Pelaksanaan Pelayanan Nifas Oleh Bidan di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
PELAKSANAAN PELAYANAN NIFAS OLEH BIDAN DI KLINIK HARYANTARIKOTA MEDAN TAHUN 2014
RAHMADANI DENI PUTRI 135102084
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
Pelaksanaan Pelayanan Nifas Oleh Bidan Di Klinik Haryantari Tahun 2014
ABSTRAK
Rahmadani Deni Putri
Latar belakang : Pelayanan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriftif. Jumlah sampel dalam penelitian ini 33 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling. Penelitian ini menggunakan kuisioner dengan melakukan wawancara pada responden. Penelitian ini dilakukan di Klinik Haryantari Medan. Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebanyak 33 orang (100%), pemeriksaan suhu sebanyak 17 orang (51,5%), pemeriksaan nadi sebanyak 27 orang (81,2%), dan pemeriksaan pernafasan tidak dilakukan sebanyak 23 orang (69,7%). Pada pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lokhea dilakukan sebanyak 33 orang (100%), pemeriksaan payudara tidak dilakukan sebanyak 19 orang (57,6%). Pada pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dilakukan tentang ASI ekslusif, nutrisi, dan perawatan tali pusat sebanyak 33 orang (100%), kebersihan diri dilakukan sebanyak 24 orang (72,7%), istirahat dilakukan sebanyak 31 orang (93,9%), perawatan payudara dilakukan sebanyak 18 orang (54,5%), perawatan tali pusat dilakukan sebanyak 17 orang (51,5%), latihan/senam nifas tidak dilakukan sebanyak 23 orang (69,7%) dan tentang hubungan seksual tidak dilakukan sebanyak 19 orang (57,6%). Pemberian kapsul vitamin A tidak dilakukan sebanyak 33 orang (100%). Pelayanan keluarga berencana dilakukan sebanyak 33 orang (100%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian didapatkan masih ada pelayanan nifas yang belum diberikan. Oleh karena itu diharapkan bagi bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan nifas.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya
tulis ilmiah ini dengan judul “Pelaksanaan Pelayanan Nifas Oleh Bidan di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan,
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua program studi D-IV
Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Diah Lestari Nasution, SST., M.Keb, selaku pembimbing karya tulis ilmiah
yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis semoga Allah
memberikan balasan yang setimpal untuknya.
4. Bapak dr. Juliandi Harahap, M.A, selaku penguji I yang telah memberikan
masukan dan saran demi perbaikan proposal karya tulis ilmiah
5. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji II yang telah
memberikan masukan dan saran demi perbaikan proposal tulis ilmiah.
6. Orang Tua dan saudara yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan
serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat karya tulis
ilmiah ini.
(5)
telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
Penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT tempat berserah diri, semoga bimbingan dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal
dari-Nya.
Medan, Juli 2014
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Bagi Dinas Kesehatan ... 6
2. Bagi Bidan ... 6
3. Bagi pelayanan kebidanan ... 6\
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan (Tindakan) ... 7
B. Pelayanan Nifas ... 7
1. Pengertian Masa Nifas ... 7
2. Tahapan Masa Nifas ... 8
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas ... 8
4. Program dan Kebijakan Teknis ... 9
5. Perubahan fisiologis pada masa nifas ... 10
6. Proses adaptasi psikologis masa nifas ... 18
7. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas ... 19
8. Standar Pelayanan Nifas ... 23
9. Pelayanan Kesehatan Nifas ... 24
C. Bidan ... 25
1. Pengertian Bidan ... 25
2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas ... 25
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 26
B. Defenisi Operasional ... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
1. Populasi ... 28
2. Sampel ... 28
C. Tempat Penelitian ... 29
D. Waktu Penelitian... 29
E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 29
F. Alat Pengumpulan Data ... 30
(7)
I. Pengolahan data ... 32
J. Analisa Data ... 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 37
1. Interpretasi dan Diskusi hasil ... 37
2. Keterbatasan penelitian ... 43
3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Kebidanan ... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Frekuensi kunjungan pada masa nifas 9
Tabel 3.1 Defenisi Operasional 25
Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden di Klinik Haryantari Medan Tahun
2014 32
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemeriksaan tanda vital di Klinik
Haryantari Kota Medan tahun 2014 33
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemeriksaan tinggi fundus uteri di
Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 33
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemeriksaan lokhia dan pengeluran
pervaginam di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 34
Tabel 5.5.Distribusi frekuensi pelaksanaan pemeriksaan payudara di Klinik
Haryantari Kota Medan tahun 2014 34
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 35
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian kapsul vitamin Adi Klinik
Haryantari Kota Medan tahun 2014 36
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi pelaksanaan pelayanan keluarga berencana di Klinik
(9)
DAFTAR SKEMA
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Kegiatan Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Kuisioner
Lampiran 5 : Hasil Content Validity
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Hasil Output Data Penelitian
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Lampiran 9 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup
(11)
Pelaksanaan Pelayanan Nifas Oleh Bidan Di Klinik Haryantari Tahun 2014
ABSTRAK
Rahmadani Deni Putri
Latar belakang : Pelayanan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriftif. Jumlah sampel dalam penelitian ini 33 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling. Penelitian ini menggunakan kuisioner dengan melakukan wawancara pada responden. Penelitian ini dilakukan di Klinik Haryantari Medan. Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebanyak 33 orang (100%), pemeriksaan suhu sebanyak 17 orang (51,5%), pemeriksaan nadi sebanyak 27 orang (81,2%), dan pemeriksaan pernafasan tidak dilakukan sebanyak 23 orang (69,7%). Pada pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lokhea dilakukan sebanyak 33 orang (100%), pemeriksaan payudara tidak dilakukan sebanyak 19 orang (57,6%). Pada pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dilakukan tentang ASI ekslusif, nutrisi, dan perawatan tali pusat sebanyak 33 orang (100%), kebersihan diri dilakukan sebanyak 24 orang (72,7%), istirahat dilakukan sebanyak 31 orang (93,9%), perawatan payudara dilakukan sebanyak 18 orang (54,5%), perawatan tali pusat dilakukan sebanyak 17 orang (51,5%), latihan/senam nifas tidak dilakukan sebanyak 23 orang (69,7%) dan tentang hubungan seksual tidak dilakukan sebanyak 19 orang (57,6%). Pemberian kapsul vitamin A tidak dilakukan sebanyak 33 orang (100%). Pelayanan keluarga berencana dilakukan sebanyak 33 orang (100%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian didapatkan masih ada pelayanan nifas yang belum diberikan. Oleh karena itu diharapkan bagi bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan nifas.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu merupakan suatu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5 adalah
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu (KemenPPPA, 2011).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia (SDKI) tahun 2007
memperlihatkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun
2012 meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara dan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) tercatat jumlah Angka Kematian
Ibu (AKI) di Sumatera Utara tahun 2012 adalah 230 per 100.000 kelahiran hidup,
yang mana angka tersebut masih jauh dari target MDGs yaitu 102 per 100.000
kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain disebabkan oleh perdarahan
sebanyak 28 %, eklampsi sebanyak 24 %, infeksi sebanyak 11 %, komplikasi masa
puerperium sebanyak 8 %, Abortus 5 %, partus lama 5 %, Emboli obstetrik 3 % dan
lain-lain 11 % (KemenPPPA, 2011).
