Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN

INDUSTRI FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

MARETHA NATASIA GINTING 080503255

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Maretha Natasia Ginting NIM : 080503255


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Terima kasih untuk setiap Kasih Karunia dan juga penyertaan yang telah diberikanNya selama proses pengerjaan skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik- baiknya.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, dan disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku dosen pembaca penilai yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Kedua orang tua dan saudara yang terkasih, Drs. Karnan Ginting, SE, Ak

dan Rehmuli Sitepu, BA, Octora Enda Sari dan Michael Dianta, yang senantiasa mendoakan, mendukung dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada Kristian Gurusinga, Amd, kekasih yang selalu memberikan motivasi dan perhatiannya sehingga penulis tetap bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat dan keluarga, Meilina, Ganda, Anggi, gank Burning, Permata Helvetia, dan Tim KMP MKL atas doanya selama ini. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Juli 2012 Penulis,

Maretha Natasia Ginting NIM : 080503255


(5)

ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN

INDUSTRI FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen perputaran modal kerja dan likuiditas terhadap variabel dependen profitabilitas baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan bentuk hubungan kausal (sebab akibat), dengan jumlah sampel sebanyak 9 perusahaan industri farmasi yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia, sehingga diperoleh 45 sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.

Data yang digunakan adalah data eksternal, yang diperoleh dari situs

asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial manajemen modal kerja tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, ini dapat dilihat dari nilai t hitung < t tabel (0.394 < 2,0141) dengan signifikansi 0.696 lebih besar dari 0,05, sedangkan current ratio (CR) berpengaruh dan signifikan terhadap profitabilitas yang dapat dilihat dari nilai thitung > ttabel (4,343 > 2,0141) dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil uji f menunjukkan bahwa nilai F hitung > F tabel (19.130 > 2,449) dengan signifikansi 0.000 < 0,05. Dari hasil uji F ini dapat disimpulkan bahwa manajemen modal kerja dan likuiditas berpengaruh secara bersama-sama terhadap profitabilitas.


(6)

ABSTRACT

THE EFFECT OF WORKING CAPITAL TURN OVER AND LIQUIDITY ON PROFITABILITY IN PHARMACEUTICAL COMPANIES LISTED ON

INDONESIA STOCKS EXCHANGE

The objectives of this research is to know the influence of independent variables capital working turnover, liquidity, either partially or simultaneously toward profitability in pharmaceutical firm on Indonesia Stocks Exchange during 2007 to 20011.

This research uses quantitative approach with causal type, with 9 pharmaceutical firms listed in Indonesia Stocks Exchange, so that got 45 samples. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes

external data, those are taken from the websit

already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regresioan analyze.

The result of the research shows that the management of working capital partially has negative influence and significant to profitability and it can see from t-value < t-table (0.394 < 2,0141) with significancy 0.696 bigger than 0,05. Current ratio (CR) is influence and significant to profitability, and it can see from t-value > t-table (4,343 > 2,0141) with significancy 0,000 < 0,05. The result of f-test shows that f-value < f-table (19.130 > 2,449) with significancy 0.000 < 0,05. From the result of f-test we can conclude that management of working capital and liquidity is influence to profitability.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Permasalahan 1

1.2. Rumusan Masalah 6

1.3. Tujuan Penelitian 6

1.4. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Manajemen Modal Kerja 8

2.1.1 Pengertian Manajemen 8

2.1.2 Pengertian Modal Kerja 9

2.1.3 Pengertian Manajemen Modal Kerja 11

2.1.4 Rasio Perputaran Modal Kerja 13

2.2 Likuiditas 14

2.2.1 Pengertian Likuiditas 14

2.2.2 Rasio Likuiditas 15

2.3 Profitabilitas 16

2.3.1 Pengertian Profitabilitas 16

2.3.2 Rasio Profitabilitas 18

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu 20

2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 23

2.5.1 Kerangka Konseptual 23

2.5.2 Hipotesis Penelitian 25

BAB III METODE PENELITIAN 26

3.1 Jenis Penelitian 26

3.2 Jenis dan Sumber Data 26

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3.4 Metode Pengumpulan Data 28

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel 28

3.5.1 Variabel Penelitian 28

3.5.1.1 Variabel Bebas (Independent Variabel) 28

3.5.1.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel) 29

3.5.2 Defenisi Operasional Variabel 30


(8)

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik 31

3.6.1.1 Uji Normalitas 31

3.6.1.2 Uji Multikolinieritas 32

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas 32

3.6.1.4 Uji Autokorelasi 33

3.6.2 Analisis Regresi Berganda 34

3.7 Pengujian Hipotesis 35

3.7.1 Uji Parsial (t-test) 35

3.7.2 Uji Simultan (F-test) 35

3.8 Jadwal Penelitian 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38

4.1 Data Penelitian 38

4.2 Analisis Hasil Penelitian 38

4.2.1 Statistik Deskriptif 38

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik 39

4.2.2.1 Uji Normalitas Data 40

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas 44

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas 45

4.2.2.4 Uji Autokorelasi 47

4.2.3 Analisis Regresi 49

4.2.4 Pengujian Hipotesis 51

4.2.4.1 Uji Parsial (t-test) 51

4.2.4.2 Uji Simultan (F-test) 53

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 57

5.1 Kesimpulan 57

5.2 Keterbatasan Penelitian 58

5.3 Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 20

3.1 Sampel Penelitian 28

3.2 Defenisi Operasional Variabel 30

3.3 Pengambilan Keputusan Ada tidaknya Autokorelasi 33

3.4 Jadwal Penelitian 36

4.1 Descriptive Statistics 38

4.2 Hasil Uji Normalitas . 41

4.3 Hasil Uji Multikolinieritas 45

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 48

4.5 Hasil Analisis Regresi 49

4.6 Hasil Uji t 51


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 23

4.1 Histogram 42

4.2 Normal P-Plot Regression 43


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi Perusahaan yang Memenuhi Kritera 62

