Penyuluhan Hukum dan Penanaman Pohon untuk Konservasi Pantai Tanjung Tiram Kabupaten Batubara

LAPORAN AKHIR HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENYULUHAN HUKUM DAN PENANAMAN POHON
UNTUK KONSERVASI PANTAI TANJUNG TIRAM
KABUPATEN BATUBARA

Oleh :
Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum,
Dr. Edy Ikhsan, SH, MA,
Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum

(NIDN : 0013026203)
(NIDN : 0016026304)
(NIDN : 0115086502)

Atas Biaya Sendiri

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2015
1


LEGAL COUNSELINGG AND TREE PLANTING
FOR CONSEVATION TANJUNG TIRAM
BEACH BATUBARA DISTRICT
ABSTRACT
Dr. OK. Saidin, SH, M. Hum *)
Dr. Edy Ikhsan, SH, MA **)
Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum ***)
Indonesia is one country with the mangrove forest as the second
widest in the world after Nigeria. Today the mangrove forest is 3,24 million acre from
the total of 17,5 acre mangrove forest in the world. In national scale the widest forest
in Indonesia is in Irian Jaya. East Klimantan, South Kalimantan, South Sumatera, and
Riau. Whereas another province including North Sumatera only possessed 1,91% of
the total mangrove forest in Indonesia. North Sumatera from the percentage has
287.585 acre mangrove forest. In the location of this legal counseling is done, that is
in Batubara district, the mangrove forest is 420 acre.
This is far less than the previous condition before “blue revolution movement”
and “green revolution movement” in the eastern beach of north Sumatera. The blue
revolution movement which made the mangroves for aquaculture and green
revolution movement for palm garden opening caused many damage inflicted in the
eastern beach of North Sumatera. In some reports it is noted that the damage has

achived 90% caused by the re use of the land. There are datas announced by North
Sumatera Control of Environment Effect Institution that the reuse of mangrove in
North Sumatera to become palm garden in 12000 acre whereas the re use for
aquaculture is in 10.000 acre and the rest is damaged because of the logging in the
last 20 years. Of course this caused certain problems for the society arounf North
Sumatera beaches such as Batubara District, Tanjung Tiram area (Guntung village
and Bagan Area village).
Because of the damage of the mangroves, the problem arised for the society
near it that is the erotion of the beach which anyally decreased and caused the
decrease of environment quality which affect the sea and it content near the area.
The role and participation of society in controlling the effect of environment
and to maintain the damage that will avoid the area from pollution to bring back the
support of nature is becoming our responsibility especially all Universities. Because
of that, the counseling regarding the important meaning of environment (including
legal counseling) and tree planting is the forst step necessary in the two villages beach
area.
*)
**)
***)


Lecturer in Law Faculty USU
Lecturer in Law Faculty USU
Professional Lecturer in Law Faculty USU
2

In the implementation of the counseling which in one day, at least it can
provide motivation to the society on the importance of saving the environment form
human life today and for the future. There is no problem or issue in the ativity, but the
hope given to the society is so that the activity will not stop at this point, but to be
conducted sustainably.

Keywords : Legal Counseling, Beach Conservation, Tree Planting, Guntung
village, Bagan Area Village.

3

RINGKASAN
PENYULUHAN HUKUM DAN PENANAMAN POHON
UNTUK KONSERVASI PANTAI TANJUNG TIRAM
KABUPATEN BATUBARA

Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum *)
Dr. Edy Ikhsan, SH, MA **)
Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum ***)

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki luas hutan mangrove pada
urutan ke-2 di dunia setelah Nigeria. Saat ini hutan mangrove Indonesia memiliki
total luas 3,24 juta hektar dari total 17,5 juta hektar hutan mangrove di dunia. Pada
skala nasional luas hutan mangrove terbesar di Indonesia adalah wilayah Irian Jaya
kemudian secara berturut-turut Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera
Selatan dan Riau. Sedangkan provinsi lain termasuk Sumatera Utara hanya memiliki
1,91% dari total hutan mangrove Indonesia. Sumatera Utara dari persentase itu
memiliki hutan mangrove sekitar 287.585 hektar. Di wilayah lokasi penyuluhan
hukum ini dilakukan yaitu di Kabupaten Batubara, jumlah hutan mangrove yang ada
seluas 420 hektar.
Jumlah ini jauh dari kondisi sebelum terjadinya “gerakan revolusi biru” dan
“gerakan revolusi hijau” di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Gerakan revolusi
biru yang menjadikan lahan-lahan mangrove untuk wilayah pertambakan dan gerakan
revolusi hijau yang menjadikan wilayah mangrove untuk pembukaan kebun-kebun
kelapa sawit telah menimbulkan kerusakan hutan di wilayah Pantai Timur Sumatera
Utara. Dalam beberapa laporan tercatat bahwa kerusakan itu mencapai angka 90%

yang diakibatkan dari alih fungsi lahan tersebut. Terdapat data yang diumumkan oleh
Badan Pengnedalian Dampak Lingkungan Provinsi Sumatera Utara bahwa alih fungsi
lahan mangrove di Sumatera Utara menjadi perkebunan kelapa sawit sekitar 12.000
hektar sedangkan alih fungsi lahan untuk pertambakan sekitar 10.000 hektar
selebihnya terjadi kerusakan akibat penebangan hutan yang terjadi selama kurun
waktu 20 tahun terakhir. Tentu saja hal ini menimbulkan persoalan tersendiri bagi
masyarakat di sekitar pesisir pantai Sumatera Utara termasuk di wilayah di dua desa
Kabupaten Batubara, Kecamatan Tanjung Tiram (Desa Guntung dan Desa Bagan
Area).
Akibat kerusakan hutan mangrove ini telah menimbulkan permasalahan
tersendiri bagi masyarakat di sekitar kawasan pantai itu yakni terjadi pengikisan bibir
*)
**)
***)

Dosen Fakultas Hukum USU
Dosen Fakultas Hukum USU
Dosen Tenaga Profesional Fakultas Hukum USU

4


pantai yang setiap tahunnya menjadi berkurang dan menyebabkan turunnya kualitas
lingkungan hidup yang berpengaruh pula pada plasma nutfah dan biota laut di sekitar
kawasan itu.
Peran serta masyarakat dalam pengendalian dampak lingkungan dan
memelihara kerusakan lingkungan yang pada gilirannya dapat menjadikan wilayah itu
tidak tercemar guna mengembalikan kemampuan daya dukung lingkungan hidup
disekitarnya menjadi tanggungjawab kita semua terutama Perguruan Tinggi. Oleh
karena itu, penyuluhan tentang arti penting lingkungan hidup (termasuk penyuluhan
hukum) dan penanaman pohon adalah langkah awal yang perlu dilakukan di kawasan
pantai di dua desa tersebut.
Dalam pelaksanaan penyuluhan itu yang berlangsung 1 hari dan penanaman
pohon berlangsung 1 hari paling tidak dapat memberi motivasi kepada masyarakat
sekitar betapa pentingnya arti menyelamatkan lingkungan hidup bagi kehidupan
manusia hari ini dan untuk kehidupan masa depan. Tidak ada hambatan yang berarti
dalam pelaksanaan kegiatan tersebut akan tetapi harapan yang dititipkan masyarakat
adalah agar kegiatan seperti ini tidak berhenti sampai disini saja tetapi perlu
dilakukan secara berkesinambungan.

Kata Kunci :


Penyuluhan Hukum, Konservasi Pantai, Penanaman Pohon,
Desa Guntung, Desa Bagan Area.

5

TARGET LUARAN

Target yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah masyarakat di sekitar Desa
Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram, yakni meliputi :
1. Masyarakat/penduduk setempat
2. Tokoh-tokoh masyarakat
3. Pemuda setempat
4. Lembaga Swadaya Masyarakat
5. Pemerintah Kabupaten dan jajaran (Kadis Kehutanan, camat dan jajarannya,
kepala desa, lurah dan instansi terkait serta jajarannya).
Sasaran kegiatan adalah lokasi pantai Tanjung Tiram yang tergerus akibat
proses alam dan hutan di sekitar pantai yang rusak akibat penebangan yang tidak
terkendali oleh masyarakat sekitar.
Luaran yang ingin dicapai adalah publikasi nasional dan laporan.


6

KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Permasalahan Dalam
Masyarakat “ketiadaan
agen-agen pembangunan
yang dapat menggerakkan
masyarakat untuk
berpartisipasi dalam
pengelolaan dan
penyelamatan lingkungan
hidup

Tidak ada Kegiatan
karena masyarakat Tidak
Memahami tentang arti
penting lingkungan hidup
bagi kehidupan manusia


Masyarakat sekitar lokasi
pantai Tanjung Tiram
yakni Desa Guntung dan
Desa Bagan Area yang
meliputi : tokoh-tokoh
masyarakat, pemuda
setempat, LSM, Pemkab
beserta jajarannya (Kadis
Kehutanan, Camat,
Kepala Desa, lurah) dan
instansi terkait.

Masyarakat
Pasif
(Sebelum
Penyuluhan)

Pemahaman Masyarakat
sekitar lokasi Pantai

Tanjung Tiram

Aktivitas
Penyuluhan oleh
Tim

Setelah Penyuluhan, diperoleh tokoh-tokoh masyarakat,
pemuda setempat, LSM dan jajaran paling tidak telah
membuka cakrawala masyarakat untuk segera membenahi
lingkungan hidup di sekitar mereka

PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan ini pada tahap awal dapat disimpulkan memberi makna yang sangat
berarti bagi masyarakat tersebut. Mereka yang selama ini tidak memahami arti
penting pelestarian hutan bagi kehidupan manusia. Peran serta masyarakat dalam
pengendalian dampak lingkungan dan memelihara kerusakan lingkungan yang pada
gilirannya dapat menjadikan wilayah itu tidak tercemar guna mengembalikan
kemampuan daya dukung lingkungan hidup disekitarnya menjadi tanggungjawab kita

7


semua terutama Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, penyuluhan tentang arti penting
lingkungan hidup (termasuk penyuluhan hukum) dan penanaman pohon adalah
langkah awal yang perlu dilakukan di kawasan pantai di dua desa tersebut.

HASIL KEGIATAN
Setelah pelaksanaan kegiatan ini, masyarakat di Desa Guntung dan Desa
Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten secara sederhana dapat
digambarkan bahwa kegiatan ini paling tidak telah membuka cakrawala masyarakat
untuk segera membenahi lingkungan hidup di sekitar mereka.

KESIMPULAN DAN SARAN
Masyarakat di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batubara menjadi paham dan mengetahui tentang arti penting lingkungan
hidup bagi kehidupan manusia.

Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan

lingkungan pesisir pantai terutama dalam hal pemeliharaan hutan bakau masih tetap
diperlukan karena kemampuan pemerintah untuk itu sangat terbatas. Pencegahan
terhadap pengrusakan lingkungan pesisir pantai tidak hanya cukup dengan dilakukan
menerapkan undang-undang termasuk penerapan sanksi pidana oleh karena
masyarakat sekitar pantai tersebut secara kultural telah terikat dengan pola-pola
pemanfaatan hutan yang sejak lama mereka lakukan dan berlangsung secara turun
temurun. Efektivitas penegakan hukum lingkungan hanya dapat dilakukan apabila

8

masyarakat disekitar pesisir pantai tersebut dilibatkan secara aktif dan diberikan
pencerahan bahwa hutan bakau yang ada disekitar mereka pada dasarnya adalah
untuk kesejahteraan mereka sendiri. Oleh Karen itu perlu dilakukan kerjasama antara
Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi dengan pihak Perguruan Tinggi, terutama
dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sumatera Utara agar
kegiatan pengabdian itu diarahkan pada penanaman hutan di kawasan-kawasan pantai
yang telah mengalami kerusakan.

9

TIM PELAKSANA

I.

II.

