Pengetahuan dan Tindakan Perawat tentang Pemberian Cairan Pada Pasien Luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba. Namun sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga tentang fakta dan
kenyataan, selain itu juga melalui pengalaman dan proses belajar dalam
pendidikan baik bersifat formal dan informal.
Pengetahuan yang ada didalam diri manusia bertujuan untuk dapat
menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan
digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini
pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya(Notoatmojo, 2007).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1.


Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
atau recall terhadap suatu hal yang spesifik dan seluruh badan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
7
Universitas Sumatera Utara

8

2.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara
benar.
3.


Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4.

Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu sruktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.
5.

Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan.
6.


Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari para perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan(Notoadmojo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

9

Rogers dalam Notoadmojo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum
mengadopsi perilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan,
yakni:
1.

Awarness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengerti


terlebih dahulu terhadap stimulus.
2.

Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap

subjek mulai terbentuk.
3.

Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.

Trial (Mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5.

Adoption (Beradaptasi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan


pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket
(kuisioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dan subjek
penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmojo, 2003).
Terhadap data yang kuantitatif, peneliti dapat mengolahnya dengan cara
statistik dan non-statistik. Apa yang disebut sebagai analisa dan non-statistik
adalah mencari proporsi, mencari persentase dan ratio. Dan terhadap pekerjanan
analisis ini, orang yang menyebutnya sebagai analisis statistik sederhana sehingga
hasil pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan menjadi:

Universitas Sumatera Utara

10

1.

Baik, jika menjawab pertanyaan benar sebanyak > 75%


2.

Cukup, jika menjawab pertanyaan benar sebanyak 60 – 75%

3.

Kurang, jika menjawab pertanyaan < 60% (Arikunto, 2002).

2.1.4 Fungsi Pengetahuan
Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu,
untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya
unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui
oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau sedemikian rupa sehingga
tercapai suatu konsistensi. Jadi, sikap berfungsi sebagai suatu skema, yaitu suatu
cara strukturisasi agar dunia disekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan
mengorganisasikannya (Azwar, 2007).
2.1.5


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003), dalam faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain:
1.

Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan
epidemiologi untuk keperluan perbandingan, maka WHO mengajukan
perbandingan sebagai berikut :
a.

0-14 tahun : bayi dan anak-anak

b.

15-49 tahun : muda dan dewasa

c.


60 tahun keatas : orang tua

Semakin bertambah umur, maka semakin bertambah pula pengetahuan yang
dimiliki seseorang.

Universitas Sumatera Utara

11

2.

Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

3.

Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Akan
tetapi, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pula pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh oleh orang tersebut.

4.

Minat
Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal
dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

5.

Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Ada kecenderungan pengalaman yang
kurang baik dan berusaha untuk dilupakan seseorang. Namun, jika
pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara psikologis
akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi

kejiwaannya,

dan

akhirnya

dapat

membentuk

sikap

positif

dalam

kehidupannya.

Universitas Sumatera Utara


12

6.

Sumber informasi
Informasi adalah data yang diperoleh kedalam suatu bentuk yang mempunyai
arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan
saat itu atau keputusan mendatang. Kemudahan untuk memperoleh suatu
informasi untuk membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru.

7.

Kepercayaan
Kepercayaan merupakan dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang
diharapkan dari objek tertentu kepercayaan datang dari apa yang telah
diketahui, kemudian akan terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat
atau karakteristik suatu objek.

8.

Intelegensi
Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu berfikir dan bertindak
secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.

9.

