Perkembangan Kota Perdagangan Di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun (1980-1999)

(1)

PERKEMBANGAN KOTA PERDAGANGAN DI

KECAMATAN BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN

(1980-1999)

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

L.JACKSON ANTONIUS MANIK

NIM : 050706006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

MEDAN


(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERKEMBANGAN KOTA PERDAGANGAN DI KECAMATAN

BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN (1980-1999)

DIKERJAKAN O

L E H

L. JACKSON ANTONIUS MANIK NIM : 050706006

Pembimbing

Drs. Edi Sumarno M.Hum

NIP : 196409221989031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Lembar Persetujuan Penelitian

PERKEMBANGAN KOTA PERDAGANGAN DI KECAMATAN

BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN (1980-1999)

Yang Diajukan Oleh:

Nama :L. Jackson Antonius Manik Nim : 050706006

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi Oleh:

Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001

Tanggal………. Ketua Dapartemen Ilmu Sejarah

Drs. Edi Sumarno,M.Hum

NIP. 196409221989031001 Tanggal……….

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Kasih dan KaruniaNya penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penulisan skripsi ini baik dari mulai pengumpulan data, pengkritikan sumber, hingga sampai pada penulisan skripsi.

Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar Strata-1 atau Sarjana. Penulisan skripsi juga merupakan kewajiban akademis untuk meraih gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Departemen Ilmu Sejarah. Untuk memenuhi syarat itu tersebut, penulis mengangkat sebuah permasalahan yang ditulis menjadi sebuah skripsi yang berjudul ”Perkembangan Kota Perdagangan Di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun 1980-1999”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan baik itu pengkajian maupun bahan data pengkajian. Oleh karena itu, dengan terbuka menerima saran, data, dan kritik dari pihak manapun yang dapat memperbaiki dan lebih melengkapi penulisan skripsi ini.

Medan, Juni 2011 Penulis


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah dari penulis sendiri, tetapi juga sangat banyak kontribusi pemikiran dari para pembimbing dan staf pengajar Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa dukungan dan motifasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

• Ayahanda tercinta Nainggolan Valentinus Manik dan Ibunda tersayang Senti Siringo-ringo yang telah merawat, membesarkan dan mendidik penulis dari lahir hingga dewasa dengan segala kasih dan sayangnya tanpa mengenal lelah dan selalu dengan ketulusan hati.

• Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara beserta Staf yang telah berkenan menerima dan memberi kesempatan serta fasilitas kuliah kepada penulis selama kuliah di Fakultas Ilmu Budaya USU.

• DR. Drs. Syahron Lubis, M A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

• Drs. Edi Soemarno M.Hum dan Dra. Nurhabsyah M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU.

• Drs. Suprayitno selaku dosen wali penulis selama kuliah di Departemen Ilmu Sejarah.


(6)

• Drs. Edi Sumarno M.Hum selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas segala ketekunan, kesabaran dan kemauan serta rela meluangkan waktunya untuk membimbing dan memperbaiki naskah skripsi ini hingga selesai.

• Bapak dan Ibu dosen di Departemen Ilmu Sejarah atas segala bekal ilmu yang telah diberikan sehingga memungkinkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

• Abang, Kakak dan Adik penulis yang terkasih beserta seluruh keluarga besar penulis yang terus memberikan dukungan dan doa selama masa perkuliahan penulis.

• Sahabat-sahabat penulis di jurusan Ilmu sejarah Stambuk 2005 maupun junior serta senior stambuk penulis terkhusus kepada Halasson Marganda Tua Sitompul, Elim Sigalingging, M. Rasyid Sinaga, Febri Mendrofa, Iunita Simanjuntak, Jogi Simanjuntak, Sere Murni Gultom, Gian Albert Silitonga, Mulia Tarigan, Odoranta Sembiring, Indra Girsang, Rici Jolanda Situmorang, Putra Jaya Sinulingga, Jomenda Tarigan, Dedi Sinurat, dan yang lainnya yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu, yang memberikan bantuan, dukungan, dan semangat selama masa perkuliahan.

• Kepada seluruh informan saya yang telah bersedia saya wawancarai dan memberikan data kepada penulis.


(7)

• Kawan-kawan seperjuangan khususnya Indra, Medi Susanto Duha, Johnson Panggabean, Bangun Simanjuntak, Iwan Nando Samosir, Manan Tarigan, Enywati Sinaga, Erni Kusrini yang telah banyak memberikan perhatian serta bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

• Sahabat-sahabat penulis yang ada, Rosa Nadapdap, Toni Dolok Saribu, Abdi Sinurat, Rudy Noverianto, Charles, Noa, David, Kalvin yang telah memberi dukungan moril kepada penulis dari penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak Mungkin bisa disebutkan satu persatu namanya, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan Dia senantiasa menyertai kita.

Medan, Juni 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

...i

DAFTAR TABEL

...iii

ABSTRAK

...iv

BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan Dan Manfaat...6

1.4 Tinjauan Pustaka...7

1.5 Metode Penelitian...9

BAB II PERDAGANGAN SEBELUM TAHUN 1980 2.1 Sejarah Perdagangan...11

2.2 Geografis dan Penduduk...16

2.3 Perekonomian...22


(9)

BAB III PERKEMBANGAN KOTA PERDAGANGAN 1980-1999

3.1 Wilayah dan Penduduk...32

3.2 Perekonomian...38

3.3 Pemerintahan...40

3.4 Infrastruktur...47

BAB IV PEMEKARAN KELURAHAN PERDAGANGAN MENJADI DUA 4.1 Faktor-Faktor Pendukung Pemekaran Kelurahan Perdagangan...54

4.2 Langkah-Langkah Persiapan Pembentukan Kelurahan Perdagangan III...59

4.3 Alasan-Alasan Dibentuknya Kelurahan Perdagangan III...60

4.3.1 Potensi Fisik Kota Perdagangan...60

4.3.2 Potensi nonFisik Kota Perdagangan...65

BAB V KESIMPULAN...66

DAFTAR PUSTAKA...68

DAFTAR INFORMAN.....70


(10)

DAFTAR TABEL

BAB II

TABEL I: Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa...19

TABEL II : Distribusi Penduduk Menurut Agama...21

TABEL III : Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin...22

TABEL IV : Distribusi Hasil Produksi dan Komsumsi...23

BAB III TABEL I : Komposisi Penduduk Kelurahan Perdagangan Menurut Suku Bangsa...35

TABEL II : Distribusi Penduduk Kelurahan Menurut Agama...37


(11)

ABSTRAK

Kota Perdagangan adalah satu kota yang berada di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun propinsi Sumatera Utara. kota Perdagangan merupakan kota terbesar kedua yang ada di Kabupaten Simalungun setelah Pematang Siantar. Kota Perdagangan juga merupakan ibukota dari Kecamatan Bandar. Sebagai ibukota Kecamatan Bandar Perdagangan mempunyai peranan yang sangat besar bagi masyarakatnya yakni sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan juga sebagai pusat kegiatan perekonomian masyarakat Kecamatan Bandar, khususnya masyarakat Perdagangan. Perjalanan kota Perdagangan dimulai dengan berdirinya satu kerajaan yang bernama Kerajaan Bandar yang merupakan kerajaan yang didirikan oleh saudara raja Kerajaan Siantar yaitu Borashata Damanik. Awalnya Perdagangan merupakan tempat pemukiman para pengusaha perkebunan dan para pedagang-pedagang Cina yang semakin hari semakin ramai didiami penduduk. Potensi daerah terletak pada posisinya yang strategis serta dukungan daerah-daerah Hiterland yang pada umumnya adalah daerah-daerah-daerah-daerah perkebunan. Hasilnya Perdagangan yang strategis secara letaknya mengalami perkembangan dan menjadi pusat kehidupan sosial.

Perkembangan demi perkembangan dialami oleh Kota Perdagangan sepanjang sejarah keberadaannya. Dimulai dengan dipisahkannya status pemerintahan kota yang mulanya desa menjadi sebuah kelurahan dengan mengacu pada Undang-Undang No.5 tahun 1974. Diresmikannya kembali status pemerintahan kota Perdagangan menjadi 2 (dua) kelurahan pada tahun 1999 setelah adanya hibah wilayah yang diberikan oleh pihak perkebunan guna perluasan dan pengembangan kota, sesuai dengan peraturan pemerintah daerah kabupaten Simalungun yang diterbitkan pada 28 Agustus 2008 yang mengacu pada Undang-Undang No.22 tahun 1999 telah menumbuhkan kembali perkembangan Kota Perdagangan yang lebih besar kembali.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar1

Tebentuknya Kota Perdagangan berlangsung melalui proses yang panjang. Dari latar belakang sejarah diketahui bahwa dahulunya Perdagangan merupakan daerah pusat pemerintahan dari salah satu kerajaan yang berdiri yakni Kerajaan Bandar. Sebagai pusat pemerintahan kerajaan yang baru, maka daerah ini dijadikan

Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar, dan lebih kurang 200 km dari Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Letaknya berada dekat dengan Sungai Bah Bolon, sebuah sungai yang berhulu di Simalungun melintasi Pematang Siantar dan bermuara di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. Melalui jalan darat, Kota Perdagangan, terletak kira-kira di pertengahan jalan raya Pematang Siantar – Lima Puluh Kabupaten Asahan.

1

Kec. Bandar berada diketinggian 82m di atas permukaan air laut dengan luas wilayah 109.18km, memiliki jumlah penduduk 67.276 jiwa, yang terdiri dari 13 nagori/desa: Pematang Kerasahan, Pematang Kerasahan Rejo,Marihat Bandar, Timbaan, Nagori Bandar, Bandar Rakyat, Bandar Pulo, Bandar Jawa, Bah Lias, Parlanaan, Sidotani, Sugarang Bayu, Nagori Perdagangan II, dan 2 kelurahan: Kelurahan Perdagangan I dan Perdagangan III,Batas wilayah : sebelah utara : Kecamatan Bandar Masilam, sebelah Selatan : Kecamatan Hutabayu Raja, sebelah Timur : Kecamatan Bosar Maligas, sebelah Barat : Kecamatan Pematang Bandar. Badan Pusat Statistik Kab.Simalungun, kordinator Statistik Kec.Bandar, Statistik Kec.Bandar Dalam Angka, 2010. tanpa hal.


(13)

sebagai tempat pemukiman penduduk namun seiring dengan kedatangan para pengusaha Barat yang diboncengi oleh pemerintah Hindia Belanda maka daerah ini lama kelamaan menjadi ramai, hingga akhirnya dijadikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Ibukota distrik bandar hal ini erat dengan posisinya yang terletak di tepi Sungai Bah Bolon, tempat penduduk sekitar melakukan aktivitas perdagangan. Sebelum ekspansi onderneming memang sungai merupakan rute lalu lintas utama, termasuk kegiatan perdagangan dan aktivitas ekspor-impor 2

Ketika jalan raya dan kereta api dibangun, terutama sehubungan dengan perkembangan perkebunan di sekitar awal abad ke-20, peranan Kota Perdagangan sebagai pusat aktivitas penduduk di daerah ini nampaknya tidak berkurang. Perubahan rute lalu lintas utama, dari sungai ke lalu lintas darat, sedikit banyak tentu mempengaruhi peran Sungai Bah Bolon sebagai rute lalu lintas orang dan perdagangan. Pembangunan jalan raya Pematang Siantar – Lima Puluh, dan pembangunan stasiun kereta api di Perlanaan, sekitar 20 km arah Timur dari Kota Perdagangan, yang merupakan salah satu stasiun kereta api kecil rute Medan – Tebing Tinggi – Tanjung Balai dan Rantau Prapat mengakibatkan lalu lintas air berkurang perannya. Meskipun demikian, peran Kota Perdagangan yang terletak di Sungai Bah Bolon dan dilintasi jalan raya Pematang Siantar – Lima Puluh, tetap saja penting sebagai pelayan dan penyedia kebutuhan masyarakat, terutama dari

. Perkembangan Perdagangan juga dipengaruhi oleh letak Kota Perdagangan yang strategis, khususnya terkait dengan aktivitas ekonomi di sepanjang aliran Sungai Bah Bolon.

