Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan globalisasi ekonomi dalam mewujudkan perdagangan dunia yang
bebas melahirkan era kompetisi dalam berbagai bidang industri. Globalisasi
ekonomi ini akan segera menciptakan suatu lingkungan baru dan serta kesempatan
bisnis baru dalam berbagai bidang industri. Salah satu perusahaan industri yang
berkembang pesat di Indonesia adalah industri farmasi dan Indonesia merupakan
farmasi terbesar di kawasan ASEAN.
Industri farmasi menjadi industri yang penting bagi perkembangan
perekonomian bangsa. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
dokumen

izin

edar


(registrasi)

dan

tidak

menimbulkan

resiko

yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.
Perusahaan Farmasi dapat dibedakan menjadi dua kategori,yaitu perusahaan
BUMN dan BUMS.
Menurut Sharabati et al. (2010) industri farmasi merupakan industri yang
intensif melakukan penelitian, industri yang inovatif dan seimbang dalam
penggunaan sumber daya manusia serta teknologi. Pembaharuan produk dan
inovasi sangat penting bagi keberlangsungan hidup perusahaan farmasi.
1


Universitas Sumatera Utara

Tujuan utama berdirinya suatu perusahaan secara umum adalah untuk
menghasilkan laba atau profitabilitas perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan ini merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan perusahaan agar dapat terus bertahan dan tumbuh serta berkembang
dalam menjalankan bisnisnya (Syamsuddin, 2009 :59). Laba yang dicapai dapat
dimaksimalkan

melalui

peningkatan

penjualan

produk

perusahaan


dan

meminimalkan biaya operasi
Perusahaan farmasi sebagai salah satu dari bagian dari industri manufaktur
tentu sangat memperhatikan profitabilitas bisnisnya. Perusahaan menginginkan
agar dapat selalu efisien dalam mengelola bisnisnya agar profitabilitas perusahaan
dapat dimaksimalkan. Menurut data kementrian keuangan tahun 2013, penjualan
obat nasional selalu mengalami pertumbuhan 12%-13% setiap tahun dimana saat
ini pasar farmasi di Indonesia bernilai sekitar USD 6,24 Milyar dan sebanyak 75%
pangsa pasar dikuasai oleh perusahaan nasional (www.ipmg-online.com).
Sampai saat ini, pengukuran profitabilitas pada perusahaan – perusahaan
masih banyak yang menggunakan Gross Profit Margin. Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan.
Werner (2013) menyatakan Gross profit Margin (GPM) yang diperoleh dari
laba kotor operasional perusahaan dibagi dengan sales. Penggunaan Gross Profit
Margin berdasarkan pertimbangan bahwa rasio ini mencerminkan laba hasil
aktivitas operasional perusahaan tanpa dipengaruhi oleh aktivitas pendanaan.

2


Universitas Sumatera Utara

Ini merupakan ukuran efisiensi operasi perusahaan dan juga indikasi penetapan
harga produk.
Tabel 1.1
Gross Profit Perusahaan Farmasi Tahun 2012-2014
(dalam ribuan rupiah)
Laba kotor
No

BUMN

Nama Perusahaan
2012

1

PT. Indofarma Tbk.


2

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

2013

2014

367.895.645

337.567.310

312.426.176

1.175.166.970

1.292.152.041

1.385.482.060


BUMS
3

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.

4

PT. Kalbe Farma Tbk.

5

PT. Merck Tbk.

651.109.890

660.656.077

585 .219.682

6.533.433.806


7.679.113.456

8.475.795.157

424.442.298)

447.462.017)

458.455.147

Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel yang disajikan, menunjukkan bahwa gross profit
perusahaan farmasi setiap tahunnya selama tiga tahun untuk dua perusahaan
BUMN dan tiga perusahaan BUMS mengalami perkembangan yang fluktuatif.
Ciri pokok perusahaan farmasi adalah perusahaan ini memiliki modal kerja
yang besar, karena bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan farmasi relatif
mahal, artinya aktiva lancar pada perusahaan farmasi ini relatif besar.
Modal kerja adalah jumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar

setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari. Brigham dan
Houston (2009 :489) menyatakan modal kerja adalah investasi perusahaan pada
aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang
usaha dan persediaan. Pada Tabel 1.2 disajikan aktiva lancar dari lima perusahaan
farmasi dari tahun 2012 sampai 2014 sebagai beriku:

3

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2
Aktiva Lancar Perusahaan Farmasi Tahun 2012-2014
(dalam ribuan rupiah)
Aktiva Lancar
No

BUMN

Nama Perusahaan
2012


1

PT. Indofarma Tbk.

2

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

2013

2014

777.629.145

848.840.281

782.887.635

1.506.614.456


1.810.614.614

2.040.430.857

BUMS
3

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.

4

PT. Kalbe Farma Tbk.

5

PT. Merck Tbk.

826.342.540


913.983.962

925.293.721

6.441.710.544

7.497.319.451

8.120.805.370

463.883.090

588.237.590

595.338.719

Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel tersebut terlihat bahwa aktiva lancar pada tahun 2012 –
2014 dari lima perusahaan farmasi mengalami peningkatan setiap tahunnya
kecuali pada tahun 2014 perusahaan PT. Indofarma Tbk mengalami penurunan
pada aktiva lancar.
Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan
karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat
mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali.
Adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting dilakukan untuk
mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, dari informasi ini dapat ditentukan
kebijakan apa yang harus dibuat atau langkah yang harus diambil untuk
mengatasinya.
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aset lancar dan kewajiban jangka pendek yang terdapat dalam
4

Universitas Sumatera Utara

perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran untuk operasi sehari-hari
(Weston & Copeland 1999 :327).
Ganesan (2007) Menyatakan efisiensi manajemem modal kerja meningkatkan
arus kas bebas, yang pada gilirannya meningkatkan perusahaan - perusahaan
peluang pertumbuhan dan kembali kepada pemegang saham. Meskipun
perusahaan pada dasarnya berfokus pada penganggaran modal jangka panjang dan
struktur modal, tren terbaru adalah bahwa banyak perusahaan di industri yang
berbeda juga berfokus pada efisiensi manajemen modal kerja.
Terdapat hubungan yang kuat antara perusahaan profitabilitas dengan efisiensi
manajemen modal kerja. Pada setiap industri yang berbeda langkah-langkah
efisiensi manajemen modal kerja bervariasi dan perusahaan-perusahaan dari
sektor industri yang berbeda mengadopsi pendekatan yang berbeda untuk
manajemen modal kerja. Perusahaan dalam industri yang memiliki sedikit
persaingan akan fokus pada meminimalkan piutang untuk meningkatkan arus kas
dan sebagian perusahaan – perusahaan dalam industri di mana sejumlah besar
pemasok bahan, fokus akan pada memaksimalkan hutang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari
efisiensi manajemen modal kerjanya, dan efisiennya manajemen modal kerja
tersebut ditandai dari semakin pendeknya Cash Conversion Cycle (CCC).
Menurut Brealey, et al., (2007 :140), model Cash Conversion Cycle (CCC)
meliputi beberapa faktor terkait dengan kas, piutang, persediaan, dan utang usaha
perusahaan, yaitu Inventory Conversion Period, Receivables Collection Period,
Payables Defferal Period, dan Cash Conversion Cycle.

5

Universitas Sumatera Utara

Salah satu faktor yang mempengaruhi profitabilitas adalah Inventory
Conversion Period Hasil mengenai pengaruh dari variabel periode konversi
persediaan terhadap profitabilitas, Edwin (2013) tidak menemukan pengaruh yang
signifikan sedangkan Sial & Chaudhry (2012) menemukan pengaruh yang negatif
signifikan terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini diharapkan Inventory
Conversion Period memiliki hubungan yang positif dengan Profitabilitas. Jadi
Inventory Conversion Period dapat diukur dengan cara membagi inventory
dengan sales

kemudian dikali 365. Pada Tabel 1.3 disajikan persediaan

perusahaan farmasi tahun 2012 sampai 2014 :
Tabel 1.3
Persediaan Barang Perusahaan Farmasi Tahun 2012-2014
(dalam ribuan rupiah)
Persediaan
No

Nama Perusahaan

BUMN
2012

2013

2014

1

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.

161.341.812

236.417.397

216.406.886

2

PT. Indofarma Tbk.

530.417.299

640.909.360

687.406.883

BUMS
3

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

4

PT. Kalbe Farma Tbk.

5

PT. Merck Tbk.

132.822.565

206.681.880

227.049.816

2.115.483.766

3.053.494.513

3.090.544.151

237.577.457

249.318.913

183.724.387

Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa persediaan dari lima perusahaan
farmasi mengalami peningkatan setiap tahun, kecuali perusahaan PT. Indofarma
Tbk untuk BUMN, dan PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk untuk BUMS
mengalami penurunan pada tahun 2014.

6

Universitas Sumatera Utara

Receivables

Collection

Period

juga

memiliki

pengaruh

terhadap

profitabilitas. Hasil penelitian pengaruh dari variabel Receivables Collection
Period terhadap profitabilitas, Nimalathasan (2010) tidak menemukan pengaruh
yang signifikan. Sial & Chaudhry (2012), dan Edwin (2013), menemukan
pengaruh yang negatif signifikan terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini
variabel Receivables Collection Period di ukur dengan cara membagi Receivables
dengan sales kemudian dikali 365. Pada Tabel 1.4 disajikan piutang usaha pada
perusahaan farmasi tahun 2012 sampai 2014 sebagai berikut :

Tabel 1.4
Piutang Usaha Perusahaan Farmasi Tahun 2012-2014
(dalam ribuan rupiah)
Piutang Usaha
No

BUMN

Nama Perusahaan
2012

1

PT. Indofarma Tbk.

2

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

2013

2014

247.767.441

304.641.011

196.478.417

458.728.515

546.576.423

514.930.239

BUMS
3

. PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.

4

PT. Kalbe Farma Tbk.

5

PT. Merck Tbk.

390.002.690

377.104.867

351.272.822

1.805.234.960

2.145.218.904

2.346.943.652

67.305.122

136.435.794

143.402.727

Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah)

Dari data yang disajikan terlihat bahwa dari lima perusahaan farmasi pada
Tabel 1.4 mengalami peningkatan piutang usaha setiap tahun, kecuali perusahaan
PT. Indofarma Tbk mengalami penurunan pada tahun 2014.
Hasil mengenai pengaruh dari variabel Payables Defferal Period terhadap
Profitabilitas, Edwin (2013) tidak menemukan pengaruh yang signifikan terhadap

7

Universitas Sumatera Utara

profitabilitas. Quayyum (2012), dan menemukan pengaruh yang positif signifikan
terhadap profitabilitas sedangkan Sial & Chaudhry (2012) menemukan pengaruh
yang negatif signifikan terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini, diharapkan
Payables Defferal Period memiliki hubungan positif dengan Profitabilitas. Jadi
Payables Defferal Period dapat diukur dengan cara membagi Payables dengan
cost of goods sold dikali 365. Tabel 1.5 menyajikan utang usaha perusahaan
farmasi tahun 2012 sampai 2014 sebagai berikut :
Tabel 1.5
Utang Usaha Perusahaan Farmasi Tahun 2012-2014
(dalam ribuan rupiah)
Utang Usaha
No

Nama Perusahaan

BUMN
2012

2013

2014

1

PT. Indofarma Tbk.

247.767.441

304.641.011

334.684.118

2

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

341.133.037

477.891.750

505.218.537

BUMS
3

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.

4

PT. Kalbe Farma Tbk.

5

PT. Merck Tbk.

34.553.333

52.196.861

37.154.607

808.864.740

1.151.654.579

1.133.092.818

62.401.118

73.930.946

64.086.809

Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah)

Dari data yang disajikan terlihat bahwa utang usaha dari lima perusahaan
farmasi pada Tabel 1.5 mengalami peningkatan setiap tahun, kecuali pada
perusahaan BUMS untuk PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT. Merck Tbk,
yang mengalami penurunan pada tahun 2014.
Hasil mengenai pengaruh variabel siklus konversi kas terhadap profitabilitas,
Tariq et al. (2013) menemukan pengaruh yang positif signifikan sedangkan
Samiloglu & Demirgunes (2008) tidak menemukan pengaruh yang signifikan. Sial
8

Universitas Sumatera Utara

& Chaudhry (2012), Edwin (2013), menemukan pengaruh yang negatif signifikan
terhadap profitabilitas. Jadi Cash Conversion Cycle dapat diukur dengan
menambahkan inventory conversion period dan receivable collection period
kemudian hasilnya dikurangi dengan payables deferral period.
Hasil mengenai pengaruh variabel Firm Size terhadap profitabilitas, Hastuti
(2010) menemukan pengaruh yang positif signifikan sedangkan Putri, Safitri &
Wijaya (2014) tidak menemukan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.
Hastuti (2010), menemukan pengaruh yang positif signifikan terhadap
profitabilitas. Dalam penelitian ini, diharapkan Firm Size berpengaruh secara
positif terhadap profitabilitas yang dilihat dari total aset. Tabel 1.6 menyajikan
total aset perusahaan farmasi dari tahun 2012 sampai 2014.
Tabel 1.6
Total Aset Perusahaan Farmasi Tahun 2012-2014
(dalam ribuan rupiah)
Utang Usaha
No

Nama Perusahaan

BUMN
2012

1

PT. Indofarma Tbk.

2

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

1.188.618.790
2.076.347.580

2013

2014

1.294.510.669

1.248.343.275

2.471.939.548

2.968.184.626

BUMS
3

PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.

1.074.691.476

1.190.054.288

1.236.247.525

4

PT. Kalbe Farma Tbk.

9.417.957.180

11.315.061.275

12.425.032.367

5

PT. Merck Tbk.

569.430.951

696.946.318

716.599.526

Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah)

Dari data yang disajikan terlihat bahwa total aset dari lima perusahaan
farmasi pada Tabel 1.6 mengalami peningkatan setiap tahun, pada perusahaan
BUMN maupun perusahaan BUMS.
9

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian, fenomena yang dikemukakan dan adanya perbedaan
dalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Efisiensi Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, Secara simultan
rumusan masalah yang dapat di buat adalah : Apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara Inventory Conversion Period, Receivables Collection Period,
Payables Defferal Period, Cash Conversion Cycle, Firm size dan Status
Perusahaan terhadap Gross Profit margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, dan secara parsial dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh Inventory Conversion Period terhadap Gross Profit
margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah ada pengaruh Receivables Collection Period terhadap Gross Profit
margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah ada pengaruh Payables Defferal Period terhadap Gross Profit
margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah ada pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Gross Profit
margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

10

Universitas Sumatera Utara

5. Apakah ada pengaruh Firm size terhadap Gross Profit margin Perusahaan
Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
6. Apakah ada pengaruh Status Perusahaan terhadap Gross Profit margin
Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara simultan tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah

untuk

mengetahui bagaimana pengaruh dari Inventory Conversion Period, Receivables
Collection Period, Payables Defferal Period, Cash Conversion Cycle, Firm Size
dan Status Perusahaan terhadap Gross Profit Margin Perusahaan Farmasi yang
terdaftar Di bursa efek indonesia, dan secara parsial dapat di rumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh Inventory Conversion Period terhadap Gross Profit
margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh Receivables Collection Period terhadap Gross Profit
margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Payables Defferal Period terhadap Gross Profit
margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Gross Profit
margin Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
5. Bagaimana pengaruh Firm size terhadap Gross Profit margin Perusahaan
Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
11

Universitas Sumatera Utara

6. Bagaimana pengaruh Status Perusahaan terhadap Gross Profit margin
Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
1.

Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan, wawasan dan sebagai sarana aplikasi terhadap ilmu

yang diperoleh di bangku perkuliahan terutama dalam bidang Manajemen
Keuangan, khususnya mengenai Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja
terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia .
2.

Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai Efisiensi

Manajemen Modal Kerja yang terdapat pada perusahaan mereka, sehingga
perusahaan dapat mengevaluasi dan memperbaiki dengan tujuan untuk peningkatan
profitabilitas (GPM) serta meningkatkan efisiensi dari pengelolaan modal kerja.

3.

Bagi Akademisi
Sebagai bahan referensi tambahan pembelajaran bagi teman – teman

mahasiswa, maupun bahan referensi tambahan yang dapat membantu peneliti –
peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama di perusahaan – perusahaan lain.

12

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan Food Dan Beverage Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 55 77

Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 82 86

Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Bank BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2010

0 7 1

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 8 104

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 13

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 2

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 29

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 4

Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Farmasi BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 5

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014) - UNS Institutional Repository

0 0 15