2 Data Variabel sebelum transformasi 63

3 Data Variabel setelah transformasi 65

4 Output Statistik Deskriptif 67

5 Output Uji Normalitas 67

6 Output Uji Multikolinearitas 70

7 Output Uji Heteroskedastisitas 70

8 Output Uji Autokorelasi 71

9 Hasil Analisis Regresi 71

10 Hasil Uji Hipotesis (uji t) 72

11 Hasil Uji Hipotesis (Uji F) 72

12 Tabel t 73


(12)

ABSTRACT

THE EFFECT OF WORKING CAPITAL TURN OVER AND LIQUIDITY ON PROFITABILITY IN PHARMACEUTICAL COMPANIES LISTED ON

INDONESIA STOCKS EXCHANGE

The objectives of this research is to know the influence of independent variables capital working turnover, liquidity, either partially or simultaneously toward profitability in pharmaceutical firm on Indonesia Stocks Exchange during 2007 to 20011.

This research uses quantitative approach with causal type, with 9 pharmaceutical firms listed in Indonesia Stocks Exchange, so that got 45 samples. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes

external data, those are taken from the websit

already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regresioan analyze.

The result of the research shows that the management of working capital partially has negative influence and significant to profitability and it can see from t-value < t-table (0.394 < 2,0141) with significancy 0.696 bigger than 0,05. Current ratio (CR) is influence and significant to profitability, and it can see from t-value > t-table (4,343 > 2,0141) with significancy 0,000 < 0,05. The result of f-test shows that f-value < f-table (19.130 > 2,449) with significancy 0.000 < 0,05. From the result of f-test we can conclude that management of working capital and liquidity is influence to profitability.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan industri di Indonesia khususnya dalam sektor farmasi dan obat-obatan telah menciptakan sebuah persaingan yang semakin ketat, dimana saat ini dunia usaha kesehatan masyarakat, perusahaan farmasi atau perusahaan obat -obatan adalah perusahaan bisnis komersial yang fokus dalam meneliti, mengembangkan, dan mendistribusikan obat terutama dalam hal kesehatan.

Menurut WHO, industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset, yang secara berkesinambungan memerlukan inovasi, juga promosi yang mengeluarkan biaya tidak sedikit, organisasi dan sistem pemasaran yang baik, serta produknya diatur secara ketat, baik pada tingkat nasional maupun internasional.

Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI, 2005) menunjukkan, pertumbuhan industri farmasi Indonesia rata-rata mencapai 14,10% per tahun lebih tinggi dari angka pertumbuhan nasional yang hanya mencapai 5- 6% per tahun. Total angka penjualan tahun 2004 mencapai lebih kurang Rp 20 triliun (untuk tahun 2005 sebesar Rp 22,8 triliun, dan tahun 2006 sebesar Rp 26 triliun). Namun, jika dilihat dari omset penjualan secara global pasar farmasi Indonesia tidak lebih dari 0,44% dari total pasar farmasi dunia.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin, 2009) tentang pertumbuhan industri farmasi, di Indonesia terdapat sebanyak 198 perusahaan


(14)

farmasi, termasuk di dalamnya 4 perusahaan milik negara dan 34 perusahaan penanaman modal asing (PMA), sedangkan sisanya merupakan perusahaan swasta lokal.

Pada saat dibukanya pasar AFTA tahun 2003 silam, tentu berpengaruh besar pula bagi industri di Indonesia termasuk industri farmasi. Iklim kompetisi berlangsung semakin ketat. Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan dituntut untuk lebih efektif dalam menjalankan dan mengelola usahanya agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya baik domestik maupun asing. Indikator yang dapat digunakan dalam menilai perusahaan terkelola dengan baik adalah bagaimana perusahaan tersebut mengelola modal kerja.

Modal kerja sangat dibutuhkan untuk membiayai aktivitas operasi perusahaan sehari-hari serta sangat mempengaruhi kontinuitas dari perusahaan. Modal kerja biasanya terdiri dari kas dan setara kas, piutang jangka pendek dan persediaan. Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel sehingga harus dimanfaatkan seefisien mungkin, karena besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan.

Menurut Riyanto (1984: 29), “jika pengelolaan modal kerja dilakukan dengan baik, maka perusahaan tidak akan menemukan banyak kesulitan dan hambatan dalam menjalankan aktivitas operasi., sebaliknya pengelolaan modal kerja yang tidak tepat akan menyebabkan aktivitas operasi terganggu, dan hal ini merupakan penyebab utama kegagalan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya”.


(15)

Kemampuan manajemen memperhitungkan tingkat perputaran modal kerja secara cermat dan memuaskan juga diperlukan dalam memperhitungkan tingkat likuiditas perusahaan. Menurut Hanafi (2003: 77), “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan”. Dapat disimpulkan, likuiditas adalah kemampuan kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban ata yang segera harus dibayar denga menahan uang kasnya, maka semakin likuid perusahaan tersebut.

Rasio likuiditas secara umum idealnya adalah 200%. Likuiditas yang kurang dari 200% akan dianggap kurang baik, karena aset lancar yang rendah tidak akan cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang akan menimbulkan illikuid. Menghadapi keadaan yang kurang atau tidak likuid ini, perusahaan dapat mengambil keputusan untuk menarik atau mengambil pinjaman yang baru dengan tingkat bunga yang relatif tinggi. Namun, hal ini dapat menyebabkan perusahaan tersebut menjual investasi jangka panjang atau aktiva tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut. Jumlah aset lancar yang terlalu besar juga akan mengakibatkan timbulnya dana yang menganggur atau idle cash yang akan mempengaruhi jalannya operasi perusahaan.

Peningkatan jumlah hutang sebagai sumber dana akan mempengaruhi peningkatan resiko keuangan perusahaan. Jika perusahaan tidak dapat mempergunakan sumber dana dari hutang tersebut dengan produktif, maka akan


(16)

menimbulkan dampak negatif yang dapat menyebabkan menurunnya profitabilitas perusahaan.

