Analisis Komposisi Dan Teknik Bernyanyi Seriosa Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keberadaan musik barat di Indonesia pada saat ini dapat diterima oleh
khalayak umum melalui musik klasik, musik populer, musik eksperimental, dan
kurikulum pendidikan formal. Situasi ini menunjukkan bahwa musik barat
memiliki tempat dalam musik Indonesia. Awal masuknya musik diatonis barat di
Indonesia dapat dilihat dari kedatangan orang-orang barat dengan tujuan utama
untuk perdagangan dan politik. Tahun 1511 merupakan titik awal pengaruh barat
di Indonesia, ditandai dengan datangnya sebuah kapal Portugis yang dipimpin
oleh Alfonso d'Albuquerque ke pulau Maluku. Cakupan daerah perdagangan terus
meluas hingga Ternate pada tahun 1522. Kedatangan Portugis ini diikuti oleh
pedagang barat lainnya seperti Belanda pada tahun 1596, bangsa Spanyol pada
tahun 1906, dan Inggris pada 1619. Selain Maluku, pulau lainnya seperti Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau kecil lainnya jelas tidak luput dari
ekspansi perdagangan barat di nusantara. 1
Musik barat pertama sekali dimainkan di antara para penjajah dan ketika
mereka menyebar ke daerah lain di Indonesia, musik mereka senantiasa
dimainkan. Para penjajah barat kemudian secara lambat laun mengangkat dan
mempekerjakan orang-orang pribumi sebagai penghibur. Inilah cikal bakal proses


1

Bernard H. M. Vlekke, 1943. Nusantara: A History of he East Indian Archipelago.
Cambridge: Harvard Univ. Press - Ricklefs, M.C. 1981. A History of Modern Indonesia.
Bloomington: Indiana Univ. Press.

Universitas Sumatera Utara

awal musik barat dipelajari oleh penduduk pribumi. Pada tahun 1574 komunis
Portugis melakukan konser musik kamar untuk sultan di Ternate dan Tidore,
konser musik kamar ini kemudian diikuti oleh orang barat lainnya sebagai bagian
dari "diplomasi diplomatik ". 2 Smith dalam Pasaribu (2005:83) menulis bahwa Sir
Francis Drake ketika mengunjungi Hindia tahun 1580, ia telah membuat
kelompok musisi di kapalnya yang bertujuan untuk menghibur raja lokal. Haan
menulis bahwa seorang pejabat Belanda yang bernama Cornelis de Bevere tahun
1689 sudah mengambil tiga budak asli (orang pribumi) sebagai musisi yang
ditugaskan untuk memainkan instrumen seperti kontra bas, biola, dan kecapi.
Sejak abad ke-17 perkembangan awal musik barat di Jawa telah berada di
bawah administrasi Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC), Belanda di

Indonesia. Raden (1989:10) menulis:
The Dutch Indies company in 1957 had made a plan to build
theatres to establish arts organizations to allow for the stage
activities and music performances. In the statute of the project as
mentioned by Van den Berg in his book of Het Tooneel te Batavia in
Vroegeretijd, there was mention that their music to be vocal or
instrumental music repertories. In the same book, the author
mentioned that a German, Von Wurmb wrote a letter to his family in
Europe telling that music activities in Batavia (now Jakarta) were
almost the same as those in Europe in 1794. The music they played
was the same by the music student in Prague. 3

Menurut Raden bahwa Perusahaan Hindia Belanda pada tahun 1957 telah
membuat rencana untuk membangun bioskop dan mendirikan organisasi seni
yang memungkinkan dilakukannya kegiatan pertunjukan musik. Berg dalam
bukunya Het Tooneel te Batavia di Vroegeretijd menyebutkan bahwa repertoar

2

J.S. Furnivall. 1939. Netherlands Indie: A Study of Plural Economy. Cambridge:

Cambridge Univ. Press.
3
Franki Raden. 1989. “Perkembangan Musik Abad 20 di Indonesia Pada 1910-1920”.
dalam KOMPAS – hal. 10.

Universitas Sumatera Utara

musik mereka adalah musik vokal atau instrumental. Dalam buku yang sama,
penulis menyebutkan Von Wurmb menuliskan surat kepada keluarganya di Eropa
yang mengatakan bahwa kegiatan musik di Batavia (sekarang Jakarta) hampir
sama dengan yang di Eropa pada 1794. Musik yang mereka mainkan itu sama
dengan apa yang dipelajari oleh pelajar di Praha.
Masuknya musik Barat di Indonesia dapat dilihat dari penginjilan oleh
lembaga zending RMG (Rheinischen Missions- Gesellschaft) tahun 1861 ke
Sumatera Utara. Daerah penginjilan ini diberi nama “Battamission” yang
kemudian disebut “Batak mission” atau “Mission–Batak

4

. Seiring dengan


penyebaran agama Kristen Protestan, para misionaris turut membangun saranasarana seperti pendidikan dengan membuka sekolah, kesehatan dengan membuka
rumah sakit, dan balai pengobatan maupun membangun sarana transportasi.
Melalui penginjilan, missionaris mengenalkan sekaligus mengajarkan
himne-himne gereja yang berasal dari Eropa dengan terlebih dahulu
menterjemahkan lagu himne ke dalam bahasa Batak Toba. Bersamaan dengan itu,
para misionaris memperkenalkan alat-alat musik seperti: terompet, saksofon alto,
saksofon tenor, trombone, dan saksofon bariton. Instrumen tersebut dipakai untuk
mengiringi nyanyian-nyanyian gereja. Para misionaris juga mengajarkan
bagaimana cara memainkan alat musik tersebut kepada sekelompok warga jemaat
yang dianggap sungguh-sungguh mengikuti ajaran agama Kristen dan mempunyai
minat dan perhatian yang tinggi untuk bermain musik. Mereka diajar mengenal

4

Dr. J.R Hutauruk. 2011. Lahir, berakar dan Bertuhbuh di dalam Kristus. Sejarah 150
Tahun Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) 7 Oktober 1861- 7 Oktober 2011. Kantor Pusat
HKBP, hal. 4-7

Universitas Sumatera Utara


notasi musik yang ada. Melalui proses belajar yang cukup lama, akhirnya
beberapa warga jemaat mahir memainkan ensambel musik tiup tersebut.
Pengetahuan tentang alat-alat musik organ dan brass sama sekali masih
baru bagi masyarakat Batak Toba, demikian juga tentang musik gereja yang
bertangga nada diatonik. Instrumen musik brass yang pertama hanya terdiri dari
sebuah terompet, yang digunakan untuk mengiringi kebaktian di gereja yang
dimainkan oleh Berausgegeben Van D. Johansen Ruhlo, putra Nommensen
sendiri, mengingat saat itu belum ada warga jemaaat Batak Toba yang dapat
memainkannya (DR. J.R. Hutauruk dalam Pardede).
Dari gambaran perjalanan masuknya musik barat di Indonesia maka dapat
diketahui bahwa musik barat di Indonesia telah mengalami proses perjalanan yang
panjang. Kondisi ini sering disebut juga sebagai proses akulturasi budaya, yaitu
adanya percampuran budaya barat dengan budaya Indonesia. Hasil dari proses
akulturasi ini dapat dilihat dengan lahirnya musik dengan genre baru seperti
musik keroncong dan musik klasik Indonesia yaitu seriosa.
Melalui hasil akulturasi budaya ini dapat ditemukan terjadi pengadaptasian
beberapa unsur/bagian dari sebuah karya komposisi pada komposisi yang baru.
Disamping pengambilan unsur/bagian tertentu ini, karya yang baru akan
memunculkan sebuah konsep baru yang berbeda dengan karya sebelumnya.

Sebagai contoh, komposisi musik vokal seriosa Indonesia mempunyai perbedaan
dengan musik vokal barat (lied) dalam konsep komposisi, narasi/teks dan
keterikatan teks dan melodi.

Universitas Sumatera Utara

Dermott mengatakan bahwa jika sebuah karya komposisi dengan konsep
Barat

digunakan

oleh

komponis

Indonesia

kemudian

mengadopsi


dan

membuatnya menjadi sebuah komposisi baru disertai dengan perubahan unsur
komposisi yang menggunakan teks Indonesia, maka musik tersebut dikatakan
sebagai musik Indonesia. 5
Selanjutnya Dermott mengatakan, bahwa konsep komposisi seriosa yang
dikenal seperti saat ini merupakan musik vokal Indonesia meskipun jika dilihat
dari segi konsep komposisi mempunyai kesamaan dengan lagu lied di Jerman.
Jika ditinjau lebih jauh lagi tentang latar belakang para komponis pencipta musik
vokal seriosa, maka dapat dipastikan bahwa mereka dahulunya pernah belajar
musik barat, baik di luar belajar negeri ataupun belajar di Indonesia.
Lieder [liːdər] merupakan komposisi musik yang disusun untuk solo piano
dan vokal dari sebuah puisi romantis. 6 Lieder juga sering disebut dengan lied,
sebuah komposisi untuk vokal dan piano, dalam tradisi Jerman abad ke-19 lied
adalah sebuah komposisi musik pendek dengan menggunakan syair, dan sebuah
lied yang standar setidaknya harus memiliki tiga movement/gerakan. 7
Komposisi lieder dan seriosa sama-sama berkembang pada abad ke-19.
Menurut sejarah musik barat, dikatakan bahwa komponis cenderung berkarya
dengan gaya musik romantik, yang artinya bahwa kebebasan berekspresi dalam


5

Wawancara dengan Prof. Vincent McDermott, pada hari kamis, 3 Maret 2014, Medan,
Vincent McDermott adalah Profesor Emiritus Musik di Lewis & Clark College, Oregon Amerika
Serikat (untuk komposisi musik dan musik dunia). Vincent McDermott telah menghasilkan banyak
karya untuk ensambel musik Barat, gamelan Jawa dan perpaduan musik dari kebudayaan yang
berbeda-beda.
6
Collins English Dictionary – Complete and Unabridged © HarperCollins Publishers
2003.
7
Random House Kernerman Webster's College Dictionary, © 2010 K Dictionaries Ltd.

Universitas Sumatera Utara

menciptakan karya komposisi sangat dimungkinkan sehingga ‘egoisme dalam
berkarya’ menjadi hal yang menonjol pada era tersebut.
Pada abad kesembilan belas juga muncul suatu kebangkitan dan kesadaran
akan identitas musik nasionalisme. Para komponis dalam berkarya tidak lagi

terpusat hanya dari musik barat itu sendiri, para komponis pada masa ini mulai
mencari dan memasukkan unsur-unsur musik rakyat tradisional dalam karyakarya mereka. Karya komposisi yang demikian lebih dapat diterima masyarakat
pendukungnya, baik dari segi melodi, teks, irama dan intonasi yang saling
mendukung. (Neill, 2003:215)
Jika dikaitkan dengan sejarah Indonesia, dapat dilihat bahwa pada abad
kesembilan belas bangsa Indonesia masih dalam tirani penjajahan. Oleh sebab itu,
perlawanan kolonialisme di tanah air ditandai dengan perlawanan-perlawanan
oleh pejuang kemerdekaan walaupun sifatnya masih kedaerahan. Munculnya
organisasi pemuda seperti organisasi Budi Utomo, serikat Islam dalam organisasi
lainnya sebagai organisasi yang mempersatukan para pemuda Indonesia untuk
membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Bentuk perjuangan yang dilakukan tidak hanya melalui senjata medan
tempur, akan tetapi ada perjuangan dalam bentuk yang lain seperti yang dilakukan
oleh komponis-komponis muda Indonesia melalui lagu-lagu perjuangan yang
mereka ciptakan. Melalui karya komposisi, komponis ingin menyampaikan pesan
terselubung melalui syair-syair

lagu

perjuangan


yang

bertujuan

untuk

meningkatkan semangat perjuangan, cinta kepada tanah air dan keinginan untuk
menjadi bangsa yang merdeka dan terlepas dari penjajahan. Lagu perjuangan

Universitas Sumatera Utara

Indonesia disebut sebagai musik nasionalisme yaitu musik yang diciptakan untuk
tujuan nasional yang mempersatukan bangsa dan didalamnya tidak terdapat unsur
etnis kedaerahan.
Lagu perjuangan merupakan musik nasional Indonesia yang bertemakan
semangat perjuangan dan persatuan. Disebut sebagai musik nasional karena lagu
perjuangan diciptakan dengan menggunakan aturan-aturan musik barat seperti
penggunaan tangga nada diatonis, harmoni, ritme dan tidak berciri etnis. Secara
umum pengertian lagu perjuangan Indonesia adalah kemampuan daya upaya yang

timbul melalui peranan kesenian di dalam gerakan peristiwa sejarah kemerdekaan
Indonesia yang membangkitkan gelora semangat perjuangan dalam usaha
melepaskan diri dari penindasan dan penjajahan di seluruh Indonesia. (Martono,
1953:668).
Salah satu jenis lagu perjuangan yang diciptakan komponis pada waktu itu
adalah musik seriosa. Musik seriosa mulai berkembang di Indonesia pada tahun
1930-an yang dipelopori oleh Cornel Simanjuntak. Lagu seriosa merupakan
bentuk musik yang merupakan kesatuan dari lirik, melodi dan iringan piano. Lirik
lagu seriosa diambil dari berbagai puisi, seperti yang dituliskan oleh W.S. Rendra,
Chairil Anwar, Sanusi Pane, dan lain sebagainya. 8
Lagu seriosa masuk ke dalam kelompok musik serius disebabkan lagu
seriosa dianggap sebagai jenis musik yang memiliki mutu artistik tinggi. Lagu
seriosa diciptakan dengan teknik musikal yang menggunakan teknik-teknik musik
barat seperti dalam penggunaan tangga nada; pengucapan artikulasi yang harus
8

Ayu Tresno Yunita, 2012. Nasionalisme Eropa dan Pengaruhnya pada lagu Seriosa., hal

163.