2

Edi Sumarno, “Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur pada Periode Kolonial”, dalam Historisme No. 22, Agustus 2006.


(14)

banyaknya perkebunan yang dibuka di sekitarnya. Kota ini kemudian menjadi pusat (center) yang melingkupi wilayah sekitar (periphery), baik dari penduduk lokal/pribumi, dan terutama bagi perkebunan dan masyarakat perkebunan. Sejak saat itu, hingga kini, peran Kota Perdagangan tetap menjadi pusat aktivitas masyarakat yang ada di sekitarnya3

Hingga kini, nama Perdagangan digunakan untuk tiga wilayah administratif setingkat desa/kelurahan, yakni Kelurahan Perdagangan I, Nagori Perdagangan II, dan Kelurahan Perdagangan III. Sebelum tahun 1999, nama Perdagangan hanya digunakan di dua wilayah administratif, yakni Kelurahan Perdagangan dan Desa Perdagangan. Kelurahan Perdagangan terletak di sisi Utara Sungai Bah Bolon, sedangkan Desa Perdagangan di sisi Selatan. Kelurahan Perdagangan III sendiri sebenarnya merupakan hasil bentukan pemekaran Kelurahan Perdagangan I di tahun 1999

.

4

Untuk mengidentifikasikan sesungguhnya wilayah mana yang disebut Kota Perdagangan. Bagi penduduk sekitar, penyebutan Kota Perdagangan, berarti meliputi ketiga wilayah administratif, termasuk di dalamnya Nagori atau sebelumnya Desa Perdagangan

. Oleh sebab itu, saat ini Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III terletak di sisi Utara, dan Nagori Perdagangan berada di sisi Selatan Sungai Bah Bolon.

5

3

Wawancara, Edward Situmorang, Busro Harahap, Roswardyah, Senin 24 Januari 2011, Di Kantor Kecamatan Bandar.

4

Wawancara, P. Silalahi, Rabu 15 Desember 2010, Di Kantor Kecamatan Bandar

5

Wawancara, T. Situmorang, S. Pasaribu, Choirullah Nasution, S. Manik, 27-28 Januari 2011, Di kota Perdagangan.

. Hal ini dikarenakan, selain ketiganya menggunakan nama Perdagangan, juga karena sentral aktivitas meliputi ketiga wilayah, meskipun tetap


(15)

saja Kelurahan Perdagangan I menjadi inti Kota Perdagangan. Meskipun demikian, pengertian kota secara sosiologis dan ekonomis ini, mungkin lebih baik diartikan melalui perspektif administratif. Berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni berdasarkan pasal 1 huruf n Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 disebutkan bahwa kota kecamatan harus berbentuk kelurahan, bukan desa. Berdasarkan perspektif ini, maka yang dimaksudkan dengan Kota Perdagangan adalah Kelurahan Perdagangan (periode 1980 -1999), yang kemudian dimekarkan di tahun 1999 menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III.

Penelitian ini akan membicarakan permasalahan di sekitar perkembangan Kota Perdagangan, dalam perspektif administratif, yakni Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999, saat kelurahan ini belum dimekarkan. Tentu saja, terdapat berbagai alasan mengapa Kelurahan Perdagangan harus dimekarkan, baik karena alasan yang sifatnya ekologis, ekonomis, sosiologis, maupun administratif. Oleh karena itu, dapat dikatakan, fokus dari penelitian ini berkisar di seputar masalah perkembangan kota, terutama berkaitan dengan pemekaran yang terjadi. Pemilihan tahun 1980 didasarkan pada kenyataan karena saat itulah terjadi perubahan status Desa Perdagangan yang dirubah menjadi Kelurahan Perdagangan yang terletak di sisi Utara Sungai Bah Bolon dan yang di seberangnya tetap menyandang status desa.

Sementara itu, tahun 1999, karena saat itulah Kelurahan Perdagangan dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Meskipun demikian, mengingat sejarah adalah proses, maka perkembangan kota perdagangan sebelum tahun 1980 juga dipandang perlu untuk dideskripsikan. Dengan cara itu, terlihat kondisi kota ini untuk masa sebelumnya, sehingga akan nampak


(16)

perkembangan di masa sesudahnya. Di sisi lain, mengingat perkembangan sebuah kota sangat dipengaruhi oleh wilayah penyangganya, maka tidak bisa tidak, pembahasan juga akan meluas ke perkembangan wilayah sekitarnya. Dengan cara itu, diharapkan, penjelasan di sekitar perkembangan kota Perdagangan akan menjadi lebih sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan diberi judul, “Perkembangan Kota Perdagangan di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun, 1980-1999”.

1.2 Rumusan Masalah

Kota merupakan suatu kajian yang sangat menarik, karena kompleksitas permasalahan yang dimilikinya. Dalam wilayah kota semua aspek kehidupan manusia muncul dengan ciri utama kehidupan yang non agraris. Hal ini membedakan dengan daerah bukan kota. Kota merupakan daerah pemukiman yang sifatnya sangat dinamis, dilihat dari segi sosial, kultural, ekonomi, maupun politik. Guna membahas masalah perkembangan Kota Perdagangan selama periode 1980-1999, maka pokok permasalahan ini akan dijabarkan dengan rumusan berikut ini :

1. Bagaimana kondisi Kota Perdagangan sebelum tahun 1980?

2. Perkembangan apa saja yang terjadi atas Kota/Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999?

3. Mengapa Kota/Kelurahan Perdagangan dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III?


(17)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian, tentunya mempunyai tujuan dan manfaat yang jelas. Setelah mengetahui akar permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman yang diharapkan dapat berguna demi kepentingan-kepentingan sosial dan ilmu pengetahuan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan kondisi Kota Perdagangan sebelum tahun 1980.

2. Menggambarkan perkembangan yang terjadi atas Kota/Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999?

3. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi alasan dimekarkannya Kota/Kelurahan Perdagangan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Menambah wawasan pembaca mengenai kota Perdagangan (1980-1990)

2. Memberikan informasi mengenai perkembangan dan peranan kota Perdagangan.

3. Menambah literatur dalam penulisan sejarah guna mambuka ruang penulisan sejarah lainnya.


(18)

1.4 Tinjauan Pustaka

Untuk melakukan kegiatan penulisan, perlu dilakukan telaah pustaka dengan menggunakan buku- buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini yakni:

Perkembangan Kota Perdagangan di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun (1980- 1999). Telaah pustaka dilakukan dalam rangka mencari data yang objektif dan relevan dengan topik yang akan dibahas. Di samping itu, telaah pustaka juga bertujuan untuk mencari kerangka teoritis yang hendak dipergunakan sebagai acuan penulisan.

Buku S. Menno dan Mustamin Alwi, Antropologi Perkotaan (1992) yang dikutip dari buku Koentjaraningrat (Masalah- masalah Pembangunan: Bunga Rampai Antropologi Terapan, 1982), bahwa bermula dari adanya kota-kota istana, kota pusat keagamaan, dan kota-kota pelabuhan. Dalam buku ini, dijelaskan bahwa kota pelabuhan terdiri dari bagian-bagian tempat tinggal para pengusaha, yang terdekat dengan pelabuhan, dan beberapa perkampungan tempat bermukimnya para pedagang asing, yang terpisah-pisah dan disebut kampung menurut nama negeri asal mereka masing- masing. Seperti halnya kota perdagangan, walaupun letaknya bukan berada persis di muara sungai, namun digunakan oleh para pengusaha untuk bermukim dan melakukan interaksi jual-beli6

6

Wawancara, Iskandar Efendi, 26 Januari 2011, Di Kantor Kelurahan Perdagangan I

. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan kota perdagangan yang awalnya tempat bermukim para pengusaha dan para pedagang Cina, hal ini membuat daerah Perdagangan menjadi ramai dan berkembang menjadi sebuah kota.


(19)

Dalam buku DRS. N. Daldjoeni,Seluk Beluk Masyarakat Kota (1982: 143- 144) kota diciptakan oleh manusia yang sudah menguasai alam kodrat dengan aneka kemungkinan yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini masyarakat kota baik yang tinggal di daerah kota maupun yang tinggal di daerah perkotaan secara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam pembentukan karakter kota dan perkembangan kota, hal ini tidak terlepas dari hubungan antara manusia dan daerah tempat tinggalnya yang saling mengisi. Dalam situasi awal peradapan taraf demikianlah lahirlah kota.

Buku ini membantu penulis dalam menjelaskan peran masyarakat kota Perdagangan yang tidak terlepas dari peran masyarakat yang bermukim di daerah kota dan perkotaan.

Buku Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan Mandiri, kota diartikan sebagai suatu permukaan wilayah di mana terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk dan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan administrasi pemerintahan. Dalam buku ini juga disebutkan peran dan fungsi kota dalam pembangunan wilayah.

Buku ini membantu penulis dalam penulisan dan pengertian dari peran dan fungsi dari kota Perdagangan dalam pembangunan wilayah dan sebagai penyangga ekonomi dari masyarakat kota perdagangan yakni bahwa peran dan fungsi kota bukan hanya sebagai pusat administratif pemerintahan melainkan mempunyai peranan sebagai penyedia lapangan kerja bagi masyarakat di wilayah-wilayah yang berada di sekitar Kecamatan Bandar.


(20)

1.5 Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang lebih ilmiah dilakukan suatu penyusunan metode. Tujuannya agar penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta dapat memahami secara ilmiah objek penelitian yang dimaksud. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian histories sebagai rujukan. Untuk merekontruksi masa lampau pada objek yang akan diteliti, dipakai metode sejarah dengan menggunakan sumber sejarah sebagai bahan penelitian.Tahapan pertama yang akan dilakukan adalah

1. Heuristik yakni metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data, fakta-fakta dan sumber. Sumber lisan yakni berupa wawancara yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara tertutup/berstruktur dan wawancara terbuka terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung seperti camat Bandar berserta beberapa staf, dengan para tetua adat dari masyarakat Perdagangan, dan mantan kepala nagori yang dianggap penulis mampu memberikan informasi tentang kota Perdagangan. Sumber tertulis yaitu pengumpulan data-data dan fakta-fakta baik berupa Majalah, surat kabar, hasil laporan penelitian, arsip-arsip dari kelurahan, kecamatan, dan kabupaten dan juga laporan-laporan kolonial yang sesuai dengan objek penelitian.

2. Kritik sumber dalam tahapan ini, kritik dilakukan terhadap sumber yang telah dikumpulkan untuk mecari keaslian sumber tersebut baik dari segi substansi (isi) maupun materialnya agar menjadi sumber terpilih. Kritik yang dilakukan adalah kritik intern maupun kritik ekstern. Hal ini dilakukan untuk mendapakan kebenaran informasi dari sumber atau data-data yang diperoleh.


(21)

3. Interpretasi.dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisa sehingga melahirkan suatu pemahaman baru yang sifatnya objektif dan ilmiah. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang serta minimnya data dan fakta yang membuat interpretasi menjadi sangat fital. Keakuratan serta analisa yang tajam perlu dilakukan untuk mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain tahap ini dilakukan sebagai penyimpulan kesaksian atau data yang dapat dipercaya dari data-data yang ada.

4. Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan, atau dapat dikatakan dengan penulisan akhir dari suatu penulisan yang diperoleh dari fakta-fakta dilakukan dengan sistematis dan kronologis. Dalam penulisan sejarah aspek kronologis menjadi sangat penting untuk menghasilkan karya-karya yang ilmiah dan obyektif..


(22)

BAB II

PERDAGANGAN SEBELUM TAHUN 1980

2.1 Sejarah Perdagangan

Menurut legenda yang beredar di masyarakat kota Perdagangan, bahwa kota Perdagangan mempunyai kisah cerita yang bersifat mitos. Disebutkanlah bahwa dahulu kala, tersebutlah seorang saudagar bepergian berlayar mengarungi bantaran sungai Bah Bolon, dahulu sungai ini masih cukup luas dan dapat dilalui oleh kapal. Saudagar tersebut mengarungi bantaran sungai dari hilir. Ditengah perjalanan kapal yang ditumpangi oleh saudagar mengalami kerusakan dan karam sehingga saudagar tersebut lalu memutuskan untuk berhenti dan mencari daratan. Lalu ia melihat sebatang pohon di atas bukit yang sangat besar dan lagi rindang dahannya dan di sekitarnya terdapat banyak monyet-monyet yang besar yang menjaga pohon tersebut, kemudian ia mulai membangun penginapan di sekitar tempat pohon yang besar tadi, lantas membuat suatu sesajen di bawahnya dan meminta agar dirinya dapat kembali ke kampung halamannya apapun syaratnya akan dia penuhi. Permintaannya lantas terpenuhi dengan syarat salah satu dari anaknya harus rela menjadi penjaga dari pohon tersebut7

Berita tentang adanya pohon tersebut tersebar sehingga banyak orang yang datang dan melakukan ritual, dan mengakibatkan daerah di sekitar pohon tersebut

.

7


(23)

menjadi ramai dan dikunjungi oleh orang-orang sehingga menarik minat dari para pedagang terutama para pedagang Cina. Daerah tempat berdagang para orang-orang Cina tersebut dinamakan Perdagangan sedangkan tempat pohon tersebut oleh orang penduduk asli disebut Bukkit Partopaon.

Tentu saja, cerita tentang asal-usul nama Perdagangan ini tidak dapat dipercayai begitu saja karena terdapat hal-hal yang bersifat supranatural. Meskipun demikian, dari cerita lisan yang berkembang di masyarakat, dapat dikatakan bahwa munculnya nama Perdagangan berkaitan dengan adanya aktivitas tukar menukar barang di sepanjang sungai Bah Bolon, yang salah satunya adalah yang kemudian dinamakan Perdagangan. Penulis tidak menemukan simbol lain yang menceritakan tentang asal-usul nama Perdagangan, termasuk kapan mulai munculnya nama Perdagangan tersebut.

Dalam membicarakan tentang daerah kota Perdagangan maka, tidak dapat di pisahkan dengan asal usul salah satu kerajaan yang berdiri di daerah tersebut yakni kerajaan Bandar, yang juga merupakan salah satu kerajaan yang mempunyai hubungan dengan kerajaan yang ada di Simalungun yakni kerajaan Siantar. Masyarakat marga-marga pribumi Simalungun utama dari marga Purba, Damanik, Sinaga; intinya berasal dari keturunan cabang pokok marga Sitiga Marga ( Borbor Marsada, Lontung, dan Sumba), secara genealogis dari pusat negeri Toba. Berlainan dengan Marga Silima atau Silima Marga di tanah Karo sebagai marga persekutuan/ gabungan secara teritorial.

Nama ”Simalungun” sebagai nama wilayah/daerah dan suku bangsa timbul sesudah abad-XVII, yakni sesudah dibentuk oleh dinasti Tuan Singa Mangaraja.


(24)

Namum nama ”Simalungun” lebih dikukuhkan setelah dibentuk oleh pemerintah Belanda Afdeling Simelungun en de Karolanden (12-12-1906) yang bermula berkedudukan di Saribudolok dengan Westenberg sebagai Asistent Residennya. Simalungun atau Sibalungun artinya ”sunyi” atau ”lengang”, berarti negeri yang ditinggalkan. Yang meninggalkan ialah kerajaan Nagur yang mengundurkan diri ke Gayo-Alas (Aceh-Tua) dan terkandung dalam istilah Simalungun asli: Parladang na malungun parsiou na madahon na songon jolma ippa-ippa).8

8

Sangti Batara, Sejarah Batak,Batak Balige, Karl Sianipar Company, 1977, hal. 146

Sebagai telaah asal usul marga dan kerajaan Siantar bermula dari suatu kisah sebagai berikut: putera dari Partiga-tiga Sipunjung, bernama Si Ali Urung menggantikan ayahnya yang meninggal dunia, kemudian pergi ke Siantar Matio (Sibisa Lumban Julu pusat negeri Toba) dan meminta Si Bagot Dihitam yakni dapat diartikan sebagai pengikutnya dan menjadikannya Raja Siantar sedang Si Ali Urung sendiri menurunkan pangkatnya menjadi Bah Bolak (bendahara).

Dari turunan raja-raja Siantar berasal dari Tuhan Bandar dan Tuhan Damanik. Tuhan Bandar sebagai anak sulung, Tuhan Damanik sebagai anak kedua dan yang bungsu sebagai penerus Si Ali Urung sebagai raja Siantar. Tuhan Bandar sendiri lantas mendirikan kerajaan baru yakni kerajaan Bandar yang berpusat di Nagori Perdagangan sekarang. Kerajaan Bandar dibagi menjadi beberapa Partuanon (Parbapaan) yaitu Partuanon Bandar Tongah, Bandar Pulo, Bandar Sahkuda, Buntu Gunung, dan Partuanon Bandar Hobun.


(25)

Sebagai penguasa kerajaan masing-masing baik Tuhan Bandar maupun raja Siantar, tidak melepaskan tali persaudaraan namun mempunyai arti bahwa kerajaan Bandar merupakan bagian dari kerajaan Siantar dan Tuhan Bandar juga dinamakan Tuhan Siantar. Hubungan ini tampak ketika kerajaan Bandar mendapat serangan dari Tanjung Kasau yang bermaksud menguasai daerah Bandar. Hal lainnya, yaitu ketika raja Siantar yang pada saat itu dipangku oleh Sangnawalu atau yang bernama Tuhan Sangma yang diasingkan ke Bengkalis tepatnya pada tahun 1924. Tuhan Bandar yang pada saat itu di pimpin oleh Sawadim Damanik yang mempunyai nama sewaktu kecil bernama Distabulan Damanik menjadi pemangku jabatan kerajaan Siantar sampai meletusnya Revolusi Sosial di Sumatera Timur pada bulan April 1946. Adapun nama-nama raja Bandar yang pernah memerintah di kerajaan Bandar ialah :

1. Borashata Damanik 2. Boasni Damanik 3. Sappuraga Damanik 4. Sarbaih Damanik 5. Toranggun Damanik 6. Clahrani Damanik 7. Sawadin Damanik 8. Distabulan Damanik

Pada zaman penjajahan Belanda kerajaan Bandar dijadikan Distrik dengan ibu kotanya Perdagangan. Kerajaan Bandar berakhir setelah terbakarnya istana raja pada waktu meletusnya Revolusi Sosial pada tahun 1946.


(26)

Pada masa lalu memang sungai Bah Bolon merupakan salah satu sungai yang digunakan sebagai jalur pelayaran untuk daerah-daerah pedalaman yang ramai dikunjungi orang, karena sering dikunjungi oleh orang maka mengundang orang-orang untuk bertempat tinggal menetap di daerah tersebut. Daerah Pardagangan ini lama kelamaan menjadi ramai dan membentuk suatu pemukiman. Letaknya di pinggiran sungai Bah Bolon merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat pada saat itu.

Dengan demikian, Pardagangan berkembang menjadi pusat suatu kegiatan ekonomi, yang merupakan wilayah pemerintahan dari kerajaan Siantar dengan Tuan Bandar sebagai penguasa daerah tersebut. Pada awal datangnya para investor asing, Perdagangan sudah merupakan wilayah yang sangat diminati oleh para penduduk, Perdagangan juga menarik para investor perkebunan. Namun bukanlah daerah Perdagangan yang dijadikan sebagai wilayah ekspansi,melainkan wilayah Perdagangan sebagai tempat pemukiman.

Sehubungan dengan mulai dibangunnya jalan raya dan jalur kereta api pada awal abad ke-20 yakni jalan raya antara Medan- Tebing Tinggi- Pematang Siantar, guna mempermudah kegiatan investor, maka dibangunlah jalur darat berupa jalan raya yakni antara Pematang Siantar- Perdagangan- Lima Puluh. Hingga antara tahun 1883- 1920 mulai dibukanya pembangunan jalan rel kereta api yakni dari Medan-Tebing Tinggi-Parlanaan- Kisaran-Ranto Prapat, yang mengakibatkan perkembangan Perdagangan mulai menurun9

9

Edi Sumarno, M.Hum. Op,Cit. hal 3


(27)

2.2 Geografis dan Penduduk A. Geografis

Perdagangan merupakan salah satu kota besar kedua setelah ibukota dari kabupaten Simalungun yakni Pematang Siantar yang dahulunya merupakan desa/nagori Perdagangan. Desa/nagori Perdagangan mempunyai batas-batas wilayah sebagi berikut10

10

Badan Statistik Desa/Nagori Perdagangan 1976

:

Sebelah utara : Berbatasan dengan Bah Lias Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Sei Mangkei

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Bandar Jawa dan Nagori Bandar Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Parlanaan

Jika menilik besar desa maka dapat dikatakan bahwa desa Perdagangan mengalami perkembangan yang cukup pesat bila dibandingkan dengan desa-desa yang ada di Kabupaten Simalungun. Hal ini disebabkan oleh latar belakang dan letak wilayah yang strategis di samping penanganan dari pihak pemerintahan. Namun desa Perdagangan juga sama halnya dengan desa-desa lainnya yang dahulunya merupakan sebuah kampung/desa atau nama lainya nagori. Seperti yang dijabarkan di atas bahwa di desa perdagangan juga berdiri kerajaan yang bernama Kerajaan Bandar yang didirikan oleh orang yang bergelar Tuhan Bandar. Kerajaan inilah yang merupakan cikal-bakal perkembangan dari Perdagangan. Wilayah pemerintahan desa Perdagangan merupakan eks pemerintahan dari kerajaan Bandar. Dengan luas wilayah yang mencakup keseluruhan wilayah kecamatan Bandar yang sekarang.


(28)

Namun, setelah masuknya pihak asing wilayah pemerintahan tersebut mengalami perubahan. Wilayah desa perdagangan hanya meliputi daerah tepian sungai Bah Bolon. Hal ini dikarenakan wilayah yang digunakan oleh pihak asing sebagai perkebunan merupakan wilayah pemerintahan yang langsung dipegang oleh pihak pengusaha asing tersebut.

