Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pada Pasien Stroke Di RSUD DR. Pirngadi Kota medan

(1)

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN

TINDAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS

PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR. PIRNGADI

KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Sri Hartati Sinaga 101101096

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

iii

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp., MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Pihak RSUD Dr. Pirngadi kota Medan yang telah memberikan izin dan membantu dalam proses pengambilan data pada saat penelitian.

4. Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns., MNS selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, ilmu, dan saran yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.

5. Lufthiani S.Kep, Ns, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama saya menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

6. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dosen Penguji I dan Siti Saidah Nasution, S.Kp, Ns, M.Kep, Sp.Mat selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dalam penyusunan skripsi saya.


(5)

iv

7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

8. Teristimewa kepada Ayahanda Nahason Sinaga dan Ibunda Murni Napitupulu tercinta yang selalu mendoakan, menyayangi, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. Terimakasih juga kepada saudara saya Yusuf Tunggul Sinaga, Sri Saryati Sinaga, dan Kezia Priskilla Sinaga yang telah banyak membantu selama penelitian.

9. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis. Penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 4 Juni 2014


(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul

Halaman Pernyataan... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi... v

Daftar Skema ... ix

Daftar Tabel ... x

Abstrak ... xi

Abstract ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1. Tujuan Umum ... 4

1.4.2. Tujuan Khusus ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 5

1.5.2. Bagi Rumah Sakit ... 5

1.5.3. Bagi Penelitian Keperawatan ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Pengetahuan ... 6

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 6

2.1.2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif ... 7

2.1.3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8


(7)

vi

2.3. Spiritualitas ... 11

2.3.1. Pengertian Spiritualitas ... 11

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritualitas ... 12

2.3.3. Dimensi Spiritualitas ... 15

2.3.4. Karakteristik Spiritualitas ... 17

2.3.5. Spiritualitas, Kesehatan dan Sakit ... 17

2.3.6. Pengertian Kebutuhan Spiritualitas ... 17

2.3.7. Perubahan Fungsi Spiritualitas ... 18

2.3.8. Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas ... 18

2.4. Stroke ... 19

2.4.1. Pengertian Stroke ... 19

2.4.2. Etiologi Stroke ... 19

2.4.3. Faktor Resiko Stroke ... 20

2.4.4. Klasifikasi dan Gejala Stroke ... 20

2.4.5. Penatalaksanaan Stroke ... 21

2.4.6. Komplikasi dari Penyakit Stroke ... 22

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 23

3.1. Kerangka Konsep ... 23

3.2. Definisi Operasional ... 25

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 28

4.1. Jenis Penelitian ... 28

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.2.1. Populasi ... 28

4.2.2. Sampel ... 28

4.3. Lokasi dan Waktu penelitian ... 29


(8)

vii

4.5. Instrumen Penelitian ... 30

4.5.1. Kuesioner Data Demografi ... 30

4.5.2. Kuesioner Pengetahuan Perawat Tentang Kebutuhan Spiritualitas ... 30

4.5.3. Lembar Observasi Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke ... 31

4.5.4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

4.6. Pengumpulan Data ... 34

4.7. Analisis Data ... 34

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1. Hasil Penelitian ... 36

5.1.1. Karakteristik Responden ... 36

5.1.2. Pengetahuan Perawat Tentang Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 37

5.1.3. Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 38

5.1.4. Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 38

5.2. Pembahasan ... 39

5.2.1. Pengetahuan Perawat Tentang Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 39

5.2.2. Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan ... 40

5.2.3. Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 42


(9)

viii

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1. Kesimpulan ... 44

6.2. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46 Lampiran – Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil SPSS

4. Hasil Uji Reliabilitas 5. Surat-Surat Penelitian 6. Master Tabel

7. Jadwal Penelitian 8. Taksasi Dana Penelitian 9. Daftar Riwayat Hidup


(10)

ix

DAFTAR SKEMA


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 25 Tabel 4.1 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 35 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden

di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan ... 37 Tabel 5.2 Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Perawat Pemenuhan

Kebutuhan Spiritualitas Pada Pasien Stroke di

RSUD Dr. Pirngadi kota Medan ... 37 Tabel 5.3 Distribusi dan Frekuensi Tindakan Pemenuhan Kebutuhan

Spiritualitas Pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan ... 38 Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Tindakan Pemenuhan

Kebutuhan Spiritualitas Pada Pasien Stroke


(12)

xi

ABSTRAK

Judul : Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Nama : Sri Hartati Sinaga

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sehingga mungkin seseorang akan bertindak sesuai dengan apa yang ia ketahui. Pengaruh spiritualitas sangat penting selama periode sakit termasuk pasien stroke yang juga mengalami gangguan mobilisasi sehingga perawat harus peka dan mampu memenuhi kebutuhan spiritualitas, agar tercipta perawatan yang holistik. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat mendukung penyembuhan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Jumlah responden sebanyak 34 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar observasi pada tanggal 3 Maret sampai 4 April 2014. Teknik analisa data menggunakan Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke (ρvalue=0,015), dengan nilai koefisien korelasi 0,412 dengan interpretasi sedang. Oleh karena itu perawat disarankan untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas sehingga pasien mendapat perawatan yang menyeluruh.


(13)

xii

ABSTRACT

Title : Relationship of Nurse Knowledge with Action of Fulfillment Need Spirituality on Stroke Patients in Dr. Pirngadi Hospital Medan

Name : Sri Hartati Sinaga Major : Bachelor of Nursing Year : 2014

Abstract

Spiritual need is the need to maintain or restore the faith and meet the obligations of the religion, as well as the need to get an apology or forgiveness, love, full of a sense of trust in a relationship with god. Domain knowledge is very important in shaping one’s action, so maybe someone will act in accordance with what it knows. The influence of spirituality is very important during this period of illness including stroke patients who suffer from disorders of the mobilization so the nurses should be sensitive and able to meet the need for spirituality, in order to create the holistic treatment. Fulfillment needs spirituality can support healing the patient . This research is quantitative research with descriptive correlation design aims to identify the relationship of nurse knowledge with action to fulfill the spiritual needs on Stroke Patients in Dr. Pirngadi Hospital Medan, the numbers of respondents are 34 people. The collection of data uses questionnaire and observation sheets on 3 March to 3 April 2014.The analysis data technique is using Spearman Rank. The study results show a significant positive correlation between knowledge and action to fulfill the spiritual needs on stroke patients (p value = 0,015) with the correlation coefficient value 0,412. Therefore advisable to increase nurse knowledge and action of fulfillment needs spirituality so that patients get care that is comprehensive.


(14)

xi

ABSTRAK

Judul : Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Nama : Sri Hartati Sinaga

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sehingga mungkin seseorang akan bertindak sesuai dengan apa yang ia ketahui. Pengaruh spiritualitas sangat penting selama periode sakit termasuk pasien stroke yang juga mengalami gangguan mobilisasi sehingga perawat harus peka dan mampu memenuhi kebutuhan spiritualitas, agar tercipta perawatan yang holistik. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat mendukung penyembuhan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Jumlah responden sebanyak 34 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar observasi pada tanggal 3 Maret sampai 4 April 2014. Teknik analisa data menggunakan Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke (ρvalue=0,015), dengan nilai koefisien korelasi 0,412 dengan interpretasi sedang. Oleh karena itu perawat disarankan untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas sehingga pasien mendapat perawatan yang menyeluruh.


