Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Urine dan Keluhan Kesehatan Pada Sopir Angkot Rahayu Medan Ceria 103 di Kota Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999
menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat,
energi, dan/atau komponen lain kedalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga
mutu udara turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam
jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama akan
mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bila keadaan
tersebut terjadi maka udara dikatakan tercemar (Mukhtasar, 2007).
Dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut maka dalam pelaksanaan
sudah dibuat ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Ketentuan yang dimaksud adalah ketentuan umum baku mutu ambien adalah
batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar yang ada di udara,
namun tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap mahluk hidup, tumbuhan dan
atau benda, sedangkan baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperoleh
bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara
sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. Selain itu,
pemerintah mengeluarkan ketentuan parameter apa saja yang harus di uji dalam

beberapa nilai untuk menentukan kedua baku mutu tersebut (Achmadi, 2013).
Secara

umum

penyebab

pencemaran

udara

ada

dua,

yaitu:

(Kusnoputranto, 2000).

8


Universitas Sumatera Utara

9

1.

Alamiah (Faktor Internal)
a. Debu yang bertebangan akibat tiupan angin
b. Abu (debu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas
vulkanik)
c. Pembusukan sampah organik
d. Zat pencemar yang terbentuk secara alamiah, dapat berasal dari tanah,
hutan/pegunungan (radon, metana, uap air/kelembapan)

2.

Aktivitas Manusia
a. Pencemaran akibat lalu lintas: CO, debu, karbon, Nitrogen Oksida
b. Pencemaran industri: NOx, SO2, Ozone, Pb.

c. Rumah tangga: pembakaran
Menurut tempatnya pencemaran udara dapat dikategorikan ke dalam:

1. Indoor air pollution, yakni pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah
yang berkaitan dengan kegiatan memasak, merokok, kejadian di tempat
kerja (perkantoran), serta tempat-tempat umum seperti kendaraan umum,
hotel, super market, dan lain-lain.
2. Outdoor air pollution, yakni pencemaran udara yang terjadi di luar,
sebagaimana lazimnya di kawasan perkotaan yang disebabkan karena
kendaraan bermotor dan industri (Achmadi, 2013).
Kelembapan udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang
berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer
tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan
gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak diperlukan. Gas-gas dan

Universitas Sumatera Utara

10

partikulat-partikulat yang berasal dari aktifitas manusia terus-menerus masuk

kedalam udara dan mencemari

udara dilapisan atmosfer khususnya lapisan

troposfer. Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan
parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnnya
melewati ambang batas (konsentrasi yang bisa diatasi), maka udara dinyatakan
dalam keadaan tercemar.
Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih
bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2,
SO2,SO3, Pb, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang
sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gasgas dan partikulat-partikulat tersebut, baik yang diperoleh secara alami dari
gunung berapi, pelapukan tumbuh-tumbuhan, ledakan gunung berapi dan
kebakaran hutan, maupun yang diperoleh dari kegiatan manusia ini akan
mengganggu siklus yang ada di udara dan dengan sendirinya akan mengganggu
sistem keseimbangan dinamik di udara, sehingga dapat menyebabkan pencemaran
udara (Soemirat, 2009).
2.1.1 Sumber Pencemaran
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia. Beberapa defenisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,

radiasi, ataupun polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional maupun global. Pencemar udara dibedakan menjadi dua, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

11

1.

Pencemaran primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung
dari pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari
pencemar udara primer karena merupakan hasil dari pembakaran.

2.

Pencemaran sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dan smog
fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Sumber pencemaran timbal dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian,


antara lain:
1. Sumber Alami
Di alam, kadar timbal dapat ditemukan pada bebatuan sekitar 13 mg/kg,
terkhusus timbal yang terkandung pada batu fosfat dan dalam batu pasir
kadarnya sebesar 100 mg/kg. Pada tanah timbal ditemukan sekitar 5-25
mg/kg, serta pada air bawah tanah dengan kadar 1-60µg/l dan air permukaan
dengan kadar 1-10µg/l.
2. Sumber dari Industri
Berbagai kegiatan industri yang menggunakan timbal adalah industri
pengecoran dan pemurnian, industri baterai, industri bahan bakar, industri
kabel dan industri bahan kimia.
2.1.2 Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor
Kesadaran masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum masih
sangat rendah. Banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi
dalam melaksanakan aktivitas dan pergerakannya membuat peningkatan
kendaraan bermotor di jalan raya.

