Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Urine dan Keluhan Kesehatan Pada Sopir Angkot Rahayu Medan Ceria 103 di Kota Medan Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
meningkatkan daya dukung untuk lingkungannya. Pencemaran udara dewasa ini
semakin

menampakkan

kondisi

yang

sangat

memperihatinkan.

Sumber


pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,
transportasi, perkantoran dan perumahan (Darmono, 2001).
Pencemaran udara diartikan sebagai bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah
tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama akan mengganggu
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan (Wardhana, 2004). Menurut Peraturan
Pemerintah No. 41 tahun 1999 yang berisikan jenis parameter udara pada baku
mutu udara ambien yang berisikan antara lain : Sulfur dioksida (SO2), karbon
monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM
10, PM 2,5, TSP (debu), Dustfall (debu jatuh), Pb (Timah Hitam). Untuk senyawa
timbal setelah meninggalkan ruang bakar akan membentuk padatan partikel,
sebagian besar berdiameter kurang dari 2μm. Baku mutu udara ambien yang
diatur oleh peraturan di atas mensyaratkan pengukuran partikel berukuran 10μm
dan 2,5 μm, sedangkan baku mutu untuk timah hitam adalah : 2 μg/m3 untuk
pengukuran 24 jam dan 1 μg/m³ untuk pengukuran 1 tahun.
1

Universitas Sumatera Utara


2

Sumber pencemaran udara yang berasal dari berbagai kegiatan antara lain
industri, transportasi, kebakaran hutan, perkantoran dan perumahan. Udara yang
dulunya natural kini telah tercemar sehingga mempengaruhi kualitas hidup
manusia. Dalam udara natural terkandung gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20%
oksigen, 0,93% argon, 0,03% karbon dioksida, dan sisanya terdiri dari neon,
helium, metan, hydrogen. Gas oksigen merupakan komponen esensial bagi
kehidupan mahluk hidup termasuk manusia. Komposisi seperti itu disebut sebagai
udara normal. Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan,
mengakibatkan udara sering kali kualitasnya mengalami penurunan. Perubahan ini
dapat berupa polusi oleh salah satu komponen kimia yang tercemar kedalam udara
(Sumantri, 2010).
Beberapa bahan pencemar yang terdapat pada lingkungan adalah karbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida (SO2) dan partikel.
Partikel merupakan padatan yang sangat halus, umumnya berukuran kurang dari
10μ, dapat melayang-layang di udara, dan ketika bernafas padatan ini dapat masuk
ke dalam saluran pernafasan kita. Semakin kecil ukuran partikel yang ikut masuk
ketika kita bernafas, maka semakin besar kemungkinan untuk sampai ke paruparu. Partikel yang banyak terdapat di lingkungan diantaranya adalah debu dan
timbal.

Emisi timbal ke dalam lapisan atmosfer bumi dapat berbentuk gas dan
partikulat. Emisi timbal yang masuk dalam bentuk gas, terutama sekali berasal
dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping
dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan. Timbal yang

Universitas Sumatera Utara

3

merupakan hasil samping dari pembakaran ini berasal dari senyawa tetra-metil-Pb
dan tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor
dan berfungsi sebagai anti ketuk (anti-knock) pada mesin-mesin kendaraan (Palar,
2008).
Timbal merupakan bahan kimia yang termasuk dalam kelompok logam
berat. Menurut Palar (2008) logam berat merupakan bahan kimia golongan logam
yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh, di mana jika masuk ke dalam tubuh
organisme hidup dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek negatif
terhadap fungsi fisiologis tubuh. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh dalam
jumlah kecil akan berakumulasi di dalam tubuh, sehingga pada suatu saat juga
dapat menimbulkan efek negatif dan gangguan kesehatan (Naria, 2005). Tingkat

pencemaran di Indonesia akibat gencarnya pengkonsumsian bahan bakar
kendaraan terlihat dari catatan tahun 1996. Diperkirakan tak kurang dari 9 juta
kiloliter bahan bakar habis dijalanan per tahun, dengan tingkat pertumbuhan
tahunan mencapai 7%. Dengan kata lain, setiap menit di Indonesia, tak kurang
dari 17.000 liter bahan bakar yang habis terbakar .
Adanya kandungan Timbal (Pb) dalam tubuh lebih khusus pada urine
seseorang, ini disebabkan adanya pemajanan yang lama, maka kadar Timbal (Pb)
yang terakumulasi di dalam tubuh juga ada peningkatan. Hal ini juga disebabkan
lingkungan yang polusi, serta apabila diiringi dengan mengkonsumsi vitamin D
(misalnya ikan, susu dan hati) yang berlebihan disertai fosfat (P) yang cukup
dapat mempermudah terjadinya penimbunan Timbal (Pb) melalui saluran cerna.

Universitas Sumatera Utara

4

Kendaraan bermotor sebagai produk teknologi dalam operasinya
memerlukan bahan bakar minyak yang memiliki timbal. Timbal tersebut menjadi
salah satu polutan utama yang dihasilkan oleh aktivitas pembakaran bahan bakar
minyak kendaraan bermotor. Timbal yang ditambahkan ke dalam bensin bertujuan

untuk meningkatkan nilai oktan dan sebagai bahan aditif anti ketuk dalam bentuk
Tetra Ethyl Lead (TEL) atau Tetra Methyl Lead (TML). Timbal yang
ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak merupakan sumber utama pencemaran
timbal di perkotaan. Sumber alamiah timbal berasal dari penguapan lava, batubatuan, tanah dan tumbuhan, namun kadar timbal dari sumber alamiah ini sangat
rendah dibandingkan dengan timbal yang berasal dari pembuangan gas kendaraan
bermotor. Dari sekian banyak sumber pencemaran udara yang ada, kendaraan
bermotor (transportasi) merupakan sumber pencemaran udara terbesar (60%),
sektor industri (20%) dan lain-lain (20%) (Almatsier, 2003).
Timbal kini dianggap sebagai ancaman serius karena diketahui
menebarkan racun diudara dan masuk kedalam paru-paru, beredar dalam darah
serta menyebabkan efek buruk jangka panjang. Logam pencemar dari kendaraan
dengan bahan bakar bensin bertimbal bisa terakumulasi dalam tubuh, menyerang
organ-organ penting, bahkan merusak kualitas keturunan. Keracunan timbal yang
berasal dari udara bebas terdapat ada penduduk yang mendapat pemaparan dalam
jumlah besar dan dalam waktu yang lama. Efek paparan ini terhadap kesehatan
dapat menjadi akut maupun kronik (Palar, 2008).
Timbal dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia selain melalui
sistem pernapasan, juga dapat melalui pencernaan dan kontak dermal. Bahaya

Universitas Sumatera Utara


5

kesehatan yang ditimbulkan oleh timbal dalam udara berkaitan dengan ukuran
partikel. Efek pertama pada keracunan timbal kronis sebelum mencapai target
organ adalah adanya gangguan dalam biosintesis hem darah dan apabila gangguan
ini tidak segera terasatsi akan dapat mengakibatkan gangguan terhadap berbagai
sistem organ tubuh seperti sistem saraf, ginjal, sistem reproduksi, saluran cerna
dan anemi.
Timbal dalam tubuh diekskresikan melalui beberapa cara, yang terpenting
adalah melalui urin dan feses. Ekskresi timbal melalui urin adalah 60-75%,
melalui feses 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut dan kuku.
Ekskresi timbal melalui ginjal adalah melalui filtrasi glomerulus. Pemeriksaan
timbal yang paling efektif adalah pada darah. Kadar timbal dalam urin merupakan
cerminan pajanan baru sehingga pemeriksaan urin di pakai untuk pajanan
okupasional. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang paling dianjurkan
sebagai screening test pada keracunan timbal. Kadar timbal dalam urin juga bisa
membantu menegakkan diagnosis, ketika kadarnya diatas 150µg/mL, dianggap
sudah cukup bermakna untuk diagnosis keracunan timbal. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1406/MENKES/SK/XI/2002 tentang

Standar Pemeriksaan Kadar Timah Hitam Pada Spesimen Biomarker Manusia
menyatakan kadar timbal pada urin adalah sebesar 150µg/mL, sedangkan menurut
NIOSH (National Institute of Occupational and Health) kadar timbal ada urin
yang disarankan adalah 100 µg/mL. Pemeriksaan timbal pada urin sopir angkot
dilakukan karena sopir angkot tidak bersedia untuk pengambilan sampel darah
dengan alasan takut melihat darah dan alat medis. Penelitian yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

6

Hastuti (2007) terhadap anak jalanan yang berada di kota Yogyakarta
menghasilkan tingginya kadar timbal pada urin tersebut.
Tingginya jumlah kendaraan bermotor maka kota Medan berpotensi besar
terhadap pencemaran udara yang akan memberikan efek terhadap kesehatan.
Kendaraan bermotor tersebut diantaranya adalah kendaraan umum untuk
mengangkut penumpang yang dikenal sebagai angkutan kota. Angkutan kota atau
angkot, pada umumnya banyak digunakan masyarakat di kota Medan. Banyak
jenis dan trayek dimiliki angkot membuat sumber pencemaran semakin meningkat
sehingga sopir angkot juga banyak terdapat di kota Medan. Jumlah asap angkot

yang banyak menjadi pencemar udara menimbulkan gangguan kesehatan kepada
para sopir angkot.
Angkutan kota Rahayu Medan Ceria 103 banyak ditemukan di kota Medan
dengan trayek Pancur Batu–Padang Bulan–Iskandar Muda–Gajah Mada–
S.Parman–Maulana Lubis–Perintis Kemerdekaan–M. Yamin–Wiliem Iskandar–
UNIMED memiliki jarak ± 25 km. Pada survei pendahuluan yang dilakukan
peneliti terhadap 3 orang supir angkot, ditemukan keluhan kesehatan pada pada
sopir angkot Rahayu Medan Ceria 103. Keluhan kesehatan yang di derita adalah
sakit kepala, mudah lelah, lemas dan lesu sehingga kurang konsentrasi dalam
mengemudi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah seberapa besar kadar timbal (Pb) pada urin dan keluhan kesehatan terhadap
sopir angkot Rahayu Medan Ceria 103 Kota Medan Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1tTujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar timbal
pada urin dan keluhan kesehatan pada sopir angkot.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis kadar timbal pada urin sopir angkot Rahayu Medan
Ceria 103 kota Medan.
2. Untuk mengetahui keluhan kesehatan pada sopir angkot Rahayu Medan
Ceria 103 kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.

Sebagai sumber informasi bagi sopir angkot dalam mengetahui kadar
timbal pada urin.

2.

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian

3.


Sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara