Hubungan Antara Asthma Control Test (ACT) Dengan Spirometri Sebagai Alat Pengukur Tingkat Kontrol Asma Chapter III V
BAB III
METODOLOGI
3.1 Desain penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang (cross sectional study)
yang bersifat analitik untuk menilai hubungan nilai ACT dengan spirometri sebagai
alat pengukur tingkat kontrol asma.
3.2 Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik
Penelitian Bidang Kesehatan dan tiap subyek telah menandatangani informed consent
sebelum prosedur penelitian dilakukan.
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan di poliklinik pulmonologi dan alergi RS H. Adam Malik
dan RS pirngadi Medan, mulai bulan agustus 2015 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.4 Populasi dan subjek penelitian
Populasi terjangkau adalah penderita asma bronkial yang merupakan pasien
rawat jalan RS H. adam malik dan RS pirngadi medan. Subjek penelitian diambil
secara consecutive sampling yaitu mengambil semua sampel yang memenuhi kriteria
penerimaan sampai jumlah sampel penelitian tercapai, jumlah sampel pada penelitian
ini 61 orang.
3.5 Kriteria penerimaan dan penolakan
Kriteria penerimaan
1. Pasien asma bronchial yang berusia >18 tahun
2. Menerima pemberian informasi dan persetujuan partisipasi bersifat
sukarela dan tertulis untuk menjalani pemeriksaan fisik, laboratorium,
57
Universitas Sumatera Utara
radiologi yang diketahui serta disetujui oleh Komite Etik Penelitian
Bidang Kesehatan.
3. Tidak termasuk dalam kriteria penolakan.
Kriteria penolakan
1.
Pasien yang memiliki penyakit paru lain seperti COPD, TB paru,
bronkiektasis
3.6
2.
Pasien gagal jantung kongestif
3.
Pasien dengan tingkat asma akut berat
4.
Wanita hamil
Cara Penelitian
3.6.1 Estimasi sampel penelitian
Rumus perhitungan besar sampel untuk untuk uji diagnostik adalah :
n = Besar sampel
p = sensitifitas alat yang diinginkan = 92 %.
d = presisi penelitian ditetapkan 30%
α = tingkat kesalahan ditetapkan sebesar 5% sehingga Zα = 1.96
Jumlah sampel minimal = 61 orang
3.6.2 Cara memperoleh subyek penelitian
Setiap pasien yang datang ke poliklinik pulmonologi alergi dan imunologi dan
poliklinik paru RSU Adam Malik dan poliklinik pulmonologi RS Pirngadi
sesuai dengan kriteria klinis. Setelah memenuhi kriteria penelitian, pasien
mengisi surat persetujuan setelah mendapat penjelasan. Sampel penelitian dipilih
secara konsekutif terhadap pasien yang memenuhi kriteria, sampai jumlah
sampel yang diperlukan terpenuhi.
58
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Prosedur penelitian
6.1 Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Seluruh subjek dalam penelitian ini telah dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik.
6.2 Pemeriksaan cek darah lengkap
Seluruh subjek dalam penelitian dilakukan pemeriksaan darah
lengkap.
6.3 Pemeriksaan radiologi
Seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaan foto thoraks untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain.
6.4 Pemeriksaan fungsi paru
Seluruh subjek penelitian juga dilakukan pemeriksaan fungsi paru
dengan spirometri untuk diagnosa asma bronkial dan menilai tingkat kontrol
asma dan pasien tetap mendapat pengobatan yang biasa digunakan seharihari.
6.5 Pemeriksaan kontrol asma dengan ACT
Seluruh subjek dalam penelitian dinilai tingkat kontrol asma dengan
kuesioner asthma control test yang terdiri dari 5 pertanyaan.
3.7 Defenisi Operasional
7.1 Asma bronkial merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas dengan
gejala: sesak nafas, mengi, batuk dan dada terasa terhimpit yang bersifat
episodik, terutama setelah terpapar dengan alergen, ataupun cuaca, adanya
riwayat keluarga menderita asma ataupun penyaakit atopi. Pemeriksaan fisik
dijumpai mengi pada auskultasi, dan konfirmasi diagnosa dengan spirometri
yaitu peningkatan VEP1 ssebanyak >12% atau (>200ml) setelah pemberian
bronkodilator hirup. Pasien asma adalah pasien yang didiagnosa asma oleh
dokter spesialis penyakit dalam RSUP HAM.
