Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ergonomi
Menurut Suma’mur (2013) mendefinisikan bahwa ergonomi berasal dari
kata yunani ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara
digunakan istilah yang berbeda, seperti Arbeitswissenschaft di Jerman, Human
Factors Engineering atau Personal Research di Amerika Utara. Ergonomi adalah
penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu
teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal
dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan
efisiensi dan kesejahteraan kerja.
Tarwaka (2015) menjelaskan bahwa ergonomi adalah ilmu, seni, dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan dan atau menyeimbangkan antara
seluruh fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun beristirahat
dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Menurut Iridiastadi dan Yassierli (2014) mengatakan bahwa Ergonomi
adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek dan karakteristik manusia
(kemampuan, klelebihan, keterbatasan, dan lain-lain) yang relevan dalam konteks
kerja, serta memanfaatkan informasi yang diperoleh dalam upaya merancang
produk, mesin, alat, lingkungan, serta sistem kerja yang terbaik.


6
Universitas Sumatera Utara

7

2.2 Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang
Istilah punggung menggambarkan batang tubuh mulai dari bawah leher,
terus ke bawah sampai ke tulang ekor. Punggung bagian atas disebut punggung
bagian toraks (dada) dan puggung bagian bawah merupakan punggung bagian
lumbal (pinggang). Punggung disusun oleh tulang, otot, dan jaringan lainnya.
Terdapat 33 tulang kecil disebut vertebra atau tulang belakang (berbentuk seperti
cincin iregular), satu tulang tertumpuk di atas tulang kecil yang lain untuk
membentuk punggung yang menyangga berat badan, dan melingkupi serta
melindungi sumsum tulang belakang (Bull dan Archard, 2007).
Diantara tiap 2 ruas pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan.
Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa mencapai 57 sampai 67
centimeter. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang belakang, 24 ruas diantaranya
tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.
Vertebra dikelompokkan dan dinamai sesuai dengan daerah yang ditempatinya: 7

vertebra servikal atau ruas tulang leher membentuk daerah tengkuk, 12 vertebra
torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang toraks atau
dada, 5 vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal
atau pinggang, 5 vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk
sakrum, 4 vertebra koksigerus atau ruas tulang tungging membentuk tulang
koksigerus atau tulang tungging (Pearce, 2015).

Universitas Sumatera Utara

8

Gambar 2.1 Ruas-Ruas Tulang Belakang
Sumber: Pustekom Depdiknas dalam Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto (2013)
Menurut Tarwoto (2015) fungsi tulang kolumna vetebra yaitu :
a. Menyangga berat tubuh, seperti kepala, bahu, dan dada.
b. Menyeimbangkan berat tubuh.
c. Menghubungkan tubuh bagian atas dan bawah.
d. Memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan gerakan
misalnya berdiri, duduk atau berlari.
e. Tempat melekatnya ligamen, otot, dan tendon.

f. Melindungi spinal cord dan persyarafannya serta organ-organ internal tubuh.
g. Menyimpan mineral.
h. Memproduksi sel darah merah.

Universitas Sumatera Utara

9

Menurut Setiadi (2007) otot bagian punggung dibagi menjadi 3 bagian:
1. Otot yang ikut menggerakan lengan.
a. Trapezius (Otot Kerudung), terdapat pada semua ruas-ruas tulang punggung
yang berpangkal pada tulang kepala belakang dengan fungsi mengangkat
dan menarik sendi bahu.
b. Muskulus latismus dorsi (Otot Punggung lebar), berpangkal pada ruas
tulang punggung kelima dari bawah fasia lumboid, tepi tulang punggung
dan iga III dibawah, gunanya menutupi ketiak bagian belakang,
menengahkan dan memutar tulang pangkal lengan kedalam.
c. Muskulus rumboid (Otot Belah Ketupat), berpangkal dari taju duri, dari
tulang leher, ruas tulang punggung, dari sini menuju kepinggir tengah tulang
belikat. Gunanya menggerakkan tulang belikat keatas dan ketengah.