Universitas Sumatera Utara

tepat; dan ketepatan intonasi menyanyikan nada-nada yang tertulis. Seorang
penyanyi seriosa harus menguasai teknik bernyanyi klasik barat, sehingga seriosa
dapat dinyanyikan sesuai dengan teknik barat tersebut dengan pembawaan yang
tidak boleh terlalu kaku. (Harmunah dalam Yunita, 2012:163)
Bagi pendengar dan penikmat lagu seriosa dituntut adanya semacam
‘persyaratan’ seperti: konsentrasi, pengalaman mendengar dan pengetahuan
tentang dasar-dasar musik barat. Penyajian lagu seriosa dilakukan sama dengan
pertunjukan jenis musik klasik, khususnya lieder dan lazimnya tampil dalam
bentuk lagu dan iringannya. (Muhammad Syafiq, 2003:272).
Istilah seriosa pada awalnya merupakan cara untuk mengelompokkan gaya
musik yang dibuat oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Istilah tersebut muncul
pada saat diadakan lomba Bintang Radio. Istilah tersebut hanya untuk
memudahkan dalam pengelompokan jenis lagu yang dilombakan. Jenis musik
yang dilombakan adalah musik keroncong dan hiburan. Untuk membedakan jenis
hiburan antara lagu pop dan lagu yang serius, maka muncullah istilah lagu seriosa
sebagai nama untuk lagu serius yaitu lagu serius dalam konteks jenis lagu yang
dibuat dengan teknik musikal dari barat. (Tedy Suthady dalam Yunita, 2012:164)
Christine mengatakan bahwa menyanyikan lagu seriosa Indonesia
mempunyai kedekatan dengan teknik bernyanyi barat, vokal yang dihasilkan
harus lebih berwarna “terang”, tidak seperti dalam musik barat yang lebih “gelap”.
Tantangan tersendiri dalam menyanyikan lagu seriosa adalah terletak pada
ketepatan artikulasi dan intonasi. Sebagai contoh, lagu seriosa yang diciptakan
oleh Cornel Simanjuntak tidak hanya menggunakan teks dalam bahasa Indonesia,

Universitas Sumatera Utara

akan tetapi ada juga dalam bahasa daerah, yaitu bahasa Batak Toba. Pada situasi
ini, seorang penyanyi seriosa harus hati-hati dalam melakukan pemenggalan frase,
artikulasi dan intonasi yang jelas agar pesar yang disampaikan dapat dipahami dan
dimengerti oleh pendengarnya. 9
Keberadaan lagu seriosa dapat dikatakan “kurang ada perkembangan”
jika dibandingkan dengan genre musik lainnya. Menurut asumsi penulis banyak
faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, antara lain adalah (1) dalam hal repertoar
lagu, partitur komposisi lagu seriosa susah dicari, hanya orang-orang tertentu saja
yang memilikinya; (2) Komponis Indonesia tidak banyak yang terjun dalam
penciptaan lagu-lagu seriosa; (3) Susahnya mencari guru pengajar vokal seriosa
yang representatif jika dibandingkan dengan guru pengajar vokal pop. Dengan
begitu, pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap lagu seriosa akan terbatas
akan karya-karya musik seriosa; (4) Pertunjukan lagu-lagu seriosa sangat jarang
dipagelarkan, sehingga hal ini secara nyata akan mengurangi minat seseorang
dalam belajar musik seriosa. Jika dibandingkan dengan pertunjukan musik
populer yang begitu luas, hampir setiap hari ditayangkan di berbagai program
televisi nasional, tentu akan meningkatkan apresiasi masyarakat untuk belajar dan
mencintai musik populer; dan (5) Masih minimnya penelitian-penelitian yang
membahas seputar musik seriosa Indonesia, oleh sebab itu akan sulit mendapatkan
literatur-literatur tentang musik seriosa.

9

Wawancara dengan Christine Theodosia Lubis, tanggal 27 Maret 2013 di Medan. Christine
lahir di Tanjung Balai tanggal 1 Desember 1981. Mengenal musik vokal sejak usia lima (5) tahun.
Ia memperdalam ilmunya di Institut Kesenian Jakarta di bawah bimbingan Ibu Catharina W.
Leimena. Christine mempunyai banyak pengalaman sebagai penyanyi solo soprano. Ia juga
beberapa kali membawakan lagu seriosa di berbagai pertunjukan musik dan juga memenangkan
berbagai kejuaraan tingkat nasional yang diselenggarakan oleh RRI.

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini, penulis akan membahas bagaimana teknik bernyanyi
musik vokal seriosa Indonesia yang mempunyai kesamaan dengan teknik
bernyanyi lieder. Disamping itu penulis juga akan membahas kajian komposisi
musik vokal seriosa dengan pendekatan teori Christ and De Lone. Bagian
pembahasan selanjutnya adalah melakukan analisis dalam menemukan persamaan
dan perbedaan konsep komposisi musik seriosa Indonesia dengan konsep
komposisi lagu lieder.
Sebagai bahan kajian komposisi musik seriosa, penulis akan mengkaji
tujuh lagu seriosa yang menurut hasil wawancara dengan narasumber layak untuk
dibawa dalam pertunjukan resital atau konser. Ketujuh lagu tersebut adalah;
“Kisah Mawar di Malam Hari” ciptaan Iskandar; “Bukit Kemenangan” ciptaan
Djuhari; “Embun” ciptaan G.R.W Sinsoe; “Cintaku Jauh di Pulau” ciptaan F.X.
Soetopo; “O Ale Alogo” ciptaan Cornel Simanjuntak; “Srikandi” dan “Gadis
Bernyanyi di Cerah Hari” ciptaan Mochtar Embut.
Selain pertimbangan dari narasumber, pengalaman penulis yang terlibat
aktif dalam musik vokal selama ini juga ikut dalam menentukan kriteria pemilihan
lagu

yang

akan

dianalisis.

Kriteria

sebuah

repertoar

seriosa

dalam

resital/pertunjukan tidak terlepas dari dinamika, artikulasi, interval, pergerakan
melodi, tempo, teks, frase, mood dan durasi. Dalam lagu “Kisah Mawar di Malam
Hari” ciptaan Iskandar mempunyai teknik bernyanyi yang sulit karena jangkauan
melodi yang dinyanyikan dalam interval oktaf. Kesulitan lainnya adalah iringan
piano dalam triplet (6 nada seperdelapan dalam satu ketuk) sehingga penyanyi
harus benar-benar memperhatikan ketukan masuk antara melodi dengan piano.

Universitas Sumatera Utara

Komposisi lagu “Bukit Kemenangan” ciptaan Djuhari mempunyai kerumitan
dalam hal tempo dan iringan piano. Bagaian awal lagu dimulai dalam 6 kres
dengan iringan piano broken chord berubah drastis pada bagian B dalam 3 kres
dengan iringan piano harmony chord. Lagu “Embun” ciptaan G.R.W Sinsoe
mempunyai kerumitan dalam mood dan juga perubahan tempo. Lagu “Cintaku
Jauh di Pulau” ciptaan F.X. Soetopo mempunyai kerumitan dalam hal ritem
iringan piano up-beat dalam keseluruhan lagu. Lagu “O Ale Alogo” ciptaan
Cornel Simanjuntak mempunyai kerumitan bernyanyi dalam hal menahan nadanada yang panjang dalam keseluruhan karya. Komposisi “Srikandi” mempunyai
kesulitan dalam interpretasi lagu karena menggunakan nuansa melodi idiom
nusantara. Lagu “Gadis Bernyanyi di Cerah Hari” ciptaan Mochtar Embut
mempunyai kerumitan dalam pola iringan piano dalam oktaf.
Karya-karya komposisi musik seriosa oleh komponis Cornel Simanjuntak,
Iskandar, Djuhari, G.R.W Sinsoe, Binsar Sitompul dan Mochtar Embut dapat
dianggap sebagai karya yang penting karena mereka mereka adalah tokoh yang
menjembatani musik vokal seriosa Indonesia. Oleh sebab itu, tidak salah
dikatakan bila kiblat musik seriosa akan tertuju pada karya-karya mereka. Jika
kondisi ini dihubungkan dengan permulaan era romantik abad ke 1820-an, karyakarya komponis Beethoven juga dianggap sebagai jembatan pergantian konsep
komposisi era klasik menuju era romantik. Oleh sebab itu, para musisi yang ingin
memahami lebih banyak tentang karya musik masa romantik harus mengkaji dan
mempelajari karya-karya musik Beethoven terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara

Ditelusuri dari biografi komponis seperti; Cornel Simanjuntak, Iskandar,
Binsar Sitompul dan Mochtar Embut dapat ditemukan bahwa mereka mengerti
dan memahami konsep teori musik barat dengan baik, hal ini dapat dilihat dari
perjalanan pendidikan musik yang mereka terima. Hal ini semakin menguatkan
pendapat Dermott yang mengatakan bahwa tidak mungkin komponis Indonesia
dapat menciptakan lagu seriosa tanpa pernah belajar musik barat.
Berikut adalah perjalanan singkat tentang pendidikan musik barat dari
beberapa komponis musik seriosa seperti: Cornel Simanjuntak, Iskandar, Binsar
Sitompul, Djuhari, G.R.W. Sinsoe dan Mochtar Embut. Untuk pembahasan
riwayat hidup komponis, penulis akan membahasnya pada bagian Bab II. (1)
Cornel Simanjuntak lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara 1921. Pendidikan
musiknya (teori dan praktek) diperoleh dari pater Yesuit J. Schouten semasa ia
bersekolah guru HIK Xaverius College di Muntilan, Jawa Tengah. Beberapa
karya musik seriosanya adalah “O Ale Alogo” dan Mari Berdendang 10; (2) Binsar
Sitompul lahir di Pahae Tarutung tanggal 5 Maret 1923. Beliau menamatkan
Sekolah Dasar (Hollands-Inlandsche Schooll) pada tahun 1939, kemudian ia
melanjutkan pendidikannya ke sekolah guru (Hollands-Indische Kweekschool
Katolik). Sekolah di Muntilan memberikan kesempatan pertama baginya untuk
berkenalan secara serius dengan musik klasik dalam berbagai bentuk penampilan,
antara lain dalam bentuk orkes. Selama pendudukan Jepang, ia berkonsentrasi
dalam permainan biola dan memahami teori musik. Beberapa karya komposisi
seriosanya adalah “Trima Salamku”, “Tembang Ria”, “Doa”, Renungan di
10

http://www.jakarta.go.id-ensiklopedia

Universitas Sumatera Utara

Makam Pahlawan” dan “Bagai Kekasih” 11; (3) F.X. Soetopo lahir di Jombang, 26
April 1937. Ia memperoleh pendidikan formal dalam bidang musik di Sekolah
Menengah Musik Indonesia Yogyakarta pada tahun 1957. Kemudian ia
melanjutkan studinya di Akademi Musik Indonesia dan ISI Yogyakarta. Beberapa
karya F.X. Soetopo dalam musik seriosa adalah “Cintaku Jauh Di Pulau”, “Bukit
Hitam”, “Puisi Rumah Bambu” dan “Gersang” 12; (4) Mochtar Embut, lahir di
Makasar 5 Januari 1934. Ia mendapatkan pendidikan musik sejak usia lima (5)
tahun dari ayahnya yang bernama Embut. Beberapa karya komposisi seriosa yang
diciptakannya adalah “Srikandi”, “Gadis Bernyanyi di Cerah Hari”, Senyuman
Dalam Derita” dan “Senja di Pelabuhan Perahu” 13; dan (5) Iskandar lahir tanggal
7 September 1920 di Plaju. Sejak kecil ia sudah menunjukkan kegemarannya pada
musik dengan menyanyi dan menari, namun baru dalam usia 23 tahun Iskandar
benar-benar terjun secara penuh menjadi pemain musik dengan bergabung pada
Orkes Keroncong pimpinan M. Sagi, kemudian pada Orkes Studio Radio
Pendudukan Jepang (1943). Beberapa karya komposisi seriosa yang diciptakannya
adalah “Dahaga” dan “Dewi Anggraini” 14.
Dari pengalaman pendidikan musik dan konsep penciptaan yang dimiliki
oleh komponis seriosa Indonesia di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mereka
mumpuni atau ahli dibidang komposisi musik seriosa. Oleh karena itu, repertoar
musik seriosa seolah “identik” dengan tokoh-tokoh komponis musik seriosa
tersebut di atas.
11

Aning Katamsi, 2008. Klasik Indonesia-Komposisi Untuk Vokal dan Piano. PT Grasindo.

hal. 69
12

Ibid., hal 70
Ibid., hal 70-71
14
http://www.jakarta.go.id - ensiklopedia
13

Universitas Sumatera Utara

Perjalanan musik klasik barat di Indonesia dan musik seriosa tidak
berhenti hanya pada masa Cornel Simanjuntak maupun Iskandar, akan tetapi
melalui proses yang panjang dan alot di dalam membentuk sebuah lembaga
pendidikan musik. Pada tanggal 7 Agustus 1951 panitia pembukaan Sekolah
Musik Indonesia (SMIND) di Yogyakarta dibentuk, selanjutnya pada bulan
Januari 1952, sekolah musik pertama di Indonesia didirikan, direkturnya adalah Ir.
S. Prawironegoro. Satu tahun berselang, direktur SMIND kemudian digantikan
oleh Soemarjo. Dimasa kepemimpinan Soemarjo, terjadi perpecahan di antara
para siswa yang menurut Amir Pasaribu dikarenakan ketidak tersediaan kurikulum
dan juga akses menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) setelah menyelesaikan studi.
Untuk meredam dan menyelesaikan persoalan tersebut, di akhir tahun 1954 Amir
Pasaribu diangkat menjadi direktur SMIND. Amir Pasaribu melakukan perbaikan
kurikulum yaitu membuat dasar musik yang dipelajari adalah teori-teori musik
barat, komposisi dan konsep musik barat dan juga musik klasik Indonesia
(komposisi untuk instrumen dan vokal seriosa). Amir Pasaribu juga melakukan
penjajakan dan kerjasama dengan Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan agar
tamatan SMIND dapat diterima menjadi PNS. 15
Dibawah kepemimpinan Amir Pasaribu, SMIND berjalan dengan baik
kerjasama dengan berbagai orkes di tanah air dan juga di luar negeri dijalin
sehingga pertunjukan musik klasik sering ditampilkan. Amir Pasaribu juga

15

Eritha Rohana Sitorus, 2009. Amir Pasaribu – Komponis & Perintis Musik Klasik
Indonesia. Media Kreatifa. hal., 85-86 dan 120-121.

