Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Teoritis

2.1.1

Modal Kerja
Setiap perusahaan memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk

membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar
hutang dan lain-lain. Kekurangan uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan
tidak mampu membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan kekurangan
persediaan akan memnyebabkan perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan
karena calon pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan. Perusahaan yang
membiayai kebutuhan modal kerja dengan pinjaman, jika tidak dilakukan dengan
perencanaan yang matang selain akan mengurangi laba yang seharusnya di
peroleh, yang akan memberikan beban berat pada perusahaan diwaktu yang akan
datang (Sundjaja, 2003 :186)

Menurut Brigham dan Houston (2006 :131) Modal kerja adalah investasi
sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek (kas, sekuritas, persediaan,
dan piutang). Menurut Wild (2005 :186), ada tiga konsep pengertian modal kerja :
a. Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva
lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk
membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut
dengan modal kerja kotor (gross working capital ).

13

Universitas Sumatera Utara

b. Konsep Kualitatif
Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas
modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan
kewajiban lancar (net working capital ). Keuntungan konsep ini adalah
terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari
kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak
perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin

dengan dana pinjaman dari kreditor.
c.

Konsep Fungsional
Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan
dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan
perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang
digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat dapat meningkatkan
perolehan laba. Demikian sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba
pun akan menurun. Akan tetapi kenyataannya terkadang kejadiannya tidak
selalu demikian.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai

operasinya sehari-hari, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan tersebut
diharapkan dapat kembali lagi masuk ke dalam perusahaan dalam waktu yang
pendek melalui hasil penjualan produksinya.

14

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Pentingnya Modal Kerja yang Cukup
Modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, di samping
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien
dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan juga akan memberikan
beberapa keuntungan (Munawir, 2004 :116). Manfaat dari tersedianya modal
kerja yang cukup adalah:
1.

Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancer,
misalnya seperti adanya kerugian karena debiur tidak membayar.

2.

Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya tepat pada waktunya.

3.

Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai

sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.

4.

Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi
peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran,
pencurian, dan sebagainya.

5.

Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna
melayani permintaan konsumennya.

6.

Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang
menguntungkan kepada para pelanggan.

7.


Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies
yang dibutuhkan.

15

Universitas Sumatera Utara

8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau
depresi.
2.1.3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Menurut Hampton (1989:180) besarnya modal kerja yang dibutuhkan

suatu perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu:
a. Besar kecilnya skala suatu perusahaan
Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan
kecil. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber
pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat

bergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak
tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi
unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.
b. Aktivitas perusahaan
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan
barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara
tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran
dan jumlah modal kerja suatu perusahaan.
c. Volume penjualan
Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi
kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal
kerja juga akan meningkat demikian pula sebaliknya.

16

Universitas Sumatera Utara

d. Perkembangan teknologi
Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi
akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan

proses produksi yang lebih membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih
banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu akan membuat
perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih
banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan yang besar.
e. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas
Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan
jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk
mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan
barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk
membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak
terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
2.1.4

Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut Taylor (2004: 132) modal kerja dapat digolongkan dalam dua

jenis yaitu:
1.

Modal kerja permanen (permanent working capital)

Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam:
a. Modal kerja primer
Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

17

Universitas Sumatera Utara

b. Modal kerja normal
Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2.

Modal kerja variable (variable working capital)
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan dalam:
a. Modal kerja musiman
Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang jumlahnya berubahubah disebabkan karena fluktuasi musim.

b. Modal kerja siklus
Modal kerja siklus merupakan modal kerja yang jumlah kebutuhannya
dipengaruhi oleh konjungtur.
c. Modal kerja darurat
Modal kerja yang besarnya berubah karena keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.

2.1.5

Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja berkenaan dengan management current account

perusahaan (aktiva lancar dan utang lancar). Manajemen modal kerja ini
merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan pembelanjaan
perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (2004 :133) manajemen modal kerja
mengacu pada semua aspek penatalaksanaan aktiva lancar dan utang lancar.