Belajar
Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan dan
setiap kegiatan belajar diharapkan akan ada perubahan dari individu seperti
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

10. Media massa
Sebagai sasaran komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan.

Universitas Sumatera Utara

13

Sedangkan menurut Budiman (2013), mengatakan bahwa tingkat
pengetahuan seseorang dipengaruhi banyak faktor yaitu pendidikan, informasi,
sosial ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.
Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi
pendidikan seseorang diharapkan semakin luas pula pengetahuannya. Namun,
perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu untuk memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Sosial dan ekonomi juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
memengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

Universitas Sumatera Utara

14

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam.
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2.2 Luka Bakar
2.2.1 Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap
berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar
akan didiami oleh bakteri pathogen; mengalami eksudasi dengan perembasan
sejumlah besar air, protein serta elektrolit, dan memerlukan pencangkokkan kulit
dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen
(Smeltzer & Suzanne C, 2002). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh
kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
listrik, bahan kimia dan rasiasi (Nugroho, 2012).
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
peranan dalam homeostatis. Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari
berbagai trauma dan merupakan penahan terhadap bakteri, virus dan jamur.
Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur oleh vasodilatasi atau sekresi

Universitas Sumatera Utara

15

kelenjar-kelenjar keringat dan tanpa adanya kulit, maka cairan tubuh yang penting
akan menguap dan elektrolit tubuh akan hilang dalam beberapa waktu. Kulit
terdiri dari dua lapisan epidermis dan dermis (Marrieb, 2001).
1.

Epidermis adalah merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh
sel-sel epitel. Sel-sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit
(sel terbanyak pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan langerhans.
Epidermis terdiri dari lima lapisan, dari yang paling dalam yaitu stratum
basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum
corneum.

2.

Dermis adalah merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembulu
darah, dan pembulu darah limfe. Selain itu dermis juga tersusun atas kelenjar
keringat, sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri atas dua lapisan yaitu
papilaris dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan
retikularis.

2.2.3

Derajat Luka Bakar
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat

panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu
Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/
derajat, yaitu sebagai berikut :
1.

Luka Bakar Derajat I:
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit hiperemik
berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan
khusus.

Universitas Sumatera Utara

16

2. Luka Bakar Derajat II:
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi.
Dibedakan atas 2 (dua) bagian
A. Derajat II dangkal/ superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/
dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebacea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk cicatrik.
B. Derajat II dalam/ deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan
epitel tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut
hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan.
3.

Luka Bakar Derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai
mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami
kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang
terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-ujung

Universitas Sumatera Utara

17

sensori rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi
spontan (Noer S.M, 2006)
Menurut American Burn Association (ABA), berat ringannya derajat luka
bakar dapat diketahui melalui 3 hal,yaitu:
1.

2.

3.

Luka bakar ringan
a.

Luka bakar derajat II < 15% pada dewasa

b.

Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak

c.

Luka bakar derjat III < 2%

Luka bakar sedang
a.

Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa

b.

Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak

c.

Luka bakar derajat III < 10%

Luka bakar berat
a.

Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa

b.

Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak

c.

Luka bakar derajat III 10% atau lebih

d.

Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/
perineum.

e.

Luka bakar dengan inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

Pada fase awal kehilangan cairan melalui eksudat pada luka bakar lebih dari
30% adalah sekitar 2-3 l/hari dengan kandungan protein kurang lebih 30 g/l.

Universitas Sumatera Utara

18

2.2.4

Etiologi Luka Bakar
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karna panas, dingin atau zat kimia.

Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat
panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler (dehidrasi) (Moenadjat, 2003).
2.2.5

Jenis-Jenis Luka Bakar
Berat-ringan luka bakar berhubungan dengan jenis penyebab luka bakar,

ditempat pertama adalah luka bakar disebabkan oleh listrik dan petir; kedua, oleh
karena zat kimia (baik asam maupun basa); ketiga, oleh karena api, dan keempat
oleh karena minyak panas, terakhir oleh air panas. Kerusakan yang disebabkan
oleh cidera listrik dan kimia demikian hebat dan memiliki kekhususan. Listrik
menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah;
dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembulu darah, khususnya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi kedistal. Kerusakan bersifat
progresif dari waktu ke waktu. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak baik kontak degan sumber arus maupun ground. Bahan kimia menyebakan
destruksi jaringan karena reaksi kimiawi yang timbul. Destruksi jaringan
demikian hebat terutama disebabkan oleh asam atau basa kuat. Luka bakar
disebabkan bahan kimia seringkali disertai gangguan metabolisme dan berlanjut
dengan chemical pneumonitis (Yefta, 2003).

