Efektivitas Penggunaan Small Bore Kateter (Pigtail kateter) Dibandingkan dengan Large-Bore Kateter Untuk Drainase Efusi Pleura Chapter III V
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang membandingkan
komplikasi yang terjadi antara pasien efusi pleura yang menggunakan small bore
(pigtail) kateter dengan yang menggunakan large-bore kateter.
3.2. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap RSUP. H. Adam Malik
Medan. Rencana penelitian ini akan dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan
mulai bulan Februari s/d Juli 2016
3.3. Populasi dan subjek penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua penderita efusi pleura yang dirawat
inap di RSUP HAM Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut
Kriteria inklusi
1. Penderita efusi pleura dengan derajat moderat sampai masif berdasarkan Foto
Toraks
2. Bersedia menandatangani formulir persetujuan setelah diberikan penjelasan
tentang prosedur yang akan dilaksanakan atau informed consent yang ada.
Kriteria Eksklusi
1. Hemotoraks
2. Pneumotoraks
3. Efusi pleura terlokalisir
64
Universitas Sumatera Utara
3.3.3. Besar sampel
Jumlah sampel adalah total populasi dalam interval waktu selama 6 bulan.
Dengan estimasi sampel sebesar 30 - 40 orang.
3.4. Metode pengambilan sampel
Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara non probability
sampling uji consecutive sampling di mana sampel yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi dipilih secara berurutan.
3.5. Cara kerja penelitian
Penderita efusi pleura yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan
1. Anamnesis tentang lama penyakit, kapan pertama kali merasakan gejala
2. Pemeriksaan fisis dan tanda vital
3. Pemeriksaan foto toraks
4. Proef punctie untuk identifikasi
5. Pemasangan selang dada
Pemasangan selang dada akan dilakukan dengan menggunakan large bore
kateter pada satu kelompok dan menggunakan pigtail kateter pada
kelompok lainnya. Pemasangan kedua jenis selang dada tersebut akan
dilakukan dengan teknik trokar. Operator pemasangan selang dada adalah
dokter spesialis paru dan dokter PPDS paru dimulai dari yang sedang
menjalani stase pleura bulan kedua. Anastesi yang dipakai adalah anestesi
lokal menggunakan lidokain dengan dosis 3-4 mg/kgBB diberikan secara
infiltrasi mulali dari kutis, subkutis, sampai pleura parietal. Fiksasi selang
dada pada large bore kateter akan dilakukan menggunakan jahitan matras,
sedangkan pada pigtail kateter fiksasi akan dilakukan dengan alat fiksasi
yang tersedia dalam set pigtail kateter tersebut. Selang dada akan
disambungkan ke sebuah urin bag steril sebagai tempat penampung cairan.
Sampel akan dipilih secara konsekutif setiap pasien yang datang akan
diberikan nomor. Pasien yang mendapatkan nomor ganjil akan dilakukan
pemasangan selang dada menggunakan pigtail kateter sedangkan pasien
65
Universitas Sumatera Utara
yang
mendapatkan
nomor
genap
akan
dilakukan
selang
dada
menggunakan lare bore kateter.
6. Follow up
Follow up harian pasien akan dilakukan oleh peneliti sendiri dimulai sejak
pasien dilakukan pemasangan selang dada sampai selang dada dicabut.
3.6. Kerangka operasional
Meminta persetujuan Komite Etik Penelitian (Ethical Clearance)
Memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
Pemasangan selang dada (small bore kateter atau large bore kateter)
Follow-up
Dinilai :
1. Re-expansion pulmonary edema
2. Rasa nyeri pada tempat pemasangan
3. Infeksi pada tempat pemasangan
4. Perdarahan
5. Kingking
6. Blockage
7. Pneumotoraks
8. Cedera organ
9. Tercabutnya selang dada
Data
Analisis data
Gambar 3.1 Kerangka operasional
66
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi variabel
Variabel bebas :
1. Small bore kateter
2. Large bore kateter
Variabel terikat :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Etiologi
4. Re-expansion pulmonary edema
5. Rasa nyeri pada tempat pemasangan
6. Infeksi pada tempat pemasangan
7. Perdarahan
8. Kingking
9. Blockage
10. Pneumotoraks
11. Cedera organ
12. Tercabutnya selang dada
3.7. Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
No
Variabel
1.
Efektivitas
2.
Usia
Definisi
Cara dan Kategori
alat ukur
Keberhasilan
Follow up 1. efektif
mendrainase
setelah
2.tidak efektif
cairan pleura tanpa selang
diperlukan
dada
intervensi ulang 72 dilepas
jam setelah
pencabutan dan
minim komplikasi
Satuan waktu yang wawancara
mengukur lama
hidup seseorang
Skala
ukur
Nominal
Nominal
67
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Tabel 3.1
No
Variabel
Definisi
3.
Jenis kelamin
4.
Etiologi
Laki-laki atau
perempuan
Penyebab penyakit
5.
Re-expansion
pulmonary
edema
6.
7.
Edema paru yang
terjadi akibat paru
kembang tiba-tiba
akibat evakuasi
cairan nominal
maupun udara
yang terlalu cepat
mengembang
ditandai dengan
adanya iritasi
tenggorokan yang
hebat, sputum
berwarna merah
terang, takipnu,
dan takikardi. Pada
foto toraks akan
tampak gambaran
edema paru
unilateral yang
terjadi kurang dari
24 jam setelah
paru kembang
Nyeri pada
Rasa nyeri yang
tempat
timbul pada tempat
pemasangan
pemasangan
selama tiga hari
setelah
pemasangan
selang dada
Infeksi pada Infeksi yang
tempat
terjadi pada tempat
pemasangan
pemasangan
selang dada
Cara dan Kategori
alat ukur
wawancara 1.laki-laki
2.perempuan
Pemeriksaa 1.tumor paru
n
2.tuberkulosis
penunjang 3.pneumonia
4.lain-lain
Gejala
1.terjadi RPE
klinis dan 2.tidak terjadi
foto toraks RPE
Skala
ukur
nominal
VAS
1.VAS 0-2
2.VAS 3-4
3.VAS 5-6
4.VAS 7-8
5.VAS 9-10
ordinal
Adanya
pernanahan tempat
1.terjadi
Nominal
infeksi
2.tidak terjadi
infeksi
pemasangan
nominal
nominal
68
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Tabel 3.1
No
Variabel
Definisi
8.
Perdarahan
9.
Kinking
Mengalirnya darah
dari luka tempat
pemasangan
selang dada
Tertekuknya
selang dada
10
Blockage
Sumbatan yang
terjadi pada selang
dada
11.
Pneumotoraks
Adanya udara di
dalam rongga
pleura
12.
Cedera organ
Terjadinya cedera
organ yang
disebabkan oleh
pemasangan
selang dada
Cara dan
alat ukur
Melalui
pengamata
n
Kategori
Skala
ukur
Ordinal
1.perdarahan
mayor
2.perdarahan
minor
Foto toraks 1.terjadi
nominal
kingking
2.tidak terjadi
kingking
Mengamati 1.terjadi
nominal
apakah
blockage
terjadi
2.tidak terjadi
sumbatan
blockage
pada
selang
dada yang
menyebabk
an cairan
tidak dapat
mengalir
bebas
dengan
melihat
adanya
undulasi
atau
tidak pada
selang
dada
Foto toraks 1.terjadi
nominal
dan buble pneumotoraks
pada
2.tidak terjadi
sistem
pneumotoraks
drainase
Mengamati 1.terjadi
nominal
gejala
cedera organ
klinis, foto 2.tidak terjadi
toraks, dan cedera organ
pemeriksaa
n lainnya
69
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Tabel 3.1
No
Variabel
13.
Tercabutnya
selang dada
3.8.
Definisi
Cara dan Kategori
Skala
alat ukur
ukur
Selang
dada Pengamata Tercabut
nominal
tercabut dari tubuh n dengan Tidak tercabut
pasien
tanpa meli
hat
disengaja
selang
dada
tercabut
dari tubuh
pasien
tanpa
disengaja
Analisa Data
Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi
variable berdasarkan jenis tindakan. Data akan ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi untuk melihat perbedaan proporsi variable pada kedua jenis
intervensi.
3.9.
Etika Penelitian
Sebelum dilakukan pengumpulan data terhadap subyek penelitian, peneliti
mengajukan ethical clearance terlebih dahulu kepa Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
3.10. Jadwal penelitian
Tabel 3.2 Jadwal penelitian
No
KEGIATAN
I
1
Persiapan
√
2
Pengumpulan Data
3
Pengolahan Data
4
Penyusunan Laporan
5
Seminar Hasil
II-III
IV-V
VI
√
√
√
VII
VIII
70
Universitas Sumatera Utara
3.11. Perkiraan Biaya Penelitian
a. Pengumpulan kepustakaan
Rp.
500.000,-
b. Pembuatan proposal
Rp.
500.000,-
c. Seminar proposal
Rp.
2.000.000,-
d. Pelaksanaan
Rp. 10.400.000,-
e. Pembuatan dan penggandaan laporan
Rp.
f. Seminar hasil penelitian
Rp. 2.000.000,-
g. Tim Pendukung Penelitian
Rp. 1.750.000,Jumlah
500.000,-
Rp. 17.650.000,-
71
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan (Februari – Juli 2016), melibatkan
32 sampel yang diambil secara consecutive. Karakteristik penelitian ini meliputi
distribusi frekuensi seperti usia, jenis kelamin, dan etiologi dari efusi pleura. Dari
tabel 4.1 berikut ini dapat dilihat bahwa rata-rata umur subjek pada penelitian ini
adalah 60.43 tahun, dengan jumlah laki-laki 15 orang (46.8%) dan perempuan 17
orang (53.1%). Kelompok usia terbanyak adalah 51-60 tahun sebanyak 53.1%.
Etiologi terbanyak dari kasus efusi pleura pada penelitian ini adalah kanker paru
sebanyak 16 orang (50%) diikuti dengan TB paru 8 orang (25%), Keganasan
selain kanker paru 6 orang (18.7%), pneumonia dan CHF masing-masing 1 orang
(3.1%).