18


Universitas Sumatera Utara

Sedangkan manajemen modal kerja Menurut Weston & Copeland (1999: 327)
manajemen modal kerja merupakan kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aset lancar dan kewajiban jangka pendek yang terdapat dalam
perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran untuk operasi sehari-hari.
Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aset lancar dan utang
lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat
profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, seorang manager diharapkan mampu
mengelola manajemen perusahaan agar pemenuhan modal kerja dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.
Menurut Eljelly (2004), menyatakan manajemen modal kerja memegang
peranan penting dalam membuat perbandingan likuiditas dan profitabilitas
perusahaan, yang melibatkan pengambilan keputusan terkait jumlah dan
komposisi aktiva lancar dan membiayai aktiva tersebut. Kekurangan modal kerja
dalam meningkatkan penjualan dan produksi akan berakibat pada hilangnya
potensi pendapatan dan laba yang mungkin diperoleh sehingga timbul pula
kemungkinan perusahaan akan terseret ke dalam keadaan insolvent (tidak mampu
membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo). Perusahaan yang tidak

memiliki modal kerja yang cukup, tidak akan mampu melunasi kewajiban jangka
pendeknya tepat waktu dan akan dihadapkan pada masalah likuiditas.
Manajemen modal kerja juga menjadi penting, karena berkaitan dengan
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

19

Universitas Sumatera Utara

1.

Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu
manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari
ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja.

2.

Jika lebih dari separuh total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar
sebagai bagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva
lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan.

3.

Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan
permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung.

4.

Manajemen modal kerja sangat penting terutama bagi perusahaan kecil.
Meskipun perusahaan kecil dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya

namun mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan
persediaan. Karena akses ke pasar modal relatif terbatas, maka penekanan harus
ditujukan pada utang dan piutang dagang dan pinjaman bank jangka pendek
(Weston & Copeland 1999 :324).
Ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional dalam menajemen
modal kerja (Horne, 2005 :313), yaitu kemampuan memperoleh laba berbanding
terbalik dengan likuiditas dan kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko.
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi
dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar,
maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga
mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund), karena dana tersebut
sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba.

20

Universitas Sumatera Utara

2.1.6

Efisiensi
Efisiensi adalah ketepatan cara antara (usaha dan kerja) dalam

menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan
kegunaannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 :284). Efisiensi dalam
pekerjaan adalah perbandingan terbaik antara suatu kerja dengan hasil yang
dicapai. Perbandingan ini dapat dilihat dari dua segi : (a) segi hasil (b) segi usaha.
Segi hasil adalah suatu kegiatan yang dapat disebut efisien kalau dengan
usaha tertentu memberikan hasil yang maksimal, baik mutu maupun hasilnya.
Segi usaha adalah suatu kegiatan disebut efisien kalau hasil tertentu tercapai
dengan usaha yang maksimal. Pengertian usaha dapat dikembangkan dengan
unsur-unsur antara lain pikiran, jasmani, dan benda termasuk uang, sedangkan
efisiensi menurut Drucker dalam Trisnawati (2005:7) adalah mengerjakan
pekerjaan

yang benar (doing things right). Efisiensi bertujuan untuk

meminimalkan biaya-biaya dalam proses operasional perusahaan. Efisiensi modal
kerja berarti ukuran seberapa baik suatu perusahaan menggunakan modal kerja
yang dimilikinya dengan meminimalkan biaya-biaya yang digunakan dalam
operasional perusahaan. Efisien yang dimaksud penelitian ini adalah efisiensi
manajemen modal kerja.
2.1.7

Efisiensi Manajemen Modal Kerja
Efisiensi Manajemen modal kerja merupakan salah satu upaya perusahaan

untuk mengelola modal kerja sehingga setiap dana yang dioperasikan oleh suatu
perusahaan dapat terarah secara efektif dan dana operasi dapat segera kembali
dengan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Efisiensi manajemen modal

21

Universitas Sumatera Utara

kerja adalah kemampuan perusahaan untuk mengelola modal kerja yang ada,
sehingga dapat meningkatkan kemakmuran pada perusahaan, manajemen modal kerja
yang efisien yaitu mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan
tidak juga kekurangan.
Alat yang digunakan untuk mengukur efisiensi manajemen modal kerja yaitu