Universitas Sumatera Utara

19

Sedangkan Menurut Moenadjat (2003) ada 4 tipe luka bakar, yaitu:
1.

Luka bakar ternal (Thermal Burns)
Luka bakar ternal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api ditubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya misalnya plastik logam panas, dan lainlain.

2.

Luka bakar kimia (chemical burns)
Luka bakar kimia biasanya disebakan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang
sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.

3.

Luka bakar listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakkan yang dibedakan karena arus, api dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi kedistal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik
kontak dengan sumber arus maupun ground.

4.

Luka bakar radiasi (radiation exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahri
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

Universitas Sumatera Utara

20

2.2.6

Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Luasnya
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal

dengan rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1.

Kepala dan leher

: 9%

2.

Lengan masing-masing 9%

: 18%

3.

Badan depan 18%, badan belakang 18%

: 36%

4.

Tungkai masing-masing 18%

: 36%

5.

Genetalia / perineum

: 1%

2.2.7 Perawatan Luka Bakar
Suatu penanganan yang terdiri dari membersihkan luka, mengangkat
jahitan, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses
penyembuhan luka (Hidayat, 2008). Perawatan luka bakar ada dua cara:
1.

Perawatan terbuka (exposure method) adalah mudah dan murah, permukaan
luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit
berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya mitras
argenti, alas tidur menjadi kotor

2.

Perawatan tertutup (occlusive dressing method) adalah dilakukan dengan
memberikan balutan

yang dimaksudkan untuk

menutup luka

dari

kemungkinan kontaminasi.
Penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti kaidah standar
Advanced Trauma Life Support dari komite Trauma American College Of
Surgeons. Pada survei primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D (Nugroho,

2012).

Universitas Sumatera Utara

21

1.

A (Airway)
Jalan nafas adalah sumbatan jalan atas (larynx, pharinx) akibat cedera
inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi
“stridor hoarness”. Tindakan dengan membersihkan jalan napas, memberikan
oksigen,

trakeostomi,

pemberian

kortikosteroid

dosis

tertinggi

dan

antibiotika.
2.

B (Breathing)
Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri
atau eschar melingkar di dada. Tindakan yang dilakuakan kaji dan monitor
kemampuan bernafas, memberikan oksigen, melakukan tindakan kedaruratan
jalan napas agresif.

3.

C (Circulation)
Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi
karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel
dinding pembuluh darah). Dalam hal ini tindakan yang perlu dilakukan oleh
perawat adalah auskultasi bising usus perhatikan hipoaktif tak ada bunyi,
perhatikan jumlah kalori, dan kaji ulang persen area permukaan tubuh
terbakar/luka tiap minggu.

4.

D (Disability)
a.

Penanganan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik
pada

kulit

yang

vital

dan

elemen

di

dalamnya,

pembatasan

pembentukkan jaringan parut.

Universitas Sumatera Utara

22

1) Pertolongan pertama :
a) Jauhkan korban dari sumber panas.
b) Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.
c) Kaji kelancaran jalan nafas korban
d) Beri pendinginan atau menyiram dengan air dingin 20º-30 ºC
dan bersih sangat menolong karena; menurunkan suhu sehingga
menggurangi dalamnya luka, mengurangi nyeri, mengurangi
oedema, mengurangi kehilangan protein.
Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut
(Nugroho, 2012).

2.3 Sikap
2.3.1

Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2003). Sikap merupakan
organisasi pendapat keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif
disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk
membuat respon dan berprilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Sunaryo,
2004). Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi)
pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek dilingkungan sekitarnya(Azwar, 2007).

Universitas Sumatera Utara

23

2.3.2

Struktur Sikap
Struktur sikap menurut Azwar (2007) terbagi tiga komponen, yaitu:

1.