2. Otot antara ruas tulang belakang dan iga.
Otot yang bekerja menggerakan tulang iga atau otot bantu pernafasan, terdiri
dari 2 otot yaitu:
a. Muskulus Seratus posterior inferior (otot gergaji belakang bawah), gunaya
menarik tulang iga kebawah waktu bernafas.
b. Muskulus Seratus Posterior superior, gunanya menarik tulang iga keatas
waktu bernafas.
3. Otot Punggung Sejati
a. Muskulus interspinalis transversi dan muskulus semispinalis, fungsinya
untuk sikap dan pergerakan tulang belakang.
b. Muskulus sakrospinalis (muskulus erektor spina), fungsinya memelihara

Universitas Sumatera Utara

10

dan menjaga kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan dari ruas tulang
belakang.
c. Muskulus Quadratus lumborum, terletak antara krista illaka dan os kosta.
2.3 Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain).

2.3.1 Pengertian Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain).
Menurut Muttaqin (2011) berpendapat bahwa nyeri punggung bawah
adalah kondisi yang tidak mengenakkan disertai adanya keterbatasan aktivitas dan
nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi. Menurut pendapat Idyan
yang dikutip Lukman dan Ningsih (2009) mengatakan nyeri punggung bawah atau
low back pain merupakan salah satu gangguan muskoloskeletal yang disebabkan
oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Menurut Sakinah dkk, (2012) mendefinisikan nyeri punggung bawah
adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama adanya rasa nyeri
atau perasaan tidak enak didaerah tulang punggung bawah. Nyeri Punggung
bawah sering menjadi kronis, menetap atau kadang berulang kali dengan
memerlukan biaya yang tinggi dalam penangganannya sehingga tidak boleh
dipandang sebelah mata.
2.3.2 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Menurut Bimariotejo (2009) berdasarkan perjalanan kliniknya low back
pain terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Acute low back pain (nyeri punggung bawah akut)
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat


Universitas Sumatera Utara

11

hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik
seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.
Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen
dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal
dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2. Chronic low back pain (nyeri punggung bawah kronik)
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
Menurut Macnab dalam Harsono (2007) mengklasifikasikan nyeri
punggung bawah sebagai berikut:
1. Nyeri Punggung Bawah Visirogenik
Nyeri punggung bawah yang disebabakan oleh adanya proses patologik di

ginjal atau visera di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik
tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang
dengan istirahat. Penderita nyeri punggung bawah yang mengalami nyeri akan
selalu menggeliat dalam upaya meredakan perasaan nyerinya.
2. Nyeri Punggung Bawah Vaskulogenik
Pada nyeri ini aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat
menimbulkan

nyeri

punggung

atau

menyerupai

iskialgia.

Aneurisma


Universitas Sumatera Utara

12

abdominaldapat menimbulkan nyeri punggung bawah dibagian dalam dan tidak
ada hubungannya dengan aktivitas fisik.
3. Nyeri Punggung Bawah Spondilogenik
Nyeri ini disebabkan oleh berbagai proses patologik di colum vertebralis
yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus inveterbralis (diskogenik) dan
miofasial (miogenik) dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
4. Nyeri Punggung Bawah Psikogenik
Nyeri jenis ini jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah dilakukan
pemeriksaan yang lengkap, nyeri punggung bawah jenis ini pada umumnya
disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran
antara kecemasan dan depresi.
5. Nyeri Punggung Bawah Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung bawah,
seperti pada neoplasma, araknoiditis, dan stenosis kanalis spinalis.
2.3.3 Etiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Menurut Muttaqin (2011), umumnya nyeri punggung bawah disebabkan

oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal, misalnya:
a. Regangan lumbosakral akut.
b. Ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot.
c. Osteoartitis tulang belakang.
d. Stenosis tulang belakang
e. Masalah diskus invertebra
f. Ketidaksamaan panjang tungkai

Universitas Sumatera Utara

13

g. Penyebab lainnya : Lansia (perubahan struktur tulang belakang), gangguan
ginjal, masalah pelvis, tumor retroperineal, aneurisma abdominal, dan masalah
psikosomatik.
Kebanyakan

nyeri

punggung


bawah

terjadi

akibat

gangguan

muscoloskeletal dan diperberat oleh aktivitas, sedangkan nyeri akibat keadaan
lainnya tidak dipengaruhi aktivitas. Obesitas, stres, dan terkadang depresi dapat
mengakibatkan nyeri punggung bawah.
2.3.4 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Kolumna Vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik yang
tersusun atas banyak unit yang kaku (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen, dan otot paravertebralis (Lukman dan Ningsih, 2009).
Konstruksi punggung yang unik memungkinkan terjadinya fleksibilitas
dan memberi perlindungan terhadap sumsum tulang belakang. Otot-otot
abdominal berperan pada aktivitas mengangkat beban dan sarana pendukung