Lima pilar utama dalam strategi penurunan AKI adalah keluarga berencana, ANC
yang berkualitas, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan obstetrik
(13)
Pelayanan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu dan
bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi
terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam
waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan
bayi pada masa nifas dapat mencegah kematian pada ibu dan bayi (Saifuddin, 2006).
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Wiknjosastro, 2008). Pada masa nifas ini
terjadi perubahan-perubahan fisiologis maupun psikologis, yakni : perubahan fisik,
involusi uterus dan pengeluaran lokhia, laktasi atau pengeluaran air susu ibu,
perubahan sistem tubuh lainnya serta perubahan psikis (Maryunani, 2009).
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun
negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada
masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru risiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan.
Keadaan ini terutama disebabkan konsekuensi ekonomi, di samping
ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya fasilitas kesehatan dalam menyediakan
pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi
dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul
pada masa pascapersalinan (Wiknjosastro, 2008).
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
(14)
dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu
nifas dan meningkatkan cakupan keluarga berencana pasca persalinan dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu yaitu :
Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan,
kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah
persalinan, dan kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari
ke-42 setelah persalinan (Kemenkes, 2010).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan
pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan kf-3). Indikator ini menilai kemampuan
negara dalam menyediakan pelayanan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar
(Kemenkes, 2012)
Di Indonesia cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas pada tahun 2011 adalah
sebesar 76,96 %. Sedangkan di Sumatera Utara cakupan pelayanan kesehatan ibu
nifas tahun 2011 yaitu 22,96 % (Kemenkes, 2011). Selain itu berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kota Medan cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (kf-3) pada
tahun 2012 adalah sebesar 75,31 %. Sementara target untuk cakupan pelayanan
kesehatan ibu nifas sampai tahun 2015 adalah 90 %.
Salah satu strategi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu adalah peningkatan kualitas pelayanan kebidanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan, termasuk bidan (Direktorat Bina Kesehatan
Ibu, 2013). Bidan berperan penting dalam pemberian pelayanan pada masa nifas
untuk mendeteksi dini masalah yang mungkin terjadi sehingga dapat mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi, seperti perdarahan dan infeksi (Sulistyawati,
(15)
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sustini, Andajani dan
Marsudiningsih di Kabupaten Sidoarjo dan Lamongan Jawa Timur, mengenai
Pengaruh pendidikan kesehatan, monitoring dan perawatan ibu pascapersalinan
terhadap kejadian morbiditas nifas menunjukkan bahwa pelaksanaan monitoring
pada ibu nifas terbukti berhubungan dengan kejadian morbiditas nifas. Pelaksanaan
monitoring yang baik dapat memonitor keluhan atau kejadian morbiditas ibu
bermanfaat untuk deteksi dini kesakitan sehingga dapat segera dirawat, diobati, lama
sakit diperpendek, serta mencegah kematian ibu. Kurangnya monitoring ibu selama
masa nifas berdampak pada kemungkinan tidak tercatatnya morbiditas ibu. Selain
itu, Perawatan ibu pascapersalinan terbukti berhubungan dengan risiko terjadinya
morbiditas nifas. Pelaksanaan perawatan yang kurang baik dapat meningkatkan
risiko terjadinya morbiditas nifas.
Pengumpulan data dan kajian yang dilakukan oleh kementerian kesehatan
tentang kualitas pelayanan kesehatan ibu pada tingkat pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan di Indonesia tahun 2012 salah satunya mengenai tingkat kepatuhan bidan
praktik mandiri terhadap prosedur pelayanan kesehatan ibu nifas menunjukkan hasil
yang masih rendah yaitu dengan nilai median 69 % dan nilai maksimal 88 %. Maka
masih perlunya perbaikan dan peningkatan prosedur pelayanan kesehatan ibu nifas
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu (Direktorat Bina Kesehatan
Ibu, 2013).
Survey awal yang dilakukan dengan mewawancarai ibu nifas di Klinik
Haryantari kepada 3 (tiga) orang ibu nifas didapatkan bahwa ibu telah mendapatkan
pelayanan nifas namun masih ada yang kurang seperti pemeriksaan payudara dan
(16)
lebih lanjut mengenai pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan di di Klinik Haryantari
Kota Medan tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian adalah “bagaimana pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan di Klinik
Haryantari Kota Medan tahun 2014”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan di di Klinik
Haryantari Kota Medan tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakeristik responden
b. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada ibu nifas oleh
bidan di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014.
c. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan tinggi fundus uteri pada ibu nifas
oleh bidan di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014.
d. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan lokhia pada ibu nifas oleh bidan
di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014.
e. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan payudara pada ibu nifas oleh
bidan di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014.
f. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi
(17)
g. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas
oleh bidan di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014.
h. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan keluarga berencana pada ibu nifas
oleh bidan di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan
Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan mengenai pelaksanaan pelayanan
nifas oleh bidan. Dengan demikian Dinkes Kota Medan dapat memberikan
intervensi yang diperlukan untuk meningkatkan profesionalisme bidan dalam
pelayanan nifas.
2. Bagi Bidan
Sebagai bahan intropeksi diri oleh bidan dalam memberikan pelayanan nifas
yang benar sehingga di kemudian dapat melaksanakan pelayanan nifas sesuai
dengan standar.
3. Bagi pelayanan kebidanan
Sebagai dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dasar bagi penelitian
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan (Tindakan)
Pelaksanaan (tindakan) memiliki 4 tingkatan yaitu : 1) Persepsi (perseption)
adalah mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan, 2) Respon
Terpimpin adalah melakukan segala sesuatu sesuai dengan dengan urutan yang
benar, 3) mekanisme adalah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, 4)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dan dilakukan
dengan baik.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dengan observasi tindakan tersebut sedangkan tidak langsung dengan
wawancara terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
B. Pelayanan Nifas 1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas atau pueperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Wiknjosastro, 2008)
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Periode ini berkisar antara 4 sampai 6 minggu (Cunningham, 2013)
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Periode pemulihan pasca partum berlangsung
(19)
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009), masa nifas di bagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Saifuddin (2006), tujuan asuhan pada ibu nifas :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik dan psikologik.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat
(20)
4. Program dan Kebijakan Teknis
Menurut Saifuddin (2006), program dan kebijakan teknis pada masa nifas adalah :
Tabel 2.1
Frekuensi kunjungan pada masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Mendeteksi dan marawat penyebab lain perdarahan; rujuk jika perdarahan berlanjut
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dn bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2 6 hari setelah persalinan Memastikan involusi uterus berjalan normal;
uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah
persalinan
Sama seperti 6 hari setelah persalinan
4 6 minggu setelah
persalinan
Menyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
(21)
5. Perubahan fisiologis pada masa nifas a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
a) Ivolusi
Proses kembalinya alat reproduksi pada kondisi sebelum hamil disebut
involusi (Wiknjosastro, 2006). Pada involusi uterus, lapisan luar dari desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan neurotik (layu atau mati) (Sulistyawati.
