Hubungan Antara Asthma Control Test (ACT) Dengan Spirometri Sebagai Alat Pengukur Tingkat Kontrol Asma

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah penyakit saluran nafas kronik yang masih menjadi masalah
kesehatan serius di seluruh dunia. Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran
napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan
dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi
berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest
tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari.1 Menurut
National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI, 2007), pada individu yang rentan,
gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan
hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.2
Semua tingkatan umur dapat mengalami gangguan saluran nafas dan dapat
ditemukan dinegara maju maupun berkembang. Saat ini 1-18 % populasi dunia (300
juta penduduk) menderita asma. Diperkirakan penderita asma didunia akan
bertambah 400 juta pada tahun 2025.1 Di Indonesia menurut Riset Kesehatan dasar
(RISKESDA) 2013 prevalensi asma 4,5%.3
Telah diketahui bahwa tidak ada kesembuhan untuk penyakit asma tetapi
penyakit ini dapat dikontrol pada beberapa pasien. Kontrol asma menitikberatkan
pada adekuasi terapi. Kriteria asma terkontrol menurut Global Initiative for asthma
(GINA) sebagai berikut gejala harian termasuk gejala malam tidak ada ( 2 atau

kurang/ minggu), tidak ada keterbatasan aktifitas, kebutuhan bronkodilator minimal (
2 atau kurang/ minggu), fungsi paru normal.4
Menurut rekomendasi GINA dan NAEPP tujuan utama manajemen terapi
asma adalah mencapai kontrol asma dan mencegah exaserbasi asma. Rendahnya
penilaian kontrol asma merupakan penyebab utama kurang optimalnya manajemen
asma di seluruh dunia. Sehingga focus utama menajemen terapi beralih ke penilaian
dan pengobatan berdasarkan kontrol asma.4

24

Universitas Sumatera Utara

Guideline GINA untuk penilaian asma terkontrol ini menggunakan alat
pengukur fungsi paru, namun evaluasi ini sulit dilaksanakan karena kurangnya
fasilitas spirometri sebagai alat pengukur fungsi paru di pelayanan primer. Alat
kontrol asma yang sederhana, efisien dan mudah didapat diperlukan untuk pasien
asma. Junifer dkk menulis bahwa kontrol asma dapat diskrining dalam bentuk
kuesioner. Berbagai macam kuesioner sudah dipublikasikan antara lain Asthma
Control Test (ACT), Asthma Control Quesioner (ACQ), Asthma Control scoring
(ACS), Asthma Therapy Assesment Quesioner (ATAQ) dan asthma Control Scoring

System (ACSS). Nathan et al (2004) telah menguji reliabilitas dan validitas kontrol
asma menggunakan kuesioner yang dikenal dengan Asthma Control test (ACT).5
Asthma Control Test (ACT) adalah suatu uji skrining berupa kuesioner
tentang penilaian klinis seorang penderita asma. Kuesioner ini terdiri dari 5
pertanyaan, dikeluarkan oleh American Lung Association yang bertujuan memberi
kemudahan kepada dokter dan pasien untuk mengevaluasi penderita asma yang
berusia diatas 12 tahun dan menetapkan terapi pemeliharaannya. ACT merupakan alat
kontrol asma yang sederhana dan tidak menggunakan kriteria faal paru untuk menilai
kontrol asma penderita. Sehingga ACT dapat digunakan dalam praktek klinik seharihari untuk menilai kontrol asma pada tempat pelayanan yang tidak tersedia fasilitas
spirometri.5
Kota medan merupakan ibukota provinsi sumatera utara dan merupakan kota
terbesar ketiga diindonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Penyakit asma
menyebabkan disabilitas sebesar 1% penduduk dunia per tahun. Oleh sebab itu
diperlukan penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas ACT di kota medan
khususnya di RSUP H. Adam Malik dan RSUD H. Pirngadi Medan

1.2 Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara asthma control test dengan spirometri sebagai
alat pengukur tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial?


25

Universitas Sumatera Utara

1.3 Hipotesa
Ada hubungan antara asthma control test dengan spirometri sebagai alat
pengukur tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial.
1.4 Tujuan penelitian
- Untuk mengetahui hubungan antara asthma control test dengan spirometri
sebagai alat pengukur tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial.
- Untuk mengetahui hubungan asthma control test dengan spirometri untuk
menilai tingkat kontrol asma berdasarkan jenis kelamin.
- Untuk mengetahui pengaruh karakteristik demografi terhadap nilai asthma
control test untuk menilai tingkat kontrol asma
- Untuk mengetahui nilai diagnostik asthma control test untuk menilai tingkat
kontrol asma.
1.5 Manfaat penelitian
Asthma control test (ACT) dapat menjadi alternatif alat pengukur tingkat
kontrol asma pada daerah geografis yang fasilitas spirometrinya belum memadai.


26

Universitas Sumatera Utara

1.6 Kerangka Konsep
Faktor Resiko Asma



Faktor individu ( genetic, obesitas, jenis kelamin, ras dan etnik).
Faktor lingkungan ( allergen, infeksi pernafasan, asap rokok,
polusi udara, diet, bahan dilingkungan kerja, status sosioekonomi

Asthma

Tingkat Kontrol Asma

• Gejala harian
• Keterbatasan
aktifitas

• Gejala malam hari
obat
• Kebutuhan

Spirometri

Penilaian Subjektif melalui
Kuesioner
Asthma Control Test
(ACT)
Asthma Control
Quesioner (ACQ)
Asthma Therapy
Assesment Quesioner
(ATAQ)

27

Universitas Sumatera Utara