7.2 Tingkat kontrol asma adalah kontrol manifestasi penyakit asma bronkial
menurut GINA tahun 2012. GINA membagi tingkat kontrol asma menjadi
59
Universitas Sumatera Utara
tiga tingkatan yaitu terkontrol sempurna, terkontrol sebagian dan tidak
terkontrol.
7.3 Asthma Control Test adalah suatu uji skrining berupa kuesioner tentang
penilaian klinis seorang penderita asma yang dikeluarkan oleh American Lung
Association, terdiri dari 5 pertujuan, bertujuan memberi kemudahan kepada
dokter dan pasien untuk mengevaluasi penderita asma yang berusia diatas 12
tahun dan menetapkan terapi pemeliharaannya.
Quesioner Asthma control test
1. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering penyakit asma mengganggu anda
dalam melakukan pekerjaan sehari-hari di kantor, disekolah atau dirumah ?
Nilai 1= selalu, 2= sering, 3= kadang-kadang, 4= jarang, 5= tidak pernah
Interpretasi selalu= setiap waktu (all of the time), sering= hampir setiap waktu
( most of the time), kadang-kadang ( some of the time), jarang ( a little of the
time), tidak pernah= tidak pernah
2. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak nafas ?
Nilai 1= Lebih dari 1 kali sehari, 2= 1 kali sehari, 3= 3-6 kali seminggu
4= 1-2 kali seminggu, 5= tidak pernah
3. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering gejala asma (bengek, batuk- batuk,
sesak nafas, nyeri dada atau rasa tertekan di dada) menyebabkan anda terbangun di
malam.
Nilai 1= 4 kali atau lebih seminggu, 2= 1-2 kali seminggu, 3= 1 kali seminggu, 4= 1-2
kali sehari, 5= Tidak pernah
4. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering anda menggunakan obat semprot
darurat atau obat oral untuk melegakan pernafasan ?
Nilai 1= > 3 kali sehari, 2= 1-2 kali sehari, 3= 2-3 kali seminggu, 4= < 1 kali seminggu
5= Tidak pernah
5. Bagaimana penilaian anda terhadap tingkat control asma anda dalam 4 minggu
terakhir?
Nilai 1= Tidak terkontrol sama sekali, 2= Kurang terkontrol, 3= Cukup terkontrol,
4= Terkontrol dengan baik, 5= Terkontrol penuh
60
Universitas Sumatera Utara
Interpretasi nilai: asma terkontrol baik≥ 20, terkontrol sebagian 16 -19, tidak
terkontrol ≤ 15.
7.4 Spirometri merupakan alat diagnostik non invasive yang digunakan untuk
pemeriksaan faal paru.16 Spirometri merekam secara grafis atau digital
volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Spirometri yang digunakan
adalah merk Schiller, type SP-1, S/N: 54011208 dan telah dikaliberasi oleh
BPFK Medan Kemenkes RI tertanggal 20 februari 2015.
7.5. Asma eksaserbasi akut episode akut atau subakut dengan sesak yang
memburuk secara progresif disertai batuk, mengi, dan dada sakit, atau
beberapa kombinasi gejala-gejala tersebut. Eksaserbasi ditandai dengan
menurunnya arus nafas yang dapat diukur secara obyektif (spirometri atau
PFM) dan merupakan indicator yang lebih dapat dipercaya dibandingkan
gejala.
7.6. COPD adalah penyakit paru kronis dengan karakteristik keterbatasan
aliran udara persisten yang memiliki gejala klinis dyspnu, batuk kronik,
produksi sputum, dan riwayat terpapar dengan faktro resikonya. Post
bronkodilator spirometri menunjukkan FEV1/FVC 16cmH20), refluks
hepatojugular
Kriteria minor terdiri dari: edema pretibial bilateral, batuk malam, sesak nafas
saat beraktifitas biasa, hepatomegali, efusi pleura, takikardia (frekuensi
jantung >120x/menit)
61
Universitas Sumatera Utara
Kriteria minor diperhitungkan bila tidak berhubungan dengan kondisi medis
lainnnya (seperti hipertensi pulmonal, penyakit paru kronis, sirosis, asites,
atau sindroma nefrotik)
3.8 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
a. Editing data
Dilakukan untuk:
1.
memeriksa apakah semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
2.
memeriksa jawaban dan data responden apakah jelas dan dapat dibaca.