2009).
Penurunan dalam ukuran uterus dicapai melalui autolysis kelebihan protein
intraseluler dan sitoplasma di dalam miometrium. Produk sisa yang dihasilkan
oleh proses ini ditransfer ke dalam sistem vaskular maternal dan di buang melalui
ginjal (Waslh, 2008).
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua atau
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan
penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai
dengan warna dan jumlah lokhia. Desidua yang tersisa di dalam uterus setelah
pelepasan dan ekspulsi plasenta dan membran terdiri dari lapisan zona basalis
dan lapisan zona spongiosa desidua basalis (pada tempat perlekatan plasenta) dan
desidua parietalis (melapisi bagian uterus) (Varney, 2008).
Desidua yang tersisa berdiferensiasi menjadi dua lapisan. lapisan superfisial
menjadi nekrotik dan meluruh masuk ke dalam lokia. Lapisan basal yang
berdekatan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber endometrium
baru. Regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali tempat perlekatan
(22)
Regenerasi endometrium lengkap pada tempat perlekatan plasenta memakan
waktu hampir enam minggu (Varney, 2008).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba TFU yaitu setelah janin lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat, setelah
plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 (dua) jari dibawah pusat, pada hari kelima
postpartum tinggi fundus uteri pertengahan simpisis pusat, dan setelah 10 hari tinggi fundus uteri tidak teraba lagi (Wiknjosastro, 2006)
Berat Uterus setelah lahir adalah 1000 gr, pada akhir minggu postpartum
berat uterus 500 gr, pada 2 minggu postpartum menjadi 300 gr dan pada 6
minggu postpartum fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 40-60 gr
(Wiknjosastro, 2006).
b) Lokia
Lokia adalah sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium
(Varney, 2008). Lokia terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel epitel
dan bakteri (Cunningham, 2013).
Nama deskriptif lokia berubah sesuai dengan perubahan warnanya, yaitu lokia
rubra, serosa dan alba. Lokia rubra berwarna merah karena berisi darah dan
jaringan desidua. Lokia ini mulai keluar setelah pelahiran dan terus berlanjut
selama dua hingga tiga hari pertama postpartum.
Lokia serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lokia rubra,
lokia serosa merah muda. Lokia ini berhenti sekitar tujuh hingga delapan hari
kemudian dengan warna merah muda, kuning atau putih hingga transisi menjadi
lokia alba lokia serosa mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan
(23)
Lokia alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh postpartum dan hilang sekitar
periode dua hingga empat minggu. Warna lokia alba putih krem terutama
mengandung leukosit dan sel desidua (Varney, 2008).
Lokhia mulai terjadi pada jam-jam pertama pasca partu, berupa secret kental
dan banyak. Berturut-turut, banyaknya lokhia semakin berkurang. Warna aliran
lokhia harian cenderung semakin terang, yaitu berubah menjadi merah tua,
kemudian coklat, dan merah muda. Aliran lokhia yang tiba-tiba kembali berwarna
merah segar bukan merupakan temuan normal dan memerlukan evaluasi (Varney,
2008).
c) Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk serviks agak menganga seperti
corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh
darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil.
Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak pernah
akan kembali ke kekeadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam
rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu k-6
postpartum, serviks sudah menutup kembali (Wiknjosastro, 2006).
2) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
(24)
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
Pada masa nifas biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka dan vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara preprimen (sembuh dengan
sendiri), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis
yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis (Sulistyawati, 2009).
3) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil (Sulistyawati, 2009).
b. Perubahan pada payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Apakah wanita menyusui atau tidak, ia dapat mengalami kongesti
payudara selama beberapa hari pertama pascapartumn karena tubuhnya
mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayinya (Varney, 2008).
Pengkajian payudara pada periode awal postpartum meliputi penampilan
putting susu, adanya kolostrum, adanya mastitis (Varney, 2008). Dengan penerangan
yang baik, bidan melakukan rabaan daerah sekitar payudara, termasuk daerah aksila,
harus teraba normal karena benjolan atau massa yang tidak lazim dijumpai
menunjukkan saluran ASI yang tersumbat. Kemudian bidan memeriksa bagian
sebelah dalam dengan melakukan palpasi secara hati-hati dan mencatat setiap daerah
(25)
c. Perubahan Sistem Pencernaan
Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jam setelah
melahirkan. Kecuali ada komplikasi pelahiran, tidak ada alasan untuk menunda
pemberian makan pada wanita pascapartum yang sehat lebih lama dari waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal.
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada pueperium awal karena kurangnya
makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita
mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia
kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika melakukan
defekasi (Varney, 2008).
d. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinker dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini
mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan 12-36 jam postpartum. Kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odema dan hyperemia, kadang-kadang
odema tigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual
(norma kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung
(26)
e. Perubahan Sistem musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament
rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan, sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang
berlagsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih
lunak dan kendur. Pemulihan dibantu dengan latihan (Wiknjosastro, 2006).
f. Perubahan Sistem Endokrin
Menurut Sulistyawati (2009), perubahan sistem endokrin pada masa nifas
adalah:
1) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human
Corionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam
3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 postpartum.
2) Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
3) Hypotalamik Pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena
(27)
4) Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga
aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat memengaruhi kelenjar
mamae dalam menghasilkan ASI.
g. Perubahan Tanda Vital
Menurut Sulistyawati (2009), perubahan tanda vital pada masa nifas adalah:
1) Suhu
Dalam 1 hari (24 hari) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,5°- 38°C)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yng
melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini ada kemungkinn infeks
3) Tekanan Darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara
tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke tekanan
darah sebelum hamil selama beberapa hari (Varney,2008). Tekanan darah tinggi
pada saat postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi postpartum
(Sulistyawati, 2009). Bidan bertanggung jawab mengkaji risiko preeklampsia
pascapartum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan
(28)
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
dan denyut nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.
h. Perubahan sistem kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kelahiran
melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darah dan haemokosentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam
haemokosentrasi akan naik dan pada section caesaria haemokosentrasi cenderung
stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu (Ambarwati, E.R, & Diah Wulandari,
2008).
Setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif
akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan
menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Perubahan ini terjadi pada 3-5 hari
postpartum (Wiknjosastro, 2006).
i. Perubahan sistem hematologi
Selama berminggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma,
serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukosititosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
(29)
tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.
Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal mass
postpartum sebagai akibat dari volume darah plasenta, dan tingkat volume darah
yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan
hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7
postpartum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah
putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi,
namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada
keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan
tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan
normal (Sulistyawati, 2009).
6. Proses adaptasi psikologis masa nifas
Reva Rubin dalam (Ambarwati, E.R, & Diah Wulandari, 2008) membagi periode
ini menjadi 3 bagian, antara lain :
a.Periode Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering
berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung
(30)
dengan menjaga komunikasi baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian
ekstra makanan untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang
meningkat.
b.Periode Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam
merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan
karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
c.Periode letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini
7. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas a. Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
(31)
akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan (Ambarwati, E.R, &
Diah Wulandari, 2008).