Tabel 4.1 karakteristik demografis pasien
Karakteristik
Total
Usia (tahun)
Rata-rata
10-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
Min
Maks
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Total
32
Pigtail
16 (50%)
Large bore
16 (50%)
54.25
1 (3.1)
2 (6.2)
2 (6.2)
2 (6.2)
17 (53.1)
2 (6.2)
6 (18.7)
16
79
48.06
1 (3.1)
2 (6.2)
1 (3.1)
1 (3.1)
10 (31.2)
0
1 (3.1)
16
77
60.43
1 (3.1)
1 (3.1)
7 (21.8)
2 (6.2)
5 (15.6)
31
79
15 (46.8)
17 (53.1)
32
7 (21.8)
9 (28.1)
16 (50)
8 (25)
8 (25)
16 (50)
72
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik
Etiologi
Kanker paru
TB paru
Keganasan selain kanker paru
Pneumonia
CHF
Total
Total
16 (50)
8 (25)
6 (18.7)
1 (3.1)
1 (3.1)
32
Sambungan Tabel 4.1
Pigtail
Large bore
9 (28.1)
1 (3.1)
5 (15.6)
1 (3.1)
0
16 (50)
7 (21.8)
7 (21.8)
1 (3.1)
0
1 (3.1)
16 (50)
Terdapat beberapa komplikasi yang tercatat pada penelitian ini baik pada
grup pigtail kateter maupun large-bore kateter. Dari tabel 4.2 dapat dilihat
komplikasi paling banyak terjadi pada grup large-bore kateter sebanyak 8 kasus
(72.7%) meliputi pneumotoraks 4 orang (36.3%), infeksi pada tempat pemasangan
2 kasus (18.1%), kingking dan blockage masing-masing 1 kasus (9%), sedangkan
pada grup pigtail kateter hanya terjadi satu macam komplikasi yaitu tercabutnya
selang dada sebanyak 3 kasus (27.2%).
Tabel 4.2 Komplikasi pada pemasangan selang dada
Komplikasi
Total
Reexpansion Pulmonary Edema
Infeksi pada tempat
pemasangan
Perdarahan
Kingking
Blockage
Pneumotoraks
Cedera organ
Tercabutnya selang dada
Total
11
0
2 (18.1)
Pigtail
3 (27.2)
-
Large Bore
8 (72.7)
2 (18.1)
0
1 (9)
1 (9)
4 (36.3)
0
3 (27.2)
3 (27.2)
1 (9)
1 (9)
4 (36.3)
-
Penilaian intensitas nyeri pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan
Visual Analog Scale (VAS) mulai dari VAS 1 sampai dengan VAS 10. Rata-rata
VAS pada grup pigtail kateter adalah 2.25 sedangkan pada large-bore kateter
adalah VAS 5. VAS terendah pada grup pigtail kateter adalah VAS 2 dengan VAS
tertinggi adalah VAS 4, sedangkan pada grup large-bore kateter VAS terendah
73
Universitas Sumatera Utara
adalah VAS 4 dengan VAS tertinggi adalah VAS 6 . selain itu, tampak pada grup
large-bore kateter nilai rata-rata VAS lebih tinggi yaitu VAS 5 dibandingkan
dengan grup pigtail kateter yaitu VAS 2.25 seperti pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Intensitas nyeri pada pemasangan selang dada
Nyeri
VAS 1- 2
VAS 3-4
VAS 5-6
VAS 7-8
VAS 9-10
Total
Min
Maks
Mean
Pigtail
14
2
16
VAS 2
VAS 4
VAS 2.25
Large Bore
8
8
16
VAS 4
VAS 6
VAS 5
Total
14
10
8
0
0
32
4.2.Pembahasan
Hingga saat ini belum banyak dilakukan penelitian sejenis yang
membandingkan langsung antara small-bore (pigtail) kateter dengan large-bore
kateter untuk drainase efusi pleura. Sejauh ini, terdapat satu penelitian yang
hampir mirip dengan penelitian ini yaitu penelitian Parulekar dkk (2001). 38
Sedikit berbeda dengan penelitian ini, penelitian Parulekar dkk hanya
membandingkan small-bore kateter dengan large-bore kateter pada satu jenis
etiologi yaitu keganasan (efusi pleura ganas), di mana pada penelitian ini etiologi
dari kasus efusi pleura bervariasi mulai dari kanker paru, TB paru, Keganasan
selain kanker paru, pneumonia dan CHF.