Komponen kognitif (cognitive)
Disebut juga persepsual yang berisi kepercayaan individu yang berhubungan
terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan,
pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional
dan informasi dari orang lain).

2.

Komponen efektif (emotional)
Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu terhadap
objek sikap baik yang postif (rasa senang) maupun negatif ( tidak senang).
Reaksi emosional banyak yang dipengaruhi oleh apa yang kita percayai
sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.

3.

Komponen konatif
Komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan
bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

2.3.3

Fungsi Sikap
Menurut attkinson dkk, seperti dikutip dalam Sunaryo (2004), sikap

memiliki 5 fungsi, yakni sebagai berikut:
1.

Funsi intrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau
manfaat dan menggambarkan keadaan keinginan dan tujuan.

2.

Fungsi pengetahuan ego, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambil
untuk melindungi diri kecemasan atau ancaman harga dirinya.

Universitas Sumatera Utara

24

3.

Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada
dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu
yang bersangkutan(misalnya, individu yang telah menghayati ajaran agama,
sikapnya akan tercermin dalam tutur kata, perilaku, dan perbuatan yang
dibenarkan oleh agamanya).

4.

Fungsi pengetahuan, yaitu setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu,
ingin dimengerti, ingin dapat banyak pengalaman dan pengetahuan yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.

Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebgai bentuk adaptasi
dengan lingkungan.

2.3.4

Tingkatan Sikap
Menurut Maulana (2009), tingkatan sikap terbagi atas menerima

(receiving) berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

Merespon (responding) berarti memberi jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. Menghargai
(valuing) berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible) berarti sikap yang paling tinggi,
dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih,
meskipun mendapat tantangan dari keluarga.
2.3.5

Determinan Sikap
Menurut Azwar (2007), ada 4 hal penting yang menjadi determinan (faktor

penentu) sikap individu, yaitu (a) faktor fisiologis, faktor yang penting adalah
umur adalah kesehatan, yang menentukan sikap individu. (b) faktor pengalaman
langsung terhadap objek sikap, pengalaman langsung yang dialami individu

Universitas Sumatera Utara

25

terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek
tertentu. (c) faktor kerangka ancuan, kerangka ancuan yang tidak sesuai dengan
objek sikap akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.
(d) faktor komunikasi sosial, informasi yang diterima individu akan dapat
menyebabkan perubahan sikap pada individu tersebut.
2.3.6

Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli seperti

Sarlito Wirawan Sarwono (2010), Bimo Walgito (2010) pada intinya sama, yaitu:
1.

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnibility) dan dibentuk
berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu
dalam hubungan dengan objek.

2.

Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat, untuk itu
sehingga dapat dipelajari.

3.

Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.

4.

Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan
atau banyak objek.

5.

Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

6.

Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan
dengan pengetahuan.

2.3.7

Pembentukkan dan Pengubahan Sikap
Faktor yang mempengaruhi pembentukkan dan pengubahan sikap

sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan
dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama
hidupnya. Pada manusia sebagai mahluk sosial, pembentukkan sikap tidak lepas

Universitas Sumatera Utara

26

dari pengaruh interaksi manusia atau dengan yang lain (eksternal). Di samping itu,
manusia juga sebagai mahluk individual, sehingga apa yang datang dari dalam
dirinya (internal), juga mempengaruhi pembentukkan sikap.
1.

Faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam individu. Dalam hal ini individu menerima,
mengelola dan mendidik serta menentukan mana yang akan diterima dan
mana yang tidak (faktor fisiologis).

2.

Faktor eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mebentuk dan
mengubah sikap (Sunaryo, 2004).
Menurut Azwar (2007), ada beberapa cara untuk membentuk atau

mengubah sikap individu, yaitu:
1.

Adopsi
Adopsi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap melalui
kejadian yang terjadi berulang dan terus menerus sehingga lama kelamaan
secara bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu dan akan
mempengaruhi pembentukkan serta perubahan terhadap sikap individu.
a.

Difensial
Adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap karena sudah
memiliki pengetahua, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur.

b.