Ketua
1. Nama Lengkap

:

Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum

2. NIP/NIDN

:

196202131990031002 / 0013026203

3. Tanggal Lahir

:

13 Februari 1962

4. Tempat Lahir

:

Kisaran

5. Jenis Kelamin

:

Laki-laki

6. No. Telepon (HP)

:

081264798135

1. Nama Lengkap

:

Dr. Edy Ikhsan, SH, MA

2. NIP/NIDN

:

196302161988031002 / 0016026304

3. Tanggal Lahir

:

16 Februari 1963

4. Tempat Lahir

:

Medan

5. Jenis Kelamin

:

Laki-laki

6. No. Telepon (HP)

:

08111658654

Anggota I

10

III. Anggota II
1. Nama Lengkap

:

Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, MA

2. NIDN

:

0115086502

3. Tanggal Lahir

:

15 Agustus 1965

4. Tempat Lahir

:

A.Bon Bon

5. Jenis Kelamin

:

Laki-laki

6. No. Telepon (HP)

:

0811605692

11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
Rahmat dan KaruniaNya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas penyuluhan
hukum ini sebagai bahagian dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kegiatan ini kami laksanakan pada tanggal 19 dan 20 November 2015 yang
dilakukan di dua desa yakni Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kelurahan Tanjung
Tiram, Kabupaten Batubara. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 25 peserta pada saat
penyuluhan hukum dan 11 orang pada saat penanaman pohon yang terdiri dari tokohtokoh masyarakat, pemuda, LSM yang didampingi oleh unsur-unsur dari Dinas
Kehutanan Kabupaten Batubara beserta jajarannya, Camat dan Kepala desa.
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat tentang arti pentingnya melestarikan lingkungan hidup. Secara sederhana
dapat digambarkan bahwa kegiatan ini paling tidak telah membuka cakrawala kepada
masyarakat di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batubara untuk segera membenahi lingkungan hidup di sekitar mereka.
Penyuluhan hukum ini ini diselenggarakan atas dasar :
1. Persetujuan Usulan Program Pengabdian Pada Masyarakat yang ditandatangani
oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat
Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tanggal
5 Nopember 2015.

12

2. Surat Izin Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat yang diterbitkan Dekan
Fakultas Hukum USU No. 3812/UN5.2.1.2/KMS/ 2015 tanggal 18 Nopember
2015 atas nama : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum, Dr. Edy Ikhsan, SH, MA dan Dr.
Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum.
3. Surat

Tugas

yang

Pengabdian/Pelayanan

diterbitkan
Kepada

oleh

Ketua

Masyarakat

Lembaga

Bidang

Penelitian

Pengabdian

dan

Kepada

Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tanggal 12 November 2015.
Tentu saja kami berterima kasih kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum dan Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan peluang kepada kami untuk
dapat melaksanakan kegiatan ini.
Selain itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah
berpartisipasi dalam kegiatan ini. Untuk itu secara khusus kami sampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Para staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah turut
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan hukum ini.
3. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Batubara, ub Kepala Bidang
Kehutanan, Wahyudi, SP, M.Si serta Camat Tanjung Tiram, Bapak Zahari, SE.
4. Semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan penyuluhan hukum ini.
13

Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan penyuluhan hukum ini tidak luput dari
berbagai macam kekurangan yang kiranya dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan
di masa yang akan datang.
Semoga kegiatan yang telah kami lakukan ini membawa manfaat bagi masyarakat
kita semua.

Medan, 30 Nopember 2015
Koordinator Pelaksana

(Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum)
NIP. 196202131990031002

14

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT ......................................................................................................

i

RINGKASAN .....................................................................................................

iii

TIM PELAKSANA.............................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................

xi

DAFTAR ISI ......................................................................................................

xiv

BAB I

: PENDAHULUAN ........................................................................

1

A. Analisis Situasi .......................................................................

6

B. Permasalahan ..........................................................................

7

C. Tinjauan Pustaka.....................................................................

7

BAB II

: TARGET DAN LUARAN ...........................................................

23

BAB III

: KERANGKA PEMECAHAN MASALAH .................................

24

BAB IV

: PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................................

25

A. Khalayak Sasaran yang Strategis ............................................

25

B. Keterkaitan..............................................................................

26

C. Metode Kegiatan.....................................................................

26

D. Rencana dan Jadwal................................................................

27

E. Susunan Personalia .................................................................

28

15

BAB V

: HASIL KEGIATAN ....................................................................

30

A. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian .........................................

30

B. Analisis Hasil Kegiatan ..........................................................

32

C. Faktor Pendorong dan Penghambat ........................................

32

: KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................

33

A. Kesimpulan .............................................................................

33

B. Saran .......................................................................................

34

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

36

BAB VI

LAMPIRAN

16

BAB I
PENDAHULUAN

Kesadaran akan arti penting lingkungan hidup adalah menjadi tanggungjawab
kita semua. Tanggungjawab setiap manusia yang hidup, tinggal, bekerja di tempat di
mana ia menghabiskan waktunya hingga akhir hayatnya. Berdasarkan pandangan ini
tanggungjawab untuk memelihara kesinambungan daya dukung lingkungan menjadi
tanggungjawab seumur hidup.
Perguruan Tinggi dalam salah satu tridharma nya adalah melaksanakan
pengabdian pada masyarakat. Untuk menyahuti itu, kami memandang perlu
melakukan sumbangsih untuk sekedar berpartisipasi dalam upaya penyelamatan
lingkungan hidup, dari kerusakan, pengrusakan serta menjaga keseimbangan daya
dukung lingkungan hidup.
Studi pendahuluan yang kami lakukan pada awal tahun 2015 di Desa Guntung
dan

Desa

Bagan

Area

Kecamatan

Tanjung

Tiram

Kabupaten

Batubara,

memperlihatkan kerusakan pada beberapa sisi pantai. Kerusakan itu bukan hanya
karena faktor alam (akibat abrasi dan pengikisan bibir pantai oleh ombak) tetapi juga
karena terjadi penebangan hutan oleh warga untuk sekedar mengambil kayu untuk
memenuhi kebutuhan hidup dalam keseharian mereka.
Untuk itu sebelum semuanya berjalan terlalu jauh yang berakibat pada
kerusakan pantai yang semakin hari semakin tidak terkendali, maka kami berinisiatif

17

untuk melakukan penyuluhan hukum sekaligus penanaman pohon di lokasi tersebut.
Penyuluhan ditujukan kepada masyarakat setempat dengan melibatkan tokoh
masyarakat, aparat pemerintah kecamatan, pemerintahan desa dan Dinas Kehutanan
dan aparat terkait. Tokoh-tokoh LSM, anak-anak muda juga menjadi sasaran
penyuluhan hukum ini. Sedangkan penanaman pohon akan melibatkan beberapa anak
muda dan masyarakat sekitar dan dibantu oleh beberapa mahasiswa dari Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Pentingnya penyuluhan hukum dan penanaman pohon ini menjadi alasan,
mengapa kegiatan ini harus dilakukan.

