Perangkap Kemiskinan Pengrajin Keranjang Bambu Di Desa Sirpang Dalig Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang
Kemiskinan adalah suatu kondisi individu yang memiliki keterbatasan

dalam memenuhi kebutuhan secara mental dan fisik. Sedangkan pembangunan
merupakan usaha pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kemiskinan dan pembangunan memiliki keterkaitan satu sama lain. Menurut
Soleh (dalam Khomsan 2015: 1) mengatakan bahwa kemiskinan menjadi suatu
masalah dalam pembangunan yang bersifat kompleks dan multidimensi karena
dalam menanggulangi masalahnya tidak hanya terbatas pada hubungan sebabakibat timbulnya kemiskinan tetapi juga melibatkan preferensi serta nilai.
Salah satu target program pembangunan nasional adalah penghapusan atau
pengurangan kemiskinan. Pembangunan di Indonesia dirancang dengan
menjalankan berbagai program seperti pemberian dana bergulir, membuka
lapangan kerja yang luas, bantuan beras miskin, bantuan langsung tunai,
pemberian

bantuan


kesehatan

jaminan

kesehatan

masyarakat

miskin

(JamKesMas), bantuan dana operasional sekolah (BOS) dengan beasiswa untuk
orang miskin, program kecamatan (PPK) serta program nasional pemberdayaan
masyarakat (PNPM) Mandiri (Hayati, 2012).
Persoalan kemiskinan pada dasarnya berdimensi sosial, budaya serta
ideologi. Secara umum, kondisi kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat
ditandai oleh keterisolasian,kerentanan, ketidakberdayaan, serta ketidakmampuan
untuk menyampaikan pendapat dan kebutuhannya. Terkait dengan

sifat


4
Universitas Sumatera Utara

kemiskinan yang multidimensi maka kemiskinan telah menyebabkan dampak bagi
kehidupan masyarakat, antara lain: (1) hal ini menjadi beban masyarakat, (2)
mengakibatkan partisipasi masyarakat yang rendah, (3) menurunkan kualitas dan
produktivitas masyarakat, (4) merosotnya kualitas generasi yang akan datang
(Warsito, 2015:6).
Perlu diketahui bahwa ada tiga ciri menonjol kemiskinan yang terjadi di
Indonesia. Pertama, indikator kemiskinan berdasarkan pada pendapatan sehingga
batas kemiskinan yang sebenarnya tidak tergambarkan. Kedua, perbedaan yang
terjadi antar daerah merupakan ciri mendasar kemiskinan yang ada di Indonesia.
Ketiga,banyak penduduk yang meskipun tidak tergolong miskin akan tetapi rentan
terhadap kemiskinan oleh karena banyaknya rumah tangga yang berada di sekitar
garis kemiskinan nasional (Khomsan, 2015:6).
Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang
dialami oleh seorang individu sehingga ia tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan utama hidupnya (BPS, 2015). Penyebab utama timbulnya berbagai
masalah yang berkaitan dengan pola pencaharian nafkah di pedesaan adalah

pertambahan penduduk yang lebih cepat daripada perluasan kesempatan kerja,
perubahan struktur sosial yang mengarah pada ketimpangan alokasi sumber daya
alam, dan keterbatasan teknologi dalam memanfaatkan sumber daya alam yang
tersedia. Fenomena kemiskinan dapat dijumpai di desa maupun di kota. Menurut
Studi Smeru oleh Suharto(dalam Kharisma, 2013)terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan kemiskinan yaitu :
1.

Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,
sandang, dan papan).

5
Universitas Sumatera Utara

2.

Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial seperti: anak terlantar,
wanita korban KDRT, janda miskin, kelompok marjinal, dan terpencil.

3.


Ketidakmampuan untuk berusaha secara karena cacat fisik dan mental.

4.

Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual( rendahnya
pendapatan dan aset), maupun massal (rendahnya modal sosial serta
ketiadaan fasilitas umum).

5.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia seperti: buta huruf, rendahnya
pendidikan dan keterampilan dan keterbatasan sumber daya alam (tanah
tidak subur, lokasi terpencil, ketiadaan infrastruktur jalan,listrik dan air).

6.

Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata pencaharian yang
memadai dan berkesinambungan.


7.

Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi air bersih dan transportasi).

8.

Ketiadaan jaminan masa depan, karena tiadanya investasi untuk pendidikan
dan keluarga atau tidak adanya perlindungan sosial dari negara dan
masyarakat.

9.

Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2015 penduduk Indonesia yang berada
di bawah garis kemiskinan mencapai 28,59 juta orang (11,22%). Rata-rata
nasional jumlah ini berkurang sebanyak 0,3 persen tahun 2015. Persentase
penduduk miskin di daerah pedesaan naik dari 17,77 juta orang(14,17%) tahun
2014 menjadi 17,94 juta orang (14,21%) pada tahun 2015. Sementara persentase

penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 10,51 juta orang(8,34%) tahun 2014

6
Universitas Sumatera Utara

menjadi 10,65 juta orang (8,29%) tahun 2015. Peningkatan jumlah penduduk
miskin tersebut terjadi karena melambungnya harga beberapa komoditas bahan
pokok serta naiknya harga bahan bakar minyak selama dua tahun terakhir.
Indikator minimum pendapatan yang berada di bawah garis kemiskinan di
Indonesia per kepala sebesar Rp 330.776,00 per bulan.
Adapun jika ditinjau dari tempat tinggal, penduduk miskin masih
didominasi oleh penduduk yang tinggal di pedesaan. Jumlah penduduk miskin
yang ada di pedesaan memiliki jumlah dua kali lipat dari penduduk miskin di
perkotaan. Hal ini terjadi disebabkan karena infrastruktur yang kurang memadai,
kurangnya akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, sarana dan
prasarana yang memadai, dan pekerjaan kepala rumah tangga (BPS, 2015).
Kabupaten Simalungun masih tergolong masyarakat yang miskin, dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Simalungun. Tahun 2010 sebesar 10,73%, tahun
2011 sebesar 10,21%, tahun 2012 sebesar 9,97%, tahun 2013 sebesar 10,45%.
Kabupaten Simalungun memiliki 31 wilayah kecamatan dengan kecamatan terluas

adalah Kecamatan Raya. Simalungun memiliki jumlah penduduk sebanyak
844,033 jiwa. Indikator minimum pendapatan yang berada di bawah garis
kemiskinan di Kabupaten Simalungun per kepala sebesar Rp 282.097,00 per
bulan(BPS Simalungun, 2014).
Secara demografis, Desa Sirpang Dalig Raya terletak di atas permukaan
laut 369 meter dengan suhu derajat 20 s/d 25°C, dengan luas wilayah 24.00 Km²
dan rasio terhadap luas kecamatan sekitar 3,71%. Dengan jarak tempuh desa ke
kecamatan sekitar 5 Km. Jumlah penduduk Desa Sirpang Dalig Raya berjumlah
425 KK dan 1995 jiwa , terdiri dari etnis/suku antara lain suku Batak Simalungun

7
Universitas Sumatera Utara

dan Batak Toba. Jumlah penduduk tersebut yang terdiri dari laki-laki 975 jiwa
dan perempuan 1020 jiwa (Data Statistik Desa, 2016).
Secara umum masyarakat bermata pencaharian sebagai pengrajin
keranjang bambu dengan persentase 70% dan 20% lainnya sebagai petani kopi
dan 10 % lainnya sebagai pegawai negeri dan pekerjaan lainnya. Disamping itu,
beberapa


pengrajin keranjang bambu memiliki pekerjaan sampingan yaitu

sebagai buruh tani dan sebagian lainnya memiliki lahan sempit untuk bercocok
tanam.
Desa Sirpang Dalig Raya merupakan salah satu desa di Kecamatan Raya
yang penduduknya masih banyak yang kurang mampu atau mengalami
kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tempat tinggal yang kurang
memadai. Kondisi rumah masyarakat tergolong masih semi permanen yang mana
mayoritas rumah penduduk berdinding papan dan anyaman bambu danbeberapa
rumah berlantai tanah.Dilihat dari atap rumah, masih banyak yang memakai atap
seng. Selain itu, kondisi WC dan sumber air minum masyarakat desa ini pun
masih sangat memperihatinkan. Bahkan beberapa diantaranya rumah yang mereka
tempati masih berstatus sewa atau milik keluarga.
Sebagai desa sentra usaha kerajinan bambu, potret kemiskinan terlihat
sangat kontras dalam kehidupan masyarakat Desa Sirpang Dalig Raya. Dari aspek
sosial ekonomi, kondisi masyarakat Desa Sirpang Dalig Raya tergolong
menengah bawah. Hal ini ditandai dengan rendahnya penghasilanyang diperoleh
penduduk setiap bulan. Berdasarkan hasil pra observasi yang dilakukan peneliti
diperoleh kategori penghasilan pengrajin keranjang bambu yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :


8
Universitas Sumatera Utara

1.

Pengusaha/Toke merupakan pemilik modal dalam arti tidak memiliki
pekerja tetapi hanya memiliki peran membelikeranjang bambu untuk
didistribusikan ke toke besar. Jika dihitung pendapatan bersih mencapai Rp
2.500.000,00 dalam setiap penjualan keranjang bambu. Penjualan keranjang
bambu biasanya dilakukan dua kali sebulan.

2.