Cash Conversion Cycle (Siklus Konversi Kas). Cash Conversion Cycle (Siklus
Konversi Kas) adalah alat yang digunakan untuk mengukur waktu yang
diperlukan perusahaan untuk mengumpulkan kas yang berasal dari hasil kegiatan
operasi perusahaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap jumlah dana yang
digunakan untuk disimpan pada current assets.
Pengelolaan modal kerja yang efektif dalam suatu perusahaan dapat dilihat
dari indikator siklus konversi kasnya (CCC) Deloof (2003), Gill, Biger dan
Mathur (2010) dan Enqvist, Graham dan Nikkinen (2012). Perusahaan dengan
pengelolaan modal kerja yang efektif dan efisien dapat dilihat dari siklus konversi
kasnya yang semakin pendek. Perusahaan dengan siklus konversi kas yang
pendek mengindikasikan perusahaan mampu mengumpulkan piutangnya dengan
cepat dan membayar supplier lebih lambat namun dengan tetap menjaga
kredibilitasnya. Hal ini akan berdampak pada profitabilitas dan likuiditas yang
optimal.
Cash Conversion Cycle dapat di perpendek dengan cara memperpanjang
umur pembayaran utang. Namun perlu dicatat, manajemen diharapkan dapat
memperlambat pembayaran utang tanpa merusak reputasi dan kredibilitasnya.
Dalam arti pelambatan pembayaran utang hanya boleh dilakukan sampai batas
maksimum pembayaran utang yang telah diijinkan oleh kreditornya, dengan
22

Universitas Sumatera Utara

memperlambat pembayaran utang maka perusahaan dapat memanfaatkan dana
yang ada untuk keperluan lainnya ataupun dapat disimpan dalam investasi jangka
pendek yang bersifat likuid sehingga akan mendatangkan pemasukan bagi
perusahaan.
Perusahaan

dapat meningkatkan laba dengan mempersingkat siklus

konversi kas secepat mungkin tanpa mengganggu operasi, karena siklus konvesi
kas yang pendek dapat mengurangi besarnya pembiayaan eksternal ataupun
internal yang dibutuhkan. Menurut brigham dan Houston (2006 :566), model
siklus konversi kas terdiri atas 3 komponen yang menyusunnya yaitu periode
piutang, periode persediaan, dan periode utang perusahaan.
2.1.8

Inventory Conversion Period
Inventory Conversion Period merupakan jangka waktu sejak pembelian

bahan baku yang kemudian diolah menjadi barang jadi untuk dijual. Dalam
mengelola persediaan, muncul biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan.
(Brealey et al., 2007 :143). Berdasarkan hal tersebut maka periode persediaan
harus dipercepat agar dapat menekan biaya-biaya tersebut sehingga hal ini akan
dapat menguntungkan bagi perusahaan (Syamsuddin, 2009 :205). Di sisi lain
perusahaan harus menjaga agar tidak terjadi kehabisan persediaan yang berakibat
perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. (Syamsuddin, 2009
:234).
Menurut Brigham dan Houston (2004 :567) periode konversi persediaan
dapat diukur dengan cara membagi inventory dengan sales kemudian dikali 365.

23

Universitas Sumatera Utara

Upaya mempercepat periode persediaan dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan dikarenakan pengelolaan persediaan ini menimbulkan biaya-biaya
yang harus ditanggung perusahaan. Dengan mempercepat periode ini maka dapat
mengurangi biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan sehingga hal ini dapat
menguntungkan perusahaan. Akan tetapi harus diwaspadai agar tidak terjadi
kehabisan persediaan yang berakibat perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan pelanggan.
2.1.9

Receivables collection period
Receivables collection period merupakan jangka waktu sejak barang jadi

dijual secara kredit hingga penerimaan kas dari pengumpulan piutang. Adanya
piutang berarti terdapat kas yang terikat didalamnya sehingga harus segera
dibebaskan agar tersebut dapat segera digunakan untuk kepentingan-kepentingan
perusahaan

terutama

untuk

investasi

yang

menguntungkan

perusahaan

(Syamsuddin, 2009 :242). Berdasarkan hal tersebut maka periode ini harus
dipercepat agar dapat memberi keuntungan bagi perusahaan. Akan tetapi terdapat
resiko perusahaan kehilangan pelanggan akibat upaya yang agresif dengan
mempercepat pengumpulan piutang (Syamsuddin, 2009 :273).
Menurut Brigham dan Houston (2004 :567) periode pengumpulan piutang
dapat diukur dengan cara membagi piutang usaha dengan penjualan kemudian
dikali 365.

24

Universitas Sumatera Utara

Upaya mempercepat periode piutang akan menguntungkan perusahaan
dikarenakan kas yang terikat dalam piutang dapat segera dibebaskan dan kembali
digunakan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya termasuk untuk digunakan
pada kesempatan yang menguntungkan. Akan tetapi upaya ini menandakan upaya
yang agresif dari perusahaan untuk mengumpulkan piutangnya yang dapat
berakibat perusahaan kehilangan pelanggan di kemudian hari.
2.1.10 Payables Defferal Period
Payables deferral period

merupakan jangka waktu sejak pembelian

bahan baku hingga dilakukan pembayaran atas bahan baku yang dibeli tersebut.
Utang usaha pada dasarnya menguntungkan bagi perusahaan karena dapat
menggunakan bahan baku tanpa harus membayar terlebih dahulu. (Brealey et al.,
2007:171),

jika

pembayarannya

diperlambat

maka

hal

ini

semakin

menguntungkan perusahaan. Akan tetapi perusahaan harus tetap menjaga relasi
yang baik dengan pemasok dan tetap memanfaatkan potongan tunai yang
menguntungkan perusahaan. (Syamsuddin, 2009 :234) .
Menurut Brigham dan Houston (2004 :567) periode pembayaran utang
dapat diukur dengan cara membagi utang lancar dengan harga pokok penjualan
dikali 365.

Account payable merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan
yang bersifat jangka pendek (Gitman 2011 :682). Payable Deferral Period
merupakan jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan

25

Universitas Sumatera Utara

pembayaran atas hutang-hutangnya. Apabila perusahaan membayar mampu
menunda pembayaran hutang-hutangnya tanpa meningkatkan biaya operasi maka
profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi (Brigham dan Houston 2009 :496).
2.1.11 Cash Conversion Cycle
Menurut Brigham dan Houston (2004 :568), siklus konversi kas dapat
dipersingkat dengan cara:
1. Mengurangi periode konversi persediaan dengan memproses dan
menjual barang secara lebih cepat.
2. Mengurangi periode penerimaan piutang dengan mempercepat
penagihan, atau
3. Memperpanjang periode pembayaran utang dengan memperlambat
pembayaran yang dilakukan.
Sedangkan menurut Gitman ( (2012: 641), cash conversion cycle (CCC)
adalah lama waktu yang dibutuhkan sebuah perusahaan umtuk mengkonversi kas
yang diinvestasikan dalam operasinya menjadi penerimaan kas sebagai hasil dari
kegiatan operasinya.
Menurut Brigham dan Houston (2004 :568) siklus konversi kas dapat
diukur dengan menambahkan inventory conversion period dan receivable
collection period kemudian hasilnya dikurangi dengan payables deferral period.

26

Universitas Sumatera Utara

Perusahan

akan

mendapatkan

keuntungan

dengan

mempercepat

penerimaan kas dan memperlambat pengeluaran kas untuk pembayaran utang.
Perusahaan akan memperlambat pengeluaran kas atau pembayaran utang.
Perusahaan akan mempercepat penerimaan kas untuk dapat menggunakan uang
tersebut lebih cepat untuk meningkatkan efesiensi yang pada akhirnya
meningkatkan

profitabilitas.

Sebaliknya,

perusahaan

berusaha

menunda

pembayaran hutang selama yang mereka bisa tanpa harus menurunkan
kepercayaan kreditor sehingga perusahaan mampu meningkatkan manfaat kas
yang telah didapatkan (Horne dan Wachowiz, 2008: 223). Cash conversion period
merupakan kombinasi dari penjumlahan inventories conversion period dengan
reivables collection period dikurangi payable deferral period. Menurut Brigham
dan Houston (2006: 568) mengemukakan bahwa mempersingkat cash conversion
cycle akan menghasilkan profitabilitas yang lebih tinggi. Jika sebuah perusahaan
menjual lebih cepat, mengumpulkan piutang lebih cepat, dan membayar hutang
lebih lama tanpa mempengaruhi penjualan dan meningkatkan biaya operasional,
maka periode pengumpulan kas akan berkurang, biaya bunga akan berkurang,
biaya bunga akan dapat dikurangi dan profit akan meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam suatu siklus konversi kas, periode
piutang dan periode persediaan harus dikelola secepat mungkin sedangkan
periode utang harus diperlambat sehingga upaya-upaya ini dapat mempersingkat
siklus konversi kas dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan
profitabilitas perusahaan.

27

Universitas Sumatera Utara

2.1.12 Firm Size
Menurut Rajan dan Zingales (2005:83), ada tiga teori yang secara implisit
menjelaskan hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara
lain :
a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale,
dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran
perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas.
b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan ukuran
perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya
terdapat teori critical resources
c. Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor
seperti sistem perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan
patent, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan
Perusahaan yang berukuran besar memiliki peluang yang besar untuk
memiliki sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapatkan
pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan yang berukuran besar
mempunyai probabilitas yang lebih besar untuk bersaingan atau bertahan dalam
industri. Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total assets, log
size, nilai pasar saham dan lain-lain (Putri, dkk. 2014).
2.1.13 Status Perusahaan (Perusahaan BUMN dan BUMS)
Berdasarkan peraturan pemerintah ada dua bentuk perusahaan di indonesia
yaitu Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta
(BUMS). Bentuk perusahaan ini didasarkan pada kepemilikannya. Berdasarkan

28

Universitas Sumatera Utara

undang-undang Republik Indonesia no.19 tahun 2003 tentang BUMN, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau sebahagian
besar modalnya adalah milik negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian
nasioal, disamping badan usaha milik swasta dan koperasi. Dalam menjalakan
kegiatan usahanya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Swasta (BUMS) dan koperasi menajalankan peran saling mendukung bedasarkan
demokrasi ekonomi.
Berdasarkan UUD 1945 pasal 33, bidang- bidang usaha yang diberikan
kepada pihak swasta adalah mengelola sumber daya ekonomi yang bersifat tidak
vital dan strategis atau yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak. Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS) adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh
swasta. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dibedakan menajadi Badan Usaha
Milik Swasta (BUMS) dalam negeri dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) luar
negeri. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dalam negeri adalah badan usaha
yang modalnya dimiliki oleh masyarakat dalam negeri. Sedangkan Badan Usaha
Milik Swasta (BUMS) luar negeri adalah badan usaha yang modal usahanya
dimilikimoleh masyarakat luar negeri.
2.1.14 Profitabilitas
Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting
dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan
memperoleh laba dengan menggunakan semua suber daya perusahaan maka

29

Universitas Sumatera Utara

tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya
tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi.
Profitabilitas merupakan hak yang penting bagi perusahaan karena
disamping dapat menilai efisiensi kerja, juga merupakan alat untuk meramalkan
laba masa yang akan datang dan merupakan alat pengendali bagi manajemen.
Dengan berpedoman pada profitabilitas, manajemen dapat mengambil dan
menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan profitabilitas dimasa yang
akan datang.
Profitabilitas merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu
fokus utama bagi perusahaan yang berorientasi terhadap laba. Kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan ini merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan perusahaan agar dapat terus bertahan dan tumbuh serta
berkembang dalam menjalankan bisnisnya (Syamsuddin, 2009 :59). Perusahaan
harus dapat mengelola bisnisnya secara efisien agar sumber daya yang digunakan
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya tidak lebih besar dari hasil yang
diterima perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2006 :107), rasio profitabilitas merupakan
sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Terdapat beberapa jenis
rasio yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan, yaitu:

30

Universitas Sumatera Utara

a. Gross Profit Margin
Gross profit margin mengukur besarnya persentase dari laba kotor
yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan. Semakin tinggi gross
profit margin, maka semakin baik. Gross profit margin dapat dihitung
dengan rumus:

b. Operating Profit Margin
Operating profit margin mengukur besarnya persentase dari laba kotor
yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan setelah terlebih dahulu
dikurangi dengan beban dan biaya operasi perusahaan. Semakin tinggi
rasio operating profit margin, maka semakin baik. Operating Profit
Margin dapat dihitung menggunakan rumus:

c. Net Profit Margin
Net Profit Margin mengukur besarnya persentase laba bersih yang
dapat dihasilkan dari setiap penjualan. Net profit margin dapat
dihitung seperti berikut:

31

Universitas Sumatera Utara

d. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA), sering pula disebut sebagai Return on
Investment (ROI). ROA mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan dalam menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang
tersedia. Semakin tinggi rasio ROA, semakin baik. ROA dapat
dihitung dengan rumus:

e. Return on Equity (ROE)
Return on Equity mengukur besarnya persentase pengembalian atas
investasi yang telah dilakukan oleh para pemegang saham di suatu
perusahaan. ROE dapat dihitung dengan rumus:

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada berbagai cara yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini,
penulis membatasi hanya menggunakan satu cara yaitu memakai rasio Gross
Profit Margin untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Menurut (Gitman, 2009
:68), Gross Profit margin (GPM) untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan
kotor terhadap penjualan bersihnya. Ini merupakan ukuran efisiensi operasi
perusahaan dan juga indikasi penetapan harga produk.

32

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Penelitian Terdahulu
Secara ringkas penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya dan berhubungan dengan Efisiensi Manajemen Modal Kerja
dan Profitabilitas adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1

2

Nama
Peneliti/
Tahun
Falope dan
Ajilor/2009

Niken
Hastuti
/2010

Judul Penelitian

Metode
Analisis

Variabel

Hasil

Working
Capital
Management
and
Corporate
Profitability:
Evidence
From
Panel Data Analysis
Of Selected Quoted
Companies
in
Nigeria

analisis regresi
dan
Pearson
Corelation.

Variabel
dependen: ROA.
Variabel
independen;
Periode
pengumpulan
piutang, periode
Konversi
persediaan, periode
penangguhan
utang,siklus
konversi kas,ukuran
perusahaan,pertumb
uhan
penjualan, rasio
utang.

Terdapat hubungan
negatif
antara
periode
penangguhan
utang,
periode
pengumpulan
piutang
dan
periode konversi
persediaan
terhadap
profitabilitas.

Analisis Pengaruh
Periode Perputaran
Persediaan, Periode
Perputaran Utang
Dagang, Rasio
Lancar,
Leverage,
Pertumbuhan
Penjualan Dan
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan ( Studi
Pada : Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI
Pada
Tahun 2006-2008)

Analisis
Regresi Linier
Berganda

Variabel Dependen :
ROA

Variabel periode
Perputaran
persediaan,
periode perputaran
utang dagang, rasio
lancar dan leverage
memiliki koefisien
regresi
yang
negatif. Sedangkan
pertumbuhan
penjualan
dan
ukuran perusahaan
memiliki koefisien
regresi
yang
positif.

Variabel Independen
:
periode perputaran
persediaan, periode
perputaran utang
dagang, rasio
lancar, rasio utang,
pertumbuhan
penjualan dan
ukuran perusahaan

33

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No
3

4

Nama
Peneliti/
Tahun
Saghir,
Hasmi, &
Hussain/20
11

Danang
Rosyid/201
2

Judul Penelitian

Metode
Analisis

Variabel

Working Capital
Management And
Profitability: Evidence
From Pakistan Firm

Analisis
Pearson
Corelation
&Analisis
regresi

Variabel
dependen: ROA

“Analisis
Pengaruh
Periode
Konversi
Persediaan,
Periode
Pengumpulan Piutang,
Periode Penangguhan
Utang, Rasio Utang
Terhadap Profitabilitas
(Studi
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Tercatat di Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
Periode Tahun 2008 –
2010)”

Analisis
Regresi
Linier
berganda

Variabel
ROA

Variabel
Independen :
Periode pengumpulan
piutang, periode
konversi
persediaan,periode
penangguhan
utang

dependen:

Variabel Independen:
periode
konversi
persediaan, periode
pengumpulan
piutang,
periode
penangguhan utang,
rasio utang.

Hasil
Penurunan
profitabilitas yang
Dihubungkan
dengan Peningkatan
periode
penangguhan utang
Terdapat hubungan
negatif
periode
pengumpulan
piutang
dan
periode konversi
persediaan
terhadap
profitabilitas

Variabel periode
konversi
persediaan, periode
pengumpulan
piutang dan rasio
utang
yang
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
ROA. Sedangkan
variabel yang lain,
periode
penangguhan utang
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
ROA.

