Persepsi dan Komunikasi dalam Organisasi

Persepsi dan Komunikasi dalam Organisasi: Menciptakan
Komunikasi yang Efektif di SMA Hasbunallah Plus Tabalong
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi dalam Pendidikan Islam

Oleh:
Noor Jannah, S.Pd
NIM. 12.0212.0994

Dosen Pengasuh:
Dr. H. Husnul Yaqin, M.Ed

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
PASCASARJANA
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2013

0


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dinamis di dalam lingkungan sosialnya.

Agar dapat berkembang, manusia melakukan interaksi dengan sesamanya.
Hubungan yang baik diperoleh dari komunikasi yang baik pula. Oleh karena
itulah manusia melakukan komunikasi untuk mendapatkan hubungan atau
ikatan yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Komunikasi merupakan
sendi dasar terjadinya sebuah interaksi sosial, antara yang satu dengan yang lain
saling tolong menolong, saling ketergantungan, saling memberi dan menerima.
Komunikasi sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, seperti halnya
manusia membutuhkan udara untuk bernafas. Maka dari itu, karena komunikasi
sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa terjadi, sehingga tanpa disadari sebagian
orang kurang memperhatikan bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan baik,
dan akibatnya seringkali seseorang mengalami kegagalan dalam berinteraksi
dengan sesamanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau salah pengertian
antara satu dengan yang lain.

Sebuah organisasi membutuhkan koordinasi antara satu dengan yang lain
agar tercipta adanya keharmonisan, saling pengertian, kesepahaman antara sub
kerja yang satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya organisasi dibangun
atas dasar interaksi antara satu orang dengan orang lain. Jika kerjasama dalam
kelompok dapat terselenggara dengan baik, maka tujuan dari sebuah kelompok
(organisasi) akan cepat terwujud. Namun jika terdapat distorsi dalam kerjasama
tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai akan terasa lebih sulit.
Menggerakan organisasi merupakan bagian penting berjalan tidaknya
aktivitas organisasi. Sebaik dan selengkap apapun fasilitas, sarana prasarana yang
dimiliki organisasi, tersedianya sumber daya organisasi (man, money, material,
machine and method) apabila pemimpin organisasi tidak dapat menggerakkan
orang-orang yang dipimpinnya, maka semua itu tidak akan berarti. Ada sejumlah
1

aspek yang harus diperhatikan dan didayagunakan oleh seorang pemimpin untuk
dapat berhasil menggerakkan organisasi agar semua orang yang dipimpinnya
bergerak menuju pencapaian tujuan organisasi, salah satunya adalah aspek
komunikasi.
Menciptakan komunikasi efektif bagi pimpinan merupakan keterampilan
penting karena perencanaan, pengorganisasian, dan fungsi pengendalian dapat

berjalan hanya melalui aktivitas komunikasi. Komunikasi juga merupakan faktor
penting dalam menggerakkan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Hal itu
terbukti dari kenyataan lebih dari 70 % waktu seorang pemimpin (manajer)
dihabiskan untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada dalam koordinasi
tugasnya.1
Kajian terhadap komunikasi organisasi merupakan hal yang paling relevan
untuk menampilkan peranan masing-masing individu dan kelompok. Begitu juga
terhadap organisasi formal sebagai usaha untuk menggambarkan karakteristik
organisasi dan melahirkan kualitas yang bersifat unik sebagai wahana
pengelompokan manusia masing-masing.
Tidak terbantahkan lagi, komunikasi turut berperan dalam sebuah
organisasi termasuk lembaga pendidikan. Dengan komunikasi yang baik, suatu
lembaga pendidikan dapat berjalan lancar dan berhasil, sebaliknya kurang atau
tidak adanya komunikasi maka roda lembaga pendidikan tidak akan berjalan
lancar sebagaimana mestinya.
Dewasa ini perubahan dan perkembangan peradaban zaman sangat cepat
dan begitu canggih. Untuk itulah tuntutan kinerja yang baik dalam sebuah
organisasi agar mampu bersaing dan tampil sebagai ciri yang mandiri, serta
mampu memenangkan persaingan harus diperhatikan.
Efektivitas komunikasi organisasi yang ada di sekolah, diharapkan

akan mampu memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Adanya komunikasi
yang sehat dan baik antara sub kerja yang satu dengan yang lain, diharapkan
akan turut membantu perkembangan kinerja guru di sekolah.
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Berbasis Syariah, Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2012, hal. 233
1

2

Berdasarkan uraian tersebut, maka makalah ini membahas mengenai
“Persepsi dan Komunikasi dalam Organisasi: Menciptakan Komunikasi yang
Efektif di SMA Hasbunallah Plus Tabalong.”
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

akan diteliti yaitu bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif di SMA
Hasbunallah Plus Tabalong ?
C.


Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana menciptakan

komunikasi yang efektif di SMA Hasbunallah Plus Tabalong.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai
bahan informasi mengenai komunikasi yang efektif di SMA Hasbunallah Plus
Tabalong, sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bentuk komunikasi efektif di
lembaga pendidikan, dan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut,
khususnya penelitian yang berkenaan dengan hasil penelitian ini.

3

BAB II
LANDASAN TEORI
A.

Komunikasi
Komunikasi sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, seperti halnya


manusia membutuhkan udara untuk bernafas. Maka dari itu, karena komunikasi
sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa terjadi, sehingga tanpa disadari sebagian
orang kurang memperhatikan bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan baik,
dan akibatnya seringkali seseorang mengalami kegagalan dalam berinteraksi
dengan sesamanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau salah pengertian
antara satu dengan yang lain.
1. Persepsi dan Komunikasi
Persepsi

sangat

tergantung

kepada

komunikasi,

sebaliknya

komunikasi juga tergantung pada persepsi. Persepsi timbul karena adanya dua

faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal tergantung pada proses
pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan, dan
tanggapannya terhadap hasil yang dicapai, sedangkan faktor eksternal berupa
lingkungan. Kedua faktor ini menimbulkan persepsi karena didahului oleh
suatu proses yang dikenal dengan komunikasi. Begitupun proses komunikasi
dapat terselenggara dengan baik atau tidak, tergantung persepsi masing-masing
orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.2
Komunikasi timbul karena seseorang ingin menyampaikan informasi
kepada orang lain. Informasi dapat membuat seseorang punya pengertian yang
sama dengan orang lain dan bisa juga berbeda, karena informasi yang
dikomunikasikan itu membuat orang-orang mempunyai kesamaan dan

Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2012, hal. 325
2

4

perbedaan pengertian. Kesamaan atau perbedaan disebabkan persepsi orangorang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.
Persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu;

proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui penginderaannya. Persepsi juga
diartikan sebagai suatu proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan
mereka. Di samping itu, persepsi dapat pula dilihat dari proses kognitif yang dialami
oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan
penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi.3
Menurut asal katanya (etimologi), komunikasi berasal dari bahasa Latin:
communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Dengan
demikian maka secara garis besar dalam suatu proses komunikasi harus
terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau
pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima
pesan).4
Komunikasi

adalah

proses


pemindahan pengertian dalam bentuk

gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Dalam perpindahan
pengertian tersebut tidak hanya sekedar kata-kata yang digunakan dalam
sebuah percakapan, tetapi juga dibutuhkan ekspresi wajah, intonasi, titik putus
vocal dan lain sebagainya.5
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama
manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan dengan prilaku orang
lain, serta berusaha merubah sikap dan prilaku itu.6

ibid, hal. 326
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi
dan Aplikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, hal. 81
5
Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1995, hal. 272
6
M. Ma’ruf Abdullah, op cit, hal. 233
3


4

5

Pengertian komunikasi secara terminologi banyak dikemukakan para ahli
komunikasi yang dapat ditarik sebuah benang merah bahwa komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan verbal maupun non verbal antara si
pengirim (komunikator) dengan si penerima pesan (komunikan) untuk
mempengaruhi sikap dan perbuatannya. Pengirim pesan dapat berupa seorang
individu, kelompok atau organisasi. Komunikasi dapat berlangsung melalui tatap
muka atau melalui media tanpa batasan ruang dan waktu. Komunikasi berjalan
dengan baik apabila makna yang dikirimkan oleh pengirim pesan dimengerti
secara tepat oleh penerima pesan.
2. Unsur dan Proses Komunikasi
Untuk

itu

pemahaman


terhadap

komunikasi

menjadikan

proses

komunikasi akan berlangsung efektif. Untuk lebih jelasnya elemen-elemen pokok
komunikasi terdiri atas:
a. Pengirim pesan
Pengirim pesan (komunikator) adalah sebagai pemancar atau tempat
dimulainya komunikasi. Pengirim pesan tersebut bisa seorang individu,
kelompok atau masyarakat yang memiliki pesan dan bertujuan untuk
menyampaikannya kepada penerima pesan.
b. Pesan
Pesan merupakan suatu gagasan dan ide yang berupa pesan, informasi,
pengetahuan, ajakan, bujukan atau ungkapan yang akan disampaikan
komunikator kepada perorangan atau kelompok tertentu (komunikan). Pesan
pada dasarnya mengandung infomasi yang bernilai positif dan negatif
tergantung kepada kepentingan pengirim dan penerima.
c. Saluran
Saluran (channel) adalah berupa alat, media, sarana, atau saluran yang
dipergunakan oleh komunikator dalam mekanisme penyampaian pesan
kepada penerima. Saluran tersebut bisa berupa pertemuan langsung tatap
muka, memo, buku, radio, televisi, film, telepon, internet, dan lain-lain.
6

d. Penerima pesan
Penerima pesan (komunikan) adalah seorang yang menerima pesan dan
menafsirkannya untuk tujuan tertentu.
e. Umpan balik (Feedback)
Kemampuan seorang penerima pesan memberikan respon terhadap pengirim
pesan menunjukkan tingkat pemahaman penerima pesan. Hal itu menentukan
balikan yang diberikan kepada pengirim pesan tersebut. Respon dan dampak
yang terjadi dalam proses penyampaian pesan-pesan tersebut dapat berakibat
positif maupun negatif tergantung dari tanggapan, persepsi, dan opini dari
hasil komunikasi tersebut.7
Adapun gambaran umum proses komunikasi dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap Ideasi (Ideation), yaitu tahap proses penciptaan gagasan, pesan atau
informasi. Pada umumnya ideasi muncul karena ada rangsangan dari luar atau
ada kebutuhan untuk berkomunikasi pada diri peserta.
b. Tahap Penyandian (Encoding), yaitu proses penyusunan gagasan atau pesan
menjadi suatu bentuk informasi (simbol, lambang, sandi) yang akan
dikirimkan; termasuk pemilihan dan penentuan cara maupun media untuk
menyampaikannya. Agar dapat ditransmisikan melalui media transmisi,
informasi dilakukan pengodean yaitu mengubah pesan menjadi suara, tulisan
atau kode tertentu.

7

Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, op cit, hal. 336

7

c. Tahap Pengiriman (Transmitting), merupakan kegiatan penyampaian pesan
atau informasi yang terjadi di antara peserta komunikasi. Pengiriman pesan
ini dapat dilakukan dengan cara berbicara (verbal/lisan), atau non-verbal
dengan tulisan, gambar, warna atau gerakan; disampaikan secara langsung
atau melalui media tertentu.
d. Tahap Penerimaan (Receiving), yakni proses penerimaan atau pengumpulan
pesan yang terjadi pada para peserta komunikasi. Penangkapan atau
pengumpulan pesan ini dapat terjadi dengan cara mendengarkan, membaca,
mengamati atau memperhatikan, tergantung pada cara dan alat yang
digunakan dalam berkomunikasi tersebut.
e. Tahap Penafsiran (Decoding), yakni usaha pemberian arti terhadap
informasi/pesan di antara peserta komunikasi. Peserta komunikasi yang
berkepentingan, melalui proses berpikir, berusaha menginterpretasikan atau
menafsirkan informasi yang telah terkumpul dalam pikirannya.
f. Gangguan (Noise), yakni ketika informasi ditransfer melalui saluran
komunikasi, dapat terjadi gangguan yaitu distorsi terhadap informasi yang
dikirim tersebut. Misalnya, komunikasi yang ditransfer melalui telepon
genggam tidak jelas diterima karena cuaca buruk. Informasi yang ditransfer
melalui email tidak dapat diterima karena listrik mati.
g. Tahap Respon (Pemberian Tanggapan), merupakan tindak lanjut dari
penafsiran yang telah dilakukan, yakni pemberian reaksi terhadap pesan yang
telah disampaikan. Jadi para peserta komunikasi menggunakan arti atau
makna suatu pesan sebagai dasar untuk memberikan reaksi. Apabila
respon/reaksi yang diberikan sesuai dengan maksud pengirim pesan berarti
terjadi komunikasi yang efektif; dan sebaliknya apabila tidak sesuai berarti
terjadi mis-communication.
h. Tahap Balikan (Feedback), berlangsung seiring dengan tahap-tahap
komunikasi lainnya, yang berupa gejala atau fenomena yang dapat dijadikan