Bila terdapat kekurangan, pewawancara akan mewawancarai ulang
responden tersebut.
b. Coding
Diletakkan pada sisi kanan kuesioner untuk setiap variabel dan
pertanyaan dalam kuesioner satu demi satu.
c. Data Entry
Yaitu memindahkan data dari tempat pengumpulan data ke dalam
komputer. Program yang digunakan adalah SPSS versi 16. Entry data
dilakukan pada lembar Data View, di mana setiap baris mewakili satu
responden dan setiap kolom mewakili tiap variabel.
d. Data Cleaning
Data cleaning merupakan pengecekan kembali data entry dengan cara:
1.
Mengetahui data missing
apakah ada data yang masih belum terisi
2.
Mengetahui variasi data
mengeluarkan distribusi frekuensi, nilai minimum dan maksimum
masing-masing
variabel.
Uji
normalitas
data
menggunakan
kolmogorov smirnov untuk sampel > 50 subjek dan uji Shapiro –
wilk untuk sampel < 50 subjek untuk mengetahui normalitas
distribusi data.
62
Universitas Sumatera Utara
e.
Revisi Data
Kalau ada kesalahan, lihat lagi data asli dalam kuesioner, kemudian
dilakukan revisi. Setelah melakukan tahap Data Cleaning dan revisi,
berarti data sudah siap untuk dianalisis.
f.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisa bivariat merupakan
analisis
variabel-variabel
yang
diteliti
(independen)
yang
diduga
mempunyai hubungan dengan variabel terikat (dependen). Adapun dalam
analisis ini menggunakan uji t-test bila distribusi data normal atau dengan
uji Mann Whitney bila distribusi data tidak normal untuk 2 kategori.
Sedangkan untuk lebih dari 2 kategori digunakan one way annova bila
distribusi data normal atau kruskal-wallis bila distribusi data tidak normal.
Besarnya penyimpangan yang diinginkan (α) adalah 0,05. Analisa korelasi
antara variable menggunakan analisa pearson bila distribusi data normal
atau analisa spearman bila distribusi data tidak normal. Besarnya
penyimpangan yang diinginkan (α) adalah 0,05.
Pada penelitian ini dilakukan uji diagnostik dengan mencari nilai
sensitifitas, spesifisitas, Positive Predictive Value (PPV ), Negative
Predictive Value ( NPV ) dan Likelihood Ratio ( positif ) dan Likelihood
Ratio ( negatif ). Untuk menentukan cut off nilai Simpler Skor dilakukan
Analisis Receiver Operating Characteristic (ROC).
63
Universitas Sumatera Utara
3.9 Kerangka Operasional
Pasien rawat
jalan
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Darah lengkap
Foto thoraks
Spirometri
Sesuai kriteria inklusi
dan ekslusi
Pasien tetap
menggunakan obat
yang biasa digunakan
Asma bronkial
Tingkat Kontrol Asma
Spirometri
Asthma Control Test (ACT)
64
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang di RS HAM dan RS
Pirngadi medan selama bulan agustus 2015 sampai bulan November 2015. Data
penelitian yang diperoleh meliputi : jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan, skor BMI,
nilai FEV1, nilai FEV1/FVC, nilai FVC, nilai FEF 25-75% , nilai PEF dan nilai ACT.
Selama periode penelitian diperoleh 61 subjek penelitian yang telah memenuhi
kriteria inklusi. Sebanyak 39 orang pasien (63,9%) adalah perempuan dan 22 orang
pasien (36,1%) adalah laki-laki. dengan rerata umur 54,44 tahun.
Mayoritas responden bersuku Batak yaitu Sebanyak 27 subyek (44,3%),
mandailing sebanyak 7 subyek (11,5%), minang sebanyak 7 subyek (11,5%), melayu
sebanyak 4 subyek (6,6%) dan jawa sebanyak 3 subyek (4,9 %). Rerata BMI dari
keseluruhan subyek adalah 26,82 kg/m2 dengan status preobes merupakan proporsi
terbanyak sebanyak 41%. Sebanyak 25 subyek (41%) merupakan ibu rumah tangga.