Brigham dan Houston (2001: 197) menyatakan bahwa, “profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Sartono (2001: 119) berpendapat bahwa, “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Profitabilitas atau kemampuan memperole ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, norma ukuran bagi

Perusahaan biasanya menggunakan rasio profitabilitas untuk memperhitungkan kemampuannya dalam memperoleh laba. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset, maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi pula efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.

Dalam jurnal Effect Of Working Capital Management On SME Profitability,

Garcia & Martinez (2002: 4) meneliti pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan European yang terdaftar, dan hasilnya


(17)

menunjukkan bahwa manajemen modal kerja berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan kecil dan menengah di Spanyo. Penelitian ini menyimpulkan perusahaan di Spanyol yang terdaftar dalam European Journal

harus fokus terhadap manajemen modal kerja terutama dengan meminimalkan

cash conversion cycle. Dalam penelitian ini ditemukan, perputaran konversi kas dipengaruhi oleh tingkat kolektibilitas atau perputaran piutang (account receivable turnover) dan tingkat perputaran persediaan (inventory turnover).

Semakin rendah tingkat perputaran persediaan dan piutang, maka akan semakin rendah pula perputaran konversi kas yang mempengaruhi perputaran modal kerja.

Sonata (2009: 58) menganalisis pengaruh efektivitas modal kerja dan

operating asset turnover terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial efektifitas modal kerja tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan operating asset turnover berpengaruh terhadap profitabilitas., namun secara simultan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas. Nurhayati (2010: 56) meneliti pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri makanan dan minuman dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas.

Berdasarkan hasil penelitian Sonata, Nurhayati, serta Garcia dan Martinez, terdapat ketidakkonsistenan pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas. Ketidakkonsistenan terjadi karena adanya faktor yang berbeda dalam penelitian


(18)

tersebut, seperti kebudayaan perusahaan, jenis perusahaan yang diteliti, juga rasio profitabilitas yang digunakan.

Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian kembali untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan dengan mengangkat perusahaan industri farmasi sebagai sampel, dan menambahkan likuiditas sebagai variabel pembanding yang akan membedakan penelitian ini dengan sebelumnya.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas berpengaruh signifikan (α = 5%) baik secara parsial maupun simultan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 – 2011?”.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui apakah Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas berpengaruh signifikan (α = 5%) terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 - 2011.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

1. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila suatu saat diminta pendapat atau masukan mengenai pengaruh manajemen modal kerja dan likuiditas terhadap tingkat profitabilitas perusahaan,

2. bagi perusahaan, sebagai dasar pertimbangan, referensi, dan masukan bagi pihak manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya,

3. bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya sehingga hasilnya dapat lebih baik dari penelitian terdahulu.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Manajemen Modal Kerja 2.1.1 Pengertian manajemen

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata manajemen berarti penggunaan sumber daya efektif untuk mencapai sasaran atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Definisi manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003: 4) sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”.

Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya organisasi. Senada dengan pernyataan tersebut, menurut. Stonner dan Freeman (2006: 5), manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha- usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan”.

Ada banyak versi mengenai definisi manajemen, namun pengertiannya secara umum adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/ pengawasan,


(21)

yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

2.1.2 Pengertian modal kerja

Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannya dengan perhitungan kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbeda-beda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang juga berbeda. Menurut Sawir (2005: 129), ”modal kerja adalah keseluruhan aset lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”, seperti membayar upah buruh dan gaji pegawai, uang muka pembelian bahan baku serta beban lainnya.

Menurut Brigham dan Houston (2001: 131), “modal kerja adalah aset lancar yang digunakan dalam operasi”. Sejumlah dana yang dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan diharapkan akan kembali dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksi. Uang yang masuk tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periode sepanjang hidup perusahaan (Djarwanto, 2001: 85).

Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional.


(22)

Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aset lancar dan lebih menekankan bagaimana membiayai operasi perusahaan jangka pendek.

2. Konsep kualitatif

Konsep kualitatif merupakan konsep yang berfokus pada kualitas modal kerja. Aset lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar akan menimbulkan kepercayaan bagi para kreditor kepada pihak perusahaan, dan jika current ratio menunjukkan sebaliknya, maka akan mengurangi kepercayaan kreditor.

3. Konsep fungsional

Konsep fungsional berfokus pada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba, artinya semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. ( Kasmir, 2008 : 250).

Ketiga konsep tersebut juga memiliki kekurangan dan kelebihannya masing- masing. Kelemahan konsep kuantitatif adalah tidak mencerminkan tingkat likuditas perusahaan dan tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh kewajiban jangka panjang atau kewajiban jangka pendek atau pemilik modal, berbeda dengan konsep kualitatif yang mampu memperlihatkan tingkat profitabilitas perusahaan.

Selain itu modal kerja juga dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : a. modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja

yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya,

b. modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan (Riyanto, 1984: 57).

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Jika modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadi


(23)

dana menganggur, tetapi apabila jumlah modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan pasar.

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan modal kerja terkadang tidaklah selalu tersedia seperti yang diinginkan. Terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung pada berbagai faktor. Pihak manajemen harus sesegera mungkin memperhatikan faktor-faktor kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja seperti, sifat umum atau tipe perusahaan, tingkat perputaran persediaan dan piutang, business cycle, waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang, syarat-syarat pembelian dan penjualan, tingkat resiko,

credit rating dari perusahaan dan lainnya.

Berdasarkan pengertian- pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan dana yang diinvestasikan dalam aset lancar yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya untuk menghasilkan pendapatan sesuai tujuan utama didirikannya perusahaan.

2.1.3 Pengertian manajemen modal kerja

Menurut Weston & Copeland (1999: 327) manajemen modal kerja adalah “kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aset lancar dan kewajiban jangka pendek yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran untuk operasi sehari-hari”. Menurut Sawir (2005: 133) ”manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan”.


(24)

Manajemen modal kerja merupakan hal yang sangat penting karena aset lancar perusahaan manufaktur mengembangkan lebih dari separuh total asetanya, sedangkan bagi perusahaan distribusi jumlahnya bisa lebih besar lagi. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aset lancar dan utang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, seorang manager diharapkan mampu mengelola manajemen perusahaan agar pemenuhan modal kerja dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Manajemen modal kerja juga menjadi penting, karena berkaitan dengan beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

1. beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja, 2. jika lebih dari separuh total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar

sebagai bagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan, 3. hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan

permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung,

4. manajemen modal kerja sangat penting terutama bagi perusahaan kecil. Meskipun perusahaan kecil dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya namun mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan. Karena akses ke pasar modal relatif terbatas, maka penekanan harus ditujukan pada utang dan piutang dagang dan pinjaman bank jangka pendek (Weston & Copeland 1999: 324).

Ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional dalam menajemen modal kerja (Horne, 2005 : 313), yaitu : “kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas dan kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko”. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi


(25)

kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund), karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba.

Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah seperti yang diutarakan berikut ini :

1. memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aset lancar sehingga tingkat margin pengembalian investasi (return on investment)

adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset-aset lancar tersebut,

2. meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset lancar dalam jangka panjang,

3. pengawasan terhadap arus dana dalam aset lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo (Sawir.2005: 133).

Demi mencapai sasaran dalam memaksimalkan nilai dan laba perusahaan, maka modal kerja yang tersedia harus cukup jumlahnya, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari.

2.1.4 Rasio perputaran modal kerja

Menurut Abdullah (2005 : 71) “manajemen penggunaan modal kerja dapat diuji dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja.


(26)

Formulasi dari working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut :

s liabilitie current

assets Current

Sales Turnover

Capital Working

= X 100%

Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto

yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan

netto dengan modal kerja tersebut, dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah.

Rasio perputaran modal kerja ini juga berhubungan dengan likuiditas perusahaan. Jika rasio perputaran modal kerja tinggi, maka mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan apabila rasio ini rendah artinya likuiditas perusahaan yang tinggi. Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan. Hal ini juga menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2.2. Likuiditas

2.2.1.Pengertian likuiditas

Likuiditas adalah salah satu komponen untuk menilai keuangan perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo ( Sawir, 2001 : 31). Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran atas kewajiban yang jatuh tempo, maka artinya perusahaan dalam keadaan likuid, begitu pula sebaliknya jika


(27)

perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pembayaran, artinya perusahaan dalam keadaan ilikuid sehingga dapat menghambat aktivitas operasi perusahaan serta mengurangi efektifitasnya. Likuiditas perusahaan juga dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yang mudah diubah menjadi kas seperti piutang, surat berharga dan persediaan.

Masalah likuiditas merupakan masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik; karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajemen, perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan, atau karena kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha.

2.2.2 Rasio likuiditas

Dalam menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menilai posisinya. Rasio likuiditas antara lain terdiri dari current ratio dan quick ratio.

1. Current Ratio : adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current assets / current liabilities). Tersedianya sumber


(28)

kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.

2. Quick Ratio: adalah membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Suatu perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1: 1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

Penelitian ini menggunakan rasio lancar (current ratio). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Ketepatan current ratio menurut Tunggal (2000: 155) tergantung dari banyak faktor, yaitu sebagai berikut :

a. syarat kredit yang diterima dari pemasok dibanding dengan syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan pada para pembeli,

b. waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, c. perputaran persediaan,

d. ciri-ciri program keuangan perusahaan, e. musim tahun yang bersangkutan, f. situasi konjungtur,

g. lamanya siklus modal kerja,

h. apakah perusahaan itu sedang diperluaskan / diperkecilkan.

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut :

Current Ratio = Current Asset x 100%

Current Liabilities

2.3. Profitabilitas


(29)

Profit dalam kegiatan operasional merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari, kemampuan perusahaan menciptakan laba dari pembiayaan yang dilakukan, kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing di pasar (survive), dan kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan ekspansi usaha (developt).

Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh laba (earnings). Menurut Gitman (2003 : 599) : “profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s assets – both current and fixed – in productive activities”. Bringham dan Houston (2001 : 89) mengatakan bahwa profitabilitas adalah “hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”.

Kedua pendapat tersebut menyimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba dengan menggunakan modal yang tersedia. Kinerja manajerial dari setiap perusahaan akan dapat dikatakan baik apabila, tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi ataupun dengan kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.

a. Gross profit margin (GPM)

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi


(30)

b. Operating profit margin (OPM)

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi, kecuali bunga dan pajak.

c. Net profit margin (NPM)

Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

d. Return on investment (ROI)

Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia.

e. Return on equity (ROE)

Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas invesasi di perusahaan.

2.3.2 Rasio profitabilitas

Bringham dan Daves (2004 : 1007) mengatakan bahwa “profitability ratio are a group of ratios that shows the combine effects of liquidity, assets management, and debt on operations”, yang berarti bahwa rasio profitabilitas merupakan suatu kelompok rasio yang menunjukkan aspek likuiditas, manajemen aset dan besarnya operasional perusahaan yang dibiayai dari sumber utang. Horne (2005:222), menjelaskan rasio profitabilitas adalah “ rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada


(31)

perusaahaan”. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu:

a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu,

b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya disbanding dengan tahun sekarang,

c. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu,

d. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,

e. untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan dengan modal sendiri,

f. untuk tujuan lain (Kasmir, 2008: 197).

Penelitian ini menggunakan rasio Return On Investment (ROI). Analisa

Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh / komprehensif.

Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasi perusahaan guna menghasilkan keuntungan.

Return On Investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau


(32)

aktiva (Net Operating Assets) yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Sebutan lain untuk ROI adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning Power” (Munawir, 2004: 89). Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian pula sebaliknya. Semakin besar nilai Return On Invesment maka akan semakin baik, karena berarti perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi dengan menggunakan total aset yang dimilikinya. Formulasi Return On Investment (ROI) yaitu :

Return On Investment = Net Operating Income x 100%

Net Operating Assets

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian berkaitan dengan pengaruh variabel manajemen modal kerja dan variabel tingkat likuiditas terhadap profitabilitas sudah pernah dilakukan. Penelitian tersebut dapat diuraikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No

Nama Peneliti dan

Tahun

Judul Variabel Yang

Digunakan Hasil Penelitian 1 Juan Garcia

& Martinez (2002)

The Effect Of Working Capital Management On SME Profitability

Variabel Independen : working capital Variabel Dependen: profitability on SME Spanish firms Manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan kecil dan menengah di Spanyol.


(33)

No

Nama Peneliti dan

Tahun

Judul Variabel Yang

Digunakan Hasil Penelitian 2 Natalia

Sonata (2009)

Analisis Pengaruh Efektifivitas Modal Kerja Dan Operating Asset Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang

Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Variabel

Independen : Perputaran Modal Kerja dan Operating Asset Variabel Dependen: Rentabilitas Secara parsial, efektivitas modal kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas sedangkan operating asset berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas. Secara simultan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas 3 Nurhayati

(2010)

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan

Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Variabel Independen: Perputaran modal kerja Variabel Dependen : profitabilitas Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas

Sumber : diolah penulis, 2012

1. Garcia & Martinez (2002)

Judul penelitian “The Effect Of Working Capital Management On SME Profitability”. Penelitian ini menggunakan perputaran modal kerja sebagai variabel independen dan profitabilitas sebagai variabel dependen yang diukur dengan menggunakan semua rasio profitabilitas yang ada. Penelitian ini


(34)

mengambil sampel perusahaan kecil dan menengah di negara Spanyol yang telah terdaftar pada European Journal of Economic. Hasil dari penelitian ini adalah manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan kecil dan menengah di Spanyol. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan positif antara perputaran konversi kas dengan perputaran modal kerja, dimana perputaran konversi kas dipengaruhi oleh tingkat kolektibilitas atau perputaran piutang (account receivable turnover) dan tingkat perputaran persediaan (inventory turnover).

2. Natalia Sonata (2009)

Judul penelitian “Analisis Pengaruh Efektifivitas Modal Kerja Dan Operating Asset Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan perputaran modal kerja dan operating asset sebagai variabel independen dan rentabilitas sebagai variabel dependen yang diukur dengan menggunakan ROI. Peneliti menggunakan metode analisis regresi dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan, secara parsial efektivitas modal kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas, sedangkan operating asset berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas. Secara simultan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas

3. Nurhayati (2010)

Judul penelitian adalah “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Peneliti menggunakan variabel perputaran


(35)

modal kerja sebagai variabel independen dan profitabilitas sebagai variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Retun On Investment. Penelitian ini melakukan metode analisis regresi dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas.

2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.5.1 Kerangka konseptual

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka konseptual Sumber : diolah penulis, 2012

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu Manajemen Modal Kerja(X2) dan Likuiditas (X2) akan mempengaruhi variabel dependen profitabilitas (Y).

Manajemen Modal Kerja

(X1)

Likuiditas

(X2)

Profitabilitas


(36)

Modal kerja dapat terus berputar sejalan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari, oleh karena itu diperlukan adanya suatu pengendalian terhadap sumber dan penggunaan modal kerja yang dibuat dalam bentuk suatu laporan perubahan modal kerja. Pengawasan terhadap sumber dan penggunaan modal kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan yang ingin mempertahankan kontinuitas perusahaan.

Profitabilitas perusahaan merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aset atau modal yang digunakan untuk menghaslkan laba tersebut. Profitabilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh masalah likuiditas. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Semakin banyak perusahaan menahan uang kasnya maka semakin likuid perusahaan tersebut, dan semakin berkurang pula uang kas yang digunakan oleh perusahaan, adakalanya likuiditas akan dirasakan perusahaan sebagai akibat yang dapat merugikan dan mengurangi kesempatan unutk memperoleh keuntungan. Ketika perusahaan dalam keadaan illikuid, ada kemungkinan perusahaan tidak bisa memanfaatkan potongan (pembelian kredit atau tunai) yang ditawarkan oleh leveransiarnya. Akibatnya, perusahaan beroperasi pada tingkat biaya yang tinggi dan hal itu dapat mengurangi kesempatan bagi perusahaan untuk meraih laba yang lebih besar.

Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, artinya perusahaan tersebut memiliki alat pembayaran ataupun aset lancar yang lebih besar daripada utang lancar. Perusahaan yang hanya mencari keuntungan tanpa


(37)

memperhatikan likuiditas pada akhirnya perusahaan tersebut akan mengalami “illukuid” apabila sewaktu-waktu ada tagihan.

Menurut Horne (2005: 224) “ jika perusahaan mengetahui dengan pasti permintaan penjualan dimasa depan, penagihan piutang dan jadwal produksinya, maka perusahaan dapat mengatur jadwal maturitas utangnya sehingga berhubungan dengan jadwal arus kas bersih di masa yang akan datang, akibatnya laba akan maksimal, dikarenakan tidak ada kebutuhan untuk menyimpan aset”

2.5.2 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah penyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Hipotesis menurut Erlina dan Mulyani (2007: 41) adalah , “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :”manajemen modal kerja (working capital turnover) dan likuiditas (liquidity) berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal.

Penelitian asosiatif kausal menurut Umar (2003 : 30) adalah “penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata lain, desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti adalah data sekunder. “Data sekunder merupakan data primer yang diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain” (Umar, 2003 : 60). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan industri farmasi periode 2007 sampai 2011. Data penelitian didapatkan dari situs Bursa Efek


(39)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya” (Sugiono,2008: 115). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 45 populasi yang merupakan perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 74), “sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2004 : 79), “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

a. perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011,

b. laporan keuangan periode 2007-2011 pada perusahaan-perusahan tersebut telah diaudit oleh auditor independen,

c. ketersediaan data yang diperlukan untuk penelitian ini dalam laporan keuangan perusahaan yang terdaftar.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan diatas, maka semua perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memenuhi ketiga kriteria penelitian. Daftar perusahaan – perusahaan tersebut dapat dilihat dalam tabel sampel 3.1.


(40)

Tabel 3.1 Sample Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 DYLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk    1 2 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk    2

3 MERK PT Merck Tbk    3

4 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk

   4 5 TSPC PT Tempo Scan PacificTbk    5

6 INAF PT Indofarma Tbk    6

7 KLBF PT Kalbe Farma Tbk    7

8 PYFA PT Pyridam Farma Tbk    8

9 SQBI PT Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk

   9 Sumber : diolah peneliti,2012

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan industri farmasi yang dipublikasikan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan cara mendownload

dari situs www.idx.co.id sesuai dengan periode pengamatan.

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel penelitian

3.5.1.1 Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas (independen variabel) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(41)

a. manajemen modal kerja yang diukur dengan rasio perputaran modal kerja (X1) yaitu rasio yang menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

s liabilitie current

assets Current

Sales Turnover

Capital Working

=

X 100%

b. likuiditas yang diukur dengan rasio lancar (Current Ratio) (X2) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio likuiditas dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Current Ratio = Current Asset x 100% Current Liabilities

3.5.1.2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Investment (ROI). Return On Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan agar menghasilkan keuntungan. Return on investment dapat diukur dengan rumus :


(42)

Return On Investment = Net Operating Income x 100%

Net Operating Assets 3.5.2. Defenisi operasional variabel

Operasional variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih lengkap pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2

Defenisi Operasional Variabel

Variabel Defenisi Operasional Ukuran Skala

Independent: a. Manajemen modal kerja b. Likuiditas Rasio untuk memperlihatkan adanya efisiensi modal kerja dalam pencapaian penjualan

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang pada saat ditagih liabltie current asset Current Sales WCT − =

CR= Current Asset Current Liabilities

Rasio

Rasio

Dependent

Profitabilitas

Rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih

ROI= Net Operating Income Net Operating Assets

Rasio

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan software statistik spss versi 17.0. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu dan diakhiri dengan pengujian hipotesis.


(43)

3.6.1. Pengujian asumsi klasik

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik. Adapun pengujian asumsi-asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah, uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

3.6.1.1. Uji normalitas

“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variable dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal” (Ghozali, 2006: 110). Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Histogram atau pola distribusi data normal dapat digunakan untuk melihat normalitas data. Uji Kolmogrov Smirnov, dalam uji pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu :

a. jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal, b. jika nilai signifikansi >0,05 maka distribusi data normal.

Menurut Ghazali (2006: 112), pada prinsipnya normalitas data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :

1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola


(44)

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.1.2. Uji multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar variabel independen. Menurut Umar (2003: 132), “multikolonieritas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya”. Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF antar variabel independen. Pendeteksian ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

1. nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, 2. menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika

antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidaknya adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas, 3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan

lawannya serta variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya (Ghazali, 2006: 91).

3.6.1.3. Uji heteroskedastisitas

“Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain” (Ghazali, 2006 : 105). Suatu model yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.


(45)

Menurut Fatma (2007: 34) cara memprediksinya adalah jika pola gambar scatterplot model tersebut adalah :

1) titik – titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0,

2) titik – titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja,

3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,

4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.6.1.4. Uji autokorelasi

“Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)” (Ghazali, 2006:95). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan dalam

time series. Ada beberapa cara untuk menguji adanya autokorelasi seperti metode grafik, uji LM, Uji Runs dan lain-lain. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi, dapat menggunakan uji Durbin Watson (DW) maupun table berikut ini (Ghazali, 2006 : 96):

Tabel 3.3

Tabel Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorealsi

positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi

positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

Tidak ada autokorelasi,


(46)

3.6.2 Analisis regresi berganda

Menurut Rochaety (2007: 142) “regresi berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas”. Model persamaannya adalah sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan :

Y = variabel dependen yaitu profitabilitas

a = intercept / koefisien yang menyatakan perubahan rata-rata variabel dependen untuk setiap variabel independen sebesar satu atau yang disebut konstanta.

b1,b2= angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka terjadi kenaikan pada variabel dependen, dan bila b (-) maka akan terjadi penurunan pada variabel dependen dalam hal ini likuiditas.

X 1 = efisiensi modal kerja yang ukur dengan mengunakan rasio perputaran modal kerja

X2 = likuiditas yang diukur dengan rasio lancar (current ratio) e = error


(47)

3.7 Pengujian Hipotesis

Menurut Rochaety (2007: 107) “ …dengan uji hipotesis kita memusatkan perhatian pada peluang kita membuat keputusan yang salah. Hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan informasi yang terkandung dalam sampel tetapi menggambarkan keadaan populasi”. Maka, untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t (t-test) dan uji F (F-test).

3.7.1. Uji parsial (t-test)

Menurut Ghazali (2006: 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas / independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji t merupakan suatu cara untuk mengukur apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan dengan menghitung serta membandingkan t hitung dengan t tabel yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika t- hitung > t- tabel untuk α = 5 % H0 diterima Jika t- hitung < t- tabel untuk α = 5 % H0 ditolak

3.7.2. Uji simultan (F- test)

Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan dengan uji f. Menurut Ghazali (2006: 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen / terikat”. Uji F


(48)

merupakan suatu cara untuk mengetahui apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung serta membandingkan F hitung dengan F tabel yaitu dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika F- hitung > F- tabel untuk α = 5 % H0 diterima Jika F- hitung < F- tabel untuk α = 5 % H0 ditolak

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dilakukan sebagai berikut: Tabel 3.4 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Judul √

Pengajuan Proposal √ Bimbingan dan Perbaikan Proposal √ √ √ √ Pengumpulan dan Pengolahan Data √ √