8

petunjuk keberhasilan atau kegagalan suatu proses komunikasi. Jadi
pengertian feedback ini harus dibedakan dengan hasil (respon).8
3. Bentuk dan Jenis Komunikasi
Komunikasi pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam bentuk-bentuk
sebagai berikut:
a. Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang hanya melalui lisan saja dan tidak
tertulis. Komunikasi lisan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
komunikasi lisan secara langsung dan komunikasi lisan secara tidak langsung.
Komunikasi lisan secara langsung bisa berarti bahwa komunikasi yang terjadi
secara langsung yakni melalui tatap muka, seperti halnya orang berceramah,
berpidato, berorasi. Sedangkan komunikasi lisan tidak langsung berarti terjadi
komunikasi tanpa adanya tatap muka, seperti orang berbicara di telepon.
b. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi dengan mempergunakan rangkaian
kata-kata atau kalimat, kode-kode (yang mengandung arti), yang tertulis atau
tercetak yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Komunikasi ini lebih kepada
komunikasi satu arah, dimana komunikator hanya menyampaikan pesan yang
ada. Komunikasi ini dirasa kurang efektif karena penyampaian pesan dari
komunikator belum tentu bisa dipahami oleh komunikan. Ketika komunikator
memberi informasi, dia tidak memahami apakah yang diberi informasi sudah
mengerti atau belum akan informasi yang telah disampaikan.
c. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa badan
atau tubuh, seperti gerakan tangan, jari, mata, kepala, dan lain-lain.
Komunikasi

ini

melalui

berbagai

isyarat

non-verbal.

Media

yang

8
Depdiknas, Dimensi Kompetensi Kepribadian & Kompetensi Sosial (Bahan Belajar
Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2009. Lihat juga Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologi,
Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hal. 46-47

9

dipergunakan ialah ekspresi, gerak isyarat, gerak dan posisi badan, yang
disebut bahasa badan yang menyatakan sikap dan perasaan seseorang.
Misalkan seorang manajer

menampakkan

wajah

yang masam ketika

bawahannya mengajukan pendapat, dan bisa jadi bawahan tersebut
menafsirkan muka masam itu sebagai penolakan, padahal bisa jadi manajer
tersebut sakit gigi.9
Setiap bentuk komunikasi memiliki konsekuensi. Manfaat dan kerugian
masing-masing bentuk komunikasi dapat diamati dari tabel dibawah ini:10
Bentuk
Komunikasi
Memo

Telepon

Laporan Formal

Manfaat

 Ringkas
 Terdapat arsip
 Pesan dapat dikaji
ulang
 Dapat disebarluaskan
 Secara verbal, cepat
 Terbuka
kemungkinan untuk
tanya jawab
 Menyenangkan
 Arus timbal balik /
dua arah
 Segera didapat umpan
balik
 Lengkap, menyeluruh
 Bahan dapat disusun
pada waktu luang
 Dapat disebarluaskan

Kerugian

 Tidak terdapat kontrol
terhadap penerima
 Kurang pribadi
 Hanya satu arah
 Umpan balik tertunda
 Tanpa ada arsip /
catatan pembicaraan
 Ada kemungkinan
pesan kurang
dimengerti
 Kurang pribadi
 Waktunya mungkin
kurang memuaskan
 Mungkin sulit untuk
dibatasi
 Kurang pribadi
 Membutuhkan banyak
waktu membacanya
 Bahasa mungkin kurang
dapat dimengerti
 Hanya satu arah
 Umpan balik tertunda

9
Wursanto, Dasar-dasar Ilmu Organisasi, Yogyakarta: Andi, 2003, hal.161. Lihat juga
Amirullah Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004, hal. 286
10
Dann Sugandha, Manajemen Administrasi, Bandung: Sinar Baru, 1986, hal. 95

10

Rapat

Berhadapan
Langsung

 Dapat menggunakan
alat peraga
 Menarik beberapa
pemikiran atau
pendapat secara
serentak
 Dua arah
 Dapat dipandang
 Adanya kontak
pribadi
 Dapat menunjukkan
sesuatu dan
menjelaskannya
 Dua arah
 Segera didapat umpan
balik

 Meminta waktu
 Waktu mungkin
kurang memuaskan
 Ada kemungkinan
salah seorang saja
mendominasi
kelompok
 Waktu mungkin
kurang memuaskan
 Membutuhkan cara
berpikir langsung/
spontan
 Mungkin tak mudah
untuk dibatasi
 Kedudukan dan
kewenangan seseorang
mungkin memberikan
tekanan

Tabel 1. Bentuk Komunikasi beserta Manfaat dan Kerugiannya
Adapun bentuk dari segi jenisnya dalam komunikasi adalah sebagai
berikut:
a. Sistem Komunikasi Interpersonal
Sistem komunikasi interpersonal dalah sistem komunikasi dengan diri pribadi.
Di dalam sistem ini terjadi suatu

proses

pengolahan

informasi

yang

meliputi sensasi (proses menangkap stimuli atau pesan), persepsi (perubahan
sensasi menjadi informasi), memori (proses penyimpanan informasi dan
sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali), dan berpikir (mengolah dan
memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon
terhadap stimuli). Dalam sistem ini, informasi yang diterima langsung
diproses oleh alat-alat indra ke otak sehingga menimbulkan suatu respon
terhadap stimuli yang diberikan.

11

b. Sistem Komunikasi Antarpersonal
Sistem komunikasi antarpersonal adalah komunikasi yang terjadi terutama di
antara dua orang atau beberapa orang yang bersifat alamiah sehingga dapat
menghasilkan suatu hubungan yang produktif secara terus-menerus. Hal ini
bisa diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang
saling berkomunikasi. Pertukaran di sini maksudnya suatu tindakan untuk
menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik, sehingga
menimbulkan efek atau pengaruh bagi penerimanya. Jika sudah demikian
maka akan timbul kesepakatan bersama.11
4. Fungsi Komunikasi
Komunikasi bertujuan untuk memberi dan menerima informasi, untuk
mempengaruhi orang lain, membantu orang lain, menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, dan mengevaluasi perilaku secara efektif. Tanpa adanya
komunikasi, beberapa tujuan tersebut tidak akan tercapai.12
Proses komunikasi merupakan bagian integral dari perilaku organisasi
untuk menjalakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab pimpinan, staf
pimpinan, dan personil pegawai. Sesuai dengan tujuan dari komunikasi, maka
dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dikatakan sebagai sistem proses informasi. Melalui
komunikasi maka apa yang ingin disampaikan oleh narasumber atau
pemimpin kepada bawahannya dapat diberikan dalam bentuk lisan ataupun
tertulis. Melalui lisan manajer atau pemimpin dengan bawahan dapat
berdialog langsung dalam menyampaikan gagasan dan ide. Para pegawai
dalam organisasi memerlukan sejumlah informasi melalui saluran informasi
untuk menyampaikan dan mengambil keputusan.

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, hal.49
Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi: Teori dan Praktik dalam Bidang Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hal. 189
11

12

12

b. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif berkaitan dengan kekuasaan, di mana kekuasaan orang
adalah hak untuk memberi komando dan perintah kepada bawahan di mana
para bawahan taat dan disiplin dalam menjalankan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab. Seorang manajer dituntut untuk mampu mengawasi dan
mengkoordinir kegiatan-kegiatan dari organisasi. Alat-alat, kebijakan, catatan
dan perintah-perintah dilahirkan dalam seluruh hirarki organisasi.
c. Fungsi Persuasif
Manajer harus selalu mengatur dengan cara persuasi yang kadang harus
digunakan pada semua level organisasi. Kadang-kadang bidang tertentu lebih
baik diberikan bujukan, motivasi maupun bimbingan dari pada melalui
perintah, sebab seorang pegawai lebih dapat menerima dan melaksanakannya
dengan sukarela dan tanpa beban karena ia akan merasakan tugas dan
tanggung jawab.
d. Fungsi Integratif
Organisasi sebagai suatu sistem harus berintegrasi dalam satu total kesatuan
yang saling berkaitan dan semua urusan satu sama lain tak dapat dipisahkan,
oleh karena itu orang-orang yang berada dalam suatu organisasi atau
kelompok merupakan suatu kesatuan sistem, di mana seseorang itu akan
saling berhubungan dan saling memberikan pengaruh kepada satu sama lain
dalam rangka terciptanya suatu proses komunikasi untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan.13
5. Hambatan Komunikasi
Unsur-unsur komunikasi terdiri dari komunikator, persepsi/interpretasi,
berita dalam bahasa sandi (encoding), pesan, saluran, penerjemahan, sandi
(decoding), penerima, umpan balik, dan noise. Kalau noise terjadi dalam setiap
unsur lainnya dengan cara apapun, kejelasan arti dan pemahaman akan rendah.
13

hal. 315

Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, Bandung: Ossa Promo, 1999,

13

Seorang pemimpin tidak memiliki tanggung jawab lebih besar daripada
mengembangkan komunikasi yang efektif. Langkah pertama yang penting untuk
mengembangkan komunikasi efektif adalah menyadari dan memahami rintangan
yang menghalangi komunikasi organisasi.14
Komunikasi baru dikatakan mencapai sasaran apabila komunikan dapat
menangkap pengertian sama dengan pengertian komunikator, jika tidak demikian
komunikasi tersebut dianggap gagal. Standarisasi keberhasilan komunikasi ialah
ketetapan waktu, jadi apabila komunikator terlambat menyampaikan pesan-pesan
meskipun benar yang disampaikan maka komunikasi dianggap gagal.
Komunikasi dalam prosesnya, ada saja beberapa hal yang merintangi atau
menghambat tercapainya tujuan dari proses komunikasi. Hambatan atau rintangan
dalam komunikasi bisa berasal dari pribadi komunikan dan komunikator,
lingkungan dan segala sesuatu lainnya yang mengganggu penyampaian atau
penerima penerimaan pesan.
Adapun kendala-kendala komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga
hal sebagai berikut:
a. Hambatan yang bersifat teknis
1) Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses
komunikasi.
2) Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak sesuai.
3) Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses komuniakasi.
b. Hambatan semantik
Semantik dapat diartikan sebagai suatu studi tentang pengertian dapat
diungkapkan melalui bahasa, baik bahasa lisan (melalui ucapan, bahasa badan)
maupun bahasa tertulis. Maksud dengan hambatan semantik ini adalah
kesalahan dalam penafsiran, salah dalam pemberian pengertian bahasa dalam
menyampaikan pesan dalam proses komunikasi.

Isti’anah, Kepemimpinan: Pengembangan Organisasi, Team Building, dan Perilaku
Inovatif, Malang: UIN Maliki Press, 2008, hal. 231
14

14

c. Hambatan perilaku
1) Pandangan yang bersifat apriori,
2) Prasangka yang didasarkan pada emosi,
3) Suasana otoriter,
4) Ketidakmauan untuk berubah, dan
5) Sifat yang egosentris.15
B.

Komunikasi dalam Organisasi
Ada sejumlah aspek yang harus diperhatikan dan didayagunakan oleh

seorang pemimpin untuk dapat berhasil menggerakkan organisasi agar semua
orang yang dipimpinnya bergerak menuju pencapaian tujuan organisasi, salah
satunya adalah aspek komunikasi. Menciptakan komunikasi efektif bagi pimpinan
merupakan keterampilan penting karena perencanaan, pengorganisasian, dan
fungsi pengendalian dapat berjalan hanya melalui aktivitas komunikasi.
1. Kepemimpinan dan Komunikasi
Kepemimpinan merupakan proses memengaruhi yang dilakukan oleh
pemimpin

terhadap

para

pengikutnya.

Memengaruhi

merupakan

proses

komunikasi antara pemimpin dan para pengikutnya. Agar dapat memengaruhi
para pengikutnya dengan baik, pemimpin harus mempunyai kompetensi mengenai
komunikasi. Sejumlah pemimpin politik dan sosial seperti Adolf Hitler, Mahatma
Gandhi, Bung Karno, Lenin, dan Martin Luther King mampu mempengaruhi
puluhan juta pengikutnya karena mempunyai kemampuan komunikasi yang
sangat baik. Mereka merupakan demagog dan orator ulung sehingga dengan
mudah memengaruhi dan menggerakkan para pengikutnya untuk merealisasikan
visinya.16

Wursanto, op cit, hal.176
Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hal. 46
15
16

15

Di dalam kepemimpinan, komunikasi amat penting untuk menyampaikan
informasi, kebijakan, perintah, dan keputusan, maupun untuk melakukan
konsultasi, tindakan disiplin, perundingan, dan negosiasi.
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi atau mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mau bekerja sama agar mau melakukan
tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi
tertentu. Sejalan dengan hal itu kepemimpinan dalam organisasi sekolah secara
umum sama. Kepala Sekolah adalah pemimpin sekaligus manajer yang harus
mengatur, memberi perintah sekaligus mengayomi bawahannya yaitu para guru
dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.
Kepemimpinan

kepala

sekolah

memberikan

motivasi

peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa.

kerja

bagi

Kepemimpinan

kepala sekolah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena tanggung
jawab kepala sekolah sangat penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil
belajar para siswa, juga produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala
sekolah dalam arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan
kegairahan kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya
untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan
sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat.
2. Komunikasi Organisasi
Bila dikaitkan dengan kehidupan suatu organisasi maka komunikasi yang
berlangsung didalamnya disebut komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi
adalah pembagian pesan, ide-ide atau sikap dalam suatu struktur organisasi
diantara manajer dan kelompok pegawai yang menggunakan teknologi
komunikasi modern atau media memindahkan informasi.17 Komunikasi oganisasi

17

Pers, 2010

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali

16

adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat
dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi.18
Komunikasi organisasi belangsung atas pemimpin dan bawahan, bawahan
dengan atasan, atau bawahan dangan bawahan dalam konteks pelaksanaan tugas
dan hubungan sosial. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi merupakan
proses pertukaran pesan diantara unit-unit organisasi dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas untuk mencapai tujuan oraganiosai secara efektif dan efisien.
Organisasi tidak akan efektif apabila interaksi diantara orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi tidak pernah ada komunikasi. Komunikasi
menjadi

sangat

penting

karena

merupakan

aktivitas

tempat

pimpinan

mencurahkan waktunya untuk menginformasikan sesuatu dengan cara tertentu
kepada seseorang atau kelompok orang. Dengan komunikasi, maka fungsi
manajerial yang berawal dari fungsi perencanaan, implementasi dan pengawasan
dapat dicapai.
Komunikasi di dalam organisasi sering digambarkan dalam dua apek yaitu
komunikasi formal dan informal, yaitu:
a. Komunikasi Formal
Komunikasi formal mengacu pada komunikasi yang mengikuti rantai
komando resmi atau bagian dari komunikasi yang dibutuhkan untuk
melakukan suatu pekerjaan. Sebagai contoh, ketika seorang manajer meminta
karyawannya untuk menyelesaikan suatu tugas, ia berkomunikasi secara
formal. Demikian pula karyawan yang menyampaikan masalah sehingga
masalah itu diketahui manajernya. Segala komunikasi yang terjadi dalam
rancangan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya akan digolongkan
sebagai formal.
b. Komunikasi Informal
Komunikasi informal adalah komunikasi organisasi yang tidak didefinisikan
oleh hierarki struktur organisasi. Ketika karyawan berbicara satu sama lain di
ruang makan, atau ketika mereka berpapasan di lorong, itu adalah komunikasi
Abdul Azis Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2008, hal. 144
18

17

informal. Para karyawan membentuk persahabatan dan berkomunikasi satu
sama lain. Sistem komunikasi informal tersebut memenuhi dua tujuan dalam
organisasi, yaitu agar komunikasi itu memberi kesempatan para karyawan
untuk memuaskan kebutuhan mereka akan interaksi sosial, dan agar
komunikasi itu dapat meningkatkan kinerja organisasi dengan menciptakan
saluran komunikasi alternatif yang sering lebih cepat dan efisien.19
Untuk membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi yang
ada di luar organisasi adalah struktur hierarki yang merupakan karakteristik
dari setiap organisasi. Perilaku orang-orang yang berada di luar organisasi
dalam berkomunikasi tidaklah mengikat karena tidak ada struktur hierarki.
3. Arah Arus Komunikasi
Dalam sebuah organisasi harus memungkinkan komunikasi ke arah yang
berbeda, sehingga membentuk kerangka kerja dimana komunikasi berlangsung
dalam sebuah organisasi. Hierarki arus komunikasi organisasi dapat dibedakan
sebagai berikut:
a. Komunikasi Vertikal (dari Atas ke Bawah)
Segala komunikasi yang mengalir ke bawah dari manajer ke para karyawan
adalah komunikasi ke bawah. Komunikasi ke bawah digunakan untuk
memberitahu,

mengarahkan,

mengkoordinasikan,

dan

mengevaluasi

karyawan. Ketika para manajer membebankan sasaran kepada para
karyawannya, mereka menggunakan komunikasi ke bawah. Para manajer
juga menggunakan ke bawah dengan memberikan kepada karyawannya
deskripsi pekerjaan, memberitahu mereka tentang kebijakan dan prosedur
organisasi, menekankan masalah yang paling memerlukan perhatian, atau
mengevaluasi kinerja mereka. Komunikasi ke bawah dapat terjadi melalui
semua metode komunikasi.
19

hal. 291

Stephen Robbins & Mary Coulter, Management, Terj. Hermaya, Jakarta: Indeks, 2004,

18

b. Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang mengalir ke atas dari karyawan ke
manajer. Laporan diberikan kepada para manajer untuk memberitahu mereka
tentang perkembangan ke arah sasaran dan semua masalah terkini. Para
manajer bergantung pada para karyawannya untuk mendapatkan informasi,
mendapatkan ide tentang bagaimana cara memperbaiki sesuatu, serta membuat
manajer tetap sadar tentang bagaimana perasaan karyawan terhadap pekerjaannya,
rekan kerjanya dan organisasi itu secara umum. Jika manajer telah menciptakan
iklim kepercayaan dan penghormatan serta menggunakan pengambilan keputusan
yang partisipatif atau pemberdayaan, akan ada komunikasi ke atas yang memadai
karena karyawan memberikan masukan untuk keputusan. Akan tetapi, dalam
lingkungan yang sangat mekanistis dan otoritarian, komunikasi ke atas tetap
terjadi tetapi akan terbatas baik dalam gaya maupun isi.
c. Komunikasi Lateral (Horizontal)
Komunikasi yang terjadi di antara semua karyawan pada tingkatan organisasi yang
sama disebut komunikasi lateral (menyamping atau horizontal). Dalam
lingkungan yang kacau dan cepat berubah, komunikasi horizontal sering
diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi. Tim lintas
fungsi sangat mengandalkan pada bentuk interaksi komunikasi ini. Namun
komunikasi seperti ini dapat menciptakan konflik jika para karyawan tidak
memberitahu manajemya tentang keputusan atau tindakan yang mereka ambil.
d. Komunikasi Diagonal.
Komunikasi yang memotong baik bidang kerja maupun tingkat organisasi.
Untuk kepentingan efisiensi dan kecepatan, komunikasi diagonal dapat
menguntungkan. Dengan peningkatan penggunaan e-mail memudahkan
komunikasi diagonal. Semua karyawan dapat berkomunikasi melalui e-mail
dengan karyawan lainnya, tanpa melihat bidang kerja atau tingkatan
organisasi. Namun komunikasi diagonal juga mempunyai potensi menciptakan
masalah jika para karyawan tidak senantiasa memberitahu manajernya.20

