Pengaruh Entrepreneurial Intellectual Capital Terhadap Kinerja UMKM Kuliner Asia Mega Mas Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Kewirausahaan
Wirausaha atau wiraswasta menurut Priyono dan Soerata (2005) berasal
dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani atau pejuang; “swa”
berarti sendiri; dan kata ”sta” berarti berdiri. Dari asal katanya “swasta” berarti
berdiri di atas kaki sendiri atau berdiri di atas kemampuan sendiri. Kemudian
mereka menyimpulkan bahwa wirausahawan atau wiraswastawan berarti orang
yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas diteladani dalam
bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang
mempunyai sifat-sifat kewirausahaan atau kewiraswastaan seperti: keberanian
mengambil resiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan
berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri.
Kewirausahaan menurut Soegoto (2009:3) adalah usaha kreatif yang
dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki
nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna
bagi orang lain. Sedangkan wirausaha adalah orang yang berjiwa kreatif dan
inovatif yang mampu mendirikan, membangun, mengembangkan, memajukan dan
menjadikan perusahaannya unggul. Entrepreneurship mengandung makna

wiraswasta atau wirausaha yaitu cabang ilmu ekonomi yang mengajarkan

Universitas Sumatera Utara

bagaimana kita bisa mandiri dalam memulai suatu usaha dalam rangka mencapai
profit serta mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang dimiliki.
Hisrich

dan

Brush

(dalam

Winardi,

2003)

menyatakan


bahwa

kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan
jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan untuk menanggung resiko
finansial, psikologikal serta sosial dan menerima hasil-hasil berupa imbalan
moneter dan kepuasan pribadi sebagai dampak dari kegiatan tersebut.
Bygrave (dalam Ifham, 2002) mengemukakan beberapa ciri-ciri seorang
wirausahawan, yaitu:
a. Mimpi (dreams), yakni memiliki visi masa depan dan kemampuan mencapai
visi tersebut.
b. Ketegasan (decisiveness), yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat
keputusan dengan cepat.
c. Pelaku (doers), yakni melaksanakan secepat mungkin.
d. Ketetapan hati (determination), yakni komitmen total, pantang menyerah.
e. Dedikasi (dedication), yakni berdedikasi total, tidak kenal lelah.
f. Kesetiaan (devotion), yakni mencintai apa yang dikerjakan.
g. Terperinci (details), yakni menguasai rincian yang bersifat kritis.
h. Nasib (destiny), yakni bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak
dicapainya.


Universitas Sumatera Utara

i. Uang (dollars), yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai
ukuran sukses.
j. Distribusi (distribution), yakni mendistribusikan kepemilikan usahanya kepada
karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan usahanya.
Menurut Mc Clelland, karakteristik Wirausahawan adalah sebagai berikut :
1.

Keinginan untuk berprestasi.

Penggerak psikologis utama yang memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan
untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai kebutuhan. Kebutuhan
ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang
memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan
tantangan bagi kompetisi individu.
2.

Keinginan untuk bertanggung jawab.


Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan.
Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri
untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang
dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukannya secara berkelompok sepanjang
mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.

Universitas Sumatera Utara

3.

Preferensi kepada resiko-resiko menengah.

Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan
yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka
percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.
4.

Persepsi pada kemungkinan berhasil.

Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas

kepribadian wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang
dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia,
mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan
tugas-tugas tersebut.
5.

Rangsangan oleh umpan balik.

Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah
umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja
yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
6.

Aktifitas enerjik.

Wirausahawan menunjukan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata
orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai proporsi waktu yang besar
dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan
waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada
kerja yang mereka lakukan.


Universitas Sumatera Utara

7.

Orientasi ke masa depan.

Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka mencari
dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.
8.

Ketrampilan dalam pengorganisasian.

Wirausahawan menunjukkan keterampilan dalam organisasi kerja dan orangorang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif dalam memilih individuindividu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli bukan teman agar
pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9.

Sikap terhadap uang.

Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi

kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret dari
tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari kompetensi mereka.
2.1.2 UMKM
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

Universitas Sumatera Utara

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
4. Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan
pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat
dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan
stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi
nasional yang medapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta
pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada
kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar
dan badan usaha milik pemerintah.
Kriteria usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengahadalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).

Kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
Kriteria usaha menengah menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengahadalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah).

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menurut Tambunan (2002):

1. Daya Tahan
Motivasi

pengusaha

kecil

sangat

kuat

dalam

mempertahankan

kelangsungan usahanya karena usaha tersebut merupakan satu-satunya sumber
penghasilan keluarga.Oleh karena itu pengusaha kecil sangat adaptif dalam
menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usaha.
2. Padat Karya
Pada umumnya UMKM yang ada di Indonesia merupakan usaha yang

bersifat padat karya. Dalam proses produksinya, usaha kecil lebih memanfaatkan
kemampuan tenaga kerja yang dimiliki dari pada penggunaan mesin-mesin
sebagai alat produksi.
3. Keahlian Khusus
UMKM di Indonesia banyak

membuat

produk sederhana yang

membutuhkan keahlian khusus namun tidak terlalu membutuhkan pendidikan
formal. Keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki secara turun-menurun. Selain
itu, produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia mumpanyai kandungan
teknologi yang sederhana dan murah.
4. Jenis Produk
Produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia pada umumnya bernuansa
kultur, yang pada dasarnya merupakan keahlian tersendiri dari masyarakat di

Universitas Sumatera Utara

masing-masing daerah. Contohnya seperti kerajinan tangan dari bambu atau rotan,
dan ukir-ukiran kayu.
5. Keterkaitan Dengan Sektor Pertanian
UMKM di Indonesia pada umumnya masih bersifat agricultural based
karena banyak komoditas pertanian yang dapat diolah dalam skala kecil tanpa
harus mengakibatkan biaya produksi yang tinggi.
6. Permodalan
Pada umumnya, pengusaha kecil menggatungkan diri pada uang
(tabungan) sendiri atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal untuk
kebutuhan modal kerja (Tambunan, 2002:166). Kelemahan-kelemahan UMKM
tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha tersebut. Kendala yang
umumnya dialami oleh UMKM adalah adanya keterbatasan modal, kesulitan
dalam pemasaran dan penyediaan bahan baku, pengetahuan yang minim tentang
dunia bisnis, keterbatasan penguasaan teknologi, kualitas SDM (pendidikan
formal) yang rendah, manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya
pembagian tugas yang jelas serta sering mengandalkan anggota keluarga sebagai
pekerja tidak dibayar (Tambunan,2002:169).
2.1.3. Intellectual Capital (Modal Intelektual)
Modal intelektual (IC) pada umumnya didefinisikan sebagai perbedaan
antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari
financial capitalnya. Modal intelektual (intellectual capital) oleh Nahapiet dan
Ghoshal (1998) mengacu kepada pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

Universitas Sumatera Utara

suatu kolektivitas sosial, seperti sebuah organisasi, komunitas intelektual, atau
praktek profesional. Modal intelektual mewakili sumber daya yang bernilai dan
kemampuan untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan.
Dapat dinyatakan bahwa modal intelektual (IC) merupakan suatu konsep
penting yang dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan dan
mendeskripsikan aset tak berwujud yang jika digunakan secara optimal
memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan
efisien. Dengan demikian modal intelektual merupakan pengetahuan yang
memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya tahan dan memberikan kontribusi pada keunggulan
kompetitif perusahaan.
Beberapa peneliti mengungkapkan definisi intellectual capital sebagai
berikut:
a. Intellectual Capital bersifat elusive, tetapi sekali ditemukan dan
dieksploitas akan memberikan organisasi basis sumber baru untuk berkompetisi
dan menang (Bontis, 2000).
b.

Intellectual

Capital

adalah

istilah

yang

diberikan

untuk

mengkombinasikan intangible asset dari pasar, properti intelektual, infrastruktur
dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi (Brooking,
1996).

Universitas Sumatera Utara

c. Intellectual Capital adalah materi intelektual (pengetahuan, informasi,
properti intelektual, pengalaman) yang dapat digunakan untuk menciptakan
kekayaan. Ini adalah suatu kekuatan akan kolektif atau seperangkat pengetahuan
yang berdaya guna (Stewart, 1997).
d. Intellectual Capital adalah pengerjaan penggunaan efektif dari
pengetahuan (produk jadi) sebagaimana berposisi terhadap informasi (bahan
mentah) (Bontis, 2001).
Entrepreneurial intellectual capital adalah karakteristik dan kebiasaan
yang dimiliki oleh seorang wirausaha. Kebanyakan kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan bertujuan untuk berinovasi, dan menggunakan teknologi sebagai
alat dasar untuk mengembangkan usaha mereka. Karakteristik yang mereka miliki
adalah kegigihan, berani mengambil tantangan baru dengan resiko yang sudah
diperhitungkan, berkomitmen dalam bekerja (Audretsch & Keilbach, 2004). Jadi,
entrepreneurial intellectual capital yang dimiliki oleh sebuah usaha mengacu
pada karyawan yang berinovasi dan berani mengambil resiko untuk berkontribusi
dalam perkembangan usaha mereka.
2.1.4Social Capital (Modal Sosial)
Coleman dalam Fukuyama(2002:12) mendefenisikan social capital yakni
kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama dalam
berbagai kelompok dan organisasi. Teori tentang modal sosial menyatakan bahwa
jaringan hubungan merupakan sebuah sumber daya yang dapat digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Para anggota jaringan “modal”, misalnya dalam

Universitas Sumatera Utara

bentuk istimewa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,akses
informasi, ketersediaan, peluang, dan status sosial.
Burt dalam Suparman (2012) mendefinisikan, modal sosial adalah
kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain
dan selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya bagi
kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial yang lain.
Adapun Putnam (2000) mendefinisikan, modal sosial adalah penampilan
organisasi sosial seperti jaringan-jaringan dan kepercayaan yang memfasilitasi
adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Partha dalam
Suparman (2012) mendefenisikan, modal sosial sebagai hubungan-hubungan yang
tercipta dan normanorma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial
masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue)
yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama.
Modal sosial adalah sumber daya yang berintikan elemen-elemen pokok
yang mencakup:
a. Kepercayaan (trust) adalah kecenderungan untuk menepati yang telah
dikatakan baik secara lisan dikatakan baik secara lisan maupun tulisan. Adanya
sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi seseorang untuk
menyerahkan sesuatu kepada orang lain,dengan keyakinan bahwa yang
bersangkutan akan menepati janji atau memenuhi kewajiban. Hal ini meliputi
adanya kejujuran (honesty), kewajaran (fairness), toleransi (tolerance) dan
kemurahan hati (generosity).

Universitas Sumatera Utara

b.

Jaringan

sosial

(network)

yang

meliputi

adanya

partisipasi

(participations), pertukaran timbal balik (reciprocity),solidaritas yaitu kesediaan
untuk secara ikut menanggung suatu konsekuensi sebagai wujud adanya rasa
kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah,kerjasama (collaboration) dan
keadilan (equity).
c. Etika bisnis, terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok
orang. Norma-norma bersumber dari agama, panduan moral, maupun standarstandar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma dibangun dan tumbuh
berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk
mendukung iklim kerjasama. Norma dapat diartikan pra-kondisi maupun produk
dari kepercayaan sosial.
2.1.5Customer Capital (Modal Pelanggan)
Customer capital merupakan sumber daya yang dikaitkan hubungan
eksternal perusahaan dengan konsumen, supplier atau partner dalam Research
and Depelopment (R&D) (Starovic & Marr, 2004), meliputi brand, konsumen,
loyalitas konsumen nama perusahaan, jaringan distribusi, kolaborasi bisnis,
kesepakatan lisensi dan kontrak-kontrak yang mendukung. Pengelolaan customer
capital yang baikakan menyebabkan kompetensi dalam aktivitas organisasi atau
respon terhadap perubahan pasar dapat dikembangkan. Jika sebuah organisasi
menjadi fokus terhadap konsumen dan menjadi penentu pasar, maka organisasi

Universitas Sumatera Utara

tersebut akan menciptakan rutinitas dan proses organisasi yang efisien serta dapat
melayani konsumen dengan baik.
Customer capital atau modal pelanggan adalah hubungan organisasi
dengan orang-orang yang berbisnis dengan organisasi tersebut. Onge memberi
definisi customer capital sebagai kedalaman (penetrasi), kelebaran (cakupan), dan
keterkaitan (loyalty) dari perusahaan. Edvinsson menambahkan customer capital
adalah kecenderungan pelanggan suatu perusahaan untuk tetap melakukan bisnis
dengan perusahaan tersebut.
Customer capital muncul dalam bentuk proses belajar, akses, dan
kepercayaan. Ketika sebuah perusahaan atau seseorang akan memutuskan
membeli dari suatu perusahaan, maka keputusan didasarkan pada kualitas
hubungan mereka, harga, dan spesifikasi teknis. Semakin baik hubungannya,
semakin besar peluang rencana pembelian akan terjadi, dan hal ini berarti semakin
besar peluang rencana pembelian akan terjadi, dan hal ini berarti semakin besar
peluang perusahaan belajar dengan dan dari pelanggan serta pemasoknya.
Pengetahuan yang dimiliki bersama adalah bentuk tertinggi customer capital.
(Sugeng, 2002: 206)
Edvinsson dalam Brinker (2000) menyarankan pengukuran beberapa hal berikut
ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu:
1.Customer Profile. Siapa pelanggan-pelanggan kita, dan bagaimana
mereka berbeda dari pelanggan yang dimiliki oleh pesaing. Hal potensial

Universitas Sumatera Utara

apa yang kita miliki untuk meningkatkan loyalitas, mendapatkan
pelanggan baru, dan mengambil pelanggan dari pesaing.
2.Customer Duration. Seberapa sering pelanggan kita berbalik pada kita?
Apa yang kita ketahui tentang bagaimana dan kapan pelanggan akan
menjadi pelanggan yang loyal? Serta seberapa sering frekuensi
komunikasi kita dengan pelanggan.
3.Customer Role. Bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam
desain produk, produksi dan pelayanan.
4.Customer Support. Program apa yang digunakan untuk mengetahui
kepuasan pelanggan.
5.Customer Success. Berapa besar rata-rata setahun pembelian yang
dilakukan oleh pelanggan.
2.1.6 Technological Capital (Modal Teknologi)
Adeosun, et al (2009) berpendapat bahwa penggunaan teknologi
memberikan nilai positif bagi strategi manajemen yang terkait dengan aspek
komunikasi, akses informasi, pengambilan keputusan, manajemen data dan
knowledge management pada sebuah organisasi. Teknologi dapat menjadi
kekuatan strategi dan alat bagi organisasi yang memberi keuntungan pada aspek
promosi dan kekuatan daya saing (Buhalis, 2003).
Teknologi memberikan keuntungan bagi organisasi bisnis untuk
mengurangi biaya dan meningkatkan kemampuan organisasi bisnis dalam

Universitas Sumatera Utara

melakukan koordinasi dengan pihak luar. Teknologi juga terbukti mempunyai
dampak positif pada kinerja organisasi (Maldeni dan Jayasena, 2009). Karena
itulah modal teknologi sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja UMKM.

Indikator atau alat ukur dari teknologi dapat diukur dengan 4 indikator
sebagai berikut :
1. Intensitas teknologi informasi
2. Investasi pada teknologi
3. Kemudahan bertukar informasi
4. Kemudahan akses bekerjasama
2.1.7 Kinerja Usaha
Pengertian kinerja (Moeheriono, 2012:32) adalah sebagai ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Menurut Gibson et al dalam
Julita(2013:95) mengatakan bahwa kinerja merupakan serangkaian kegiatan
manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas
publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Pencapaian
hasil serangkaiankegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan sejak awal dimulainya usaha.
Menurut

Ivancevich

dalam

Ranto

(2007:19)

kinerja

merupakan

serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil
yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam

Universitas Sumatera Utara

akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi.
Man et.al., (2002) menyatakan bahwa kinerja adalah indikator yang paling utama
untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis. Dengan kata
lain kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.Pengertian performance atau kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam
suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum
dan tidak bertentangan dengan moral dan etika (Rivai & Basri, 2004:16).
Rue & Byars dalam Riyanti (2003:25) juga mengatakan bahwa kinerja
dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian
tujuan organisasi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kinerja usaha adalah
serangkaian capaian hasil kerja seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha,
baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal
pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya..
Menurut Purnomo dan Lestari (2010) terdapat dua dimensi kinerja usaha,
yaitu:
a. Kuantitatif
Kuantitatif adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil
angka yang mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain.

Universitas Sumatera Utara

Dimensi kuantitatif menjelaskan berupa:
1.Capaian-capaian keuangan
2. Produks i (jumlah barang terjual)
3. Pemasaran (jumlah pelanggan)
4. Jumlah tenaga kerja.
Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di dalam
bisnis termasuk kedalam dimensi kuantitatif. Indikator untuk melihat kinerja
perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya capaian-capaian pangsa pasar,
keuangan, produksi, jumlah tenaga kerja (Ratno dan Sri, 2010).
b. Kualitatif
Kualitatif adalah ukuran yang didasarkan pada penilaian pandangan
persepsi seseorang berdasarkan pengamatan dan penilaianya terhadap sesuatu.
Ukuran kinerja kualitatif berupa:
1. Kedisiplinan
2.Kualitas pencapaian tujuan
3.Perilaku individual dalam organisasi
4. Efektifitas
Dimensi kualitatif menjadi penting karena fokus pada manusia itu sendiri
sebagai pelaku kegiatan akan menjadi sangat kuat (Ratno dan Sri, 2010)

Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
No
(Tahun
Judul Penelitian
Penelitian)
Muhammad
Khalique,
Nick
Intellectual Capital
Bontis,
in Small and
Jamal
1.
Medium
Abdul
Entreprises in
Nassir dan
Pakistan
Abu
Hassan Md.
Isa (2015)

Variabel
Penelitian

Metode
Analisis

Hasil
Penelitian

Modal
1. Intellectual
intelektual
Capital
Multiple
berpengaruh
2.
Regression
positif
Organizational Analysis
terhadap
kinerja
Performance
usaha

2.

Annisa
Anggraini
(2015)

Analisis
Intellectual Capital
Pada Usaha Mikro,
Kecil dan
Menengah di
Sentra Industri
Sepatu Cibaduyut
Bandung

1. Intellectual
capital
2.
Keberhasilan
Usaha

Modal
intelektual
berpengaruh
Triangulasi
positif
terhadap
keberhasilan
usaha

3.

The Effects of
Intellectual
Capital, Strategic
Hardi
Flexibility, and
Supeno,
Corporate Culture
Made
on Company
Sudharma,
Performance: A
Siti Aisjah
Study on Small and
dan Arsono
Micro-scaled
Laksmana
Enterprises
(2015)
(SMEs) in
Gerbangkertosusila
Region, East Java

1. Intellectual
capital
2. Strategic
Flexibility
3. Corporate
Culture
4. Company
Performance

Modal
intelektual
Multiple
berpengaruh
positif
Regression
terhadap
Analysis
kinerja
usaha

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1

NO

Peneliti
(Tahun
Penelitian)

4.

Muhammad
Khalique
dan Abu
Hassan bin
Md. Isa
(2014)

Judul
Penelitian
Intellectual
Capital in
SMEs
Operating in
Boutique
Sector
in Kuching,
Malaysia
Implementasi
Pengelolaan
Modal
Intelektual
(Intellectual
Capital) untuk
Menciptakan
Daya Saing
UMKM

Variabel

1. Intellectual
Capital
2.
Organizational
Performance

1. Modal
intelektual
2. Daya Saing
UMKM

Metode
Analisis

Hasil
Penelitian

Multiple
Regression
Analysis

Modal
intelektual
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
usaha

Analisis
Kualitatif

Modal
intelektual
berpengaruh
positif
terhadap
daya saing
UMKM

5.

Zuliyati
(2014)

6.

Alain Daou,
Egide
Karuranga
and Zhan Su
(2013)

Towards a
better
1. Intellectual
understanding
Capital
Multigroup
of intellectual 2. Competitive Analysis
capital in
Advantage
Mexican SMEs

Modal
intelektual
berpengaruh
positif
terhadap
keunggulan
bersaing

Muhammad
Khalique,
Abu Hassan
Md Isaand
Jamal Abdul
Nassir bin
Shaari
(2013)

Predicting the
Impact of
Intellectual
Capital
Management
on the
Performance
of SMEs
in Electronics
Industry in
Kuching,
Sarawak

Modal
intelektual
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
UMKM

7.

1. Intellectual
Capital
2. SME
Performance

Multiple
Regression
Analysis

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Peneliti
(Tahun
No
Penelitian)

8.

9.

Metode
Analisis

Hasil
Penelitian

Judul Penelitian

Variabel

Maya
Indriastuti
dan Dista
Amalia
Arifah
(2012)

Peningkatan Kinerja
UKM Dengan
Pengelolaan
Intellectual Capital
dan Inovasi

1.
Intellectual
Capital
2. Inovasi
3. Kinerja
UKM

Modal
intelektual
Analisis
berpengaruh
Regresi
positif
Linier
terhadap
Berganda
kinerja
UKM

Divianto
(2010)

Pengaruh FaktorFaktor Intellectual
Capital (Human
Capital, Structural
Capital dan
Customer Capital)
Terhadap
BusinessPerformance
(Survey pada
Perusahaan Swasta di
Palembang)

1.
Intellectual
Capital
2. Kinerja
Usaha

Modal
intelektual
Analisis
berpengaruh
Regresi
positif
Linier
terhadap
Berganda
kinerja
usaha

1. Modal
Intelektual
2. Kinerja
Perusahaan

Partial
Least
Square

Modal
intelektual
tidak
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
usaha

dikendalikan

oleh

Benny
Kuryanto
dan
10.
Muchamad
Syafruddin
(2009)

Pengaruh Modal
Intelektual Terhadap
Kinerja Perusahaan

2.3 Kerangka Konseptual
Perkembangan

ekonomi

baru

informasi

dan

pengetahuan, hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian terhadap modal
intelektual atau intellectual capital (Stewart, 1997). Modal intelektual (IC)
merupakan suatu konsep penting yang dapat memberikan sumber daya berbasis

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan dan mendeskripsikan aset tak berwujud yang jika digunakan secara
optimal memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif
dan efisien. Modal intelektual memiliki beberapa komponen yaitu modal sosial
(social capital), modal pelanggan (customer capital), dan modal teknologi
(technological capital).
Mertins dan Will (2007) menyatakan bahwa pengelolaan intellectual
capital menjadi hal utama bagi perkembangan perusahaan. Dengan mengelola
komponen-komponen intellectual capital seperti social capital, customer capital
dan technological capital dengan baik, maka perusahaan dapat meningkatkan
kinerja perusahaannya.
Menurut Gibson et al dalam Julita(2013:95) mengatakan bahwa kinerja
merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh
mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dalam bentuk akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan
yang terjadi. Pencapaian hasil serangkaiankegiatan yang dimaksud meliputi
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan sejak
awal dimulainya usaha.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khalique, et al. (2013), variabelvariabel modal intelektual seperti social capital, customer capital dan
technological capital mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
UMKM di Malaysia. Selanjutnya Khalique et. Al, (2014) juga melakukan
penelitian dengan variabel social capital, customer capital, dan technological

Universitas Sumatera Utara

capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UMKM butik di
Malaysia Penelitian yang dilakukan oleh Indriastuti dan Arifah (2012) juga
memiliki hasil yang sama, yaitu modal intelektual berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja UMKM.
Berdasarkan landasan teori dan tinjauan pustaka yang ada, maka kerangka
konseptual dari penelitian ini disajikan dalam gambar berikut:

Social Capital
(X1)
Customer Capital

Kinerja UMKM

(X2)

(Y)

Technological
Capital
(X3)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan
masalah dalam penelitian. Rumusan masalah pada penelitian dinyatakan dalam
bentuk pernyataan (Sugiyono, 2008:93). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 :

Social capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha
UMKM kuliner Asia Mega Mas.

Universitas Sumatera Utara

H2 :

Customer capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
usaha UMKM kuliner Asia Mega Mas.

H3 :

Technological capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
usaha UMKM kuliner Asia Mega Mas.

H4 :

Social capital, customer capital, technological capital secara bersamasama (entrepreneurial intellectual capital) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja usaha UMKM kuliner Asia Mega Mas.

Universitas Sumatera Utara