(15)

xii

ABSTRACT

Title : Relationship of Nurse Knowledge with Action of Fulfillment Need Spirituality on Stroke Patients in Dr. Pirngadi Hospital Medan

Name : Sri Hartati Sinaga Major : Bachelor of Nursing Year : 2014

Abstract

Spiritual need is the need to maintain or restore the faith and meet the obligations of the religion, as well as the need to get an apology or forgiveness, love, full of a sense of trust in a relationship with god. Domain knowledge is very important in shaping one’s action, so maybe someone will act in accordance with what it knows. The influence of spirituality is very important during this period of illness including stroke patients who suffer from disorders of the mobilization so the nurses should be sensitive and able to meet the need for spirituality, in order to create the holistic treatment. Fulfillment needs spirituality can support healing the patient . This research is quantitative research with descriptive correlation design aims to identify the relationship of nurse knowledge with action to fulfill the spiritual needs on Stroke Patients in Dr. Pirngadi Hospital Medan, the numbers of respondents are 34 people. The collection of data uses questionnaire and observation sheets on 3 March to 3 April 2014.The analysis data technique is using Spearman Rank. The study results show a significant positive correlation between knowledge and action to fulfill the spiritual needs on stroke patients (p value = 0,015) with the correlation coefficient value 0,412. Therefore advisable to increase nurse knowledge and action of fulfillment needs spirituality so that patients get care that is comprehensive.


(16)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi dan dapat menyebabkan kematian. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2001, jumlah penderita stroke di seluruh dunia ada 20,5 juta jiwa dan 5,5 juta jiwa dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Di Amerika Serikat pada tahun 2004, stroke mengakibatkan kematian sekitar 150.147 penduduk Amerika, selain itu setiap tahunnya sekitar 700.000 penduduk Amerika Serikat mengalami stroke. Di Australia pada tahun 2000, terdapat 37.000 penduduk Australia menderita stroke dan sekitar 12.333 dari penduduk tersebut meninggal dalam jangka waktu 3 bulan dengan CFR 33,33% (Sinaga, 2008).

Di Indonesia stroke juga menjadi penyebab kematian terbanyak, menurut data Departemen Kesehatan Indonesia, stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit Indonesia tahun 2006 dengan jumlah kematian 8.878 dengan CFR 5,2% (Sirait, 2009). Pada tahun 2006, jumlah pasien stroke yang rawat inap di seluruh rumah sakit Indonesia sebanyak 44.365 orang (Sinaga, 2008). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti terdapat 168 kasus stroke hemoragik dan 597 kasus stroke non hemoragik pada tahun 2012 yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak. Manifestasi klinis yang dapat timbul adalah kehilangan fungsi motorik yang berupa hemiplegia ataupun hemiparesis, kehilangan fungsi komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis


(17)

(Brunner & Suddarth, 2002). Stroke juga dapat menyebabkan keadaan krisis dan kematian. Dalam kondisi tersebut dapat terjadi perubahan status kesehatan dan krisis dalam hidup seseorang, karena ketidakmampuan dalam mobilisasi pada pasien stroke sehingga perawat perlu membantu pasien stroke dalam pemenuhan kebutuhan spiritualitasnya.

Lansia dengan berbagai penyakit yang dirawat di rumah sakit menyatakan secara langsung bahwa kepercayaan adalah faktor yang paling penting yang dapat memampukan mereka utuk mengatasi masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 132 penderita stroke yang dirawat dirumah sakit untuk rehabilitasi ditemukan bahwa kepercayaan berhubungan dengan distres emosional, yang merupakan proses multifaktor yang berpengaruh negatif terhadap kualitas hidup. Agama dan spiritualitas sebaiknya dipertimbangkan, karena agama dan spiritualitas sama penting seperti komplikasi (Caracciolo, Giaquinto & Spiridigliozzi, 2007).

Dimensi spiritual dapat menjadi suatu dukungan yang dapat membantu penyembuhannya dan memberikan semangat hidup kepada pasien, Spiritualitas menjadi satu-satunya dukungan dan sumber kekuatan individu dalam menghadapi penyakit (Hover, 2002 dalam Young & Koopsen, 2007). Keyakinan spiritual dapat membantu individu menerima penyakit dan menyusun rencana terhadap apa yang terjadi selanjutnya (Kozier; Erb; Berman; Snyder, 2010). Pengaruh spiritualitas sangat penting selama periode sakit, kekuatan spiritualitas seseorang dapat menjadi faktor penting dalam cara seseorang menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis (Potter & Perry, 2005). Untuk mendukung


(18)

penyembuhan perawat harus menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritualitas klien, perawat yang menghargai kepercayaan klien dan mengetahui pengaruh spiritualitas terhadap penyembuhan akan dirasakan pasien sebagai sumber harapan (Clark et all, 1992 dalam Potter & Perry, 2005).

Perawatan spiritual merupakan dimensi yang penting dalam perawatan holistik bagi pasien yang menderita penyakit akut maupun kronis, perawat harus peka dan mampu menilai kebutuhan spiritualitas pasien agar dapat memenuhi kebutuhan spiritualitas pasien dengan baik (O’Brien, 2009). Berdasarkan Penelitian Rasmita (2009) menunjukkan bahwa 66,7% perawat dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan baik, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan perawat belum optimal. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena pengetahuan perawat yang kurang baik. Menurut Boyle dan Andrews (1989 dalam Carpenito, 2000) perawat menganggap bahwa spiritualitas merupakan masalah pribadi yang merupakan hubungan individu dengan penciptanya dan perawat memandang bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien bukan tanggung jawabnya (Rasmita, 2009). Padahal spiritualitas tidak hanya membahas tentang hubungan inidividu dengan penciptanya, melainkan juga tentang hubungan inividu dengan diri sendiri, orang lain, serta alam.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.2.1 Bagaimana pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan? 1.2.2 Bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di

RSUD Dr. Pirngadi kota Medan ?

1.2.3 Apakah ada hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan ?

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesa penelitian ini (Ha) adalah ada hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke. Hipotesa akan diterima atau ditolak ditentukan berdasarkan hasil hitung uji statistik terhadap data yang diperoleh, apabila nilai p pada uji statistik hasil penelitian lebih kecil dari level of significance (a) yaitu 0,05 maka Ha diterima.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.


(20)

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

2. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi perawat pendidik untuk mengoptimalkan pembelajaran tentang kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke.

1.5.2 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritualitas dan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke, juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan spiritual di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

1.5.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan spiritualitas dan stroke.


(21)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour ) (Notoadmojo, 2007).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut


(22)

secara benar. Orang yang telah paham tehadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum - hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian -penilaian itu didasarkan pada suatu


(23)

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah juga mereka menerima informasi, dan akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai - nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri-ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental, taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.