20

ibid, hal.292

19

Sistem manajemen komunikasi berdasarkan hierarki organisasi dapat
ditunjukkan oleh gambar berikut ini:21
Subtansi Komunikasi

Aktivitas Komunikasi

-

Penyampaian informasi
Pelaksanaan

-

Penyampaian
Pelaksanaan

-

Penyampaian
Pelaksanaan
Melakukan Tugas

TOP

-

Kebijaksanaan Umum
Instruksi Penugasan
Keputusan / Peraturan
Perusahaan dan Pimpinan

MIDDLE

-

Motivasi
Pembinaan
Pengendalian
Perubahan

KARYAWAN / BAWAHAN

-

Pembinaan
Pengendalian
Pengawasan

SISTEM MANAJEMEN DAN METODE KOMUNIKASI

Gambar 2. Sistem Manajemen dan Metode Komunikasi
Secara tradisional, arah komunikasi dalam organisasi akan menjurus ke
atas dan ke bawah melalui dan terikat kepada struktur hierarki. Di dalam praktek,
hal ini akan menyebabkan terlambatnya informasi diterima oleh yang
bersangkutan karena komunikasinya akan melalui beberapa tahapan. Perhatikan
gambar di bawah: B menerima komunikasi dari A setelah komunikasi itu melalui
jenjang ke atas, lalu turun lagi ke bawah. Oleh karena itu, perlu dibuka jalur
komunikasi horizontal, yang oleh Fayol disebut gangplank.22

21
22

Rosady Ruslan, op cit, hal. 90
Dann Sugandha, op cit, hal.91

20

Gambar 3. Jalur Komunikasi
C.

Komunikasi Efektif di Lembaga Pendidikan
Komunikasi efektif bagi pimpinan merupakan keterampilan penting karena

perencanaan, pengorganisasian, dan fungsi pengendalian dapat berjalan hanya
melalui aktivitas komunikasi. Komunikasi bagi pimpinan merupakan aspek
pekerjaan yang penting sebagai bagian dari fungsi organisasi. Masalah bisa
berkembang serius manakala pengarahan menjadi salah dimengerti; gurauan yang
membangun dalam kelompok kerja malah menyulut kemarahan; atau pembicaraan
informal oleh pimpinan terjadi distorsi (penyimpangan). Dengan kata lain bahwa
masalah komunikasi dalam organisasi adalah apakah anggota organisasi dapat
berkomunikasi dengan baik atau tidak?
1. Komunikasi Efektif
Secara terminologi efektivitas berarti menunjukkan taraf tercapainya suatu
tujuan, suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.23
Dengan kata lain, sesuatu disebut efektif apabila proses kegiatan itu waktunya
singkat, tenaga sedikit, hemat biaya, tetapi hasilnya sesuai dengan target.

23

Hasan Syadily, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baruvan Hocve, hal. 883

21

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang memberikan pengaruh
(efek) kepada orang yang menerima (komunikan). Pengaruh bisa terjadi dalam
bentuk perubahan sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan prilaku
(behavior). Ketiga hal ini sangat berpengaruh dalam upaya pemimpin (manajer)
untuk menggerakan orang-orang yang dipimpinnya dalam suatu organisasi.
Semua perubahan yang dihasilkan oleh proses komunikasi yang efektif ini akan
bermuara pada peningkatan kinerja karyawan yang bersangkutan, dan pada
akhirnya akan terjadi peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan.24
Dalam struktur komunikasi harus adanya suatu jaminan informasi dan
pikiran-pikiran akan mengalir bebas ke semua arah yang diperlukan, baik itu ke
bawah, ke atas, dan ke samping. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau
lebih ke dan dari setiap personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu
hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota. Garis-garis komunikasi hendaknya
dibuat sependek dan selangsung mungkin. Hendaknya bagi semua anggota untuk
bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima.
Tujuan dari suatu organisasi atau instansi tentunya dapat tercapai secara
optimal apabila proses komunikasinya lancar tanpa adanya suatu hambatan,
walaupun ada hambatan, maka komunikator dan komunikan harus dengan cermat
segera mengatasi permasalahan yang menyebabkan terjadi suatu hambatan,
sehingga proses komunikasi dapat berlangsung.
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi antara satu
individu dengan individu yang lain, untuk itu dari masing-masing individu
diharapkan

memiliki kamampuan serta keterampilan yang dibutuhkan dalam

proses komunikasi. Umpan balik sangat penting dalam komunikasi, umpan balik
adalah informasi tentang keberhasilan penerima dalam menangkap pesan yang
disampaikan oleh sumber sebagai kontrol efektivitas tindakan komunikator dan
untuk pedoman bagi tindakan selanjutnya. Dengan demikian ukuran dari
efektivitas komunikasi adalah dengan adanya umpan balik, yakni pemberian
tanggapan terhadap komunikator.
Jika pimpinan ingin mengetahui perilaku bawahannya setelah
24

M. Ma’ruf Abdullah, op cit, hal. 234

22

menerima informasi atau instruksi yang diberikan olehnya, maka umpan balik
perlu disediakan. Sarana umpan balik yang efektif adalah dimulai dari kesediaan
atasan untuk mau menerima semua saran, kritik, masukan, usul, tuntutan,
anjuran, dan sejenisnya dari bawahan. Jika kesediaan atasan telah ada, maka
umpan balik otomatis akan tercipta. Setiap informasi yang berupa perintah,
instruksi, atau keputusan dari pimpinan, maka dengan sendirinya bawahan
akan memberikan masukan sebagai umpan balik kepadanya.
Kesediaan atasan untuk menciptakan umpan balik ini termasuk
kesediaan untuk memperhatikan masukan dari bawahan tersebut. Kalau
sarana umpan balik disediakan, tetapi setiap masukan dari bawahan
dibiarkan berlalu tanpa kesan, atau diterima tanpa ada tindak lanjutan maka
lama-kelamaan umpan balik itu tidak akan efektif lagi. Suatu iklim yang
menganggap bawahan adalah manusia yang bisa berperanan dan merupakan
suatu potensi yang amat bermanfaat bagi pimpinan, perlu diciptakan agar
umpan balik benar-benar sebagai sarana yang efektif.25
2. Prinsip Dasar Komunikasi Efektif
Suksesnya komunikasi efektif dalam lembaga pendidikan berangkat dari
lima prinsif dasar atau hukum komunikasi yang efektif (The Five Inevitable Laws
of Effective Communication) meliputi Respect, Empathy, Audible, Clarity dan
Humble disingkat dengan REACH, yang berarti merengkuh atau meraih.
a. Hukum Respect,
yaitu sikap hormat dan menghargai lawan bicara. Dengan sikap ini kita
belajar agar lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Dengan informasi
yang telah disampaikan kita berusaha untuk memahami orang lain dan
menjaga sikap bahwa kita memang butuh akan informasi tersebut. Jika ini
terbangun maka kerjasama yang menghasilkan sinergi akan meningkatkan
kualitas hubungan antar manusia.