tulang belakang. Obesitas, masalah struktur, dan peregangan berlebihan pada
sarana pendukung ini menyebabkan nyeri punggung (Muttaqin, 2011).
Sifat diskus intervertebralis adalah akan mengalami perubahan seiring
dengan pertambahan usia. Pada usia muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia, diskus akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tidak teratur. Degenerasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1,
menderita stres mekanis paling berat dan perubahan degerasi terberat. Penonjolan

Universitas Sumatera Utara

14

diskus (HNP) atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada
akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri menyebar
sepanjang saraf tersebut (Lukman dan Ningsih, 2009).
2.3.5 Gejala Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Gejala nyeri punggung bawah menurut Bull dan Archard (2007) adalah
nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat keparahannya sangat
dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri tersebut terjadi. Gejalagejala nyeri punggung dapat sangat bervariasi dari satu orang ke orang yang lain.
Gejala tersebut meliputi:
• Sakit
• kekakuan
• rasa baal (mati rasa)
• kelemahan
• rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum)
2.3.6 Diagnosis Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Menurut Lukman dan Ningsih (2009) diagnosis Nyeri Punggung Bawah :
1. Sinar X vertebra, mungkin memperlihatkan adanya fraktur ,dislokasi, infeksi,
osteoartritis, atau skoliosis.
2. Computed tomography (CT) scan, berguna untuk mengetahui penyakit yang
mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi sekitar kolumna
vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonografi (USG), dapat membantu mendiagnosis penyempitan kanalis
spinalis.

Universitas Sumatera Utara

15

4. Magneting resonance imaging (MRI), memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.
5. Mielogram dan diskogram, dimana sejumlah kecil bahan kontras disuntikkan
ke diskus intervertebralis untuk dapat melihat visualisasi sinar. Dapat
dilakukan untuk diskus yang mengalami degenerasi protrusi diskus.
6. Venogram epidural, digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena epidural.
7. Elektromiogram (EMG) dan pemeriksaan hantaran saraf digunakan untuk
mengevaluasi penyakit serabut saraf tulang belakang (radikulopati).
2.3.7 Penanganan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Menurut Bull dan Archard (2007) penanganan nyeri punggung tidak
berarti hanya menggunakan penghilang nyeri atau melakukan pembedahan
punggung. Terdapat cara lain yang dapat mengendalikan nyeri punggung dan
mencegahnya agar tidak kambuh.
2.3.7.1 Melakukan Perubahan Gaya Hidup :
1. Sedapat mungkin bergerak aktif.
2. Menurunkan berat badan (bila kelebihan berat badan).
3. Belajar bagaimana membungkuk dan mengangkat dengan tepat.
4. Memperbaiki postur tubuh (atau menyesuaikan posisi duduk di mobil, di meja
kerja,di meja makan, di depan tv, atau posisi tidur).
2.3.7.2 Terapi Non Obat
Fisioterapi, osteopati dan chiropatic merupakan bentuk terapi yang
terhadap bagian tulang punggung untuk meredakan nyeri punggung.

Universitas Sumatera Utara

16

2.3.7.3 Penggunaan Obat
1. Analgesia penghilang rasa nyeri atau analgesic merupakan obat yang bekerja
dengan cara mengganggu proses transmisi nyeri.
2. Nonsteroidal OTC adalah obat anti peradangan yang digunakan untuk
meringankan nyeri dan mengurangi peradangan.
3. Methocarbamol merupakan obat relaksan otot yang berfungsi meredakan
kejang otot.
2.3.8 Faktor Resiko Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
1. Umur
Chaffin (1979) dan Guo et al. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya
keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan
akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena
pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga
resiko terjadinya keluhan otot meningkat. Hasil penelitian Betti’e, et al (1989)
menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara 20-29
tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya umur.
Pada saat umur mencapai 60 tahun, rerata kekuatan umur akan menurun sampai
20%. Pada saat kekuatan otot mulai menurun maka resiko terjadinya keluhan otot
meningkat (Tarwaka, 2004).
2. Jenis Kelamin
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Betti’e at al (1989)
menunjukkan bahwa rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60 % dari
kekuatan otot pria, khususnya untuk otot