(24)

4. Minat

Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan jika seseorang memiliki pengalaman kurang baik ia akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

6. Kebudayaan

Kebudayaan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat secara langsung. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2. Tindakan

MenurutNotoatmodjo (2007), Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang


(25)

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support). Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

a. Persepsi (perception) : mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin (guide response) : dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh .

c. Mekanisme (mechanism) : apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi (adaptation) : suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Loawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-fakor pemungkin (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan


(26)

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.3 Spiritualitas

2.3.1 Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat ( Hidayat, 2009).

Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan. Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi. Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual dan memberikan pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon terhadap pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan keagamaan individu mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan ritual tertentu. Keyakinan adalah meyakini atau berkomitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Keyakinan memberi makna bagi kehidupan, memberi kekuatan pada saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Keyakinan memberi kekuatan dan harapan (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).

Harapan merupakan konsep yang tergabung dengan spiritualitas. Yaitu proses antisipasi yang melibatkan interaksi berpikir, bertindak, merasakan, dan


(27)

keterkaitan yang diarahkan ke pemenuhan di masa yang akan datang yang bermakna secara personal. Tanpa harapan, pasien menyerah, kehilangan semangat, dan penyakit kemungkinan semakin cepat memburuk. Transendensi melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada sesuatu yang lain atau yang lebih hebat dari diri sendiri dan suatu pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang lebih hebat tersebut, baik itu adalah mahluk, kekuatan, atau nilai yang paling hebat (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).

Kebutuhan akan ampunan merupakan kebutuhan akan ampunan dari Tuhan, diri sendiri, dan orang lain serta kebebasan individu untuk mencintai Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Bagi banyak pasien, penyakit atau kecacatan menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah. Masalah kesehatan diinterpretasi sebagai hukuman atau dosa yang dilakukan di masa lalu. Perawat dapat berperan penting dalam membantu pasien memahami proses pengampunan (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual

Menurut taylor, Lillis dan Le Mone (1997) dan (Craven & Hirnle ,1996) dalam Hamid (2008), faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah :

1. Pertimbangan tahap perkembangan

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa manusia mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian manusia.


(28)

2. Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual seseorang. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan lingkungan pertama seseorang dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan seseorang pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.

3. Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.

4. Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut.

5. Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien terminal atau dengan prognisis yang buruk.

6. Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.


(29)

7. Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara tuhan untuk menunjukkan kebesarannya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan.

8. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai

Ketika memberi asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan justru perawat menghindar untuk memberikan asuhan spiritual sehingga mengakibatkan kebutuhan klien akan spiritual tidak terpenuhi. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya.

2.3.3 Dimensi Spiritualitas

Dimensi spiritualitas terdiri dari dua dimensi, yaitu : 1. Dimensi vertikal

Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang.

2. Dimensi horizontal

Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan (Stoll, 1989 dalam Hamid, 2008).


(30)

2.3.4 Karakteristik Spiritualitas

Menurut Hamid (2008) perawat perlu mengidentifikasi dan mengenal karakteristik spiritual agar dapat memberikan perawatan spiritual yang tepat , yang diuraikan sebagai berikut.

1. Hubungan dengan diri sendiri

a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya). b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau

masa depan, harmoni atau keselarasan diri).

Hubungan dengan diri sendiri, pemenuhan kebutuhan spiritualitas bersumber dari kekuatan diri individu dalam mengatasi berbagai masalah. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan individu dengan diri sendiri melalui kekuatan diri seseorang yang meliputi kepercayaan, harapan, dan makna kehidupan (Kozier, et al, 1995 dalam Rasmita, 2009).

2. Hubungan dengan alam (lingkungan)

a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa dan iklim.

b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi alam.

Hubungan dengan lingkungan, pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan. Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1995 dalam Rasmita, 2009).


(31)

3. Hubungan dengan orang lain Harmonis

a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik. b. Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit.

c. Menyakini kehidupan dan kematian Tidak harmonis

a. Konflik dengan orang lain.

b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

Hubungan dengan orang lain, pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain. Pemenuhan spiritualitas tersebut meliputi cinta kasih dan dukungan sosial. Cinta kasih dan dukungan sosial merupakan keinginan individu untuk menjalin hubungan positif antar manusia melalui keyakinan dan cinta kasih. Keluarga dan teman dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk membantu individu dalam menghadapi penyakitnya (Hart, 2002; Kozier, et al, 1995 dalam Rasmita, 2009).

4. Hubungan dengan Ketuhanan. Agamis atau tidak agamis: a. Sembahyang/berdoa/meditasi

b. Perlengkapan keagamaan c. Bersatu dengan alam

Hubungan dengan Tuhan, pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan dapat dilakukan melalui doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari


(32)

individu dan memberikan ketenangan pada individu (Kozier, et al, 1995 dalam Rasmita, 2009).

2.3.5 Spiritualias, Kesehatan, dan Sakit

Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut.

1. Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari

Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, seperti tentang makanan diet.

2. Sumber dukungan

Saat stress individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. 3. Sumber kekuatan dan penyembuhan

Individu bisa menahan distress fisik yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat.

4. Sumber konflik

Pada situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan (Hamid, 2008).

2.3.6 Pengertian Kebutuhan Spiritualitas

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989 dalam Hamid, 2008).


(33)

2.3.7 Perubahan Fungsi Spiritual

Perawat perlu mengetahui berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien karena mengalami masalah spiritual atau yang mungkin juga dialami keluarga (Hamid, 2008).

1. Verbalisasi distres.

Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya memverbalisasikan distres yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.

2. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual.

2.3.8 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

Perawat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas kepada pasien yaitu dengan memberikan dukungan emosional, membantu dan mengajarkan doa, memotivasi dan mengingatkan waktu ibadah sholat, mengajarkan relaksasi dengan berzikir ketika sedang kesakitan, berdiri di dekat klien, memberikan sentuhan selama perawatan (Potter & Perry, 2005).

Kebutuhan spiritual pada penyakit akut. Kepercayaan spiritual dan kegitan religius bisa menjadi lebih penting di saat seseorang menderita penyakit dibandingkan pada waktu-waktu lain dalam kehidupannya. Ketika penyakit menyerang dan mulai berkembang menjadi akut, bahkan menjadi lebih buruk, pasien pasti mengalami perubahan hidup tertentu yang signifikan baik secara fisik dan emosi. Serangan penyakit akut yang mendadak dan tak terantisipasi bisa


(34)

menyebabkan masalah emosional dan spiritual serius terkait dengan ketakutan akan kematian atau cacat tubuh. Pemenuhan spiritual pasien yang sedang menderita penyakit akut mungkin mencakup penerapan berbagai dasar tentang perawatan spiritual, seperti mendengarkan, kehadiran, mendoakan dan/atau menghadirkan pemuka agama atau pemberi layanan pendampingan spiritual yang dibutuhkan pasien (O’Brien, 2009).