25

Miftah Thoha, op cit, hal. 181

23

b. Hukum Empathy,
yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Dalam hal ini kita berusaha untuk memahami sikap
seseorang serta ikut dalam kondisi yang sedang dialami oleh seseorang
tersebut, sehingga hubungan emosional pun akan lebih mudah terjalin.
Biasanya orang akan lebih senang berkomunikasi dengan orang yang
bisa membuat perasannya nyaman. Arti nyaman di sini adalah lebih pada
perhatian dan pengertian seseorang dalam memahami sikap orang lain.
c. Hukum Audible,
yaitu dapat didengar atau dapat dimengerti dengan baik. Kunci utama untuk
dapat menerapkan hukum ini dalam mengirimkan pesan adalah: (1) Buat
pesan mudah untuk dimengerti, (2) Fokus pada informasi yang penting, (3)
Gunakan ilustrasi untuk membantu memperjelas isi dari pesan tersebut, (4)
Taruhlah perhatian pada fasilitas yang ada dan lingkungan sekitar, (5)
Antisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul, (6) Selalu menyiapkan
rencana atau pesan cadangan (back up).
d. Hukum Clarity,
yaitu kejelasan dari pesan yang disampaikan. Sejatinya menentukan goal
yang jelas dari suatu pesan, dan tidak menyampaikan pesan yang dapat
menimbulkan interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kejelasan
dari pesan dibutuhkan adanya simbol atau isyarat, bahasa yang baik,
penegasan kata, dan istilah-istilah yang familiar. Ketika menyampaikan
sebuah pesan diusahakan jelas, tepat, meyakinkan, dan semenarik mungkin,
sehingga kesan dari pesan tersebut mampu bertahan lama.
e. Hukum Humble,
yaitu sikap rendah hati. Sikap rendah hati yang ditampilkan tidak menurunkan
kewibawaan di hadapan komunikan, bahkan sebaliknya semakin terhormat
dan secara otomatis ini dapat memuluskan tugas. Sikap seperti ini berarti juga

24

tidak sombong, karena dengan kerendahan hati, seseorang akan lebih
dihargai.26
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif
memerlukan kemampuan seseorang dalam menyampaikan pesan, menganalisis,
serta cepat tanggap tehadap situasi dan kondisi yang ada. Komunikasi efektif
menuntut kepekaan seseorang dalam situasi dan kondisi yang ada, bahkan telah
banyak kegagalan organisasi dikaitkan dengan komunikasi yang buruk. Masalah
yang paling sulit dalam komunikasi adalah bagaimana cara mendapatkan
perhatian dari para pendengar untuk memastikan bahwa mereka mendengarkan.
Sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kontak mata, ekspresi wajah,
postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal.
3. Teknik dan Strategi Komunikasi Efektif
Komunikasi

efektif

adalah

keinginan

semua

orang

dan

untuk

menghasilkan komunikasi efektif dibutuhkan teknik dan strategi komuniasi.
Setidaknya ada lima hal yang harus diperhatikan dalam teknik dan strategi
komunikasi efektif, yaitu:
a. Cara Penyampaian Pesan
Seorang komunikator harus memahami betul bagaimana teknik dan strategi
menyampaikan pesan sehingga sampai dan berterima di hati komunikan.
Selami kepribadian komunikan kita, terima komunikan kita sebagai pribadi
yang utuh yang memiliki latar belakang budaya, agama, pendidikan dan
lingkungan yang berbeda antara satu dengan lainnya.
b. Peran Bahasa
Bahasa menunjukkan bangsa, artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas
suatu bangsa. Idealnya memahami bahasa orang lain dalam berkomunikasi.
Dengan memahami bahasa orang lain, berarti berusaha untuk menghargai
Nurdin, Komunikasi Antar Personal Pendidik Mengajar Matematika Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Pangsid Kabupaten
Sidenreng Rappang (Penelitian Tesis), Makassar: Ilmu Komunikasi Pendidikan Universitas Satria
Makassar, 2011. Lihat juga Lihat Ibrahim Nasution, Komunikasi Efektif Supervisi Pendidikan,
Medan: IAIN SU, 2013
26

25

orang lain. Untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan dalam
berkomunikasi, gunakan kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami
hindari penggunaan jargon-jargon atau istilah-istilah yang tidak dipahami
komunikan, kalimat yang panjang apalagi bertele-tele sering mengaburkan
makna. Kepiawaian dalam menggunakan kalimat sederhana dan tepat dalam
berbahasa sangat mempengaruhi efektivitas komunikasi.
c. Cara Berbicara
Berbicara sebagai salah satu teknik berkomunikasi sangat membutuhkan
keterampilan, apalagi jika kita hendak mencapai komunikasi yang efektif
dengan orang lain. Diantaranya harus percaya diri, tidak gugup, mengucapkan
kata-kata dengan perlahan tetapi jelas, bicara dengan wajar, atur irama dan
tekanan suara, jangan monoton, atur pernapasan secara baik (menarik napas
dalam-dalam dan hindari sindrom seperti ungkapan eh, ah, anu).
d. Menciptakan Hubungan Baik
Komunikasi yang efektif juga bergantung pada kemampuan menciptakan
hubungan baik. Hubungan yang dijalin tidak sekedar hubungan struktural,
namun sebagai mitra sejajar dalam rangka menjalin interaksi dan mencapai
tujuan bersama.
e. Mendengar dengan Baik
Untuk melahirkan komunikasi yang efektif, komunikator tidak mesti monoton
menjadi pembicara namun juga mesti memiliki teknik untuk menjadi
pendengar yang baik untuk kelancaran komunikasinya.27
4. Indikator Komunikasi Efektif
Menurut Suranto, ada beberapa indikator komunikasi efektif yaitu sebagai
berikut:
a. Pemahaman
27