Berdasarkan karakteristik demografi subjek penelitian diperoleh tidak ada
perbedaan yang signifikan nilai ACT terhadap karakteristik subjek penelitian baik
jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan nilai BMI dimana pvalue >0.05
Tabel 4.1
Karakteristik Demografi Subyek Penelitian terhadap nilai ACT
Variabel
Jumlah (%) sampel Rerata (±SD) skor ACT
0,782
Jenis Kelamin
Laki-laki
22 (36%)
16,27 (±4,997)
Perempuan
39 (64%)
15,79 (±5,027)
Umur, rerata (SB) tahun
< 30 tahun
30 – 60 tahun
p*
54.44 (14.4)
0,91
5 (8,2%)
18,40 (±5,550)
35 (57,4%)
15,54 (±4,895)
65
Universitas Sumatera Utara
> 60 tahun
21 (34,4%)
16,10 (±5,069)
0,295
Suku
Mandailing
7 (11,5%)
14,86 (±3,716)
Batak
25 (41%)
16,12 (±4,952)
Melayu
16 (26,2%)
17,75 (±4,568)
Minang
6 (9,8%)
15,33 (±6,088)
Jawa
3 (4,9%)
10,67 (±2,082)
Lain-lain
4 (6,6%)
14,75 (±7,228)
BMI, rerata (SB) kg/m2
26.82 (5.02)
0,289
Underweight
2 (3,3%)
14,50 (±6,364)
Normal
11 (18%)
13,82 (±5,173)
Overweight
7 (11,5%)
17,00 (±4,967)
Preobesitas
26 (42,6%)
15,58 (±5,037)
Obesitas
15 (24,6%)
17,93 (±4,415)
0,109
Pekerjaan
12 (19,7%)
12,75 (±3,441)
Pensiunan PNS
5 (8,2%)
16,60 (±4,980)
Wiraswasta
8 (13,1%)
15,00 (±4,811)
Ibu Rumah Tangga
25 (41%)
16,68 (±4,706)
Petani
4 (6,6%)
16,75 (±7,136
Lain-lain
7 (11,5%)
19,14 (±5,669)
PNS
•
Untuk 2 kategori digunakan uji T test tidak berpasangan dan untuk lebih dari 2
kategori digunakan ANOVA
66
Universitas Sumatera Utara
4.1.2
Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru
4.1.2.1 Spirometri
Hasil pemeriksaan fungsi paru terhadap seluruh subyek terdapat pada tabel
4.2. Rerata FEV1 yang tercatat adalah 60,03 %. Berdasarkan pengelompokan FEV1
diketahui hanya sebanyak 8 subyek (13.1 %) dengan asma terkontrol baik. Hal serupa
diperoleh berdasarkan pengelompokan PEF (%) diketahui hanya 8 subjek (13.1%)
dengan asma terkontrol baik. Berdasarkan pengelompokan FEF 25-75 % mayoritas
subjek diperoleh obstruksi moderate sebanyak 26 subjek (42.6%). Menurut hasil
FEV1/FVC diketahui dengan rerata 78.75 %. Rerata FVC (%) adalah 63,69%. .
Berdasarkan hubungannya dengan nilai ACT diperoleh perbedaan yang
signifikan FEV1% terhadap nilai ACT (p 0.002), FEF 25-75 % terhadap nilai ACT
(p0.047), PEF (%) terhadap nilai ACT (p 0.008) dan FEV1/FVC terhadap nilai ACT
tidak berbeda signifikan (p 0.215).
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru dengan Spirometri terhadap nilai
ACT
Parameter
FEV1 % prediksi, rerata (SB)
Jumlah (%) sampel
Rerata (±SD) skor
ACT
60.03 (±19.33)
< 60
32 (52,5%)
14,31 (±4,775)
60-79
21 (34,4%)
16,43 (±4,249)
80-100
7 (11,5%)
20,86 (±3,625)
>100
1 (1,6%)
25,00
FEF 25-75 %, rerata (SB)
P value
0.002
44.21 (±21.35)
>60
14 (22,96%)
19.07 (±3.912)
40-60
15 (24,6%)
14.47 (±5.705
20-40
26 (42,6%)
15.58 (±4.743)
< 20
6 (9,84%)
14.17 (±3.971)
0.047
67
Universitas Sumatera Utara
FEV1/FVC, rerata (SB)
78.75 (±14.45)
>80
29 (47.5%)
15.31 (± 5.29)
60-80
29 (47.5%)
17.07 (± 4.869)
40-60
2 (3.3%)
10.50 (±2.121)
80
8 (13.1 %)
20.75 (±3.284)
60-80
16 (26.2%)
16.19 (±5.456)
METODOLOGI
3.1 Desain penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang (cross sectional study)
yang bersifat analitik untuk menilai hubungan nilai ACT dengan spirometri sebagai
alat pengukur tingkat kontrol asma.
