Pengaruh Penyemprotan Rebusan Daun Sirih dan Larutan Sodium Hipoklorit pada Cetakan Elastomer Terhadap Perubahan Dimensi Model Fisiologis

9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak
Bahan cetak adalah bahan yang digunakan untuk membuat replika atau
cetakan yang akurat dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut.1 Bahan
cetak menghasilkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan mulut. Hasil cetakan
yang diisi gipsum keras menghasilkan cetakan yang disebut reproduksi positif (model
kerja dan model studi). Cetakan itulah yang digunakan oleh dokter gigi untuk
merancang maupun membuat gigi tiruan lepasan dan cekat. Oleh karena itu, cetakan
haruslah akurat dan mewakili keadaan rongga mulut pasien, hal ini didapat dengan
pencetakan yang akurat.22
Beberapa persyaratan bahan cetak untuk menghasilkan cetakan yang akurat
antara lain:1,22
a. Mempunyai kestabilan dimensi yang baik
b. Fleksibel, tidak berubah ataupun robek ketika dikeluarkan dari mulut
c. Biokompatibel, tidak toksik dan tidak mengiritasi
d. Setting time yang pendek
e. Memiliki masa penyimpanan yang cukup lama

f. Mempunyai konsistensi dan tekstur yang baik.

2.1.1 Klasifikasi Bahan Cetak
Bahan cetak dapat dikelompokkan berdasarkan sifat mekanisnya, antara lain
bahan cetak non elastis dan elastis.25,26

2.1.1.1 Bahan Cetak Non Elastis
Bahan cetak non elastis adalah bahan cetak yang tidak dapat melalui undercut
sehingga penggunaannya terbatas pada pasien edentulus dan tanpa ada undercut

Universitas Sumatera Utara

10

tulang. Bahan cetak non elastis dapat dibagi menjadi plaster of paris, compound dan
oksida seng eugenol.22,25,26
1. Plaster of paris
Plaster of paris telah jarang digunakan sekarang namun dulunya digunakan
sebagai bahan untuk mencetak pembuatan gigi tiruan penuh. Bahan ini telah jarang
digunakan sekarang dikarenakan teknik pemanipulasiannya yang rumit, oleh karena

itu telah digantikan oleh bahan cetak elastis yang lebih mudah digunakan. Bahan ini
sekarang ini digunakan sebagai gipsum di laboratorium dental. Gipsum ini harus
disimpan dalam kantong kedap udara karena akan menyerap air dari udara.25
2. Compound
Compound adalah bahan termoplastik yang bersifat kaku yang dilunakkan
dengan pemanasan, lalu akan menjadi kaku lagi pada suhu di dalam rongga mulut.
Bahan tersebut dulunya mempunyai kegunaan saat melakukan pencetakan, dimana
beberapa dokter gigi menggunakan lembaran compound pada sendok cetak untuk
melakukan pencetakan pertama saat hendak dibuat gigi tiruan penuh.25
3. Oksida seng eugenol (OSE)
Oksida seng eugenol adalah bahan cetak yang telah jarang digunakan
sekarang. Kegunaannya umumnya terbatas pada daerah linggir tidak bergigi atau
daerah yang mukostatis. Sekarang bahan ini telah digantikan oleh bahan cetak yang
elastis dikarenakan eugenol mempunyai rasa yang tidak enak dan terkadang dapat
mengiritasi jaringan rongga mulut dari pasien.25

2.1.1.2 Bahan Cetak Elastis
Bahan cetak elastis dapat dibagi menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan
cetak elastomer. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi
dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid.

Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak
hidrokoloid reversibel dan ireversibel.25,26
1. Hidrokoloid
a. Hidrokoloid Reversibel (Agar)

Universitas Sumatera Utara

11

Hidrokoloid reversibel adalah bahan cetak elastis pertama yang menggantikan
bahan cetak nonelastis. Bahan ini adalah bahan cetak yang akurat untuk mengambil
cetakan pada gigi dan rahang serta jaringan yang mempunyai undercut dan bisa
dilepaskan tanpa melukai mulut pasien. Bahan ini digunakan di laboratorium untuk
menduplikat model.25
b. Hidrokoloid Ireversibel (Alginat)
Bahan cetak alginat adalah bahan cetak yang paling banyak digunakan,
harganya tidak mahal, mudah dimanipulasi dan tidak memerlukan alat khusus.
Alginat banyak digunakan untuk mencetak model diagnostik, gigi tiruan sebagian
lepasan dan saat reparasi dari gigi tiruan sebagian lepasan maupun gigi tiruan penuh.
Kekurangan cetakan alginat adalah kurang akurat dalam mencetak pembuatan inlay,

onlay, dan preparasi gigi tiruan cekat.25
2. Elastomer
Elastomer adalah bahan cetak elastis yang sangat akurat, memiliki kualitas
yang sama dengan karet, oleh karena itu sering disebut bahan karet. Bahan elastomer
yang sering digunakan adalah polisulfida, polieter, silikon kondensasi dan silikon
adisi. Elastomer secara umum mempunyai reaksi polimerisasi yang meliputi
pembentukan rantai polimer yang panjang dan rantai silang.25