Universitas Sumatera Utara

menjalin kerjasama dalam hal tenaga pengajar yang berasal dari luar negeri untuk
mengajar di SMIND. 16
Sistem pengajaran dan kurikulum musik di SMIND lebih cenderung pada
musik barat. Bahan ajar seperti partitur musik menggunakan notasi balok baik
untuk instrumen dan vokal barat. Dalam musik vokal klasik Indonesia (baik untuk
komposisi instrumen dan musik seriosa) komponis tetap menciptakan karyakaryanya dengan menggunakan notasi balok sebagai media mencurahkan
intelektual musikalnya. Ini dapat dilihat dari beberapa manuskrip notasi balok
yang dituliskan dengan tulisan tangan. Hal ini terjadi karena pada saat itu di
Indonesia belum terdapat percetakan khusus untuk menuliskan notasi balok.
SMIND ini pada perkembangan selanjutnya berubah nama menjadi
Sekolah Musik Kejuruan. Keinginan dari siswa-siswa untuk menjadikan SMIND
seperti konservatori sepertinya tidak bisa diterima oleh Amir Pasaribu, sebab
menurut Amir Pasaribu kemampuan bermain musik di SMIND belum pantas
disejajarkan dengan pendidikan konservatori musik. Oleh karena itulah,
perkembangan selanjutnya tentang pendidikan musik barat di Indonesia dimulai
dengan pendirian Akademi Musik Indonesia (AMI).
Penulis melihat pertanyaan-pertanyaan dan asumsi di atas dapat menjadi
salah satu bahan penelitian ilmiah. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis
memilih judul : ANALISIS KOMPOSISI DAN TEKNIK BERNYANYI
MUSIK SERIOSA INDONESIA.

16

Ibid., hal 122-123

Universitas Sumatera Utara

1.2 Pokok Permasalahan
Dalam penulisan karya ilmiah ini perlu dilakukan pembatasan masalah.
Masalah dalam penelitian ini dibuat dengan jelas untuk mempermudah penulisan
dalam menyelesaikan masalah.
Adapun yang menjadi pokok masalah yang diteliti adalah:
1.

Bagaimana konsep komposisi musik seriosa Indonesia?

2.

Bagaimana konsep komposisi karya lieder?

3.

Bagaimana teknik bernyanyi musik seriosa Indonesia?

4.

Bagaimana hasil adaptasi dalam konsep komposisi musik seriosa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah
1. Menganalisis konsep komposisi musik seriosa Indonesia.
2. Menganalisis konsep komposisi karya lieder.
3. Menganalisis teknik bernyanyi musik seriosa Indonesia.
4. Menganalisis hasil adaptasi dalam konsep komposisi musik seriosa Indonesia

1.4 Manfaat penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
menjadi kontribusi bagi para pembaca dan khususnya seniman musik dan vokal
untuk dapat menghidupkan kembali musik vokal seriosa Indonesia di tengahtengah perkembangan musik saat ini.
Manfaat penulisan ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Memberikan pemahaman akan konsep komposisi musik seriosa Indonesia.
2. Memberikan pemahaman akan konsep komposisi musik lieder.
3. Memberikan pemahaman akan teknik bernyanyi musik seriosa Indonesia
4. Memberikan masukan tentang proses pengadapatasian sebuah karya
komposisi bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian
mengenai musik vokal seriosa Indonesia.
Luaran penelitian yang diharapkan dari tesis ini adalah menemukan metode teknik
bernyanyi seriosa Indonesia, publikasi ilmiah dan buku ajar.

1.5 Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan
studi kepustakaan, yaitu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan
objek penelitian ini. Tujuan dari studi kepustakaan ini dibagi dalam dua bagian,
yaitu; (1) untuk mendapatkan dasar-dasar teori dan menelaah literatur-literatur
tersebut dengan penelitian dalam lingkup pengkajian dan penciptaan seni secara
umum dan pembahasan musik klasik vokal Indonesia secara khusus; dan (2)
untuk menghindari penelitian yang tumpang tindih.
Sepanjang pengetahuan penulis, dari hasil penelitian pustaka yang
dilakukan menunjukan bahwa hingga saat ini belum ada kajian mengenai
komposisi dan teknik bernyanyi lieder dalam musik vokal seriosa di Indonesia.
Untuk mendukung pengetahuan dan pemahaman penulis dalam membahas
permasalahan yang ada, maka penulis mempergunakan beberapa literatur sebagai
acuan. Penulis akan membagi kajian literatur dalam tiga bagian besar. Bagian

Universitas Sumatera Utara

pertama adalah literatur yang berhubungan dengan musik seriosa antara lain: Ayu
Tresna Yunita, 2012 dalam artikel yang berjudul Nasionalisme Eropa dan
Pengaruhnya pada Lagu Seriosa Indonesia. Beliau memaparkan bagaimana
gerakan nasionalisme di Eropa mempengaruhi juga perkembangan nasionalisme
di Indonesia terlihat dari komposisi seriosa Indonesia. Seterusnya Muhammad
Syafiq, 2003. Ensiklopedia Musik Klasik. Memberikan hal keharusan bagi para
pendengar dan penikmat musik seriosa agar konsentrasi, selain pengalaman
mendengar dan pengetahuan tentang dasar-dasar musik barat agar dapat
mengapresiasi dan memahami musik seriosa. Sri Martono dalam tulisannya yang
berjudul “Kehidupan Seni Suara Tahun 1945-1952”. Memberikan informasi
tentang konsep komposisi lagu perjuangan sebagai musik nasional diciptakan
dengan memakai aturan-aturan musik barat seperti penggunaan tangganada
diatonis, harmoni, ritme dan tidak berciri etnis.
Bagian kedua adalah literatur yang berhubungan dengan analisis musik
diantaranya adalah; Christy, A. Van, 1975. Expresive Singing, Vol. 1-2.
University of California. WM. C. Brown Company Publisher. Memberikan
informasi tentang pendekatan yang baik dalam hal teknik dasar dalam olah vokal
dan juga menjelaskan dasar-dasar interpretasi dalam vokal.
Andrea M. Apel, 2011. German Lider: Song for Women. McNair Scholars
Research Journal: vol 3. Iss. 1, Article. 5. Penelitian ini mengidentifikasi lieder
secara khusus untuk kaum perempuan. Karya spesifik untuk kaum perempuan
sebagai karya solo diciptakan oleh komponis Franz Schubert (1797-1828), Robert
Schumann (1810-1856), Johannes Brahms (1833-1897) dan Hugo Wolf (1860-

