Efek samping penggunaan Antibiotik yang
Efek samping dari penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dengan anjuran dokter dapat
menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi/hipersensitif
2. Resistensi jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi yang
kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka
lagi terhadap obat yang
bersangkutan.Untuk mencegah resistensi,dianjurkan menggunakan
kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. (Tan Hoan Tjay dan
Raharja, 2002).
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas:
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spectrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri Gram
positif atau bakteri Gram negatif saja). Contohnya: Eritromycin,Kanamicin, Clindamicin
(hanya
terhadap
bakteri
Gram positif).
SedangkanStreptomicin , Gentamicin (hanya
bkateri Gram negative saja).
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri Gram positif
Maupun bakteri Gram negatif.Contohnya: Ampicillin,Cefalosporin,dan Chloramphenicol.
(Madigan dkk. 2000)
Berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,senyawa antibakteri memiliki tiga macam efek
terhadap pertumbuhan mikroba,yaitu:
1. Bakteriostatik
Efek tersebut menghambat pertumbuhan sel, tetapi tidak mematikan, serta sering
menghambat sintesis protein dan biasanya mengikat ribosom (ikatan yang terjadi tidak kuat
dan ketika konsentrasi diturunkan, sel akan lepas dari ribosom dan pertumbuhan akan
dilanjutkan kembali).
2. Bakteriosida
Efek tersebut akan membunuh sel, tetapi tidak akan terjadi lisis sel, serta biasanya terikat
kuat pada target seluler dan tidak dapat dihilangkan dengan pengenceran.
3. Bakteriolitik
Efek tersebut membunuh sel dengan diikuti terjadinya lisis sel. Jumlah sel akan menurun
dan menghambat terjadinya sintesis dinding sel. (Madigan dkk. 2000)
Daftar Pustaka
-
-
-
-
Adam,M. 2000. Mikrobiologi Dasar. Erlangga : Jakarta
Debbie S. Retnoningrum, 1998, Mekanisme dan Deteksi Molekul Resistensi Antibiotik pada
Bakteri, Jurusan Farmasi-ITB, Bandung
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Imagraph : Jakarta
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ganiswarna S. G, 1995, Farmakologi dan Terapi, ed. 4, UI-Fakultas Kedokteran, Jakarta.
IndonesiaDepartemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. EdisiVI.
Jakarta: Departemen Kesehatan republik Indonesia
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston, 1995,
Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San Francisco.
Jawetz, E. et al. 1996. Mikrobiologi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Madigan M.T. et al., 2000. Biology of Microorganisms, Eighth Edition. New Jersey, Prentice
Hall International.
Peirce, E. J. and Breed, W. G. 2001. A comparative study of sperm production in two species
of Australian arid zone rodents Pseudomys australis, Notomys alexis with marked differences
in testis size. Reproduction
Pelczar, M. J. & E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta.
Rahayu, D.I., 2007. Prinsip Pengobatan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
Salasia, S.I.O., Wibowo, M.H., dan Khusnan. 2005. Karakterisasi fenotipe isolate
Staphylococcus aureus dari sampel susu sapi perah mastitis subklinis. J. Sain Vet
Salyers AA, DD Whitt. 1994. Bacterial Pathogenesis, A Molecular Approach. Departement
of Microbiology. University of Illinois. ASM Press,Washington D.C.
Schlegel, H. G. (1994). “Mikrobiologi Umum”. Gadjah Mada University Press.
Sri A. D.G, L.Z. Udin, Ika G.K. dan Viena S. 2009. Studi Biosintesis Antibiotika Dan
Aktivitas Antibiotika Dari Jamur Penicillium Chrysogenum Pada Berbagai Kondisi Proses
Fermentasi. LIPI Bandung
Sylvia,2008. Mikrobiologi Dasar. Papas sinar Sinanti : Jakarta
Tjay T. H. dan R. Kirana, 2002, Obat-Obat Penting, ed. 5, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta
Wahyuni A.E.T.H., Wibawan I.W.T., Wibowo M.H, 2005, Karakterisasi hemaglutinin
streptococcus agalactiae dan staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis pada sapi
perah. Jurnal Sain Veteteriner Vol. 23 No. 2, Bagian Mikrobiologi FKH-UGM, Yogyakarta
Wattimena JR et al,1991. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: UGM Pr.
menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi/hipersensitif
2. Resistensi jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi yang
kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka
lagi terhadap obat yang
bersangkutan.Untuk mencegah resistensi,dianjurkan menggunakan
kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. (Tan Hoan Tjay dan
Raharja, 2002).
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas:
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spectrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri Gram
positif atau bakteri Gram negatif saja). Contohnya: Eritromycin,Kanamicin, Clindamicin
(hanya
terhadap
bakteri
Gram positif).
SedangkanStreptomicin , Gentamicin (hanya
bkateri Gram negative saja).
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri Gram positif
Maupun bakteri Gram negatif.Contohnya: Ampicillin,Cefalosporin,dan Chloramphenicol.
(Madigan dkk. 2000)
Berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,senyawa antibakteri memiliki tiga macam efek
terhadap pertumbuhan mikroba,yaitu:
1. Bakteriostatik
Efek tersebut menghambat pertumbuhan sel, tetapi tidak mematikan, serta sering
menghambat sintesis protein dan biasanya mengikat ribosom (ikatan yang terjadi tidak kuat
dan ketika konsentrasi diturunkan, sel akan lepas dari ribosom dan pertumbuhan akan
dilanjutkan kembali).
2. Bakteriosida
Efek tersebut akan membunuh sel, tetapi tidak akan terjadi lisis sel, serta biasanya terikat
kuat pada target seluler dan tidak dapat dihilangkan dengan pengenceran.
3. Bakteriolitik
Efek tersebut membunuh sel dengan diikuti terjadinya lisis sel. Jumlah sel akan menurun
dan menghambat terjadinya sintesis dinding sel. (Madigan dkk. 2000)
Daftar Pustaka
-
-
-
-
Adam,M. 2000. Mikrobiologi Dasar. Erlangga : Jakarta
Debbie S. Retnoningrum, 1998, Mekanisme dan Deteksi Molekul Resistensi Antibiotik pada
Bakteri, Jurusan Farmasi-ITB, Bandung
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Imagraph : Jakarta
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ganiswarna S. G, 1995, Farmakologi dan Terapi, ed. 4, UI-Fakultas Kedokteran, Jakarta.
IndonesiaDepartemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. EdisiVI.
Jakarta: Departemen Kesehatan republik Indonesia
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston, 1995,
Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San Francisco.
Jawetz, E. et al. 1996. Mikrobiologi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Madigan M.T. et al., 2000. Biology of Microorganisms, Eighth Edition. New Jersey, Prentice
Hall International.
Peirce, E. J. and Breed, W. G. 2001. A comparative study of sperm production in two species
of Australian arid zone rodents Pseudomys australis, Notomys alexis with marked differences
in testis size. Reproduction
Pelczar, M. J. & E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta.
Rahayu, D.I., 2007. Prinsip Pengobatan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
Salasia, S.I.O., Wibowo, M.H., dan Khusnan. 2005. Karakterisasi fenotipe isolate
Staphylococcus aureus dari sampel susu sapi perah mastitis subklinis. J. Sain Vet
Salyers AA, DD Whitt. 1994. Bacterial Pathogenesis, A Molecular Approach. Departement
of Microbiology. University of Illinois. ASM Press,Washington D.C.
Schlegel, H. G. (1994). “Mikrobiologi Umum”. Gadjah Mada University Press.
Sri A. D.G, L.Z. Udin, Ika G.K. dan Viena S. 2009. Studi Biosintesis Antibiotika Dan
Aktivitas Antibiotika Dari Jamur Penicillium Chrysogenum Pada Berbagai Kondisi Proses
Fermentasi. LIPI Bandung
Sylvia,2008. Mikrobiologi Dasar. Papas sinar Sinanti : Jakarta
Tjay T. H. dan R. Kirana, 2002, Obat-Obat Penting, ed. 5, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta
Wahyuni A.E.T.H., Wibawan I.W.T., Wibowo M.H, 2005, Karakterisasi hemaglutinin
streptococcus agalactiae dan staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis pada sapi
perah. Jurnal Sain Veteteriner Vol. 23 No. 2, Bagian Mikrobiologi FKH-UGM, Yogyakarta
Wattimena JR et al,1991. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: UGM Pr.