Kebutuhan spiritual pada penyakit kronis. Pengalaman penyakit, terutama pada penyakit kronis yang berlangsung sangat lama, dapat menjadi saat yang tepat ketika kebutuhan spiritual sebelumnya terabaikan/belum disadari menjadi tampak. Beberapa kebutuhan yang penting bagi orang dengan penyakit kronis adalah harapan, kepercayaan, keberanian, iman, kedamaian, kasih (O’Brien, 2009).

2.4 Stroke

2.4.1 Pengertian Stroke

Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

2.4.2 Etiologi Stroke

Stroke dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : a. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak

b. Pecahnya pembuluh darah diotak karena kerapuhan pembuluh darah otak


(35)

c. Adanya sumbatan bekuan darah diotak (Batticaca, 2008).

2.4.3 Faktor Resiko

Ada 8 faktor yang menyebabkan seseorang beresiko terkena stroke : 1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi

2. Hipotensi atau tekanan darah rendah 3. Obesitas atau kegemukan

4. Kolesterol darah tinggi 5. Riwayat penyakit jantung

6. Riwayat penyakit diabetes mellitus 7. Merokok

8. Stress (Batticaca, 2008).

2.4.4 Klasifikasi dan Gejala Stroke

Stroke diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu:

1. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada usia 50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari. a. Trombosis pada pembuluh darah otak

b. Emboli pada pembuluh darah otak

2. Stroke hemoragik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20 – 60 tahun dan biasanya timbul setelah aktivitas fisik atau karena psikologis (mental).

a. Perdarahan intraserebral Gejalanya :


(36)

2. Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas dan emosi atau marah

3. Mual atau muntah pada permulaan serangan

4. Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan

5. Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang dari setengah jam sampai dua jam, 2% terjadi setelah 2 jam – 19 hari).

b. Perdarahan subarkhnoid Gejalanya :

1. Nyeri kepala hebat dan mendadak

2. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi 3. Ada gejala atau tanda meningeal

4. Papiledema terjadi bila ada perdarahan subarakhnoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna (Batticaca, 2008).

2.4.5 Penatalaksanaan Stroke

Penatalaksanaan medis pada pasien dengan stroke meliputi: 1. Non pembedahan

a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada pasien dengan riwayat ulkus, uremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.


(37)

c. Enteris – coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk menghancurkan trombotik dan embolik

d. Epsilon- aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk menstabilkan bekuan diatas anurisma yang ruptur

e. Calcium channel bloker (Nimodipine) dapat digunakan untuk mengatasi vasospasme pembuluh darah

2. Pembedahan

a. Karotid endarterektomi untuk mengangkat plak aterosklerosis b. Superior temporal arteri – middle serebral arteri anastomisis

dengan melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang dipengaruhi (aryani, suharyanto & Widagdo, 2008).

2.4.6 Komplikasi dari Penyakit Stroke

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami komplikasi. Komplikasi tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan

1. Dalam hal imobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri tekan, konstipasi, dan tromboflebitis

2. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas, dan terjatuh

3. Dalam hal kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala 4. Hidrosefalus (Muttaqin, 2008).


(38)

23

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke. Pada pasien stroke terjadi perubahan fisik dan psikologis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi spiritual. Dalam pola nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (Muttaqin, 2008). Sehingga perawat perlu membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan spiritualitasnya. Kebutuhan spiritualitas adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989 dalam Hamid, 2008).

Perawat merupakan orang yang sering berinteraksi dengan pasien dan secara konsisten selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga perawat sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas. Oleh karena itu perawat perlu memiliki pengetahuan yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan spiritualitas pasien dengan baik dan sesuai hasil pengkajian yang telah dilakukannya serta sesuai kebutuhan pasien.


(39)

Berdasarkan pemaparan tersebut maka peneliti membuat skema kerangka konseptual sebagai berikut.

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Pengetahuan Perawat dengan

Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

Pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas

Pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien stroke:

− Hubungan dengan Tuhan (kekuatan yang lebih tinggi) − Hubungan dengan diri

sendiri

− Hubungan dengan orang lain − Hubungan dengan alam

(lingkungan)

Baik Cukup Kurang


(40)

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat dan

Cara Hasil Ukur

Skala

Pengetahuan perawat

Segala sesuatu yang diketahui perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi : definisi spiritualitas, faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritualitas, dimensi spiritualitas, pemenuhan kebutuhan spiritualitas terkait hubungan individu dengan lingkungan, pemenuhan kebutuhan spiritualitas terkait hubungan individu dengan tuhan, definisi kebutuhan spiritualitas, pemenuhan kebutuhan spiritualitas terkait hubungan individu dengan diri sendiri, pengaruh keyakinan terhadap kesehatan dan pemenuhan kebutuhan spiritualitas terkait hubungan individu dengan orang lain

Memberikan kuesioner kepada perawat yang berisi 15 pertanyaan tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan pilihan jawaban benar dan salah. Pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas dikategorikan sebagai berikut : Baik = 11-15 Cukup = 6-10 Kurang = 0-5


(41)

Tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke Tindakan yang

dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke meliputi : 1. Hubungan dengan

tuhan : pemenuhan kebutuhan

spiritualitas berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan dapat dilakukan melalui doa dan ritual agama.

2. Hubungan dengan diri sendiri : pemenuhan kebutuhan spiritualitas bersumber dari kekuatan diri individu dalam mengatasi berbagai masalah. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan individu dengan diri sendiri melalui kekuatan diri seseorang yang meliputi kepercayaan, harapan, dan makna kehidupan.

3. Hubungan dengan orang lain : pemenuhan kebutuhan

spiritualitas dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain. Pemenuhan Melakukan observasi kepada perawat selama memberi perawatan pada pasien stroke atau keluarga pasien dengan lembar observasi yang berisi 12 pernyataan tentang tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan perawat dengan pilihan : tidak pernah, kadang-kadang, sering, selalu. Tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dikategorikan sebagai berikut : Baik = 25 - 36 Cukup = 13 - 24 Kurang = 0- 12


(42)

spiritualitas tersebut meliputi cinta kasih dan dukungan sosial. Keluarga dan teman dapat memberikan bantuan dan

dukungan emosional untuk membantu individu dalam menghadapi penyakitnya 4. Hubungan dengan

lingkungan : pemenuhan kebutuhan

spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan, pemenuhan

spiritualitas tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang.


(43)

28

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Unit Stroke Center, Ruang Melati 2 dan HDU di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan. Populasi pada penelitian ini sebanyak 34 orang.

4.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel untuk perawat dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling . Menurut Sugiyono (2010) teknik total sampling adalah penentuan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel . Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah perawat yang sedang merawat pasien stroke yang telah berada di RSUD Dr. Pirngadi > 1 hari, dan mampu membaca serta menulis dalam bahasa Indonesia. Menurut Arikunto (2006) apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika populasi besar maka dapat diambil 10-15 % atau 20 - 25 % sampel atau lebih.


(44)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. pirngadi kota Medan, dengan pertimbangan bahwa RSUD Dr. pirngadi Medan merupakan rumah sakit tipe B yang memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini dan sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke . Selain itu lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai Juli 2014 dan pengumpulan data pada 3 Maret sampai 3 April 2014.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat etical clearance dan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data, pertama peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden yang diteliti, kemudian peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan kemudian peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan meminta reponden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.