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan
diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup, minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Pil
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin seta minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI-nya (Saifuddin, 2006).
b. Ambulasi dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi awal
dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan sambil bidan melakukan
observasi perkembangan pasien dari jam demi sampai hitungan hari. Kegiatan ini
dilakukan secara meningkat secara berangsur-angsur frekuensi dan intensitas
aktivitasnya sampai pasien dapat melakukan sendiri tanpa pendampingan sehingga
tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.
Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung,
paru-paru, demam, dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat.
Keuntungan dari ambulasi dini antara lain, penderita merasa lebih sehat dan
lebih kuat, faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik serta memungkinkan
bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya
(Sulistyawati, 2009).
c. Eliminasi (Buang Air Kecil dan Buang Air Besar)
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil.
(32)
jalan lahir. Bidan harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing sesegera
mungkin setelah persalinan akan mengurangi komplikasi post partum.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar karena
semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk
buang air besar secara lancer. Feses yang tertahan dalam usus semakin lama
mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus
(Sulistyawati, 2009).
d. Kebersihan diri
Bidan menganjurkan membersihkan seluruh tubuh, mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti
untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan pada ibu
untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar,
menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari serta sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah
luka (Saifuddin, 2006).
e. Istirahat
Bidan menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup, tidur siang atau istirahat saat
bayinya tidur untuk mencegah kelelahan yang berlebihan dan sarankan ibu untuk
kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan. Beritahu ibu
jika kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI, memperlambat proses
involusi dan memperbanyak perdarahan serta menyebabkan depresi dan
(33)
f. Seksual
Secara fisik ibu aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Namun beberapa budaya dan agama mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai batas waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan
(Saifuddin, 2006).
g. Latihan/Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa
nifas dilakukan seawal mingkin dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan
normal dan tidak ada penyulit postpartum. Bidan mendiskusikan dengan ibu
pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul untuk kembali normal. Ini
akan mengembalikan kekuatan otot perut dan panggul sehingga mengurangi rasa
sakit pada punggung. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan membantu
untuk mengencangkan otot bagian perut (Saifuddin, 2006).
h. Perawatan payudara
Bidan menganjurkan ibu untuk menjaga payudara tetap bersih dan kering serta
menggunakan BH yang menyokong payudara. Apabila putting susu lecet oleskan
kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai
menyusui (Saifuddin, 2006).
i. Keluarga berencana
Idealnya pasangan menunggu 2 tahun untuk ibu hamil lagi. Petugas kesehatan
dapat membantu merencanakan dan mengajarkan mereka tentang cara mencegah
(34)
bagaimana metode tersebut dapat mencegah kehamilan, cara penggunaan,
kelebihan, kekurangan, serta efek sampingnya (Saifuddin, 2006)
k. Kebutuhan pada bayi baru lahir
Bidan memberitahu mengenai perawatan bayi seperti kebersihan pada bayi
yaitu basuh bayi dengan kain/ busa setiap mandi, setiap kali bayi buang air kecil dan
besar, bersihkan bagian perinelnya dengan air sabun, serta keringkan dengan baik,
kotoran bayi dapat menyebabkan infeksi sehingga harus dibersihkan, pemenuhan
nutrisi pada bayi dengan ASI (Saifuddin, 2006). Perawatan tali pusat pada bayi
yaitu dengan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat,
jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun
ke puntung tali pusat, lipat popok dibawah puntung tali pusat, luka tali pusat harus
dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT dan sabun dan
segera keringkan dengan seksama dengan menggunakan kain bersih (Sulistyawati,
2009).
8. Standar Pelayanan Nifas
Buku Standar Pelayanan Kebidanan menyatakan bahwa standar pelayanan dalam
nifas adalah :
a) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu di mulainya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemia, dan infeksi.
b) Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Setelah Persalinan
Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan
aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.
(35)
dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan
batin antara ibu dan bayi.
c) Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari
setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI ekslusif.
9. Pelayanan Kesehatan Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi
dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu
nifas dan meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan
nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu : Kunjungan nifas pertama
pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan, kunjungan nifas ke dua
dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan, kunjungan nifas
ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan
(Kemenkes, 2010)
Pelayanan yang diberikan menurut Kementerian Kesehatan adalah :
a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu).
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi).
c) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam .
d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan.
e) Pemberian komunikasi , informasi dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan
bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana.
f) Pemberian kapsul vitamin A 200 IU sebanyak 2 kali, pertama segera setelah
melahirkan, kedua setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A yang pertama
(36)
C. Bidan
1. Pengertian Bidan
Menurut ICM (Internasional Confederation of Midwives), bidan
adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan kebidanan, yang
diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi
terkait tentang kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan
atau memiliki izin formal untuk parktik kebidanan (Soepardan, 2008).
2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Menurut Wulandari & Handayani (2011), peran dan tanggung jawab bidan
dalam nifas adalah memberikan perawatan dan support sesuai kebutuhan ibu
secara partnership dengan ibu. Selain itu juga dengan cara:
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas
c) Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
e) Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
(37)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan nifas oleh
bidan di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014. Kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
Skema 3.1
Kerangka konsep pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan di Klinik Haryantari Kota Medan 2014
Pelaksanaan Pelayanan Nifas
‐ Pemeriksaan tanda vital.
‐ Pemeriksaan tinggi fundus uteri.
‐ Pemeriksaan lokhia.
‐ Pemeriksaan payudara.
‐ Pemberian komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE).
‐ Pemberian kapsul vitamin A.
(38)
B. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional No Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
Skala ukur 1. Pelaksanaan pelayanan nifas Kegiatan yang dilakukan oleh bidan meliputi: ‐ Pemeriksaan tanda vital. ‐ Pemeriksaan tinggi fundus uteri. ‐ Pemeriksaan lokhia. ‐ Pemeriksaan payudara . ‐ Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). ‐ Pemberian kapsul vitamin A ‐ Pelayanan keluarga berencana
Kuisioner Wawancara 1 = Dilakukan 0 = Tidak dilakukan
(39)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan di Klinik Haryantari Kota
Medan tahun 2014.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan setiap subjek yang memenuhi karakteristik yang telah
ditentukan (Sastroasmoro & Sofyan, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh ibu nifas dua hari Post Partum di Klinik Haryantari Kota Medan dengan
jumlah 24 orang per bulan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga
dianggap mewakili populasi (Sastroasmoro & Sofyan, 2011). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan metode accidental
sampling yaitu pengambilan sampel dengan responden yang kebetulan ada atau tersedia suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Jumlah
(40)
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Haryantari Kota Medan dengan pertimbangan
belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan November 2013 sampai dengan Juni
2014.
E. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya surat diajukan ke tempat
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan etik yaitu : peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden
tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden
bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed
consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri
selama proses pengumpulan data berlangsung. Catatan mengenai data responden
dijaga kerahasiaannya dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen
penelitian, tetapi menggunakan inisial dan data-data yang diperoleh dari responden
(41)
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
tentang pelayanan nifas yang telah diberikan oleh bidan dengan bentuk pertanyaan
tertutup.