Penelitian ini melibatkan 32 sampel penelitian. Semua sampel penelitian
terlebih dahulu menandatangani informed consent yang diberikan. Sampel terdiri
dari 17 (53.1%) orang perempuan dan 15 orang laki-laki (46.8%). Berbeda dengan
penelitian sebelumnya, penelitian Parulekar dkk mengikutsertakan 102 pasien
dengan mayoritas perempuan sebanyak 79 orang (77%) dan laki-laki 23 orang
(23%). Rata-rata umur subjek pada penelitian ini adalah 60.43 tahun, tidak jauh
74
Universitas Sumatera Utara
berbeda dengan penelitian Parulekar dkk yang rata-rata umur subjek penelitian
adalah 65 tahun. (Parulekar W et al, 2001)
Terdapat beberapa komplikasi yang tercatat dalam penelitian ini di mana
komplikasi terbanyak terdapat pada grup large-bore kateter sebanyak 8 kasus
(72.7%) meliputi pneumotoraks 4 kasus (36.3%), infeksi pada tempat pemasangan
2 kasus (18.1%), blockage 1 kasus (9%) dan kingking 1 kasus (9%). Sebaliknya,
pada grup pigtail kateter hanya terdapat 3 kasus (27.2%) komplikasi yaitu
tercabutnya selang dada. Berbeda dari penelitian ini, penelitian Parulekar dkk,
hanya terdapat tiga komplikasi yang diteliti yaitu infeksi, pneumotoraks dan
kematian di mana kejadian infeksi pada grup small-bore 5 kasus (9%) dan pada
grup large-bore 6 kasus (14%). Angka kejadian pneumotoraks pada grup smallbore 12 kasus (21%) dan pada grup large-bore 16 kasus (26%). Selain itu, tercatat
4 kasus kematian pada grup small-bore dan 3 kasus pada grup large-bore.
(Parulekar W et al, 2001)
Pada kedua penelitian ini tampak bahwa angka kejadian pneumotoraks
sama-sama tinggi pada grup large bore kateter. Berbeda pada grup small-bore
kateter, pada penelitian Parulekar dkk angka kejadian pneumotoraks adalah 12
kasus (21%) sedangkan pada penelitian ini tidak terjadi komplikasi pneumotoraks.
(Parulekar W et al, 2001) Pada tabel 4.5 berikut dapat dilihat beberapa perbedaan
antara penelitian ini dengan penelitian Parulekar dkk.
Tabel 4.4 Perbandingan dengan penelitian sebelumnya
Variabel yang diteliti
Etiologi
Komplikasi
Parulekar dkk
Keganasan
Infeksi
Pneumotoraks
Kematian
Penelitian ini
Kanker paru
TB paru
Keganasan selain
kanker paru
Pneumonia
CHF
Reexpansion
pulmonary edema
Nyeri pada tempat
pemasangan
75
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Tabel 4.4
Variabel yang diteliti
Parulekar dkk
Penelitian ini
Infeksi pada tempat
pemasangan
Perdarahan
Kingking
Blockage
Pneumotoraks
Cedera organ
Tercabutnya selang
dada
Intensitas nyeri pada penelitian in dinilai menggunakan VAS. Nilai ratarata intersitas nyeri pada grup pigtail kateter adalah VAS 2.25 sedangkan pada
grup large-bore nilai rata-rata intensitas nyerinya adalah VAS %. Dapat penulis
simpulkan bahwa pemasangan selang dada jenis large-bore caterer menimbulkan
nyeri lebih dua kali lipat daripada jenis pigtail kateter. Hal ini dapat terjadi akibat
tertekannya persarafan yang terletak pada bagian atas dari ruang interkosta oleh
large-bore kateter yang mempunyai diameter yang besar. (Parulekar W et al,
2001)
Pada penelitian ini terdapat dua kasus empiema pada masing-masing grup.
Namun, kejadian blockage hanya terjadi pada satu sampel yang pada grup large
bore. Sedangkan pada grup pigtail kateter tidak terjadi blockage. Hal ini berbeda
dengan teori yang menyebutkan bahwa drainase cairan pleura mungkin akan
terhambat atau bahkan gagal karena cairan yang kental alirannya yang lambat dan
dapat membuat selang tersumbat. (Light RW, 2008)
Kelemahan dari penelitian ini adalah kecilnya jumlah sampel dan juga
penelitian ini adalah penelitian deskiptif sehingga tidak dapat dilakukan analisis
lebih mendalam untuk memberikan informasi tentang pengaruh variabel-variabel
yang diteliti.
76
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah subjek laki-laki dan perempuan pada penelitian ini hampir
sebanding.
2. Rata-rata usia subjek penelitian ini adalah 54.25 tahun.
3. Etiologi terbanyak kasus efusi pleura pada penelitian ini adalah kanker
paru.
4. Kejadian komplikas pada grup large-bore kateter lebih besar (73.63%)
dibandingkan pada grup pigtail kateter (27.27%).
5. Komplikasi yang terjadi pada grup large-bore kateter meliputi
pneumotoraks, infeksi pada tempat pemasangan, kingking dan
blockage.
6. Komplikasi yang terjadi pada grup pigtail kateter hanya satu jenis
yaitu tercabutnya selang dada.
7. Intensitas nyeri pada grup large-bore kateter dua kali lipat
dibandingkan dengan grup pigtail kateter.
8. Dapat disimpulkan bahwa small bore (pigtail) kateter lebih efektif
dibandingkan large bore-bore kateter dalam hal lebih sedikit nyeri
yang dirasakan dan lebih sedikit komplikasi yang ditimbulkan.
5.2 . Saran
1. Penelitian lebih lanjut berupa randomized prospective trial dapat
dilakukan untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat untuk
membandingkan secara langsung pigtail dan large-bore kateter.
2. Fiksasi tambahan pada pemasangan pigtail kateter mungkin diperlukan
untuk mengurangi risiko tercabutnya selang dada.