Universitas Sumatera Utara


12

Meningkatnya produksi kendaraan bermotor memperburuk keberadaan
timbal di udara. Konstribusi asap kendaraan bermotor menyumbang polusi udara
sebesar 60%-70%. Di Sumatera Utara, tercatat pada tahun 2014 peningkatan
jumlah kendaraan bermotor mencapai 5,46% atau sebesar 290.314 unit, yakni
dari 5.315.181 unit pada 2013 menjadi 5.605.495 unit hingga Desember 2014
(BPS, 2015). Dari jumlah itu, penambahan sepeda motor yang paling banyak.
Sedangkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) Daerah Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 3 Februari
2003 menunjukkan hasil bahwa kadar timbal di udara ambien Kota Medan adalah
sebesar 3,5µg/Nm3. Angka ini telah melebihi baku mutu udara ambien untuk
timbal, yaitu sebesar 2,0 µg/Nm3 berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.
2.2 Timbal
2.2.1 Sifat Fisik Dan Kimiawi
Timbal atau dalam keseharian dikenal dengan timah hitam, dan dalam
bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum dengan simbol Pb. Logam ini termasuk
kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur
kimia. Timbal mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom
(BA) 207,2 adalah logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik

leleh 327oC dan titik didih 1620oC. Pada suhu 550-600oC Pb menguap dan
membentuk timbal oksida. Bentuk oksida yang paling umum adalah timbel (II).
Walaupun bersifat lunak dan lentur, Pb sangat rapuh dan

mengkerut saat

pendinginan, sulit larut dalam air, air panas dan air asam, timbal dapat larut dalam
asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 2008). Timbal mempunyai

Universitas Sumatera Utara

13

sifat kimia yang aktif sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam yang
mencegah perkaratan dan bila dicampur dengan logam lain akan membentuk
logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Timbal mudah larut
dalam larutan garam, misalnya larutan amonium asetat dan larut dalam minyak
dan lemak (Sartono, 2001).
Timbal secara alamiah terdapat dalam jumlah kecil pada batu-batuan,
penguapan lava, tanah dan tumbuhan. Timbal komersial dihasilkan melalui

penambangan, peleburan, pengilangan dan pengolahan sekunder. Sumber-sumber
lain yang menyebabkan timbal terdapat dalam udara ada bermacam-macam.
Diantara sumber alternatif ini yang tergolong besar adalah pembakaran batu bara,
asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa timbal alkil, timbal oksida,
peleburan biji timbal dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor, karena
senyawa timbal alkil yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat
mudah menguap. Kadar timbal dari sumber alamiah sangat rendah dibanding
dengan timbal yang berasal dari pembungan gas kendaraan bermotor.
2.2.2 Fungsi Timbal
Timbal merupakan hasil samping dari pembakaran berasal dari senyawa
tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan kedalam bahan bakar kendaraan bermotor
dan berfungsi meningkatkan daya pelumasan dan sebagai anti ketuk (anti-Knock)
pada mesin-mesin kendaraan sehingga dapat menurunkan kebisingan suara ketika
terjadi pembakaran pada mesin-mesin kendaraan bermotor. Timbal juga sebagai
zat peningkat oktan dalam produksi gasoline dengan pertimbangan bahwa Pb
memiliki kepekaan yang tinggi dalam meningkatkan angka oktan, dimana setiap

Universitas Sumatera Utara

14


tambahan 0,1 gram timbal dalam 1 liter gasoline mampu menaikkan angka oktan
sampai dengan 1,5-2 satuan angka oktan.
Bahan aditif yang biasa dimasukan kedalam bahan bakar kendaraan
bermotor pada umumnya terdiri dari 62% timbal tetra etil, dan bahan scavenger
yaitu 18% etilendikhlorida (C2H4C12), 18 % etilenbromida (C2H4Br2) dan sekitar
2% campuran tambahan dari bahan-bahan yang lain. Senyawa scavenger dapat
mengikat residu timbal yang dihasilkan setelah pembakaran, sehinga didalam gas
buangan terdapat senyawa timbal dengan halogen. Jumlah senyawa timbal yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa lain dan tidak terbakar
musnahnya timbal dalam peristiwa pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah
timbal yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat
tinggi. Sumber inilah yang saat ini paling banyak memberi konstribusi kadar
timbal dalam udara (Darmono, 2001).
2.2.3 Penggunaan Timbal Pada Bahan Bakar
Timbal digunakan dalam berbagai bentuk yaitu bentuk murni maupun
bentuk alloy. Penggunaan timbal terbesar yaitu:
1. Industri pengecoran maupun pemurnian, industri ini menghasilkan timbal
konsentrat (primary lead maupun secondary lead) yang berasal dari
potongan logam

2. Industri baterai yaitu industri yang banyak menggunakan timbal terutama
lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya

Universitas Sumatera Utara

15

3. Industri bahan bakar yaitu timbal yang berupa tetra ethil lead dan methil
lead banyak dipakai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri
maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemar timbal
4. Industri kabel yaitu kabel yang memerlukan timbal untuk melapisi kabel.
Saat ini pemakai timbal di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih
digunakan campuran Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan
untuk mahkluk hidup
5. Industri kimia yang mengandung bahan pewarna bentuk. Bentuk-bentuk
dari persenyawaan yang dibentuk oleh timbal dengan unsur kimia lainnya,
serta fungsi dari bentuk persenyawaan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Bentuk Persenyawaan Timbal dan Kegunaannya
No
Bentuk Persenyawaan
Kegunaan
1.