34

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No
5

6

Nama
Peneliti/
Tahun
Suhendi
/2012

R.rr
Ken
Berlian
Kautsari
(2013)

Judul Penelitian

Metode
Analisis

Variabel

Pengaruh Perputaran
Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor
Konsumsi
yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia

Analisis
Regresi
Linier
berganda

Variabel dependen:
net profit margin

Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap
profitabilitas
perusahaan
Rokok
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia

Analisis
Regresi
Linier
berganda

Variabel dependen:
ROA

Variabel independen:
cash conversion cycle
dan perputaran kas

Variabel independen:
periode
perputaran
persediaan, Periode
piutang
Konversi,
Periode Penangguhan
Hutang, dan siklus
konversi kas.
Variabel kontrol:
utang dan ukuran
perusahaan.

Hasil
Hasil
penelitian
menyimpulkan
bahwa
cash
conversion cycle
dan perputaran kas
baik secara parsial
maupun simultan
mempunyai
pengaruh terhadap
net profit margin
sebagai
ukuran
profitabilitas.

Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa ada yang
kuat
hubungan
negatif
antara
periode perputaran
persediaan, Piutang
Periode Konversi,
dan siklus konversi
kas dan laba atas
aset
perusahaan.
Periode
Penangguhan
hutang
tidak
mempengaruhi
pada laba atas aset
perusahaan.
Ini
berarti
bahwa
sebagai
siklus
konversi
kas
meningkatkan hal
itu
akan
menyebabkan
penurunan return
on
asset
perusahaan.

35

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No
7

8

Nama
Peneliti/
Tahun
Werner R.
Murhadi/20
13

Mr.
N.Suresh
Babu/2014

Judul Penelitian

Metode
Analisis

Variabel

Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan di Bursa
Efek Indonesia

Analisis
Regresi
Linier
berganda

Variabel dependen:
Gross Profit Margin

“Study on the Working
Capital Management
Efficiency in Indian
Leather Industry- An
Empirical Analysis”

Regresi
Linier
berganda

Variabel dependen:
profitability (ROA)
Variabel independen:
the inventory
conversion
period (ICP), the
average collection
period (ACP),
the average payment
period (APP), and
the cash
conversion
Cycle
(CCC)

Variabel independen:
account
payable
deferral
period,
accounts receivable
conversion
period,
dan
inventories
conversion period.

Hasil
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
siklus
konversi kas tidak
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas.
Komponen
dari
siklus konversi kas
yakni
lamanya
periode
pengumpulan
piutang juga tidak
mempengaruhi
profitabilitas
,
sedangkan
komponen
dari
siklus konversi kas
lainnya
yaitu
periode
pembayaran
pembayaran hutang
dan
konversi
persediaan
berpengaruh positif
signifikan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
profitabilitas
memiliki hubungan
positif signifikan
persediaan periode
konversi
dan
signifikan positif
hubungan periode
penagihan
ratarata.
Bahkan
meskipun, periode
pembayaran ratarata dan konversi
kas siklus yang
signifikan
berhubungan
negatif
dengan
profitabilitas.

36

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No
9

2.3

Nama
Peneliti/
Tahun
Muhammad
Fauzan/2015

Judul Penelitian
Pengaruh Pengelolaan
Modal Kerja (siklus
konversi kas) terhadap
Profitabilitas
Perusahaan

Metode
Analisis
Regresi
Linier
berganda

Variabel
Variabel Dependen:
ROA
Variabel Independen:
Days
of
Sales
Outstanding , Days of
Inventory
Outstanding , dan
Days of Payable
Outstanding

Hasil
Dalam pengujian
hipotesis
uji
t
menunjukkan sub
variabel Days of
Sales Outstanding
berpengaruh
terhadap Return On
Asset. Sub variabel
Days of Inventory
Outstanding tidak
berpengaruh
terhadap Return On
Asset. Sub variabel
Days of Payable
Outstanding
berpengaruh
terhadap Return On
Asset. Sedangkan
berdasarkan uji f
menunjukkan
bahwa sub variabel
Days of Sales
Outstanding, Days
of
Inventory
Outstanding, dan
Days of Payable
Outstanding
berpengaruh
terhadap Return On
Asset.

Kerangka Konseptual
Untuk dapat mengetahui secara jelas tentang alur dari penelitian ini,

dibutuhkan kerangka konseptual. Kerangka konseptual atau kerangka teoretis
adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan
faktor-faktor yang penting telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina,
2011: 33). Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara
variabel-variabel penelitian, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.
Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan dari peneltian terdahulu, variabel
37

Universitas Sumatera Utara

independen ini adalah Inventory Conversion Period, Receivables Collection
Period, Payables Defferal Period, Cash Conversion Cycle, Firm Size, dan Status
Perusahaan. Adapun yang menjadi variabel dependennya adalah profitabilitas
pada laporan tahunan perusahaan farmasi.
Profitabilitas digunakan untuk mengukur suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba. Profitabilitas memberikan informasi tentang cara perusahaan
beroperasi dan merupakan sarana yang diperlukan untuk bertumbuh serta menjaga
kelangsungan hidupnya. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah
perusahaan, pada umumnya dilakukan analisis terhadap terhadap laporan
keuangannya.
Inventory Conversion Period yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk
mengkonversi bahan baku menjadi barang

jadi dan kemudian menjualnya.

Inventory Conversion Period merujuk kepada persediaan dan penjualan, dengan
mempercepat proses produksi dan penjualan barang.
Receivables Collection Period yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk
mengkonversikan piutang perusahaan menjadi kas. Receivables Collection Period
merujuk kepada piutang dan penjualan, dengan mempercepat penagihan untuk
menghasilkan piutang.
Payables Defferal Period yaitu jangka waktu rata–rata sejak pembelian
bahan baku hingga terlaksananya pembayaran atas barang dan pekerja. Payables
Defferal Period merujuk kepada hutang dan harga pokok penjualan, dengan
memperlambat pembayaran pada hutang. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa
menaikkan biaya atau menekankan penjualan.

38

Universitas Sumatera Utara

Cash Conversion Cycle yaitu jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan
dalam mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada
akhirnya

akan

mempengaruhi

jumlah

dana

yang

diperlukan

untuk

diinvestasikan. Cash Conversion Cycle merujuk kepada periode persediaan,
periode piutang dan periode hutang. Hal tersebut mempengaruhi kebutuhan
aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan.
Firm Size yaitu tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan
yang dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total asset.
Status perusahaan yaitu Berdasarkan kepemilikannya Pengaruh status
perusahaan dapat dilihat dengan variabel dummy. Dengan memberikan kode 0
untuk perusahaan BUMN dan kode 1 untuk perusahaan lainnya..
Gambar 2.1 mengilustrasikan kerangka yang akan mendukung pada
penelitian ini. Kerangka pemikiran ini menjelaskan enam faktor yang
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Keenam faktor tersebut antara
lain Inventory Conversion Period, Receivables Collection Period, Payables
Defferal Period, Cash Conversion Cycle, Firm Size dan Status Perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian. Maka kerangka
konseptual dapat di gambarkan sebagai berikut :

39

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber: diolah oleh Peneliti, 2016

2.4

Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Inventory Conversion Period, Receivables Collection Period, Payables
Defferal Period, Cash Conversion Cycle, Firm Size dan Status Perusahaan
secara simultan berpengaruh terhadap Gross Profit Margin pada perusahaan
farmasi di Bursa Efek Indonesia.
H2: Inventory Conversion Period secara parsial berpengaruh Gross Profit Margin
pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
H3: Receivables Collection Period secara parsial berpengaruh terhadap Gross
Profit Margin pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
40

Universitas Sumatera Utara

H4: Payables Defferal Period secara parsial berpengaruh terhadap Gross Profit
Margin pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
H5: Cash Conversion Cycle secara parsial berpengaruh terhadap Gross Profit
Margin pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
H6: Firm Size secara parsial berpengaruh terhadap Gross Profit Margin pada
perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
H7: Status Perusahaan Size secara parsial berpengaruh terhadap Gross Profit
Margin pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.

41

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan Food Dan Beverage Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 55 77

Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 82 86

Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Bank BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2010

0 7 1

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 8 104

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 13

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 2

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 12

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 4

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 5

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014) - UNS Institutional Repository

0 0 15