77
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang membandingkan
komplikasi yang terjadi antara pasien efusi pleura yang menggunakan small bore
(pigtail) kateter dengan yang menggunakan large-bore kateter.
3.2. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap RSUP. H. Adam Malik
Medan. Rencana penelitian ini akan dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan
mulai bulan Februari s/d Juli 2016
3.3. Populasi dan subjek penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua penderita efusi pleura yang dirawat
inap di RSUP HAM Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut
Kriteria inklusi
1. Penderita efusi pleura dengan derajat moderat sampai masif berdasarkan Foto
Toraks
2. Bersedia menandatangani formulir persetujuan setelah diberikan penjelasan
tentang prosedur yang akan dilaksanakan atau informed consent yang ada.
Kriteria Eksklusi
1. Hemotoraks
2. Pneumotoraks
3. Efusi pleura terlokalisir
64
Universitas Sumatera Utara
3.3.3. Besar sampel
Jumlah sampel adalah total populasi dalam interval waktu selama 6 bulan.
Dengan estimasi sampel sebesar 30 - 40 orang.
3.4. Metode pengambilan sampel
Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara non probability
sampling uji consecutive sampling di mana sampel yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi dipilih secara berurutan.
3.5. Cara kerja penelitian
Penderita efusi pleura yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan
1. Anamnesis tentang lama penyakit, kapan pertama kali merasakan gejala
2. Pemeriksaan fisis dan tanda vital
3. Pemeriksaan foto toraks
4. Proef punctie untuk identifikasi
5. Pemasangan selang dada
Pemasangan selang dada akan dilakukan dengan menggunakan large bore
kateter pada satu kelompok dan menggunakan pigtail kateter pada
kelompok lainnya. Pemasangan kedua jenis selang dada tersebut akan
dilakukan dengan teknik trokar. Operator pemasangan selang dada adalah
dokter spesialis paru dan dokter PPDS paru dimulai dari yang sedang
menjalani stase pleura bulan kedua. Anastesi yang dipakai adalah anestesi
lokal menggunakan lidokain dengan dosis 3-4 mg/kgBB diberikan secara
infiltrasi mulali dari kutis, subkutis, sampai pleura parietal. Fiksasi selang
dada pada large bore kateter akan dilakukan menggunakan jahitan matras,
sedangkan pada pigtail kateter fiksasi akan dilakukan dengan alat fiksasi
yang tersedia dalam set pigtail kateter tersebut. Selang dada akan
disambungkan ke sebuah urin bag steril sebagai tempat penampung cairan.
Sampel akan dipilih secara konsekutif setiap pasien yang datang akan
diberikan nomor. Pasien yang mendapatkan nomor ganjil akan dilakukan
pemasangan selang dada menggunakan pigtail kateter sedangkan pasien
65
Universitas Sumatera Utara
yang
mendapatkan
nomor
genap
akan
dilakukan
selang
dada
menggunakan lare bore kateter.
6. Follow up
Follow up harian pasien akan dilakukan oleh peneliti sendiri dimulai sejak
pasien dilakukan pemasangan selang dada sampai selang dada dicabut.
3.6. Kerangka operasional
Meminta persetujuan Komite Etik Penelitian (Ethical Clearance)
Memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
Pemasangan selang dada (small bore kateter atau large bore kateter)
Follow-up
Dinilai :
1. Re-expansion pulmonary edema
2. Rasa nyeri pada tempat pemasangan
3. Infeksi pada tempat pemasangan
4. Perdarahan
5. Kingking
6. Blockage
7. Pneumotoraks
8. Cedera organ
9. Tercabutnya selang dada
Data
Analisis data
Gambar 3.1 Kerangka operasional
66
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi variabel
Variabel bebas :
1. Small bore kateter
2. Large bore kateter
Variabel terikat :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Etiologi
4. Re-expansion pulmonary edema
5. Rasa nyeri pada tempat pemasangan
6. Infeksi pada tempat pemasangan
7. Perdarahan
8. Kingking
9. Blockage
10. Pneumotoraks
11. Cedera organ
12. Tercabutnya selang dada
3.7. Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
No
Variabel
1.
Efektivitas
2.
Usia
Definisi
Cara dan Kategori
alat ukur
Keberhasilan
Follow up 1. efektif
mendrainase
setelah
2.tidak efektif
cairan pleura tanpa selang
diperlukan
dada
intervensi ulang 72 dilepas
jam setelah
pencabutan dan
minim komplikasi
Satuan waktu yang wawancara
mengukur lama
hidup seseorang
Skala
ukur
Nominal
Nominal
67
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Tabel 3.1
No
Variabel
Definisi
3.
Jenis kelamin
4.
Etiologi
Laki-laki atau
perempuan
Penyebab penyakit
5.
Re-expansion
pulmonary
edema
6.
7.