2.2 Bahan Cetak Elastomer
2.2.1 Pengertian
Bahan cetak elastomer adalah bahan cetak yang bersifat elastis seperti karet
yang apabila digunakan dan dikeluarkan dari rongga mulut akan tetap bersifat elastis
dan fleksibel. Menurut Spesifikasi ANSI/ADA No. 19 bahan cetak elastomer
diklasifikasikan sebagai nonaqueous elastomeric impression materials.2 Secara
kimia, terdapat 4 jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak antara lain:
polisulfid, silikon kondensasi, silikon adisi (polivinil siloksan) dan polieter.22,25

Universitas Sumatera Utara

12


2.2.2 Karakteristik
Karakteristik bahan cetak elastomer dapat dilihat dari perbedaan sifat-sifat
bahan cetak seperti waktu kerja, setting time, shrinkage pada saat setting, kemampuan
elastis setelah dilepas, fleksibilitas ketika dilepaskan, kekuatan robekan, flow,
wettability maupun reproduksi detail (Tabel 1).22,27
Tabel 1. Perbedaan sifat-sifat bahan cetak elastomer22,27
SIFAT

POLISULFIDA

SILIKON
ADISI (PVS)
2-4

POLIETER

4-7

SILIKON

KONDENSASI
2,5-4

Waktu kerja
(menit)
Setting time
(menit)
Shrinkage
pada saat
setting
Kemampuan
elastis setelah
dilepas
Fleksibilitas
ketika
dilepaskan
Tear Strength
(Kekuatan
Robekan)
Flow


7-10

6-8

4-6,5

6

Tinggi

Sedang - tinggi

Sangat
rendah

Rendah

Sedang


Tinggi

Sangat tinggi

Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah –
sedang

Rendah –
sedang

Sedang – tinggi

Rendah - sedang


Rendah –
sedang

Sedang

Sedang – tinggi

Rendah

Sangat rendah

Wettability

Sedang

Tidak baik

Reproduksi
detail


Sangat baik

Sangat baik

Sangat
rendah
Baik – sangat
baik
Sangat baik

3

Sangat baik
Sangat baik

2.3 Silikon Adisi (Polivinil Siloksan)
Silikon adisi sering juga disebut bahan cetak polivinil siloksan atau vinil
polisiloksan (PVS).22,27 Spesifikasi ANSI-ADA No.19 (ISO 4823 [2003]) tertulis
tentang bahan cetak elastomer, termasuk silikon adisi. Bahan cetak silikon adisi ini
mempunyai kestabilan dimensi yang baik. Perubahan dimensi yang terjadi dalam 24

jam sangat rendah yaitu -0,1%. Selain itu, hasil cetakan silikon adisi dapat diisi

Universitas Sumatera Utara

13

berulang kali. Indikasi penggunaan bahan cetak ini adalah pada pembuatan gigi tiruan
cekat, inlay, onlay, implant dan gigi tiruan sebagian cekat.27

2.3.1 Komposisi
Pasta basis dan katalis mengandung bentuk vinil silikon. Pasta basis
mengandung polimetilhidrosiloksan (polimetil hidrogen siloksan), serta pre-polimer
siloksan lain. Pasta katalis mengandung dimetilsiloksan (divinil polidimetil siloksan)
dan pre-polimer siloksan lain. Bila pasta katalis mengandung aktivator garam
platinum, berarti pasta yang berlabel basis harus mengandung hibrid silikon. Bahan
retarder mungkin juga terdapat dalam pasta yang mengandung katalis platinum.
Kedua pasta mengandung bahan pengisi.1,22 Saat terjadi polimerisasi adisi bahan
cetak silikon adisi, atom hidrogen pada struktur ikatan vinil siloksan berpindah pada
kelompok vinil (Gambar 1).24

Gambar 1. Atas, atom hidrogen pada struktur ikatan vinil silikon
yang berpindah pada kelompok vinil saat polimerisasi
adisi. Bawah, struktur terakhir setelah garam platinum
telah masuk pada reaksi polimerisasi adisi.24

Universitas Sumatera Utara

14

Polivinil siloksan tidak menghasilkan produk sisa saat polimerisasi, oleh
karena itu perubahan dimensi yang terjadi saat setting sangat kecil. Proporsi yang
tidak tepat dari vinil silikon dan hibrid silikon, ataupun kelembapan/zat sisa
kelompok silane yang bereaksi dengan karbohidrat yang terdapat pada basis polimer,
dapat menyebabkan terbentuknya produk sisa berupa gas hidrogen, sehingga dapat
terjadi poreus pada permukaan model yang diisi gipsum.28,29 Walaupun tidak semua
bahan cetak polivinil siloksan menghasilkan gas hidrogen, direkomendasikan untuk
menunggu 30 menit sampai reaksi setting selesai, baru dilakukan pengisian gipsum.1
Kontaminasi sulfur dari sarung tangan lateks alamiah menghambat pengerasan
bahan cetak silikon adisi. Beberapa sarung tangan vinil memiliki efek yang sama
karena pengendali kestabilan mengandung sulfur yang digunakan dalam proses
pembuatan sarung tangan tertentu. Kontaminasi yang begitu kuat, bila sarung tangan
menyentuh gigi sebelum bahan cetak dimasukkan dapat menghambat pengerasan
permukaan kritis dekat gigi. Hambatan tersebut menghasilkan distorsi yang cukup
besar.22

2.3.2 Manipulasi
Bahan PVS terdiri dari beberapa jenis viskositas/ kekentalan yaitu light
(wash), extra light (injection), medium (regular/ monophase), heavy, dan putty.
Polivinil siloksan encer dan agak kental dikemas dalam 2 pasta, sementara bahan
putty dikemas dalam 2 toples yang terdiri atas bahan basis dengan kekentalan tinggi
dan bahan katalis. Baik basis dan katalis mengandung bahan serupa, kedua bahan ini
memiliki kekentalan yang hampir sama sehingga bahan cetak ini lebih mudah
diaduk.22,25
Pada awalnya bahan cetak PVS terdiri dari 2 pasta yang terdiri dari basis dan
katalis diaduk secara manual pada kertas pengaduk atau pelat kaca. Kedua pasta
dengan warna berbeda diaduk secara merata dengan gerakan sirkuler hingga
warnanya homogen. Seiring dengan perkembangan zaman, pabrik memproduksi alat
pengaduk dengan sistem static automixing dan dynamic mechanical mixing.1

Universitas Sumatera Utara

15

Sistem static automixing atau sistem dual catridge menggunakan alat seperti
gun (pistol). Hasil pengadukan dengan gun ini dapat langsung dimasukkan ke dalam
syringe injeksi atau pada sendok cetak. Hasil pengadukan dengan sistem static
automixing atau sistem dual catridge menghasilkan bahan cetak dengan gelembung
udara yang lebih sedikit. Kerugian dari sistem ini adalah perlunya pergantian ujung
(tip) dari gun setiap kali pengadukan dan terbuangnya sejumlah bahan cetak yang
terdapat pada ujung (tip) (Gambar 2).1,3

Gambar 2.Pistol pengaduk (mixing gun) dengan
sistem dual catridge dan bahan PVS3
Sistem dynamic mechanical mixing menggunakan alat seperti mesin
pengaduk. Basis dan katalis dikemas dalam bentuk catridge dan dimasukkan ke
dalam mesin pengaduk. Keuntungan dari sistem ini adalah penggunaannya yang
mudah, proses pengadukan cepat, hasil pengadukan bahan cetak merata dan lebih
sedikit gelembung udara dibandingan pengadukan dengan manual. Kerugiannya
antara lain harga mesin pengaduk yang mahal dan sejumlah bahan cetak terbuang
(Gambar 3).1,3

Gambar 3. Mesin pengaduk (Mechanical
mixer) untuk bahan cetak PVS.3

Universitas Sumatera Utara

16

2.3.3 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan dari bahan silikon adisi:26
1. Akurat
2. Mudah saat manipulasi
3. Setting time yang cepat
4. Kestabilan dimensi yang baik, tidak terjadi shrinkage saat penyimpanan,
dapat diisi berulang kali.
Kerugian dari bahan silikon adisi:26
1. Setting dapat dipengaruhi perubahan suhu dan kelembapan
2. Sarung tangan yang mengandung bubuk lateks dapat mempengaruhi setting
dari bahan cetak silikon putty
3. Mahal.

2.4 Model
Hasil cetakan (reproduksi negatif) yang diisi gipsum keras menghasilkan
cetakan yang disebut reproduksi positif (model). Cetakan itulah yang digunakan oleh
dokter gigi untuk merancang maupun membuat gigi tiruan lepasan dan cekat. 22
Terdapat dua jenis model antara lain model anatomis dan model fisiologis. Model
anatomis adalah model yang didapatkan dari pencetakan rongga mulut menggunakan
bahan alginat dengan sendok cetak pabrikan. Model anatomis ini yang akan
digunakan untuk pembuatan sendok cetak fisiologis. Sendok cetak fisiologis dapat
dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi. Sendok cetak fisiologis merupakan
sendok cetak perseorangan yang menghasilkan hasil cetakan yang lebih akurat
dibandingkan dengan sendok cetak pabrikan. Hasil cetakan sendok fisiologis yang
diisi gipsum disebut model fisiologis, yang merupakan replika reproduksi positif dari
gigi yang telah dipreparasi.30
Menurut Spesifikasi ANSI/ADA No. 25 (ISO 6873) gipsum terbagi atas
plaster cetak (Tipe I), plaster model (Tipe II), dental stone (Tipe III), dental stone
kekuatan tinggi (Tipe IV), dan dental stone kekuatan tinggi ekspansi tinggi (Tipe
V).1,31 Dental stone, kekuatan tinggi (Tipe IV) memenuhi persyaratan utama bagi

Universitas Sumatera Utara

17

bahan stone untuk pembuatan die antara lain kekuatan, kekerasan, dan ekspansi
pengerasan minimal. Untuk memperoleh sifat ini, digunakan ∝-hemihidrat dari jenis

‘Densite’. Partikel-partikel berbentuk kuboidal serta daerah permukaan yang lebih
kecil menghasilkan sifat tersebut. (Tabel 2)31
Tabel 2. Jenis-jenis produk gipsum31
Jenis

I. Plaster,cetakan
II. Plaster, model
III. Dental stone
IV. Dental stone,
kekuatan tinggi
V. Dental stone,
kekuatan tinggi,
ekspansi tinggi

Waktu
Pengerasan
(menit)
4±1
12±4
12±4
12±4
12±4

Ekspansi Pengerasan pada 2 jam
Minimal (%)
Maksimal (%)

Rasio W : P

0
0
0
0

0,15
0,3
0,2
0,1

0,5-0,75
0,45-0,5
0,28-0,3
0,22-0,24

0,1

0,3

0,18-0,22

2.5 Kontrol Infeksi
Kontrol infeksi dalam bidang kesehatan sekarang ini menjadi subjek dari
penelitian yang intensif.32 Risiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi mikroorganisme.33 Kekhawatiran terhadap bahaya
kontaminasi silang saat prosedur dental memicu perkembangan kontrol infeksi dalam
klinik dan laboratorium kedokteran gigi.9 Dalam melakukan kontrol infeksi
diperlukan kerja sama dari seluruh tim tenaga kesehatan.32
Dalam bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko
atau infeksi silang yang terjadi di praktek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan
lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien.33 Dokter gigi tidak
mengetahui dengan pasti apakah pasien yang datang untuk merawat giginya adalah
pasien carrier atau bukan, oleh karena itu sebaiknya semua pasien diperlakukan
carrier dengan melakukan kontrol infeksi secara umum pada prosedur klinis yang

Universitas Sumatera Utara

18

dilakukan. 9 Kontrol infeksi dalam praktek kedokteran gigi meliputi beberapa
prosedur antara lain evaluasi pasien, proteksi diri, sterilisasi dan desinfeksi.12,33

2.5.1 Evaluasi Pasien
Pada saat pertama kali pasien datang ke praktek dokter gigi, rekam medik
haruslah dicatat dan senantiasa diperbaharui pada saat kunjungan pasien berikutnya,
hal ini dimaksukkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi
silang pada praktek dokter gigi.32,33 Dokter gigi tidak mengetahui dengan pasti
apakah pasien yang datang untuk merawat giginya adalah pasien carrier atau bukan,
oleh karena itu sebaiknya semua pasien diperlakukan carrier dengan melakukan
kontrol infeksi secara umum pada prosedur klinis yang dilakukan.9,32

2.5.2 Proteksi Diri
Proteksi diri dilakukan pada praktek dokter gigi untuk melindungi diri dari
kontaminasi oleh infeksi dalam melindungi kulit, tangan maupun lengan dari darah,
saliva ataupun cairan lainnya. Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter
gigi antaranya memakai sarung tangan, kaca mata, masker dan baju praktek. Selain
itu, dokter gigi juga harus menutupi luka karena luka dapat merupakan tempat
masuknya mikroorganisme patogen, serta tidak lupa untuk mencuci tangan baik
sebelum maupun sesudah merawat pasien.9,33

2.5.3 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme
dengan tuntas termasuk endospora bakteri.34,35 Dalam hal ini, diperlukan alat khusus
dan senantiasa dimonitor untuk menjaga efektivitasnya.34 Dalam kedokteran gigi,
sterilisasi dapat dilakukan dengan sterilisasi panas pada alat-alat yang tahan
panas.33,35,36 Sterilisasi panas yang sering dilakukan antara lain autoclave (uap di
bawah tekanan), chemiclave, dan dry heat. Metode autoclave merupakan metode
yang menggunakan uap dan tekanan dimana merupakan metode yang paling umum
digunakan. Sterilisasi chemiclave adalah kombinasi dari penggunaan bahan kimia

Universitas Sumatera Utara

19

pada suhu, tekanan dan waktu tertentu untuk melakukan proses sterilisasi. Sterilisasi
dry heat merupakan cara lain yang dapat digunakan dalam kedokteran gigi, dimana
sterilisasi jenis ini lebih tidak korosif jika dibandingkan dengan metode autoclave. 36
Pada alat yang tidak tahan panas dapat dilakukan sterilisasi dengan bahan kimia pada
suhu ruang.35

2.5.4 Desinfeksi
Desinfeksi adalah suatu proses penghancuran mikroorganisme yang bersifat
patogen termasuk bakteri, virus, dan jamur, namun tidak membunuh endospora
bakteri.34,35 Desinfeksi dalam kedokteran gigi sering dilakukan pada bahan cetak
untuk mencegah terjadinya infeksi silang.9 Desinfeksi dapat dilakukan dengan
tindakan fisik dan kimia. Tindakan fisik seperti dry heat pada suhu 160o - 180o selama
2 jam dan wet steam pada suhu 121o selama 15 menit (autoclaving) dapat
mengakibatkan kenaikan suhu yang dapat menyebabkan kerusakan dalam cetakan.2
Hasil desinfeksi cetakan polivinil siloksan light dan heavy body menggunakan steam
konvensional autoclave dan gas etilen oksida diteliti dapat digunakan sebagai model
diagnostik ataupun pembuatan prostesis sementara, namun tidak dapat digunakan
untuk pembuatan gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan sebagian lepasan.37 Oleh
karena itu, desinfeksi bahan cetak menggunakan bahan kimiawi sangat dianjurkan.2

2.5.4.1 Bahan Desinfektan
Desinfektan adalah bahan yang digunakan pada proses desinfeksi dan dapat
membunuh mikroorganisme patogen, khususnya jika diaplikasikan pada objek mati.
Beberapa desinfektan dapat juga digunakan pada makhluk hidup atau diaplikasikan
pada jaringan untuk membunuh mikroorganisme, namun lebih dikenal dengan
sebutan antiseptik.35,38 Kriteria desinfektan yang ideal adalah berspektrum luas, dapat
digunakan dalam segala kondisi lingkungan, tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak
bersifat korosif, dan ekonomis, namun, susah ditemukan desinfektan yang memenuhi
semua kriteria desinfektan yang ideal. Oleh karena itu, dalam memilih desinfektan
adalah dengan mempertimbangkan segala karakteristik kriteria tersebut dan memilih

Universitas Sumatera Utara

20

yang paling berguna dan efektif.38 Pemakaian desinfektan pada bahan cetak sangat
dianjurkan oleh American Dental Association (ADA) untuk menghindari infeksi
silang.39

2.5.4.1.1 Sodium Hipoklorit
Sodium hipoklorit merupakan bahan desinfektan yang aman dan banyak
digunakan di berbagai rumah sakit, dan bersifat bakterisid. Bahan desinfektan ini
mengandung aldehida yang bebas, pottasium peroxomonosulfat, sodium benzoate dan
asam tartarik.39 Senyawa utama yang terdapat dalam sodium hipoklorit adalah klorin
yang termasuk golongan halogen (intermediate level disinfectant).35,40 Keuntungan
dari desinfektan sodium hipoklorit adalah antimikroba berspektrum luas, tidak
meninggalkan zat sisa yang toksik, dan terjangkau.40 Kerugiannya antara lain bau
yang kurang enak, mengiritasi kulit dan mata serta mengkorosi logam.41
Pang SK (2006) dari surveinya menyatakan bahwa bahan desinfektan yang
paling banyak digunakan untuk desinfeksi hasil cetakan adalah sodium hipoklorit. 10
Menurut Merchant dkk (2004), menyatakan larutan sodium hipoklorit dengan
konsentrasi 0,5% sudah cukup untuk mendesinfeksi bahan cetak.6 Berdasarkan
penelitian dari Santosh (2011) penyemprotan dalam waktu 1 menit dengan sodium
hipoklorit yang dihitung dengan colony counter pada bakteri jenis S. aureus dan S.
viridans yang terdapat pada cetakan terjadi penurunan jumlah bakteri 100%.2 Selain
itu, sodium hipoklorit memiliki efek desinfektan bakterisidal, virusidal dan
fungisidal.2
Silva dkk (2004) melakukan penelitian tentang cetakan silikon kondensasi
yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 1% selama 10 menit menyatakan
tidak terdapat perubahan dimensi yang signifikan, dimana dimensi cetakan yang tidak
direndam adalah 25,018 mm dan yang direndam selama 10 menit adalah 25,024 mm.6
Hasil penelitian Oderinu OH (2007) menyimpulkan bahwa penggunaan sodium
hipoklorit 1% dengan teknik penyemprotan selama 10 menit pada hasil cetakan
alginat tidak terdapat perubahan dimensi yang signifikan pada model, dimana jarak
interpreparasi pada model yang tidak disemprot adalah 50,23 mm dan yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

21

penyemprotan selama 10 menit jaraknya 50,21 mm.20 Penelitian Saber FS dkk (2010)
menyatakan terjadi perubahan dimensi cetakan silikon yang disemprot larutan sodium
hipoklorit 5,25%, namun persentase perubahan dimensi yang terjadi masih kurang
dari 0,5% sehingga menurut spesifikasi ADA no 19 masih dalam batasan yang dapat
ditolerir.16 Ongko DP (2012) melakukan penelitian tentang cetakan elastomer silikon
adisi yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan 2%, menyimpulkan
sodium hipoklorit 0,5% dapat menggantikan larutan sodium hipoklorit 2% sebagai
desinfektan untuk bahan cetak.23 Ongo TA dkk (2014) menyatakan bahwa
penggunaan teknik penyemprotan dengan sodium hipoklorit 0,5% selama 5, 10, dan
15 menit pada bahan cetak elastomer terdapat perbedaan bermakna yang signifikan
pada stabilitas dimensi cetakan dimana hasil selisih diameter cetakan antara yang
disemprot dan tidak disemprot menunjukkan nilai rata-rata 0,2686 mm dengan waktu
5 menit, 0,3860 mm dengan waktu 10 menit dan 0,2020 mm dengan waktu 15 menit. 2

2.5.4.1.2 Daun Sirih
Dewasa ini telah berkembang penggunaan obat tradisional sebagai alternatif
dari bahan kimia.11,12 Indonesia mempunyai beraneka ragam jenis tanaman yang
digunakan sebagai obat-obat tradisional.8 Obat-obat tradisional Indonesia umumnya
menggunakan bahan-bahan yang relatif mudah didapat dan penggunaannya tidak
membutuhkan biaya yang tinggi.11,12

Salah satu obat tradisional yang sering

digunakan adalah daun sirih.8
Daun sirih (Piper betle Linn) sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, dan
sekarang ini dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai antiseptik. Penggunaan
secara tradisional biasanya dengan merebus daun sirih kemudian air rebusan tersebut
digunakan untuk berkumur atau membersihkan bagian tubuh lain, atau daun sirih
dilumatkan kemudian ditempelkan pada luka.13 Daun sirih dapat digunakan untuk
pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut,
sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan
serak, hidung berdarah, keputihan, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala
pusing, dan jantung berdebar.42

Universitas Sumatera Utara

22

Jenis daun sirih antara lain :
1. Daun sirih jawa
Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau
bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasanya
dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun
mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut. Sirih digunakan
sebagai tanaman obat, sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat. 43
Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam (Gambar 4).44

Gambar 4. Daun Sirih Jawa43

2. Daun sirih merah
Tanaman sirih merah tumbuh di berbagai daerah di Indonesia. Batangnya
bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya berbentuk jantung
dengan bagian ujung meruncing. Panjang daun bisa mencapai 15-20 cm. Warna ujung
daun hijau bersaput putih keabu-abuan. Bagian pangkal daun berwarna merah hati.
Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih. Tanaman ini
tergolong langka karena tidak tumbuh di setiap tempat. Bisa tumbuh dengan baik di
tempat yang teduh dan tidak terlalu banyak terkena sinar matahari.43
3. Daun sirih banda
Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa
bagian, memiliki rasa dan aroma yang sengak.44

Universitas Sumatera Utara

23

4. Daun sirih cengkeh
Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa
cengkeh.44
5. Daun sirih hitam
Daun sirih hitam rasanya sengak, biasanya digunakan untuk campuran obat.44
Jenis sirih yang sering digunakan masyarakat adalah sirih jawa. Kandungan
sirih adalah minyak atsiri yang terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol, estragol,
eugenol, metileugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tanin.13,44
Beberapa penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung enzim
diastase, gula, dan tanin. Biasanya, daun sirih muda mengandung diastase, gula, dan
minyak atsiri lebih banyak dari daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya
relatif sama. Daun sirih terkenal akan khasiatnya sebagai desinfektan karena memiliki
kandungan minyak atsiri. Dalam minyak atsiri sepertiganya terdiri dari fenol dan
sebagian besar adalah kavikol.44 Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih
dan mempunyai khasiat bakterisid lima kali lebih kuat daripada fenol (yang tergolong
intermediate level disinfectant).8,35,44 Siswomihardjo (1994) menyebutkan bahwa air
sirih 25% yang diolah dengan cara direbus menyebabkan bakteri tidak tumbuh.8
Sebagian besar penelitian tentang tanaman daun sirih telah membuktikan efek
antibakterial terhadap Streptococcus mutans. Infusa daun sirih secara tidak langsung
menghambat perlekatan dari Streptococcus mutans dengan membuat lingkungan
menjadi tidak kondusif bagi Streptococcus mutans untuk melekat.8 Penelitian Vani K
dkk (2011) menunjukkan bahwa daun sirih memiliki efek antimikroba dalam
mengurangi mikroflora di dalam mulut.14 Soemiati dan Elya (2002) menyatakan
bahwa kadar hambat minimum (KHM) daun sirih yang dapat menghambat
pertumbuhan Candida albicans adalah sebesar 25%. Selain itu, infusa sirih juga dapat
menghambat pertumbuhan E. Coli, Staphylococcus koagulase positif, Salmonela
typhosa, bahkan Pseudomonas aeruginosa yang kerap kali resisten terhadap
antibiotik.8 Penelitian Praja H A (2009) menunjukkan bahwa perendaman resin akrilik
polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih 25% selama 5 menit berpengaruh
terhadap pertumbuhan Candida albicans.15

Universitas Sumatera Utara

24

Hasil penelitian Affandi A (2009), bahan cetak elastomer pada perendaman
dalam larutan desinfektan daun sirih 25% selama 10, 20, 30, 40 dan 50 menit
dibandingkan dengan yang tidak dilakukan perendaman terjadi perubahan dimensi
hasil cetakan, perbedaan rata-rata diameter hasil pengukuran pada yang tidak
direndam sebesar 0,6010, pada yang direndam 10 menit sebesar 0,6110, 20 menit
sebesar 0,6130, 30 menit sebesar 0,6110, 40 menit sebesar 0,6130 dan yang 50 menit
sebesar 0,6240.24 Sari RDAN dkk (2013) yang melakukan penelitian tentang
desinfeksi cetakan alginat menyatakan bahwa cetakan yang disemprot infusa daun
sirih 25% selama 10 menit pada model induk replika rahang bawah, diameter silinder
(jarak bukolingual) dari A dan D (mewakili gigi molar 1 kanan dan kiri), B dan C
(mewakili gigi kaninus kanan dan kiri) serta jarak antar silinder (jarak antara A dan
B, B dan C, C dan D, D dan A) dari cetakan terdapat perubahan dimensi yang
signifikan. Hasil pengukuran diameter silinder A, B, C dan D tanpa perlakuan adalah
8,8838 mm, 6,3933 mm, 6,3733 mm, dan 8,8981 mm sedangkan dengan
penyemprotan adalah 8,8133 mm, 6,3395 mm, 6,3310 mm, dan 8,8077 mm. Jarak
antar silinder A dan B, B dan C, C dan D, D dan A tanpa perlakuan adalah 31,1143
mm, 32,5743 mm, 31,0914 mm dan 56,2 mm sedangkan dengan penyemprotan
adalah 30,96 mm, 32,5429 mm, 30,9429 mm dan 56,1571 mm.8 Berbeda dengan
penelitian Hasanah NY dkk (2014) yang menyatakan penyemprotan larutan daun
sirih 80% pada bahan cetak alginat selama 5, 10 dan 15 menit tidak menyebabkan
perubahan dimensi yang signifikan jika dibandingkan dengan bahan cetak tanpa
penyemprotan selama 5, 10 dan 15 menit, hasil pengukuran diameter rata-rata cetakan
alginat tanpa penyemprotan selama 5, 10 dan 15 menit adalah 45,30 mm, 45,40 mm,
dan 45,38 mm sedangkan yang disemprot larutan daun sirih 80% selama 5, 10 dan 15
menit adalah 45,35 mm, 45,40 mm dan 45,39 mm.19

2.5.4.2 Metode Desinfeksi Hasil Cetakan
Metode yang digunakan untuk mendesinfeksi hasil cetakan ada dua yaitu
teknik penyemprotan dan perendaman.2 Perendaman bahan cetak dalam desinfektan
secara klinis berpengaruh terhadap perubahan dimensi.16 Menurut penelitian Melilli

Universitas Sumatera Utara

25

D dkk (2008) menyatakan pada bahan cetak elastomer yang direndam di dalam
larutan desinfektan (quaternary ammonium compounds dan glutardehid) disimpulkan
tidak ada perubahan klinis yang relevan.17 Penelitian lain Iara C (2011) ketika
menggunakan teknik perendaman dalam melakukan desinfeksi bahan cetak elastomer
terdapat perubahan dimensi yang signifikan.2

Namun dari hasil penelitian tidak

semuanya sependapat karena terdapat perbedaan waktu perendaman, bahan
desinfektan serta jenis bahan cetak yang digunakan.17
Menurut survei Kugel G dkk (2000), sebanyak 46% laboratorium di USA
melakukan desinfeksi dengan teknik penyemprotan, 34% laboratorium melakukan
desinfeksi dengan teknik perendaman, 23% lainnya menyatakan tidak mengetahui
teknik mana yang sesuai.18 Silva dan Salvador (2004) serta Saber FS, dkk (2010)
menyatakan bahwa metode desinfeksi dengan teknik perendaman menunjukkan
aktivitas antimikrobial yang sama dengan teknik penyemprotan.6,16,19 Penelitian
menyatakan perubahan dimensi pada bahan cetak dengan perendaman lebih besar
daripada penyemprotan. Sari RDAN dkk (2013) yang melakukan penelitian tentang
penyemprotan dan perendaman infusa daun sirih 25% pada bahan cetak menyatakan
bahwa desinfeksi cetakan dengan teknik penyemprotan menghasilkan perubahan
dimensi yang lebih kecil dibandingkan teknik perendaman.8 Oleh karena itu, teknik
penyemprotan dianggap sebagai metode yang efektif untuk mengurangi terjadinya
risiko perubahan dimensi pada cetakan dibandingkan dengan teknik perendaman.6

2.6 Mekanisme Perubahan Dimensi Cetakan Silikon Adisi pada Model
Dimensi adalah pengukuran suatu bahan pada arah tertentu, seperti panjang,
lebar, tinggi, atau diameter. Menurut ketentuan spesifikasi ANSI/ADA penelitian
tentang bahan cetak elastomer termasuk stabilitas dimensinya dapat dilakukan dengan
mengukur ukuran jarak bukolingual, oklusogingival dan interpreparasi.21 Perubahan
dimensi pada bahan cetak elastomer dapat disebabkan banyak faktor diantaranya
hydrophilicity, penyusutan saat polimerisasi (polymerization shrinkage), penguapan
produk sampingan dari reaksi polimerisasi, penyusutan yang disebabkan perubahan
suhu, ataupun kesalahan pemanipulasian yang dilakukan operator.45

Universitas Sumatera Utara

26

Stabilitas dimensi pada hasil cetakan merupakan hal penting dalam
keberhasilan pembuatan gigi tiruan.19 Bahan cetak elastomer jenis silikon adisi
(polivinil siloksan) tidak menghasilkan hasil sampingan setelah reaksi polimerisasi,
oleh karena itu diharapkan dapat lebih stabil dimensinya. Polivinil siloksan
dilaporkan memiliki dimensi yang cenderung stabil, bahkan bisa tetap stabil
dimensinya sampai 1 minggu, karena itu hasil cetakan dengan bahan cetak ini dapat
diisi gipsum keras berulang kali.41 Walaupun demikian, semua bahan cetak elastomer
mengalami penyusutan (shrinkage) sewaktu polimerisasi. Pada reaksi polimerisasi
adisi mencakup penggabungan bahan base hidrogen siloksan dengan katalis platinum,
dimana kemungkinan dapat terjadi penyusutan (shrinkage), namun pada bahan
polivinil siloksan penyusutan (shrinkage) yang terjadi merupakan yang paling
sedikit.45,46 Menurut ketentuan spesifikasi ADA, perubahan dimensi yang dapat
ditolerir pada bahan cetak adalah ≤ 0,5%.16,47

Bahan cetak polivinil siloksan seiring perkembangan juga telah dimodifikasi

dengan menambahkan surfaktan untuk meningkatkan hidrophilicity sehingga bersifat
hidrofilik.3,5 Bahan cetak silikon adisi yang hidrofilik cenderung mempunyai
wettability yang tinggi dibandingkan yang hidrofobik. Wettability adalah suatu sifat
pergerakan air di dalam bahan silikon itu sendiri. Sifat wettability yang tinggi
membuat bahan cetak tersebut menyerap larutan desinfektan sehingga menjadikannya
lebih mudah untuk mengalami perubahan dimensi apabila didesinfeksi.2 Oleh karena
itu, bahan cetak yang bersifat hidrofilik akan menyerap air saat didesinfeksi dengan
desinfektan dan akan mengalami ekspansi.6,30,48 Semakin besar ekspansi bahan cetak
elastomer maka hasil ukuran model akan semakin kecil dikarenakan bahan cetak
berekspansi ke segala arah baik ke arah okluso gingival, buko lingual, dan
interpreparasi.20
Rebusan (infusa) daun sirih dan larutan sodium hipoklorit sebagai desinfektan
juga mengandung air, dimana air tersebut yang dapat diserap bahan cetak yang sifat
wettability tinggi sehingga bahan cetak dapat mengalami perubahan dimensi dan
cenderung akan mengalami ekspansi.8,30,48 Selanjutnya, rebusan (infusa) daun sirih
juga mengandung fenol, dalam hal ini komposisi fenol dapat menguap sehingga

Universitas Sumatera Utara

27

rebusan (infusa) daun sirih yang diserap bahan cetak berkurang dan perubahan
dimensi yang terjadi lebih kecil.7,8
Selain itu, faktor lain dapat mempengaruhi perubahan dimensi pada
pengukuran yang dilakukan pada model yaitu setting ekspansi dari gipsum yang
digunakan untuk mengisi hasil cetakan.1 Ekspansi bahan dapat dideteksi saat
perubahan hemihidrat menjadi dihidrat saat proses setting. Saat proses ini
berlangsung terjadi mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi tergambar sebagai
suatu pertumbuhan berlebihan dari kristal-kristal nukleus kristalisasi. Berdasarkan
keterkaitan kristal-kristal dihidrat, kristal tumbuh dari nuklei dapat berikatan ataupun
menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh
ribuan kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi
yang menghasilkan ekspansi.31,37 Menurut ketentuan spesifikasi ADA, setting
ekspansi yang dapat ditolerir dari dental stone tipe IV adalah ≤ 0,1% dalam waktu 2
jam.31,49,50

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Teori

Bahan Cetak
Non Elastis

Hasil Cetakan

Model

Kontrol Infeksi
Evaluasi pasien

Elastis

Proteksi diri
Plaster
of
Paris

Kompon

ZOE

Elastomer

Hidrokoloid

Desinfeksi
Polieter

Silikon

Polisulfid

Anatomis

Bahan
Silikon Adisi

Fisiologis
Gipsum
(Tipe IV)

Sterilisasi

Komposisi
Setting
Ekspansi

Sifat

Manipulasi

Silikon
Kondensasi
Daun
sirih

Tindakan

Sodium
hipoklorit

Tindakan
fisik

Keuntungan
& Kerugian

Tindakan
kimia
Metode

Wettability
Teknik
perendaman

Teknik
penyemprotan

Perubahan dimensi elastomer pada model fisiologis

28
Universitas Sumatera Utara

2.8 Kerangka Konsep
Bahan Cetak Elastomer
Kontrol
Infeksi

Desinfeksi
Tanpa
Desinfeksi

Hasil Cetakan Silikon Adisi (Polivinil Siloksan)
Tindakan Kimia
Hidrofobik
Model Fisiologis
(Gipsum tipe IV)

Penambahan surfaktan
 hidrofilik

Setting :
Hemihidrat  dihidrat

Wettability menjadi
lebih tinggi

kristalisasi

Menyerap larutan disekitar

Setting ekspansi
Dimensi model
fisiologis
bertambah (+)

Teknik
penyemprotan

Rebusan Daun
Sirih 25% (10ml)

Bahan
desinfektan

Larutan Sodium
Hipoklorit 0,5% (10 ml)

Mengandung fenol
yang dapat menguap
Ekspansi bahan cetak (+ +)
model mengecil
Dimensi model
fisiologis (- -)

Dimensi model
fisiologis (+)

Dimensi model
fisiologis (-)

Perubahan dimensi
mode l fisiologis <

Perubahan dimensi
mode l fisiologis >>

Ekspansi
bahan cetak
(+ + +)

Dimensi model
fisiologis (- - -)

Dimensi model
fisiologis (- -)
Perubahan dimensi
mode l fisiologis >>>
29

Universitas Sumatera Utara

30

2.9 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh penyemprotan rebusan daun sirih 25% pada cetakan
elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.
2. Ada pengaruh penyemprotan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan
elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.
3. Ada perbedaan pengaruh antara penyemprotan rebusan daun sirih 25% dan
larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi
model fisiologis.

Universitas Sumatera Utara