Pelaksanaan Dokumentasi Kebidanan pada ibu bersalin oleh bidan di Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Pelayanan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan secara profesional, tersedia selama 24 jam dan berkelanjutan selama
seorang pasien kebidanan menjalani perawatan. Dengan demikian, pelayanan
kebidanan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di institusi tempat bidan tersebut memberikan
pelayanan kebidanan. Dokumentasi kebidanan tidak hanya merupakan dokumen
yang sah, tetapi juga merupakan instrumen untuk melindungi para bidan dan pasien.
Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan kebidanan, bidan mampu bekerja
sesuai dengan standar profesi yang telah ada. Sejak tahun 1950 pencatatan telah
mulai dilaksanakan oleh profesi perawat dan bidan. Pada tahun 1970 kebutuhan
kesehatan berkembang dan menuntut tanggung jawab bidan untuk melaksanakan
praktik secara mandiri, sehingga diperlukan pendokumentasian asuhan kebidanan.
Selama 10 tahun terakhir, pendokumentasian telah mengalami perkembangan pesat
seiring dengan pesatnya perkembangaan pelayanan kebidananan (Muslihatun, 2009).

Untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas diperlukan adanya standar
sebagai acuan bagi bidan dalam memberikan asuhan kepada klien. Berdasarkan
Kepmenkes

RI

No.938/Menkes/SK/VIII/2007,

standar

asuhan

kebidanan

adalahsebuah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktik kebidanan
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosaatau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi evaluasi dan pencatatan atau
dokumentasi dalam bentuk SOAP (Kepmenkes RI, 2007).
1

Universitas Sumatera Utara

2

Secara umum, dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli
yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi
kebidanan adalah bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis
yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan
kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan
sendiri (Hidayat, 2009).
Responsibilitas dan akuntabilitas profesi merupakan salah satu alasan
diadakannya dokumentasi asuhan kebidanan dalam pelayanaan kebidanan,
dokumentasi merupakan bagian dari kegiatan bidan setelah memberikan asuhan
kebidanan. Melalui dokumentasi ini, diharapkan tidak akan ada rencana asuhan yang
sama sekali tidak dilakukan serta bidan mampu memperkecil kesalahan dalam
melakukan asuhan kebidanan. Informasi dalam dokumentasi kebidanan dapat
digunakan pada saat terjadi kasus malpraktik yang menyangkut pemberian asuhan
kebidanan oleh bidan. Dokumentasi dapat bersifat kritis dalam menentukan apakah
asuhan kebidanan yang telah diberikan, telah memenuhi standar pelayanan
kebidanan atau tidak (Hidayat, 2009).

Bidan tidak boleh menganggap enteng kegiatan pendokumentasian asuhan
kebidanan. Praktisi hukum (hakim, jaksa maupun pengacara), pada umumnya
berpendapat bahwa catatan pasien dalam sebuah dokumentasi kebidanan merupakan
bukti terbaik menyangkut hal-hal yang benar terjadi pada diri pasien, dokumentasi
yang dibuat tepat waktu, akurat dan lengkap akan melindungi bidan dari gugatan
hukum (Muslihatun, 2009).
Kegiatan pendokumentasian juga merupakan salah satu hak dan kewajiban
bidan dimana setiap asuhan yang telah diberikan, bidan wajib melakukan
pendokumentasian terhadap semua asuhan kebidanan yang telah diberikan, dan

Universitas Sumatera Utara

3

pendokumentasian juga merupakan standar praktik kebidanan, untuk mencapai mutu
pelayanan yang baik maka bidan harus melaksanankan tugas nya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah (PPIBI, 2006).
Salah satu aspek dasar dari lima benang merah adalah pencatatan (rekam
medik) dalam asuhan persalinan normal. Berdasarkan data dari Dinas kesehatan
Kota Medan, jumlah puskesmas terdiri dari 39 puskesmas, tetapi dari 39 Puskesmas

diKota Medan hanya 3 puskesmas yang telah menerapkan sistem pendokumentasian,
yaitu Puskesmas Bromo, Puskesmas Sering, dan Puskesmas Medan Deli.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, jumlah bidan
praktik swasta yang berada Kecamatan Medan Deli adalah 34 BPS, dan peneliti
mewawancarai kepada 2 (dua) orang bidan didapatkan bahwa bidan tersebut tidak
lengkap dalam melakukan pendokumentasian.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai pelaksanaan dokumentasi kebidanan pada ibu bersalin oleh bidan di
Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2014.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah pelaksanaan dokumentasi kebidanan pada ibu
bersalin oleh bidan di Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2014 ?”.
C.

Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan dokumentasi kebidanan pada ibu bersalin
di Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

4

2.

Tujuan Khusus
a.

Untuk mengetahui karakteristik bidan di Kecamatan Medan Deli yang
memiliki BPS.

b.

Untuk mengetahui jumlah BPS yang menerapkan SOAP dan
partograf.


c.

Untuk mengetahui pelaksanaan dokumentasi kebidanan pada ibu
bersalin di Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2014
berdasarkan SOAP.

d.

Untuk mengetahui pelaksanaan dokumentasi kebidanan pada ibu
bersalin

di

Kecamatan

Medan

Deli

Kota


Medan

tahun

2014berdasarkan partograf.

D. Manfaat Penelitian
1. Dinas Kesehatan Kota Medan
Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan mengenai pelaksanaan
dokumentasi kebidanan pada ibu bersalin oleh bidan. Dengan demikian,
Dinas Kesehatan Kota Medan dapat memberikan intervensi yang diperlukan
untuk meningkatkan profesionalisme bidan dalam pelaksanaan dokumentasi
kebidanan.
2. Bagi Bidan
Sebagai bahan introspeksi diri oleh bidan dalam melaksanakan dokumentasi
benar sehingga dikemudian hari dapat melaksanakan pendokumentasian
kebidanan sesuai dengan standar.

Universitas Sumatera Utara