Instrument terdiri dari dua bagian, bagian pertama merupakan data demografi
responden yang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan responden. Bagian kedua
yaitu kuisoner yang berisikan pertanyaan tentang pelayanan nifas oleh bidan.
Kuisioner ini meliputi 18 pertanyaan yang meliputi pemeriksaan tanda vital terdiri
dari 4 pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 1 sampai 4, pemeriksaan tinggi fundus
uteri 1 pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 5, pemeriksaan lokhia 1 pertanyaan yaitu
pertanyaan nomor 6, pemeriksaan payudara terdiri dari 1 pertanyaan yaitu pertanyaan
nomor 7, pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) terdiri dari 9
pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 8 sampai 16, pemberian kapsul vitamin A terdiri
dari 1 pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 17, dan pelayanan KB terdiri dari 1
pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 18. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara
kepada responden dan memberi tanda checklist ( √ ) pada kolom yang disediakan dengan dua pilihan yaitu dilakukan dan tidak dilakukan tindakan. Jika tindakan
dilakukan diberi skor 1 dan jika tidak dilakukan diberi skor 0.
G. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini dilakukan
dengan content validity yaitu dengan cara memberikan kuisioner kepada orang yang
lebih ahli dalam hal ini dilakukan oleh master kebidanan dengan hasil Content
(42)
mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya
diharapkan 0.7 atau lebih.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan instrumen penelitian,
artinya seberapa sering pun instrumen yang sama digunakan pada sampel yang sama
maka hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
Alpha Cronbach dengan koefisien alpha mendekati angka 0,6 dinyatakan reliabel. Uji reabilitas dilakukan kepada 10 responden yang tidak termasuk sampel dengan
nilai koefisien alpha yaitu 0,8.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti setelah mendapat surat izin penelitian
dari Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
dan mengajukan permohonan izin kepada Kepala klinik tempat penelitian. Setelah
mendapatkan calon responden maka peneliti menjelaskan tentang prosedur
penelitian, manfaat penelitian kepada respoden. Peneliti meminta kesediaan
responden untuk mengikuti penelitian.
Setelah mendapat persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden
dengan menandatangani informed concent, pengumpulan data dimulai. Peneliti
melakukan wawancara kepada responden tentang pelaksanaan pelayanan nifas yang
telah diberikan oleh bidan. Kemudian peneliti memberi tanda checklist ( √ ) pada kolom sesuai dengan jawaban responden. Setelah selesai pengisian, peneliti
kemudian memeriksa kelengkapan data, jika ada data yang kurang atau belum diisi
maka dapat langsung dilengkapi. Setelah data terkumpul semua dengan lengkap
(43)
I. Pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2010), pengolahan data dilakukan dengan :
1. Pemeriksaan data ( Editing)
Setelah para responden mengisi kuisioner dan dikumpulkan, serta peneliti
selesai wawancara, peneliti langsung memeriksa kembali hasil dari pengisian
masing-masing responden apakah sudah terisi dengan baik dan lengkap.
Dalam pemeriksaan tersebut tidak ada kuisioner yang kosong. Setelah yakin
tidak ada yang kosong peneliti melanjutkan dengan pemberian kode.
2. Pengkodean Data (coding)
Setelah semua kuisioner diisi dengan baik dan lengkap, peneliti melanjutkan
pemberian kode pada setiap pertanyaan.
3. Pemasukan data (entry)
Setelah diberi kode kemudian peneliti memasukkan setiap data kedalam
master tabel dan kemudian diolah secara komputerisasi.
4. Pembersihan data (cleaning)
Setelah data dimasukkan ke komputer, diperiksa kembali sehingga
benar-benar bersih dari kesalahan.
J. Analisa Data
Analisa data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden,
lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi. Metode statistik untuk analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik univariat dimana analisa data
(44)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan nifas
oleh bidan di Klinik Bersalin Haryantari Medan Tahun 2014 dengan jumlah bidan 5
orang dan mempergunakan sampel sebanyak 33 orang mendapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden di Klinik Haryantari Medan Tahun 2014 (n = 33)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur
< 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun
2 28 3 6,1 84,8 9,1 Pendidikan SD SMP SMA PT - 4 20 9 - 12,1 60,6 27,3 Pekerjaan IRT PNS Swasta Wiraswasta 22 3 4 4 66,7 9,1 12,1 12,1
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat dari tiga puluh tiga responden, mayoritas
respoden memiliki umur 20-35 tahun sebanyak 28 orang (84,8 %), berdasarkan
tingkat pendidikan mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 20 orang (60,6 %), dan
mayoritas responden memiliki pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebanyak 22 orang
(45)
2. Pelaksanaan pelayanan nifas oleh bidan di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
a. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital Tabel 5.2
Distribusi frekuensi pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada ibu nifas di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 (n = 33)
Pemeriksaan tanda vital
Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
Tekanan darah 33 100 0 0
Suhu 17 51,5 16 48,5
Nadi 27 81,2 6 18,2
Pernafasan 10 30,3 23 69,7
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat seluruh responden menjawab dilakukan
tindakan pemeriksaan tekanan darah sebanyak 33 orang (100%), mayoritas
responden menjawab dilakukan tindakan pemeriksaan suhu sebanyak 17 orang
(51,5%), mayoritas responden menjawab dilakukan tindakan pemeriksaan nadi
sebanyak 27 orang (81,2 %), dan mayoritas responden menjawab tidak dilakukan
tindakan pemeriksaan pernafasan sebanyak 23 orang (69,7%).
b. Pelaksanaan pengukuran tinggi fundus uteri Tabel 5.3
Distribusi frekuensi pelaksanaan pengukuran tinggi fundus uteri pada ibu nifas di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 (n =33)
Pertanyaan Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
Pemeriksaan tinggi fundus uteri
33 100 0 0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat semua responden menjawab dilakukan
tindakan pelaksanaan pemeriksaan tinggi fundus uteri yaitu sebanyak 33 orang
(46)
c. Pelaksanaan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam Tabel 5.4
Distribusi frekuensi pelaksanaan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam pada ibu nifas di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 (n=33)
Pertanyaan Dilakukan Tidak dilakukan F % F %
Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam
33 100 0 0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat semua responden menjawab dilakukan
tindakan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam sebanyak 33 orang
(100%).
d. Pelaksanaan pemeriksaan payudara Tabel 5.5
Distribusi frekuensi pelaksanaan pemeriksaan payudara pada ibu nifas di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 (n=33)
Pertanyaan Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
Pemeriksaan payudara 14 42,4 19 57,6
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat mayoritas responden menjawab tidak
(47)
e. Pelaksanaan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada ibu nifas di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 (n=33)
Pemberian komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE)
Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
ASI ekslusif 33 100 0 0
Nutrisi 33 100 0 0
Kebersihan diri 24 72,7 9 27,3
Istirahat 31 93,9 2 6,1
Latihan/senam nifas 10 30,3 23 69,7
Perawatan payudara 18 54,5 15 45,5
Perawatan tali pusat 33 100 0 0
Perawatan bayi
sehari-hari 17 51,5 16 48,5
Hubungan seksual
setelah melahirkan 14 42,4 19 57,6
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat pelaksanaan komunikasi, edukasi, dan
informasi (KIE) didapatkan bahwa seluruh responden menjawab dilakukan tindakan
konseling mengenai pemberian ASI ekslusif, nutrisi, dan perawatan tali pusat
sebanyak 33 orang (100 %).