3.2 Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik
Penelitian Bidang Kesehatan dan tiap subyek telah menandatangani informed consent
sebelum prosedur penelitian dilakukan.
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan di poliklinik pulmonologi dan alergi RS H. Adam Malik
dan RS pirngadi Medan, mulai bulan agustus 2015 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.4 Populasi dan subjek penelitian
Populasi terjangkau adalah penderita asma bronkial yang merupakan pasien
rawat jalan RS H. adam malik dan RS pirngadi medan. Subjek penelitian diambil
secara consecutive sampling yaitu mengambil semua sampel yang memenuhi kriteria
penerimaan sampai jumlah sampel penelitian tercapai, jumlah sampel pada penelitian
ini 61 orang.
3.5 Kriteria penerimaan dan penolakan
Kriteria penerimaan
1. Pasien asma bronchial yang berusia >18 tahun
2. Menerima pemberian informasi dan persetujuan partisipasi bersifat
sukarela dan tertulis untuk menjalani pemeriksaan fisik, laboratorium,
57
Universitas Sumatera Utara
radiologi yang diketahui serta disetujui oleh Komite Etik Penelitian
Bidang Kesehatan.
3. Tidak termasuk dalam kriteria penolakan.
Kriteria penolakan
1.
Pasien yang memiliki penyakit paru lain seperti COPD, TB paru,
bronkiektasis
3.6
2.
Pasien gagal jantung kongestif
3.
Pasien dengan tingkat asma akut berat
4.
Wanita hamil
Cara Penelitian
3.6.1 Estimasi sampel penelitian
Rumus perhitungan besar sampel untuk untuk uji diagnostik adalah :
n = Besar sampel
p = sensitifitas alat yang diinginkan = 92 %.
d = presisi penelitian ditetapkan 30%
α = tingkat kesalahan ditetapkan sebesar 5% sehingga Zα = 1.96
Jumlah sampel minimal = 61 orang
3.6.2 Cara memperoleh subyek penelitian
Setiap pasien yang datang ke poliklinik pulmonologi alergi dan imunologi dan
poliklinik paru RSU Adam Malik dan poliklinik pulmonologi RS Pirngadi
sesuai dengan kriteria klinis. Setelah memenuhi kriteria penelitian, pasien
mengisi surat persetujuan setelah mendapat penjelasan. Sampel penelitian dipilih
secara konsekutif terhadap pasien yang memenuhi kriteria, sampai jumlah
sampel yang diperlukan terpenuhi.
58
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Prosedur penelitian
6.1 Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Seluruh subjek dalam penelitian ini telah dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik.
6.2 Pemeriksaan cek darah lengkap
Seluruh subjek dalam penelitian dilakukan pemeriksaan darah
lengkap.
6.3 Pemeriksaan radiologi
Seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaan foto thoraks untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain.
6.4 Pemeriksaan fungsi paru
Seluruh subjek penelitian juga dilakukan pemeriksaan fungsi paru
dengan spirometri untuk diagnosa asma bronkial dan menilai tingkat kontrol
asma dan pasien tetap mendapat pengobatan yang biasa digunakan seharihari.
6.5 Pemeriksaan kontrol asma dengan ACT
Seluruh subjek dalam penelitian dinilai tingkat kontrol asma dengan
kuesioner asthma control test yang terdiri dari 5 pertanyaan.
3.7 Defenisi Operasional
7.1 Asma bronkial merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas dengan
gejala: sesak nafas, mengi, batuk dan dada terasa terhimpit yang bersifat
episodik, terutama setelah terpapar dengan alergen, ataupun cuaca, adanya
riwayat keluarga menderita asma ataupun penyaakit atopi. Pemeriksaan fisik
dijumpai mengi pada auskultasi, dan konfirmasi diagnosa dengan spirometri
yaitu peningkatan VEP1 ssebanyak >12% atau (>200ml) setelah pemberian
bronkodilator hirup. Pasien asma adalah pasien yang didiagnosa asma oleh
dokter spesialis penyakit dalam RSUP HAM.
7.2 Tingkat kontrol asma adalah kontrol manifestasi penyakit asma bronkial
menurut GINA tahun 2012. GINA membagi tingkat kontrol asma menjadi
59
Universitas Sumatera Utara
tiga tingkatan yaitu terkontrol sempurna, terkontrol sebagian dan tidak
terkontrol.
7.3 Asthma Control Test adalah suatu uji skrining berupa kuesioner tentang
penilaian klinis seorang penderita asma yang dikeluarkan oleh American Lung
Association, terdiri dari 5 pertujuan, bertujuan memberi kemudahan kepada
dokter dan pasien untuk mengevaluasi penderita asma yang berusia diatas 12
tahun dan menetapkan terapi pemeliharaannya.
Quesioner Asthma control test
1. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering penyakit asma mengganggu anda
dalam melakukan pekerjaan sehari-hari di kantor, disekolah atau dirumah ?
Nilai 1= selalu, 2= sering, 3= kadang-kadang, 4= jarang, 5= tidak pernah
Interpretasi selalu= setiap waktu (all of the time), sering= hampir setiap waktu
( most of the time), kadang-kadang ( some of the time), jarang ( a little of the
time), tidak pernah= tidak pernah
2. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak nafas ?
Nilai 1= Lebih dari 1 kali sehari, 2= 1 kali sehari, 3= 3-6 kali seminggu
4= 1-2 kali seminggu, 5= tidak pernah
3. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering gejala asma (bengek, batuk- batuk,
sesak nafas, nyeri dada atau rasa tertekan di dada) menyebabkan anda terbangun di
malam.
Nilai 1= 4 kali atau lebih seminggu, 2= 1-2 kali seminggu, 3= 1 kali seminggu, 4= 1-2
kali sehari, 5= Tidak pernah
4. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering anda menggunakan obat semprot
darurat atau obat oral untuk melegakan pernafasan ?
Nilai 1= > 3 kali sehari, 2= 1-2 kali sehari, 3= 2-3 kali seminggu, 4= < 1 kali seminggu
5= Tidak pernah
5. Bagaimana penilaian anda terhadap tingkat control asma anda dalam 4 minggu
terakhir?
Nilai 1= Tidak terkontrol sama sekali, 2= Kurang terkontrol, 3= Cukup terkontrol,
4= Terkontrol dengan baik, 5= Terkontrol penuh
60
Universitas Sumatera Utara
Interpretasi nilai: asma terkontrol baik≥ 20, terkontrol sebagian 16 -19, tidak
terkontrol ≤ 15.
7.4 Spirometri merupakan alat diagnostik non invasive yang digunakan untuk
pemeriksaan faal paru.16 Spirometri merekam secara grafis atau digital
volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Spirometri yang digunakan
adalah merk Schiller, type SP-1, S/N: 54011208 dan telah dikaliberasi oleh
BPFK Medan Kemenkes RI tertanggal 20 februari 2015.
7.5. Asma eksaserbasi akut episode akut atau subakut dengan sesak yang
memburuk secara progresif disertai batuk, mengi, dan dada sakit, atau
beberapa kombinasi gejala-gejala tersebut. Eksaserbasi ditandai dengan
menurunnya arus nafas yang dapat diukur secara obyektif (spirometri atau
PFM) dan merupakan indicator yang lebih dapat dipercaya dibandingkan
gejala.
7.6. COPD adalah penyakit paru kronis dengan karakteristik keterbatasan
aliran udara persisten yang memiliki gejala klinis dyspnu, batuk kronik,
produksi sputum, dan riwayat terpapar dengan faktro resikonya. Post
bronkodilator spirometri menunjukkan FEV1/FVC 16cmH20), refluks
hepatojugular
Kriteria minor terdiri dari: edema pretibial bilateral, batuk malam, sesak nafas
saat beraktifitas biasa, hepatomegali, efusi pleura, takikardia (frekuensi
jantung >120x/menit)
61
Universitas Sumatera Utara
Kriteria minor diperhitungkan bila tidak berhubungan dengan kondisi medis
lainnnya (seperti hipertensi pulmonal, penyakit paru kronis, sirosis, asites,
atau sindroma nefrotik)
3.8 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
a. Editing data
Dilakukan untuk:
1.
memeriksa apakah semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
2.
memeriksa jawaban dan data responden apakah jelas dan dapat dibaca.