A. Analisis Situasi
Pada awal tahun 2015, pengamatan kami di lokasi Desa Guntung dan Desa
Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara, telah terjadi penurunan
kemampuan daya dukung lingkungan akibat abrasi pantai dan penebangan pohon
yang tidak memenuhi standar pengelolaan lingkungan hidup wilayah pantai.
Hasil penjelasan Camat Tanjung Tiram, selama kurun waktu 10 tahun terakhir
pinggiran pantai tergerus lebih dari 4 meter, itu artinya dalam kurun waktu 2,5 tahun
terjadi pengikisan pantai setebal 1 meter. Tentu saja hal ini patut menjadi beban kita
bersama.
Keadaan atau situasi itu perlu segera diantisipasi dengan penanaman kembali
pohon-pohon semisal bakau untuk lokasi yang digenangi lumpur pasang surut dan
pohon mahoni atau bira-biru, atau kelapa untuk lokasi disekitarnya yang tidak
18

tergenang air tapi berpotensi tergerus air pasang surut dan pukulan ombak selat
malaka.
Oleh karena langkah penanaman kembali dan penyuluhan hukum kami
pandang perlu untuk segera dilaksanakan.

B. Permasalahan
Problema yang dihadapi oleh masyarakat di Tanjung Tiram adalah ancaman
semakin menjoroknya bibir pantai ke daratan, akibat gerusan air laut, akibat deburan
ombak (Pantai Timur) Selat Malaka. Situasi ni menimbulkan prakiraan bahwa
semakin tahun Pantai Timur Kabupaten Batubara terancam secara perlahan-lahan
akan terkikis dan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan hidup. Keadaan ini
pada gilirannya akan menyebabkan turun pula kemampuan daya dukung lingkungan.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat hari ini adalah ketiadaan agenagen pembangunan yang dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan dan penyelamatan lingkungan hidup. Permasalahan ini perlu diatasi
dengan melibatkan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
masyarakat sekitar, Pemerintah Daerah, tokoh-tokoh masyarakat lokal guna
menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat di Kecamatan
Tanjung Tiram.

19

C. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Hutan
Secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Angka 1
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang
tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan,

1

yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi

hutan yang disebutkan, terdapat unsur-unsur yang meliputi :
a. Suatu kesatuan ekosistem
b. Berupa hamparan lahan
c. Berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
d. Mampu memberi manfaat secara lestari. Keempat ciri pokok dimiliki suatu
wilayah yang dinamakan hutan, merupakan rangkaian kesatuan komponen
yang utuh dan saling ketergantungan terhadap fungsi ekosistem di bumi.
Eksistensi hutan sebagai subekosistem global menenpatikan posisi penting
sebagai paru-paru dunia (Zain, 1996).
Sedangkan kawasan hutan lebih lanjut dijabarkan dalam Keputusan Menteri
Kehutanan No. 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status
1
Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk
individual maupun kuminitas pada tempat tertentu. Achmad Lutfi,2009. Pengertian
Pencemaran.http://www.chem-is-try.org/materi
kimia/kimia-lingkungan/pencemaran
lingkungan/pengertian-pencemaran/ diakses pada tanggal 14 November 2015.

20

dan fungsi kawasan hutan, yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Dari
definisi dan penjelasan tentang kawasan hutan, terdapat unsur-unsur meliputi :
a) suatu wilayah tertentu
b) terdapat hutan atau tidak tidak terdapat hutan
c) ditetapkan pemerintah (menteri) sebagai kawasan hutan
d) didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat.
Dari unsur pokok yang terkandung di dalam definisi kawasan hutan,
dijadikan dasar pertimbangan ditetapkannya wilayah-wilayah tertentu sebagai
kawasan hutan. Kemudian, untuk menjamin diperolehnya manfaat yang sebesarbesarnya dari hutan dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta
berbagai faktor pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah yang
minimal harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30 % dari luas daratan.
Undang-undang No.41 Tahun 1999 adalah undang-undang yang megatur
khusus tentang hutan dan kehutanan di Indonesia, yang meskipun dalam kelahirannya
telah mendapat tantangan berbagai pihak yang akan terkena dampak pada saat itu.
Dapat dipahami apabila undang-undang tersebut mendapat tantangan karena lahirnya
undang-undang kahutanan saat itu adalah tidak murni atas keinginan pemerintah,
tetapi ada tekanan dari pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan.2

2

Sadino, Mengelola Hutan dengan Pendekatan Hukum Pidana :Suatu Kajian Yuridis
Normatif, Biro Konsultasi Hukum dan Kebijakan Kehutanan, Jakarta, 2011, hlm.21.
21

Dari sisi substansi hukumnya, undang-undang ini masih bersifat
sentralistik dan dominan pada Pemerintahan Pusat (Menteri Kehutanan). Sebab dalam
ketentuan tersebut dinyatakan bahwa, penguasaan hutan oleh Negara sebagaimana di
atur dalam penjelasan undang-undang tersebut. Dalam undangundang tersebut
dinyatakan bahwa Negara bukan sebagai pemilik hutan, tetapi Negara memberikan
wewenang kepada pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang
berkaitan dengan hutan dan hasil hutan, mengatur dan menetapkan hubungan hukum
antara orang dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil hutan, serta engatur
mengenai kehutanan. Selanjutnya pemerintah mempunyai wewenang untuk
memberikan ijin dan hak kepada pihak lain untuk melakukan kegiatan di bidang
kehutanan.
Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan. Manfaat hutan tersebut
diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara
optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan
peranan nyata apabila pengelolaan sumberdaya alam berupa hutan seiring dengan
upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Sumber daya alam yang terbaharui harus dikelola sedemikian rupa
sehingga fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Oleh karena itu,
sumberdaya alam harus dijaga agar kemampuannya untuk memperbaharui diri sendiri
selalu terpelihara. Sumberdaya alam yang tidak terbaharukan harus digunakan
sehemat mungkin dan diusahakan hasilnya selama mungkin. Pembangunan
kehutanan harus makin diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan hutan bagi
22