Dengan didukung oleh sarana trasportasi yang ada, yakni melalui sungai Bah Bolon yang mengalir dari hulu Simalungun-siantar-Perdagangan-Indra pura-hingga bermuara di Selat Malaka, maka daerah Perdagangan menjadi daerah yang banyak ditempati oleh para pedagang. Oleh karena itu maka daerah ini bukan saja sebagai tempat persinggahan namun pada seterusnya menjadi tempat tinggal dari para pedagang yang pada umumnya kebanyakan dari para pedagang Cina. Hal ini mengakibatkan daerah perdagangan menjadi ramai.

Hingga akhir abad-19 sungai Bah Bolon ini merupakan sarana transportasi yang digunakan untuk menjangkau wilayah yang ada di Simalungun seperti Pematang Siantar dan daerah-daerah lainnya. Pada awal abad ke-20 seiring dengan masuknya pihak Onderdeming, maka pembangunan transportasi melalui jalur darat mulai dibuat. Hal ini untuk memperlancar kegiatan perkebunan yang pada selanjutnya merupakan cikal bakal jalan-jalan yang ada di Perdagangan. Dengan pembuatan jalan-jalan baru tersebut maka jangkauan yang dapat ditempuh pun akan semakin luas. Hal ini mengakibatkan, baik para pedagang maupun masyarakat Pribumi, mulai meninggalkan peran trasportasi melalui sungai Bah Bolon dan beralih menggunakan jalan-jalan perkebunan untuk melakukan interaksi dengan masyarakat di daerah-daerah lainnya. Dengan semakin mudah dan cepatnya menjangkau daerah-daerah


(29)

Perdagangan melalui jalan-jalan perkebunan, maka perkembangan Perdagangan juga semakin meningkat. Hal ini diakibatkan oleh para pihak pedagang dan para pihak onderdeming menjadikan daerah ini menjadi pemukiman mereka.

B Penduduk

Adapun penduduk asli Nagori Perdagangan adalah sub- suku bangsa Batak Simalungun. Akan tetapi, Nagori Perdagangan juga diramaikan oleh para masyarakat pendatang yang berasal dari daerah lain yang mengakibatkan penduduk desa Perdagangan menjadi heterogen. Sejak awal adanya Nagori Perdagangan, wilayah ini sebenarnya telah didatangi para pedagang asing, Cina misalnya. Selanjutnya, ketika terjadi ekspansi perkebunan, banyak pula eks buruh perkebunan terutama suku Jawa yang kemudian menetap disana. Berkaitan dengan itu sebagai satu wilayah yang terbuka, berdatangan pula para pendatang dari Dataran Tinggi Toba, termasuk juga suku Minangkabau dari Sumatera Barat. Sayangnya penulis tidak menemukan tentang jumlah penduduk di Perdagangan sebelum tahun 1980, kecuali untuk tahun 1976.

Berikut ini adalah gambaran tentang komposisi penduduk Nagori Perdagangan tahun 1976.


(30)

Tabel I : Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa NO Suku Bangsa Jumlah Jiwa Persentase 1 Simalungun 3.827 Jiwa 30%

2 Tapanuli 3.205 Jiwa 25%

3 Jawa 2.776 Jiwa 21,8%

4 Cina 1.107 Jiwa 8,7%

5 Minang Kabau 407 Jiwa 3,2%

6 Batak Karo 368 Jiwa 2,9%

7 Dan Lain-lain 1.066 Jiwa 8,4%

Jumlah 12.756 Jiwa 100%

Sumber : Kantor Badan Statistik Nagori Perdagangan tahun 1976

Data di atas menunjukkan bahwa suku bangsa Simalungun yang paling banyak mendiami Nagori Perdagangan, kemudian disusul oleh suku bangsa Tapanuli, baru kemudian disusul oleh suku-suku bangsa lainnya. Jumlah penduduk yang memadati wilayah Perdagangan ini merupakan suku bangsa asli. Suku bangsa Simalungun dalam hal ini adalah bahwa suku bangsa Simalungun yang sudah ”dimelayukan”, maupun yang masih asli Simalungun. Dari perbandingan penduduk di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk Nagori Perdagangan adalah merupakan wilayah Kelurahan Perdagangan I dan Nagori Perdagangan dulunya. Hal ini tampak karena data di atas merupakan tahun 1976, dimana pada saat itu belum dimekarkannya daerah Perdagangan.


(31)

Sejak zaman dahulu suku bangsa yang ada di Simalungun mengenal dan mempunyai aneka ragam kepercayaan. Mereka percaya adanya roh-roh atau kekuatan yang terdapat pada benda-benda seperti kayu besar, batu besar, hutan lebat, gunung, sungai dan benda-benda lain. Benda- benda alam itu ada kalanya dianggap keramat yang mendatangkan bahaya, sebaliknya dapat pula memberikan rezeki atau keuntungan. Umumnya masyarakat Siamalungun sebelum masuknya agama baik Kristen, Islam, Buddha, dan agama lainnya, masyarakat adalah penganut kepercayaan yang dinamakan Sipelebegu 11 dan kepercayaan kepada adanya Tonduy.12

Praktek hidup dari masyarakat Nagori Perdagangan, baik dalam pergaulan sesama mereka tinggal maupun dengan suku-suku bangsa lainnya yang berdomisili, walaupun berlainan agama dan kepercayaan mereka masih terjalin kerukunan dan hormat-menghormati antara sesama umat beragama. Bukti dari tingkat penghayatan agama terhadap berbagai kehidupan masyarakat desa Perdagangan terlihat dengan jelas. Hal ini dapat dilihat misalnya, ketika adanya pesta-pesta perkawinan maupun pesta-pesta adat maka masyarakat dengan ringan tangan melakukan bahu-membahu agar tercapainya acara tersebut. Berikut ini adalah pembagian penduduk Nagori Perdagangan menurut agama yang dianut.

11

Sipelebegu adalah kepercayaaan yang banyak menyembah benda-benda yang dianggap keramat.

12

Tonduy adalah roh atau arwah yang ada pada orang yang masih hidup atau orang yang sudah mati. Dengan demikian maka sering melakukan kontak atau hubungan dengan roh-roh atau arwah tersebut.


(32)

Tabel II : Distribusi Penduduk Menurut Agama No Agama yang dianut Jumlah Persentase 1 Islam 4752 Jiwa 37,2% 2 Kristen Protestan 3163 Jiwa 24,8% 3 Khatolik 2730 Jiwa 21,4% 4 Buddha 2087 Jiwa 16,4% 5 Hindu 24 Jiwa 0,2% Jumlah 12.756 Jiwa 100%

Sumber : Badan Statistik Nagori Perdagangan tahun 1976

Di desa/nagori Perdagangan, walaupun terdapat perbedaan agama atau kepercayaan dan jumlah pemeluknya tidak pernah menjadi penghalang bagi penduduk kota Perdagangan untuk saling hidup rukun dan damai baik di dalam kesehari-harian mereka maupun dalam suatu acara kebesaran.

Menurut angka tahun 1976 jumlah penduduk Nagori Perdagangan seluruhnya mencapai 12.756 jiwa, yang terdiri dari 3589 kepala keluarga dengan perincian lebih banyak wanita daripada pria. Agar kita dapat memahami pertumbuhan jumlah penduduk Nagori Perdagangan, maka kita dapat melihat tabel berikut ini:


(33)

Tabel IV : Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah 1 Pria 5.378 Jiwa 2 Wanita 7.378 Jiwa Jumlah 12.756 Jiwa

Sumber : Badan Statistik Nagori Perdagangan tahun 1976

Dari tabel di atas jelas terlihat bahwa perbedaan penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah pria lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah wanita, yaitu sekitar 5.378 jiwa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah banyaknya pemuda yang meninggalkan desa/nagori Perdagangan untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi di luar daerah, atau mencari pekerjaan di daerah lain. Pada umumnya para pemuda ini merantau ke kota- kota terdekat yakni kota Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Kisaran, Lubuk Pakam dan ke kota Medan. Faktor lain yaitu angka kelahiran wanita lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kelahiran pria.

2.3 Perekonomian

Berbicara Nagori Perdagangan dalam konteks perekonomian, maka tidak akan terlepas dari hal mata pencaharian dari masyarakat yang mana sebahagian besar dari penduduk merupakan masyarakat yang banyak menggantungkan perekonomian mereka melalui pertanian, dan berdagang. Pertanian masih merupakan mata


(34)

pencaharian yang menempati urutan teratas. Hal ini tidak terlepas dari keadaan alamnya, di mana sekitar 486 Ha dari sekitar 1100 Ha luas desa digunakan sebagai lahan pertanian.

Data-data hasil produksi masyarakat desa/nagori Perdagangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pada tabel ini hanya dicantumkan data-data tahun 1975 s/d tahun 1979, sedangkan untuk data sebelumnya tidak dapat diketemukan oleh penulis yang tidak dapat disebutkan oleh penulis sebab akibatnya.

Tabel V : Distribusi Hasil Produksi dan Konsumsi

Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton) Surplus (Ton) 1975 3.200,2 2.048 1.152,2 1976 3.000.18 2.062 938,18 1977 3.005,94 2.110 895,94 1978 3.230.63 2.217 1.013,63 1979 3.278 2.295,8 982,2 Jumlah

Sumber: BPS Kab.Simalungun (Kecamatan Bandar Dalam Angka) 1979. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil produksi setelah dikurangi dengan beban konsumsi masyarakat Nagori Perdagangan selalu mengalami surplus dari tahun ke tahun. Hanya saja terlihat penurunan produksi antara tahun 1976-1977, tetapi lambat laun terjadi pergerakan ke atas atau penaikan hasil produksi setelah tahun berikutnya. Hal ini terjadi oleh karena pada tahun 1976 terjadi wabah tikus yang menyerang pertanian Nagori Perdagangan hingga awal pertengahan tahun


(35)

197713

Perekonomian Nagori Perdagangan juga ditunjang dari hasil perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan penduduk. Pada umumnya masyarakat Nagori Perdagangan yang melakukan kegiatan ekonomi perdagangan berada di sekitar pinggiran sungai Bah Bolon, yang mana jalur transportasi air pada awalnya merupakan sarana transportasi yang dapat digunakan untuk menjangkau daerah-daerah sekitar. Dengan demikian hasil produksi daerah Perdagangan juga dipasarkan ke wilayah lainnya misalnya ke daerah hulu sungai maupun ke daerah hilir sungai. Hingga pada awal kedatangan para pengusaha-pengusaha perkebunan, mulailah dibuat jalan melalui darat yang awal dibangun guna kepentingan perkebunan. Seiring dengan perkembangan hasil produksi perkebunan dan lebih efektif dan efisien bila menggunakan jalur darat, maka jalur trasportasi air mulai tidak diminati dan beralih ke jalur transportasi darat. Hal ini mengakibatkan jalan-jalan yang awalnya merupakan jalan milik perkebunan banyak digunakan oleh yang mengakibat penurunan gabah pertanian. Di sisi lain menaiknya angka konsumsi pada tabel di atas dikarenakan bertambahnya penduduk di Nagori Perdagangan baik dari angka kelahiran maupun dari angka perpindahan penduduk.

Perekonomian masyarakat Simalungun juga ditunjang oleh faktor keadaan alam yang merupakan bantaran dari sungai yang mengalir di daerah tersebut. Selain sebagai jalur transportasi yang digunakan untuk memasarkan hasil-hasil alamnya, juga oleh penduduk dimanfaatkan sebagai sarana pengairan ke lahan-lahan pertanian. Hal ini tentunya akan membuat hasil produksi pertanian akan meningkat.