Pb + Sb

Kabel telepon

2.

Pb + As + Sn + Bi

Kabel listrik

3.

Pb + Ni

Senyawa Azida untuk bahan peledak

4.

Pb + Cr + Mo + Cl

Untuk pewarnaan pada cat

5.

Pb – asetat

Pengkilap keramik dan bahan anti api

6.

Pb + Te

Pembangkit listrik tenaga panas

7.

Tetrametil-Pb (CH3)4-Pb

Aditif untuk bahan bakar kendaraan bermotor

tetraetil-Pb (C2H5)4-Pb
Sumber: Palar, 2008
Timbal ditambahkan pada bahan bakar kendaraan bermotor dalam bentuk
senyawa organik tetraalkyllead, terdiri dari tetramethyllead (TML), tetraethyllead
(TEL),

dan

campuran

alkil

Triethylmethyllead,

diethylmethyllead

dan

ethyltrimethillead. Tidak ada timbal yang ditambahkan pada bahan bakar solar
(diesel) dan minyak tanah.

Universitas Sumatera Utara

16

TEL dan TML secara bersama-sama ditambahkan kedalam bensin sebagai
aditif anti ketukan mesin dan menaikkan angka oktan bensin. TEL berbentuk
cairan berat dengan kerapatan 1,659 g/ml, titik didih 200oC=390oF dan larut
dalam bensin.
Berdasarkan pada analisis yang pernah dilakukan dapat diketahui
kandungan bermacam-macam senyawa timbal yang ada dalam asap kendaraan
bermotor, seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Kandungan Senyawa Timbal (Pb) dalam Gas Buangan Kendaraan
Bermotor
Senyawa Pb (%)
Persen dari total partikel Pb di asap
0 Jam
18 Jam
PbBrCl
32,0
12,0
PbBrCl2PbO

31,4

1,6

PbCl2

10,7

8,3

Pb(OH)Cl

7,7

7,2

PbBr2

5,5

0,5

PbCL22PbO

5,2

5,6

Pb(OH)Br

2,2

0,1

PbOx

2,2

21,2

PbCO3

1,2

13,8

PbBr22PbO

1,1

0,1

PbCO32PbO

1,0

29,6

Sumber: Palar, 2008
Kandungan PbBrCL dan PbBrCl2PbO merupakan kandungan senyawa
timbal yang utama. Kedua senyawa tersebut telah dihasilkan pada saat
pembakaran pada mesin kendaraan dimulai, yaitu saat waktu 0 jam. Selanjutnya
jumlah dari kedua senyawa tersebut akan berkurang setelah waktu pembakaran
berjalan 18 jam dimana jumlah buangan atas kedua senyawa tersebut menjadi

Universitas Sumatera Utara

17

berkurang jauh (50% untuk PbBrCL) dan menjadi sangat sedikit untuk
PbBrCl2PbO.

Sedangkan

kandungan

oksida-oksida

timbal

(PbOx)

dan

PbCO32PbO mengalami peningkatan yang sangat tinggi dan menggantikan posisi
kandungan pertama setelah masa pembakaran sampai 18 jam.
2.3 Pencemaran Timbal Pada Lingkungan
Konsentrasi dari timbal di udara ambien ditentukan pada daerah dengan
populasi yang padat, makin besar suatu kota makin tinggi konsentrasi timbal di
udara ambien. Kualitas udara di jalan raya dengan lalu lintas yang sangat padat
mengandung timbal yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara di jalan raya
dengan kepadatan lalu lintas yang rendah. Konsentrasi timbal di udara bervariasi
dari 2-4µg/m3 di kota besar dengan lalu lintas yang padat sampai kurang dari
0,2µg/m3 di daerah pinggiran kota dan lebih rendah lagi di daerah pedesaan.
Konsentrasi tertinggi terjadi di sepanjang jalan raya bebas hambatan selama jamjam sibuk dimana konsentrasinya bisa mencapai 14-25µg/m3.
2.4 Dampak Timbal Terhadap Lingkungan
2.4.1 Udara
Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal dari
cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan.
Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara,
sehingga kemudian terhirup pada saat bernapas dan sebagian akan diserap kulit
ataupun diserap oleh daun tumbuhan (Palar, 2008). Baku mutu udara ambien
untuk timbal berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2,0 µm/Nm3.