2013

Lihat Ibrahim Nasution, Komunikasi Efektif Supervisi Pendidikan, Medan: IAIN SU,

26

Kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh
komunikator. Tujuan dari komunikasi adalah terjadinya pengertian bersama,
penerimaan pesan oleh komunikan sesuai dengan pesan yang dikirim oleh
komunikator. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
penerima dalam menangkap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
b. Kesenangan
Apabila proses komunikasi itu selain berhasil menyampaikan informasi, juga
dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan ke dua belah pihak.
Suasana yang lebih rileks dan menyenangkan akan lebih enak untuk
berinteraksi dan akan timbul kesan yang menarik.
c. Pengaruh pada Sikap,
Tujuan berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi sikap. Jika dengan
berkomunikasi dengan orang lain, kemudian terjadi perubahan pada
perilakunya, maka komunikasi yang terjadi adalah efektif, dan sebaliknya.
d. Hubungan Makin Baik
Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan
kadar hubungan interpersonal. Seringkali jika orang telah memiliki persepsi
yang sama, kemiripan karakter, dan cocok, dengan sendirinya hubungan akan
terjalin dengan baik.28

Suranto, Komunikasi Efektif untuk Mendukung Kinerja Perkantoran, Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta, 2007
28

27

BAB III
KAJIAN LAPANGAN
A.

Sejarah Berdirinya SMA Hasbunallah Plus Tabalong
Lembaga pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya

menyiapkan, mencetak dan mewujudkan generasi yang memiliki akhlaq dan
kepribadian, intelektual yang cerdas serta beriman dan bertaqwa kepada Allah.
Pemikiran di atas menjadi dasar pijakan munculnya gagasan seorang tokoh agama
yang bemama KH. Akhmad Sanusi Ibrahim yang dikenal dengan nama Ustadz
Akhmad Jaro untuk membentuk sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan
Hasbunallah. Yayasan Hasbunallah berkeinginan besar untuk dapat merealisasi
dan mengakomodir keinginan dan harapan orang tua untuk bisa mewujudkan
pendidikan yang berkualitas, unggul dan memiliki ciri pendidikan Islam.
Untuk merealisasi keinginan tersebut Yayasan Hasbunallah melakukan
pendekatan dan menggalang mitra bersama PT. Pama Persada Nusantara untuk
membangun sarana dan prasarana fisik, kemudian lahan untuk bangunan
mendapat sumbangan dari seorang pengusaha yang bergerak di bidang properti H.
Nurdin Sa'ad, terletak di lahan komplek perumahan beliau, yaitu Komplek
Swadharma Lestari, Mabu'un, Tanjung.
Pada tahun 2006 mulai berdiri SD Hasbunallah, disusul oleh lembaga
pendidikan lainnya yaitu TK, SMP, dan SMA Hasbunallah Plus Tabalong yang
berada di dalam wilayah yang sama.

28

B.

Profil SMA Hasbunallah Plus Tabalong
Nama Sekolah

: SMA Hasbunallah Plus

No. Statistik Sekolah

: 302150807019

NPSN

: 30312602

Alamat Sekolah

: Komp. Perum Swadharma, Jln. Lestari Indah
No.01, Mabu’un, Murung Pudak, Tabalong

Status Sekolah

: Swasta

Didirikan pada Tahun

: 2009

Waktu Penyelenggaraan : Pukul 07.15 – 16.00
Visi SMA Hasbunallah Plus adalah ”Berprestasi dalam IPTEK dan maju
dalam IMTAQ.” Berdasarkan visi tersebut, maka misi yang ingin diwujudkan
SMA Hasbunallah Plus adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran IPTEK dan IMTAQ di sekolah,
2. Mendorong siswa berlomba untuk meningkatkan prestasi dalam IPTEK,
3. Membina dan mendorong kegiatan rohani, penelitian ilmiah, olah raga
prestasi, kesenian yang Islami, dan kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah.
Kepemimpinan SMA Hasbunallah Plus telah mengalami beberapa periode
kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
1. Drs. H. Tarsi Mugeni ( 1 Juli 2009 – 31 Januari 2011 )
2. H. Hairani Fauzi, S. Pd ( 31 Januari 2011 – 31 Juli 2013 )
3. H. Rifki Azhari, Lc ( 1 Agustus 2013 – Sekarang )
SMA Hasbunallah Plus Tabalong kini memiliki tenaga guru sebanyak 18
orang dan 2 orang tenaga administrasi. Dari jumlah tenaga pengajar tersebut 1
orang berijazah S2, 16 orang berijazah SI, dan 1 orang lulusan SLTA. Kemudian
dilihat dari statusnya 2 orang berstatus PNS, 13 orang berstatus Guru Tetap
Yayasan, dan 3 orang berstatus GTT.

29

C.

Komunikasi SMA Hasbunallah Plus Tabalong
1. Sistem Manajemen dan Metode Komunikasi
Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugasnya dalam berkomunikasi, baik

berkaitan dengan menyampaikan informasi, kebijakan, perintah, dan keputusan,
maupun untuk melakukan konsultasi, tindakan disiplin, perundingan, dan
negosiasi, memiliki sistem manajemen dan metode komunikasi tersendiri.
Kepala Sekolah sebagai top level dalam organisasi sekolah senantiasa
mendapatkan informasi, instruksi, dan kebijakan dari Dinas Pendidikan maupun
Yayasan. Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, Kepala Sekolah mengambil
langkah terlebih dahulu untuk mengkomunikasikannya dengan mengadakan rapat
bersama middle level, yaitu para Wakil Kepala Sekolah (Wakasek Kurikulum,
Kesiswaan, Sarana Prasarana, dan Humas). Adapun struktur organisasi SMA
Hasbunallah Plus periode saat ini adalah sebagai berikut:
Kepala Sekolah

H. Rifki Azhari, Lc

Wakasek Kurikulum

Rabiatul Fitriah, S. Pd

Wakasek Kesiswaan

H. Khalilurrahman, Lc

Wakasek Sarana Prasarana Akhmad Riza Wahidi, S. Pd
Wakasek Humas

Asliah Apriani, S. Hut

Tabel 2. Struktur Organisasi SMA Hasbunallah Plus
Dalam pertemuan tersebut membahas mengenai informasi dan kebijakan
yang diperoleh sekolah, kemudian mendiskusikannya bersama-sama untuk
tahapan pelaksanaan selanjutnya, serta Kepala Sekolah mendapatkan saran dan
masukan terkait hal tersebut.
Setelah itu, baru kemudian diadakan pertemuan dengan seluruh Wali Kelas
dan guru lainnya dalam rangka mensosialisasikan dan menginformasikan
kebijakan maupun prog

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2