ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INDUSTRI KECIL KERANJANG BAMBU DI DESA SIRPANG SIGODANG KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN.

(1)

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR INDUSTRI KECIL

KERANJANG BAMBU DI DESA SIRPANG

SIGODANG KECAMATAN PANEI

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperolah Gelar Sarjan Pendidikan

Oleh :

ELFRINA M. TARIGAN NIM. 308331023

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2012


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Elfrina M Tarigan, NIM. 308331023, Analisis Faktor-Faktor Industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui faktor- faktor industri kecil seperti Modal usaha, Bahan baku usaha, jumlah dan asal tenaga kerja ,Transportasi, kondisi pemasaran di Desa Sirpang sigodang, (2) Mengetahui Pendapatan yang diperoleh pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sirpang sigodang pada tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang berusaha dalam industri keranjang bambu yaitu 220 KK dengan jumlah sampel sebanyak 66 KK (30%). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi langsung dan, teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik deskripif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kondisi faktor- faktor industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang adalah (a) Dalam hal modal masih ada pengusaha mengalami kekurangan modal sehingga harus meminjam kepada keluarga atau BANK. (b) Dalam hal bahan baku saat ini sangat sulit bagi pengusaha keranjang bambu untuk memperoleh bahan baku bambu di wilayah Desa Sirpang sigodang, sehingga harus dibeli ke Daerah lain. (c) Jumlah tenaga kerja pada industri Keranjang bambu masih cukup tersedia minimal 4-15 orang/ pengusaha, dan seluruhnya berasal dari dalam daerah penelitian, (d) Transportasi yang digunakan adalah truk dan kondisinya masih cukup tersedia dan 100% layak digunakan dengan harga ongkos truk Rp.100.000/ truk dan Rp.300/potong bambu., (e) Kondisi pemasaran dilihat dari cara pemasaran umumnya (78,79%) memasarkan keranjang bambu secara tidak langsung dan sebahagian kecil (21,21%) memasarkan secara langsung. (2) Pendapatan pengusaha keranjang bambu rata-rata Rp. 287.965/pengusaha, hal ini berarti pendapatan pengusaha keranjang bambu berada di bawah UMR Sumatera Utara tahun 2012 (Rp.1.200.000/bulan).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor Industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodangf Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun”. Adapun maksud skripsi ini dibuat adalah sebagai kelengkapan tugas dalam memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidika pada jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Didalam penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai kelemahan, namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya dapat teratasi, sehubungan dengan itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Ibnu hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta stafnya

2. Bapak Drs. Restu, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya 3. Drs. W. Lumbantoruan, M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan Geografi 4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si. selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi

5. Ibu Dra. Minah Sinuhaji, M.Si Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini 6. Bapak Drs. Mbina Pinem, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik

penulis yang telah banyak membimbing selama mengikuti studi di Jurusan Pendidikan Geografi

7. Bapak/ Ibu dosen khususnya di Jurusan Pendidikan Geografi

8. Bapak Siagian (Geografi) yang telah banyak membantu, memberi masukan dan semangat kepada penulis

9. Ibu Mesli Sinaga selaku Kepala desa Sigodang yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan ijin penelitian kepada penulis 10. Bapak Sinaga (batu 20) dan Bapak Martuahman Simarmata (Sigodang) yang

telah meluangkan waktunya dalam memberi data dan informasi kepada penulis

11. Teristimewa kepada Kedua orangtua penulis: Ayahanda M. Tarigan, S.Pd dan Ibunda Alm P. Ginting yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat


(6)

serta materi kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan hingga sampai penulisan skripsi ini selesai.

12. Buat adik-adik tersayang Nia M Tarigan (nia) dan Raymon Tarigan (emon) terima kasih atas dukungan dan doanya.

13. Keluarga Beauty pury (B’Aris, Bunda’Epri, Hana, Happy yang udah pindah, Tari, Astri) yang telah memberi doa, semangat dan canda tawa.