Universitas Sumatera Utara

18

2.4.2 Air
Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di
udara dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat
disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari
industri yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur
perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan
perairan yang

telah kemasukan senyawa atau ion-ion timbal dengan jumlah

melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota
perairan tersebut. Konsentrasi timbal yang mencapai 188 mg/l dapat membunuh
ikan-ikan (Palar, 2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20
tahun 1990 adalah 0,1 mg/l.
2.4.3 Tanah
Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa
produk konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah
dapat juga berasal dari emisi kendaraan bermotor yang mana partikel timbal yang
terlepas ke udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal
turun ke tanah. Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5-25
mg/kg. Jika timbal telah mencemari permukaan tanah, maka timbal dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.
Timbal di tanah tersebut dapat mencemari tanah dan udara diatasnya.

Universitas Sumatera Utara

19

2.4.2 Tanaman
Organ tanaman dapat mengakumulasi timbal melalui daun, batang, dan
akar. Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH
tanah. Konsentrasi timbal yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan
pengaruh toksik pada proses fotosintesis dan pertumbuhan. Timbal hanya
mempengaruhi tanaman bila konsentrasinya tinggi. Tanaman dapat menyerap
logam timbal pada saat kondisi kesuburan dan bahan organik tanah rendah. Pada
keadaan ini logam berat timbal akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion
yang bergerak bebas pada larutan tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya
serapan timbal oleh akar tanaman. Bila tanaman seperti sayuran yang
mengandung timbal dikonsumsi manusia, maka akan menyebabkan terjadinya
penyerapan timbal di dalam tubuh manusia. Kadar timbal secara alamiah pada
daun adalah sebesar 2,5 mg/kg berat daun kering. Adapun jenis tumbuhan yang
tinggi kandungan timbalnya adalah beras, gandum dan kentang.
2.4.5 Makanan dan Minuman
Semua bahan pangan alami mengandung timbal dalam konsentrasi kecil,
dan selama persiapan makanan mungkin kandungan timbal akan bertambah.
Timbal dalam makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat makanan dan
wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy timbal atau keramik yang
dilapisi glaze (Fardiaz, 1992). Sedangkan dalam air minum juga dapat ditemukan
senyawa timbal bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang
merupakan alloy dari logam timbal (Palar, 2008).

Universitas Sumatera Utara

20

2.5 Distribusi Timbal Pada Tubuh
Penyerapan timbal melalui pernapasan tergantung pada tiga proses yaitu
deposisi,

pembersihan

muskosilier,

dan

pembersihan

alveolar.

Deposisi

(penumpukan) partikal timbal dalam paru-paru maksimal (63%) ukuran sebesar 1
µm dan minimal (39%) pada 0,l µm. Orang sedang istrahat, volume pernapasan
sebesar 10 L/menit. untuk pembersihan timbal yang ada pada paru-paru
dibutuhkan pembersihan silier yang merupakan kombinasi aliran selaput lendir
dan aktivitas silier melalui proses pemindahan partikel-partikel yang ada pada
laring dan faring. Pembersihan alveolar memerlukan tiga tahap yaitu:
1. Memindahkan gerakan mukosilier
2. Berjalan melalui membran-membran sampai pada jaringan paru
3. Berjalan melalui jaringan paru sampai ada kelenjar limpa dan darah
Proses fagositosis oleh makrofag alveoli merupakan mekanisme penting bagi
memindahan partikel-artikel dengan gerakan mukosilier (Anies, 2005).
Protosentase timbal di udara yang terhirup akan mencapai darah
diperkirakan sekitar 30% sampai 40% (rata-rata 37%) tergatung pada:
1.

Ukuran partikel

2.

Daya larut

3.

Volume pernapasan

4.

Variasi psikologis individu

5.

Kondisi psikologis yang memengaruhi penyerapan paru-paru
Pembersihan mukosilier pada perokok lebih lambat daripada yang bukan

perokok. Infeksi paru-paru akut, bronchitis akut dan bronchitis kronis dapat

Universitas Sumatera Utara

21

menghambat aktivitas silier. Berbagi faktor yang mempengaruhi terhirupnya
timbal kemudian masuk ke paru-paru, tidak hanya secara teoritis akan tetapi
kenyataan perlu mendapat perhatian terhadap tingkat konsentrasi timbal dalam
udara, sehingga dapat merubah atau menekan kandungan timbal dalam darah
pada pekerja yang tidak terlindungi (Siswanto, 1999).

Sumber: Palar, 2008
Gambar 1. Distribusi timbal dalam tubuh

2.6 Metabolisme Timbal Pada Tubuh
Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan,
melalui saluran pencernaan yang melalui makanan dan minuman serta
perembesan pada selaput atau lapisan kulit, terutama pada anak-anak dan orang
dewasa dengan kebersihan perorangan yang kurang baik. Absorbsi timbal di
lingkungan tidak hanya bergantung pada bentuk fisik dan kimia dari logam
tersebut. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor host seperti umur, kondisi

Universitas Sumatera Utara

22

fisik, dan faktor genetik. Absorbsi melalui pernafasan merupakan jalur utama
pada pemaparan timbal akibat kerja. Timbal yang diabsorbsi tubuh akan mengikat
sel darah merah, kemudian didistribusi kedalam darah, cairan ekstraseluler,
beberapa tempat deposit yang jaringan lunak (hati, ginjal dan saraf) dan jaringan
mineral (tulang dan gigi). Timbal dalam darah diperkirakan 90% dari jumlah
keseluruhan timbal dalam tubuh.
Senyawa timbal tertrametil dan timbal tetra-etil diserap oleh kulit. Hal ini
disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak.
Sedangkan dalam lapisan udara tertraetil terurai dengan cepat karena adanya sinar
matahari. Timbal tetraetil akan terurai membentuk timbal trietil, timbal dietil dan
timbal monoetil. Semua senyawa uraian dari timbal tetraetil tersebut memiliki
bau yang spesifik seperti bau bawang putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi
semua senyawa turunan ini dapat larut dengan baik dalam air.
Sebagian besar dari timbal yang terhirup pada saat bernafas akan masuk ke
dalam pembuluh darah paru-paru. Absorbsi timbal melalui saluran napas
dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi pembersihan mukosiliar dan
pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nesofaring, saluran trankeobronkhial
dan alveolus. Deposisi sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel dari senyawa
timbal yang ada, volume udara yang mampu dihirup pada saat peristiwa bernapas
berlangsung dan daya larut. Makin kecil ukuran partikel debu, serta makin besar
volume udara yang mampu terhirup, maka akan semakin besar pula konsentrasi
timbal yang diserap oleh tubuh. Partikel yang lebih kecil 10 µm dapat tertahan di
paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran napas

Universitas Sumatera Utara

23

bagian atas. Pembersihan mukosiliar membawa partikel ke faring lalu ditelan.
Partikel besar lebih cepat dibersihkan dibanding partikel yang kecil. Fungsi
pembersihan alveolar yaitu membawa partikel ke ekskalator mukosiliar,
menembus jaringan paru, dan menuju jaringan limfe dan aliran darah. Sebanyak
30-40% timbal yang diabsorbsi melalui saluran napas akan masuk kedalam aliran
darah dan berikatan dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan keseluruh
jaringan dan organ tubuh (Palar, 2008).
Absorbsi melalui saluran cerna dipengaruhi oleh daya larut, bentuk dan
ukuran partikel, status gizi dan tipe diet. Pada orang dewasa sekitar 10% dari
cemaran timbal yang masuk melalui saluran cerna akan diabsorbsi oleh tubuh,
pada bayi dan anak absorbsi dapat mencapai 50%. Pada keadaan puasa absorbsi
juga akan meningkat. Demikian pula pada diet yang rendah kalsium, Fe dan
protein meningkatkan absorbsi timbal.
Timbal yang bersirkulasi dalam darah akan didistribusikan ke dalam
jaringan lunak seperti tubulus ginjal dan sel hati, tetapi berinkoporasi dalam
tulang, rambut, dan gigi untuk disimpan. 90% timbal akan disimpan dalam tulang
dan hanya sebagian kecil tersimpan dalam otak. Rata-rata 10-30% timbal yang
terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang tertelan
diabsorbsi melalui saluran cerna. Uap timbal tetra etil diabsorbsi dengan baik
melalui paru-paru. Absorbsi timbal yang meningkat menyebabkan:
1. Penurunan kandungan hemoglobin
2. Penurunan jumlah dan pemendekan masa hidup eritrosit
3. Peningkatan jumlah retikulosit (eritrosit muda)

Universitas Sumatera Utara

24

4. Peningkatan jumlah eritrosit berbintik basofilik.
Jadi, pemeriksaan darah untuk mendeteksi efek-efek ini dapat digunakan sebagai
pengukur paparan timbal. Sementara pengukuran timbal dalam urin dan darah
memberi petunjuk terhadap paparan timbal dalam tubuh.
Timbal diekskresikan terutama melalui saluran air seni, yang kandungan
timbalnya dalam plasma dan di dalam air seni terlihat proporsional. Biasanya
ekskresi timbal dari tubuh sangat kecil meskipun intake timbal tiap hari naik,
sehingga dapat menaikkan kandungan timbal dalam tubuh. Rata-rata intake timbal
perhari

sekitar

0,3

mg,

apabila

intake

mencapai

0,6

mg/hari

akan

menunjukkan,gejala yang positif. Karena timbal lama dideposit dalam tulang,
dosis tersebut tidak akan memperlihatkan gejala keracunan pada orang selama
hidupnya. Timbal di ekskresi melalui beberapa cara terutama melalui ginjal dan
dan saluran cerna.
Jika intake timbal cukup besar sedang deposit timbal terlalu lambat maka
akan mengakibatkan kesulitan untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan
lunak. Hal tersebut mengakibatkan waktu yang diperlukan untuk mengakumulasi
sejumlah timbal yang toksik menjadi lebih pendek dan tidak proporsional dengan
kenaikan jumlah timbal yang dimakan. Penyerapan timbal sebesar 2,5 mg/hari
akan memerlukan waktu terakumulasi dalam jaringan lunak. Sedangkan
penyerapan 3,5 mg/hari akan mengakibatkan kandungan timbal yang toksik dalam
beberapa bulan saja.
Ekskresi timbal melalui urin sebanyak 75-80%, melalui feces15% dan
lainnya melalui empedu, keringat, rambut dan kuku (Palar, 2008).

Ekskresi

Universitas Sumatera Utara

25

timbal melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar
saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan
ekskresi empedu. Sedangkan ekskresi timbal melalui ginjal adalah melalui filtrasi
glomerulus. Kadar timbal dalam urin dipakai untuk pajanan okupasional.
Pada umumnya ekskresi timbal berjalan sangat lambat. Timbal butuh
waktu paruh didalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari
sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal
mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasinal maupun non
okupasional (Sari, 2013).
2.7 Keracunan Timbal
2.7.1 Gejala Klinis Keracunan Timbal
Keracunan timbal yang dapat menimbulkan suatu gejala keracunan pada
setiap orang baik anak maupun orang dewasa begitu

juga asal dan jenis

kontaminasi timbal tersebut. Gejala maupun tanda-tanda klinis akibat terpapar
timbal akan timbul berbeda-beda. Gejala yang terjadi pada bayi dan anak usia pra
sekolah pada pemaparan timbal yang lama adalah nafsu makan berkurang, sakit
perut dan muntah, bergerak terasa kaku, tidak ingin bermain, lemah, sulit
berbicara, gangguan pertumbuhan otak dan koma. Sedangkan pada orang dewasa
adalah anemia yang menimbulkan lelah, letih, lesu, kurang konsentrasi, gangguan
penglihatan, mual, gangguan saraf yang menyebabkan tangan dan kaki terkulai,
kebas atau faal dan pada tingkat yang lebih tinggi dapat menimbulkan halusinasi,
insomnia, sakit kepala serta iritabilitas (mirip gejala putus alkohol berat).

Universitas Sumatera Utara

26

Faktor-faktor yang mempengaruhi keracunan oleh timbal adalah faktor
lingkungan dan faktor manusia (Kurniawan, 2008). Faktor lingkungan terdiri dari:
1. Dosis dan lama pemaparan. Konsentrasi yang besar dan pemaparan yang
lama dapat menimbulkan efek yang berat dan bisa berbahaya.
2. Kelangsungan pemaparan. Berat ringan efek timbal tergantung pada proses
pemaparan timbal yaitu pemaparan secara terus menerus atau terputusputus. Pemaparan terus menerus akan memberikan efek yang lebih berat dan
fatal.
3. Jalur pemaparan. Timbal akan memberikan efek yang berbahaya terhadap
kesehatan bila masuk melalui jalur yang tepat. Orang-orang dengan
sumbatan hidung mungkin juga beresiko lebih tinggi, karena pernapasan
lewat mulut mempermudah inhalasi partikel debu yang lebih besar.
Sedangkan untuk faktor manusia terdiri dari:
1. Umur
Usia muda pada umumnya lebih peka terhadap aktivitas timbal, hal ini
berhubungan dengan perkembangan organ dan fungsinya belum sempurna.
Semakin tua umur seseorang, akan semakin tinggi pula konsentrasi timbal
yang terakumulasi pada jaringan tubuh.
2. Status kesehatan
Status gizi dan tingkat kekebalan (imunologi). Keadaan sakit atau disfungsi
dapat mempertinggi penyerapan timbal dan mempermudah terjadinya
kerusakan organ. Kurang gizi akan meningkatkan kadar timbal yang bebas
dalam darah. Diet rendah kalsium akan menyebabkan peningkatan kadar

Universitas Sumatera Utara

27

timbal dalam jaringan lunak dan efek racun pada sistem hematopoeitik. Diet
rendah kalsium dan fosfor juga akan meningkatkan absorbsi timbal pada
usus. Defisiensi besi, diet rendah protein dan diet tinggi lemak akan
meningkatkan absorbsi timbal, sedangkan pemberian zinc dan vitamin C
secara terus menerus akan menurunkan kadar timbal dalam darah, walaupun
pajanan timbal terus berlangsung.
Tabel 2.3 Kadar Timbal dalam Jaringan Tubuh Orang yang Tidak Terpapar
Timbal
Nilai Ambang Batas
Jaringan
mg Pb/100gr Jaringan Basah
Tulang
0,67 – 3,59
Hati
0,04 – 0,28
Paru-paru
0,03 – 0,09
Ginjal
0,05 -0,16
Limpa
0,01 – 0,07
Jantung
0,04
Otak
0,01 – 0,09
Gigi
0,28 – 3,14
Rambut
0,007 – 1,17
Sumber: Palar, 2008
3. Jenis kelamin.
Efek toksik pada laki-laki dan perempuan mempunyai pengaruh yang
berbeda. Perempuan lebih rentan daripada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan faktor ukuran tubuh, keseimbangan hormonal dan perbedaan
metabolisme.
4. Jenis jaringan.
Kadar timbal dalam jaringan otak tidak sama dengan kadar timbal dalam
jaringan paru ataupun jaringan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