lengan, punggung, kaki. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

17

diperkuat oleh hasil penelitian Chiang et al (1993), Bernard et al (1994), Hales et
al (1994) dan Johanson (1994) yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan
otot antara pria dan wanita adalah 1:3 (Tarwaka, 2004).
3. Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya waktu terhitung mulai masuk pekerja sampai
saat penelitian dilakukan. Dalam hal ini dapat dikaitkan antara masa kerja dengan
timbulnya keluhan low back pain. Jadi semakin lama masa kerja atau semakin
sering seseorang terpajan faktor risiko low back pain maka semakin besar pula
risiko untuk mengalami low back pain.
2.4 Pengertian Postur Kerja
Postur adalah orientasi rata-rata dari anggota tubuh. Postur tubuh
ditentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau benda lainnya yang
digunakan pada saat bekerja. Pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh
dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama.
Keseimbangan tubuh sangat dipengeruhi oleh luas dasar penyangga atau lantai
dan tinggi dari titik gaya berat (Grieve dan Pheasant dalam Meruliala, 2010).
Menurut Santoso (2004) terdapat 3 macam posisi kerja:
2.4.1Posisi Duduk
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu
dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang
bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih
produktif. Namun sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya
masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita

Universitas Sumatera Utara

18

pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat
pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika
diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%; maka cara duduk yang tegang
atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai
140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan
menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih
banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap
duduk yang condong ke depan (Nurmianto, 2008).
Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan
dalam lekukan tulang belakang

yang terjadi pada saat duduk. Suatu

keletihan pada pinggul sekitar 90 tidak dapat dicapai hanya dengan rotasi
dari tulang pada sambungan paha (persendian tulang paha). Dua bagian ruas
tulang belakang (lumbar) yaitu L4/L5 dan L5/S1 adalah yang paling sering
dipengaruhi dan termasuk slipped disc syndrome (Nurmianto, 2008).
Posisi duduk pada otot rangka (musculoskeletal) dan tulang belakang
terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar
dari nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan
meningkat dibanding berdiri atau berbaring (Santoso, 2004)
Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat duduk yang
dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan posisi. Ukuran
tempat duduk disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakainya.
Fleksi lutut membentuk 90° dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau
injakan kaki (pheasent dalam tarwaka, 2004).

Universitas Sumatera Utara

19

Grandjean dalam Tarwaka (2004) mengatakan bekerja dengan posisi
duduk mempunyai keuntungan antara lain;
a. pembebanan pada kaki
b. pemakaian energi dapat dikurangi
c. keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi.
2.4.2 Posisi Berdiri
Postur tubuh pada tenga kerja posisi berdiri statis dan tegak seperti tukang
bubut, beban tubuh lebih banyak diterima oleh otot rangka pada tulang belakang
dari pada pada kaki. Hal itu karena pada saat berdiri otot rangka tulang kaki bisa
menahan tubuh bergantian antara kaki kiri dan kanan (relaksasi). Namun, pada
posisi kerja berdiri pada otot rangka tulang belakang tidak bisa relaksasi, otot itu
akan menahan beban tubuh terus-menerus (Santoso, 2013).
Pada pekerja dengan posisi kerja berdiri membungkuk, maka akan lebih
membebani otot rangka tulang belakang karena terjadi momen tubuh. Suatu
perlawanan terhadap suatu beban momen tubuh dapat mengakibatkan otot
mengalami kontraksi yang semakin berlebihan.Terjadinya kontraksi otot rangka
tulang belakang yang kuat dan lama dapat mengakibatkan keadaan yang dikenal
dengan kelelahan.Bekerja dalam posisi berdiri lebih berdampak pada lumbar
lordosis dari pada posisi duduk, bekerja dalam posisi berdiri statis dalam waktu
yang lama juga cepat melelahkan bagian otot belakang (vertebral) dari pada otot
kaki (Santoso, 2013).
Bekerja dalam posisi berdiri lebih melelahkan dari pada duduk dan energi
yang dikeluarkan pada berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan duduk. Pada

Universitas Sumatera Utara

20

desain stasiun kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja untuk periode yang
lama maka faktor kelelahan menjadi yang utama. Untuk meminimalkan pengaruh
kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu
banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala
yang tidak alamiah (Tarwaka, 2004).
2.4.3 Posisi Kerja Berdiri Setengah Duduk
Perubahan kerja performa berdiri tegak (TG), menjadi performa berdiri
setengah duduk tanpa sandaran (SDTS), dan berdiri setengah duduk pakai
sandaran (SDPS) berpengaruh terhadap tingkat kelelahan kerja. Bekerja TG lebih
melelahkan dibanding SDTS maupun SDPS. Oleh karena itu, sebaiknya
hindarkan kerja posisi berdiri tegak-statis dan ubah menjadi kerja performa berdiri
setengah duduk. Posisi kerja yang berdiri terus-menerus dan lama tidak membuat
relaksasi pada otot erecto. Otot erector merupakan salah satu otot utama yang
menahan otot tulang belakang agar tidak membungkuk. Otot erector akan
relaksasi ketika disandarkan , dan otot kaki akan relaksasi ketika duduk (Santoso,
2013).
2.5 Sikap Kerja Alamiah/ Postur Normal
Menurut Merulalia (2010) sikap kerja alamiah/postur normal yaitu
sikap/postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak
terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh,
syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak
menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders dan sistem tubuh yang lain.

Universitas Sumatera Utara

21

a. Pada tangan dan pergelangan tangan
Sikap/postur normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada
dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring ataupun mengalami
fleksi/ekstensi. Ketika penggunaan keyboard tidak ada tekanan pada pergelangan
tangan (Baird dalam Merulalia, 2010).
b. Pada leher
Sikap/posisi normal leher lurus dan tidak miring/memutar ke samping kiri atau
kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak terjadi
penekanan pada discus tulang cervical. (Bridger dalam Merulalia, 2010).
c. Pada bahu
Sikap/posisi normal pada bahu dalah tidak dalam keadaan mengangkat dan siku
berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan
proporsional.
d. Pada punggung
Sikap/postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah kiposis dan
untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke kanan.
Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°. (Baird dalam Merulalia
2010).
2.6 Sikap Kerja Tidak Alamiah/Postur Janggal
Menurut Humantech

dalam Merulalia (2010) sikap kerja tidak

alamiah/postur janggal adalah deviasi/pergeseran dari gerakan tubuh atau anggota
gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari postur atau posisi
normal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Gerakan dan postur

Universitas Sumatera Utara

22

janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk terjadinya gangguan, penyakit dan
cidera pada sistem muskuloskeletal.
a. Pada tangan /pergelangan tangan
1. Jari menjepit adalah posisi jari ketika menjepit objek dengan beban > 0,9 kg.
2. Jari menggenggam adalah posisi jari ketika menggenggan objek dengan beban
> 4,5 kg.
3. Jari menekan adalah penggunaan tekanan satu jari atau lebih terhadap
permukaan suatu objek. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10
detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 30 kali per menit.
4. Deviasi radial adalah postur tangan yang miring ke arah ibu jari. Postur janggal
ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang
sebanyak ≥ 30 kali per menit.
5. Deviasi ulna adalah postur tangan yang miring ke arah jari kelingking. Postur
janggal ini diperhatikan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara
berulang-ulang sebanyak ≥ 30 kali per menit.
6. Fleksi pergelangan tangan ≥ 45°adalah posisi pergelangan tangan yang
menekuk ke arah telapak tangan, diukur dari sudut yang dibentuk oleh lengan
bawah dan sumbu tangan sebesaar ≥ 45°. Postur janggal ini dipertahankan
dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 30
kali per menit.
7. Ekstensi pergelangan tangan ≥ 45° adalah posisi pergelangan tangan yang
menekuk ke arah punggung tangan, diukur dari sudut yang dibentuk oleh
lengan bawah dan sumbu tangan sebesar ≥ 45°. Postur janggal ini