14. Buat keluarga kela D. Simarmata dan namboru terutama B’Ardo dan Ceplin, terimakasih atas semangat yang diberikan serta akomodasi bagi penulis selama penelitian

15. Buat sahabat- sahabat ku (Prikit) Mama Risma, Rena. Fitri, Agustia, Jida, Puji, terkhusus Yanti dan Nova yang selalu bersama dalam suka maupun duka selama 4 tahun ini. Semoga bersahabat selamanya.

16. Rekan Mahasiswa Jurusan Geografi terkhusus B_Eks 08

17. Teman- teman pelayanan di UKMKP UP FIS terkhusus Kel’Pelangi (Kk ku K’Novita, Elfrida, Yanti) trimakasih buat Doa dan semangatnya.

18. Buat teman-teman PPL SMA GBKP Kabanjahe terkhusus Racun (Monik dan Uke)

Akhir kata hanya Doa yang bisa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa agar kiranya melimpahkan berkat dan Rahmat_Nya bagi kita semua. Penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi pembaca khususnya di Jurusan Pendidikan Gografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Medan, Agustus 2012 Penulis

Elfrina M Tarigan NIM. 308331023


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………....……. i

ABSTRAK…..………....….. ii

DAFTAR ISI……...………...….... iv

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR GAMBAR………...………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………....……….. ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………....………....……... 1

B. Identifikasi Masalah ….………... 3

C. Pembatasan Masalah ………...….………...…………. 4

D. Rumusan Masalah ………...……….. 4

E. Tujuan Penelitian ………...……….. 4

F. Manfaat Penelitian …...………..….. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 5

B. Kerangka Berpikir ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian………..………….…....…….. 19

B. Populasi dan Sampel………....….... 19

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional………...….……... 20

D. Teknik Pengumpul Data………....….…. 22

E. Teknik Analisis Data………..…………...….. 23

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik ...……….. 24

B. Keadaan Non Fisik ………. 26

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………... 34

B. Pembahasan Penelitian ………... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 58


(8)

B. Saran ……… 60

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN ... 65


(9)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Nama dusun dan jumlah responden pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang

sigodang tahun 2012 ...20

2. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sirpang sigodang tahun 2012...25

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Sirpang sigodang tahun 2012...27

4. Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...29

5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...30

6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Sirpang sigodang tahun 2012 ...31

7. Sarana Peribadatan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...31

8. Sarana Pendidikan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...32

9. Usia Responden di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...34

10. Tingkat Pendidikan Formal Responden di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...35

11. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...36

12. Modal Yang Digunakan Responden Dalam Pembuatan Keranjang bambu Selama Satu Bulan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...43

13. Harga Bambu Yang Digunakan Responden Dalam Pembuatan Keranjang bambu Selama Satu Bulan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...45

14. Jumlah bahan baku Yang Digunakan Responden Dalam Pembuatan Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...46

15. Jumlah tenaga kerja upahan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...47

16. Jumlah Truk dan biaya angkutan Industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...48


(10)

17. Ogkos truk berdasarkan jumlah bahan baku industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ... 49 18. Ongkos Truk berdasarkan jumlah truk industri keranjang bambu di Desa Sirpang

sigodang Tahun 2012 ... 50 19. Cara pemasaran keranjang hasil produksi industri keranjang bambu di Desa

Sirpang sigodang ... 53 20. Jumlah Produksi Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...53 21 Pendapatan Pengusaha yang diperoleh dari Keranjang bambu di Desa Sirpang

sigodang Tanun 2012.. ...54 22. Jumlah Truk dan biaya angkut industri keranjang bambu di Desa Sirpang

sigodang Tahun 2012 ……….69 23. Harga bambu yang digunakan Pengusaha Industri Keranjang bambu selama satu

bulan terakhir di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ………... 70 24. Harga jual keranjang bambu selama sebulan terakhir di Desa Sirpang sigodang

Tahun 2012 ………... 72 25. Analisa biaya Produksi pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang 72 26. Analisa pendapatan pengusaha Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang .... 74


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Skema Kerangka Berpikir ... .... 18

2. Peralatan membuat keranjang bambu ... 37

3. Proses memotong bambu menjadi 2m ... 38

4. Proses membelah bambu ... 39

5. Proses manggolei ... 40

6. Proses manapak ... 40

7. Proses mambayu ... 41

8. Proses malilit keranjang ... 42

9. Proses mambingkai ... 42

10. Bahan baku bambu ... 46

11. Alat Pengangkutan... 50

12. Pemasaran keranjang bambu ... 52

13. Keranjang bambu hasil anyaman ... 54

14. Peta administrasi Kabupaten Simalungun ... 76

15. Peta administrasi Kecamatan Panei ... 77


(12)

i

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

1. DaftarWawancara... 65

2. Jumlah truk dan biaya angkut industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ... 48

3. Harga bambu yang dibayar pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ... 49

4. Harga jual keranjang bambu selama satu bulan terakhir di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ... 50

5. Analisa biaya produksi pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang . 72 6. Analisa pendapatan pengusaha Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang ... 74

7. Peta administrasi Kabupaten Simalungun ... 76

8. Peta administrasi Kecamatan Panei ... 77


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Indonesia adalah Negara berkembang yang mana pada saat ini masih dalam proses pembangunan dalam segala bidang, baik dari sektor alam, infrastruktur, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, serta dari sektor manusianya, dalam pembangunan dari segi ekonomi seperti pembangunan sektor industri baik itu industri besar, sedang atu kecil, sebagai contoh yaitu Industri Tekstil sampai pada industri olahan rumah tangga. Tidak sedikit aspek-aspek dalam bidang industri telah memberi sumbangan bagi pemecahan masalah ekonomi nasional yang umumnya dihadapi. Belakangan ini disadari bahwa peranan industri cukup penting terutama dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat oleh karena itu industri perlu dibangun dan dikembangkan secara menyeluruh dengan meningkatkan peran serta masyarakat.

Industri tumbuh berkembang diawali dari berkembangnya pola kebutuhan hidup manusia. Sesudah mata pencaharian hidup berpindah-pindah sebagai pemetik hasil bumi, dan mengolah tanah dengan bertani dan berkebun serta beternak, kebutuhan masyarakat semakin berkembang misalnya untuk mendapatkan alat pemetik hasil bumi, alat berburu, alat menangkap ikan, alat bertani, berkebun, alat untuk menambang sesuatu, bahkan alat untuk berperang serta alat-alat rumah tangga, Contoh : Pisau untuk memotong, sabit untuk memanen padi, cangkul untuk mengolah tanah. Untuk menghasilkan alat-alat yang mereka butuhkan, maka para tukang yang akhirnya menjadi pengusaha yang menghasilkan alat-alat dan


(14)

barang-barang yang diperlukan itu. Dari situ mulailah berdiri dan berkembang industri kerajinan dan pertukangan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan.

Industri berskala kecil dan menengah di Indonesia dinilai sebagai sektor terpenting untuk mengikis masalah gawat yang dihadapi Indonesia yakni pengangguran, mengingat teknologi yang lazim digunakan dalam proses produksinya adalah teknologi padat karya. Karena Industri yang secara khusus industri kecil tersebar di seluruh negeri, khususnya di daerah pedesaan, pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai paling besar peranannya tidak hanya untuk memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, tetapi juga untuk mendorong pembangunan daerah dan pedesaan di Indonesia (Marbun, 1986)

Hal ini tidak jauh berbeda dengan industri di Sumatera Utara, yang banyak ditemui industri kecil seperti industri sepatu, makanan ringan, ulos, bambu, rotan, batu-bata dan lain sebagainya. Industri-industri tersebut masih dapat bertahan hingga saat ini, terbukti dari semakin meningkatnya jumlah industri kecil yang saat ini menjadi pekerjaan pokok masyarakat yang menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah unit tahun 2004 yang berjumlah 923 unit dengan jumlah tenaga kerja 51. 432 orang, tahun 2008 meningkat jumlahnya menjadi 1.294 unit dengan jumlah tenaga kerja 82.549 orang, namun masih memiliki masalah dalam hal modal dan pemasaran (http:/disperindag.ps.com)

Desa Sirpang Sigodang merupakan sebuah desa di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Dari hasil Studi pendahuluan dapat diketahui bahwa di Desa Sirpang Sigodang industri kecil yang cukup merakyat adalah industri kecil keranjang bambu, dimana keberadaannya sudah sejak tahun 1970, industri keranjang bambu menjadi mata pencaharian penduduknya, tetapi ditahun-tahun terakhir ini pembuatan


(15)

keranjang bambu tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan, terkadang produksinya berhenti dan terkadang beroperasi kembali, dalam wawancara terhadap Bapak Simarmata (5 April 2012) “ pengusaha industri kecil keranjang bambu ini masih kesulitan dalam hal permodalan, sehingga sulit untuk mengembangkan usahanya.

Selain karena faktor modal kemungkinan juga disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti, bahan baku, tenaga kerja, transportasi dan pemasaran sehingga mempengaruhi pendapatan pengusaha. Oleh sebab itu faktor- faktor tersebut perlu dianalisis pada industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang kecamatan panei Kabupaten Simalungun.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang, yang menjadi indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah faktor- faktor industri yang mencakup modal opersional pengusaha dalam memproduksi keranjang bambu, bahan baku dalam proses produksi pada masa lalu masih berasal dari dalam daerah atau milik pengusaha itu sendiri namun pada masa sekarang sebagian besar harus didatangkan dari daerah lain, jumlah dan asal tenaga kerja, transportasi yang digunakan serta pemasaran yang dilakukan pengusaha industri keranjang bambu baik pemasaran langsung ataupun tidak langsung yang pada akhirnya akan menentukan pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu desa Sirpang sigodang kecamatan Panei kabupaten Simalungun.


(16)

C. Pembatasan masalah

Dari identifikasi masalah, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah faktor- faktor industri keranjang bambu, dan pendapatan pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.

D. Perumusan masalah

1. Bagaimana Faktor- faktor industri kecil keranjang bambu seperti modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi dan pemasaran di Desa Sirpang sigodang

2. Bagaimana Pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang

E. Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain untuk mengetahui :

1. Faktor-faktor industri kecil seperti modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi dan pemasaran pada industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang.

2. Pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu desa Sirpang sigodang F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi pengusaha kerajinan keranjang bambu di Desa Sirpang Sigodang Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

2. Menambah wawasan bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripsi


(17)

(18)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Faktor- faktor industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang a. Modal perasional usaha keranjang bambu dari 66 pengusaha di Desa Sirpang Sigodang minimal Rp.100.000 selama sebulan dan maksimal Rp.30.000.000 dengan rata-rata jumlah modal Rp.395.166, modal tersebut digunakan untuk membeli bambu, biaya angkutan dan upah tenaga kerja, tetapi masih ada pengusaha mengalami kekurangan modal, sehingga harus meminjam dari keluarga dan BANK agar tidak menghambat hasil produksi.

b. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keranjang bambu adalah jenis bambu rogon (bahasa Simalungun) dengan ukuran 2m untuk satu keranjang bambu dengan jumlah paling banyak adalah 3000 potong dan paling sedikit adalah 400 potong, dan saat ini sangat sulit bagi pengusaha keranjang bambu untuk memperoleh bahan baku bambu di wilayah Desa Sirpang sigodang sehingga harus membeli ke daerah lain dengan harga 1000/potong, dan bila terpaksa pengusaha harus membeli bambu dari Agen dengan harga 1500/potong bambu.