13


(36)

masyarakat lainnya untuk menjangkau daerah-daerah lain guna melakukan berbagai interaksi. Peralihan inilah yang menjadikan Nagori Perdagangan mengalami perkembangan yang pesat karena dilintasi oleh jalan raya Pematang Siantar- Perdagangan - Lima Puluh. Masyarakat Nagori Perdagangan yang menempati daerah ini merupakan para pedagang, baik dari kalangan pribumi maupun para pelaku ekonomi dari kalangan masyarakat Cina, hingga pada sekitar tahun 1883-1920 dibangun sarana trasportasi darat berupa kereta api yang melintasi daerah Parlanaan yang merupakan daerah yang dekat dengan Perdagangan. Hal ini mengakibatkan pemasaran hasil produksi mulai berpindah ke Parlanaan yang berdampak pada mulai berkurangnya kegiatan perdagangan di Perdagangan.

Kegiatan perekonomian di bidang usaha mulai dikembangkan oleh masyarakat Cina. Masyarakat Cina ini melakukan pendirian pabrik-pabrik pengolahan hasil karet yang berasal dari perkebunan rakyat maupun dari pengusaha-pengusaha swasta. Ada beberapa pabrik yang berada di desa Perdagangan yang beroperasi, yakni pabrik getah PT. Hok Chan (1960) yang berubah nama menjadi PT. Panca Surya, PT. Chin Seng yang mengalami perubahan nama sesuai dengan pergantian kepemilikan yakni PT. Tribina dan menjadi PT. Global sampai saat ini.14

14

Wawancara, Iskandar Efendi, 05 Mei 2011, Di Kantor Perdagangan I

Dengan berdirinya perusahaan-perusahaan pabrik yang mengolah dan menampung hasil produksi masyarakat juga membuka peluang bekerja bagi penduduk. Sebahagian penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan yang dikarenakan tidak mempunyai lahan pertanian, lalu bekerja sebagai buruh pabrik.


(37)

Selain sebagai petani dengan berladang dan bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik pengusaha Cina, masyarakat Nagori Perdagangan juga ada yang melakukan kegiatan berdagang. Masyarakat pribumi yang melakukan perdagangan dilakukan di pasar tradisional yang ada. Pasar tradisional ini dilakukan pada saat-saat hari Sabtu yang bertempat di dekat terminal dan pertokoan masyarakat Cina sebagai sentral pasar. Masyarakat yang berbelanja ke pasar tradisional ini selain dari para penduduk Nagori Perdagangan, juga banyak datang dari berbagai perkebunan yang ingin mencari bahan-bahan kebutuhan sehari-hari mereka, seperti dari perkebunan Bah Lias, Sei Mangkei, dan perkebunan lainnya. Selain bertempat di sentral pasar para pedagangan pribumi yang pada umumnya adalah berasal dari suku bangsa Batak, Minang Kabau, dan sebahagian kecil dari masyarakat suku Jawa, baik yang bertempat tinggal di Nagori Perdagangan maupun dari desa-desa tetangga, juga membuka pasar-pasar kecil yang bertempat di sekitar pemukiman para buruh yang bekerja di perkebunan. Yang biasanya mereka lakukan pada saat-saat para buruh menerima upah, baik pada penerimaan gajian besar yang berlangsung pada minggu pertama bulan maupun pada saat penerimaan gajian kecil yang berlangsung pada bulan ke empat akhir bulan. Kegiatan pasar yang dilakukan di perkebunan tersebut mengakibatkan adanya pasar-pasar kecil yang berada di perkebunan yang dilakukan setiap hari gajian karyawan perkebunan.

Namun, pada hari-hari biasa para penduduk yang bertempat tinggal di dalam perkebunan ini berbelanja pada koperasi yang ada di dalam perkebunan itu sendiri yang disediakan oleh pihak perkebunan. Ada pula yang pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari, seperti pakaian dilakukan dengan langsung ke Perdagangan yang sudah


(38)

memiliki toko-toko. Biasanya selain berbelanja ke Perdagangan mereka juga mempunyai tujuan yang lain yakni melakukan rekreasi keluarga sebagai mencari hiburan menghilangkan kelelahan selama bekerja di perkebunan15

Dari uraian di atas terlihat bahwa perekonomian masyarakat Perdagangan mulanya berlangsung di sekitar sungai Bah Bolon yang merupakan sarana transportasi pertama kali yang digunakan yang kemudian seiring dengan pembukaan lahan-lahan perkebunan oleh pihak pengusaha yang membangun jalan-jalan perkebunan guna mendukung produksi hasil perkebunan. Jalan-jalan ini yang kemudian lebih dipilih oleh para pedagang untuk menjangkau daerah-daerah pemasaran yang baru. Jalan-jalan perkebunan tersebutlah yang kemudian menjadi jalan-jalan besar yang ada sekarang. Hal ini mengakibatkan sarana trasportasi air mulai kurang diminati dan mulai ditinggalkan. Dengan dibukanya perkebunan maka

.

Dari mata pencaharian penduduk, pada realitasnya mata pencaharian sebagai petani selalu masih menempati posisi teratas. Akan tetapi, di tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan persentase rata-rata mata pencaharian penduduk sebagai petani. Khususnya di Nagori Perdagangan. Hal ini diakibatkan oleh makin banyaknya pengalihan dari lahan pertanian menjadi perumahan-perumahan penduduk, makin banyaknya toko-toko dan pabrik usaha yang bertambah, di samping pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menunjang pemenuhan kebutuhan dan fasilitas masyarakat yang dalam tahun ke tahun terus mengalami pelonjakan yang pesat.

15

Hasil wawancara dengan Sutiono sebagai pedagang di pantai, hari selasa 12 April di desa Perdagangan.


(39)

interaksi perdagangan juga mengalami peningkatan, yang awalnya hanya ada di daerah sekitar pemukiman penduduk, mulai dikembangkan di pemondokan para karyawan perkebunan yang tentunya membutuhkan bahan-bahan kebutuhan pokok mereka. Biasanya para pedagang ini menjajakan barang seperti bahan pangan, pakaian.

2.4 Pemerintahan

Eksistensi desa saat ini seyogyanya tidak lagi dikendalikan oleh pusat seperti ketika berada di bawah UU.5 tahun 1979, dimana desa berada dibawah kecamatan. Bila dibandingkan dengan undang-undang yang baru yang termaktub dalam UU No.22 tahun 1999, kewenangan desa (pasal 99) mencakup:

a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.

b. Kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku belum dilaksanakan oleh daerah dan pemerintah.

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan/atau pemerintah kabupaten.

Adapun tugas pembantuan, disebutkan (pasal 100): Tugas Pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan/atau pemerintah kabupaten kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pemerintahan desa berhak menolak pelaksanaan tugas pembantuan yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Dengan ini nampak bahwa kewenangan desa relatif luas, meskipun tentu


(40)

saja masih bisa dijumpai sejumlah pembatasan16

16

Madekhan Ali, Orang Desa Anak Tiri Prubahan, Malang, Averroes Press, 2007, hal.140.

. Sebuah agenda pemerintahan yang terus menjadi pusat-pusat perhatian adalah pembangunan desa. Menurut konsepnya, pembangunan adalah upaya perubahan yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai kondisi dan situasi yang lebih baik, dilaksanakan secara sistematis, dan bertahap disemua bidang.

Namun demikian adalah sangat penting melihat kembali latar belakang makna yang terkandung dalam Undang-Undang No.5 tahun 1974. Hal ini dikarenakan fokus penulisan berada dalam batasan tahun sebelum 1980, yang mana masih berlakunya aturan perundang-undangan tersebut. Melalui Undang-Undang No 5 tahun 1974 organisasi pemerintahan desa diseragamkan. Sistem pemerintahan desa merupakan sistem pemerintahan yang otonomi desa yaitu bahwa pemerintah desa berwenang menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan sendiri sesuai dengan asal-usul desa yang di atur dalam Undang-Undang.

Pemerintahan desa dikepalai oleh seorang kepala desa yang dipilih oleh masyarakat desa itu sendiri melalui pemilihan kepala desa. Sebagai seorang Kepala Desa, ia berhak mengatur roda-roda pemerintahan desa yang sesuai dengan kebutuhan desa. Dalam menjalankan pemerintahan, seorang Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa, yang mempunyai tugas menjadi penyelenggara pemerintahan desa apabila seorang Kepala Desa mempunyai halangan. Dalam hal ini, tugas dan kewenangan Kepala Desa adalah sesuai dengan aspirasi dari masyarakat desa tersebut.


(41)

Dalam sistem pemerintahan ini Sekretaris Desa juga dibantu oleh kepala-kepala urusan yang membidangi tugasnya masing-masing guna memaksimalkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat. Selanjutnya secara horizontal perangkat desa di bawah kepala desa diangkat seorang kepala dusun yang membawahi beberapa huta-huta.

Sejalan dengan itu maka dibentuklah Lembaga Ketahanan masyarakat Desa (LKMD) di setiap desa atau dalam pemerintahan Nagori Perdagangan disebut Maujana. Baik pemerintah maupun Maujana, yang dalam konteks ini pemerintah yang dimaksud adalah Kepala Desa merupakan rangkaian struktur pemerintahan desa yang ada pada saat itu, dan sebagainya telah dirancang sebagai perpanjangan birokrasi pemerintah nasional dan lokal untuk menjangkau masyarakat. Hal ini sesuai dengan di Undang-Undangkannya Pemerintahan Desa (UUPD) pada tahun 1979. Tugas dan fungsi dari Maujana ataupun yang dalam sistem pemerintahan desa Perdagangan disebut juga dengan Maujana Nagori Perdagangan adalah mengawasi gerak roda pemerintahan dan mengajukan aspirasi masyarakat desa kepada penyelenggara pemerintahan desa.

Berikut adalah bagan pemerintahan Nagori Perdagangan sebelum dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Nagori Perdagangan II.


(42)

Bagan Pemerintahan Nagori Perdagangan Penghulu

Sekretaris desa

KAUR KAUR KAUR

Gamot/Kp.Dusun


(43)

BAB III

PERKEMBANGAN KOTA PERDAGANGAN 1980-1999

Pembangunan daerah merupakan salah satu unsur penunjang di dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang merata material maupun spiritual, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Agar pertumbuhan dan perkembangan dapat terarah maka setiap unsur wilayah harus dapat dimanfaatkan secara maksimal, serasi, dan seimbang sesuai rencana dan program tertentu. Pembagian daerah tersebut disesuaikan dengan susunan pemerintahannya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang, dengan mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal usul daerah-daerah yang istimewa.

Dalam penjelasan UUD 1945 pasal 18 diterangkan bahwa daerah Indonesia akan dibagi pula ke dalam beberapa daerah propinsi. Daerah propinsi akan pula dibagi ke dalam beberapa daerah-daerah kecil. Daerah-daerah ini dapat bersifat otonom atau bersifat daerah administratif, sesuai dengan aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang.

3.1 Wilayah dan Penduduk A. Wilayah

Pada tahun 1980 Nagori Perdagangan dimekarkan menjadi dua, yakni Nagori Perdagangan II dan Kelurahan Perdagangan I. Pemekaran ini berimplikasi terhadap pemisahan baik dalam hal letak maupun luas wilayah pemerintahan masing-masing.