Universitas Sumatera Utara

23

dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang
sebanyak ≥ 30 kali per menit.
b. Pada siku
1. Rotasi lengan
2. Ekstensi penuh adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu lengan atas
dan sumbu lengan bawah ≥ 135°. Durasi untuk posisi janggal pada siku belum
ada standarnya. Frekuensi posisi janggal tersebut dilakukan secara berulang ≥ 2
kali per menit.
c. Pada bahu
Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang otot.
Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan juga dapat
mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat penopang otototot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan gerakan bahu yang
mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun yang kanan. Postur
janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan sebanyak ≥ 2
kali per menit.
d. Pada leher
1) Menunduk
Ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu
ruas tulang leher ≥ 20°. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik,
dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.
2) Miring
Setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan maupun ke kiri, tanpa

Universitas Sumatera Utara

24

melihatbesarnya sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu dari ruas
tulang leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan
dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.
3) Menengadah
Setiap postur dari leher yang mendongak ke atas, tanpa melihat besarnya sudut
yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu dari ruas tulang leher. Postur
janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulangulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.
4) Rotasi
Setiap gerakan dari leher yang memutar baik ke kanan maupun ke kiri tanpa
melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini dipertahankan
dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali
per menit.
e. Pada punggung (Humantech dalam Merulalia, 2010)
1) Membungkuk
Adalah posisi badan ke arah depan sehingga antara sumbu badan bagian atas akan
membentuk sudut ≥ 20° dengan garis vertikal. Postur janggal ini dipertahankan
dalam waktu ≥ 10 detik dan dilakukan sebanyak ≥ 2 kali per menit.
2) Miring
Adalah penyinpangan tubuh dari garis vertikal, tanpa memperhitungkan besarnya
sudut yang dibentuk. Postur ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, ≥ 2 x per
menit.

Universitas Sumatera Utara

25

3) Rotasi Badan
Setiap gerakan dari badan yang memutar, baik ke kanan maupun ke kiri, tanpa
melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini dipertahankan
dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan sebanyak ≥ 2 kali per menit.
2.7 Gerakan yang dilakukan berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut, dan
sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja
secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi (Tarwaka,
2004). Ketika bergerak ,otot dan tendon bekerja dengan memendek dan
memanjang. Peradangan pada tendon dan ligamen sangat mungkin terjadi
jika gerakan yang dilakukan berulang secara terus-menerus tanpa istirahat yang
cukup (Hardianto dan Yassierli, 2014).
2.8 Penilaian postur kerja dengan metode OWAS
Aplikasi metode OWAS didasarkan pada hasil pengamatan dari berbagai
posisi yang diambil pada pekerja selama melakukan pekerjaannya, dan digunakan
untuk mengidentifikasi sampai dengan 252 posisi yang berbeda, sebagai hasil dari
kemungkinan kombinasi postur tubuh bagian belakang (4 posisi), lengan (3
posisi), kaki (7 posisi), dan pembebanan (3 interval).
Secara ringkas prosedur aplikasi metode OWAS, sebagai berikut:
1 Pertama adalah menentukan apakah pengamatan pekerjaan harus dibagi
menjadi beberapa fase atau tahapan, dalam rangka memfasilitasi pengamatan
(fase penilaian Tunggal atau Multi).

Universitas Sumatera Utara

26

2 Menentukan total waktu pengamatan pekerjaan (20 s/d 40 menit).
3 Menentukan panjang interval waktu untuk membagi pengamatan (metode yang
diusulkan berkisar antara 30 s/d 60 detik).
4 Mengidentifikasi selama pengamatan pekerjaan atau fase, posisi yang berbeda
yang dilakukan oleh pekerja. Untuk setiap posisi tentukan posisi punggung,
lengan dan kaki, dan beban yang diangkat.
5 Pemberian kode pada posisi yang diamati oleh setiap posisi dan pembebanan
dengan membuat “kode posisi” identifikasi.
6 Menghitung untuk setiap kode posisi, kategori risiko yang mana dia berasal,
untuk mengidentifikasi posisi kritis atau yang lebih tinggi tingkat risikonya
bagi pekerja.
Secara lebih detail, dibawah ini akan dijelaskan bentuk pemberian kode
dan klasifikasi dari posisi tubuh yang digunakan pada metode OWAS.
a. Posisipunggung

Gambar 2.2 Klasifikasi sikap kerja bagian punggung dan
pemberian kode posisi
Sumber :FBF SISTEMAS, 2015

