastruktur
politik (lembaga kemasyarakatan) menjadi kurang berkembang.
d. Demokrasi terpimpin. Bukan demokrasinya yang menonjol tetapi aspek terpimpinnya
yang berada ditangan satu orang.
e. Demokrasi Pancasila. System pemerintahan demokrasi yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila yang bersumber dari nilai-nilai luhur dan kepribadian Bangsa Indonesia sendiri.
7. POKOK – POKOK SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
a. Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas.
b. Bentuk pemerintahan adalah Republik.
c. Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili.
d. Sistem pemerintahan adalah presidensial.
e. Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
f. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
g. Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.
h. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya,
dan oleh mahkamah konstitusi.
Pertemuan 12

WAWASAN NASIONAL DAN FUNGSINYA
1. PENGERTIAN WAWASAN NASIONAL
a. Wawasan nasional suatu bangsa adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara
tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi &
interelasi) serta pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah lingkungannya
baik nasional, regional, maupun global.
b. Wawasan Nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju konsep
masa depan.
c. Contoh Wawasan nasional :
 Wawasan nasional Inggris ialah commonwealth
 Wawasan nasional Australia ialah liberal
 Wawasan nasional Rusia ialah Continental
2. TEORI-TEORI YANG MEMBENTUK WAWASAN NASIONAL
a. Teori kekuasaan
 Machiavelli (abad 17) : Negara akan bertahan atau mempertahankan
kekuasaannya dengan menerapkan prinsip Menghalalkan segala cara (the means
justify the end), Menjaga kekuasaan regim politik dengan adu domba (devide et
impera), Dunia politik, yang kuat pasti dapat bertahan dan menang.
 Napoleon Bonaparte (abad 18) : Perang dimasa depan merupakan perang total,
yang mengerahkan segala daya dan kekuatan nasional. Kekuatan politik harus
didamping dengan kekuatan logistic.
 Jendral Clausewitz (abad 18) : perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain
b. Teori Geopolitik
Geopolitik dari kata geo artinya bumi. Sedangkan istilah politik berarti kekuatan yang
didasarkan pada pertimbangan geografis dalam menentukan alternative kebijakan dasar
nasional guna mewujudkan tujuan nasional. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari
gejala-gejala politik dari aspek geografi. Tokoh-tokohnya antara lain : Federich Ratzel,
Rudolf Kjellen, Karl Haushofer.
3. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA WAWASAN NASIONAL INDONESIA
a. Segi Historis atau Sejarah
Dari segi historis, bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu dengan
wilayah yang satu adalah karena dua hal, yaitu (1) kita pernah mengalami kehidupan
sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah; dan (2) kita pernah mengalami memiliki
wilayah yang terpisah-pisah
b. Segi Geografis dan Sosial Budaya

Dari segi geografis dan sosial budaya, Indonesia merupakan negara dan bangsa dengan
wilayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen.
c. Segi Geopolitis dan Kepentingan Nasional
Berdasarkan geopolitik wilayah Indinesia adalah satu kesatuan wilayah darSabang
sampai Merauke yang terletak antara dua benua dan dua samudra. Kepentingan nasional
Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh.
Kepentingan nasional itu merupakan tuntutan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan dan visi
nasional.
4. CIRI NEGARA INDONESIA
a. Indonesia bercirikan negara maritime/kepulauan.
b. Luas wilayah Indonesia 5,192 juta KM dengan rincian luas daratan adalah 2,027 juta KM
dan luas laut adalah 3,166 juta KM.
c. Jarak utara selatan 1.888 KM dan jarak timur barat 5.110 KM
d. Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudra (posisi silang);
e. Indonesia terletak pada garis Khatulistiwa;
f. Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim
g. Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu Mediterania dan Sirkum Pasifik
h. Berada pada 6 derajat LU-11 derajat LS serta 95 derajat BT-141 derajat BT;
5. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KEWILAYAHAN NUSANTARA
a. Geografis Indonesia yang secara fisik berada pada posisi silang dunia yang diapit oleh
dua benua dan dua samudra.
b. Geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik adalah
penentuan kebijaksanaan pemerintah berdasarkan konstelasi (seluk beluk) geografis yang
ditempati oleh suatu bangsa.
c. Geostrategi adalah perumusan strategic nasional yang memperhitungkan konstelasi
geografis Negara.
6. WAWASAN NUSANTARA
a. Wawasan nasional bangsa Indonesia dikenal dengan Wawasan Nusantara.
b. Wawasan Nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita
nasionalnya.
Pertemuan 13

WAWASAN NUSANTARA
1. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA
Wawasan berasal dari kata “wawas” yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan inderawi.
Akar kata ini membentuk kata “mawas” yang berarti memandang, meninjau, atau melihat.
Sedangkan istilah Nusantara berasal dari kata “nusa” yang berarti pulau-pulau, dan “antara” yang
berarti diapit diantara dua hal. Istilah Nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah
perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di anatara samudra Pasifik dan
samudra Hindia, serta diantara benua Asia dan Australia
2. TUJUAN WAWASAN NUSANTARA
a. Tujuan ke dalam, yaitu mewujudkan kesatuan dan persatuan seluruh aspek kehidupan
untuk menjamin kelangsungan dan penyelenggaraan bangsa dan negara untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur.
b. Tujuan ke luar, mewujudkan hubungan dengan dunia internasional berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial guna mendukung kepentingan
nasional.
3. ASPEK-ASPEK KEHIDUPAN NASIONAL
a. Aspek alamiah (Tri Gatra), yaitu:
 keadaan geografis
 keadaan dan kekayaan alam, dan
 keadaan dan kemampuan penduduk
b. Aspek sosial (Panca Gatra), yaitu:
 ideologi
 politik
 ekonomi
 sosial budaya, dan
 pertahanan dan keamanan

4. UNSUR DASAR WAWASAN NUSANTARA
a. Wadah (contour) adalah wadah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang
meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan
alam dan penduduk serta ragam budaya.
b. Isi (content) adalah aspirasi yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD.
c. Tata Laku (conduct) adalah hasil interaksi antara wadah dan isi yang terdiri dari tata laku
bathiniah dan lahiriah. Tata laku bathiniah mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas
yang baik dari bangsa Indonesia. Sedangkan, tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan
perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia, yang mencerminkan identitas jati diri atau
kepribadian bangsa Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan.
5. PERKEMBANGAN WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN WILAYAH
a. Ordonantie 1939, yaitu batas laut perairan territorial Indonesia sejauh 3 mil yang diukur
dari pantai ketika air surut pada masing-masing pulau.
b. Deklarasi Djuanda tanggal 13 Des 1957 menyatakan bahwa Kepulauan Indonesia sebagai
satu kesatuan yang utuh, batas wilayah ditentukan atas dasar point to point theory, yaitu
dengan menarik garis lurus antara titik-titik terluar dari pulau terluar yang membentuk
garis dasar (base line). Deklarasi Juanda dinyatakan sebagai peganti Ordonansi tahun
1939 dengan tujuan sebagai berikut:
 Perwujudan bentuk wilayah NKRI yang utuh dan bulat
 Penentuan batas-batas wilayah negara indonesia disesuaikan dengan asas negara
kepulauan (Archipelagic State Principles)
c. Laut teritorial sejauh 12 mil laut, diukur dari garis pangkal. (UU No. 4/Prp/1960 tanggal
18 Februari 1960 tentang perairan Indonesia)
d. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yaitu 200 mil laut dan Deklarasi Landas Kontinen
tanggal 17 February 1969 untuk mengamankan sumber daya hayati laut. Indonesia
memiliki hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pelestarian
lingkungan dan sumber daya hayati laut, serta penelitian ilmiah kelautan.
6. WILAYAH LAUT INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN (ARCHIPELAGO
STATE)
a. Perairan pedalaman
b. Laut teritorial
c. Zone ekonomi eksklusif
d. Landas kontinen
7. LANDAS KONTINEN
a. Landas Kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya yang
terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah
daratannya. Jaraknya 200 mil laut dari garis pangkal atau dapat lebih dari itu dengan
tidak melebihi 350 mil, tidak boleh melebihi 100 mil dari garis batas kedalaman dasar
laut sedalam 2500 m.
b. Deklarasi tentang landas kontinen negara RI (17-2-1969) sebagai upaya untuk
mengesahkan Wawasan Nusantara, dan untuk mewujudkan pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
c. Asas pokok Deklarasi Landas Kontinen adalah :
 Segala sumber kakayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia
adalah milik ekslusif negara RI
 Penyelesaikan soal garis batas landas kontinen dengan negara-negara tetangga
melalui perundingan.
 Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang ditarik di
tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar negara
tetangga
8. ASAS KEPULAUAN (ARCHIPELAGIC PRINCIPLE)
a. Kata “archipelago” dan “archipelagic” berasal dari kata Italia “archipelagos”. Akar
katanya adalah “archi” yang berarti penting, terutama, dan “pelagos” berarti laut atau
wilayah lautan.
b. Archipelago diartikan sebagai wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya.
c. Asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam
kesatuan utuh, sementara tempat unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi
sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah.
9. KONSEPSI TENTANG WILAYAH LAUTAN

a. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
b. Res Communis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena itu
tidak dapat dimiliki oleh masing-masing negara.
c. Res Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa.
d. Mare Clausum (The Right and Dominion of the Sea), menyatakan bahwa hanya laut
sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu negara sejauh yang dapat dikuasai
dari darat (waktu itu kira-kira sejauh 3 mil).
e. Archipelagic State Pinciples (asas negara kepulauan), yang menjadi dasar dalam
konvensi PBB (United Nation Convention on the Law of the Sea-UNCLOS) tentang
hukum laut. Konvensi ini mengakui adanya keinginan untuk membentuk tertib hukum
laut dan samudra yang dapat memudahkan komunikasi internasional dan memajukan
penggunaan laut dan samudra secara damai.

Pertemuan 14

KETAHANAN NASIONAL
1. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamik Bangsa Indonesia yang meliputi segenap
aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan dalam mengembangkan kekuatan nasional, untuk menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar negeri maupun dari
dalam negeri, yang bersifat langsung maupun tidak langsung, membahayakan identitas, integritas,
vitalitas dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan dalam mencapai tujuan
nasionalnya.
2. LATAR BELAKANG KETAHANA