Universitas Sumatera Utara

1903). Suzanne K. Langer 1953, 'The Principle of Assimilation', in Feeling and
Form New York: Scribner. Artikel ini memberikan pendekatan analisis syair dari
musik vokal. Suzanne memaparkan konsep model dalam pendekatan analisis lagu
(‘song’) yaitu: “model asimilasi” (assimilation mode,), berasal dari karya Suzanne
Langer, yang berpendapat sebagai berikut: Ketika kata-kata dan musik bersatu
dalam lagu, musik ‘menelan’ kata-kata, bukan hanya kata-kata dan kalimat
secara harfiah, tetapi struktur kata dalam sastra. Tidak ada kompromi antara
puisi dan musik dalam lagu, meskipun teks diambil dengan sendirinya menjadi
sebuah puisi yang bagus, lagu adalah musik.
Dalam pembuatan lagu, kata-kata berfungsi dalam kapasitas general untuk
melepaskan energi kreatif komposer. Ketika hal ini dicapai maka kata-kata
tersebut hilang sebab kata-kata mengasumsikan suatu bentuk musik. Posisi
komponis bukanlah untuk mengabaikan karakter puitis, tapi untuk mengubah
seluruh materi puisi menjadi elemen-elemen musik.
Suzanne tidak memberikan demonstrasi analisis konkrit dari proses
asimilasi. Ia mengemukakan bahwa tugas yang lebih menantang adalah untuk
menunjukkan proses elemen non musikal berubah menjadi elemen musik.
Analisis lagu, menurut model ini, didasarkan pada dasar musik yang terbentuk di
bagian mandiri (yaitu, sebagai bagian dari konsepsi murni musik) dan dalam
bagian generatif (yaitu, sebagai bagian dari proses 'musicalizing' non musik
elemen).
Untuk kajian analisis lagu seriosa, penulis juga menggunakan teori Kofi
Agawu, 1992 yang tulisannya berjudul Theory and Practice in the Analysis of the

Universitas Sumatera Utara

Nineteenth-Century 'Lied'. Agawa menjelaskan konsep hubungan antara syair dan
musik dalam lagu. Lagu diartikan sebagai pertemuan antara musik, syair/kata-kata
dan lagu yang saling terikat dan berkaitan. Model ini memungkinkan baik lirik
maupun musiknya masuk ke dalam lagu; memungkinkan eksistensi keduanya di
luar lagu dan memungkinkan bahwa eksistensi independen lagu tidak terbatas
pada kontribusi kata atau musik. Selanjutnya M. Soeharto (1992:131)
mengemukakan bahwa syair adalah teks, atau kata–kata lagu, dengan kata lain
suatu komposisi puisi yang sering dilakukan oleh pencipta musik. Tanpa syair
maka tidak dapat mengetahui makna maupun tujuan dari sebuah komposisi musik,
karena syair merupakan

inti dari sebuah lagu. Dalam mengkaji syair musik

seriosa, pada prinsipnya merupakan sebuah tahapan yang digunakan penulis
hingga ditemukannya titik dimana komponis mencurahkan isi hati atau
ekspresinya dalam rangkaian kata-kata, kalimat demi kalimat hingga merupakan
suatu kisah yang bermakna dan imajinatif. Dengan demikian seorang pencipta
lagu setidaknya mampu memilih kata-kata yang tepat untuk dijadikan sebuah
lagu. Atas dasar itu, penulis melakukan analisis struktur dari syair secara detail
yang berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya bahasa yang dipergunakan
dalam lagu tersebut.
Bagian ketiga adalah literatur yang berhubungan dengan lieder,
diantaranya adalah: Ja Yeon Kang, 2011. Robert Schumann’s Notion of the Cycle
In Lieder Und Gesange Aus Goethes Wilhelm Meister, Op. 98.A and Waldszenen,
Op.82. City University London-Department of Music. Disertasi ini membahas

Universitas Sumatera Utara

bagaimana penggunaan konsep bentuk siklus dalam penggarapan komposisi
kedua lieder tersebut.
Selanjutnya Julia Nafisi, 2011. German Lieder in the perception of the
modern Australian listener and or singer: a survey at the 30th National
Liederfest. Australian Journal of Music Education. Artikel ini menjelaskan
bagaimana lieder Jerman menjadi inspirasi lagu pada era romantik. Artikel ini
membahas tentang bagaimana persepsi dari pendengar dan penyanyi di Australia
terhadap komposisi lieder.

1.6 Konsep
Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan
antara variabel-variabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan
empiris.

1.6.1 Konsep Musik Seriosa
Musik dalam konteks seriosa Indonesia adalah sebuah cara untuk
mengelompokkan gaya musik yang dibuat oleh RRI. Istilah seriosa hanya untuk
memudahkan dalam pengelompokan jenis lagu yang dilombakan. Jenis musik
yang dilombakan adalah musik keroncong dan hiburan. Untuk membedakan jenis
hiburan antara lagu pop dan lagu yang serius, maka muncullah istilah lagu seriosa
sebagai nama untuk lagu serius yaitu lagu serius dalam konteks jenis lagu yang
dibuat dengan teknik musikal dari Barat.

Universitas Sumatera Utara

Pengertian lagu serius dalam seriosa lebih didasarkan pada dua bagian,
yaitu (1) cara bernyanyi seperti lied, artinya bahwa pertunjukan musik seriosa
haruslah sesuai dengan kaidah cara bernyanyi musik dalam hal teknik vokal barat;
dan (2) bentuk komposisi seriosa yang sama dengan lied yaitu sebuah komposisi
untuk vokal dan piano.
Teknik vokal barat sebenarnya menyangkut cara bernyanyi dengan
menggunakan teknik, pengungkapan lagu secara serius dan penuh perasaan.
Teknik vokal barat yang dimiliki oleh penyanyi harus diaplikasikan sesuai dengan
gaya

musiknya.

Teknik

vokal

merupakan

sarana

untuk

menampilkan/mengkomunikasikan musik yang ada dalam pikiran seorang
penyanyi. Oleh sebab itu, tugas seorang penyanyi tidak hanya menguasai teknik
vokal saja namun harus mampu menempatkan setiap teknik vokal pada lagu
sesuai dengan jenis musik yang dibawakan. Contoh, dengan penggunaan teknik
vokal barat pada lagu seriosa Indonesia, seperti contoh lagu ”O Ale Alogo” maka
akan mengahasilkan sebuah komposisi lagu yang terasa menjadi lebih ”klasik”,
hal ini akan berbeda jika lagu tersebut dinyanyikan tanpa teknik vokal barat.
Beberapa bentuk-bentuk musik vokal barat adalah sebagai berikut; (1)
Anthem adalah karya musik vokal untuk koor dan dan solo campuran (sopran,
alto, tenor, bass). Dalam bentuk aslinya anthem dinyanyikan secara acappela
(dinyanyikan tanpa iringan musik); (2) Aria adalah bagian dari opera. Aria
merupakan sebuah nyanyian yang dibawakan dengan puitis. Awalnya aria hanya
berbentuk recitative (teks nyanyian diucapkan secara deklamasi). Dalam recitative
kata-kata menjadi lebih penting dari pada musik, tetapi musik akan berfungsi