c. Tenaga kerja industri keranjang bambu dalam artian tenaga kerja upahan di Desa Sirpang sigodang paling banyak 15 orang dan paling sedikit 4 orang dan seluruhnya bekerja pada 7 agen, sedangkan selebihnya (59) pengusaha


(19)

menggunakan tenaga kerja keluarga atau tidak mendapat upah. Keadaan ini menunjukkan bahwa industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang adalah industri Rumah tangga.

d. Dalam mengangkut bahan baku serta memasarkan keranjang bambu, secara umum pengusaha menggunakan Truk sebagai alat angkutan baik itu dengan memborong truk atau juga membayar ongkos angkut berdasarkan jumlah bambu yang diangkut. Pada umumnya Truk yang dibayar adalah truk yang mengangkut bahan baku bambu, ongkos yang harus dibayar bila dilihat berdasarkan borongan adalah sebesar Rp.100.000/pengusaha, sedangkan berdasarkan jumlah bambu yang diangkut adalah Rp.300/potong bambu. Sebanyak 43 pengusaha memilih dengan memborong Truk dan 17 pengusaha memilih membayar Truk berdasarkan jumlah bambu, dan 6 pengusaha tanpa Truk pengangkut tetapi dengan menggunakan Tenaga.

e. Pemasaran Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang dilihat dari cara pemasaran dan daerah pemasaran. Cara pemasaran yang dilakukan pengusaha umumnya (78,26%) dipasarkan secara tidak langsung dengan menjualnya kepada Agen yang ada di Desa Sirpang sigodang , ini tentu menghasilkan untung yang tidak banyak dibandingkan dengan menjualnya langsung ke konsumen. Daerah pemasaran Keranjang bambu dominan dipasarkan ke kota Kabanjahe, dan Berastagi Kabupaten Karo yang merupakan daerah penghasil buah dan sayuran yang memerlukan keranjang bambu sebagai wadah penyimpanan, hal ini menyebabkan pemasaran menjadi lancar dan sekaligus mendukung kegiatan sindustri keranjang bambu.


(20)

2. Pendapatan pengusaha Industri kecil Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang

Pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu terendah Rp.1020.000 - Rp.3000.000 dan tertinggi Rp. 5001.000 – 7.300.000 /pengusaha selama satu bulan dan apabila dirata-ratakan dengan menjumlah seluruh pendapatan pengusaha dan dibagikan jumlah responden (66)orang maka rata-rata jumlah pendapatan Rp. 287.965/ bulan. Keadaan ini berarti secara keseluruhan pendapatan pekerja yang diperoleh dari kegiatan industri Keranjang bambu belum dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Bila dikaitkan dengan UMR maka seluruh pengusaha berada di bawah UMR Sumatera Utara (tahun 2012 berjumlah Rp.1.200.000) atau belum dapat memenuhi kebutuhan dasar primer.

B. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan, maka dalam penelitian ini diperlukan beberapa saran, antara lain :

a. Jumlah modal yang digunakan pengusaha di Desa Sirpang sigodang masih belum memiliki cukup dana sehingga kegiatan industri keranjang bambu terkadang masih tersendat dan masih membutuhkan bantuan dana maka bagi pengusaha untuk sebaiknya lebih memperhatikan dan mulai untuk menabung modal sehingga bila suatu waktu dibutuhkan modal yang lebih besar tidak akan kesulitan lagi, bagi pemerintah daerah supaya lebih memperhatikan industri rumah tangga keranjang bambu tersebut yang pada dasarnya sangat menjanjikan misalnya dengan memberi bantuan modal usaha.