Integrasi
Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang
terjadi secara tahap demi tahap.

Universitas Sumatera Utara

27

c.

Trauma
Trauma adalah suatu carauntuk pembentukan dan perubahan sikap
melalui suatu kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga
menimbulkan kesan mendalamdalam diri individu tersebut.

d.

Generalisasi
Generalisasi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap
karena pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu,
dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau
sebaliknya.

2.3.8

Sikap Perawat dalam Merawat Pasien
Sikap yang perlu dimiliki oleh seorang perawat pasien agar dapat

memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan harapan pasien, antara
lain:
1.

Setiap perawat harus memiliki sikap yang ramah terhadap semua orang,
terlebih terhadap pasien.

2.

Setiap perawat harus memiliki sikap menaruh kasih sayang terhadap sesama,
terlebih dahulu bagi yang membutuhkan.

3.

Setiap perawat harus memiliki sikap yang dapat memberikan rasa aman pada
pasien, bukan menimbulkan kecemasan, kegelisahan dan rasa takut.

4.

Setiap perawat harus memiliki sikap menaruh perhatian terhadap kebutuhan
yang diperlukan oleh pasien.

5.

Setiap perawat harus memiliki sikap yang dicirikan dengan suara lembut dan
murah senyum. Dengan suara yang lembut dan murah senyum, paling tidak

Universitas Sumatera Utara

28

pasien yang sedang sakit akan merasa senang, simpati, dan tidak menilai
judes terhadap perawat.
6.

Setiap perawat harus memiliki sikap yang dapat dipercaya, karena dengan
kepercayaanlah harga diri dan kepribadian orang dapat dinilai.

7.

Setiap perawat harus memiliki sikap percaya diri, jangan minder. Oleh karean
itu, perlu banyak belajar, manambah dan meningkatkan pengetahuan, serta
keterampilan keperawatan.

8.

Setiap perawat harus memiliki sikap dapat menahan diri, jangan sampai
menyalahkan , mengkritik, menyudutkan, dan mempermalukan pasien
maupun keluarganya yang dapat menambah berat penyakitnya.

9.

Setiap perawat harus memiliki sikap agar pasien tidak ketergantungan pada
perawat.

10. Setiap perawat harus memiliki sikap untuk dapat menghindari ucapan yang
dapat menyinggung perasaan pasien.
11. Setiap perawat harus memiliki sikap penuh pengertian dan pengabdian.
12. Setiap perawat harus memiliki sikap riang gembira, tidak cemberut dimuka
pasien umum.
13. Setiap perawat harus memiliki sikap yang kooperatif atau mudah diajak
kerjasama dengan pasien maupun tim kesehatan lainnya.
14. Setiap perawat harus memiliki sikap yang memungkinkan dapat membantu
dalam mengatasi kesulitan pasien maupun keluarganya.
15. Setiap perawat harus memiliki sikap harmonis sesuai situasi dan kondisi
pasien, untuk sekedar menghibur.

Universitas Sumatera Utara

29

2.4 Pemberian Cairan
Menurut Efendi (2007), pemberian cairan pada pasien luka bakar sesuai
dengan persen luka yang dialami penderita dengan rumus “Baxter”: 4 x bb x %
Lb. Contoh: BB pasien: 50 kg, luas luka bakar 40%, maka kebutuhan cairan
pasien adalah 4 x 50 x 40 = 8000ml diberikan dengan pembagian. 8 jam I
diberikan: 4000ml, 8 jam II diberikan: 2000ml, dan 8 jam III diberikan: 2000ml.
Sedangkan menurut “Evans-Brooke” jumlah cairan di berikan dengan
memperhitungkan luas permukaan luka bakar dan berat badan pasien (dalam kg).
Hari pertama, separuh jumlah kebutuhan cairan diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam sisa. Pada hari kedua diberikan separuh jumlah
koloid (darah) dan larutan saline ditambah 2000ml glukosa, pemberian merata
dalam 24 jam.
Menurut Efendi (2007), hal-hal penting sehubungan dengan resusistasi
pada luka bakar:
1.