Edema paru yang
terjadi akibat paru
kembang tiba-tiba
akibat evakuasi
cairan nominal
maupun udara
yang terlalu cepat
mengembang
ditandai dengan
adanya iritasi
tenggorokan yang
hebat, sputum
berwarna merah
terang, takipnu,
dan takikardi. Pada
foto toraks akan
tampak gambaran
edema paru
unilateral yang
terjadi kurang dari
24 jam setelah
paru kembang
Nyeri pada
Rasa nyeri yang
tempat
timbul pada tempat
pemasangan
pemasangan
selama tiga hari
setelah
pemasangan
selang dada
Infeksi pada Infeksi yang
tempat
terjadi pada tempat
pemasangan
pemasangan
selang dada
Cara dan Kategori
alat ukur
wawancara 1.laki-laki
2.perempuan
Pemeriksaa 1.tumor paru
n
2.tuberkulosis
penunjang 3.pneumonia
4.lain-lain
Gejala
1.terjadi RPE
klinis dan 2.tidak terjadi
foto toraks RPE
Skala
ukur
nominal
VAS
1.VAS 0-2
2.VAS 3-4
3.VAS 5-6
4.VAS 7-8
5.VAS 9-10
ordinal
Adanya
pernanahan tempat
1.terjadi
Nominal
infeksi
2.tidak terjadi
infeksi
pemasangan
nominal
nominal
68
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Tabel 3.1
No
Variabel
Definisi
8.
Perdarahan
9.
Kinking
Mengalirnya darah
dari luka tempat
pemasangan
selang dada
Tertekuknya
selang dada
10
Blockage
Sumbatan yang
terjadi pada selang
dada
11.
Pneumotoraks
Adanya udara di
dalam rongga
pleura
12.
Cedera organ
Terjadinya cedera
organ yang
disebabkan oleh
pemasangan
selang dada
Cara dan
alat ukur
Melalui
pengamata
n
Kategori
Skala
ukur
Ordinal
1.perdarahan
mayor
2.perdarahan
minor
Foto toraks 1.terjadi
nominal
kingking
2.tidak terjadi
kingking
Mengamati 1.terjadi
nominal
apakah
blockage
terjadi
2.tidak terjadi
sumbatan
blockage
pada
selang
dada yang
menyebabk
an cairan
tidak dapat
mengalir
bebas
dengan
melihat
adanya
undulasi
atau
tidak pada
selang
dada
Foto toraks 1.terjadi
nominal
dan buble pneumotoraks
pada
2.tidak terjadi
sistem
pneumotoraks
drainase
Mengamati 1.terjadi
nominal
gejala
cedera organ
klinis, foto 2.tidak terjadi
toraks, dan cedera organ
pemeriksaa
n lainnya
69
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Tabel 3.1
No
Variabel
13.
Tercabutnya
selang dada
3.8.
Definisi
Cara dan Kategori
Skala
alat ukur
ukur
Selang
dada Pengamata Tercabut
nominal
tercabut dari tubuh n dengan Tidak tercabut
pasien
tanpa meli
hat
disengaja
selang
dada
tercabut
dari tubuh
pasien
tanpa
disengaja
Analisa Data
Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi
variable berdasarkan jenis tindakan. Data akan ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi untuk melihat perbedaan proporsi variable pada kedua jenis
intervensi.
3.9.
Etika Penelitian
Sebelum dilakukan pengumpulan data terhadap subyek penelitian, peneliti
mengajukan ethical clearance terlebih dahulu kepa Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
3.10. Jadwal penelitian
Tabel 3.2 Jadwal penelitian
No
KEGIATAN
I
1
Persiapan
√
2
Pengumpulan Data
3
Pengolahan Data
4
Penyusunan Laporan
5
Seminar Hasil
II-III
IV-V
VI
√
√
√
VII
VIII
70
Universitas Sumatera Utara
3.11. Perkiraan Biaya Penelitian
a. Pengumpulan kepustakaan
Rp.
500.000,-
b. Pembuatan proposal
Rp.
500.000,-
c. Seminar proposal
Rp.
2.000.000,-
d. Pelaksanaan
Rp. 10.400.000,-
e. Pembuatan dan penggandaan laporan
Rp.
f. Seminar hasil penelitian
Rp. 2.000.000,-
g. Tim Pendukung Penelitian
Rp. 1.750.000,Jumlah
500.000,-
Rp. 17.650.000,-
71
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan (Februari – Juli 2016), melibatkan
32 sampel yang diambil secara consecutive. Karakteristik penelitian ini meliputi
distribusi frekuensi seperti usia, jenis kelamin, dan etiologi dari efusi pleura. Dari
tabel 4.1 berikut ini dapat dilihat bahwa rata-rata umur subjek pada penelitian ini
adalah 60.43 tahun, dengan jumlah laki-laki 15 orang (46.8%) dan perempuan 17
orang (53.1%). Kelompok usia terbanyak adalah 51-60 tahun sebanyak 53.1%.
Etiologi terbanyak dari kasus efusi pleura pada penelitian ini adalah kanker paru
sebanyak 16 orang (50%) diikuti dengan TB paru 8 orang (25%), Keganasan
selain kanker paru 6 orang (18.7%), pneumonia dan CHF masing-masing 1 orang
(3.1%).