Dalam penelitian ini peneliti hanya mencantumkan kode responden untuk menjaga kerahasiaan responden pada masing-masing lembar kuesioner dan


(45)

lembar observasi. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, kuesioner pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas, serta ada juga lembar observasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke.

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi yang digunakan untuk mengkaji data demografi responden dan mengetahui kondisi responden yang mempengaruhi penelitian. Kuesioner data demografi terdiri dari yaitu: usia, jenis kelamin, agama, pendidikan dan lama bekerja.

4.5.2 Kuesioner Pengetahuan Perawat Tentang Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

Kuesioner pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritualitas disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka kuesioner akan diisi oleh perawat di RSUD Dr. pirngadi Medan yang bekerja di Unit Stroke Center, Ruang Melati 2 dan HDU. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan. Jenis pernyataan tertutup dengan pilihan jawaban benar dan salah. Pernyataan definisi spiritualitas (no. 1), pernyataan faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritualitas (no. 2), pernyataan dimensi spiritualitas (no. 3), pernyataan pemenuhan kebutuhan spiritualitas terkait hubungan individu dengan lingkungan (no. 4, 13), pernyataan pemenuhan kebutuhan spiritualitas terkait hubungan individu dengan tuhan (no.


(46)

8, 12), pernyataan definisi kebutuhan spiritualitas (no. 10), pernyataan pemenuhan kebutuhan spiritualitas terkait hubungan individu dengan diri sendiri (no. 14, 7), pernyataan pengaruh keyakinan terhadap kesehatan (no. 6, 9, 15), pernyataan pemenuhan kebutuhan spiritualitas terkait hubungan individu dengan orang lain (no. 5, 11). Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala guttman. Penilaian kuesioner yaitu jika responden menjawab pernyataan dengan benar skor yang diberikan 1 dan jika salah diberikan skor 0. Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002).

������������= ������������ ����������� =

15 3 = 5

Dengan demikian maka pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritualitas dikategorikan sebagai berikut :

Baik = 11-15 Cukup = 6-10 Kurang = 0-5

4.5.3 Lembar Observasi Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke

Lembar observasi ini dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang menggambarkan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh perawat . instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan. Jenis pernyataan tertutup sehingga peneliti hanya memberikan jawaban berupa tanda checklist (√) pada lembar observasi yang tersedia. Lembar observasi ini terdiri dari hubungan dengan Tuhan sebanyak 3 pernyataan (no. 1, 2, 3), hubungan dengan diri sendiri sebanyak 3 pernyataan (no. 4, 5, 6), hubungan dengan orang lain sebanyak 3 pernyataan (no.


(47)

7, 8, 9), hubungan dengan lingkungan sebanyak 3 pernyataan (no. 10, 11, 12). Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala likert. Pernyataan terdiri dari empat pilihan yaitu tidak pernah (skor 0), kadang -kadang (skor 1), sering (skor 2), selalu (skor 3). Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002).

������������= ������������ ����������� =

36 3 = 12

Dengan demikian pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke dikategorikan sebagai berikut :

Baik = 25-36 Cukup = 13-24 Kurang = 0-12

4.5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas yang dilakukan untuk kuesioner pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritualitas dan lembar observasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke pada penelitian ini adalah validitas isi . Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel secara tepat. Kuesioner dan lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi oleh dosen strata magister di Departemen Keperawatan Jiwa. Instrumen pada penelitian ini sudah dinyatakan valid dengan nilai content validity index untuk kuesioner pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritualitas dan lembar observasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke yaitu 0, 96 dan 0,93.


(48)

Menurut Sugiyono (2010) Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg. Peneliti menggunakan uji reliabilitas dengan rumus K-R 20 untuk kuesioner pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritualitas. Dengan rumus sebagai berikut :

�11 = �

� � −1� �

Vt ∑ �� V � Keterangan :

r 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan Vt = varians total

p = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir p = Banyak subjek yang skornya 1

N

p = proporsi subjek yang mendapat skor 0 q = 1− p

Nilai koefisien �11 harus lebih dari 0,70 agar dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel (Polit & Hungler, 2001). Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 20 orang perawat di ruang stroke corner dan ruang neurologi RSUP H. Adam Malik Medan . Hasil uji reliabilitas kuesioner pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas yaitu 0,76 karena hasil hitung lebih besar dari 0,70 maka instrumen dapat dikatakan reliabel.


(49)

4.6 Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data penelitian setelah mendapat izin dari RSUD Dr. Pirngadi Medan. Selanjutnya peneliti mendatangi ruangan dan bertemu dengan kepala ruangan untuk meminta izin melakukan pengumpulan data. Peneliti bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal menemui responden yaitu perawat yang bekerja di Unit Stroke Center, Ruang Melati 2 dan HDU di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan. Setelah menemui responden, selanjutnya peneliti menjelaskan pada responden tersebut mengenai tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian kuesioner dan pelaksanaan observasi kemudian responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden dan peneliti membagikan kuesioner kepada responden.

Selama proses pengisian kuisioner, peneliti mendampingi responden agar apabila ada pernyataan yang tidak jelas, peneliti dapat menjelaskan kepada responden maksud pernyataan tersebut dan diberikan waktu 15 menit untuk mengisi kuesioner. Peneliti mengumpulkan seluruh kuisioner yang telah diisi oleh reponden, sedangkan untuk lembar observasi akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang dilakukan selama 1 minggu disetiap ruangan, kemudian data yang diperoleh akan diolah dan dilakukan analisis data.

4.7 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu mengecek nomor responden dan kelengkapan jumlah kuesioner serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap yang kedua yaitu memasukkan data dari kuesioner dan lembar


(50)

observasi kedalam program komputer. Tahap keempat yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Kemudian pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data demografi, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase dan untuk menganalisa variabel independen dan dependen akan ditampilkan dalam tabel frekuensi dan persentase. Sebelum melakukan analisis bivariat dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro wilk, adri hasil uji tersebut didapatkan bahwa data tidak berdistribusi normal maka analisis bivariat yang digunakan adalah Spearman Rank. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel independen (pengetahuan perawat) dengan variabel dependen (pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien stroke). Spearman rank (Rho) digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal (Hidayat, 2009). Analisis data akan diinterpretasikan menggunakan tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Sumber : Sugiyono (2010).

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat


(51)

36

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN.

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data pada tanggal 3 Maret sampai 3 April 2014 di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 34 orang yaitu perawat yang bekerja di Unit Stroke Center, Ruang Melati 2 dan HDU RSUD Dr. Pirngadi kota Medan. Hasil penelitian akan disajikan mulai dari deskripsi karakteristik responden, deskripsi pengetahuan perawat dan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan, dan hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

5.1.1 Karakteristik responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, jenis kelamin, agama, pendidikan dan lama bekerja.

Dari 34 responden yang diteliti, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (70.6%), memiliki rentang usia 31-40 tahun (47%), pendidikan terakhir D3 Keperawatan (52,9%), beragama Islam (50%), lama bekerja dalam pelayanan keperawatan lebih dari 10 tahun (61,8%).


(52)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan (N=34)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin

- Laki-laki - Perempuan

Usia

- 20 – 30 tahun - 31 – 40 tahun - 41 – 50 tahun - 51 – 60 tahun

Tingkat Pendidikan

- SPK - D3 - S1

Lama bekerja

- 1 – 3 tahun - 5 – 7tahun - > 10 tahun

Agama

- Buddha - Hindu - Islam

- Kristen protestan - Kristen katolik

10 24 7 16 7 4 1 18 15 5 8 21 - - 17 14 3 29,4 70,6 20,6 47,0 20,6 11,8 3,0 52,9 44,1 14,7 23,5 61,8 - - 50,0 41.2 8.8

Total 34 100

5.1.2 Pengetahuan Perawat tentang Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33 responden (97%) memiliki pengetahuan yang baik dan 1 responden (3%) memiliki pengetahuan cukup.

Tabel 5.2 Distribusi dan frekuensi pengetahuan perawat pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan (N=34)

Pengetahuan Perawat Frekuensi(n) Persentase (%)

- Baik - Cukup - Kurang 33 1 - 97,0 3,0 -


(53)

5.1.3 Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 responden (11,8%) memiliki tindakan yang baik dan 30 responden (88,2%) memiliki tindakan cukup.

Tabel 5.3 Distribusi dan frekuensi tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan (N=34)

Tindakan Frekuensi (n) Persentase (%)

- Baik - Cukup - Kurang 4 30 - 11,8 88,2 -

5.1.4 Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Uji korelasi menggunakan spearman rank dan menunjukkan nilai p pada kolom Sig 2 tailed sebesar 0,015. Angka ini lebih kecil dari level of significance (a) yaitu 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa hipotesa diterima, yang artinya ada hubungan bermakna antara pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh r = 0.412. Koefisien korelasi (r) 0,412 artinya hubungan kedua variabel dalam penelitian ini memiliki arah korelasi positif dengan interpretasi kekuatan hubungan sedang.

Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan (N=34)

Variabel 1 Variabel 2 p r

Pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas Tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas


(54)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Perawat Tentang Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden yang memiliki pengetahuan baik 33 orang (97%) dan pengetahuan cukup 1 orang (3%). Hal ini dapat diasumsikan bahwa jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak daripada pengetahuan cukup dan kurang. Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pendidikan dan pengalaman (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan mayoritas responden adalah D3 Keperawatan yaitu 18 orang (52,9%). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menambah pengetahuan seseorang, Sehingga mungkin tingkat pendidikan mendukung pengetahuan baik yang dimiliki responden pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarak (2007) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah juga mereka menerima informasi, dan akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai - nilai yang baru diperkenalkan.

Pengalaman merupakan aspek terpenting dalam proses pembelajaran yang dapat berimplikasi positif menambah pengetahuan seseorang terhadap suatu hal (Potter & Perry, 2006). Pada penelitian ini pengalaman responden dapat dilihat dari lama bekerja, mayoritas responden memiliki pengalaman bekerja dalam pelayanan keperawatan lebih dari 10 tahun yaitu 21 orang (61,8% ), sehingga pengalaman yang telah dimiliki responden diasumsikan cukup untuk mendukung


(55)

pengetahuan yang baik yang dimiliki responden. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Royal College of Nursing (2005) dalam Sihaloho (2008) bahwa pengatahuan dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu pengetahuan “ know-how “ adalah pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman seseorang dalam bekerja, hal ini memungkinkan terjadinya berbagi pengalaman kerja diantara perawat tentang perawatan pasien dan “ know that “ yaitu pengetahuan yang didapatkan dari teori dan penelitian, hal ini juga didukung oleh hasil penelitian ini yaitu jumlah responden yang memiliki pendidikan sarjana strata 1 sebanyak 15 orang (44,1%) diploma 3 sebanyak 18 orang (52,9%) dan SPK sebanyak 1 orang (3%), juga mayoritas responden memiliki lama kerja lebih dari 10 tahun (61,8%). Sehingga mungkin pendidikan dan lama kerja dapat berpengaruh terhadap pengetahuan responden.

Faktor lain yang mempengaruh pengetahuan responden adalah usia, peneliti berasumsi bahwa rentang 31-40 tahun (47%) memungkinkan responden dapat berfikir secara rasional, sebab menurut Hurlock (1999), usia dewasa awal merupakan rentang usia yang cukup dewasa dan matang dalam berfikir. Seperti yang dijelaskan Schaie (2000) dalam Papalia, Olds dan Feldman (2001), bahwa perkembangan kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan akan berada pada tahap achieving stage dimana orang dewasa menggunakan pengetahuan untuk mencapai tujuan

5.2.2 Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007). Hal ini sesuai dengan


(56)

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tindakan yang baik yaitu 4 orang (11,8%) dan memiliki tindakan cukup yaitu 30 orang (88,2%). Hasil ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke belum semua baik dan hal ini mungkin dipengaruhi belum semua responden memiliki pengetahuan yang baik tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke sehingga diikuti oleh tindakan yang belum semuanya baik.

Hal ini juga didukung oleh Leeuwen, Tiesinga, Post dan Jochemsen (2005) yang menyatakan bahwa faktor yang berperan dalam pemenuhan asuhan keperawatan spiritual adalah pribadi perawat, budaya, dan pendidikan perawat. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian yang dilakukan Gore (2013) yang menyatakan ada 2 faktor yang paling penting yang membuat perawat merasa mampu atau tidak untuk memberikan asuhan keperawatan spiritual yaitu spiritualitas pribadi perawat dan pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan spiritual.

Hal senada juga disampaikan (Inggriane, 2009 dalam Nuraeni, 2010) yang menyatakan bahwa kebutuhan spiritual sering ditemukan dalam pemberian asuhan keperawatan, namun tidak semua perawat merespon kebutuhan tersebut, ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual tersebut. Selain itu sarana dan fasilitas juga dapat mendukung tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas. Sehingga rumah sakit perlu menyediakan sarana dan fasilitas yang lebih baik.


(57)

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Hasil analisa data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan memiliki hubungan yang signifikan dilihat dari nilai p = 0,015 yang berada dibawah level of signifikan α = 0,05 dengan arah hubungan positif dengan kekuatan hubungan sedang (r =0,412), yang artinya semakin tinggi pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas maka semakin baik tindakan yang diciptakan dalam pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan merupakan domain penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. tindakan yang didasari dengan pengetahuan akan lebih mudah pengaplikasikannya dan lebih tahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat (Taylor, Lilis & Le Mone ,1997 dan Craven & Himle, 1996 dalam Hamid, 2008) bahwa salah satu alasan perawat tidak memenuhi kebutuhan spiritual pasien adalah perawat tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, sehingga peneliti berasumsi bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien. Hal ini juga didukung oleh Nixon, Narayanasamy dan Penny (2012) bahwa perawat yang mempunyai pendidikan tentang asuhan keperawatan spititual adalah yang paling mungkin untuk merespon dan mengimplementasikan intervensi kebutuhan spiritual pasien.