Selain itu mayoritas responden menjawab dilakukan tindakan konseling
tentang kebersihan diri sebanyak 24 orang (72,7%), konseling tentang istirahat
sebanyak 31 orang (93,9 \%), konseling perawatan payudara sebanyak 18 orang
(54,5%), konseling perawatan bayi sehari-hari sebanyak 17 orang (51,5%), mayoritas
responden menjawab tidak dilakukan tindakan konseling tentang latihan/senam nifas
sebanyak 23 orang (69,7%) dan konseling tentang hubungan seksual setelah
(48)
f. Pelaksanaan pemberian kapsul vitamin A Tabel 5.7
Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 (n=33)
Pertanyaan Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
Pemberian kapsul vitamin A 0 0 33 100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat seluruh responden menjawab tidak
dilakukan tindakan pemberian kapsul vitamin A sebanyak 33 orang (100%).
g. Pelaksanaan pelayanan keluarga berencana Tabel 5.8
Distribusi ferkuensi pelaksanaan pelayanan keluarga berencana pada ibu nifas di Klinik Haryantari Kota Medan tahun 2014 (n=33)
Pertanyaan Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
Pelayanan keluarga berencana
33 100 0 0
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat seluruh responden menjawab dilakukan
tindakan pelaksanaan pelayanan keluarga berencana sebanyak 33 orang (100%).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, diuraikan pembahasan tentang pelaksanaan
pelayanan nifas oleh bidan di klinik Haryantari kota Medan tahun 2014.
1. Interpretasi dan Diskusi hasil a. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Klinik Haryantari Kota Medan
(49)
orang (84,8 %), mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 20 orang (60,6 %), dan
mayoritas pekerjaan IRT sebanyak 22 orang (66,7 %).
b. Pelaksanaan Pemeriksaan Tanda Vital Pada Ibu Nifas oleh Bidan di klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 33 respoden semua responden
telah mendapatkan tindakan pemeriksaan tekanan darah yaitu 100 %.
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara
tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke tekanan darah
sebelum hamil selama beberapa hari (Varney,2008).
Kemungkinan tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat menandakan
terjadinya pre eklampsia post partum (Sulistyawati, 2009). Bidan bertanggung
jawab mengkaji risiko preeklampsia pascapartum, komplikasi yang relatif jarang,
tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan (Varney, 2008).
Dari hasil penelitian mayoritas respoden telah mendapatkan tindakan
pengukuran suhu yaitu 17 orang (51,5 %).
Suhu badan wanita sesudah partus naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi
tidak melebihi 380C. Sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu tubuh
akan kembali normal. Bila suhu badan lebih dari 380C, kemungkinan terjadi infeksi
(Winkjosastro, 2006). Oleh karena itu pemeriksaan suhu oleh bidan sangat
diperlukan untuk mengetahui tanda-tanda infeksi pada ibu sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan dini sehingga infeksi dapat diobati dengan segera.
Dari hasil penelitian mayoritas ibu telah mendapatkan tindakan pemeriksaan
(50)
Pada masa nifas dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia sedangkan
badan tidak panas, kemungkinan adanya perdarahan yang berlebihan (Winkjosastro,
2006). Oleh karena itu pemeriksaan nadi diperlukan agar dapat memonitoring ibu
sehingga dapat dideteksi secara dini bahaya selama nifas.
Dari hasil penelitian mayoritas respoden tidak mendapatkan tindakan
pemeriksaan respirasi atau pernafasan yaitu 23 orang (69,7%).
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya
kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi, asma, dan embolus paru
(Varney, 2008).
c. Pelaksanaan Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri oleh Bidan di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
Dari hasil penelitian didapatkan seluruh responden mendapatkan pemeriksaan
tinggi fundus uteri sebanyak 33 orang (100%).
Pemeriksaan tinggi fundus uteri merupakan salah satu perubahan involusi
pada uterus. Menurut Bobak (2005), involusi adalah proses kembalinya uterus ke
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
betujuan untuk memantau normal dan mendeteksi penyimpangan awal dari normal
Alexander et al (1997) dalam Islami (2010) melakukan studi prospektif
dengan meneliti apakah pengkajian involusi uteri yang dilakukan oleh bidan dapat
digunakan untuk memprediksi masalah perdarahan pervaginam. Bukti yang
diperoleh menunjukkan bahwa observasi ini memang bisa memprediksi wanita
(51)
d. Pelaksanaan Pemeriksaan Lokhia dan Pengeluaran Pervaginam Pada Ibu Nifas di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
Dari hasil penelitian, didapatkan seluruh responden mendapatkan
pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam yaitu 33 orang (100%).
Lokhia adalah sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama
puerperium. Lokhia mulai terjadi pada jam-jam pertama pasca partu, berupa sekret
kental dan banyak. Berturut-turut, banyaknya lokhia semakin berkurang. Warna
aliran lokhia harian cenderung semakin terang, yaitu berubah menjadi merah tua,
kemudian coklat, dan merah muda. Aliran lokhia yang tiba-tiba kembali berwarna
merah segar bukan merupakan temuan normal dan memerlukan evaluasi (Varney,
2008).
Oleh karena itu pemeriksaan pengeluaran pervaginam penting untuk
menentukan apakah kehilangan ini normal atau tidak. Menurut Varney (2008),
Penyebab dari tidak normalnya warna dan jumlah lokhia bisa karena bagian plasenta
yang tertinggal dan atonia uteri.
e. Pelaksanaan Pemeriksaan Payudara Pada Ibu Nifas oleh Bidan di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
Dari hasil penelitian didapatkan hasil mayoritas responden tidak
mendapatkan tindakan pemeriksaan payudara sebanyak 19 orang (57,6 %).
Pengkajian payudara pada periode awal postpartum meliputi penampilan
putting susu, adanya kolostrum, adanya mastitis (Varney,2008). Bidan melakukan
rabaan daerah sekitar payudara, termasuk daerah aksila, harus teraba normal karena
benjolan atau massa yang tidak lazim dijumpai menunjukkan saluran ASI yang
(52)
palpasi secara hati-hati dan mencatat setiap daerah yang terasa nyeri ketika disentuh
(Farrer, 2001).