Setiap hari penganyam keranjang bambu mampu memproduksi sebanyak12
keranjang. Harga satu keranjang bambu sebesar Rp.5.000,00. Bambu yang
diperoleh pengrajin keranjang bambu ada yang milik sendiri dan ada juga
milik tokeh. Jika dihitung rata-rata penghasilan bersih perhari sebesar Rp
60.000,00 dan perbulan sebesar Rp 1.100.000,00. Pengrajin bekerja selama
16 hari dalam satu bulan.


3.

Setiap hari penganyam tutup keranjang mampu memproduksi sebanyak dua
ikat tutup keranjang. Dalam satu ikat terdapat 20 buah tutup keranjang.
Setiap ikat tutup keranjang dihargai sebesar Rp. 10.000,00.Jika dihitung
rata-rata penghasilan perhari sebesar Rp 20.000,00 dan perbulan sebesar
Rp 320.000,00.Dalam satu bulan pengrajin tutup keranjang hanya bekerja
selama 16 hari.
Usaha keranjang bambu merupakan usaha mandiri yang dimiliki oleh

masing-masing keluarga.Usaha yang dijalankan keluarga terdiri dari usaha
membuat keranjang bambu dan tutup keranjang bambu. Usaha keranjang bambu
telah digeluti secara turun-temurun oleh masyarakat dan merupakan transformasi
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga masyarakat sudah
sangat terampil dalam menganyam keranjang bambu dan pekerjaan ini dilakukan
karena tidak ada pilihan lain untuk dikerjakan dalam memenuhi kebutuhan hidup

9
Universitas Sumatera Utara


sehari-hari. Dimana pekerjaan ini mudah dan tidak memerlukan modal yang
cukup banyak dan hanya membutuhkan tenaga saja. Bahkan anak-anak di desa ini
sebagian besar sudah terampil dalam menganyam tutup keranjang bambu. Setiap
keluarga mengolah dan memproduksi sendiri keranjang bambu. Hal ini
menyebabkan sistem produksi keranjang bambu sangat bergantung pada masingmasing keluarga. Produksi keranjang bambu dilakukan secara tidak pasti, ada
yang bekerja dari pagi sampai sore hari dan ada juga yang bekerja dari pagi hari
sampai malam hari.Di sisi lain, rendahnya pendidikan dan keterampilan yang
dimiliki oleh pengrajin juga sangat mempengaruhi hasil produksi keranjang
bambu.
Hal ini menyebabkan produksi keranjang bambu bersifat fluktuatif.
Disamping itu, produksi keranjang juga sangat bergantung pada hasil panen
komoditas pertanian jeruk dan tomat. Apabila hasil panen berlimpah, maka
permintaan terhadap keranjang bambu akan meningkat atau sebaliknya. Kondisi
inilah yang membuat mereka akan semakin terperangkap dalam kemiskinan.
Adapun pendapatan pengrajin keranjang bambu tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan bulanan mereka terutama bagi orang tua yang
menyekolahkan anaknya. Untuk menutupi kekurangan tersebut mereka meminjam
uang kepada tetangganya atau meminjam uang ke bank. Kondisi ini semakin
memprihatinkan karena untuk memenuhi kebutuhan dasar pun sangat sulit.
Bahkan mengalami penurunan yang signifikan oleh karena meningkatnya
kebutuhan hidup saat ini sementara pendapatan masyarakat semakin tidak
menentu.

10
Universitas Sumatera Utara

Desa Sirpang Dalig Raya merupakan suatu desa yang menerima program
bantuan pemerintah seperti bantuan langsung tunai (BLT), badan penyelenggara
jaminan sosial (BPJS), Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (JamKesMas).
Namun, program bantuan tersebut tidak dapat mengatasi kemiskinan yang mereka
alami bahkan membuat mereka semakin terperangkap dalam kemiskinan.
Berdasarkan hal di atas, menjadi menarik bagi peneliti untuk mengkaji
tentang kehidupan perangkap kemiskinan pengrajin keranjang bambu di Desa
Sirpang Dalig Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun yang justru tidak
meningkat bahkan mengalami penurunan.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
1.

Apa faktor-faktor yang memperangkapkan pengrajin keranjang bambu
dalam

kemiskinan di Desa Sirpang Dalig Raya Kecamatan Raya

Kabupaten Simalungun?
2.

Bagaimana strategi adaptasi pengrajin keranjang bambu terhadap situasi
kemiskinan tesebut?

11
Universitas Sumatera Utara

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:
1.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memperangkapkan pengrajin
keranjang bambu dalam kemiskinan di Desa Sirpang Dalig Raya,
Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.

2.

Untuk mengetahui strategi adaptasi pengrajin keranjang bambu dalam
menghadapi situasi kemiskinan di Desa Sirpang Dalig Raya, Kabupaten
Simalungun.

1.4.

Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

pengembangan Ilmu Kemiskinan serta dijadikan sebagai referensi untuk kajiankajian keilmuan pada masa yang akan datang.
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah
1.

Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu tentang
kemiskinan di Desa Sirpang Dalig Raya Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun.

2.

Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi masyarakat
pengrajin keranjang bambu, aparat desa serta dinas terkait.

12
Universitas Sumatera Utara

1.5.

Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak
mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang akan menjelaskan suatu
gejala (Moleong 2007). Selain itu konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi
peneliti untuk menindaklanjuti penelitian tersebut serta menghindari timbulnya
kekacauan akibat kesalahan tafsir dalam penelitian. Adapun konsep yang
digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain:

1.

Perangkap Kemiskinan adalah perangkap yang benar-benar mematikan bagi
kehidupan masyarakat miskin. Dalam penelitian ini perangkap yang
dimaksud adalah keterjebakan masyarakat dalam mengatasi kemiskinan dan
sulit keluar dari kemiskinan itu sendiri. Perangkap itu meliputi kemiskinan,
kelemahan fisik, keterasingan, kerentanan dan ketidakberdayaan.

2.

Kemiskinan ialah suatu kondisi kekurangaan atau ketidakmampuan akan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia, akibat dari kurangnya penghasilan,
minimnya akses untuk memiliki aset penghidupan sehingga menimbulkan
penderitaan. Ataupun kekurangan sandang, pangan, papan, kesehatan dan
pola hidup.

3.

Kerentanan adalah ketidakmampuan keluarga miskin untuk menyediakan
sesuatu guna menghadapi situasi darurat seperti datangnya bencana alam,
kegagalan panen, atau penyakit yang tiba-tiba menimpa keluarga miskin itu.

13
Universitas Sumatera Utara

4.

Ketidakberdayaan dapat dilukiskan sebagai ketidak mampuan golongan
miskin untuk menghadapi kungkungan struktur sosial yang telah merugikan
dan memiskinkan mereka.

5.

Kadar isolasi adalah faktor penting dalam menjerumuskan keluarga miskin
dalam lingkaran kemiskinan.Kadar isolasi disini dapat diartikan sebagai
isolasi keluarga miskin yang dipandang dari aspek geografisyang dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat yang terisolasi.

6.

Kelemahan Fisik yakni tubuh yang lemah menjadikan orang merasa tidak
berdaya, karena kekurangan tenaga dan waktu, untuk melakukan unjuk rasa,
berorganisasi dan politik, orang yang kelaparan dan sakit-sakitan tidak akan
berani berbuat macam-macam.

7.

Garis Kemiskinan ialah kemampuan seseorang atau keluarga memenuhi
kebutuhan hidup standard pada suatu waktu dan lokasi tertentu untuk
melangsungkan hidupnya. Garis kemiskinan yang dimaksud adalah
pengeluaran konsumsi per kapita per bulan setara dengan 2100 kalori per
kapita per hari atau indikator minimum pendapatan yang berada di bawah
garis kemiskinan per kepala sebesar Rp 330.776,00 per bulan.

8.

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan
masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut
menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi
mereka. Jadi maksud dari kemiskinan struktural dalam penelitian ini adalah
kemiskinan yang terjadi dikarenakan oleh kedudukan atau posisi seseorang
dalam pekerjaannya yang membuat ia miskin.

14
Universitas Sumatera Utara

9.

Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang terjadi karena kultur
masyarakatnya. Masyarakat rela dengan keadaan miskinnya karena diyakini
sebagai upaya untuk membebaskan diri dari sikap serakah.

10.

Pengrajin keranjang bambu merupakan orang yang mata pencaharian
utamanya sebagai pengrajin keranjang bambu. Di desa Sirpang Dalig Raya,
pengrajin keranjang bambu terdiri dari pengrajin yang membuat keranjang
bambu dan tutup keranjang bambu.

11.

Strategi merupakan rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh
rumah tangga miskin secara sosial ekonomi. Strategi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengrajin keranjang bambu
dapat mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan dengan
segala kemampuan serta keterampilan yang mereka miliki.

12.

Alokasi waktu kerja merupakan waktu yang digunakan pengrajin keranjang
bambu untuk bekerja. Jam kerja sangat fleksibel dan berbeda-beda sesuai
dengan klasifikasi pekerjaan masing-masing.

13.

Pendapatan atau penghasilan ialah sama dengan pengeluaran. Pendapatan
yang dicapai oleh jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan
pengeluaran jangka waktu tersebut. Upah merupakan pendapatan yang
diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa
sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk
nasional.

14.

Jumlah tanggungan keluarga ialah jumlah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan dari rumah tangga tersebut, baik itu saudara kandung maupun
saudara bukan kandung yang tinggal satu rumah tapi belum bekerja.

15
Universitas Sumatera Utara