Tujuan utama resusitasi pada luka bakar adalah tercukupi kebutuhan air
tubuh untuk mempertahankan fungsi organ dan mencegah komplikasi karena
resusitasi yang berlebihan.

2.

Resusitasi pada luka bakar adalah seni keseimbangan, disatu sisi mengisi
defisit air intravaskuler dan disisi yang adalah mencegah potensi kelebihan
air, yang biasanya dijumpai suatu udem pulmonal, peningkatan tekanan vena
sentral dan sindroma kompartemen, walau terjadi di area yang tidak terkena
luka bakar.

Universitas Sumatera Utara

30

3.

Ditemukan perbedaan signifikan volume air resusitasi yang diberikan
kelompok pasien muda cenderung diberikan jauh lebih banyak setiap persen
luka bakarnya. Hal ini ternyata juga terjadi pada kelompok pasien dengan
usia tua bila dibandingkan pasien usia 15-44 tahun.

4.

Resusitasi yang berlebihan pada luka bakar yang sangat luas akan sangat
berhubungan dengan mudahnya terjadi reaksi adverse pada pasien dan ini
ditemukan pada pasien luka bakar luas (mayor) yang dihitung kebutuhan air
resusitasinya menggunakan formula Parkland/Baxter. Walaupun banyak
kejadian reaksi advers, akan kematiannya masih cukup rendah.

2.4.1

Pengertian Pemberian Cairan
Penggantian kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama

dihitung, berdasarkan luas luka bakar, beberapa kombinasi kategori cairan dapat
digunakan 1). Koloid-whole blood, plasma serta plasma expander. 2).
Kristaloid/elektrolit-larutan natrium klorida fisiologik atau larutan ringer laktat.
3). Dextrose 5% larutan nutrient yang memberikan 200 kkal/L terapi penggantian
cairan selama dehidrasi. Resusitasi cairan yang adekuat menghasilkan sedikit
penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar

dan

mengembalikan kadar plasma pada nilai yang normal pada akhir periode 48 jam.
Pemberian larutan garam yang seimbang dalam 24 jam pertama dengan jumlah
yang berkisar 2 hingga 4 ml per kilogram berat badan per persen luka bakar
(ml/kg/%) (Moenadjat, 2003).

Universitas Sumatera Utara

31

2.4.2

Tujuan Terapi Penggantian Cairan
Volume cepat dan kecepatan pemberian cairan infus diukur berdasarkan

respons pasien luka bakar. Tujuan pemberian atau penggantian cairan adalah
tekanan sistolik yang melebihi 100 mm Hg; frekuensi nadi yang kurang dari
110/menit, dan haluaran urin sebanyak 30 hingga 50 ml/jam.
Ukuran tambahan untuk menentukan kebutuhan cairan dan respons pasien
terhadap resusitasi mencakup nilai hematokrit, hemoglobin dan kadar natrium
serum. Jika nilai hematokrit dan hemaglobinnya menurun atau bila haluaran lebih
besar dari 50 ml/jam, kecepatan pemberian infus dapat diturunkan tujuannya
adalah untuk menurunkan kadar natrium serum dalam batas-batas normal selama
penggangtian cairan (Smeltzer & Suzanne C, 2002).
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai
dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang
berbeda dengan usia dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam
mengangkut zat makanan kedalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit
dan nonelektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan
membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium,
kalsium, klorida, dan fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asambasa, konduksi saraf, kontraksi muscular dan osmolaritas.
Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan
kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus

Universitas Sumatera Utara

32

cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan
per oral atau intravena (Smeltzer & Suzanne C, 2002).
2.4.3

Pemberian Cairan Melalui Infus
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan

masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan
pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan
ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh
darah, pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena lengan
pembuluh darah pasien. Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami
pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang syok, intoksikasi berat,
pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan
pengobatan tertentu. Tujuannya, 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit. 2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi (Musrifatul, 2005).

Universitas Sumatera Utara