(44)

Untuk itu, sesuai dengan Surat Keputusan Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten yang ditandatangani oleh Bupati Simalungun, yang diperkuat adanya Undang-Undang No.5 tahun 1974, maka letak geografis dan monografi Kelurahan Perdagangan I adalah dengan perincian bahwa : luas wilayah Kelurahan Perdagangan I berkisar 125hadan berada pada ketinggian 82 meter diatas permukaan laut, dengan rata-rata curah hujan 1,66 mm/tahun. Kota Perdagangan mempunyai iklim tropis, di mana terdapat musim hujan dan musim kemarau setiap tahunnya. Daerah Kota Perdagangan ini terletak berkisar 200km dari kota Medan, ibu kota propinsi Sumatera utara dan berkisar 40km dari kota Pematang Siantar ibu kota Kabupaten Simalungun.

Perdagangan merupakan ibukota Kecamatan Bandar, yang merupakan salah satu kota terbesar kedua setelah kota Pematang siantar yang berada di wilayah pemerintahan kabupaten Simalungun. Kota Perdagangan juga kota yang dilintasi oleh jalan lintas antar kota yaitu Jalan Sisingamangaraja dan jalan ini dapat disebutkan juga sebagai jalan lintas antar propinsi. Dengan demikian kota Perdagangan berada pada posisi yang strategis dalam hubungannya dengan daerah yang ada di Sumatera Utara khususnya untuk wilayah kabupaten Simalungun dan kabupaten lainnya.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Perdagangan adalah17

17

Badan Pusat Statistik kec.Bandar Dalam Angka 1982.

: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Perkebunan Bah Lias Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Perkebunan Sei-Mangkei Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Perdagangan


(45)

Dari letak batas-batas kota Perdagangan, maka dapat dilihat bahwa letak kota berada didua sisi yang berbeda perkebunan besar yang mengapit kota dari arah utara dan selatan kota. Hal ini disimpulkan bahwa peranan kota ini juga sangat membantu perkembangan perkebunan-perkebunan tersebut baik dibidang ekonomi,sosial masyarakat dari kedua perkebunan tersebut. Dengan letaknya diapait dua perkebunan besar maka, pada umumnya para pihak perkebunan dan masyarakat perkebunan juga melakukan kegiatan okonomi di Perdagangan. Dengan adanya hubungan timbal balik tersebut akan mengakibatkan pertumbuhan kota Perdagangan semakin cepat dimana kota menyediakan segala kebutuhan masyarakat, sedangkan pada masyarakat kedua perkebunan tersebut memanfaatkan fungsi kota sebagai tempat mencari segala kebutuhan baik sandang, pangan, pakaian dan kebutuhan lainnya.

B. Penduduk

Kota merupakan pusat kegiatan, dan karenanya kota menjadi perhatian bagi penduduk di daerah sekitarnya. Banyak penduduk dari desa ke kota untuk keperluan masing-masing seperti berdagang, dan keperluan lainnya baik yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun hanya berlibur dan menikmati fasilitas yang ada di kota tersebut. Demikian hal dengan para pelajar yang datang ke kota untuk keperluan belajar, turut meramaikan daerah kota18

Pemekaran Nagori Perdagangan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Nagori Perdagangan II, merubah komposisi penduduk di Kota Perdagangan yang

.

18

R. Bintarto, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Jakarta: Ghalia indonesia, 1983, hal 40


(46)

notabenenya adalah wilayah Kelurahan Perdagangan I. Berikut adalah komposisi penduduk Kota Perdagangan di awal pemekaran:

Tabel I : Komposisi Penduduk Kelurahan Perdagangan Menurut Suku Bangsa NO Suku Bangsa Jumlah Jiwa Persentase

1 Simalungun 3.168 Jiwa 30% 2 Jawa 2.852 Jiwa 27,9% 3 Tapanuli 2.320 Jiwa 22,7% 4 Cina 972 Jiwa 9,5% 5 Minang Kabau 347 Jiwa 3,4% 6 Batak Karo 323 Jiwa 3,2% 7 Dan Lain-lain 220 Jiwa 2,2%

Jumlah 10.202 Jiwa 100%

Sumber :Badan Pusat Statistik Kec.Bandar Dalam Angka tahun 1982 Dari data di atas menunjukkan bahwa suku bangsa Simalungun yang mayoritas masih mendiami kota Perdagangan, namun pada kolom kedua tampak perbedaan yang mencolok yakni terjadinya perubahan antara suku bangsa Tapanuli dengan suku bangsa Jawa. Pada saat wilayah Perdagangan masih berstatus sebagai sebuah desa, mayoritas penduduk suku bangsa Tapanuli masih dominan menempati wilayah kota Perdagangan, namun pada saat wilayah Perdagangan dibagi menjadi dua yakni dibentuknya Kelurahan Perdagangan maka terjadi pergeseran dominasi dari suku bangsa Tapanuli. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya para penduduk dari suku bangsa Tapanuli yang melakukan imigrasi atau memilih meninggalkan


(47)

Perdagangan ke daerah lain baik di sekitar wilayah kecamatan Bandar maupun keluar propinsi.

Pertambahan jumlah penduduk dari suku bangsa Jawa mengalami peningkatan dikarenakan semakin banyaknya suku bangsa Jawa yang berdomisili di Perdagangan, baik yang datang dari luar daerah kecamatan Bandar maupun yang berasal dari kecamatan tetangga, semisalnya dari daerah pemondokan perkebunan. Kemudian, setelah itu disusul oleh suku bangsa Cina yang banyak mendiami daerah pusat kota Perdagangan, baru kemudian suku-suku bangsa lainnya.

Banyaknya suku bangsa yang mendiami daerah kota Perdagangan mengakibatkan adanya bermacam-macam kepercayaan atau agama. Mayoritas penduduk kota perdagangan adalah beragama Islam. Penduduk yang menganut agama Islam tersebut karena kebanyakan suku bangsa Jawa, Melayu, dan ditambah dari suku bangsa Minangkabau, selain itu juga masyarakat Tapanuli, Simalungun juga sebahagian memeluk agama Islam. Penganut agama Kristen adalah suku bangsa Batak Toba, Simalungun, Karo, serta sedikit masyarakat Cina. Suku bangsa Cina di Kota Perdagangan merupakan mayoritas pemeluk agama Buddha. Berikut adalah gambaran tentang penduduk Kota Perdagangan ditahun 1982 berdasarkan kelompok agama:


(48)

Tabel II : Distribusi Penduduk Kelurahan Menurut Agama No Agama yang Dianut Jumlah Persentase

1 Islam 6.036 Jiwa 59,1% 2 Protestan 2.186 Jiwa 21,4% 3 Khatolik 701 Jiwa 6.9% 4 Buddha 1.240 Jiwa 12,2% 5 Hindu 22 Jiwa 0,2% 6 Lainnya 17 Jiwa 0,167

Jumlah 10.202 Jiwa 100%

Sumber : Badan Pusat Statistik Kec.Bandar Dalam Angka tahun 1982 Di kota Perdagangan, walaupun terdapat perbedaan agama atau kepercayaan dan jumlah pemeluknya tidak pernah menjadi penghalang bagi penduduk kota Perdagangan untuk saling hidup rukun dan damai sebagai satu bangsa dan negara, Republik Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

Menurut angka tahun 1982 jumlah penduduk kota Perdagangan seluruhnya mencapai 10.202 jiwa, yang terdiri dari 3498 kepala keluarga dengan perincian lebih banyak wanita daripada pria. Agar kita dapat memahami pertumbuhan jumlah penduduk di kota Perdagangan, maka kita dapat melihat tabel berikut ini:


(49)

Tabel IV : Distribusi Penduduk Kelurahan Perdagangan Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah 1 Pria 5.078 Jiwa 2 Wanita 5.124 Jiwa

Jumlah 10.202 Jiwa

Sumber : Badan Pusat Statistik Kec. Bandar Dalam Angka tahun 1982 Dari tabel di atas jelas terlihat bahwa perbedaan penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah pria lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah wanita yaitu 5078 jiwa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah banyaknya pemuda yang meninggalkan kota Perdagangan untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi di luar daerah, atau mencari pekerjaan di daerah lain. Pada umumnya para pemuda ini merantau ke kota- kota terdekat yakni kota Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Kisaran, Lubuk Pakam dan ke kota Medan. Faktor lain, yaitu angka kelahiran wanita lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kelahiran pria.

3.2 Perekonomian

Kota merupakan wilayah yang berisi orang-orang dengan aneka latarbelakang dan mata pencaharian. Semakin bertambah manusianya semakin bermunculan pula kegiatan-kegiatan baru serta lembaga-lembaganya yang khas seperti perkumpulan, organisasi, klub, hobi, dan sebagainya. Kepadatan penduduk kota menjadikan para individu saling bertubrukan kepentingan. Bagi mereka, tak lagi ada kesempatan untuk


(50)

saling mengenal sebagai pribadi yang lengkap; yang ada hanya sebagai kenalan baik, teman baik, majikan, bawahan, langganan, dan sebagainya. Hal ini biasanya disebut dengan depersonalisasi, yang disebabkan oleh keheterogenitasan penduduk kota dan menandakan pengadaan tipe-tipe manusia yang serba berlainan sesuai dengan aneka tugas mereka yang ditonjolkan melalui mekanisme persaingan. Hal ini telah menghilangkan pemikiran sederhana pada masyarakat kota yang berubah menjadi kosmopolitan yang berusaha beradaptasi dengan kesempatan-kesempatan, sesamanya yang berlainan keterampilan, nilai, dan latar belakang kulturalnya19

Kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat Kota perdagangan yang berada di Kelurahan Perdagangan I pada umumnya adalah wirausaha/ membuka usaha, seperti adalah membuka usaha jual- bali barang kebutuhan. Secara

.

Perubahan status Kota Perdagangan yang semula merupakan sebuah Nagori Perdagangan menjadi kelurahan dengan nama Kelurahan Perdagangan I sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang No.5 tahun 1974 telah merubah pola perekonomian yang dominan. Semula perekonomian yang dominan dilakukan oleh para masyarakat Perdagangan adalah di bidang pertanian dan bercocok tanam di ladang. Namun seiring dengan perubahan status pemerintahan secara administratif, yang mengakibatkan adanya pemusatan pemerintahan dan pembangunan fasilitas kebutuhan masyarakat, maka semakin banyaknya lahan yang berubah fungsinya dari yang semula adalah sebagai lahan pertanian menjadi lahan pembangunan perkantoran dan bangunan pertokoan dan juga bangunan pemukiman penduduk.

19


(51)

keseluruhan wilayah Kelurahan Perdagangan I yang mempunyai luas 125 Ha merupakan lahan non pertanian yang artinya bahwa keseluruhan wilayah adalah sebagai Industri, Perumahan, Perkantoran, Pertokoan. Untuk itu, maka pemerintah melakukan pemusatan kegiatan perdagangan tradisional dengan mengubah pajak tradisional yang berlangsung setiap hari Sabtu, menjadi pajak yang dapat digunakan setiap hari untuk melakukan transaksi jual-beli dengan nama Pasar Perdagangan.20

3.3 Pemerintahan

Pusat kegiatan perekonomian yang berlangsung tetaplah berada di pusat kota, yang mana banyak dilakukan oleh para pengusaha Cina yang mendirikan bangunan ruko-ruko yang sekaligus sebagai tempat tinggal. Dari hasil riset yang dilakukan bahwa hampir di sepanjang jalan yang besar yang membelah kota Perdagangan merupakan bangunan-bangunan pertokoan.

Selain dengan pertokoan yang ada, kota Perdagangan juga memiliki pabrik-pabrik usaha yang merupakan pabrik-pabrik yang mengolah karet. Pabrik ini dahulu merupakan milik dari para pengusaha Cina yang sampai sekarang sudah berganti pemiliknya seiring dengan pergantian nama pabrik seperti yang diuraikan di Bab II.