Tabel 4.1 karakteristik demografis pasien
Karakteristik
Total
Usia (tahun)
Rata-rata
10-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
Min
Maks
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Total
32
Pigtail
16 (50%)
Large bore
16 (50%)
54.25
1 (3.1)
2 (6.2)
2 (6.2)
2 (6.2)
17 (53.1)
2 (6.2)
6 (18.7)
16
79
48.06
1 (3.1)
2 (6.2)
1 (3.1)
1 (3.1)
10 (31.2)
0
1 (3.1)
16
77
60.43
1 (3.1)
1 (3.1)
7 (21.8)
2 (6.2)
5 (15.6)
31
79
15 (46.8)
17 (53.1)
32
7 (21.8)
9 (28.1)
16 (50)
8 (25)
8 (25)
16 (50)
72
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik
Etiologi
Kanker paru
TB paru
Keganasan selain kanker paru
Pneumonia
CHF
Total
Total
16 (50)
8 (25)
6 (18.7)
1 (3.1)
1 (3.1)
32
Sambungan Tabel 4.1
Pigtail
Large bore
9 (28.1)
1 (3.1)
5 (15.6)
1 (3.1)
0
16 (50)
7 (21.8)
7 (21.8)
1 (3.1)
0
1 (3.1)
16 (50)
Terdapat beberapa komplikasi yang tercatat pada penelitian ini baik pada
grup pigtail kateter maupun large-bore kateter. Dari tabel 4.2 dapat dilihat
komplikasi paling banyak terjadi pada grup large-bore kateter sebanyak 8 kasus
(72.7%) meliputi pneumotoraks 4 orang (36.3%), infeksi pada tempat pemasangan
2 kasus (18.1%), kingking dan blockage masing-masing 1 kasus (9%), sedangkan
pada grup pigtail kateter hanya terjadi satu macam komplikasi yaitu tercabutnya
selang dada sebanyak 3 kasus (27.2%).
Tabel 4.2 Komplikasi pada pemasangan selang dada
Komplikasi
Total
Reexpansion Pulmonary Edema
Infeksi pada tempat
pemasangan
Perdarahan
Kingking
Blockage
Pneumotoraks
Cedera organ
Tercabutnya selang dada
Total
11
0
2 (18.1)
Pigtail
3 (27.2)
-
Large Bore
8 (72.7)
2 (18.1)
0
1 (9)
1 (9)
4 (36.3)
0
3 (27.2)
3 (27.2)
1 (9)
1 (9)
4 (36.3)
-
Penilaian intensitas nyeri pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan
Visual Analog Scale (VAS) mulai dari VAS 1 sampai dengan VAS 10. Rata-rata
VAS pada grup pigtail kateter adalah 2.25 sedangkan pada large-bore kateter
adalah VAS 5. VAS terendah pada grup pigtail kateter adalah VAS 2 dengan VAS
tertinggi adalah VAS 4, sedangkan pada grup large-bore kateter VAS terendah
73
Universitas Sumatera Utara
adalah VAS 4 dengan VAS tertinggi adalah VAS 6 . selain itu, tampak pada grup
large-bore kateter nilai rata-rata VAS lebih tinggi yaitu VAS 5 dibandingkan
dengan grup pigtail kateter yaitu VAS 2.25 seperti pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Intensitas nyeri pada pemasangan selang dada
Nyeri
VAS 1- 2
VAS 3-4
VAS 5-6
VAS 7-8
VAS 9-10
Total
Min
Maks
Mean
Pigtail
14
2
16
VAS 2
VAS 4
VAS 2.25
Large Bore
8
8
16
VAS 4
VAS 6
VAS 5
Total
14
10
8
0
0
32
4.2.Pembahasan
Hingga saat ini belum banyak dilakukan penelitian sejenis yang
membandingkan langsung antara small-bore (pigtail) kateter dengan large-bore
kateter untuk drainase efusi pleura. Sejauh ini, terdapat satu penelitian yang
hampir mirip dengan penelitian ini yaitu penelitian Parulekar dkk (2001). 38
Sedikit berbeda dengan penelitian ini, penelitian Parulekar dkk hanya
membandingkan small-bore kateter dengan large-bore kateter pada satu jenis
etiologi yaitu keganasan (efusi pleura ganas), di mana pada penelitian ini etiologi
dari kasus efusi pleura bervariasi mulai dari kanker paru, TB paru, Keganasan
selain kanker paru, pneumonia dan CHF.
Penelitian ini melibatkan 32 sampel penelitian. Semua sampel penelitian
terlebih dahulu menandatangani informed consent yang diberikan. Sampel terdiri
dari 17 (53.1%) orang perempuan dan 15 orang laki-laki (46.8%). Berbeda dengan
penelitian sebelumnya, penelitian Parulekar dkk mengikutsertakan 102 pasien
dengan mayoritas perempuan sebanyak 79 orang (77%) dan laki-laki 23 orang
(23%). Rata-rata umur subjek pada penelitian ini adalah 60.43 tahun, tidak jauh
74
Universitas Sumatera Utara
berbeda dengan penelitian Parulekar dkk yang rata-rata umur subjek penelitian
adalah 65 tahun. (Parulekar W et al, 2001)
Terdapat beberapa komplikasi yang tercatat dalam penelitian ini di mana
komplikasi terbanyak terdapat pada grup large-bore kateter sebanyak 8 kasus
(72.7%) meliputi pneumotoraks 4 kasus (36.3%), infeksi pada tempat pemasangan
2 kasus (18.1%), blockage 1 kasus (9%) dan kingking 1 kasus (9%). Sebaliknya,
pada grup pigtail kateter hanya terdapat 3 kasus (27.2%) komplikasi yaitu
tercabutnya selang dada. Berbeda dari penelitian ini, penelitian Parulekar dkk,
hanya terdapat tiga komplikasi yang diteliti yaitu infeksi, pneumotoraks dan
kematian di mana kejadian infeksi pada grup small-bore 5 kasus (9%) dan pada
grup large-bore 6 kasus (14%). Angka kejadian pneumotoraks pada grup smallbore 12 kasus (21%) dan pada grup large-bore 16 kasus (26%). Selain itu, tercatat
4 kasus kematian pada grup small-bore dan 3 kasus pada grup large-bore.
(Parulekar W et al, 2001)
Pada kedua penelitian ini tampak bahwa angka kejadian pneumotoraks
sama-sama tinggi pada grup large bore kateter. Berbeda pada grup small-bore
kateter, pada penelitian Parulekar dkk angka kejadian pneumotoraks adalah 12
kasus (21%) sedangkan pada penelitian ini tidak terjadi komplikasi pneumotoraks.
(Parulekar W et al, 2001) Pada tabel 4.5 berikut dapat dilihat beberapa perbedaan
antara penelitian ini dengan penelitian Parulekar dkk.
Tabel 4.4 Perbandingan dengan penelitian sebelumnya
Variabel yang diteliti
Etiologi
Komplikasi
Parulekar dkk
Keganasan
Infeksi
Pneumotoraks
Kematian
Penelitian ini
Kanker paru
TB paru
Keganasan selain
kanker paru
Pneumonia
CHF
Reexpansion
pulmonary edema
Nyeri pada tempat
pemasangan
75
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Tabel 4.4
Variabel yang diteliti
Parulekar dkk
Penelitian ini
Infeksi pada tempat
pemasangan
Perdarahan
Kingking
Blockage
Pneumotoraks
Cedera organ
Tercabutnya selang
dada
Intensitas nyeri pada penelitian in dinilai menggunakan VAS. Nilai ratarata intersitas nyeri pada grup pigtail kateter adalah VAS 2.25 sedangkan pada
grup large-bore nilai rata-rata intensitas nyerinya adalah VAS %. Dapat penulis
simpulkan bahwa pemasangan selang dada jenis large-bore caterer menimbulkan
nyeri lebih dua kali lipat daripada jenis pigtail kateter. Hal ini dapat terjadi akibat
tertekannya persarafan yang terletak pada bagian atas dari ruang interkosta oleh
large-bore kateter yang mempunyai diameter yang besar. (Parulekar W et al,
2001)
Pada penelitian ini terdapat dua kasus empiema pada masing-masing grup.
Namun, kejadian blockage hanya terjadi pada satu sampel yang pada grup large
bore. Sedangkan pada grup pigtail kateter tidak terjadi blockage. Hal ini berbeda
dengan teori yang menyebutkan bahwa drainase cairan pleura mungkin akan
terhambat atau bahkan gagal karena cairan yang kental alirannya yang lambat dan
dapat membuat selang tersumbat. (Light RW, 2008)
Kelemahan dari penelitian ini adalah kecilnya jumlah sampel dan juga
penelitian ini adalah penelitian deskiptif sehingga tidak dapat dilakukan analisis
lebih mendalam untuk memberikan informasi tentang pengaruh variabel-variabel
yang diteliti.
76
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah subjek laki-laki dan perempuan pada penelitian ini hampir
sebanding.
2. Rata-rata usia subjek penelitian ini adalah 54.25 tahun.
3. Etiologi terbanyak kasus efusi pleura pada penelitian ini adalah kanker
paru.
4. Kejadian komplikas pada grup large-bore kateter lebih besar (73.63%)
dibandingkan pada grup pigtail kateter (27.27%).
5. Komplikasi yang terjadi pada grup large-bore kateter meliputi
pneumotoraks, infeksi pada tempat pemasangan, kingking dan
blockage.
6. Komplikasi yang terjadi pada grup pigtail kateter hanya satu jenis
yaitu tercabutnya selang dada.
7. Intensitas nyeri pada grup large-bore kateter dua kali lipat
dibandingkan dengan grup pigtail kateter.
8. Dapat disimpulkan bahwa small bore (pigtail) kateter lebih efektif
dibandingkan large bore-bore kateter dalam hal lebih sedikit nyeri
yang dirasakan dan lebih sedikit komplikasi yang ditimbulkan.
5.2 . Saran
1. Penelitian lebih lanjut berupa randomized prospective trial dapat
dilakukan untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat untuk
membandingkan secara langsung pigtail dan large-bore kateter.
2. Fiksasi tambahan pada pemasangan pigtail kateter mungkin diperlukan
untuk mengurangi risiko tercabutnya selang dada.
77
Universitas Sumatera Utara