(21)

b. Bahan baku yang digunakan pengusaha masih tergolong sulit untuk didapatkan, oleh karena itu bagi pengusaha supaya mulai menyicil menanam bambu secara berkelompok sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan tempat, karena pada dasarnya proses penanaman bambu sampai pada pemanenan membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga pada akhirnya nanti tidak akan kesulitan lagi memperoleh bahan baku bambu.

c. Tenaga kerja pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang merupakan tenaga kerja keluarga. Sehubungan dengan itu sudah sewajarnya pengusaha dapat menambah tenaga kerja upahan agar dapat meningkatkan hasil produksi.

d. Dalam hal transportasi, saat ini pengusaha tidak terlalu mendapat kendala yang lebih, tetapi ada baiknya juga setiap pengusaha untuk saling membantu dalam hal transportasi, misalnya dengan membentuk kelompok untuk membayar biaya angkut sehingga lebih meringankan beban biaya angkut. e. Pemasaran pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang pada

umumnya secara tidak langsung dengan menjualnya kepada Agen. Sehubungan dengan itu sudah sewajarnya pengusaha mulai menjual hasil produksi langsung kepada konsumen sehingga hasil yang didapat bisa lebih dari sebelumnya. Mengingat semakin kuatnya persaingan harga maka selayaknya sesama pengusaha bersama- sama membentuk koperasi untuk menampung dan menyalurkan atau menjual bahan baku serta keranjang bambu sesuai dengan harga pasar.

Pendapatan pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang berada di bawah UMR Sumatera Utara. Untuk itu diperlukan agar pengusaha keranjang bambu


(22)

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi dan meningkatkan ke arah yang lebih baik agar pendapatan yang diperoleh dapat lebih ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan keluarganya.


(1)

(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Faktor- faktor industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang a. Modal perasional usaha keranjang bambu dari 66 pengusaha di Desa Sirpang Sigodang minimal Rp.100.000 selama sebulan dan maksimal Rp.30.000.000 dengan rata-rata jumlah modal Rp.395.166, modal tersebut digunakan untuk membeli bambu, biaya angkutan dan upah tenaga kerja, tetapi masih ada pengusaha mengalami kekurangan modal, sehingga harus meminjam dari keluarga dan BANK agar tidak menghambat hasil produksi.

b. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keranjang bambu adalah jenis bambu rogon (bahasa Simalungun) dengan ukuran 2m untuk satu keranjang bambu dengan jumlah paling banyak adalah 3000 potong dan paling sedikit adalah 400 potong, dan saat ini sangat sulit bagi pengusaha keranjang bambu untuk memperoleh bahan baku bambu di wilayah Desa Sirpang sigodang sehingga harus membeli ke daerah lain dengan harga 1000/potong, dan bila terpaksa pengusaha harus membeli bambu dari Agen dengan harga 1500/potong bambu.

c. Tenaga kerja industri keranjang bambu dalam artian tenaga kerja upahan di Desa Sirpang sigodang paling banyak 15 orang dan paling sedikit 4 orang dan seluruhnya bekerja pada 7 agen, sedangkan selebihnya (59) pengusaha


(3)

menggunakan tenaga kerja keluarga atau tidak mendapat upah. Keadaan ini menunjukkan bahwa industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang adalah industri Rumah tangga.

d. Dalam mengangkut bahan baku serta memasarkan keranjang bambu, secara umum pengusaha menggunakan Truk sebagai alat angkutan baik itu dengan memborong truk atau juga membayar ongkos angkut berdasarkan jumlah bambu yang diangkut. Pada umumnya Truk yang dibayar adalah truk yang mengangkut bahan baku bambu, ongkos yang harus dibayar bila dilihat berdasarkan borongan adalah sebesar Rp.100.000/pengusaha, sedangkan berdasarkan jumlah bambu yang diangkut adalah Rp.300/potong bambu. Sebanyak 43 pengusaha memilih dengan memborong Truk dan 17 pengusaha memilih membayar Truk berdasarkan jumlah bambu, dan 6 pengusaha tanpa Truk pengangkut tetapi dengan menggunakan Tenaga.