Bila terdapat kekurangan, pewawancara akan mewawancarai ulang
responden tersebut.
b. Coding
Diletakkan pada sisi kanan kuesioner untuk setiap variabel dan
pertanyaan dalam kuesioner satu demi satu.
c. Data Entry
Yaitu memindahkan data dari tempat pengumpulan data ke dalam
komputer. Program yang digunakan adalah SPSS versi 16. Entry data
dilakukan pada lembar Data View, di mana setiap baris mewakili satu
responden dan setiap kolom mewakili tiap variabel.
d. Data Cleaning
Data cleaning merupakan pengecekan kembali data entry dengan cara:
1.
Mengetahui data missing
apakah ada data yang masih belum terisi
2.
Mengetahui variasi data
mengeluarkan distribusi frekuensi, nilai minimum dan maksimum
masing-masing
variabel.
Uji
normalitas
data
menggunakan
kolmogorov smirnov untuk sampel > 50 subjek dan uji Shapiro –
wilk untuk sampel < 50 subjek untuk mengetahui normalitas
distribusi data.
62
Universitas Sumatera Utara
e.
Revisi Data
Kalau ada kesalahan, lihat lagi data asli dalam kuesioner, kemudian
dilakukan revisi. Setelah melakukan tahap Data Cleaning dan revisi,
berarti data sudah siap untuk dianalisis.
f.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisa bivariat merupakan
analisis
variabel-variabel
yang
diteliti
(independen)
yang
diduga
mempunyai hubungan dengan variabel terikat (dependen). Adapun dalam
analisis ini menggunakan uji t-test bila distribusi data normal atau dengan
uji Mann Whitney bila distribusi data tidak normal untuk 2 kategori.
Sedangkan untuk lebih dari 2 kategori digunakan one way annova bila
distribusi data normal atau kruskal-wallis bila distribusi data tidak normal.
Besarnya penyimpangan yang diinginkan (α) adalah 0,05. Analisa korelasi
antara variable menggunakan analisa pearson bila distribusi data normal
atau analisa spearman bila distribusi data tidak normal. Besarnya
penyimpangan yang diinginkan (α) adalah 0,05.
Pada penelitian ini dilakukan uji diagnostik dengan mencari nilai
sensitifitas, spesifisitas, Positive Predictive Value (PPV ), Negative
Predictive Value ( NPV ) dan Likelihood Ratio ( positif ) dan Likelihood
Ratio ( negatif ). Untuk menentukan cut off nilai Simpler Skor dilakukan
Analisis Receiver Operating Characteristic (ROC).
63
Universitas Sumatera Utara
3.9 Kerangka Operasional
Pasien rawat
jalan
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Darah lengkap
Foto thoraks
Spirometri
Sesuai kriteria inklusi
dan ekslusi
Pasien tetap
menggunakan obat
yang biasa digunakan
Asma bronkial
Tingkat Kontrol Asma
Spirometri
Asthma Control Test (ACT)
64
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang di RS HAM dan RS
Pirngadi medan selama bulan agustus 2015 sampai bulan November 2015. Data
penelitian yang diperoleh meliputi : jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan, skor BMI,
nilai FEV1, nilai FEV1/FVC, nilai FVC, nilai FEF 25-75% , nilai PEF dan nilai ACT.
Selama periode penelitian diperoleh 61 subjek penelitian yang telah memenuhi
kriteria inklusi. Sebanyak 39 orang pasien (63,9%) adalah perempuan dan 22 orang
pasien (36,1%) adalah laki-laki. dengan rerata umur 54,44 tahun.
Mayoritas responden bersuku Batak yaitu Sebanyak 27 subyek (44,3%),
mandailing sebanyak 7 subyek (11,5%), minang sebanyak 7 subyek (11,5%), melayu
sebanyak 4 subyek (6,6%) dan jawa sebanyak 3 subyek (4,9 %). Rerata BMI dari
keseluruhan subyek adalah 26,82 kg/m2 dengan status preobes merupakan proporsi
terbanyak sebanyak 41%. Sebanyak 25 subyek (41%) merupakan ibu rumah tangga.
Berdasarkan karakteristik demografi subjek penelitian diperoleh tidak ada
perbedaan yang signifikan nilai ACT terhadap karakteristik subjek penelitian baik
jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan nilai BMI dimana pvalue >0.05
Tabel 4.1
Karakteristik Demografi Subyek Penelitian terhadap nilai ACT
Variabel
Jumlah (%) sampel Rerata (±SD) skor ACT
0,782
Jenis Kelamin
Laki-laki
22 (36%)
16,27 (±4,997)
Perempuan
39 (64%)
15,79 (±5,027)
Umur, rerata (SB) tahun
< 30 tahun
30 – 60 tahun
p*
54.44 (14.4)
0,91
5 (8,2%)
18,40 (±5,550)
35 (57,4%)
15,54 (±4,895)
65
Universitas Sumatera Utara
> 60 tahun
21 (34,4%)
16,10 (±5,069)
0,295
Suku
Mandailing
7 (11,5%)
14,86 (±3,716)
Batak
25 (41%)
16,12 (±4,952)
Melayu
16 (26,2%)
17,75 (±4,568)
Minang
6 (9,8%)
15,33 (±6,088)
Jawa
3 (4,9%)
10,67 (±2,082)
Lain-lain
4 (6,6%)
14,75 (±7,228)
BMI, rerata (SB) kg/m2
26.82 (5.02)
0,289
Underweight
2 (3,3%)
14,50 (±6,364)
Normal
11 (18%)
13,82 (±5,173)
Overweight
7 (11,5%)
17,00 (±4,967)
Preobesitas
26 (42,6%)
15,58 (±5,037)
Obesitas
15 (24,6%)
17,93 (±4,415)
0,109
Pekerjaan
12 (19,7%)
12,75 (±3,441)
Pensiunan PNS
5 (8,2%)
16,60 (±4,980)
Wiraswasta
8 (13,1%)
15,00 (±4,811)
Ibu Rumah Tangga
25 (41%)
16,68 (±4,706)
Petani
4 (6,6%)
16,75 (±7,136
Lain-lain
7 (11,5%)
19,14 (±5,669)
PNS
•
Untuk 2 kategori digunakan uji T test tidak berpasangan dan untuk lebih dari 2
kategori digunakan ANOVA
66
Universitas Sumatera Utara
4.1.2
Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru
4.1.2.1 Spirometri
Hasil pemeriksaan fungsi paru terhadap seluruh subyek terdapat pada tabel
4.2. Rerata FEV1 yang tercatat adalah 60,03 %. Berdasarkan pengelompokan FEV1
diketahui hanya sebanyak 8 subyek (13.1 %) dengan asma terkontrol baik. Hal serupa
diperoleh berdasarkan pengelompokan PEF (%) diketahui hanya 8 subjek (13.1%)
dengan asma terkontrol baik. Berdasarkan pengelompokan FEF 25-75 % mayoritas
subjek diperoleh obstruksi moderate sebanyak 26 subjek (42.6%). Menurut hasil
FEV1/FVC diketahui dengan rerata 78.75 %. Rerata FVC (%) adalah 63,69%. .
Berdasarkan hubungannya dengan nilai ACT diperoleh perbedaan yang
signifikan FEV1% terhadap nilai ACT (p 0.002), FEF 25-75 % terhadap nilai ACT
(p0.047), PEF (%) terhadap nilai ACT (p 0.008) dan FEV1/FVC terhadap nilai ACT
tidak berbeda signifikan (p 0.215).
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru dengan Spirometri terhadap nilai
ACT
Parameter
FEV1 % prediksi, rerata (SB)
Jumlah (%) sampel
Rerata (±SD) skor
ACT
60.03 (±19.33)
< 60
32 (52,5%)
14,31 (±4,775)
60-79
21 (34,4%)
16,43 (±4,249)
80-100
7 (11,5%)
20,86 (±3,625)
>100
1 (1,6%)
25,00
FEF 25-75 %, rerata (SB)
P value
0.002
44.21 (±21.35)
>60
14 (22,96%)
19.07 (±3.912)
40-60
15 (24,6%)
14.47 (±5.705
20-40
26 (42,6%)
15.58 (±4.743)
< 20
6 (9,84%)
14.17 (±3.971)
0.047
67
Universitas Sumatera Utara
FEV1/FVC, rerata (SB)
78.75 (±14.45)
>80
29 (47.5%)
15.31 (± 5.29)
60-80
29 (47.5%)
17.07 (± 4.869)
40-60
2 (3.3%)
10.50 (±2.121)
80
8 (13.1 %)
20.75 (±3.284)
60-80
16 (26.2%)
16.19 (±5.456)