Pemekaran Nagori Perdagangan tahun 1980, juga berakibat berubahnya aspek pemerintahan, khususnya di Kelurahan Perdagangan I yang merupakan wilayah Kota Perdagangan. Pada kantor/instansi pemerintah kota Perdagangan terdapat tugas dan kewajiban oleh pemimpin maupun pengawai yang harus dilaksanakan dengan baik,

20


(52)

guna menjaga ketertiban dan keamanan di dalam dunia usaha sesuai dengan Peraturan Daerah Simalungun No.4 tahun 1980. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, Kota Perdagangan yang berada langsung di bawah kecamatan dan merupakan ibu kota kecamatan, dilengkapi dengan perangkat-perangkat pemerintahan. 21

− Pelaksanaan pelimpahan sebagai kewenangan pemerintah dari kecamatan. Adapun perangkat-perangkat pemerintahan tersebut adalah sebagai berikut

1. Kepala Kelurahan

Kepala kelurahan adalah merupakan perangkat kecamatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Camat. Kepala lurah atau sering disebut Lurah mempunyai tugas sebagai berikut:

− Pelayanan penyelenggaraan pemerintah kelurahan.

− Menetapkan prosedur pedoman teknis terhadap kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan, dan kemasyarakatan.

− Mengadakan pemberdayaan masyarakat dan pelayanan masyarakat.

− Mengadakan pembinaan lembaga kamasyarakatan.

− Menyelenggarakan dan membina keamanan dan ketertiban umum wilayah kerja.

− Melaksanakan pembinaan karier pegawai di lingkungan kelurahan

− Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya.

− Melaksanakan tugas-tugas dibidang kepegawaian.

21


(53)

− Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretaris Kelurahan

Sekretaris kelurahan mempunyai tugas membantu lurah di bidang umum, kepegawaian, dan perlengkapan perencanaan program dan keuangan. Adapun tugas-tugas lainnya ialah:

− Mengkoordinasikan urusan teknis administrasi kepada seluruh perangkat kelurahan dan lingkungan

− Melaksanakan kegiatan surat menyurat antara lain menerima dan mencatat surat masuk dan keluar, mendistribusikan surat, mengagendakan dan mengarsipkan surat.

− Melaksanakan dan memelihara administrasi perlengkapan termasuk pengadaan perawatan dan pemeliharaan inventaris kelurahan.

− Melaksanakan urusan adminitrasi keuangan dan kerumahtanggaan.

− Melaksanakan tugas dibidang kepegawaian.

− Melaksanakan tugas dibidang pengelolaan barang dan keuangan

− Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(54)

3. Kepala Seksi Pemerintahan

Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai tugas sebagai berikut:

− Mempersiapkan bahan dalam rangka mengikuti kegiatan perlombaan kelurahan tingkat kelurahan.

− Melaksanakan administrasi kependudukan.

− Melaksanakan Pembinaan kependudukan.

− Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk memantapkan koordinasi pelaksanaan pemerintahan dengan instansi terkait.

− Memfasilitasi pengurusan pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

− Melaksanakan tugas-tugas dibidang pemungutan pajak bumi dan bangunan

− Menyusun laporan kelurahan dibidang pemerintahan.

− Pengumpulan, pengolahan, dan evaluasi dibidang ketentraman dan ketertiban umum.

− Memfasilitasi upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.

− Melakukan pengawasan dan pemantauan dalam pelaksanaan kegiatan pembebasan tanah.

− Melaksanakan pelayanan surat pengantar kependudukan meliputi KTP, KK, dan surat keterangan lainnya sesuai dengan peratuaran yang berlaku.

− Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(55)

4. Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan

Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan mempunyai tugas sebagai berikut:

− Mempersiapkan, mensistematiskan data dan program pembangunan.

− Melasanakan dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah kecamatan.

− Melaksanakan pembinaan dan mengkoordinasikan pengembangan perekonomian meliputi pembangunan sumber produksi dan pengendalian penyaluran/ pemasaran produksi.

− Pengendalian pembangunan meliputi perkreditan.

− Melaksanakan pengendalian pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna.

− Melakukan kegiatan dan pematauan terhadap pengembangan potensi dan kelurahan sumber daya alam.

− Membuat usulan pendapatan kecamatan.

− Melaksanakan pembinaan pembangunan sarana dan prasarana.

− Melaksanakan pengawasan dan pemantauan setiap izin dan rekomendasi yang dikeluarkan agar sesuai dengan peraturan daerah atau ketentuan yang berlaku.

− Memfasilitasi pelaksanaan kebersihan.

− Memfasilitasi pelayanan penertiban izin usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(56)

− Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. Kepala Seksi Kemasyarakatan

Kepala Seksi Kemasyarakatan mempunyai tugas sebagai berikut:

− Melaksanakan urusan pembinaan masyarakat meliputi menggerakkan partisipasi warga masyarakat untuk bergotong royong dan menata lingkungan.

− Melaksanakan urusan pembinaan kelompok masyarakat.

− Melaksanakan pembinaan olah raga dan generasi muda.

− Melaksanakan urusan upaya meningkatkan gizi keluarga.

− Melaksanakan pembinaan terhadap kehidupan kerukunan beragama dan antar beragama.

− Membantu pembinaan keluarga berencana.

− Melakukan pengawasan dan monitoring bantuan sosial.

− Melakukan koordinasi dan pengendalian serta membantu pelaksanaan penanggulangan masalah bencana alam,wabah penyakit menular serta rawan pangan.

− Melakukan pembinaan masalah kenakalan remaja, penyalah gunaan narkoba dan masalah sosial.

− Melakukan pembinaan terhadap kesejahteraan keluarga.


(57)

− Melakukan pengawasan pendistribusian bahan bakar minyak.

− Mendata dan memfasilitasi pelaksanaan raskin.

− Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang pengawasan terhadap penyaluran bantuan kepada masyarakat serta melaksanakan kegiatan pengamanan bencana alam dan bantuan lainnya.

− Melaksanakan tugas lainnya yang di berikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagan Pemerintahan Kelurahan Perdagangan I

Lurah

Seksi Pemerintahan Staff

Seksi Kemasyarakatan

Staff Kel. Jabatan

Fungsional

Seksi ekonomi/Pembangu

nan Sekretaris


(58)

3.4 Infrastruktur

Prasarana mempunyai peranan ganda yaitu memadukan antara penunjang pertumbuhan ekonomi dan penunjang pemerataan hasil-hasil pembangunan dan mempunyai dampak positif yaitu meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan dan pengembangan prasarana kota yang dilakukan secara sektoral dan terpusat seringkali banyak menimbulkan masalah di daerah bila keseimbangan dan keterpaduan antara satu program dengan program lainnya kurang dikendalikan secara terarah. Sulitnya pengendalian pembangunan kota di daerah perkotaan seringkali juga disebabkan karena kondisi dan besarnya sumber dana yang dialokasikan oleh masing-masing sektor berbeda-beda dan tidak terorganisir satu sama lainnya. Masalah yang dihadapi dalam pembanguanan prasarana dan sarana perkotaan agar ditangani dengan pendekatan pembangunan yang tepat dan serasi, yaitu pendekatan multi sektoral, komprehensif, spasial, partisipatif, dan kemitraan serta bekelanjutan22.

Setelah melakukan pembenahan terhadap ruang kota dan pemerintahan,kota Perdagangan kemudian melakukan pembenahan dalam pembangunan di berbagai sektor yang berkaitan dengan tugas pemerintah sebagai pelayanan masyarakat serta guna meingkatkan kualitas daerah.

Berbagai pembenahan segera dilakukan terutama menyangkut tentang pembangunan infrastruktur pada bidang pendidikan, prasarana jalan, pelayanan masyarakat serta keagamaan.

22

Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kota Optimum, Efisien, dan Mandiri, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hal. 92.


(59)

1. Pendidikan

Salah satu unsur dalam pembangunan yang berkesinambungan adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang cukup dan memiliki keahlian dan keterampilan. Hal ini dapat diperoleh melalui pemberian pembelajaran lebih dini melalui wajib belajar 9 tahun. Jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang lemah maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang tertinggal dari semua bangsa-bangsa lainnya yang memiliki SDM yang berkualitas dengan tingkat pendidikan dan keahlian serta keterampilan yang lebih baik. Karena dengan memiliki SDM yang berkualitas tersebut maka akan menjadi motor penggerak dalam mempercepat gerak pertumbuhan pembangunan.

Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan yang semakin kompleks. Dalam skala makro, pendidikan merupakan indikator kualitas sumber daya manusia, semakin maju pendidikan maka semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Selain itu pendidikan juga merupakan sarana transformatif, dari yang tidak tau apa-apa menjadi ahli. Oleh karena itu, pendidikan adalah sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia. Begitu pentingnya pendidikan sehingga pemerintah menjadikan pendidikan sebagai hak dasar masyarakat Indonesia yang dijamin dalam UUD 1945.

Pendidikan merupakan mekanisme untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan sekaligus merupakan alat bagi setiap individu untuk meningkatkan kesejahteraannya. Upaya pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan di bidang


(60)

pendidikan adalah menyediakan sarana dan fasilitas pendidikan berupa sekolah dan tenaga guru.

Di kota Perdagangan yang merupakan wilayah dari kelurahan Perdagangan tercatat beberapa sarana pendidikan antara lain:23

Dilihat dari uraian di atas, di Kota Perdagangan terdapat sarana pendidikan yang cukup memadai. Dengan kata lain masyarakat kota Perdagangan dapat dengan mudah mendapatkan sarana pendidikan, mulai dari pendidikan formal maupun non formal. Masyarakat juga bebas memilih dari jenis pendidikan yang akan ditempuh, apakah dari jenis pendidikan yang bersifat umum ataupun dari jenis pendidikan yang 1. Taman Kanak- Kanak Negeri : 1 sekolah

2. Taman Kanak- Kanak Swasta : 3 sekolah 3. SD Negeri : 6 sekolah 4. SD Swasta : 8 sekolah 5. SD Inpres : 1 sekolah 6. Madrasah Ibtidaiyah : 3 sekolah 7. SMP Negeri : 1 sekolah 8. SMP Swasta : 4 sekolah 9. SMA Negeri : 1 sekolah 10. SMA Swasta : 6 sekolah 11. Sekolah Menengah kejuruan : 2 sekolah 12. Perguruan Tinggi : 1 universitas

23


(61)

bersifat keagamaan. Untuk masyarakat yang menginginkan keterampilan khusus di luar pendidikan formal, maka masyarakat dapat menempuh jalur informal.

Untuk tingkat yang lebih tinggi, di kota Perdagangan juga telah tersedia perguruan tinggi (universitas), yang dikelola oleh pihak swasta, yakni Perguruan Tinggi Panca Budi. Dari proses perkembangannya, ternyata masyarakat yang menuntut ilmu di perguruan tinggi ini bukan hanya masyarakat Kota Perdagangan saja, melainkan juga dari daerah lainnya seperti dari daerah Kerasahan, Kec. Pematang bandar, Bah Lias dan daerah-daerah lainnya yang berbatasan dengan Kota Perdagangan, atau Kelurahan Perdagangan.

2. Prasarana Jalan

Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang penting dalam sebuah kota. Jaringan jalan mempunyai peranan penting dalam sistem transportasi kota dan dapat dikatakan terpenting karena biasanya yang menjadi masalah dalam transportasi kota ini adalah kekurangan akan akses jaringan jalan. Masalah yang timbul biasanya disebabkan oleh buruknya penyediaan prasarana, khususnya prasarana jalan. Kondisi tersebut meliputi sebagai berikut:

1. Kemacetan lalu lintas.

2. Kesemrawutan lalu lintas, campur aduk antara: a. Transportasi lokal dan transportasi regional, b. Kendaraan lamabat dan kendaraan cepat,

c. Kendaraan tradisional/ tidak bermesin dengan kendaraan yang bermesin

d. Pedagangan kaki lima di trotoar dengan pejalan kaki, dimana terjadi perampasan hak pejalan kaki oleh para pedagangan.


(62)

3. Polusi udara dari knalpot mesin-mesin tua

4. Kendaraan umum yang tidak aman, nyaman dan tidak tepat waktu (bus, angkot) 5. Kebijakan pemerintah yang memanjakan penggunaan kendaraan pribadi dan

sedikit mengabaikan pembinaan pada transportasi umum dan massal.

6. Prasarana jalan yang cepat rusak walaupun diperbaiki setipa tahun. Hal ini disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi tonase yang diizinkan24

Di dalam kota sistem primer ini akan berhubungan dengan fungsi-fungsi kota yang bersifat regional, seperti kawasan industri, kawasan pergudangan, kawasan perdagangan, kawasan pemukiman, kawasan perkantoran, kawasan olahraga/rekreasi dan kawasan-kawasan lainnya. Ciri-ciri lain ialah bahwa lalu lintas jalan primer ini merupakan jalan lintas truk. Di samping sistem primer, di dalam kota juga dikenal sistem skunder yaitu jaringan jalan yang berkaitan dengan pergerakan lalu lintas bersifat di dalam kota saja

.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang disebabkan oleh buruknya penyediaan prasarana khususnya sarana jalan di atas, maka pemerintah kota Perdagangan membuat pengembangan sistem transportasi. Ditinjau dari fungsi kota terhadap wilayah pembangunannya maka sistem jaringan jalan ini ada dua macam, yaitu sistem primer atau jaringan jalan yang berkaitan dengan hubungan antarkota.

25

24

Mulyono Sayuhutomo, Manajemen Kota dan Wilayah Realita dan Tantangan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. 65

25

Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan dan Lokal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005, hal. 157


(63)

Manfaat penataan sarana transportasi, juga berdampak pada areal yang digunakan oleh para penduduk sebagai daerah tempat tinggal. Karena pemukiman penduduk cenderung mengikuti tersedianya jaringan transportasi. Berdasarkan pada asumsi terdapat sebuah pusat (mono centered) maka pemanfaatan tanah dapat dilaksanakan dengan pola segmentasi dan pola konsentris. Dalam kenyataanya sebuah pusat (center) mempunyai sub-center di sekitarnya yang berfungsi melayani kebutuhan perdagangan bagi penduduk yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Pola ini adalah pola multi center (multi nucleition)26

- Jalan Besar Sisingamangaraja, merupakan jalan lintas yang membelah pusat kota Perdagangan menjadi dua. Jalan ini juga merupakan jalan lintas yang menghubungkan antara Perdagangan dengan Jalan Asahan yang ditandai dengan batas jalan yaitu jembatan Sungai Bah Bolon, yang selanjutnya merupakan Jalan Lintas Asahan yang menjangkau hingga Kota Lima Puluh di Indra Pura.

. Dalam hal ini kota Perdagangan termasuk ke dalam pola yang ketiga yakni pola multi center. Dengan banyaknya jalan yang menghubungkan lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lainnya maka terjadi hubungan masyarakat yang dapat berinteraksi setiap saat.

Infrastruktur jalan-jalan yang ada di Kelurahan Perdagangan merupakan potensi karena jalan tersebut merupakan sarana trasportasi yang digunakan secara umum. Di antara jalan tersebut terdapat jalan-jalan yang besar yang menghubungkan wilayah Kelurahan Perdagangan dengan daerah sekitarnya antara lain adalah :

26


(64)

- Jalan Merdeka, merupakan jalan yang menghubungkan antara kantor Perdagangan I dengan Kantor perdagangan III, dan Terminal Terpadu.

- Jalan lainnya yakni jalan yang merupakan jalan mengubungkan antar Lingkungan.

Selain sarana jalan raya, di kelurahan Perdagangan I juga terdapat fasilitas Jembatan yang membentang di atas Sungai Bah Bolon yang merupakan jembatan yang mempunyai fungsi fital yakni sebagai jembatan penghubung antara Kelurahan Perdagangan dengan daerah-daerah yang berada di seberang sungai.


(65)

BAB IV

PEMEKARAN KELURAHAN PERDAGANGAN I

MENJADI KELURAHAN PERDAGANGAN I DAN

KELURAHAN PERDAGANGAN III

4.1 Faktor-Faktor Pendukung Pemekaran Kelurahan Perdagangan

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam beberapa daerah yang besar dan kecil. Pembagian daerah tersebut disesuaikan dengan susunan pemerintahannya yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul daerah-daerah yang istimewa. Dalam penjelasan UUD 1945 pasal 18 diterangkan bahwa daerah Indonesia akan dibagi ke dalam beberapa daerah propinsi. Daerah propinsi akan dibagi pula ke dalam beberapa daerah yang lebih kecil lagi. Daerah-daerah ini dapat bersifat otonom atau bersifat daerah administratif, sesuai dengan aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang.

Sebagai realisasi dari pelaksanaan pasal 18 UUD 1945 tersebut, telah dibuat Undang-Undang yang mengatur tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 197427

27

Sebelum Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 lahir, telah ada Undang-Undang sejenis yang membahas tentang pemerintahan di daerah: UU No.22 tahun 1948, UU No.18 tahun 1965.

. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 dalam penjelasannya umumnya menyebutkan bahwa: Undang-Undang ini disebutkan


(66)

Undang-Undang mengenai pokok-pokok pemerintahan di daerah, oleh karena dalam Undang-Undang ini diatur tentang pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi tugas Pemerintahan Pusat di daerah, artinya dalam Undang-Undang ini diatur pokok-pokok penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan azas Desentralisasi, azas Dekonsentralisasi, azas Tugas Pembantuan di daerah.

Untuk mempermudah kita dalam memahami prosedur pembentukan serta sistem kerja pada tingkat Kecamatan, maka alangkah baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan ketiga azas tersebut di atas:

a. Azas Desentralisasi

Azas Desentralisasi adalah azas dimana urusan-urusan yang telah diserahkan kepada kepala daerah dalam rangka pelaksanaan azas desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah sepenuhnya. Dalam hal ini prakarsa sepenuhnya diserahkan kepada daerah sepenuhnya, baik yang menyangkut penentuan kebijakan, perencanaan, maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaanya. Demikian pula perangkat pelaksanaannya adalah perangkat daerah itu sendiri.

b. Azas Dekonsentrasi

Azas Dekonsentrasi adalah azas yang oleh karena tidak sama urusan pemerintahan dapat diserahkan kepada daerah menurut azas desentralisasi, maka penyelenggaran berbagi urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh perangkat pemerintahan di daerah berdasarkan azas dekonsentralisasi. Urusan-urusan yang dilimpahkan oleh pemerintah kepada pejabat-pejabatnya di daerah menurut azas dekonsentrasi ini tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat baik mengenai


(67)

perencanaan, pelaksanaannya, maupun pembiayaanya. Unsur pelaksananya adalah terutama instansi-instansi vertikal yang dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam kedudukannya selaku perangkat pemerintah pusat, tetapi kebijakan terhadap pelaksanaan urusan dekonsentrasi tersebut sepenuhnya oleh pemerintah pusat.

c. Azas Tugas Pembantuan

Azas tugas pembantuan maksudnya adalah bahwa tidak semua urusan pemerintahan dapat diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Jadi beberapa urusan pemerintahan masih tetap merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintahan pusat. Akan tetapi adalah berat sekali bagi pemerintah pusat untuk menyelenggarakan seluruh urusan pemerintahan pusat di daerah yang masih menjadi wewenang dan tanggung jawabnya itu atas dasar dekonsentrasi, mengingat terbatasnya kemampuan perangkat pemerintah pusat di daerah. Dan juga ditinjau dari dayaguna dan hasilguna adalah kurang dapat dipertanggung jawabkan apabila semua urusan pemerintah pusat di daerah harus dilaksanakan sendiri oleh perangkatnya di daerah karena hal tersebut akan membutuhkan tenaga dan biaya yang sangat besar jumlahnya. Lagi pula, mengingat sifatnya, berbagai urusan sulit untuk dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ikut sertanya pemerintah daerah yang bersangkutan.

Melihat uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa azas yang melatar belakanngi dibentuknya sebuah kelurahan Perdagangan III adalah azas desentralisasi. Yang mana dalam azas ini, dijelaskan bahwa pemerintahan yang telah diserahkan oleh pemerintah kepada daerah adalah wewenang dan tanggung jawab daerah sepenuhnya, baik menyangkut penentuan kebijakan, perencanaan, maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaannya, termasuk pula perangkat pelaksanaannya


(68)

adalah perangkat daerah itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa azas dekonsentrasi dan azas Tugas Pembantuan masih diperlukan.

Beranjak dari undang-Undang Nomor 5 tahun 1974, bahwa sebuah pemekaran harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, maka untuk tertib dan lancarnya penyelenggaraan pemerintahan dibentuklah Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri). Pembentukan Kelurahan Perdagangan III berawal dari adanya hibah wilayah yang diberikan oleh Perkebunan Bah Lias seluas 250 Ha kepada pemerintah kabupaten melalui pemerintah kecamatan Bandar pada tahun 1994.28

Untuk menjaga kestabilan pemerintahan dan kolektivitas dari pemerintahan Kota Perdagangan maka dimusyawarahkan agar wilayah Kota Perdagangan kembali dimekarkan. Hasilnya, disepakati bahwa wilayah kota tersebut dibagi menjadi 2 (dua). Adapun inspirasi masyarakat Perdagangan yang mendukung adanya pemekaran dikarenakan merasakan dampak yakni semakin lamanya bila masyarakat melakukan pengurusan di kantor kelurahan. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya penduduk di Kelurahan Perdagangan I. Kedua, bahwa dalam rangka menghadapi perkembangan situasi, kondisi, dan pertimbangan aspek pelayanan administrasi pemerintah dan pembangunan yang sesuai dengan norma-norma dan prinsip demokrasi, sesuai dengan peraturan Undang-Undang tahun 1982 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang terdahulunya yakni Undang-Undang

Dengan adanya hibah wilayah ini maka pihak pemerintah Kota Perdagangan secara otomatis dapat melakukan perluasan wilayah pemerintahan.

28


(1)

Nama : S. manik Umur : 50 thn Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Lurah Perdagangan III Alamat : Nagori Perdagangan II

Nama : Rahman Damanik Umur : 54 thn

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pekerjaan : Tetua Adat

Alamat : Nagori Perdagangan II

Nama : Sutiono Umur : 45 thn Jenis Kelamin : Laki-Laki Pekerjaan : Wiraswasta


(2)

LAMPIRAN I

Mesjid Agung Perdagangan


(3)

LAMPIRAN II


(4)

LAMPIRAN III

Jl.Sisingamangaraja


(5)

LAMPIRAN IV

Pabrik Karet Chin Seng (PT. Global)


(6)

LAMPIRAN V

Bekas Pasar Perdagangan Yng Dipindahkan 3 Bulan yang lewat

Jembatan Sunagai Bah Bolon Yang menghubungkan daerah seberang dengan Kelurahan Perdagangan I