Dengan demikian pemeriksaan payudara penting dilakukan untuk dapat
mengindentifikasi keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya. Hal ini kan menjadi
masalah pada pemenuhan nutrisi bayi dan keberhasilan ASI eksklusif nantinya.
f. Pelaksanaan Pemberian Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pada Ibu Nifas oleh Bidan di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
Dari hasil penelitian seluruh responden telah mendapat komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) mengenai ASI ekslusif, nutrisi, dan perawatan tali pusat sebanyak
100 %, mayoritas responden telah mendapatkan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) mengenai konseling tentang kebersihan diri sebanyak 72,7%, konseling
tentang istirahat sebanyak 93,9%, konseling perawatan payudara sebanyak 54,5%
dan konseling perawatan bayi sehari-hari sebanyak 51,5 %. Selain itu mayoritas
responden tidak mendapatkan konseling tentang latihan/senam nifas sebanyak
69,7% dan konseling tentang hubungan seksual setelah melahirkan sebanyak
57,6%.
Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) penting dilakukan pada
ibu terutama bagi wanita yang baru pertama kali melahirkan dan manjadi ibu, yang
mungkin memiliki sedikit atau tidak berpengalaman.
Berdasarkan penelitian oleh Sustini (2003), bahwa pendidikan kesehatan
kepada ibu dan keluarga sangat bermanfaat bagi kesadaran mereka untuk melakukan
monitoring kesehatan ibu. Dengan pemberian pendidikan kesehatan berpengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan ibu dan kesadaran untuk melakukan sesuatu
(53)
Berdasarkan hal tersebut dengan adanya komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) diharapkan pengetahuan ibu bertambah sehingga kesakitan selama masa nifas
dapat dicegah secara dini.
g. Pelaksanaan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas oleh Bidan di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
Dari hasil penelitian didapatkan semua responden tidak mendapatkan kapsul
vitamin A yaitu 33 responden (100%).
Pemberian vitamin A dapat meningkatkan kualitas air susu ibu (ASI),
meningkatkan daya tahan tubuh dan memberikan meningkatkan nutrisi vitamin A
pada bayi melalui ASI (Dewi, 2010)
Oleh karena itu sebaiknya vitamin A diberikan kepada ibu nifas mengingat
pentingnya vitamin A untuk mengurangi kekurangan vitamin A pada bayi. Pada
bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi sangat bergantung pada vitamin A yang
terkandung dalam ASI.
Studi yang dilakukan pada anak-anak berusia enam bulan yang ibunya
mendapatkan kapsul vitamn A setelah melahirkan menunjukkan adanya penurunan
jumlah kasus demam pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih
cepat saat mereka terkena ISPA (Dewi, 2010)
h. Pelaksanaan Pelayanan Keluarga Berencana pada Ibu Nifas oleh Bidan di Klinik Haryantari Kota Medan Tahun 2014
Dari hasil penelitian didapatkan semua responden mendapat pelayanan
(54)
Jika seseorang tidak menyusui, haid biasanya kembali dalam 6 sampai 8
minggu. Akan tetapi kadang-kadang sulit untuk menentukan secara klinik tanggal
spesifik siklus haid pertama setelah persalinan. Ovulasi terjadi rata-rata pada minggu
ke-7 (Cunningham, 2013).
Pada wanita yang menyusui berovulasi lebih jarang dibandingkan dengan
wanita tidak menyusui. Ibu yang menyusui dapat haid secepatnya bulan kedua atau
selambat-lambatnya pada bulan ke-18. Namun risiko kehamilan pada ibu menyusui
kira-kira 4 persen pertahun.
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Petugas kesehatan dapat membantu merencanakan dan mengajarkan
mereka pasangan yang baru melahirkan untuk mencegah kehamilan. Biasanya
wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama meneteki (amenore laktasi). Metode ini dapat dipakai sebelum haid
pertama kembali. Risikonya 2 persen kehamilan.
Penggunaan kontrasepsi lebih aman jika ibu telah mendapatkan haid kembali.
Petugas kesehatan menjelaskan macam-macam metode kontrasepsi, bagaimana
metode tersebut dapat mencegah kehamilan, cara penggunaan, kelebihan,
kekurangan, serta efek sampingnya serta kapan metode itu dapat mulai dipakai
untuk wanita pascasalin yang menyusui (Saifuddin, 2006).
2. Keterbatasan Penelitian
Adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana dari peneliti sehingga jumlah
sampel yang diambil masih terbatas dan belum tergeneralisasikan pada populasi.
(55)
kuesioner yang mempunyai dampak yang sangat subyektif sehingga kebenaran
data sangat bergantung pada kejujuran dari responden.
3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Kebidanan
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi layanan kebidanan agar
dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas sesuai dengan yang
(56)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pelaksanaan pelayanan nifas
oleh bidan di klinik Haryantari kota Medan tahun 2014 dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Karakteristik responden diperoleh bahwa mayoritas responden berumur 20-35
tahun sebanyak 28 orang (84,8 %), berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas
responden berpendidikan SMA sebanyak 20 orang (60,6 %) serta berdasarkan
pekerjaan mayoritas responden memiliki pekerjaan IRT sebanyak 22 orang
(66,7%).
2. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital, diperoleh semua responden mendapatkan
pemeriksaan tekanan darah 100 %, mayoritas responden mendapatkan
pemeriksaan suhu sebanyak 17 orang (51,5 %) dan pemeriksaan nadi sebanyak
27 orang (81,2 %). Sedangkan pemeriksaan pernafasan mayoritas responden
tidak mendapatkan tindakan sebanyak 23 orang (69,7%).
3. Pelaksanaan pemeriksaan tinggi fundus uteri semua responden mendapat
tindakan sebanyak 100 %.
4. Pelaksanaan pemeriksaan lokhea semua responden mendapat tindakan
sebanyak 100 %.
5. Pelaksanaan pemeriksaan payudara mayoritas respoden tidak mendapatkan
tindakan sebanyak 57,6 %.
6. Pelaksanaan pemberian komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) seluruh
(57)
dan perawatan tali pusat yaitu sebanyak 100 %, mayoritas responden
mendapatkan konseling tentang kebersihan diri sebanyak 24 orang (72,7%),
konseling tentang istirahat sebanyak 31 orang (93,9%), konseling perawatan
payudara sebanyak 18 orang (54,5%), dan konseling perawatan bayi sehari-hari
sebanyak 17 orang (51,5 %). Selain itu, mayoritas responden tidak
mendapatkan konseling tentang latihan/senam nifas sebanyak 23 orang
(69,7%) dan konseling tentang hubungan seksual setelah melahirkan sebanyak
19 orang (57,6%).
7. Pelaksanaan pemberian kapsul vitamin A semua responden tidak mendapatkan
kapsul vitamin A.
8. Pelaksanaan pelayanan keluarga berencana semua respoden mendapatkan
tindakan sebanyak 100%.
B. Saran
1. Bagi dinas kesehatan
Diharapkan kerjasama dinas kesehatan dengan organisasi profesi untuk
peningkatan pelayanan kesehatan dalam pelayanan nifas dengan memberikan
pelatihan pelayanan nifas bagi bidan.
