LAPORAN MIKROBIOLOGI BPOM(YANG BENAR)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Salah satu cara untuk menambah wawasan mahasiswa D-III Analisa Farmasi dan Makanan
yang dibutuhkan dalam era industry adalah dengan jalan pendidikan. Pendidikan Ahli Madya
Analisa Farmasi dan Makanan bertujuan untuk mempersiapkan tenaga farmasi yang mampu
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di lapangan kerja.
Cara untuk menuju arah itu dilakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bidang yang
sesuai dengan pendidikan atau berhubungan dengan analisa farmasi dan makanan yang salah
satunya ada di Balai Besar POM di Medan.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah pada program studi Ahli
Madya Analisa Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Mahasiswa di
harapkan dapat menerapkan bekal yang diperolehnya selama perkuliahan berupa ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam penerapan secara langsung ke lapangan untuk
bekerja pada bidangnya sesuai dengan latar belakang pendidikan yang telah dijalani serta ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
Oleh Karena itu, maka kami mahasiswa D-III Analisa Farmasi dan Makanan Universitas
Sari Mutiara Medan ( PKL) di Balai Besar POM di Medan. Dengan melakukan Praktek Kerja
Lapangan ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman kerja di bidang
ilmu, khususnya pada pengujian mikrobiologi serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh

selama masa perkuliahan.
1.2. Tujuan Pelaksanaan PKL

Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan di Balai Besar POM di Medan
adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengujian yang secara teoritis dipelajari di bangku
kuliah dan diaplikasikan di tempat PKL.
2. Mahasiswa dapat mengenal suasana kerja yang akan dihadapi kelak.
3. Mahasiswa mampu membandingkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
secara teoritis di perguruan tinggi dengan keadaan di lapangan kerja.
4. Sebagai persyaratan akademis untuk pendidikan Analisa Farmasi dan Makanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat
Ahli Madya (Diploma III).

1.3. Manfaat Pelaksanaa PKL

Manfaat dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan di Balai Besar POM di Medan adalah:
1. Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa untuk menerapkan langsung pekerjaan
yang dilakukannya.
2. Mengubah sikap mahasiswa untuk bersikap disiplin dan bertanggung jawab dalam

pekerjaan.
3. Terpenuhinya syarat menyelesaikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan di Universitas Sari Mutiara.
1

4. Dapat mengetahui perbandingan kerja dibidang farmasi yang diperoleh di Perguruan
Tinggi dengan dunia kerja khususnya di Balai Besar POM di Medan.
1.4. Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan pada tanggal 7 Maret s/d 10 April
2018.

2

BAB II
TINJAUAN UMUM BALAI BESAR POM
2.1. Latar Belakang Balai Besar POM

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non

Kementerian ( LPNK) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik dan makanan di wilayah Indonesia. Tugas, fungsi dan kewenangan BPOM
diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen yang
telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan
Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan bagian integral dari upaya pembangunan
kesehatan di Indonesia. Misi Badan POM dalam melindungi masyarakat dari produk Obat dan
Makanan yang membahayakan kesehatan dituangkan dalam sistem pengawasan full spectrum
mulai dari per-market hingga post-market control yang disertai dengan upaya penegakan hukum
dan pemberdayaan masyarakat (community empowerment).
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada
industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan
menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam
skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan “range” yang sangat luas.
Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus meningkat,
seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu
pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk
secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong
konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan sesringkali tidak rasional.

Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen
tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dan implikasi yang luas pada kesehatan dan
keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan
berbahaya maka resiko yang terjadi akan berskala besardan luas serta berlangsung secara amat
cepat.
Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang
efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk
termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumenya baik di dalam
maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan nasional
dan internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional
yang tinggi (BPOM, 2008).

3

2.2. Fungsi Badan POM

Berdasarkan pasal 67 keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BPOM melaksanakan
tugas pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan
per Undang-Undangan yang berlaku. (http://www.pom.go.id/new/view/direct/jobdiakses pada
tanggal 10 Maret 2018)

Berdasarkan pasal 2 Peraturan Kepala BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di
bidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas produk teraupetik,
narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen serta
pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.
Pasal 68 Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BPOM mempunyai fungsi :
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan
Makanan
2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas badan POM.
4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi
pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.
5. Penyelenggaraan pembina dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi, dan tata laksana, kepegawaian, keuangan,
kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
Pasal 3 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014, Unit Pelaksanaan Teknis dilingkungan
BPOM mempunyai fungsi:
1

Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan


2

Pelaksanaanpemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk
teraupetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk
komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana
produksi dan distribusi (BPOM RI. 2011).

2.3. Visi dan Misi Badan POM
a. Visi
Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saling Bangsa

(http://standarpangan.pom.go.id/index.php/tentang-kami/tentang-kami/visi-dan-misi#diakses
pada tanggal 10 Maret 2018)
b. Misi

1

Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat.


2

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat.
dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

3

Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

4

2.4. Budaya Organisasi

Budaya Organisasi Badan POM
1

Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integrasi, objektivitas, ketekunan, dan
komitmen yang tinggi.


2

Kredibel
Dapat dipercayai dan diakui oleh masyarakat luas, nasional, dan internasional.

3

Cepat Tanggap
Antisipatif dan resposif dalam mengatasi masalah.

4

Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5

Inovatif
Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.


.

Integritas
Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur dan keyakinan.

.5

Fungsi Dan Tugas Pokok Balai Besar POM
Badan pengawasaan obat dan makanan mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintah dibidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku :
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan.
2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas badan POM.
4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah
di bidang pengawasan obat dan makanan.
5. Penyelenggaraan pembina dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan

umum, ketatausahaan, organisasi, dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
2.6 Prinsip Dasar Balai Besar POM
1. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat, dan profesional.
2. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko dan berbasis bukit-bukit ilmiah.
3. Lingkup pengawasaan bersifat menyeluruh, mencakup selurah siklus proses.
4. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional.
5. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.
6. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif yang kuat dan berkolaborasi
dengan jaringan global.
7. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk.

5

2.7 Struktur Balai Besar POM Medan

KEPALA BALAI BESAR
PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN


SUB BAGIAN TATA USAHA

BIDANG
PENGUJIAN
TERAPETIK,
NARKOTIKA,OBAT
TRADISIONAL,
KOSMETIK &
PRODUK
KOMPLEMEN

BIDANG
PENGUJIAN
PANGAN &
BAHAN
BERBAHAYA

BIDANG
PENGUJIAN
MIKROBIOLOGI

BIDANG
PEMERIKSAAN
& PENYIDIKAN

SEKSI
PEMERIKSAAN

BIDANG
SERTIFIKAT &
LAYANAN
INFORMASI
KONSUMEN

SEKSI
SERTIFIKASI

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

SEKSI
PENYIDIKAN

BAB III
6

SEKSI
LAYANAN
INFORMASI

MATERI PRAKTEK
3.1 Pengertian Mikrobiologi

Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang berukuran
sangat kecil yaitu dalam skala micrometer atau micron (µ) atau sepersejuta meter dan tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.Mikrobiologi ialah telaah mengenai organisme hidup yang
berukuran mikroskopis. Dalam mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad
renik ini (juga dinamakan mikroba atau protista) dimana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara
sesamanya seperti juga dengan kelompok, organisme lainnya, pengendaliannya, dan peranannya
dalam kesehatan serta kesejahteraan kita (Koes, 2013).
Mikrobiologi pertama kali dikembangkan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada tahun 16331723. Dengan mikroskop sederhana yang diciptakan maka ditemukan mikroorganisme.
Mikroskop yang dibuatnya dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi
dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. Leeuwenhoek
melakukan pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan invertebrata
kecil, tetapi penemuan yang terbesar adalah diketahuinya dunia mikroba yang disebut
“animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang sekarang
diketahui sebagai protozoa, algae, khamir, dan bakteri (Melati&Apriliani, 2014).
3.2 Mikroorganisme

Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantu. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik
(Melati&Apriliani, 2014).
Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya
kehidupan, di segala lingkungan hidup manusia (Koes, 2013). Dunia mikroorganisme terdiri dari
lima kelompok organisme yaitu bakteri, protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis.
Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya bermanfaat
dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni tubuh manusia (Michael,
2007).
3.2.1

Bakteri

Bakteri merupakan organisme mikroskopis yang tersusun atas satu sel (prokariotik) yang
berasal dari kata “bacterion” yang berarti “small stick”. Bakteri berkembang biak dengan
aseksual yaitu membelah diri (Melati&Apriliani, 2014). Bakteri dikelompokkan sebagai berikut
antar lain :
A. Bakteri berdasarkan cara hidupnya
1

Heterotrof
Heterotrof adalah tidak bisa membuat makanan sendiri, dibagi menjadi parasit
(Hidup pada inang), dan saprofit (Menguraikan sampah organik).

2

Autotrof
Autotrof adalah jenis bakteri yang mampu membuat makana sendiri, terbagi
menjadi

fotoautotrof

(Membuat

makanan

dengan

bantuan

kemoautotrof (Membuat makanan dengna bantuan senyawa kimia).
7

cahaya),

dan

B. Bakteri berdasarkan kebutuhan Oksigen
1

Aerob
Aerob

adalah

membutuhkan

oksigen,

terbagi

menjadi

obligat

(Sangat

membutuhkan oksigen), dan fakultatif (Bisa hidup tanpa oksigen atau ada oksigen).
Contoh : Mycobacterium tuberculosis dan Nocardia asteroides.
2

Anaerob
Anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen. Contoh : Salmonella
thypose dan Shigella.

C. Berdasarkan bentuknya
1

Kokus
Kokus adalah bakteri berbentuk bulat. Kokos terbagi lagi diantaranya monokokus,
diplokokus, streptokokus, stafilokokus. Contoh :

2

Basilus
Basilus yaitu bakteri berbentuk batang. Basilus terbagi menjadi beberapa bentuk
diantaranya monobasil, diplobasil, streptobasil. Contoh :

3

Koma
Koma yaitu bakteri yang berbentuk koma. Contoh :

4

Spirilum
Spirilum yaitu bakteri berbentuk spiral. Contoh: Campylobacter jejuni

D. Bakteri Berdasarkan Pewarnaan Gram
1

Bakteri Gram Positif
Bakteri yang mempertahankan pewarna kristal violet disebut Gram-positif. Bakteri
Gram-positif memiliki lapisan peptidoglycan yang tebal (lapisan ganda), kebanyaka
bakteri Gram-positif mempunyai asam teitoik, tidak mempunyai ruang periplasmik,
dan tidak mempunyai membran luar. Bakteri Gram-positif ini lebih resisten
terhadap kekeringan, tetapi tidak terlalu resisten terhadap antibiotik. Dinding selnya
satu lapisan, kandungan lipid di dinding sel rendah, tetapi kandungan Murein lebih
tinggi yaitu sekitar 70 – 80%. Contohnya: Streptococcus

pneumoniae,

Staphylococus aureus ,Bacillus anthracis, Clostridium tetani.
2

Bakteri Gram Negatif
Bakteri yang tidak mempertahankan pewarna violet dan berwarna merah atau
merah muda, golongan bakteri ini disebut Gram-negatif. Bakteri Gram-negatif lebih
tahan terhadap antibodi karena memiliki dinding sel yang sulit ditembus. Gramnegatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis (satu lapisan), tidak memiliki
asam teitoik, memiliki ruang periplasmik, dan memiliki membran luar. Komposisi
dinding selnya yaitu 20 – 30% lipid, dan 10 – 20% Murein. Contohnya : Neisseria
gonorrhoeae,Escherichia coli,Salmonella thyposa,Pseudomonas aeruginosa.

E. Bakteri Berdasarkan Suhu
1

Bakteri psikrofil
8

Bakteri psikrofil adalah bakteri yang hidup dan tumbuh pada suhu rendah yaitu
0° – 30°C dengan suhu optimum 15°C. Bakteri ini banyak terdapat di dasar lautan,
di daerah kutub dan juga pada bahan makanan yang didinginkan. Pertumbuhan
bakteri psikrofil pada bahan makanan menyebabkan kualitas bahan makanan
tersebut

menurun

dan

atau

menjadi

busuk. Contoh

bakteri

psikrofil

adalah Pseudomonas, Flavobacterium, Achromobacter dan Alcaligenes.
2

Bakteri Mesofil
Bakteri mesofil dapat tumbuh pada suhu 25° – 37°C dengan suhu optimum 32°C.
Umumnya bakteri jenis ini hidup di tanah, air dan juga di dalam tubuh vertebrata
terutama alat pencernaan. Beberapa jenis bakteri bahkan dapat hidup dengan baik
pada suhu sekitar 40°C. Semua jenis bakteri yang bersifat patogen pada hewan dan
manusia merupakan bakteri mesofil. Contoh bakteri jenis ini adalah Listeria
monocytogenes, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

3

Bakteri Termofil
Bakteri termofil merupakan jenis bakteri yang dapat tumbuh pada daerah yang
suhunya tinggi, lebih dari 40°C. Temperatur optimumnya antara 55 –60°C. Bakteri
ini dijumpai pada sumber-sumber air panas, kawah gunung berapi, geiser dan
sebagainya. Contoh bakteri termofil adalah Thermus aquaticus, Sulfolobus
acidocaldarius dan Chloroflexus.

4

Bakteri hipertermofil
Bakteri hipertermofil hidup dan tumbuh pada kisaran suhu 65°C − 114°C, dengan
suhu optimum 88°C , misalnya di sumber air panas. Bakteri-bakteri termofil dan
hipertermofil sekarang banyak dicari oleh para ahli bioteknologi karena dapat
menghasilkan enzim-enzim penting yang digunakan dalam industri makanan dan
obat-obatan. Contoh bakteri hipertermofil adalah kelompok bakteri yang masuk
dalam filum Crenarchaeota seperti Thermococcus gammatolerans

3.3 Pengertian Kosmetik

Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke-19
mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk
kesehatan.Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran
pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Dewasa ini, teknologi
kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmacuetical) atau
dikenal dengan istilah kosmetik medik (cosmeceuticals).
Kosmetik berasal dari kata Yunani ‘kosmetikos’ yang mempunyai arti keterampilan menghias
atau mengatur. Pengertian kosmetik dalam Peraturan Menkes RI no 445 tahun 1998 dijelaskan
sebagai berikut :
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian
badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik memperbaiki bau badan tetapi

9

tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.. (Depkes RI, Undangundang tentang Kosmetika dan Alat Kesehatan, 1976).
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.00.05.4.1745
tentang Kosmetik; Permenkes No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik).
Dalam definisi kosmetik tersebut, terdapat kalimat ‘tidak dimaksudkan untuk mengobati
atau menyembuhkan suatu penyakit’, pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa
penggunaan kosmetika tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan faal kulit. Pada
tahun 1955, Lubowe menciptakan istilah Cosmedics sebagai gabungan dari kosmetik dan obat
yang sifatnya dapat mempengaruhi faal kulit secara positif tetapi bukan obat, dan menyusul pada
tahun 1982, Faust mengemukakan istilah medicated cosmetics, yakni semacam kosmetik yang
juga bermanfaat untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit, seperti preparat anti
ketombe, deodorant, preparat antipespirant, preparat untuk mempengaruhi warna kulit, dan
preparat anti jerawat. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan
faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih
menikmati dan menghargai hidup. (Retno Iswari, 2007:7).
Sementara kosmetika hipoalergik adalah kosmetika yang di dalamnya tidak mengandung
zat-zat yang dapat menyebabkan reaksi iritasi dan sensitasi. Kosmetika jenis ini merupakan
kosmetika yang lebih aman untuk kesehatan kulit. Kosmetika tradisional adalah kosmetika yang
terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional. Di samping itu,
terdapat kosmetika semi-tradisional, yaitu kosmetika tradisional yang pengolahannya dilakukan
secara modern dengan mencampurkan zat-zat kimia sintetik ke dalamnya.
Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh kaum pria sejak
lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari maupun secara insidental
atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak semua
bahan kosmetika cocok untuk setiap kondisi kulit, jika terjadi ketidak cocokan, akan timbul
iritasi pada kulit. Oleh karena itu, perhatikan kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan
tiap-tiap produk.
Pengujian mutu suatu sediaan kosmetik diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji
kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik.
3.4 Uji Mikrobiologi

Dalam mikrobiologi ada mikroorganisme yang mengntungkan dan ada yang merugikan.
Mikroorganisme yang merugikan yaitu mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi,
menghasilakn racun dan merusak bahan dengan cara menyebabkan pembusukan, menguraikan
bahan-bahan. Terdapatnya mikroorganisme dalam sediaan farmasi, makanan, minuman, sebagai
kontaminan, kemungkinan disebabkan oleh cara pengolahan yang tidsk bersih dan sehat, cara
10

pengepakan yang kurang bagus, cara penyimpanan yang tidakbaik dan lain-lain. Sedangkan
sumbernya kemungkinan dari udara, tanah, air, peralatan yang digunakan dalam pengolahan,
pekerjaan yang melakukan proses pembuatan.
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap produk-produk yang langsung dimakan dilakukan
terhadap bakteri-bakteri penyebab infeksi dan keracunan makanan seperti yang disebutkan diatas
dan juga terhadapa angka lempeng total sebagai indikasi tentang kebersihan dan sanitasi pada
proses pengolahan produk-produk tersebut.
Kualitas mikrobiologi dari sediaan kosmetik merupakan suatu masalah yang sangat penting
untuk diperhatikan karena sediaan tersebut dapat memakan waktu yang lama, baik dalam
penyiapan atau pun dalam peredaran sebelum sampai pada konsumen. Pada waktu penyimpanan
dan peredarantersebut kemungkinan ada terjadi pertumbuhan mikroorganisme tertentu di
dalamnya, terutama bila ditunjang dengan pemakaian bahan-bahan yang terkontaminasi oleh
mikroorganisme dan juga syarat-syarat higienis dan sanitasi tidak atau kurang diperhatikan
(M.Natsir Djide,2003).
3.4.1

Uji Mikrobiologi Kosmetik

Adanya mikroorganisme tertentu dalam sediaan kosmetik tidak dikehendaki karena dapat
menyebabkan infeksi kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena pada umumnya semua
sediaan kosmetik kontak langsung dengan kulit konsumen (M.Natsir Djide,2003).Pada analisis
mikrobiologi ini yang digunakan sampel kosmetik Casablanka deodorant.
Deodorant sediaan kosmetik yang bertujuan untuk menghilangkan bau badan dan
mengurangi keringat. Pada hasil riset, setiap hari orang akann mengeluarkan air sebanyak 650750 cc melalui transpirasi kulit. Air yang keluar melalui kulit ini akan menguap dan
meninggalkan sisa-sisa lemak dikulit sehingga mudah sekali bakteri berkembang biak dan
mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu dalam membuat deodorant harus
memenuhi syarat sebagai barikut





:

Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara
Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit
Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan
Tidak beracun

Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa:



Pewangi atau parfum
Pembunuh mikroba : berupa antiseptic seperti heksaklofofen, triklosan, sirih atau



berupa antibiotic topical seperti neomisin
Eliminasi bau: senyawa yang dapat mengikat, menyerap atau merusak struktur bahan
kimia bau menjadi struktur yang tidak bau, misalnya risinoleat

3.5 Angka Lempeng Total

Uji angka lempeng total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk
mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil
11

menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati yang digunakan
antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan cara sebar. Prinsip metode ini adalah jika
selmikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop dan menumbuhkan serta menghitung koloni mikroba setelah cuplikan
di inokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan di inokulasikan pada suhu yang
sesuai.
Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan
berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu
indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Dan
mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan
diamati. Untuk memenuhi persyaratan, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni ialah yang
mengandung antara 25-250 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui
sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni
dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan pengenceran dan
pencawanan.
3.6 Kapang Khamir Dalam Kosmetik

Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki
filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena
selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab
kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti
kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan
terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Buchanan, 2003).
Pada umumnya kebanyakan kapang membutuhkan aw minimal untuk pertumbuhan lebih
rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Kadar air bahan pangan kurang dari 14-15%,
misalnya pada beras dan serealia, dapat menghambat atau memperlambat pertumbuhan
kebanyakan khamir Pada umumnya kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan,
dari yang sederhana hingga kompleks. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misal
amylase, pektinase, proteinase dan lipase, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-makanan
yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid .Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu
tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah
sekitar 25-30o C tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih tinggi. Beberapa
kapang bersifat psikrotrofik dan beberapa bersifat termofilik (Colome, 2001).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikro.
Biasanya berukuran 5 sampai 10 kali lebih besar dari bakteri. Beberapa jenis spesies umum
digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan
percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota,
walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa jenis khamir, seperti
Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu
spesies khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces
12

cerevisiae.Pertumbuhan khamir dapat terjadi secara unisel juga dapat melakukan perkembangan
dengan pertunasan. Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk yang menyerupai
jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi uniseluler berbentuk ovoid atau
spheroid (Prescott, 2003).
Khamir bersifat aerob yaitu mutlak memerlukan oksigen. Kecuali khamir yang bersifat
fermentatif yang hidup dalam keadaan anaerob yaitu tidak memerlukan oksigen bebas. Nutrisi
yang diperlukan khamir untuk pertumbuhan yaitu nitrogen dalam bentuk sederhana atau
kompleks misalnya dalam bentuk ammonia dan urea atau asam amino dan polipeptida. Khamir
tidak berperan dalam penyakit yang ditularkan melalui makanan . Askospora (spora) khamir
dapat dibunuh pada suhu 5 - 10oC lebih besar dari sel vegetatifnya. Sebagian besar askospora
khamir terbunuh pada suhu 60oC selama 10 – 15 menit. Ada juga yang resisten pada keadaan
tersebut tetapi pada umumnya tidak dapat hidup pada suhu 100oC. Sel khamir vegetatif terbunuh
pada suhu 50oC - 58oC dalam waktu 10 – 15 menit. Spora mempunyai sel vegetatif khamir pada
suhu terbunuh pada proses pasteurisasi pada suhu 62,8 oC dalam waktu 30 menit atau pada suhu
71,7oC dalam waktu 15 detik (Suriawiria, 2005).
3.7 Stapylococcus Aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2
μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif
anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37
ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan
padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan
berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul
polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis
disebabkan oleh S. aureus dan kadang-kadang oleh spesies stafilokokus lainnya. (Jawetz et al.,
2008).

Gambar 1. Staphylococcus aureus yang Dilihat dari Mikroskop Elektron.
Sumber Todar, 2008
Staphylococcus

aureus

dapat

memfermentasi

karbohidrat

antara

lain:

glukosa,

dekstrosa,manitol, sukrosa dan laktosa serta dapat menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan
gas. Staphylococcus aureus juga menghasilkan enzim koagulase dan enzim katalase yang
bersifat hemolitik, mereduksi nitratmenjadi nitrit. Staphylococcus aureus relative resisten
terhadap pengeringan, panas (bakteri ini tahan pada suhu 50 oC selama 30 menit) dan NaCl 7%8%.
3.8 Pseudomonas aeruginosa
13

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang lurus atau
lengkung berukuran sekitar 0,6x2 µm, ditemukan tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang
membentuk rantai pendek, tidak memiliki spora, tidak mempunyai selubung (sheath), serta
mempunyai flagel. Bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki dua atau tiga flagel sehingga
selalu bergerak.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri aerob yang dapat tumbuh dengan mudah
pada banyak jenis media pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat sederhana.
Koloni Pseudomonas aeruginosa mengeluarkan bau manis atau menyerupai anggur yang
dihasilkan aminoasetafenon.
Pseudomonas aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen yang dihasilkan dari asam
amino aromatik seperti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain: piosianin
(pigmen warna biru), pioverdin (pigmen warna kuning), piorubin (pigmen warna merah), dan
piomelanin (pigmen warna coklat).

Gambar 2. Pseudomonas aeruginosa
3.9 Candida albicans
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam
dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan
menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada
faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau
bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ .
Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar Sabouraud Dekstrosa, umumnya
berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadangkadang sedikit
berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar kecil
koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair
seperti glucose yeast, extract pepton, C. albicans tumbuh di dasar tabung. Pada medium tertentu,
di antaranya agar tepung jagung (corn-meal agar), agar tajin (rice-cream agar) atau agar dengan
0,1% glukosa terbentuk klamidospora terminal berdinding tebal dalam waktu 24-36 jam. Pada
medium agar eosin metilen biru dengan suasana CO 2 tinggi, dalam waktu 24-48 jam terbentuk
pertumbuhan khas menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara. Pada medium yang
mengandung faktor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma darah dalam waktu 1-2 jam
pada suhu 37oC terjadi pembentukan kecambah dari blastospora. C. albicans dapat tumbuh pada
variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini
dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28oC - 37oC. C. albicans membutuhkan senyawa
organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses
14

metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan
organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana
anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada Candida albicans dilakukan dalam
suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk
melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO 2 dan H2O dalam
suasana aerob. Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau etanol
dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan
untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh C. albicans
sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel. C. albicans
dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya melakukan proses fermentasi dan
asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan karbohidrat sebagai sumber karbon.

Gambar 3. Candida albicans

BAB IV
PROSEDUR DAN PELAKSANAAN PKL
4.1 Waktu Praktik Kerja Lapangan
15

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan pada tanggal 07 Maret 2017 s/d 10
April 2018.
4.2 Kegiatan PKL BPOM di Medan
Kegiatan PKL di Laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di
Medan meliputi, sterilisasi alat, pembuatan media, sterilisasi media, pengerjaan sampel, inkubasi,
serta perhitungan koloni.
4.3 Metode Pengumpulan Data
1. Mengamati langsung selama praktik kerja lapangan dan juga terlihat dalam proses
pengerjaannya.
2. Diskusi dengan staf penguji yang dilaboratorium mikrobiologi balai besar pengawas obat
dan makanan (BBPOM) di Medan.
3. Mengumpulkan data-data dengan membaca buku-buku referensi yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas.
4.4 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian sampel sediaan kosmetik yaitu :
1. Parameter ALT (Angka Lempeng Total)


Modified Letheen Broth ( MLB)



Modified Letheen Agar (MLA)



TTC (Triphenyl Tetrazolium Chloride) 0.5% sebanyak 1% dari media.

2. Parameter AKK(Angka Kapang Khamir)


Potato Dextrose Agar (PDA)



Modified Letheen Broth ( MLB)

3. Parameter Uji Pseudomonas aeruginosa


Modified Letheen Broth ( MLB)



Tryptic Soy Broth (TSB)



Cetrimide Agar (CETA)



Pseudomonas Agar P (PAP)



Pseudomonas Agar F (PAF)



Nutrient Agar (NA)

4. Parameter Uji Staphylococcus aureus


Brain Heart Infusion Broth ( BHIB)



Modified Letheen Broth ( MLB)



Vogel Johnson Agar (VJA)



2% Larutan Kalium Telurit



Mannitol Salt Agar (MSA)

16

4.5 Alat
Alat yang digunakan untuk pengujian sampel yaitu :


Timbangan analitik



Erlenmeyer



Beaker glass



Gelas ukur



Batang pengaduk



Autoclave



Oven



Laminar air flow (LAF)



Vortex Mixer



Cawan petri



Tabung reaks



Rak tabung



Pipet ukur



Inkubator memmert



Bunsen



Jarum Ose

4.6 Prosedur Kerja
4.6.1

Sterlisasi Alat

Alat gelas yang sudah dibungkus dengan kertas dan untuk pipet ukur ujungnya dimasukkan
kapas kemudian di bungkus kertas. Kemudian disterilisasi kering dengan memasukkan kedalam
oven dan dipanaskan pada suhu 1700 C selama 5 jam. Sementara jarum ose di sterilisasi fisik
dengan cara dibakar pada nyala api hingga kawat membara.
4.6.2

Uji Angka Lempeng Total ( ALT )

Ruang Lingkup

: Metode ini digunakan untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofil
yang masih memiliki daya hidup dalalm produk kosmetik

Acuan

: MA PPOMN 86/MIK/06

Pereaksi Khusus :
1. Media dan Pengenceran
-

Modified Letheen Broth (MLB)

-

Modified Letheen Agar (MLA+1%TTC)

2. Pereaksi
Minyak mineral, paraffin cair, larutan tween 20, larutan tween 80,
triphenyl tetrazolium chloride 0,5% (TTC)
Peralatan

: Inkubator 35-37oC

Prosedur

:
17

1. Homogenisasi sampel
Dilakukan seperti pada MA No.85/MIK/06, atau disesuaikan dengan jenis sampel yang
diuji.
2. Pengenceran
Disiapkan 3 sampai 5 tabung reaksi masing-masing berisi 9 mL MLB. Dari
suspense pengenceran 10-1 dipipiet 1 mL ke dalam tabung MLB pertama
dikocok homogen hungga diperoleh suspense dengan pengenceran sesuai yang
diperlukan.
3. Inokulasi dan Inkubasi
Dari tiap pengenceran dipipet 1mL ke dalam cawan petri steril masing-masing dibuat
duplo. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan 15-20 mL media MLA cair suhu ± 45oC,
segera cawan digoyang dan diputar sedemikian rupa sehingga suspense tercampur
merata kemudian dibiarkan memadat. Setelah padat cawan diinkubasi pada suhu 3537oC selama 2x24 jam dengan posisi dibalik.
4. Pengamatan
Setiap 24 jam koloni yang tumbuh dalam cawan petri diamati dan dihitung Interpretasi
Hasil :
1. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara
25-250. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan
factor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total dalam tiap
gram atau mL sampel.
2. Bila salah satu cawan petri menunjukkan jumlah koloni kurang dari 25 atau lebih
dari 250 koloni, dihitung jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan dengan factor
pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total dalam tiap gram
atau mL sampel.
3. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan
menunjukkan jumlah koloni antara 25-250, maka dihitung jumlah koloni dari
masing-masing

tingkat

pengenceran

kemudian

dikalikan

dengan

factor

pengencerannya. Apabila hasil perhitungan pada tingkat yang lebih tinggi diperoleh
jumlah koloni rata-rata lebih besar dari 2 kali jumlah koloni rata-rata pengenceran
dibawahnya, maka Angka Lempeng Total dipilih dari tingkat pengenceran yang
lebih rendahn (mis pada pengenceran 10-2 jumlah koloni rata-rata 140, pada
pengenceran 10-3 jumlah koloni rata-rata 32, maka dipilih jumlah koloni 140x10-2).
Bila hasil perhitungan pada tingkat pengenceran lebih tinggi diperoleh jumlah
koloni rata-rata kurang dari 2 kali jumlah rata-rata pada pengenceran dibawahnya
maka Angka Lempeng Total dihitung dari rata-rata jumlah koloni kedua tingkat
pengenceran tersebut (missal pada 10-2 jumlah koloni rata-rata 240, pada
pengenceran 10-3 jumlah koloni rata-rata 41, maka Angka Lempeng Total adalah

( 240+ 410 ) x 102
=325 x 102
2
4. Bila tidak satupun koloni dalam cawan maka Angka Lempeng Total dinyatakan
sebagai < dari satu dikalikan factor pengenceran terendah.
18

5. Jika seluruh cawan menujukkan jumlah koloni lebih dari 250, dipilh beberapa
sector (2,4 atau 8) dan dihitung jumlah koloni dari satu sector. Angka Lempeng
Total adalah jumlah koloni dikalikan dengan jumlah sector, kemudian dihitung ratarata dari kedua cawan dan dikalikan dengan factor pengenceran.
6. Jumlah koloni rata-rata dari 1/8 bagan cawan lebih dari 200, maka Angka Lempeng
Total dinyatakan lebih besar dari 200 x 8 dikalikan factor pengenceran.
7. Penghitungan dan pencatatan hasil Angka Lempeng Total hanya ditulis dalam dua
angka. Angka berikutnya dibulatkan ke bawah bila kurang dari 5 dan dibulatkan ke
atas apabila lebih dari 5
8. Jika dijumpai koloni “spreader” meliputi seperampat sampai setengah bagian
cawan, maka dihitung koloni yang tumbuh di luar daerah spreade. Jika 75% dari
seluruh cawan mempunyai koloni “spreader” dengan keadaan seperti diatas, maka
dicatat sebagai”Spr”. Untuk keadaan ini harus dicari penyebabnya dan diperbaiki
cara kerjanya (penguian diulang)
9. Jika diumpai koloni spreader tipe rantai, maka tiap satu deret koloni yang terpisah
dihitung sebagi satu kolon, dan bila dalm kelompok spreader terdiri dari beberapa
rantai maka tiap rantai dihitung sebagai satu koloni.
Persyaratan :
(1) Standar Nasional Indonesia (SNI) (Untuk produk-produk tertentu)
(2) Surat

Keputusan

Direktur

Jendral

Pengawasan

Obat

dan

Makanan

No.HK.00.06.4.028 94 tahun 1994 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba Pada
Kosmetik.
Skema Pengerjaan :

ALT
10-1

10-2
1 mL

sampel

90

10 gr

ml

(Sampel induk)

10-3
1 mL

MLB
1 mL

1 mL

Inkubasi 37oC
(Amati 5-7 hari)

4.6.3

Uji Angka Kapang Khamir ( AKK )

19

1 mL

Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi, ilmu yang mempelajari
mengenai fungi disebut mikologi. Fungi adalah mikroorganisme heterotrofik, untuknutrisinya
memerlukan senyawa organic. Beberapa fungi hidup dari benda organic mati yang terlarut,
mikroorganisme ini disebut saprofit. Segi positif dari fungi berperan penting dalam industry
fermentasi danproduksi antibiotic seperti penisilin. Tetapi sisi negativenya yaitu sebagai parasit
pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Fungsi lebih besar dari bakteri, ukuranfungi
berkisar 1 sampai 5 µm lebarnya dan panjangnya 5 sampai 30 µm atau lebih. Fungi dapat
mensintesa protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat (glukosa, sukrosa dan
maltose), sumber nitrogen dari bahan organic atau bahan anorganik( ammonium dan nitrat), dan
mineral dan subtratnya. Fungi atau kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filament.
Kapang adalah microorganism aerobic sejati
Prinsip uji angka kapang pada makanan sesuai metode analisis mikrobiologi( MA PPOM
17/MIK/10) yaitu pertumbuhan kapang atau khamir setelah cuplikan dituang pada media yang
sesuai dan dinkubasi pada suhu 20-25oC. Pada uji ini digunakan Potato Dextrose Agar (PDA)
ditambahkan kloramfenikol (100mg/L) (0,01%) sebagai media pertumbuhannya. Dari masingmasing pengenceran dipipet 0,5 ml,dituangkan pada permukaan PDA yang sudah ditambahkan
kloramenikol segera digoyang sambil diputar hingga suspense tersebar merata dan dibuat duplo.
Untuk mengetahui strerilitas media dan pengenceran, dilakukan uji blanko. Pada satu lempeng
PDA yang sudah ditambahkan kloramfenikol diteteskan 0,5 ml pengeceran dan disebarratakan
dan untuk uji media digunakan satu lempeng PDA + kloramfenikol. Seluruh cawan petri
diinkubasi pada suhu 20-25oC dan diamati pada hari ketiga sampai ke lima. Koloni kapang
seperti kapas bulat kecil dengna berbagai warna, permukaan kasar dan koloni khamir memiliki
bentuk bulat kecil, hampir menyerupai bakteri. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan hitung.
Hasil pengematan dan perhitungan yang diperoleh dinyatakan sesuai persyaratan berikut, dipilih
cawan petri dari salah satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni atara 50-150. Jumlah
koloni dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan factor pengencerannya, kemudian diambil ratarata. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang dalam tiap gram atau tiap ml sampel. Untuk
beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan diatas, maka diikuti petunjuk sebagai
berikut :
a) Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang sama menunjukkan
jumlah antara 10-150 koloni dihitung dari jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan
dengan faktor pengencerannya.
b) Bila dari dua tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari
dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya maka dipilih tingkat pengenceran
terendah. Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni kurang dari dua
kali jumlah koloni pengenceran dibawahnya, maka diambil langka rata-rata dari jumlah
koloni dari kedua pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang dalam tiap
gram sampel.
c) Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah diantara 10-150
koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung
sebagai angka kapang perkiraan.

20

d) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebakan karena faktor inhibitor,
maka angka kapang dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan dengan factor
pengenceran terendah (