industri dalam negeri sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dan menciptakan
lapangan kerja yang sebesar-besarnya.
Kebijakan umum pembangunan kehutanan dalam Pelita VI dituangkan di
dalam GBHN 1993 sebagai berikut :
a) pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian dan fungsi
hutan, dan dengan mengutamakan pelestarian sumberdaya alam dan fungsi
lingkungan hidup, memelihara tata air, serta untuk memperluas kesempatan
usaha dan lapangan kerja, meningkatkan sumber dan pendapatan negara,
devisa serta mengacu pembangunan daerah.
b) Pengembangan produksi hasil kayu dan non kayu diselenggarakan melalui
upaya peningkatan pengusahaan hutan produksi, hutan rakyat, hutan tanaman
industri dan upaya peningkatan produktivitas hutan alam yang didukung oleh
penyediaan bibit hutan tanaman hutan yang unggul dan budidaya kehutanan
yang tangguh.
c) Hutan sebagai salah satu penentu ekosistem, pengelolaannya ditingkatkan
secara terpadu dan berwawasan lingkungan untuk menjaga dan memelihara
fungsi tanah, air, udara, iklim dan lingkungan hidup serta memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
d) Upaya rehabilitasi hutan dan tanah kritis, konservasi tanah, rehabilitasi sungai,
rawa, pelestarian gua-gua alam, karang laut, flora dan fauna langka serta
pengembangan fungsi DAS ditingkatkan dan makin disempurnakan.
23

e) Dalam pembangunan kehutanan, keikutsertaan masyarakat di kawasan hutan
sekitarnya termasuk masyarakat transmigrasi kehutanan perlu diberi peluang
dan ditingkatkan.
f) Pengusahaan hasil hutan disesuaikan dengan daya dukung sumberdaya
alamnya agar kelestarian sumberdaya hutan terjamin dan perusakan
lingkungan dapat dicegah.
g) Pembangunan kehutanan perlu didukung dengan kegiatan penyuluhan,
pendidikan dan pelatihan, peraturan perundangundangan, penyediaan
informasi serta penelitian dan pengembangan.

Pencemaran

lingkungan

terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan,
sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam
atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan
atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan
teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.3
Untuk kepentingan pengelolaan hutan agar terwujud keberlangsungan
fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial, seluruh kawasan hutan akan dibagi menjadi
unit-unit kewilayahan dalam skala manajemen dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan

3

Admin,
Pencemaran
Lingkungan
Solusi
dan
Permasalahannya,
http://www.peutuah.com/pencemaran-lingkungan-dan-solusi-permasalahannya/. diakses tanggal 10
November 2015.
24

Hutan (KPH) (Pasal 17 UU Nomor 41 Tahun 1999). Kegiatan pengelolaan hutan
yang dilakukan KPH meliputi:
1) Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
2) Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap
pemegang izin,
3) Pemanfataan hutan di wilayah tertentu,
4) Rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan
5) Perlindungan hutan dan konservasi alam.4
Adanya perubahan kebijakan dan perubahan UU kehutanan, namun dalam
pelaksanaannya kebijakan kehutanan yang ada membuat hutan semakin hancur, dan
carut marutnya kebijakan -kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, dan banyak
terdapat ketidak sinkronan peraturan-peraturan lain dengan peraturan kehutanan,
sehingga sering terdapat ketidakjelasan kebijakan atau peraturan dalam suatu
peraturan di lapangan.
Setiap kegiatan manusia akan menambah materi atau energi pada
ligkungan. Apabila materi atau energi itu membahayakan, atau mengancam kesehatan
manusia, miliknya atau sumber daya, baik langsung maupun tidak langsung dikatakan
terjadi pencemaran.5

4

http://www.dephut.go.id diakses tanggal 17 November 2015
Daud Silalahi,Hukum Lingkungan (Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia).Cet:3 PT.Alumni, Bandung, 2001, hlm.154
5

25

Semua hutan di wilayah Republik Indonesia, termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat. Dalam rangka penguasaan tersebut, Negara memberikan
kewenangan kepada Pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang
berkaitan dengan hutan. Pengelolaan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat
sebesar-besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat.
Sumberdaya alam yang terbaharui harus dikelola sedemikian rupa sehingga
fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Oleh karena itu, sumberdaya alam
harus dijaga agar kemampuannya untuk memperbaharui diri sendiri selalu terpelihara.
Sumberdaya alam yang tidak terbaharukan harus digunakan sehemat mungkin dan
diusahakan hasilnya selama mungkin. Pembangunan kehutanan harus makin
diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan hutan bagi industri dalam negeri
sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja yang
sebesar-besarnya
Contoh kasus pencemaran lintas batas yang hingga kini masih menjadi
masalah masyarakat internasional adalah kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera
dan Kalimantan yang berdampak hingga kenegara tetangga seperti Malaysia dan
Singapura. Dari catatan Badan Penanganan Bencana Kalimantan Barat, sejarah
bencana kabut asap yang terbesar terjadi pada tahun 1997 juga ditetapkan sebagai
bencana nasional. Tercatat kebakaran hutan terbesar dalam sejarah di Indonesia telah
menghanguskan hutan sebesar 11,7 Juta hektar. Terluas di Kalimantan 8,13 Juta Ha
terbakar, disusul Sumatera 2,07 Juta Ha, Papua Barat 1 Juta Ha, Sulawesi 400 ribu
26

Ha, dan pula Jawa 100 Ribu Juta Ha. Diperkirakan Indonesia mengalami kerugian
US$10 miliar. Setelah 1997-sampai sekarang, kebakaran hutan masih terjadi, dan
kerugian demi kerugian terus diperoleh. Akibat kabut asap, aktivitas warga hampir
seluruh daerah menjadi lumpuh. Seperti pihak sekolah terpaksa meliburkan siswa
dalam beberapa pekan sampai kabut asap hilang. Belum lagi jasa transportasi seperti
jasa pelayanan penerbangan dan bus harus memarkirkan kendaraannya di sejumlah
terminal sampai beberapa pekan lantaran jarak pandang hanya mencapai 100 meter.6
Kebakaran hutan bisa terjadi karena tiga hal yaitu : 7
a. Kedatangan musim kemarau
Cuaca yang cukup panas akan menyulut reaksi oksidasi reranting pohon
kering yang saling bergesekan, akibat gesekan inilah yang akan menimbulkan
percikan api dan terjadilah kebakaran tersebut dan terdapat juga perubahan
musim kemarau dan musim hujan yang kadang tidak teratur kadang datang
lebih cepat dan berakhir lebih lama, hal ini berkaitan dengan gejala El NinoSouthern Oscillation atau ENSO.
b. Karena ada sumber api buatan manusia
Kebakaran hutan semula dianggap terjadi secara alami, tetapi kemungkinan
manusia mempunyai peran dalam memulai kebakaran di milenium terakhir
ini, pertama untuk memudahkan perburuan dan selanjutnya untuk membuka
6
Agus
Wahyuni,Cari
Pawang
Kabut
Asap
di
Kalimantan
Barat,
http://www.borneotribune.com/sintang/cari-pawang-kabut-asap-di-kalimantan-barat.htmldiakses pada
tanggal 10 November 2015.
7
Annas, Sebab Kebakaran Hutan, http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/sebabkebakaranhutan.html diakses tanggal 10 November 2015.

27

petak-petak pertanian di dalam hutan. Meskipun kebakaran telah menjadi
suatu ciri hutan-hutan di Indonesia selama beribu-ribu tahun, kebakaranyang
terjadi mula-mula pasti lebih kecil dan lebih tersebar dari segi frekuensi dan
waktunya dibandingkan dua dekade belakangan ini.
c. Karena ada bahan bakar.
Faktor-faktor terjadinya suatu kebakaran hutan dan lahan adalah karena
adanya unsur panas, bahan bakar dan udara/oksigen. Penyebaran api
bergantung kepada bahan bakar dan cuaca. Bahan bakar berat seperti log,
tonggak dan cabang-cabang kayu dalam keadaan kering bisa terbakar, meski
lambat tetapi menghasilkan panas yang tinggi. Bahan bakar ringan seperti
rumput dan resam kering, daun-daun pinus dan serasah, mudah terbakar dan
cepat menyebar, yang selanjutnya dapat menyebabkan kebakaran hutan.
Sangsi pidana yang terdapat dalam UU No.41 Tahun1999 yang
diundangkan sejak tahun1999 banyak mengambi dari ketentuan dalam PP. No 28
Tahun 1985 tentang perlindungan hutan. PP No.28 tahun 1985 merupan Peraturan
Pemerintah yang diamanahkandalam Undang-undang No. 5 tahun 1967, maka secara
otomatis peraturan pemerintah tersebut tidak berlaku lagi sesuai dengan ketentuan
Pasal 83 undang-undang No.41 Tahun1999. di dalam undang-undang No.41
Tahun1999 diatur tentang ketentuan pidana, ganti rugi, sanksi administrasi, dan
penyelesaian sengketa terhadap setiap orang melakukan perbutaan melanggar hukum
di bidang kehutanan. Dengan sangsi administrasi yang berat diharapkan akan
menimbulkan efek jera bagi pelanggar hukum di bidang kehutanan.
28

Hukuman penjara yang berkaitan dengan kehutanan diatur dalam pasal 18
ayat (1) dan ayat (2) PP No. 28 tahun 1985 . terdapat tiga ketegori perbuatan pidana
yang dapat dihukum berdasarkan pasal 18 ayat (1), yaitu :
1) Mengerjakan atau menduduki kawasan hutan lindung atau hutan cadangan
tanpa izin Mentri Kehutanan, pasal 6 ayat (1);8
2) Melakukan penebangan pohon-pohon dalam kawasan hutan lindung tanpa izin
dari pejabat yang berwenang, pasal 9 ayat (2);9
3) Membakar hutan, (pasal 10 ayat(1)10
Tindak pidana kehutanan diatur dalam Pasal 50 sebagai berikut : ayat (1)
setiap orang dilarang merusak prasarana dan darana perlindungan hutan . dan ayat (2)
setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin udaha pemanfaatan
jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang
melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.11
Ayat (3) setiap orang dilarang : a. Mengerjakan dan atau menggunakan dan
atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; b. Merambah kawasan hutan: c.
Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarang
sampai dengan ; 1. 500 (lima ratus) meter dari waduh dan danau ; 2. 200 (dua ratus)
meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; 3. 100 (seratus) mete

8

PP No.28 tahun1985 Pasal 6 ayat (1) Kawasan hutan dan hutan cadangan dilarang
dikerjakan atau diduduki tanpa izin mentri
9
Pasal 9 ayat (2)”setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon-pohon dalam hutan
tanpa izin dari pejabat yang berwenang.
10
Pasal 10 ayat(1) Setiap orang dilarang membakar hutan kecuali dengan kewenangan yang
sah .
11
Lihat penjelasan umum UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
29

dari kiri kanan tepi sungai ; 4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang ; 6. 130 (seratus tiga puluh) kali
selisih pasang tertinggi dan pasang terendah di tepi sungai d. Membakar hutan; e.
Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa
meliki hak atau izin dari peabat yang berwenang ; Menerima atau membeli atau
menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan
yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau
dipungut secara tidak sah; g. Melakukan kegiatan penyelidik umum atau eksplorasi
tau eksploitasi bahan tambang di kawasan hutan, tanpa izin Menteri ; h. Mengangkut,
menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan
surat keterangan sahnya hasil hutan ; i. Mengembalakan ternak di kawasan hutan yan
tidak di tunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang j.
Membawa alat-alat berat atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan
digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat
yang berwenang; Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,
memotong, atau membelah pohon dikawasan hutan tanpa izin pejabat yang
berwenang; l. Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan
kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam
kawasan hutan ; dan; m. Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuhtumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari
kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang.

30

2. Hutan Mangrove dan Manfaatnya
Hutan mangrove dalam pengertian yang sangat sederhana adalah hutan yang
ditumbuhi oleh pohon bakau. Akan tetapi dalam pengertian yang luas, hutan
mangrove itu adalah seluruh tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar rawa-rawa
perairan payau yang terletak di daerah pantai dan sekitar muara sungai. Di Kabupaten
Batubara, paling tidak terdapat lebih dari 40 spesies tumbuhan yang hidup di sekitar
hutan pantai di kawasan itu.
Hutan mangrove itu memiliki manfaat yang sangat strategis dan fungsional
bagi kehidupan masyarakat disekitarnya antara lain :
1. Sebagai penyangga bibir pantai dari pengikisan air laut.
2. Sebagai tempat bertelur dan berkembang biaknya spesies biota laut.
3. Sebagai sumber nutrisi terhadap hewan-hewan atau biota laut.
4. Sebagai komponen untuk bahan-bahan bangunan.
5. Sebagai bahan makanan olahan.
Akan tetapi jauh lebih penting dari fungsi itu bahwa mangrove adalah
penyangga spektrum luas ekosistem disekitar wilayah hutan tersebut termasuk gugus
karang, padang lamun, hamparan lumpur dan pasir. Menjaga keseimbangan dan
fungsi lingkungan dan ekosistem meliputi supply dan regenerasi nutrisi daur ulang
polutan siklus air dan menjaga kualitas air. Mangrove menyediakan pertahanan
penting melawan erosi pesisir dengan akarnya yang berlapis-lapis dan dapat
mengubah aliran air dan mencegah hilangnya sedimen dari garis pesisir. Disamping
itu dapat pula mengurangi terjangan badai, gelombang besar dan tiupan angin dari
31

siklon tropis. Demikian juga hutan mangrove dapat mengurangi energi gelombang
saat melalui hutan mangrove dan menjadi penghalang antara gelombang dengan
lahan hutan mangrove.
Dalam beberapa literatur mangrove juga merupakan hutan dengan kandungan
karbon yang terdapat di wilayah tropis. Lahan ini menyimpan lebih dari tiga kali ratarata karbon per hektar hutan tropis daratan. 12 Hutan mangrove Indonesia menyimpan
lima kali karbon lebih banyak per hektar dibandingkan dengan hutan tropis dataran
tinggi.

13

Mangroves berkontribusi terhadap 10-15% sedimen simpanan karbon

pesisir sementara di wilayah pesisir global hanya menyumbang 0,5%. Mangrove
Indonesia menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon (PgC). Jumlah ini mencakup
sepertiga stok karbon pesisir global. Permukaan bawah ekosistem mangrove
Indonesia menyimpan sejumlah besar karbon : 78% karbon disimpan di dalam tanah,
20% karbon disimpan di pohon hidup, akar atau biomassa dan 2% disimpan di pohon
mati atau tumbang.

3. Fungsi Hutan Mangrove
Mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuarin sehingga
merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur
yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Dengan demikian, daerah

12

Donato, et all, Mangroves Among the Most Carbon-rich Forests in The Tropics, dalam
jurnal CIFOR, Bogor, No. 12, Februari, 2012. www.cifor.org.
13
Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto, Implikasinya Bagi Negara Berkembang, Kompas,
Jakarta, 2004.
32

mangrove merupakan daerah yang subur, baik daratannya maupun perairannya,
karena selalu terjadi transportasi nutrien akibat adanya pasang surut. Mangrove
mempunyai berbagai fungsi.
Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai agar tetap stabil,
melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi
air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah
sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan mencari makan,
sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik seperti burung, ular,
kera, kelelawar, dan tanaman anggrek, serta sumber plasma nutfah. Fungsi ekonomis
mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok,
papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan.
Mangrove mengangkut nutrien dan detritus ke perairan pantai sehingga
produksi primer perairan di sekitar mangrove cukup tinggi dan penting bagi
kesuburan perairan. Dedaunan, ranting, bunga, dan buah dari tanaman mangrove
yang mati dimanfaatkan oleh makrofauna, misalnya kepiting sesarmid, kemudian
didekomposisi oleh berbagai jenis mikroba yang melekat di dasar mangrove dan
secara bersama-sama membentuk rantai makanan.
Detritus selanjutnya dimanfaatkan oleh hewan akuatik yang mempunyai
tingkatan lebih tinggi seperti bivalvia, gastropoda, berbagai jenis juvenil ikan dan
udang, serta kepiting. Karena keberadaan mangrove sangat penting maka
pemanfaatan mangrove untuk budidaya perikanan harus rasional. Ahmad dan

33

Mangampa14 menyarankan hanya 20% saja dari lahan mangrove yang dikonversi
menjadi pertambakan.

4. Upaya Pelestarian Mangrove
Tanaman mangrove mempunyai fungsi yang sangat penting secara ekologi
dan ekonomi, baik untuk masyarakat lokal, regional, nasional maupun global. Dengan
demikian, keberadaan sumber daya mangrove perlu diatur dan ditata pemanfaatannya
secara bertanggung jawab sehingga kelestariannya dapat dipertahankan. Inoue

15

melaporkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 75 spesies vegetasi mangrove yang
tersebar di 27 propinsi.
Selanjutnya Gunarto

16

melaporkan, beberapa vegetasi mangrove seperti

Osbornia octodonta, Exoecaria agalocha, Acanthus ilicifolius, Avicennia alba,
Euphatorium inulifolium, Carbera manghas, dan Soneratia caseolaris mengandung
zat bioaktif yang dapat dijadikan bahan untuk penanggulangan penyakit bakteri pada
budi daya udang windu. Daerah pantai termasuk mangrove mendapat tekanan yang
tinggi akibat perkembangan infrastuktur, pemukiman, pertanian, perikanan, dan
industri, karena 60% dari penduduk Indonesia bermukim di daerah pantai.

14

T. Ahmad dan Mangampa, The use of mangrove stands for bioremediation in clos shrimp
culture system: Proceeding of International Symposium on Marine Biotechnology, Bogor Agriculture
University, Bogor, 2000.
15
Inoue, et.al, Human and Mouse GPAA1 (Glycosylphosphatidylinositol Anchor Attachment
1) Genes: Genomic Structures, Chromosome Loci and the Presence of a Minor Class Intron.
Cytogenet Cell Genet 84(3-4), 1999 hal. 199-205.
16
Gunarto, Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai,
Jurnal, Riset Perikanan Budidaya Air Payau, 2001.
34

Diperkirakan sekitar 200.000 ha mangrove di Indonesia mengalami kerusakan
setiap tahun.

17

Melihat fungsi mangrove yang sangat strategis dan semakin

meluasnya kerusakan yang terjadi, maka upaya pelestarian mangrove harus segera
dilakukan dengan berbagai cara. Dalam budi daya udang, misalnya, harus diterapkan
teknik budi daya yang ramah mangrove, artinya dalam satu hamparan tambak harus
ada hamparan mangrove yang berfungsi sebagai biofilter dan tandon air sebelum air
masuk ke petakan tambak.
Upaya penghutanan kembali tepi perairan pantai dan sungai dengan tanaman
mangrove perlu dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, seperti yang
dilakukan oleh masyarakat Tongke-Tongke, Sulawesi Selatan. Mangrove juga dapat
dikembangkan sebagai daerah wisata seperti yang telah dilakukan di Cilacap (Jawa
Tengah), Sukamandi dan Cikiong, (Jawa Barat). Untuk meningkatkan produktivitas
mangrove tanpa merusak keberadaannya dapat dikembangkan budi daya sistem silvofishery misalnya untuk pematangan atau penggemukan kepiting bakau, pentokolan
benur windu, pendederan nener bandeng, dan pembesaran nila merah. Di perairan
sungai di kawasan mangrove dapat dijadikan lahan budidaya ikan dengan sistem
karamba apung terutama untuk ikan kakap, kerapu lumpur, nila merah, dan bandeng.

17

Inoue, et.al, Human and Mouse GPAA1 (Glycosylphosphatidylinositol Anchor Attachment
1) Genes: Genomic Structures, Chromosome Loci and the Presence of a Minor Class Intron.
Cytogenet Cell Genet 84(3-4), 1999.
35

5. Strategi Konservasi
Sumberdaya alam yang merupakan perwujudan dari keserasian ekosistem dan
keserasian unsur-unsur pembentuknya perlu dijaga dan dilestarikan sebagai upaya
menjamin keseimbangan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya yang
sejahtera secara berkesinambungan.
Kebijaksaan ini dituangkan dalam strategi konservasi, yaitu :
(a). Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan, dengan menjamin
terpeliharanya proses ekologi bagi kelangsungan hidup biota dan ekosistemnya;
(b). Pengawetan keanekaragaman sumberdaya plasma nutfah, yaitu menjamin
terpeliharanya sumber genetik dan ekosistemnya bagi kepentingan umat
manusia;
(c). Pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistemnya, yaitu dengan mengatur dan
mengendalikan cara-cara pemanfaatannya, sehingga mencapai manfaat yang
optimal dan berkesimnambungan. Adapun beberapa tujuan dari

konservasi

mangrove adalah :
(a). Melestarikan

contoh-contoh

perwakilan

habitat

dengan

tipe-tipe

ekosistemnya.
(b). Melindungi jenis-jenis biota (dengan habitatnya) yang terancam punah.
(c). Mengelola daerah yang penting bagi pembiakan jenis-jenis biota yang
bernilai ekonomi.
(d). Memanfaatkan daerah tersebut untuk usaha rekreasi, pariwisata, pendidikan
dan penelitian.
36

(e). Sebagai tempat untuk melakukan pelatihan di bidang pengelolaan
sumberdaya alam.
(f). Sebagai tempat pembanding bagi kegiatan monitoring tentang akibat
manusia terhadap lingkungannya.
Menurut Waryono

18

bahwa ekosistem mangrove di Indonesia berdasarkan

status peruntukannya dapat dikelompokkan menjadi: (a) kawasan konservasi dengan
peruntukan sebagai cagar alam, (b) kawasan konservasi dengan peruntukan sebagai
suaka margasatwa, (c) kawasan konservasi perlindungan alam, (d) kawasan
konservasi jalur hijau penyangga, (e) kawasan hutan produksi mangrove, dan (f)
kawasan ekosistem wisata mangrove. Ekosistem mangrove sebagai cagar alam dan
suaka

margasatwa

berfungsi

terutama

sebagai

pelindung

dan

pelestari

keanekaragaman hayati.
Kriteria kawasan cagar alam adalah kawasan yang ditunjuk mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta tipe ekosistemnya, mewakili formasi
biota tertentu dan/atau unit penyusunnya mempunyai kondisi alam, baik biota
maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia,
mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas, dan/atau mempunyai ciri khas dan dapat
merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan

18

Tarsoen Waryono, Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ekosistem Mangrove.
(Kumpulan Makalah) Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia,
Jakarta, 1973.
37

konservasi. Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan yang ditunjuk merupakan
tempat hidup dan perkembangbiakan dari satu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya
konservasinya, memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi, merupakan tempat dan
kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu, dan/atau mempunyai luas yang cukup
sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
Ekosistem perlindungan alam, berfungsi terutama sebagai pelindung hidrologi
dan pelindung pantai serta habitat biota pantai. Jalur hijau ekosistem mangrove
adalah ekosistem mangrove yang ditetapkan sebagai jalur hijau di daerah pantai dan
di tepi sungai, dengan lebar tertentu yang diukur dari garis pantai dan tepi sungai,
yang berfungsi mempertahankan tanah pantai dan kelangsungan biotanya.
Oleh karena itu jalur hijau ekosistem mangrove dapat berfungsi sebagai
ekosistem lindung dan atau ekosistem suaka alam.

38

BAB II
TARGET DAN LUARAN

Target yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah masyarakat di sekitar Desa
Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram, yakni meliputi :
6. Masyarakat/penduduk setempat
7. Tokoh-tokoh masyarakat
8. Pemuda setempat
9. Lembaga Swadaya Masyarakat
10. Pemerintah Kabupaten dan jajaran (Kadis Kehutanan, camat dan jajarannya,
kepala desa, lurah dan instansi terkait serta jajarannya).
Sasaran kegiatan adalah lokasi pantai Tanjung Tiram yang tergerus akibat
proses alam dan hutan di sekitar pantai yang rusak akibat penebangan yang tidak
terkendali oleh masyarakat sekitar.
Luaran yang ingin dicapai adalah publikasi nasional dan laporan.

39

BAB III
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Permasalahan Dalam
Masyarakat “ketiadaan
agen-agen pembangunan
yang dapat menggerakkan
masyarakat untuk
berpartisipasi dalam
pengelolaan dan
penyelamatan lingkungan
hidup

Tidak ada Kegiatan
karena masyarakat Tidak
Memahami tentang arti
penting lingkungan hidup
bagi kehidupan manusia

Masyarakat sekitar l