Universitas Sumatera Utara

untuk mempertinggi emosi kata tersebut. Bentuk-bentuk Aria diantaranya adalah
aria cantabile merupakan aria yang berkarakter mengalir dan penuh emosi. Aria
di bravura adalah sebuah aria yang mengeksploitasikan teknik vokal dan Aria
perlante adalah aria yang lebih mirip seperti deklamasi dari pada melodi; (3)
Berceuse dikenal sebuah lagu pengantar tidur. Strukturnya sederhana dan
biasanya penyanyi tidak memerlukan improvisasi dalam membawakannya; (4)
Canon adalah suatu bentuk komposisi lagu yang sama dinyanyikan berurutan oleh
beberapa suara kemudian sebagian dinyanyikan bersama-sama; (5) Cantata
merupakan sebuah bentuk oratorio kecil. Biasanya ditulis untuk koor atau solois
dan pula untuk orkestra. Teksnya biasanya bersifat religius. Cantata terdiri dari
dua jenis yaitu: Cantata da chiesa yang ditulis untuk keperluan gereja dan
Cantata da camera yang bersifat keduniawian; (6) Elegy adalah lagu rakyat dari
komunitas tertentu. Umumnya bercerita tentang legenda, ramalan, dongeng atau
hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan suatu bangsa. Biasanya tidak diketahui
siapa penciptanya; (7) Lied Jerman adalah sebuah bentuk lagu hubungan teks
melodi dan iringan piano, memiliki hubungan yang erat dan menjadi satu kesatuan
yang utuh dan artistik; (8) Magnificiant adalah sebuah bentuk lagu religius yang
bercerita tentang bunda Maria. Bentuk ini sangat umum dikenal di kalangan
gereja khatolik; (9) Oratorio merupakan komposisi musik dengan menggunakan
penyanyi-penyanyi tunggal, paduan suara dan orkestra. Tema umumnya diambil
dari Injil. Dekorasi dan akting tidak digunakan dalam pertunjukan. Berkembang
sejak ± 1600 dari drama keagamaan jaman pertengahan; (10) Requiem adalah
karya musik untuk prosesi pemakaman. Requiem pertama kali dikembangkan oleh

Universitas Sumatera Utara

komponis Palestina dan Victoria; dan (11) Spiritual adalah lagu-lagu yang bersifat
religius. Bentuk ini lahir dari kaum kulit hitam Amerika yang hidup dalam masa
perbudakan

1.6.2 Konsep Analisis
Pengertian Analisis menurut William Christ, et al. (1975:121) adalah
sebagai berikut:
analysis, can be a useful tool for performers and conductors in providing
rational bases for the decision-making and interpretation that are esential
parts of musical performance. Furthermore, analysis provides guidelines
for stylistic interpretation and comparison, as well as for the exploration of
music old and new, by ear or by score study-guidelines that can and should
be esenstial tools for informed musician.

Menurut Christ, analisis dapat menjadi alat yang berguna untuk pemain dan
konduktor dalam memberikan dasar yang rasional dalam pengambilan keputusan
dan interpretasi yang merupakan bagian penting dari pertunjukan musik.
Selanjutnya, analisis menyediakan pedoman untuk interpretasi gaya dan
perbandingan, serta untuk mengeksplorasi musik lama dan baru, melalui
pendengaran atau pedoman studi melalui partitur yang bisa dan seharusnya
menjadi perangkat informasi yang esensial bagi musisi.
Menurut Speer, 2005, hal. 2 dalam Tulisannya yang berjudul Computable
Theories of Music Analysis mengatakan; Analisa Musik adalah suatu proses
kompleks yang perlu meletakkan secara bersama informasi tentang berbagai aspek
musik. Teori formal tentang analisa musik biasanya tidak menunjuk semua aspek
ini, hanya memilih satu aspek saja, sebab masing-masing aspek mempunyai
kesulitan sendiri. Sedangkan menurut Karl-Edmund (1996:1) mengatakan analisis

Universitas Sumatera Utara

musik adalah sebuah kegiatan ‘memotong’ dan memperhatikan secara detil sambil
melupakan keseluruhan dari karya musik, hanya dengan cara ini kita dapat
menemukan kesenian dalam musik. Konsep analisis ini digunakan penulis sebagai
panduan dalam menganalisa struktur musik.
Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:37) adalah
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri
serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan. Chaplin dalam Agsety mengatakan analisis sebagai
proses mengurangi kekompleksan suatu gejala rumit sampai pada pembahasan
bagian-bagian paling elementer atau bagian-bagian paling sederhana. Menurut
The Norton/Grove Concise Encyclopedia of Music Revised and Enlarged, analisis
adalah bagian dari belajar musik yang diambil dari bagian musik itu sendiri. Ini
biasanya meliputi pemecahan dari sebuah susunan musik ke dalam elemen-elemen
unsur pokok yang relatif sederhana, dan peranan-peranan penelitian pada elemenelemen tersebut dalam susunannya terdapat banyak perbedaan tipe-tipe dan
metode-metode analisa, termasuk susunan pokok (Schenker), dari tema, dari
bentuk (Tovey), dari bagian susunan (Riemann) dan dari informasi teori.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis
musik adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagian dan pembahasan
bagian-bagian paling sederhana dari sebuah susunan karya musik untuk
mengurangi kekompleksan suatu pokok atas berbagai bagiannya sehingga dapat
dimengerti dan dipahami arti keseluruhannya.

Universitas Sumatera Utara

1.6.3 Konsep Struktur Musik
Kata struktur merupakan rangkaian suatu susunan unsur yang membentuk
sebuah karya musik. Secara garis besar beberapa yang terkait dalam unsur-unsur
musik terdiri atas melodi, ritme, harmoni, dan dinamik.
a. Melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan rangkaian teratur)
yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu
gagasan pikiran dan perasaan (Jamalus, 1998:16). Melodi adalah naik
turunnya harga nada yang seyogyanya dilihat sebagai gagasan inti
musikal, yang sah menjadi musik bila ditunjang dengan gagasan yang
memadukanya dalam suatu kerja sama dengan irama, tempo, bentuk dan
lain-lain (Ensiklopedi musik, 1992:28). Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada yang terbentuk
dari perubahan-perubahan harga nada dalam kaitannya
dengan irama, tempo, bentuk dan sebagainya.
b. Ritme adalah rangkaian gerak yang beraturan dan menjadi unsur dasar dari
musik. Irama terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam panjang
pendeknya dalam waktu yang bermacam-macam, membentuk pola irama
dan bergerak menurut pulsa dalam setiap ayunan birama (Jamalus, 1998:
7). Pulsa adalah rangkaian denyutan yang terjadi berulang-ulang dan
berlangsung secara teratur, dapat bergerak cepat maupun lambat (Ibid,
1998:9). Untuk lebih memudahkannya, maka ritme dianggap sebagai
elemen waktu dalam musik yang dihasilkan oleh 2 faktor yaitu : aksen dan

Universitas Sumatera Utara

panjang pendeknya nada atau durasi. Dari pendapat-pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa ritme terjalin dalam rangkaian melodi.
c. Harmoni adalah cabang ilmu pengetahuan musik yang membahas dan
membicarakan perihal keindahan komposisi musik (Banoe, 2003:180).
d. Dinamik adalah keras lembutnya dalam cara memainkan musik,
dinyatakan dengan berbagai istilah seperti : p (piano), f (forte), mp (mezzo
piano), mf (mezzo forte), cresc (crescendo), dan sebagainya (Banoe,
2003:116).
Dalam musik, selain unsur-unsur musik yang terdiri melodi, ritme, harmoni, dan
dinamik, terdapat bentuk musik yang terdiri dari beberapa komponen, antara lain:
1. Motif, adalah bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata,
suku kata atau anak kalimat yang dapat dikembangkan (Banoe,2003 :283).
2. Tema, merupakan ide-ide pokok yang mempunyai unsur-unsur musikal
utama pada sebuah komposisi yang masih harus dikembangkan lagi,
sehingga terbentuknya sebuah komposisi secara utuh. Dalam sebuah karya
bisa mempunyai lebih dari satu tema pokok yaitu masing-masing akan
mengalami pengembangan.
3. Frase, adalah satu kesatuan unit yang secara konvensional terdiri dari 4
birama panjangnya dan ditandai dengan sebuah kadens. Wicaksono dalam
Agsety membagi dua bentuk frase, yaitu; (a) Frase anteseden, adalah frase
tanya atau frase depan dalam suatu kalimat lagu yang merupakan suatu
pembuka kalimat, dan biasanya diakhiri dalam kadens setengah (pada
umumnya jatuh pada akord dominan); dan (b) Frase konsekuen, adalah

Universitas Sumatera Utara

frase jawab atau frase belakang dalam suatu kalimat dalam lagu dan pada
umumnya jatuh pada akord tonika.
4. Periode atau Frasering, adalah gabungan dua frase atau lebih dalam
sebuah wujud yang bersambung sehingga bersama-sama membentuk
sebuah unit seksional (Miller dalam Agsety). Kalimat musik merupakan
suatu kesatuan yang nampak, antara lain pada akhir kalimat: disitu timbul
kesan ‘selesailah sesuatu’, karena disini melodi masuk dalam salah satu
nada akor tonika, namun lagunya dapat juga bermodulasi ke akor lain
misalnya ke dominan dan berhenti disitu (Prier, 2004: 19)
5. Kadens, merupakan sejenis fungtuasi dan untuk mencapai efeknya
menggunakan rangkaian akord-akord tertentu pada tempat tertentu dalam
struktur musik. Terdapat beberapa macam kadens antara lain : Authentic
Cadens (V-I), Plagal Cadens (IV-I), Deceptif Cadens (V-VI) dan Half
Cadens (I-V-I-IV).

1.6.4 Konsep Teks/Syair Lagu
Di dalam kamus musik 17 M. Soeharto mengemukakan syair adalah teks,
atau kata–kata lagu, dengan kata lain suatu komposisis puisi yang sering
dilakukan oleh pencipta musik. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna
maupun tujuan dari sebuah komposisi musik, karena syair merupakan inti dari
sebuah lagu. Menurut Badudu-Zain 18, syair atau teks adalah kata-kata yang asli
dibuat oleh pencipta lagu. Sigmund Freud dalam Migdolf mengemukakan bahwa
17
18

M. Soeharto, 1992. Kamus Musik. Gramadia Widia Sarana Indonesia, halaman 131
Badudu Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, (Jakarta:1996) hal

1455

Universitas Sumatera Utara

syair lagu adalah kata-kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut, serta
diurapi oleh lidah. Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi
musik melalui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu.
Atas dasar itu, penulis melakukan analisis yaitu struktur dari syair secara detail
yang dalam hal ini antara lain berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya
bahasa yang dipergunakan dalam lagu tersebut.
Dalam pengkajian syair, pada prinsipnya merupakan kajian teks lagu yang
digunakan penulis hingga ditemukannya titik dimana komponis mencurahkan isi
hati atau ekspresinya dalam rangkaian kata-kata, kalimat demi kalimat hingga
merupakan suatu kisah yang bermakna dan imajinatif. Dengan demikian seorang
pencipta lagu setidaknya mampu memilih kata-kata yang tepat untuk dijadikan
menjadi sebuah lagu.

1.7 Teori
Teori adalah sebuah set konsep atau construct yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, sebagai landasan cara berpikir bagi
penulis dalam membahas permasalahan penelitian ini, diperlukan teori-teori yang
berhubungan dengan disiplin ilmu etnomusikologi untuk untuk menunjang datadata atau informasi yang diharapkan bagi penelitian. Dalam mengurai analisis
permasalahan terhadap topik penelitian, penulis mengimplementasikan beberapa
teori yang dianggap mewakili penelitian penulis sebagai acuan pembahasan ini.

Universitas Sumatera Utara

1.7.1 Teori Analisis Musik
Untuk menganalisa struktur musik komposisi lagu seriosa Indonesia dan
lagu lied, penulis menggunakan teori analisis yang dikemukakan oleh Christ dan
DeLone (1975:323-324) bahwa salah satu fungsi utama analisis adalah harus
memberikan informasi tentang interpretasi karya dalam sebuah pertunjukan.
Analisis harus menghasilkan pemahaman tentang materi dan proses pembentukan
sebab karya itu adalah merupakan potongan-potongan materi yang saling terkait
disusun secara koheren. Tujuan singkat dari analisis ini adalah untuk membangun
hubungan keterkaitan antara analisis dan pertunjukan.
Selanjutnya, beliau memberikan empat hal yang utama dalam melakukan
analisis karya komposisi. Meskipun demikian, perlu dipahami bahwa empat
bagian ini setidaknya dapat menjawab dan sekaligus menjadi petunjuk untuk
hampir semua pertanyaan-pertanyaan tentang gaya musik, form dan jenis musik
dari karya komposisi. Keempat bagian tersebut adalah: (1) Texture and Timbre;
(2) Melody: (3) Harmony; dan (4) Form. Analisis texture dan timbre meliputi:
instrumentasi, vokal, dinamik, interval dan artikulasi. Kajian melody meliputi:
tangga nada, modus, kromatik, modulasi/mutasi, ornamentasi, ritem, meter,
repetisi motif, sekwens, prase, sections (bagian), change of mode (perubahan
modus), inversi, kontur, gerak melodi. Analisis harmony terkait pada modulasi
diatonik dan kromatik, pola kadens, ritem harmoni, aspek kontrapung, progressi
harmoni. Untuk kajian form akan meliputi bentuk komposisi, kesatuan material
(repetiton, return dan tonality), kontras (tematik, ritem, tekstur dan tonal), proses
penciptaan dan development (motif, pengulangan, ritem, perubahan tekstur,

Universitas Sumatera Utara

perubahan tonalitas, perubahan dinamik) dan pertimbangan musik lainnya
meliputi musik pada teks, lukisan, mitos, kiasan untuk yang berhubungan dengan
emosional.

1.7.2 Teori Teknik Bernyanyi
Christy dalam bukunya Expressive Singing Vol.1, menyebutkan bahwa
teknik vokal adalah suatu cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga
suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan nyaring. Beberapa unsur
teknik vokal yaitu; (1) Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang
baik dan jelas; (2) Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara sebanyakbanyaknya, kemudian disimpan, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai
dengan keperluan. Teknik Pernafasan dibagi atas tiga jenis, yakni:
1. Pernafasan Dada: cocok untuk nada-nada rendah, namun penyanyi mudah
lelah.
2.

Pernafasan Perut: udara cepat habis, kurang tepat digunakan dalam
bernyanyi, karena akan cepat lelah.

3. Pernafasan Diafragma: adalah pernafasan yang paling cocok digunakan
untuk bernyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur
pemakaiannya,