(58)

Hasil penelitian Utami dan Supratman (2005) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual, hal ini memungkinkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritual karena sebelum seseorang melakukan suatu tindakan harus menentukan sikap.

Ditinjau dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas, namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sugiyanto (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tindakan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual (talqin), walaupun hasil penelitian ini berbeda, dalam penelitian Sugiyanto (2009) menjelaskan bahwa pengetahuan spiritual perawat tentang kebutuhan spiritual khusunya talqin tidak saja diperoleh di bangku kuliah, tetapi juga didapatkan melalui pendidikan agama baik secara formal maupun non formal. Sehingga mungkin saja perawat dengan pengetahuan spiritual yang baik tetapi tidak melaksanakan tindakan itu, atau ada faktor-faktor lain yang perlu diteliti lebih lanjut.


(59)

44

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan mayoritas perawat memiliki pengetahuan yang baik tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke yaitu 33 orang (97%). Mayoritas perawat memberikan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke dalam kategori cukup yaitu 30 orang (88,2%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan dengan p = 0,015 dan r = 0,412.

6.2 Saran

1. Untuk Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan agar dapat meningkatkan pembelajaran tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien agar perawat dapat memiliki pengetahuan yang baik dan mampu memberikan asuhan keperawatan spiritual sesuai kebutuhan pasien.

2. Untuk Rumah Sakit

Bagi pihak rumah sakit diharapkan dapat memberikan sarana dan fasilitas yang lebih baik untuk meningkatkan asuhan keperawatan spiritual agar nantinya perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistik.


(60)

3. Untuk Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dapat membuat penelitian tentang faktor-faktor yang memotivasi dan mempengaruhi tindakan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien, karena peneliti yakin masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi dan memotivasi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan spiritual.


(61)

46

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Aryani, Suharyanto & Widagdo. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta : Trans Info Media

Batticaca, F. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 volume 3. Jakarta : EGC

Caracciola, Giaquinto & Spiridigliozzi. (2007). Can faith protect from emotional distress after stroke?.Dibuka tanggal 18 Oktober 2013 pada

Gore, J. (2013). Providing holistic and spiritual nursing care. Dibuka tanggal 1

Juni 2014 pada

Hamid, A. Y. S. (2008). Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia buku 1. Jakarta : Salemba Medika

. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Kozier, Erb, Berman & Snyder. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, & praktik (volume 2) (edisi 7). Jakarta : EGC

Mubarak, W. I., Chayatin, N., Rozikin, K. & Supradi. (2007). Promosi kesehatan : Sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta : Salemba Medika


(62)

Nixon, Narayanasamy & Penny (2012). An investigation into the spiritual needs of neuro-oncology patients from a nurse perspective. Dibuka tanggal 1 Juni 2014 pada

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku . Jakarta : Rineka Cipta

Nuraeni, N. (2010). Persepsi dan harapan perempuan dengan kanker serviks terhadap asuhan keperawatan spiritual di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Dibuka tanggal 1 Juni 2014 pada

O’ Brien, E. (2009). Pedoman perawat untuk pelayanan spiritual berdiri di atas tanah yang kudus. Medan : Bina Media Perintis

Papalia, D.E, Olds, S. W & Feldman, R. D. (2001). Human Development (8th Ed).USA: Mc. Graw Hill

Polit, D. F. & Hungler, B.P. (2001). Esential of nursing research method, apprasial, and utilization. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC.

. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC

Rasmita, D. (2009). Karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. . Dibuka tanggal 16 Oktober 2013 pada Sihaloho, R. W. (2008). Hubungan tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan

klien dengan gangguan psikiatri dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Pusat Pemprovsu Medan. Skripsi program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran. Universitas Sumatera Utara.


(63)

Sinaga, S. A. (2008). Karakteristik penderita stroke yang dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2002 - 2006. Dibuka tanggal 12 Oktober 2013 pada

Sirait, M. (2009). Karakteristik penderita stroke hemoragik yang dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik 2007 - 2008. Dibuka tanggal 11 Oktober 2013 pada

Sudjana, S. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyanto (2009). Hubungan pengetahuan perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (talqin) pada pasien menjelang ajal Di RSUD Cibabat-Cimahi. Dibuka tanggal 1 Juni 2014 pada Sugiyono, (2010). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif R & D. Bandung:

Alfabeta

Utami & Supratman (2005). Hubungan antara pengetahuan dengan sikap

perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien Di BRSUD

Sukoharjo. Dibuka tanggal 1 Juni 2014 pada

Van Leeuween, Tiesinga, Post & Jochemsen (2005). Spiritual care: implications for nurses’ professional responsibility. Dibuka tanggal 1 Juni 2014 pada Young, C. & Koopsen, C. (2007). Spiritualitas, kesehatan, dan penyembuhan.

Medan : Bina Media Perintis.


(64)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

Oleh Sri Hartati Sinaga

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan, yang sedang melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela. Saudara berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang saudara berikan, dan informasi yang didapat hanya akan digunakan untuk penelitian, tidak akan digunakan untuk maksud lain. Jika saudara bersedia menjadi responden pada penelitian ini, silahkan menanda tangani kolom di bawah ini. Terima kasih.

Medan, Maret 2014

Peneliti Responden


(65)

Kode :

KUESIONER

PENGETAHUAN PERAWAT

TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS

1. Data Demografi :

1. Umur : ……….(tahun)

2. Jenis kelamin : ( ) Laki- laki ( ) Perempuan 3. Pendidikan terakhir : ( ) SPK

( ) Diploma ( ) Sarjana

( ) Lain- lain sebutkan 4. Lama kerja : ( ) 1 - 3 tahun

( ) 5 - 7 tahun ( ) > 10 tahun 5. Agama : ( ) Buddha

( ) Hindu ( ) Islam

( ) Kristen Protestan

( ) Kristen Katolik

2. Petunjuk Pengisian

1. Berikan jawaban dengan jujur.

2. Beri jawaban untuk setiap pertanyaan (jangan dikosongkan).

3. Berkan tanda check list ( √ )pada jawaban yang anda anggap benar. 4. Jika ada pernyataan yang kurang dipahami, responden dapat bertanya kepada peneliti.

Keterangan :

1. B : benar 2. S : Salah


(66)

3. Kuesioner pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas

No. PERNYATAAN B S

1 Spiritualitas adalah keyakinan atau kepercayaan pasien dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan).

2. Keluarga dapat diabaikan dalam pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien.

3. Kebutuhan spiritualitas yang berkaitan dengan hubungan pasien dengan diri sendiri bukan merupakan dimensi spiritualitas. 4. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang berkaitan dengan

hubungan pasien dengan lingkungan dapat diwujudkan melalui lingkungan atau suasana ruangan yang tenang.

5. Keluarga dan teman dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya.

6. Keyakinan spiritual pasien tidak penting karena tidak dapat mempengaruhi kesehatan dan perilaku perawatan diri pasien. 7. Makanan atau diet dan pengobatan medis yang akan diberikan

kepada pasien tidak ada hubungannya dengan keyakinan atau kepercayaan pasien.

8. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan pasien dengan Tuhan dapat diwujudkan melalui berdoa dan melaksanakan kegiatan ibadah.

9. Saat stres pasien akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.

10. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama.

11. Perawat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas kepada pasien dengan memberikan dukungan emosional dan memotivasi.

12. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang menderita penyakit akut mencakup mendengarkan, kehadiran, mendoakan dan menghadirkan pemuka agama yang dibutuhkan pasien. 13. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan

pasien dengan lingkungan dapat diwujudakan dengan membantu pasien mempersiapkan keperluan ibadah yang dapat dipersiapkan diruangan pasien.

14. Perawat perlu mengetahui makna dan tujuan hidup pasien agar dapat memenuhi kebutuhan spiritualitas terkait hubungan pasien dengan diri sendiri.

15. Kematian dan cacat tubuh dapat menyebabkan masalah emosional dan spiritual.


(67)

Kode :

LEMBAR OBSERVASI

PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS PADA PASIEN STROKE

Nama :

No. Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Sering Selalu

Hubungan dengan Tuhan

1. Perawat memotivasi pasien untuk melakukan ibadah.

2 Perawat memberikan waktu kepada pasien untuk melaksanakan ibadah.

3. Perawat membantu memfasilitasi kunjungan pemuka agama jika pasien meminta.

Hubungan dengan diri sendiri

4. Perawat menghargai keyakinan dan kepercayaan pasien terhadap penyakitnya. 5. Perawat berdiskusi dengan pasien tentang

praktik kesehatan, diet dan hal – hal lainnya yang bertentangan dengan kepercayaan pasien.

6. Perawat mengkaji hal - hal yang bermakna dalam kehidupan pasien.

Hubungan dengan orang lain

7. Perawat menanyakan kepada keluarga partisipasi pasien dalam kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat.

8. Perawat memotivasi keluarga dan teman pasien untuk tetap berkomunikasi.

9. Perawat memberi dukungan kepada klien dalam menghadapi kondisi penyakitnya.

Hubungan dengan lingkungan

10. Perawat menyediakan lingkungan yang tenang untuk pelaksanaan ibadah

11. Perawat menjaga agar kondisi ruangan tetap bersih untuk pelaksanaan ibadah

12. Perawat membantu menyiapkan keperluan ibadah yang dapat dipersiapkan diruang pasien.


(68)

KUNCI JAWABAN KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS

1. B 2. S 3. S 4. B 5. B 6. S 7. S 8. B 9. B 10. B 11. B 12. B 13. B 14. B 15. B


(1)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 Total Skor Kategori

Kode 01 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 23 Cukup

Kode 02 2 2 3 3 2 1 2 3 2 3 3 1 27 Baik

Kode 03 1 3 2 3 2 1 0 2 2 3 3 0 22 Cukup

Kode 04 1 2 2 2 2 2 0 2 2 3 3 0 21 Cukup

Kode 05 1 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 26 Baik

Kode 06 2 2 0 2 2 0 0 2 2 3 3 1 19 Cukup

Kode 07 2 3 3 3 2 2 2 2 3 0 2 1 25 Baik

Kode 08 1 2 0 2 0 0 0 2 2 2 2 2 15 Cukup

Kode 09 0 0 0 2 2 1 1 2 1 3 3 1 16 Cukup

Kode 10 2 2 2 3 2 0 2 3 1 3 3 1 24 Cukup

Kode 11 0 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 23 Cukup

Kode 12 2 2 0 3 2 0 2 2 1 3 2 0 19 Cukup

Kode 13 2 2 1 3 2 0 2 2 1 3 2 0 20 Cukup

Kode 14 2 2 1 2 1 0 2 2 2 3 2 0 19 Cukup

Kode 15 2 2 1 1 1 1 2 2 3 3 3 1 22 Cukup

Kode 16 1 1 2 2 1 1 1 2 2 3 2 0 18 Cukup

Kode 17 1 2 2 1 0 1 1 2 3 2 3 0 18 Cukup

Kode 18 3 2 3 2 0 1 3 2 3 2 3 1 25 Baik

Kode 19 3 3 0 2 2 1 3 2 1 3 3 1 24 Cukup

Kode 20 2 3 1 2 2 1 2 2 1 3 3 1 23 Cukup

Kode 21 2 3 1 2 2 1 2 2 0 3 3 0 21 Cukup

Kode 22 2 3 0 3 2 1 2 2 2 2 3 0 22 Cukup

Kode 23 2 2 1 1 2 1 2 2 1 3 3 0 20 Cukup

Kode 24 2 1 1 2 1 1 2 2 2 3 2 0 19 Cukup

Kode 25 3 2 1 2 1 1 2 2 2 3 3 1 23 Cukup

Kode 26 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 1 22 Cukup

Kode 27 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 3 1 21 Cukup

Kode 28 2 2 2 2 0 0 2 2 1 2 3 1 19 Cukup


(2)

Kode 32 2 2 2 2 0 1 2 2 1 3 2 1 20 Cukup

Kode 33 2 3 2 3 1 0 2 2 1 3 2 1 22 Cukup


(3)

Jadwal Tentatif Penelitian

No. Kegiatan September

2013

Oktober 2013

November 2013

Desember 2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan judul

penelitian 2 Perbaikan judul

penelitian 3 Konsultasi bab I 4 Perbaikan bab I dan

konsultasi bab II 5 Konsultasi bab III

dan IV

6 Perbaikan bab III dan IV, konsultasi alat instrumen 7 Perbaikan bab IV

dan alat instrumen 8 Perbaikan sampel

dan alat instrument 9 Pengumpulan

proposal penelitian yang telah disetujui 10 Ujian seminar


(4)

No. Aktivitas Penelitian Januari 2014 Februari 2014 Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11 Revisi

proposal penelitian

12 Validasi dan reliabilitas instrumen

13 Pengumpulan data

14 Analisa data 15 Penyusunan

laporan/skripsi

16 Pengajuan

sidang skripsi

17 Ujian sidang

skripsi

18 Revisi skripsi 19 Menyerahkan

skripsi


(5)

TAKSASI DANA

Biaya survei awal : Rp. 200.000 Kertas dan tinta : Rp. 150.000 Biaya konsumsi seminar proposal : Rp. 240.000 Biaya konsumsi sidang skripsi : Rp. 260.000 Biya tranportasi : Rp. 350.000 Biaya penelitian : Rp. 200.000

Biaya souvenir : Rp. 350.000

Biaya membeli buku : Rp. 150.000 Biaya fotokopi buku :

Total : Rp. 1.950.000


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Sri Hartati Sinaga Tempat Tanggal Lahir : Medan, 9 Oktober 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Tempirai Raya Blok 6 No.4 Martubung

Riwayat Pendidikan

1. SD Wahidin Sudiro Husodo : (1998 - 2004)

2. SMP Negeri 5 Medan : (2004 - 2007)

3. SMA Negeri 16 Medan : (2007 - 2010) 4. S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara : (2010 – sekarang)