2. Bagi bidan
Diharapkan kepada bidan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan nifas
dengan melakukan pelayanan nifas sesuai dengan yang telah ditetapkan untuk
dapat mendeteksi secara dini masalah yang terjadi pada ibu nifas, seperti
pemeriksaan pernafasan dan pemeriksaan payudara. Pemberian Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada ibu nifas juga perlu diperhatikan agar
(58)
kesehatannya dengan ikut secara aktif mendeteksi permasalahan yang ada pada
dirinya seperti latihan atau senam nifas yang baik untuk mengembalikan
otot-otot perut dan panggul setelah melahirkan, serta hubungan seksual setelah
melahirkan yang berpengaruh terhadap alat reproduksi ibu. Selain itu
diharapakan dapat memberikan kapsul vitamin A pada ibu nifas.
3. Bagi pelayanan kebidanan
Diharapkan dapat dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pelayanan
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R., & Diah Wulandari. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
Amelia, Siti. (2013, Oktober). Angka Kematian Ibu Tinggi. Diakses pada Tanggal 10 Desember 2013. http://www.koran-sindo.com
Badan Pusat Statistik. (2008). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : BPS.
___________________. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : BPS.
Cunningham FG, Mac Donald PC, Gan NF et al. (2013). Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: EGC
Dinas Kesehatan Kota Medan. (2012). Rekap Laporan PWS-KIA Ibu. Medan : Depkes RI
Dewi, Voony Khresna,dkk. 2010. Peran Bidan di Desa dan Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Ibu Nifas. Berita Kedokteran Masyarakat, 26(2), 63-70
Fakultas Keperawatan USU. (2012). Panduan Karya Tulis Ilmiah. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Farrer, Helen. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
IBI. 2006. Standar pelayanan kebidanan. Jakarta : IBI
Islami. (2011). Efektifitas Kunjugan Nifas.Tehadap Pengurangan Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjaddi Pada Ibu Selama Nifas.Stike. Semarang : FK Unissula. KemenPPPA. (2011). Angka Kematian Ibu Melahirkan. Diakses pada tanggal 20
Oktober 2013. www.meneggpp.go.id.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI
_____________________________________. (2010). Pedoman PWS KIA. Jakarta: Kemenkes RI
(60)
Direktorat Bina Kesehatan Ibu. (2013). Pengumpulan dan Kajian Kualitas Pelayana Kesehatan Ibu Pada Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan di Indonesia Tahun 2012. Jakarta. Kemenkes RI.
_____________________________________. (2013). Rencana Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI.
Maryunani, Anik. (2009). Asuhan pada ibu dalam masa nifas (postpartum). Jakarta : TIM.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Rukiyah, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : CV Trans Info Media.
Sastroasmoro, Sudigdo & Sofyan Ismae. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Keempat. Jakarta : Binarupa Aksara
SDKI. (2008). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: BPS
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan kebidanan pad Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset.
Sustini F, Andajani S, Marsudiningsih A. (2003). Pengaruh Pendidikan Kesehatan, Monitoring, dan Perawatan dan Perawatan Ibu PascaPersalinan Terhadap Kejadian Morbiditas Nifas di Kabupaten Sidoarjo dan Lamongan Jawa Timur. Buletin Peneltian Kesehatan, 31(2), 80-81.
Syaifuddin, A.B et al. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Syaifuddin, A.B. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Varney, Helen. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC
Walsh, Linda V. (2008). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. (2006). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
_________________. (2008). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
(61)
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
PELAKSANAAN PELAYANAN NIFAS OLEH BIDAN DI KLINIK HARYANTARI KOTA MEDAN TAHUN 2014
No Kegiatan
Waktu
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan
judul
2 Penyusunan proposal 3 Sidang
proposal 4 Perbaikan
proposal
5 Penelitian
6 Pengumpulan dan analisa data
7 Konsul Kti
8 Ujian KTI 9 Perbaikan
(62)
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Assalammualaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera
Dengan hormat,
Saya Rahmadani Deni Putri, sedang menjalani pendidikan di program D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sedang
melakukan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Pelayanan Nifas oleh Bidan di Klinik
Haryantari Kota Medan tahun 2014”.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan, termasuk
bidan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan Keluarga Berencana
Pasca Persalinan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Pelayanan Nifas oleh Bidan di Klinik Haryantari.
Saya akan melakukan wawancara kepada ibu tentang pelaksanaan Pelayanan Nifas
oleh Bidan yang meliputi :
a. Karakteristik ibu yang meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan ibu.
b. Melakukan wawancara tentang pelaksanaan Pelaksanaan Pelayanan Nifas oleh
bidan jika ibu bersedia dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan da digunakan untuk kepentingan peneliti.
(63)
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpatisipasi pada
penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu
yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan
ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami siapkan.
Medan , Februari 2014
Peneliti
(64)
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya telah diminta dan memberikan izin untuk berperan serta dalam
penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pelayanan Nifas oleh Bidan di Klinik
Haryantari Kota Medan tahun 2014” yang dilakukan oleh mahasiswa Program D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Saya mengerti bahwa informasi atau data yang saya berikan dirahasiakan.
Semua berkas yang mencantumkan identitas subyek penelitian hanya digunakan
untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak di pergunakan dimusnakan.
Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasian data.
Saya mengerti bahwa risiko yang terjadi tidak ada. Apabila ada
pertanyaan-pertanyaan respon yang tidak nyaman atau berakibat negatif terhadap saya, maka
peneliti menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak kepada saya
untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa risiko apapun.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia ikut serta dalam penelitian ini.
Medan, 2014
Responden
(65)
Lampiran
PROGRA BIDAN PEND
1. N
2. U
3. Pe
4. Pe
RAHASI HANYA UNTUK PENELI n 4 AM N DIDIK FAK o Responde mur respon endidikan re ekerjaan IA A K ITI
PELAKS
OLEH BI
KOT
KULTAS K U I. I en nden espondenSANAAN P
IDAN DI K
TA MEDA
KEPERAW UTARA TA IDENTITA S SPELAYAN
KLINIK HAAN TAHU
WATAN UN AHUN 2014 AS RESPON SD SMA Ibu Rumah PNS Swasta Wiraswasta ThnNAN NIFA
ARYANTAUN 2014
NIVERSITA NDEN S h tangga aAS
ARI AS SUMAT SMP Perguruan T D-IV TRA Tinggi(1)
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
tekanan darah 10.80 19.067 .386 .898
Suhu 11.20 18.178 .396 .900
Nadi 11.00 17.333 .663 .890
Pernafasan 11.40 17.378 .651 .890
tinggi fundus uteri 10.80 19.067 .386 .898
Lokhia 10.80 18.622 .554 .894
Payudara 11.20 17.067 .663 .890
asi ekslusif 10.80 18.622 .554 .894
Nutrisi 10.80 19.511 .223 .902
kebersihan diri 11.10 16.544 .815 .883
Istirahat 10.90 17.433 .745 .887
latihan atau senam nifas 11.50 18.278 .493 .895
perawatan payudara 11.10 16.544 .815 .883
perawatan tali pusat 10.70 20.233 .000 .902
perawatan bayi sehari-hari 11.10 16.544 .815 .883 hubungan seksual setelah
melahirkan
11.20 17.511 .554 .894
vitamin A 11.70 20.233 .000 .902
KB 10.80 18.622 .554 .894
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)