Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Perubahan Dimensi

(1)

LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN

GLUTARALDEHID 2% TERHADAP

PERUBAHAN DIMENSI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

TINESHRAJ SELVARAJ NIM : 110600207

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Tahun 2015

Tineshraj Selvaraj

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Perubahan Dimensi.

xiii + 49 Halaman

Akurasi dan stabilitas dimensi pada hasil cetakan alginat merupakan hal penting dalam keberhasilan pembuatan gigitiruan selanjutnya. Di dalam praktek sehari-hari kebanyakan dokter gigi menggunakan bahan cetak alginat untuk mendapatkan model negatif dari rahang dan jaringan sekitarnya yang selanjutnya diisi dengan gips untuk mendapatkan model kemudian digunakan untuk membuat gigitiruan. Menurut American Dental Association (ADA) hasil cetakan seharusnya dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir untuk menghilangkan saliva, debris dan darah yang melekat pada hasil cetakan, kemudian direndam dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya infeksi silang sebelum dikirim ke laboratorium.Terdapat beberapa jenis desinfektan yang beredar di pasaran diantaranya sodium hipoklorit, iodophor, glutaraldehid, fenol, dan klorheksidin. Desinfeksi dengan cara perendaman merupakan cara yang lebih efektif dan aman dibandingkan dengan cara penyemprotan karena metode penyemprotan tidak semua permukaan hasil cetakan dapat desinfeksi dengan sempurna dan juga partikel-partikel larutan desinfektan yang ada di udara dapat terhirup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh perendaman dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% pada cetakan alginat terhadap perubahan dimensi. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel pada penelitian ini adalah cetakan alginat berukuran 12,5 mm x 20 mm. Jumlah sampel sebanyak 50 sampel yang terdiri dari 10 sampel untuk masing-masing kelompok perlakuan. Setiap sampel dilakukan pengukuran dengan menggunakan kaliper digital, kemudian dianalisis dengan uji One Way Anova untuk mengetahui pengaruh perendaman cetakan alginat dalam larutan


(3)

larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 5 dan 10 menit dan perendaman cetakan alginat dalam glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang signifikan pada perendaman cetakan alginat dalam glutaraldehid 2% selama 10 menit dengan nilai p = 0,0001 ( p < 0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perendaman cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% mempengaruhi perubahan dimensi, perubahan dimensi yang minimal terdapat pada perendaman cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 5 menit.


(4)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 4 Juni 2015

Pembimbing Tanda tangan

Eddy Dahar, drg., M.Kes ... NIP. 19540910 198112 1 002


(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 4 Juni 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes, Sp.Pros (K) ANGGOTA : 1. Eddy Dahar, drg., M.Kes

2. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS 3. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc


(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda Selvaraj dan ibunda Parameswari yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak terbalas, doa, nasehat, semangat, dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada ketiga adik penulis Vimelesh, Kogulanraj dan Yamunaraj yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Eddy Dahar, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, saran, nasehat, dorongan, serta meluangkan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabaran kepada penulis selama penelitian dan penulisan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Prof. H. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes, Sp.Pros (K) selaku koordinator skripsi Departemen Prostodonsia dan selaku ketua tim penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA selaku penasehat akademik atas motivasi dan bantuan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf pengajar serta pegawai Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

9. Abang Muzakir dan kakak Asnidar selaku laboran serta pimpinan dan seluruh karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah menbantu penulis dalam pembuatan sampel penelitian dan memberikan dukungan kepada penulis.

10. Maya Fitria, SKM., M.Kes dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statistik.

11. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Yoges, Jasmin Kaur, Lulu Fanty Caroline, Dytha Debrina, Vandersun Lestari, Michiko, Augina Era Pangestika, Yunishara Pratiwi, Tiffany, Maria Lisna Rawaty S, Yulindia Pitri, Citra Purnamasari, Oktia Kiki Triana, Ribka Julia, Grace Asima Siahaan, Garry Beta Gunawan, Dina Fachriza, Rahmi Husni, Sarah Zulaikha, Khalilah, Jefferson, Thinagan, Khairina Atyqa dan para residen PPDGS Departemen Prostodonsia atas dukungan dan bantuannya selama penulisan skripsi.


(8)

12.Teman-teman terdekat terutama Valarmaty, Shivaneshwary, Shubah Sanggiri, Vivekananthan, Shankar, Dhevanraj, Navinraj, Yuva, Priangka dan juga teman-teman angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan disiplin ilmu Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dan bagi kita semua.

Medan, 4 Juni 2015 Penulis

(Tineshraj Selvaraj) NIM : 110600207


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 3

1.3 Rumusan Masalah... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Praktis... 5

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak ... 6

2.1.1 Klasifikasi Bahan Cetak... 6

2.1.2.1 Bahan Cetak Non Elastik ... 6

2.1.2.2 Bahan Cetak Elastik... 7

2.2 Alginat ... 8

2.2.1 Komposisi ... 9

2.2.2 Proses Gelasi... 10


(10)

2.2.4 Sifat Imbibisi dan Sineresis ... 12

2.2.4.1 Perubahan Dimensi Hasil Cetakan ... 12

2.2.5 Setting Time ... 13

2.3 Kontrol Infeksi ... 14

2.3.1 Cara Kontrol Infeksi ... 15

2.3.1.1 Evaluasi Pasien ... 15

2.3.1.2 Proteksi Diri ... 15

2.3.1.3 Sterilisasi ... 15

2.3.1.4 Pembuangan Sampah Bekas Praktek... 17

2.3.1.5 Desinfeksi ... 17

2.3.1.5.1 Klasifikasi Bahan Desinfektan ... 18

2.3.1.5.2 Teknik Desinfeksi Hasil Cetakan ... 20

2.4 Landasan Teori ... 21

2.5 Kerangka Konsep ... 22

2.6 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 24

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 24

3.2 1 Sampel Penelitian ... 24

3.2.2 Besar Sampel ... 24

3.3 Variabel Penelitian ... 25

3.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian ... 25

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 25

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 25

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 25

3.3.2 Definisi Operasional ... 26

3. 4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ... 26

3.4.2 Waktu Penelitian ... 26

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 27

3.5.1 Alat Penelitian ... 27

3.5.2 Bahan Penelitian ... 27

3.6 Prosedur Penelitian ... 28

3.6.1 Pembuatan Sampel ... 28

3.6.2 Perlakuan Pada Sampel ... 30

3.6.2.1 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Tanpa Perendaman Dalam Bahan Desinfektan (Kelompok A) ... 30

3.6.2.2 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Perendaman Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 5 Menit (Kelompok B) ... 31

3.6.2.3 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Perendaman Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 10 Menit (Kelompok C) ... 31


(11)

3.6.2.4 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Perendaman Dalam Glutaraldehid 2% Selama 5 Menit

(Kelompok D) ... 32 3.6.2.5 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Perendaman

Dalam Glutaraldehid 2% Selama 10 Menit

(Kelompok E)... 32 3.7 Analisis Data ... 32 3.8 Kerangka Operasional ... 34 BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Dimensi Cetakan Alginat Tanpa dan Sesudah Direndam Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Selama 5 dan

10 Menit ... 35 4.2 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Sodium

Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Selama 5 dan 10 Menit

Terhadap Perubahan Dimensi ... 37 4.3 Perbedaan Pengaruh Yang Signifikan Antara Perendaman

Cetakan Alginat Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% dan

Glutaraldehid 2% Selama 5 dan 10 Menit Terhadap Perubahan

Dimensi ... 38 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Dimensi Cetakan Alginat Tanpa dan Sesudah Direndam Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Selama 5 dan

10 Menit ... 39 5.2 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Sodium

Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Selama 5 dan 10 Menit

Terhadap Perubahan Dimensi. ... 41 5.3 Perbedaan Pengaruh Yang Signifikan Antara Perendaman

Cetakan Alginat Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% dan

Glutaraldehid 2% Selama 5 dan 10 Menit Terhadap Perubahan

Dimensi ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 44 6.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Komposisi bahan cetak alginat dan fungsinya ... 10

2 Definisi operasional variabel bebas ... 26

3 Definisi operasional variabel terikat ... 26

4 Definisi operasional variabel terkendali ... 26

5 Dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit ... 35

6 Hasil uji One Way Anova pada perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi ... 37

7 Uji Post hoc LSD perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi ... 38


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Ukuran model induk ... 24

2 Model induk ... 27

3 Mold silindris ... 28

4 Mold silindris ditempatkan pada glass plate ... 28

5 Alginat dituangkan pada mold silindris ... 29

6 Glass plate kedua ditekan atas cetakan ... 29

7 Sampel dilepas dari model induk ... 30

8 Sampel dicuci dengan air mengalir... 30


(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1 Grafik dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat Permohonan Izin Penelitian di Lab. UJI Dental FKG USU 2 Hasil Pengukuran

3 Hasil Uji Analisis Statistik

4 Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian


(16)

Tahun 2015

Tineshraj Selvaraj

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Perubahan Dimensi.

xiii + 49 Halaman

Akurasi dan stabilitas dimensi pada hasil cetakan alginat merupakan hal penting dalam keberhasilan pembuatan gigitiruan selanjutnya. Di dalam praktek sehari-hari kebanyakan dokter gigi menggunakan bahan cetak alginat untuk mendapatkan model negatif dari rahang dan jaringan sekitarnya yang selanjutnya diisi dengan gips untuk mendapatkan model kemudian digunakan untuk membuat gigitiruan. Menurut American Dental Association (ADA) hasil cetakan seharusnya dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir untuk menghilangkan saliva, debris dan darah yang melekat pada hasil cetakan, kemudian direndam dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya infeksi silang sebelum dikirim ke laboratorium.Terdapat beberapa jenis desinfektan yang beredar di pasaran diantaranya sodium hipoklorit, iodophor, glutaraldehid, fenol, dan klorheksidin. Desinfeksi dengan cara perendaman merupakan cara yang lebih efektif dan aman dibandingkan dengan cara penyemprotan karena metode penyemprotan tidak semua permukaan hasil cetakan dapat desinfeksi dengan sempurna dan juga partikel-partikel larutan desinfektan yang ada di udara dapat terhirup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh perendaman dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% pada cetakan alginat terhadap perubahan dimensi. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel pada penelitian ini adalah cetakan alginat berukuran 12,5 mm x 20 mm. Jumlah sampel sebanyak 50 sampel yang terdiri dari 10 sampel untuk masing-masing kelompok perlakuan. Setiap sampel dilakukan pengukuran dengan menggunakan kaliper digital, kemudian dianalisis dengan uji One Way Anova untuk mengetahui pengaruh perendaman cetakan alginat dalam larutan


(17)

larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 5 dan 10 menit dan perendaman cetakan alginat dalam glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang signifikan pada perendaman cetakan alginat dalam glutaraldehid 2% selama 10 menit dengan nilai p = 0,0001 ( p < 0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perendaman cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% mempengaruhi perubahan dimensi, perubahan dimensi yang minimal terdapat pada perendaman cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 5 menit.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk mendapatkan model negatif dari rahang dan jaringan sekitarnya yang selanjutnya diisi dengan gips untuk memperoleh model yang digunakan untuk penetapan rencana perawatan atau membuat gigitiruan.1 Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya, yaitu bahan cetak elastis dan non-elastis. Bahan cetak elastis dapat dibagi atas aqueous hidrokoloid dan non aqueous elastomer, sedangkan bahan cetak non elastis dibagi plaster of paris, kompon dan oksida seng eugenol. Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah diperkenalkan sejak tahun 1940.1-3 Menurut Powers JM, dkk (2008), alginat merupakan bahan cetak yang penggunaannya paling luas dalam bidang kedokteran gigi.2 Kelebihan dari bahan cetak alginat diantaranya adalah mudah dimanipulasi, tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak mahal, nyaman dan mudah ditolerir oleh pasien, cepat mengeras dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Sebaliknya penggunaan alginat juga memiliki beberapa kekurangan seperti adanya sifat sineresis yang menyebabkan terjadinya pengerutan dan imbibisi yang akan membuat perubahan dimensi pada hasil cetakan.1-4 Selama proses pengambilan cetakan, bahan cetak dapat dengan mudah terkontaminasi saliva, debris, darah, dan bakteri.1,5 Miller dan Cottone (2009) yang dikutip oleh Ghahramanloo mengatakan bahwa, setetes saliva mengandung 50.000 bakteri yang berpotensi patogen.6 Dokter gigi, asisten dan laboran beresiko untuk mengalami transmisi mikroorganisme patogen yang dapat tersebar melalui hasil cetakan yang seterusnya mengakibatkan berbagai penyakit infeksi seperti Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), tuberkolosis, hepatitis B (HBV), herpes serta berbagai macam virus dan bakteri patogen yang terdapat pada rongga mulut dan saluran pernafasan.1,5-7 Oleh karena itu, sangatlah penting untuk membilas dan


(19)

membersihkan hasil cetakan dengan air dan selanjutnya melakukan desinfeksi sebelum diisi dengan gips. Hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi silang, baik pada dokter gigi, asisten maupun laboran.1-4 American Dental Association (ADA) menganjurkan hasil cetakan harus dicuci terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan saliva dan darah yang melekat pada hasil cetakan kemudian direndam dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri sebelum dikirim ke laboratorium.5 Bahan desinfektan yang banyak digunakan dan mempunyai efektifitas desinfeksi pada mikroorganisme patogen adalah sodium hipoklorit, glutaraldehid, klorheksidin dan hidrogen peroksida.1-5 Pang SK (2006), menyatakan bahwa bahan desinfektan yang biasa digunakan untuk desinfeksi hasil cetakan antara lain adalah sodium hipoklorit, glutaraldehid, alkohol dan hidrogen peroksida. Sodium hipoklorit dan glutaraldehid merupakan desinfektan yang paling sering digunakan karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya mudah diperoleh, kemampuan antimikrobial spektrum luas, aman dan tidak meninggalkan residu.8 Terdapat dua metode yang digunakan untuk mendesinfeksi hasil cetakan yaitu metode penyemprotan dan perendaman. Silva dan Salvador (2004) serta Saber FS, dkk (2010) mengatakan bahwa metode desinfektan dengan perendaman menunjukkan aktivitas antimikrobial yang sama dengan metode penyemprotan. Berdasarkan aplikasi praktisnya, desinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi.10,11

Stabilitas dimensi pada hasil cetakan alginat merupakan hal penting dalam keberhasilan pembuatan gigitiruan selanjutnya. Efek pemakaian desinfektan pada akurasi dan stabilitas dimensi hasil cetakan sedang dipelajari secara luas. Hasil penelitian Oderinu OH (2007) menyimpulkan bahwa penggunaan sodium hipoklorit 1% dengan teknik semprotan atau perendaman selama sepuluh menit menghasilkan perubahan dimensi yang minimal pada hasil cetakan.12 Rad FH, dkk (2010), menyatakan bahwa penggunaan metode perendaman dengan sodium hipoklorit 5,25% dan glutaraldehid 2% selama 8 menit menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang besar pada hasil cetakan alginat sehingga mereka menganjurkan penggunaan metode penyemprotan dengan desinfektan pada hasil cetakan alginat.13 Hisako H, dkk (2010), yang melakukan penelitian tentang perubahan dimensi hasil cetakan alginat


(20)

3 jam sesudah disemprot dengan larutan sodium hipoklorit 1% dan glutaraldehid 2% menemukan terjadi perubahan dimensi hasil cetakan antara kelompok kontrol dan kelompok yang sudah didesinfeksi kurang dari 24 µ m.14

1.2 Permasalahan

Hasil cetakan dapat dikatakan baik apabila keakuratannya terjamin dan memiliki kestabilan dimensi sampai nanti akan diisi gips. Akurasi dan stabilitas dimensi hasil cetakan merupakan hal penting untuk keberhasilan dalam pembuatan gigitiruan. Di dalam praktek sehari-hari kebanyakan dokter gigi menggunakan bahan cetak alginat untuk mendapatkan model negatif dari rahang dan jaringan sekitarnya yang selanjutnya diisi dengan gips untuk mendapatkan model kemudian digunakan untuk membuat gigitiruan.1-4 Menurut American Dental Association (ADA) hasil cetakan seharusnya dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir untuk menghilangkan saliva dan darah yang melekat pada hasil cetakan, kemudian direndam dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya infeksi silang sebelum dikirim ke laboratorium.5

Terdapat beberapa jenis desinfektan yang beredar di pasaran diantaranya sodium hipoklorit, iodophor, glutaraldehid, fenol, dan klorheksidin. Dua metode yang digunakan untuk desinfeksi hasil cetakan yaitu dengan cara penyemprotan dan perendaman. Desinfeksi dengan cara perendaman merupakan cara yang lebih efektif dan aman dibandingkan dengan cara penyemprotan karena metode penyemprotan tidak semua permukaan hasil cetakan terdesinfeksi dengan sempurna dan juga partikel-partikel larutan desinfektan yang ada di udara dapat terhirup.1,4,5

Permasalahan yang dapat timbul setelah tindakan desinfeksi adalah perubahan keakuratan dimensi dari hasil cetakan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa tujuan desinfeksi hasil cetakan secara efektif untuk membunuh mikroorganisme patogen tanpa merusak dan mengurangi keakuratan dimensinya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang pengaruh perendaman dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% pada cetakan alginat terhadap stabilitas dimensi. Amin WA, dkk (2009) mengatakan bahwa


(21)

perendaman hasil cetakan dalam sodium hipoklorit 0,5% akan menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang minimal dibandingkan dengan pengunaan desinfektan lain.15 Belum ada penelitian yang membandingkan larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% terhadap perubahan dimensi alginat. Hal ini sebagai upaya untuk mengetahui ada tidaknya perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang nantinya akan menentukan ketepatan pada pembuatan model selanjutnya.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1.Berapa dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit?

2.Apakah ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi ?

3.Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui berapa dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit.

2.Untuk mengetahui apakah ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

3.Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.


(22)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

a) Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Prostodonsia.

b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi mengenai pengaruh perendaman cetakan alginat sodium hipoklorit 0,5% dan glurataldehid 2% terhadap perubahan dimensi sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih banyak diarahkan untuk memperkuat bahan cetak alginat.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak

Bahan cetak adalah bahan yang digunakan di kedokteran gigi untuk mencetak dan mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam rongga mulut yang selanjutnya hasil cetakan diisi dengan bahan gips untuk dibuat model yang akan digunakan sebagai studi model dan tempat pembuatan gigi tiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan, mahkota, jembatan dan inlay.1-3

2.1.1 Klasifikasi Bahan Cetak

Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya. Ada 2 jenis bahan cetak, yakin bahan cetak non-elastis dan elastis.1-4

2.1.1.1 Bahan cetak non-elastis

Bahan cetak non elastis adalah bahan cetak yang tidak dapat melalui undercut

sehingga penggunaannya terbatas pada pasien edentulus dan tanpa ada undercut

tulang. Bahan cetak non elastis dapat dibagi menjadi plaster of paris, kompon dan okside seng eugenol.

1. Plaster of paris

Plaster of paris atau yang disebut juga sebagai gips cetak jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer telah tersedia. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah. Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, karena itu paling cocok digunakan bila tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.1

2. Kompon

Ini merupakan suatu bahan termoplastik yang akan melunak jika dipanaskan dalam uap air dengan suhu 60°C. Terdapat dua jenis kompon yang ditentukan oleh


(24)

ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi sendok cetak. Walaupun jarang digunakan, kompon dapat dipakai untuk pencetakan mahkota penuh, cetakan rahang edentulus sebagian atau seluruhnya, dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir dibuat dengan menggunakan bahan lainnya. Kompon tidak dapat digunakan untuk mencetak undercut karena tidak bersifat elastis.1,3

3. Okside seng eugenol (OSE)

Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk gigitiruan pada linggir edentulus dengan undercut kecil atau tanpa ada undercut. OSE juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompon pada sendok cetak atau pada sendok cetak individual akrilik.1

2.1.1.2 Bahan Cetak Elastis

Bahan cetak elastis dapat dibagi menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid. Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid reversibel dan ireversibel.1

1. Hidrokoloid

a) Hidrokoloid Reversibel (Agar)

Hidrokoloid reversibel adalah bahan cetak yang paling akurat untuk

mengambil cetakan pada gigi dan rahang mempunyai undercut jaringan dan bisa dilepaskan dari mulut tanpa melukai mulut pasien. Bahan ini memiliki riwayat keberhasilan yang cukup panjang untuk pembuatan gigitiruan tunggal dan gigitiruan cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi.1-3


(25)

b) Hidrokoloid Ireversibel

Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi. Alginat juga disebut dengan hidrokoloid alginat atau hidrokoloid ireversibel. Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan anatomi untuk gigitiruan sebagian dan pesawat ortodontik.1-4

2. Elastomer

Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi, dan yang berpolimerisasi dengan penambahan. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk semula dengan baik, dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama silikon yang berpolimerisasi dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang sangat padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok untuk berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah penggunaannya, serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan mengeras, sehingga cocok untuk hampir semua teknik.1-3

2.2 Alginat

Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah diperkenalkan sejak tahun 1940. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaannya paling luas dalam bidang kedokteran gigi. Kelebihan dari bahan cetak alginat diantaranya adalah mudah dimanipulasi, tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak mahal, nyaman dan mudah ditolerir oleh pasien, cepat mengeras dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Sebaliknya penggunaan alginat juga memiliki beberapa kekurangan seperti adanya sifat sineresis yang menyebabkan terjadinya pengerutan dan imbibisi yang akan membuat perubahan dimensi pada hasil cetakan.1-4

Pada pembuatan gigitiruan lengkap, jenis kekentalan tinggi dianjurkan untuk pembuatan cetakan pendahuluan karena derajat kecermatan model yang dihasilkan tidak dituntut setinggi seperti yang diperlukan bagi model kerja yang akan digunakan


(26)

untuk membuat gigitiruan atau sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan untuk mencatat seakurat mungkin bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain itu, alginat juga dipakai untuk pencetakan pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, alat ortodontik, dan model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat untuk pembuatan mahkota dan jembatan.1-4

2.2.1 Komposisi Alginat

Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversibel adalah salah satu komponen alginat yang larut air, seperti natrium atau kalium. Bila komponen alginat yang larut dalam air dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol. Sol tersebut sangat kental meskipun dalam konsentrasi rendah. Alginat dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air diaduk dengan kuat. Berat molekul dari campuran alginat sangat bervariasi tergantung pada buatan pabrik. Semakin berat molekul, semakin kental sol yang terjadi.4

Proporsi yang tepat dari masing-masing bahan kimia yang di gunakan bervariasi sesuai dengan jenis bahan mentah yang digunakan. Tujuan ditambahkannya

diatomaceous earth adalah sebagai pengisi. Bila bahan pengisi ditambahkan dengan jumlah yang tepat maka akan dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel alginat, menghasilkan tekstur yang halus, dan memastikan pembentukan permukaan gel padat yang tidak bergelombang. Bahan tersebut juga membantu permukaan sol dengan mendispersikan partikel bubuk alginat dalam air. Oksida sing juga berfungsi sebagai bahan pengisi dan mempengaruhi sifat fisik serta waktu pengerasan gel.4

Kalsium sulfat dapat digunakan sebagai reaktor. Bentuk dihidrat umumnya digunakan, tetapi untuk keadaan tertentu hemihidrat menghasilkan waktu penyimpanan bubuk yang lebih lama serta kestabilan dimensi gel yang lebih memuaskan. Fluorida, seperti kalium titanium fluorid ditambahkan pada alginat sebagai bahan mempercepat pengerasan stone untuk mendapat permukaan model stone yang keras dan padat terhadap cetakan.4

Komposisi bahan cetak alginat, fungsi dan presentase berat dari masing-masing komponen ditunjukkan pada tabel yang diberikan berikut ini.


(27)

Tabel 1. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya1,2,3,4

KOMPONEN BERAT (%) FUNGSI

Sodium atau potassium alginate salt

18 Untuk melarutkan bubuk dalam air dan bereaksi dengan ion kalsium

Calcium sulfate 14 Untuk bereaksi melarutkan bubuk alginat

dari bentuk kalsium alginat yang tidak larut

Sodium phosphate 2 Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan

memperlambat setting time Diatomaceous earth

atau silicate powder

56 Untuk kontrol konsistensi pencampuran dan fleksibilitas bahan cetak

Potassium sulfate atau potassium zinc

fluoride

10 Untuk menetralkan efek penghambat kekerasan selama pembuatan model gips

Quaternary

ammonium compounds atau chlorhexidine

1-2 Sebagai self desinfeksi

Organic glycol Sebagai pelapis partikel-partikel bubuk untuk

meminimalkan debu selama pengadukan

Pigments Sedikit Untuk memberikan warna

Phenylalanine Sedikit Untuk bahan pemanis

Wintergreen, peppermint, anise

Sedikit Untuk membuat rasa yang nyaman

2.2.2 Proses Gelasi

Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta. Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting. Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan waktu pengerjaan yang adekuat: 4


(28)

2Na3PO4 + 3CaSO4  Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4

Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air akan membentuk gel: 4

H2O

Na alginat + CaSO4  Ca alginat + Na2SO4

(bubuk) (gel)

Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Quick setting alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk

mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual. 2. Regular setting alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk

pemakaian rutin.

Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan menyebabkan stres internal pada alginat.

2.2.3 Manipulasi

Bubuk alginat dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik. Rasio bubuk dan air akan mempengaruhi hasil adonan alginat. Perbandingan bubuk dan air yang kurang akan meningkatkan waktu kerja, setting time dan fleksibilitas.3,4

Pengadukkan dilakukan dengan cepat dan terus menerus serta spatula ditekan pada dinding rubber bowl dengan putaran intermitten (180°) dari spatula untuk mengeluarkan gelembung udara. Semua bubuk haruslah tercampur rata. Bila terdapat sisi bubuk, gel yang baik tidak akan terbentuk dan sifat bahan menjadi kurang sempurna. Pengadukan yang baik akan menghasilkan campuran yang halus dengan


(29)

konsistensi seperti krim, serta tidak menetes dari spatula apabila spatula diangkat dari

rubber bowl. Waktu pencampuran untuk alginat tipe regular adalah 1 menit dan untuk tipe fast 45 detik. Waktu pencampuran sangat penting karena pengadukan yang kurang dan berlebihan akan mempengaruhi kekuatan dari bahan cetak.3,4

2.2.4 Sifat Imbibisi dan Sineresis

Hasil cetakan alginat mempunyai sifat imbibisi yaitu menyerap air bila dalam lingkungan yang basah sehingga lebih mudah mengembang dan mudah terjadi pengerutan yaitu sineresis, saat dibiarkan terlalu lama pada udara terbuka. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dimensi hasil cetakan. Seperti hidrokoloid lainnya, alginat mengandungi sejumlah air yang besar dan rentan terhadap di distorsi yang disebabkan oleh pengembangan yang terkait dengan imbibisi atau sineresis.20

Alginat adalah gel polimer dengan air sebagai media interstisial, oleh karena itu alginat diklasifikasikan sebagai hidrogel. Keberadaan fisik air pada polimer

hydrogel biasanya dalam bentuk padat, cair, dan uap. Air pada fase absorbsi dapat terikat (contoh padat, dimana air terperangkap) maupun tidak terikat atau bebas. Air bebas terletak pada pori-pori dari partikel filler seperti diatomaceous earth. Air bebas yang terperangkap di antara partikel filler rentan terhadap kenaikan dan penurunan volumetrik, hal ini diakibatkan oleh sineresis atau imbibisi. 16

2.2.4.1 Perubahan Dimensi Hasil Cetakan

Dimensi adalah pengukuran sesuatu bahan pada arah tertentu, seperti panjang, lebar, tinggi, atau diameter. Ketepatan cetakan oleh suatu bahan cetak merupakan hal yang terpenting tak terkecuali pada bahan cetak alginat. Permasalahan pada cetakan alginat adalah kehilangan ketepatan cetakan seiring dengan meningkatnya waktu penyimpanan. Alginat merupakan hidrokoloid gel yang mengandungi sejumlah air yang besar. Dalam lingkungan yang basah, alginat dapat menyerap air. Adanya kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada disekitarnya, dan dengan adanya waktu, maka air tersebut dapat diserap oleh alginat secara osmosis. Proses ini dikatakan proses imbibisi. Proses imbibisi pada hasil


(30)

cetakan alginat akan menyebabkan terjadi perubahan dimensi. Oleh karena itu untuk mencapai keakuratan yang maksimal, cetakan alginat harus diisi secepat mungkin. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, maka cetakan harus disimpan pada kondisi dengan kelembaban relatif 100% agar tidak terjadi perubahan dimensi.1,3,4,9

Salah satu cara untuk melihat perubahan dimensi cetakan alginat yaitu dengan membandingkan ukuran die stone cetakan dengan master die cetakan yang dipergunakan. Panza, dkk (2006) dalam penelitiannya meneliti perubahan dimensi cetakan alginat yang direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% dengan menggunakan master model yang terbuat dari besi yang dibandingkan dengan

die stone dan didapatkan perubahan dimensi yang terjadi sebesar 0,122.17 Vodjani, dkk (2006) telah mencobakan desinfeksi dengan penyemprotan dan perendaman dalam sodium hipoklorit 5,25% pada cetakan alginat dengan stone model.18 Cara lain untuk mengetahui perubahan dimensi cetakan alginat yaitu langsung mengukur cetakan alginat sesudah perendaman dalam larutan desinfektan dan dibandingkan dengan cetakan yang tanpa perendaman. Rodrigues SB, dkk (2012) dalam penelitiannya meneliti perubahan deformasi hasil cetakan alginat dengan menggunakan kaliper digital untuk mengukur perubahan deformasi.19

2.2.5 Setting Time

Berdasarkan spesifikasi American Dental Association (ADA) nomor 18 terdapat 2 tipe yaitu tipe I fast set (working time tidak kurang dari 1 menit 15 detik dan

setting time 1-2 menit) dan tipe II normal set (working time tidak kurang dari 2 menit dan setting time 2-4,5 menit).3

Untuk memperlambat setting time dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu mengurangi rasio bubuk alginat atau mengurangi suhu air. Pengurangan rasio bubuk alginat kurang dianjurkan karena dapat mengurangi kekuatan dan akuransi alginat, oleh karena itu, cara mengurangi suhu air lebih dianjurkan. Suhu air yang tinggi akan mempercepat setting time, sedangkan suhu air yang rendah akan memperlambat

setting time, akan tetapi penggunaan suhu air yang lebih rendah dari 18°C atau lebih tinggi dari 24°C akan memberikan cetakan yang tidak baik.3


(31)

2.3 Kontrol Infeksi

Dasar pemikiran untuk kontrol infeksi adalah untuk “mengkontrol” infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan potensial pada petugas kesehatan terhadap penyakit selama perawatan. Istilah kontrol infeksi tidak berarti pencegahan total terhadap infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan selama perawatan terhadap darah dan material yang berpotensi menginfeksi lainnya, namun istilah tersebut memiliki pengertian mengurangi resiko transmisi penyakit.5,20 Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, virulensi, infektivitas organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadap virulensi organisme pathogen atau mengurangi kerentanan pasien adalah hampir tidak mungkin. Petugas klinis harus mengerti tentang proses penyakit, cara transmisi, metode mengkontrol transmisi, dan mengimplementasikan kontrol infeksi selama perawatan untuk memutus rantai infeksi. Imunisasi terhadap penyakit, penggunaan peralatan pelindung, pengawasan pada teknik dan tempat kerja, desinfeksi permukaan atau peralatan, sterilisasi instrumen, dan penggunaan protokol aspetik selama perawatan harus selalu dilakukan.5,7,20,21

Di bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko atau infeksi silang yang terjadi di prakek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien. Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier

mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis yang dilakukan pada pasien harus menggunakan kontrol infeksi yang umum.5,7,20,21


(32)

2.3.1 Cara kontrol infeksi

Dalam praktek kedokteran gigi, kontrol infeksi meliputi beberapa prosedur penting yaitu : evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi, pembuangan sampah bekas praktek dan desinfeksi.5,20

2.3.1.1 Evaluasi Pasien

Pasien yang datang berobat harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap dan data hasil pemeriksaan tersebut harus diperbaiki pada tiap kunjungan berikutnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi. Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier

mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen.7,20

2.3.1.2 Proteksi Diri

Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter gigi antaranya kebersihan diri, pemakaian baju praktek, proteksi misalnya penggunaan sarung tangan, kaca mata, masker, dan imunisasi. Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi. Secara umum seorang dokter gigi harus menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari memegang luka atau abrasi. Selain itu, dokter gigi juga harus menutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester karena luka tersebut dapat merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen dan mencuci tangan baik sebelum dan sesudah merawat pasien.5,7,20,21

2.3.1.3 Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme dan dilakukan dalam empat tahap secara umum yaitu pembersihan sebelum sterilisasi seterusnya pembungkusan peralatan selanjutnya melakukan proses sterilisasi dan


(33)

penyimpanan yang aseptik. Disamping itu, sistem air dental unit juga harus dibersihkan dan bebas dari biofilm dan kontaminan anorganik lainnya, juga melakukan pembersihan secara berkala. Air atau bahan irigasi yang digunakan untuk perawatan pasien harus bebas dari mikroba jadi air harus disaring dan destilasi.5,20,21 Dalam bidang kedokteran gigi, sterilisasi dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

a) Uap di bawah tekanan (autoclaving)

Di antara metode sterilisasi, sterilisasi uap adalah yang paling diandalkan dan ekonomis. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang kritis dan semikritis yang tidak sensitif terhadap panas dan kelembaban misalnya kaca mulut, sonde dan pinset . Sterilisasi uap memerlukan pemaparan langsung dari setiap item untuk langsung menguapnya pada suhu dan tekanan dalam jangka waktu yang tertentu untuk membunuh mikroorganisme.20,21

b) Dry Heat

Strerilisasi dry heat digunakan untuk sterilisasi material yang dapat rusak oleh sterilisasi panas yang lembab (misalnya, bur dan beberapa instrumen ortodontik). Walaupun dry heat memiliki keuntungan biaya operasional yang rendah dan tidak korosif, namum membutuhkan waktu proses yang lama dan tempratur yang tinggi sehingga tidak cocok untuk beberapa barang dan instrumen.20,21

c) Unsaturated chemical vapor

Sterilisasi unsaturated chemical vapor melibatkan pemanasan larutan kimia alkohol primer dengan 0,23% formaldehyde pada ruangan tertutup bertekanan.

Unsaturated chemical vapor mensterilisasi instrumen carbon steel (misal bur dental) dan menghasilkan korosi yang lebih sedikit dibandingkan sterilisasi uap karena rendahnya tingkat air yang terdapat selama siklus. Instrumen harus dalam keadaan kering sebelum melakukan sterilisasi.20,21


(34)

2.3.1.4 Pembuangan Sampah Bekas Praktek

Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda -benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan ke dalam kantung plastik.20,21

2.3.1.5 Desinfeksi

Desinfeksi adalah penghancuran bakteri-bakteri patogenik dengan cara pemberian langsung bahan-bahan kimia atau fisik, sedangkan desinfektan adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh organisme patogen bila diaplikasikan pada obyek mati. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu larutan desinfektan dalam membunuh kuman seperti sifat dari mikroorganisme yang terkontaminasi, lamanya kontak antara desinfektan dengan mikroorganisme, proses atau aksi desinfektan dan jenis desinfektan yang akan dipakai untuk memahami cara kerjanya.

Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, mudah digunakan, dan ekonomis.22-27 Maryam M, dkk (2007) melakukan penelitian tentang efisiensi desinfektan di dalam membunuh mikroorganisme pada hasil cetakan dengan menggunakan berbagai konsentrasi sodium hipoklorit dan membuktikan bahwa sodium hipoklorit 0,6% dengan teknik perendaman selama dua menit telah mencegah pertumbuhan bakteri pada hasil cetakan.28 Ghahramanloo (2009) yang melakukan penelitian tentang efek antimikroba sodium hipoklorit 0,525% , deconex dan sanosil menyimpulkan bahwa penggunaan


(35)

sodium hipoklorit 0,525% dengan cara penyemprotan pada bahan cetak alginat sangat efektif dan telah mendesinfeksi 96,6% dari total sampel.6 Aeran H, dkk (2010) membuktikan bahwa sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% menunjukkan efektivitas yang sama terhadap organisme gram positif dan gram negatif dan mengatakan bahwa sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% merupakan bahan desinfektan yang lebih efektif jika dibandingkan bahan desinfektan lain.29 Joana Correia-Sousa, Ana Margarida Tabaio dkk (2013) telah melaporkan bahwa penggunaan sodium hipoklorit lebih efektif dibandingkan dengan aquades dalam penurunan jumlah mikroba pada hasil cetakan alginat.30 Sunitha Kollu, Veena Hedge dkk (2013) menyatakan bahwa penggunaan klorheksidin 0,1% sebagai desinfektan mempunyai efek terhadap penurunan jumlah mikroba pada hasil cetakan alginat.31

2.3.1.5.1 Klasifikasi bahan desinfektan

Klasifikasi bahan desinfektan berdasarkan aktivitas spektrum. Bahan desinfektan ini dibahagikan tiga kelompok seperti berikut:23-25

1) Low level disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi hampir semua mikrobial patogen dan tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini dipakai untuk alat-alat seperti dental unit,

x-ray heads, facebows. Bahan yang termasuk low level disinfectant adalah golongan alkohol, quats (quaternary ammonium compounds).23-25

2) Intermediate level disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi semua mikrobial patogen tetapi tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini juga dipakai untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak, amalgam condensers. Bahan yang termasuk intermediate level disinfectant adalah golongan fenol dan halogen.23-25

Sodium hipoklorit termasuk golongan halogen. Sodium hipoklorit merupakan bahan germisidal yang kuat dan dapat membunuh sebagaian besar bakteri. Sodium hipoklorit bekerja terutama melalui reaksi oksidasi, sebagai asam hipoklorus yang dengan cepat akan diubah oleh air dan lebih aktif berekja pada larutan asam. Pusat


(36)

pengontrolan penyakit menganjurkan pemakaian larutan sodium hipoklorit sebagai bahan efektif untuk membunuh virus hepatitis B. Sodium hipoklorit telah terdaftar oleh ADA sebagai bahan desinfektan hasil cetakan. Keuntungan dari desinfektan sodium hipoklorit adalah spectrum luas, antimicrobial berlangsung cepat, ekonomis, dan efektif pada larutan encer. Kerugian sodium hipoklorit ini tidak tahan lama, baunya kurang enak, mengiritasi kulit dan mata, mengkorosi logam dan merusak pakaian.22,26

3) High level disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi semua mikrobial patogen dan mengurangi spora tetapi untuk jumlah yang besar tidak dapat mengeliminasi secara sempurna. Desinfektan ini dipakai untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak, amalgam kondenser. Bahan yang termasuk high level disinfectant adalah golongan etilan oksida, glutaraldehid, formaldehid.23-25

Aldehida adalah golongan desinfektan yang sangat efektif dan spektrum luas, yang biasanya mencapai sterilisasi dengan denaturasi protein dan mengganggu asam nukleat. Agen yang paling sering digunakan adalah formaldehid dan gluteraldehid. Aldehida adalah bahan efektif terhadap bakteri, jamur, virus, mikobakteria dan spora. Aldehida tidak mengkorosi logam-logam, karet, plastik dan semen. Bahan kimia ini mengiritasi kulit, toksik bagi manusia atau hewan dengan kontak atau inhalasi dan berpotensi karsinogenik karena itu penggunaannya terbatas. Alat pelindung diri harus dipakai jika menggunakan bahan kimia tersebut. Glutaraldehid terutama digunakan sebagai desinfektan untuk alat medis dan dapat memberikan sterilisasi pada waktu kontak yang lama. Glutaraldehid 2% digunakan untuk high level disinfectant. Glutaraldehid berfungsi dengan baik pada pH lebih dari 7 dan suhu tinggi. Glutaraldehid dianggap lebih efektif dengan adanya bahan organik, sabun dan air keras daripada formaldehid.22,26 Amin WA, dkk (2009) dan Rad FH, dkk (2010) mengatakan bahwa perendaman hasil cetakan alginat dalam glutaraldehid akan menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang besar dibandingkan dengan pengunaan larutan sodium hipoklorit.13,15 Perubahan dimensi pada cetakan alginat ini


(37)

terjadi karena jumlah kandungan air dalam larutan desinfektan, maka diasumsikan dalam larutan glutaraldehid mempunyai kandungan air yang lebih besar dibanding dengan sodium hipoklorit.

2.3.1.5.2 Teknik Desinfeksi Hasil Cetakan

Pemakaian desinfektan pada hasil cetakan dapat dengan cara perendaman ataupun penyemprotan dengan menggunakan sprayer.1 Lamanya perendaman atau penyemprotan tergantung dari jenis disinfektan yang digunakan. Berdasarkan aplikasi praktisnya, desinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi. Selain itu, metode perendaman merupakan metode desinfeksi yang paling dipilih oleh karena metode ini memungkinkan larutan desinfektan untuk mencapai seluruh permukaan terutama dearah undercut pada hasil cetakan alginat.5,17,20,27

Sementara itu, desinfeksi dengan teknik penyemprotan dengan menggunakan sprayer dianggap sebagai metode yang paling efektif dan praktis bila jarak tempat pencetakan dengan laboratorium dental cukup jauh. Teknik penyemprotan ini juga mempunyai kekurangan seperti tidak semua permukaan hasil cetakan terdesinfeksi dengan sempurna dan partikel- partikel larutan desinfektan yang ada di udara dapat terhirup oleh staf atau pasien.1,11 Survei tentang teknik desinfeksi hasil cetak menunjukkan bahwa sebagian besar dokter gigi swasta di Hong Kong merendam hasil cetakannya ke dalam larutan desinfektan dibanding dengan teknik penyemprotan.8


(38)

2.4 Landasan Teori

Bahan cetak

Non Elastis Elastis

Hidrokoloid Elastomer r Reversibel Irreversibel

Komposisi Sifat

Kontrol infeksi Proteksi diri Imbibisi Plaster of Paris

Kompon ZOE

Proses gelasi Manipulasi Setting time

Desinfeksi Sterilisasi Pembuangan

sampah bekas praktek

Klasifikasi Teknik

Pengertian Cara kontrol infeksi

Low level disinfectant Intermediate level disinfectant High level disinfectant

perendaman penyemprotan

Quats alkohol Fenol Sodium hipoklorit glutaraldehid formaldehid Alginat Evaluasi pasien Sineresis


(39)

2.5 Kerangka Konsep

Cetakan alginat

Dibilas dengan air mengalir

Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Larutan Glutaraldehid 2%

Perendaman

Kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada disekitarnya

Air yang ada dalam larutan desinfektan diserap oleh alginat

secara osmosis (+)

Proses imbibisi (+)

Perubahan dimensi cetakan alginat (++)

Kandungan air rendah Kandungan air tinggi

Kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada

disekitarnya

Air yang ada dalam larutan desinfektan diserap oleh alginat

secara osmosis (++)

Proses imbibisi (++)

Perubahan dimensi cetakan alginat (+)


(40)

2.6 Hipotesis

1.Ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

2.Ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

3.Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.


(41)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah alginat. Ukuran model induk dari stainless steel yang akan digunakan untuk pembuatan sampel adalah 12,5 mm x 20 mm (ANSI/ADA specification no. 18).

Gambar 1. Ukuran model induk19

3.2.2 Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Federer:

Keterangan:

t = Jumlah perlakuan r = Jumlah replikasi

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok sampel dan satu kelompok kontrol, maka t = 3 dan jumlah sampel (r) dapat ditentukan sebagai berikut:

( t-1 )( r-1 ) ≥ 15


(42)

(3-1) (r-1) ≥ 15 2 (r-1) ≥ 15 2r –2 ≥ 15

2r ≥15 + 2 r ≥ 17/2

r ≥ 8,5 9 (untuk memudahkan maka sampel setiap kelompok 10)

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian 3.3.1.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

1. Cetakan alginat yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 5 dan 10 menit.

2. Cetakan alginat yang direndam dalam larutan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit.

3.3.1.2 Variabel Terikat Perubahan dimensi

3.3.1.3 Variabel Terkendali 1. Ukuran model induk logam 2. Perbandingan alginat dan air 3. Jenis larutan desinfektan 4. Waktu pengadukan alginat

5. Waktu perendaman dengan larutan desinfektan


(43)

3.3.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala

ukur

Alat ukur Cetakan alginat Bahan yang terdiri atas bubuk dan air yang setelah

pencampuran dituangkan ke dalam model induk logam untuk mendapatkan sampel alginat, yang kemudian direndam selama 5 dan 10 menit dalam larutan:

a) Sodium hipoklorit 0,5% b) Glutaraldehid 2%

- -

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat

Variabel Terikat Definisi Operasional Skala ukur

Alat ukur Perubahan dimensi Ukuran tinggi sampel yang direndam dalam

larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit.

Rasio Kaliper digital

Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali

Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala ukur

Alat ukur Ukuran model induk

logam

Dibuat dari logam stainless steel dengan ukuran 12,5 mm x 20 mm untuk membuat mold sampel.

- -

Perbandingan alginat dan air

Perbandingan jumlah bubuk : air yang digunakan pada penelitian ini yaitu 1:2 = 9 gr : 18 ml

- Timbangan digital dan gelas ukur Jenis larutan

desinfektan

a) Sodium hipoklorit 0,5% b) Glutaraldehid 2%

- -

Waktu pengadukan alginat

Waktu yang diperlukan untuk mengaduk alginat dengan menggunakan spatula dan rubber bowl

yaitu selama 1,5 menit. Pengadukkan dilakukan dengan cepat dan terus menerus serta spatula ditekan pada dinding rubber bowl dengan 20 putaran intermitten.

- Stopwatch

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Pembuatan dan Pengujian Sampel


(44)

3.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari 2015

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian

1. Model induk dari stainless steel berbentuk silindris dengan diameter 12,5 mm dan tinggi 20 mm.

2. Mold silindris dari stainless steel berbentuk silindris dengan diameter 30 mm dan tinggi 20 mm.

3. Timbangan digital 4. Rubber bowl dan spatula 5. Wadah plastik

6. Gelas ukur 7. Stopwatch

8. Pinset

9. Kaliper digital (Krisbow model KW 06-351) 10. Glass plate sebanyak 2 buah

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Larutan sodium hipoklorit 0,5% 2. Larutan glutaraldehid 2%

3. Bahan cetak alginat tipe regular set 4. Air


(45)

Gambar 2. Model induk

Gambar 3. Mold silindris

3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pembuatan Sampel


(46)

Gambar 4. Mold silindris

ditempatkan pada glass plate.

2. Aduk bahan cetak alginat dengan P/W ratio 1:2 = 9 gr : 18 ml pada rubber bowl sampai homogen ( working time 1,5 menit ). Pengadukkan dilakukan dengan cepat dan terus menerus serta spatula ditekan pada dinding rubber bowl dengan 20 putaran intermitten.

3.Adonan alginat dituangkan ke dalam Mold silindris hingga penuh (Gambar 5).

Gambar 5. Alginat dituangkan pada mold silindris


(47)

5.Glass plate kedua ditekan di atas cetakan sehingga permukaan atas sampel sama rata dengan model induk (Gambar 6).

Gambar 6. Glass plate kedua ditekan di atas cetakan

6.Setelah alginat mengeras ( setting time 3 menit), sampel dilepas dari model induk (Gambar 7).

Gambar 7. Sampel dilepas dari model induk.

3.6.2 Perlakuan Pada Sampel

3.6.2.1 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Tanpa Perendaman Dalam Bahan Desinfektan (Kelompok A)


(48)

1. Setelah prosedur pembuatan sampel selesai, sampel dicuci di bawah air mengalir selama 15 detik (Gambar 8).

Gambar 8. Sampel dicuci dengan air mengalir.

2.Pengukuran dimensi sampel dilakukan dengan mengukur sampel dari dasar sampai puncak sampel dengan menggunakan kaliper digital oleh operator yang sama. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada titik yang sama untuk setiap sampel (Gambar 9).

Gambar 9. Pengukuran sampel


(49)

3.6.2.2 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Perendaman Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 5 Menit (Kelompok B)

1. Setelah prosedur pembuatan sampel selesai, hasil cetakan dicuci di bawah air mengalir selama 15 detik, kemudian direndam dalam wadah plastik yang berisi 50 ml larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 5 menit.

2. Setelah 5 menit, pengukuran dimensi sampel dilakukan dengan mengukur sampel dari dasar sampai puncak sampel dengan menggunakan kaliper digital oleh operator yang sama. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.

3.Proses ini dilakukan sampai diperoleh 10 sampel untuk kelompok B.

3.6.2.3 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Perendaman Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 10 Menit (Kelompok C)

1. Setelah prosedur pembuatan sampel selesai, hasil cetakan dicuci di bawah air mengalir selama 15 detik, kemudian direndam dalam wadah plastik yang berisi 50 ml larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 10 menit.

2. Setelah 10 menit, pengukuran dimensi sampel dilakukan dengan mengukur sampel dari dasar sampai puncak sampel dengan menggunakan kaliper digital oleh operator yang sama. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.

3. Proses ini dilakukan sampai diperoleh 10 sampel untuk kelompok C.

3.6.2.4 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Perendaman Dalam Glutaraldehid 2% Selama 5 Menit (Kelompok D)

1. Setelah prosedur pembuatan sampel selesai, hasil cetakan dicuci di bawah air mengalir selama 15 detik, kemudian direndam dalam wadah plastik yang berisi 50 ml larutan glutaraldehid 2% selama 5 menit.

2. Setelah 5 menit, pengukuran dimensi sampel dilakukan dengan mengukur sampel dari dasar sampai puncak sampel dengan menggunakan kaliper digital oleh operator yang sama. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.


(50)

3.6.2.5 Perlakuan Pada Sampel Kelompok Perendaman Dalam Glutaraldehid 2% Selama 10 Menit (Kelompok E)

1. Setelah prosedur pembuatan sampel selesai, hasil cetakan dicuci di bawah air mengalir selama 15 detik, kemudian direndam dalam wadah plastik yang berisi 50 ml larutan glutaraldehid 2% selama 10 menit.

2. Setelah 10 menit, pengukuran dimensi sampel dilakukan dengan mengukur sampel dari dasar sampai puncak sampel dengan menggunakan kaliper digital oleh operator yang sama. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.

3. Proses ini dilakukan sampai diperoleh 10 sampel untuk kelompok E. 3.7Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran sampel dicatat kemudian dianalisis menggunakan :

1.Analisis univarian untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi dimensi sampel pada kelompok A, B, C, D dan E.

2.Uji One Way Anova untuk mengetahui pengaruh perendaman cetakan

alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

3.Uji Post hoc LSD untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan antara perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.


(51)

3.8 Kerangka Operasional

Pembuatan cetakan alginat dengan menggunakan model indukdan mold silindris

Sampel n=50

Perendaman dengan 50 ml larutan

desinfektan

Sodium Hipoklorit 0,5%

Glutaraldehid 2%

Pengukuran dimensi alginat

Pengumpulan Data

Analisis Data

Hasil

Dibilas dengan air mengalir selama 15 detik

Kelompok B (5 min) n=10 Kelompok C (10 min) n=10 Kelompok D (5 min) n=10 Kelompok E (10 min) n=10 Kelompok A (Kontrol) n=10


(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Dimensi Cetakan Alginat Tanpa dan Sesudah Direndam Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Selama 5 dan 10 Menit.

Hasil pengukuran kelompok A, B, C, D dan E yang diperoleh dari pengukuran dimensi sampel dengan kaliper digital dan dihitung reratanya. Rerata dan standar deviasi dimensi sampel pada kelompok kontrol yaitu tanpa perendaman dalam larutan desinfektan (A) adalah 20,008 ± 0,020 mm. Rerata dan standar deviasi sampel pada kelompok perendaman dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 5 menit (B) adalah 20,277 ± 0,036 mm. Rerata dan standar deviasi sampel pada kelompok perendaman dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 10 menit (C) adalah 20,489 ± 0,029 mm. Rerata dan standar deviasi sampel pada kelompok perendaman dalam glutaraldehid 2% selama 5 menit (D) adalah 20,385 ± 0,022 mm. Rerata dan standar deviasi sampel pada kelompok perendaman dalam glutaraldehid 2% selama 10 menit (E) adalah 20,670 ± 0,031 mm. Rerata dan standar deviasi dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit.

Dimensi Cetakan Alginat (mm) Tanpa

perendaman

Sesudah perendaman

Sodium hipoklorit 0,5% Glutaraldehid 2% No Kelompok

A Kelompok B (5 min) Kelompok C (10 min) Kelompok D (5 min) Kelompok E (10 min)

1 20,00 20,30 20,50 20,37 20,70

2 20,00 20,30 20,50 20,36 20,64

3 20,02 20,26 20,45* 20,40 20,64

4 19,98* 20,26 20,53 20,41 20,71**

5 20,00 20,33** 20,45 20,39 20,65


(53)

Dimensi Cetakan Alginat (mm) Tanpa

perendaman

Sesudah perendaman

Sodium hipoklorit 0,5% Glutaraldehid 2% No Kelompok

A Kelompok B (5 min) Kelompok C (10 min) Kelompok D (5 min) Kelompok E (10 min) 7 20,00 20,27 20,52** 20,42** 20,63*

8 20,00 20,30 20,50 20,35* 20,70

9 20,00 20,26 20,50 20,38 20,68

10 20,03 20,29 20,45 20,39 20,65

x̅±SD 20,008± 0,020 20,277± 0,036 20,489± 0,029 20,385± 0,022 20,670± 0,031 Keterangan : * = Nilai Terkecil ** = Nilai Terbesar

Untuk mempermudah dalam melihat nilai rerata dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit digambarkan dalam grafik batang. (Grafik 1)

Grafik 1. Grafik dimensi cetakan alginat tanpa dan sesudah direndam dalam

sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit.

Keterangan :

A:tanpa perendaman dalam larutan desinfektan

B: perendaman dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 5 menit C: perendaman dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 10 menit D: perendaman dalam glutaraldehid 2% selama 5 menit


(54)

4.2 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Selama 5 dan 10 Menit Terhadap Perubahan Dimensi.

Pengaruh perendaman cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi dianalisis dengan uji One Way Anova. Sebelum dilakukan pengujian dengan uji One Way Anova, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji

Saphiro-Wilk untuk mengetahui bahwa data kelompok A, B, C, D dan E adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok A diperoleh nilai 0,829 dengan tingkat signifikansi p = 0,052 (p > 0,05), hal ini berarti data kelompok A yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas kelompok B diperoleh nilai 0,912 dengan tingkat signifikansi p = 0,298 (p > 0,05), hal ini berarti data kelompok B yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas kelompok C diperoleh nilai 0,850 dengan tingkat signifikansi p = 0,059 (p > 0,05), hal ini berarti data kelompok C yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas kelompok D diperoleh nilai 0,984 dengan tingkat signifikansi p = 0,983 (p > 0,05), hal ini berarti data kelompok D yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas kelompok E diperoleh nilai 0,857 dengan tingkat signifikansi p = 0,070 (p > 0,05), hal ini berarti data kelompok E yang diperoleh normal.

Pada tabel 6 dari hasil uji One Way Anova, diperoleh signifikansi p = 0,0001 (p < 0,05), hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan perendaman cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit.

Tabel 6. Hasil uji One Way Anova pada perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

Keterangan : * = signifikan

Kelompok n Nilai rata-rata Standard Deviasi p

A 10 20,008 0,020

0,0001*

B 10 20,277 0,036

C 10 20,489 0,029

D 10 20,385 0,022


(55)

4.3 Perbedaan Pengaruh Yang Signifikan Antara Perendaman Cetakan Alginat Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Selama 5 dan 10 Menit Terhadap Perubahan Dimensi.

Setelah dilakukan uji One Way Anova, selanjutnya dilakukan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna. Hasil uji LSD pada penelitian ini menunjukkan adanya perlakuan yang bermakna antar kelompok, yaitu kelompok A dengan kelompok B dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok A dengan kelompok C dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok A dengan kelompok D dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok A dengan kelompok E dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok C dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) kelompok B dengan kelompok D dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok E dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok C dengan kelompok D dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok C dengan kelompok E dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) dan kelompok D dengan kelompok E dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Hasil uji LSD

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Uji Post hoc LSD perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

Perbandingan kelompok n p

A-B 10

0,0001

A-C 10

A-D 10

A-E 10

B-C 10

B-D 10

B-E 10

C-D 10

C-E 10


(56)

BAB 5 PEMBAHASAN

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Penelitian ini untuk melihat kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok penelitian dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok penelitian, kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.33

5.1 Dimensi Cetakan Alginat Tanpa dan Sesudah Direndam Dalam Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Selama 5 dan 10 Menit.

Dimensi diukur dengan menggunakan kaliper digital Krisbow Brand Model KW 06-351 (150mm x 6”) dengan ketelitian 0,01 mm. Nilai yang diperoleh dari pengukuran dimensi sampel yaitu dari alas sampai puncak sampel pada kelompok A, yaitu kelompok tanpa perendaman dalam larutan desinfektan yang terkecil adalah 19,98 mm sedangkan yang terbesar adalah 20,05 mm. Nilai dimensi sampel yang terkecil pada kelompok B yaitu kelompok yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 5 menit adalah 20,20 mm sedangkan yang terbesar adalah 20,33 mm, pada kelompok C yaitu kelompok yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 10 menit adalah 20,45 mm sedangkan yang terbesar adalah 20,52 mm. Nilai dimensi sampel yang terkecil pada kelompok D yaitu kelompok yang direndam dalam glutaraldehid 2% selama 5 menit adalah 20,35 mm dan terbesar adalah 20,42 mm. Nilai dimensi sampel yang terkecil pada kelompok E yaitu kelompok yang direndam dalam glutaraldehid 2% selama 10 menit adalah 20,63 mm sedangkan yang terbesar adalah 20,71 mm. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh pengguna metode dan peralatan yang sederhana seperti cara manipulasi alginat yang masih manual dengan menggunakan rubber bowl dan spatula. Semestinya harus


(57)

menggunakan alginator untuk mengaduk alginat. Oleh karena itu, terjadinya human error di dalamnya serta tidak mencapai tingkat keakuratan yang lebih tinggi.

Nilai rerata dan simpangan baku kelompok A adalah 20,0080 ± 0,01989 mm. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok B adalah 20,2770 ± 0,03561 mm. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok C adalah 20,4890 ± 0,02923 mm. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok D adalah 20,3850 ± 0,02173 mm. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok E adalah 20,6700 ± 0,03091 mm. Hal ini menunjukkan perubahan stabilitas dimensi kelompok E yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain sedangkan perubahan stabilitas dimensi kelompok A paling rendah dibandingkan dengan kelompok lain. Perbedaan ini berlaku karena kandungan air dalam larutan desinfektan yang berbeda, misalnya glutaraldehid 2% mempunyai kandungan air yang tinggi dibanding dengan sodium hipoklorit 0,5%. Oleh karena itu, perubahan dimensi pada kelompok E lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain. Selain daripada ini, lama perendaman juga mempengaruhi perubahan dimensi cetakan alginat, waktu perendaman cetakan alginat dalam larutan desinfektan meningkat, perubahan dimensi cetakan juga meningkat. Oleh karena itu, perubahan dimensi pada kelompok E tinggi dibanding dengan kelompok D walaupun direndam dalam larutan desinfektan yang sama.

Dari hasil pengamatan di atas didapat bahwa terdapat perbedaan perubahan dimensi yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Penelitian Siswomiharjo W (1994) menyatakan adanya perubahan dimensi yang signifikan pada hasil cetakan bahan alginat yang direndam dalam larutan desinfektan glutaraldehid 2% dan sodium hipoklorit 1% selama 10 menit.32 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Panza, dkk (2006), yang dalam penelitiannya meneliti tentang perubahan dimensi alginat dengan perendaman dalam larutan sodium hipoklorit 1% selama 10 menit tidak mempengaruhi dimensi cetakan, akan tetapi dimensi hasil cetakan akan berbeda secara signifikan jika direndam selama 15 menit dan perubahannya sebesar 0,122 mm terhadap kelompok kontrol.17 Oderinu, dkk (2007), menyatakan tidak terjadi perubahan dimensi hasil cetakan bahan cetakan alginat dengan perendaman dalam sodium hipoklorit 1% selama 10 menit, namun pada perendaman 20 dan 30 menit terlihat perubahan yang signifikan.12 Perbedaan ini mungkin disebabkan adanya


(1)

Lampiran 2

Dimensi Cetakan Alginat Kelompok A (mm)

No

1

2

3

Rata-rata

1

20,01

20,00

20,00

20,00

2

20,00

20,00

20,00

20,00

3

20,00

20,06

20,00

20,02

4

19,90

20,00

20,04

19,98

5

20,00

20,00

20,02

20,00

6

20,05

20,05

20,05

20,05

7

20,00

20,00

20,00

20,00

8

20,01

20,00

20,00

20,00

9

20,00

20,01

20,00

20,00

10

20,03

20,03

20,03

20,03

Dimensi Cetakan Alginat Kelompok B (mm)

No

1

2

3

Rata-rata

1

20,30

20,30

20,30

20,30

2

20,30

20,31

20,30

20,30

3

20,26

20,26

20,26

20,26

4

20,26

20,26

20,25

20,26

5

20,33

20,33

20,32

20,33

6

20,20

20,19

20,20

20,20

7

20,26

20,27

20,27

20,27

8

20,29

20,30

20,30

20,30

9

20,26

20,26

20,27

20,26

10

20,29

20,30

20,29

20,29

Dimensi Cetakan Alginat Kelompok C (mm)

No

1

2

3

Rata-rata

1

20,50

20,50

20,50

20,50

2

20,50

20,51

20,50

20,50

3

20,46

20,45

20,45

20,45

4

20,53

20,53

20,52

20,53

5

20,45

20,45

20,45

20,45

6

20,48

20,49

20,50

20,49

7

20,52

20,52

20,52

20,52

8

20,50

20,50

20,50

20,50

9

20,50

20,52

20,50

20,50


(2)

Dimensi Cetakan Alginat Kelompok D (mm)

No

1

2

3

Rata-rata

1

20,37

20,38

20,37

20,37

2

20,35

20,36

20,36

20,36

3

20,40

20,41

20,40

20,40

4

20,40

20,40

20,41

20,41

5

20,38

20,39

20,40

20,39

6

20,38

20,38

20,38

20,38

7

20,41

20,42

20,42

20,42

8

20,38

20,35

20,36

20,35

9

20,38

20,38

20,39

20,38

10

20,38

20,39

20,39

20,39

Dimensi Cetakan Alginat Kelompok E (mm)

No

1

2

3

Rata-rata

1

20,70

20,70

20,71

20,70

2

20,65

20,63

20,63

20,64

3

20,63

20,65

20,65

20,64

4

20,70

20,72

20,70

20,71

5

20,65

20,65

20,65

20,65

6

20,72

20,69

20,68

20,70

7

20,63

20,64

20,63

20,63

8

20,69

20,70

20,70

20,70

9

20,68

20,67

20,68

20,68


(3)

Lampiran 3

Tests of Normality Kelomp

ok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai A .356 10 .001 .829 10 .052

B .217 10 .200* .912 10 .298

C .247 10 .086 .850 10 .059

D .109 10 .200* .984 10 .983

E .241 10 .103 .857 10 .070

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Data terdistribusi normal, p>0,05

Oneway

Descriptives Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

A 10 20.0080 .01989 .00629 19.9938 20.0222 19.98 20.05

B 10 20.2770 .03561 .01126 20.2515 20.3025 20.20 20.33

C 10 20.4890 .02923 .00924 20.4681 20.5099 20.45 20.53

D 10 20.3850 .02173 .00687 20.3695 20.4005 20.35 20.42

E 10 20.6700 .03091 .00978 20.6479 20.6921 20.63 20.71

Total 50 20.3658 .22476 .03179 20.3019 20.4297 19.98 20.71

Test of Homogeneity of Variances Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(4)

Varianc homogen, p>0,05

ANOVA Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.440 4 .610 772.993 .000

Within Groups .036 45 .001

Total 2.475 49

Ada beda p<0,05 (p=0,000), lanjut uji LSD

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Nilai LSD (I) Kelompo k (J) Kelompo k Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

A B -.26900* .01256 .000 -.2943 -.2437

C -.48100* .01256 .000 -.5063 -.4557

D -.37700* .01256 .000 -.4023 -.3517

E -.66200* .01256 .000 -.6873 -.6367

B A .26900* .01256 .000 .2437 .2943

C -.21200* .01256 .000 -.2373 -.1867

D -.10800* .01256 .000 -.1333 -.0827

E -.39300* .01256 .000 -.4183 -.3677

C A .48100* .01256 .000 .4557 .5063

B .21200* .01256 .000 .1867 .2373

D .10400* .01256 .000 .0787 .1293

E -.18100* .01256 .000 -.2063 -.1557

D A .37700* .01256 .000 .3517 .4023

B .10800* .01256 .000 .0827 .1333


(5)

E -.28500* .01256 .000 -.3103 -.2597

E A .66200* .01256 .000 .6367 .6873

B .39300* .01256 .000 .3677 .4183

C .18100* .01256 .000 .1557 .2063

D .28500* .01256 .000 .2597 .3103


(6)