28

2.7.2 Keracunan Akut
Keracunan akut akibat timbal sangat jarang terjadi. Keracunan akut akibat
timbal biasanya disebabkan oleh inhalasi timbal oksida (PbOx) dalam jumlah
besar di industri atau pada anak kecil yang disebabkan karena tertelannya cat yang
mengandung timbal dalam dosis besar. Bila absorbsi timbal lebih lambat, maka
kolik abdomen dan ensefalopati dapat ditemukan dalam beberapa hari. Gangguan
yang menyerupai keracunan timbal adalah appenditis dan pankreatitis
(Wardhana,02001).
2.7.3 Keracunan Kronis
Manifestasi keracunan timbal yang paling sering adalah kelemahan,
anoreksia, keguguran, tremor, turunnya berat badan, sakit kepala dan gejala-gejala
saluran pencernaan. Efek pertama pada keracunan timbal kronis sebelum
mencapai target organ adalah adanya gangguan pada biosintetis hem, apabila hal
ini tidak segera diatasi akan terus berlanjut mengenai target organ lainnya.
Hubungan nyeri abdomen yang berulang dan kelemahan otot penggerakan tanpa
nyeri menunjukkan kemungkinan adanya keracunan timbal.
Beberapa efek dari keracunan timbal pada berbagai organ-organ tubuh
sebagai berikut:
1.

Efek timbal pada sistem saraf
Sistem saraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun
yang dibawa oleh logam timbal. Pengaruh dari keracunan timbal dapat
menimbulkan kerusakan otak. Penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan otak sebagai akibat dari keracunan timbal adalah epilepsi,

Universitas Sumatera Utara

29

halusinasi, kerusakan pada otak besar dan delirium. Kelainan otak jarang
sekali terjadi pada orang dewasa tetapi sering terjadi pada anak-anak.
Kelainan bervariasi dari penurunan intelektual, gangguan kejiwaan yang
ringan sampai pada pembengkakan otak yang berat yang dapat
berkembang dengan sangat cepat walaupun akumulasi timbal berlangsung
lambat bertahun-tahun. Kejang, koma dan kematian dapat segera terjadi
apabila fungsi otak terganggu. Pada penderita yang masih hidup efek
neurologia yang menetap sering terjadi (Laila, 2013). Neuropati perifer
lebih sering terjadi pada orang dewasa, kelainan ini terutama bersifat
motorik dan meliputi otot-otot yang masih aktif, sehingga tanda-tanda
yang khas adalah menyebabkan pergelangan tangan terkulai (wrist drop)
dan pergelangan kaki terkulai (foot drop).
2.

Efek timbal pada sistem urinaria
Efek timbal terhadap sistem urinaria (ginjal) dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi
disebabkan terbentuknya inkranuclear inclution body yang disertai dengan
membentuknya aminociduria yaitu terjadinya kelebihan asam amino
dalam urin. Pada fase akut keracunan timbal, seringkali ada gangguan
ginjal fungsional tetapi tidak dapat dipastikan apakah ada kerusakan ginjal
yang permanen (Azhari, 2014).

3.

Efek timbal pada sistem reproduksi, sistem endokrin dan jantung
Efek timbal terhadap sistem reproduksi, menyebabkan menurunnya
kemampuan sistem reproduksi. Untuk wanita timbal akan disimpan dalam

Universitas Sumatera Utara

30

tulang. Pada wanita hamil, timbal yang terserap dan ditimbun dalam tulang
dan masuk kedalam peredaran darah, melaui plasenta dan kemudian akan
ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan menyebabkan bayi
lahir dengan berat badan rendah, menghambat perkembangan otak dan
intelegensia janin. Selanjutnya setelah bayi lahir, timbal akan dikeluarkan
bersama dengan air susu (ASI). Sedangkan efek timbal terhadap sistem
endokrin dapat mempengaruhi fungsi dari tiroid. Fungsi dari tiroid sebagai
hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan youdium
isotop. Untuk pengaruh keracunan timbal pada otot jantung baru
ditemukan pada anak.
4.

Efek timbal pada sistem saluran cerna
Kolik usus (spasme usus halus) adalah manifestasi klinis tersering dari
keracunan timbal lanjut. Nyeri terlokalisir disekitar atau dibawa
umbilekus. Tanda paparan timbal (tidak berkaitan) adalah pigmen kelabu
pada gusi (garis-garis timbal).

5.