Universitas Sumatera Utara

27

1. Punggung lurus
Garis sumbu badan pekerja sejajar dengan garis sumbu kaki dan pinggul diberikan
skor 1.
2. Punggung membungkuk
Badan pada posisi fleksi. Metode ini tidak secara eksplisit menyebutkan sudut
fleksi, tetapi dapat dipertimbangkan untuk inklinasi >20° diberikan skor 2.
3. Punggung memuntir
Badan memuntir atau inklinasi lateral sebesar >20° diberikan skor 3.
4. Punggung ditekuk memuntir
Badan dalam posisi fleksi dan rotasi secara simultan diberikan skor 4.
b. Posisi lengan

Gambar 2.3 Klasifikasi sikap kerja bagian lengan dan pemberian kode posisi
Sumber :FBF SISTEMAS, 2015
1. Kedua lengan di bawah
Kedua lengan pekerja berada di bawah ketinggian bahu diberikan skor 1
2. Satu lengan dibawah dan satunya diatas
Lengan pekerja pada saat bekerja yang disatu dibawah satunya lagi diangkat di atas
ketinggian bahu diberikan skor 2

Universitas Sumatera Utara

28

3. Kedua lengan di atas bahu
Kedua lengan (atau bagian dari lengan) pekerja berada di atas ketinggian bahu
diberikan skor 3.
c. Posisi kaki

Gambar 2.4Klasifikasi sikap kerja bagian kaki dan pemberian kode posisi
Sumber :FBF SISTEMAS, 2015
1. Posisi duduk
Pekerja melakukan pekerjaan dengan posisi duduk diberikan skor 1.
2. Berdiri
Dengan kedua kaki lurus dengan berat badan seimbang antara kedua kaki
diberikan skor 2.
3. Berdiri
Dengan satu kaki lurus dan kaki seimbang antara kedua kaki diberikan skor 3.
4. Berdiri atau jongkok
Dengan kedua kaki agak ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki.
Meskipun metode ini tidak secara eksplisit menyebutkan dari sudut mana posisi
terjadinya sudur paha-betis atau >150°. Sudut yang lebih besar dapat
dipertimbangkan bahwa kaki lurus diberikan skor 4.

Universitas Sumatera Utara

29

5. Berdiri atau jongkok
Dengan satu kaki ditekuk dan keseimbangan berat badan antara kedua kaki.
Dianggap bahwa terjadi sudut paha-betis atau >150°. Sudut yang lebih besar
dapat dipertimbangkan bahwa kaki lurus diberikan skor 5.
6. Kaki dengan posisi berlutut
Pekerja menopangkan salah satu atau kedua lutut di lantai diberikan skor 6.
7. berjalan
Pekerja dalam posisi berjalan saat melakukan pekerjaan diberikan skor 7.
d. Penilaian beban
1. < 10 kg

2. 10-20 kg

3. 20 kg

Tabel 2.1 Penilaian Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode OWAS

Punggung

Lengan

1

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

2

3

4

1
2
3
4
5
6
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2

3

1

7
2

3

Kaki
Berat
beban

1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

1
1
1
3
4
4
1
1
1
4
4
4

X

1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

Sumber : Tarwaka, 2015

Universitas Sumatera Utara

30

Tabel 2.2 Empat Level Skala Postur Kerja Menurut Metode OWAS
Skor Kategori
Efek pada sistem musculoskeletal.
1

Rendah

2

Sedang

3

Tinggi

4

Sangat tinggi

Posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu
sistem musculoskeletal.
Posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan
pada sistem musculoskeletal.
Posisi dengan efek berbahaya
pada sistem
musculoskeletal
Posisi dengan efek sangat berbahaya pada sistem
musculoskeletal

Sumber : Tarwaka, 2015
2.9 Kerangka Konsep

Postur Kerja

Pekerja Bagian Produksi

Keluhan Nyeri
Punggung Bawah

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemetaan Perubahan Penutupan Lahan di Kecamatan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai

5 86 91

PENGARUH SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA BAGIAN PELINTINGAN Pengaruh Sikap Kerja Duduk Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Bagian Pelintingan Rokok Di Pt. Djitoe Indonesia Tobacco.

0 0 16

Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pekerja Batubata Di Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2015

0 0 18

Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

0 0 20

Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

0 0 2

Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

0 0 5

Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 50

Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

1 3 3

Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

0 0 23

Faktor Risiko Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pembuat Batu Bata

0 1 12