e. Pemasaran Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang dilihat dari cara pemasaran dan daerah pemasaran. Cara pemasaran yang dilakukan pengusaha umumnya (78,26%) dipasarkan secara tidak langsung dengan menjualnya kepada Agen yang ada di Desa Sirpang sigodang , ini tentu menghasilkan untung yang tidak banyak dibandingkan dengan menjualnya langsung ke konsumen. Daerah pemasaran Keranjang bambu dominan dipasarkan ke kota Kabanjahe, dan Berastagi Kabupaten Karo yang merupakan daerah penghasil buah dan sayuran yang memerlukan keranjang bambu sebagai wadah penyimpanan, hal ini menyebabkan pemasaran menjadi lancar dan sekaligus mendukung kegiatan sindustri keranjang bambu.


(4)

2. Pendapatan pengusaha Industri kecil Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang

Pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu terendah Rp.1020.000 - Rp.3000.000 dan tertinggi Rp. 5001.000 – 7.300.000 /pengusaha selama satu bulan dan apabila dirata-ratakan dengan menjumlah seluruh pendapatan pengusaha dan dibagikan jumlah responden (66)orang maka rata-rata jumlah pendapatan Rp. 287.965/ bulan. Keadaan ini berarti secara keseluruhan pendapatan pekerja yang diperoleh dari kegiatan industri Keranjang bambu belum dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Bila dikaitkan dengan UMR maka seluruh pengusaha berada di bawah UMR Sumatera Utara (tahun 2012 berjumlah Rp.1.200.000) atau belum dapat memenuhi kebutuhan dasar primer.

B. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan, maka dalam penelitian ini diperlukan beberapa saran, antara lain :

a. Jumlah modal yang digunakan pengusaha di Desa Sirpang sigodang masih belum memiliki cukup dana sehingga kegiatan industri keranjang bambu terkadang masih tersendat dan masih membutuhkan bantuan dana maka bagi pengusaha untuk sebaiknya lebih memperhatikan dan mulai untuk menabung modal sehingga bila suatu waktu dibutuhkan modal yang lebih besar tidak akan kesulitan lagi, bagi pemerintah daerah supaya lebih memperhatikan industri rumah tangga keranjang bambu tersebut yang pada dasarnya sangat menjanjikan misalnya dengan memberi bantuan modal usaha.


(5)

b. Bahan baku yang digunakan pengusaha masih tergolong sulit untuk didapatkan, oleh karena itu bagi pengusaha supaya mulai menyicil menanam bambu secara berkelompok sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan tempat, karena pada dasarnya proses penanaman bambu sampai pada pemanenan membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga pada akhirnya nanti tidak akan kesulitan lagi memperoleh bahan baku bambu.

c. Tenaga kerja pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang merupakan tenaga kerja keluarga. Sehubungan dengan itu sudah sewajarnya pengusaha dapat menambah tenaga kerja upahan agar dapat meningkatkan hasil produksi.

d. Dalam hal transportasi, saat ini pengusaha tidak terlalu mendapat kendala yang lebih, tetapi ada baiknya juga setiap pengusaha untuk saling membantu dalam hal transportasi, misalnya dengan membentuk kelompok untuk membayar biaya angkut sehingga lebih meringankan beban biaya angkut. e. Pemasaran pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang pada

umumnya secara tidak langsung dengan menjualnya kepada Agen. Sehubungan dengan itu sudah sewajarnya pengusaha mulai menjual hasil produksi langsung kepada konsumen sehingga hasil yang didapat bisa lebih dari sebelumnya. Mengingat semakin kuatnya persaingan harga maka selayaknya sesama pengusaha bersama- sama membentuk koperasi untuk menampung dan menyalurkan atau menjual bahan baku serta keranjang bambu sesuai dengan harga pasar.

Pendapatan pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang berada di bawah UMR Sumatera Utara. Untuk itu diperlukan agar pengusaha keranjang bambu


(6)

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi dan meningkatkan ke arah yang lebih baik agar pendapatan yang diperoleh dapat lebih ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan keluarganya.