Penulisan Skripsi √ √ √ √ √ √ √ √

Ujian

KOmprehensif

Sumber: diolah penulis, 2012

Tabel jadwal penelitian ini menggambarkan jangka waktu yang telah direncanakan dan akhirnya dilakukan oleh penulis selama penulisan skripsi hingga selesai. Penulis mengajukan judul dan jurnal pendamping kepada Ketua


(49)

jurusan Akuntansi dan selesai diproses pada minggu ketiga bulan Maret. Pada akhir bulan penulis mulai membuat kerangka proposal skripsinya dan selama bulan April proposal tersebut akhirya selesai dirampungkan. Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS dan memakan waktu selama dua minggu karena jumlah data cukup banyak serta terdapat kendala dalam proses pengolahan Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis juga sering dilanda rasa malas sehingga memperlambat proses penulisan skripsi yang hampir memakan waktu dua bulan. Namun, berkat bimbingan dan dukungan banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Data Penelitian

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007- 2011. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 9 perusahaan, sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 45 (5 x 9) sampel. Daftar perusahaan yang telah ditentukan dapat dilihat pada lampiran.

4.2Analisis Hasil Penelitian 4.2.1Statistik deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan sampel, dan tidak membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Menurut Ghazali (2006 : 78), “statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, dan kemencengan distribusi”. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

WCT 45 -20.45 7.98 1.7072 5.20405

CR 45 .41 48.30 4.4295 7.09311

ROI 45 .00 .41 .1288 .11261

Valid N (listwise) 45


(51)

Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa :

a) Variabel perputaran modal kerja (X1) memiliki sampel (N) sebanyak 45, dengan nilai minimum (terkecil) -20.45, nilai maksimum (terbesar) 7.98 dan mean (nilai rata-rata) 1,7072. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 5,20405,

b) Variabel likuiditas (X2) memiliki sampel (N) sebanyak 45, dengan nilai minimum (terkecil) 0,41, nilai maksimum (terbesar) 48,30 dan mean (nilai rata-rata) 4,4295. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 7,09311,

c) Variabel profitabilitas (Y) memiliki sampel (N) sebanyak 45, dengan nilai minimum (terkecil) 0,00, nilai maksimum (terbesar) 0,41 dan mean (nilai rata-rata) 0,1288. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 0,11261,

d) Jumlah sampel yang ada sebanyak 45.

4.2.2Uji asumsi klasik

Syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator). Best artinya yang terbaik, dalam arti garis regresi merupakan estimasi atau ramalan yang baik dari suatu sebaran data. Garis regresi merupakan cara memahami pola hubungan antara dua seri data atau lebih. Garis regresi adalah best jika garis itu menghasilkan error yang


(52)

terkecil. Error itu sendiri adalah perbedaan antara nilai observasi dan nilai yang diramalkan oleh garis regresi. Jika best disertai sifat unbiased, maka estimator regresi disebut efisien. Estimator regresi akan disebut linear

apabila, estimator itu merupakan fungsi linear dari sampel. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghazali (2006: 123), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:

• Berdistibusi normal.

Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.

Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.

Non-Heterokedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.

4.2.2.1Uji normalitas

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghazali (2006: 115), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji

Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari:

a) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,

b) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov


(53)

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .03861796

Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .066

Negative -.112

Kolmogorov-Smirnov Z .708

Asymp. Sig. (2-tailed) .697

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov telah terdistribusi normal karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov 0,697 lebih besar dari 0,05. Berikut ini ditampilkan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik Histogram dan Plot.


(54)

Gambar 4.1 Uji Normalitas Data

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal, hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng ke kanan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot pada Gambar 4.2


(55)

Gambar 4.2 Uji Normalitas Data Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012

Menurut Ghazali (2006: 112), pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data yang telah terdistribusi normal. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data (titik) menyebar di sekitar dan mendekati garis diagonal, hal ini sejalan dengan hasil pengujian dengan menggunakan histogram bahwa data telah terdistribusi normal. Secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal.


(56)

Namun,untuk hasil olah data selanjutnya tidak menunjukkan hal yang sama dengan uji normalitas, karena hasil pada uji normalitas tidak berlaku pada pengujian asumsi klasik yang lainnya. Apabila menggunakan data sebelumnya, hasil pengolahan data yang ada tidak akan lulus uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Maka, peneliti melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln). Transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural menyebabkan data yang bernilai negatif tidak dapat ditransformasi sehingga menghasilkan missing values. Setiap data yang terdapat missing values

akan dihilangkan dan diperoleh jumlah sampel yang valid menjadi 40 pengamatan.

4.2.2.2Uji multikolinieritas

Ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya.nilai variance Inflatin Factor

(VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai

Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghazali, 2006: 91).


(57)

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 LN_CR .429 2.329

LN_WCT .429 2.329

a. Dependent Variable: LN_ROI

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012

Berdasarkan tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinieritas. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat dengan membandingkannya nilai Tolerance atau VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai

Tolerance yang lebih besar dari 0,10 yaitu 0,429. Jika dilihat dari VIFnya, masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 yaitu sebesar 2,329. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam variabel bebasnya.

4.2.2.3Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda


(58)

disebut heteroskedastisitas” Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghazali,2006: 105).

Pendeteksian gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghazali (2006: 105) adalah sebagai berikut:

1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi gejala heteroskedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran titik-titik pada grafik.


(59)

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik scatterplot terlihat, bahwa titik-titik menyebar cukup baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini dapat menyimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dengan demikian, model ini layak dipakai untuk memprediksi profitabilitas pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di bursa efek indonesia berdasarkan masukan variabel independen perputaran modal kerja dan current ratio.

4.2.2.4Uji autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan


(60)

kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang bertujuan sepanjang tahun satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif tidak sejati. Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan uji Durbin-Watson.

Uji Durbin-Watson (DW)

Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first autocorection) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regersi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel dependen. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:

1) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .713a .508 .482 .84171 2.042

a. Predictors: (Constant), LN_WCT, LN_CR b. Dependent Variable: LN_ROI

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan hasil pengujiannya, dapat dilihat bahwa tidak terjadi


(61)

autokorelasi antar kesalahan pengganggu antar periode yang ditunjukkan dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 2,042. Angka D-W berada diantara -2 dan 2, yang mengartikan bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan mendekati 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

4.2.3 Analisis regresi

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimstor (BLUE) dan layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengolahan data dengan analisis regresi dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1(Constant )

-4.173 .611 -6.827 .000

LN_WCT .104 .265 .069 .394 .696 -.508 .065 .045

LN_CR 1.303 .300 .764 4.343 .000 .712 .581 .501

a. Dependent Variable: LN_ROI

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012

Berdasarkan tabel 4.5 pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda yaitu:


(62)

Y= -4,173 + 0,104 (X1) +1,303 (X2) + e

dimana:

Y = Profitabilitas

X1 = Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) X2 = Likuiditas (current ratio)

e = Tingkat kesalahan pengganggu

Penjelasan dari nilai a, b1, b2 dan b3 pada Unstandardized Coefficients tersebut dapat dijelaskan dibawah ini.

• Nilai B Constant (a)= -4,173 = konstanta,

nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu perputaran modal kerja dan likuiditas, maka perubahan nilai profitabilitas dilihat dari nilai Y tetap sebesar -4,173.

• Nilai b1 = 0,104 = perputaran modal kerja,

koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran modal kerja sebesar 1 satuan, maka perubahan profitabilitas yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar 0,144 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

• Nilai b2 = 1,303 = perputaran modal kerja,

koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan likuiditas sebesar 1 satuan, maka perubahan profitabilitas yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar 1,303 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.


(1)

(2)

Lampiran 6

Output Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 LN_CR .429 2.329

LN_WCT .429 2.329

a. Dependent Variable: LN_ROI

Lampiran 7


(3)

Lampiran 8

Output Uji Autokorelasi

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1

.713

a

.508

.482

.84171

2.042

a. Predictors: (Constant), LN_WCT, LN_CR

b. Dependent Variable: LN_ROI

Lampiran 9

Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part

1(Constant) -4.173 .611 -6.827 .000

LN_WCT .104 .265 .069 .394 .696 -.508 .065 .045

LN_CR 1.303 .300 .764 4.343 .000 .712 .581 .501


(4)

Lampiran 10

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1(Constant) -4.173 .611 -6.827 .000

LN_WCT .104 .265 .069 .394 .696

LN_CR 1.303 .300 .764 4.343 .000

a. Dependent Variable: LN_ROI

Lampiran 11

Hasil Uji Hipotesis (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 27.107 2 13.553 19.130 .000a

Residual 26.214 37 .708

Total 53.321 39

a. Predictors: (Constant), LN_WCT, LN_CR b. Dependent Variable: LN_ROI


(5)

Lampiran 12

Tabel t dengan signifikansi 5%

df t tabel df t tabel df t tabel df t table 1

12.705 26

2.056 51

2.008 76

1.992 2 4.303 27

2.052 52

2.007 77

1.991 3 3.182 28

2.048 53

2.006 78

1.991 4 2.776 29

2.045 54

2.005 79

1.991 5 2.571 30

2.042 55

2.004 80

1.990 6 2.447 31

2.040 56

2.003 81

1.990 7 2.365 32

2.037 57

2.003 82

1.989 8 2.306 33

2.035 58

2.002 83

1.989 9 2.262 34

2.032 59

2.001 84

1.989 10 2.228 35

2.030 60

2.003 85

1.988 11 2.201 36

2.028 61

2.000 86

1.988 12 2.179 37

2.026 62

1.999 87

1.988 13 2.160 38

2.024 63

1.998 88

1.987 14 2.145 39

2.023 64

1.998 89

1.987 15 2.131 40

2.021 65

1.997 90

1.987 16 2.120 41

2.020 66

1.997 91

1.986 17 2.110 42

2.018 67

1.996 92

1.986 18 2.101 43

2.017 68

1.996 93

1.986 19 2.093 44

2.015 69

1.995 94

1.986 20 2.086

45

2.014

70

1.994 95

1.985 21 2.080 46

2.013 71

1.994 96

1.985 22 2.074 47

2.012 72

1.994 97

1.985 23 2.069 48

2.011 73

1.993 98

1.985 24 2.064 49

2.010 74

1.993 99

1.984


(6)

Lampiran 13

Tabel F dengan signifikansi 5%

Df2

Df1

1

2

3

4

5

1

161.448

199.5

215.707

224.583

230.162

2

18.513

19

19.164

19.247

19.296

3

10.128

9.552

9.277

9.117

9.013

4

7.709

6.944

6.591

6.388

6.256

5

6.608

5.786

5.409

5.192

5.05

6

5.987

5.143

4.757

4.534

4.387

7

5.591

4.737

4.347

4.12

3.972

8

5.318

4.459

4.066

3.838

3.687

9

5.117

4.256

3.863

3.633

3.482

10

4.965

4.103

3.708

3.478

3.326

20

4.351

3.493

3.098

2.866

2.711

21

4.325

3.467

3.072

2.84

2.685

22

4.301

3.443

3.049

2.817

2.661

23

4.279

3.422

3.028

2.796

2.64

24

4.26

3.403

3.009

2.776

2.621

25

4.242

3.385

2.991

2.759

2.603

26

4.225

3.369

2.975

2.743

2.587

27

4.21

3.354

2.96

2.728

2.572

28

4.196

3.34

2.947

2.714

2.558

29

4.183

3.327

2.934

2.701

2.545

30

4.171

3.316

2.922

2.69

2.533

40

4.085

3.232

2.839

2.606

2.449


Dokumen yang terkait

Pengaruh Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 33 60

Pengaruh modal kerja dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 19 132

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 114

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 27

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

PENGARUH MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2012

0 0 14