Efek timbal pada sistem hematopoeietik
Timbal menghambat aktivitas enzim δ-aminolevulinat dehidaratase
(ALAD) dalam eritroblas sumsum tulang dan eritrosit pada kadar 10
µg/dL. Kadar ALAD yang tinggi dapat menimbulkan aksi neurotoksik
(Adnan, 2001). Timbal menyebabkan 2 macam anemia. Dalam keracunan
timbal akut terjadi anemia hemolitik, sedangkan pada keracunan timbal
kronis terjadi anemia makrositik hipokromik, hal ini karena menurunnya
masa hidup eritrosit akibat interfensi logam timbal dalam sintesis

Universitas Sumatera Utara

31

hemoglobin dan juga terjadi peningkatan corproporfirin dalam urin.
Menurut Adnan, kadar timbal dalam darah yang dapat menyebabkan
anemia klinis adalah sebesar 70µg/dL atau 0,7mg/L.
2.8 Angkutan Umum
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, menyebutkan bahwa pelayanan angkutan orang dengan
kendaraan umum terdiri dari:
1. Angkutan antar kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke
kota lain,
2. Angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota
lain,
3. Angkutan pedesaaan yang merupakan pemindahan orang dalam dan atau
antar wilayah pedesaan,
4. Angkutan lintas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui
lintas batas negara lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopir adalah pengemudi mobil.
Sementara angkutan adalah barang-barang (orang-orang dan sebagainya) yang
diangkut. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan
untuk dipergunakan oleh angkutan umum dengan dipungut bayaran (UndangUndang Lalu Lintas No.14 Tahun1992). Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa sopir angkutan umum adalah individu yang mengangkut
barang ataupun orang dengan menggunakan salah satu kendaraan umum yang
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

Universitas Sumatera Utara

32

2.9 Angkutan Kota
Angkutan kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam
kota dan antar kota yang banyak digunakan di masyarakat, berupa mobil jenis
minibus yang dikendarai oleh sopir. Setiap jurusan dibedakan melalui warna
armadanya atau melalui angka. Terdapat banyak jenis armada angkutan kota di
kota Medan, diantara adalah PT. Rahayu Medan Ceria (RMC). Rahayu Medan
Ceria memiliki ±10 trayek yang mengantar penumpang dalam kota dan antar kota
yang diantaranya adalah Rahayu Medan Ceria 103. Banyak jenis dan trayek
dimiliki angkot membuat sumber pencemaran semakin meningkat sehingga sopir
angkot juga banyak terdapat di kota Medan. Jumlah asap angkot yang banyak
menjadi pencemar udara menimbulkan gangguan kesehatan kepada para sopir
angkot. Salah satunya adalah angkutan kota Rahayu Medan Ceria 103 banyak
ditemukan di kota Medan dengan trayek Pancur Batu – Padang Bulan – Pringgan
– Aksara – UNIMED. Karakteristik angkutan kota Rahayu Medan Ceria
1. Memiliki jarak panjang trayek ± 25 km
2. Lama tempuh yang bisa dicapai adalah 1 hingga 2 jam.
3. Memiliki jumlah armada terbanyak diantara trayek Rahayu Medan Ceria
lain
4. Lama sopir bekerja dalam sehari bisa mencapai 20 jam
Salah satu kelompok yang beresiko tinggi terpapar timbal adalah sopir
angkutan kota. Pada umumnya bertugas sebagai sopir atau pengemudi angkutan
umum di jalan raya yang selalu padat dengan arus lalu lintas sehingga sering

Universitas Sumatera Utara

33

terpapar oleh asap kendaraan bermotor yang lain hasil pembakaran bahan bakar
bensin yang keluar dari knalpot di jalan raya yang padat arus lalu lintas.
Adanya kandungan timbal dalam tubuh lebih khusus pada urin seseorang,
ini disebabkan adanya pemajanan yang lama, maka kadar timbal yang
terakumulasi di dalam tubuh juga ada peningkatan. Hal ini disebabkan lingkungan
yang mengandung polusi, serta defisiensi besi, diet rendah protein dan diet tinggi
lemak akan meningkatkan absorbsi timbal ke dalam tubuh. Karena hal tersebut
perlu dilakukan pemeriksaan timbal pada urin pengemudi angkutan kota. Ambang
batas kadar timbal pada urin seseorang yang diperbolehkan menurut Kepmenkes
RI Tahun 2002 adalah sebesar 150µm/mL atau 0,15 mg/L.
2.10 Kerangka Konsep

Memenuhi syarat
Pemeriksaan kadar
timbal urin
Tidak memenuhi
syarat
Karakteristik
sopir Angkot
Rahayu Medan
Ceria 103
- Jarak tempuh
- Lama tempuh
- Lama bekerja
- Pekerja tetap

Kepmenkes RI No
1406/Menkes/SK/X
I/2002

Keluhan
kesehatan

Gambar 2. Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara