Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Antropometri Di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2016 Chapter III VI

BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori
Status Gizi





Pendidikan ibu
Pekerjaan ibu
Pendapatan keluarga
Jumlah anggota
keluarga

Langsung

Biokimia


Klinis

Tidak Langsung

Antropometri

Biofisik

BB/U

TB/U

BB/TB

Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih

Sangat Pendek

Pendek
Normal
Tinggi

Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk

Survei
Konsumsi
Makanan

Statistik
Vital

Gambar 3.1. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


3.2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka sebagai kerangka konsep penelitian
tentang status gizi pada balita di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan sebagai berikut:

Pengukuran Antropometri
a. Indikator BB/U

b. Indikator BB/TB

Status Gizi Anak Balita
a.Gizi buruk
b.Gizi kurang
c.Gizi baik
d.Gizi lebih
a. Sangat kurus
b. Kurus
c. Normal
d. Gemuk


Karakteristik Ibu balita
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Pendapatan
e. Jumlah anggota Keluarga
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cross sectional untuk mengetahui gambaran status gizi
anak balita berdasarkan Antropometri di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan
Medan Perjuangan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan
November 2016.
4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena kecamatan ini merupakan
salah satu kecamatan yang memiliki anak balita dengan status gizi buruk dan
kurang yang relatif masih tinggi di Kota Medan.

4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita di Puskesmas Sentosa Baru
Kecamatan Medan Perjuangan. Berdasarkan data Puskesmas Sentosa Baru,
jumlah populasi anak balita pada saat penelitian adalah sebanyak 13.541 anak
balita.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anak balita yang memiliki ibu dengan usia
balita 1-5 tahun. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sampel
Cross Sectional, sebagai berikut :


Universitas Sumatera Utara

n

Z 2 pq
d2

Keterangan : n = Jumlah Sampel
Zα2= 1,96 pada α = 0,05
P

= Perkiraan proporsi 0,69

q

=1–p

d

= presisi (10%)


1,962 x 0,69 x (1  0,69)
n
0,12
n = 82,17 orang. Jadi, jumlah sampel minimal dibulatkan menjadi 82 orang.

Kriteria inklusi pemilihan sampel sebagai berikut :
a. Balita yang memiliki ibu dengan usia balita 1-5 tahun
b. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru
c. Ibu balita yang datang ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru
d. Bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi, yaitu tidak bersedia mengikuti penelitian (menolak
menandatangani Informed Consent).

4.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.
4.4.1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari ibu balita melalui wawancara
langsung dengan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh berupa data umur

balita, berat badan balita, tinggi badan balita dan karakteristik ibu balita (umur,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga) serta status gizi
balita.

Universitas Sumatera Utara

4.4.2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Sentosa Baru
berupa profil puskesmas dan KMS anak balita.

4.5. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga akhirnya mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Adapun definisi operasional dari
variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran Antropometri
a. Definisi : pengukuran pada dimensi tubuh manusia.
b. Cara ukur : melakukan variabel pengukuran BB, TB, dan umur kemudian
dilakukan perhitungan BB/TB dan BB/U.
c. Alat ukur : timbangan untuk mengukur BB, microtoise/papan pengukur

untuk mengukur TB, serta data balita untuk mengetahui umur balita.
d. Skala pengukuran : numerik.
2. Berat Badan Balita
a. Definisi : berat badan balita saat dilakukan penelitian.
b. Cara ukur : pastikan timbangan injak diletakkan di lantai yang datar, lihat
posisi jarum harus menunjuk ke angka 0 (nol), anak sebaiknya memakai
baju yang tipis dan tidak memegang atau mengantongi sesuatu. Kemudian
anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegang. Kemudian baca angka
yang ditunjukkan oleh jarum. Balita yang belum dapat berdiri
menggunakan timbangan bayi (baby scale). Timbangan bayi diletakkan
pada bidang datar. Pastikan posisi jarum menunjuk ke angka 0 (nol).
Kemudian letakkan balita di atas timbangan dan baca angka yang
ditunjukkan oleh jarum.
c. Alat ukur : balita yang belum dapat berdiri diukur dengan baby scale
(timbangan bayi), sedangkan untuk balita yang telah dapat berdiri
digunakan timbangan injak.
d. Skala pengukuran : numerik.

Universitas Sumatera Utara


3. Umur Balita
a. Definisi : usia balita saat dilakukan penelitian.
b. Cara ukur : Umur dihitung dalam bulan yang ditentukan
i. Pembulatan ke atas dilakukan bila lebih dari 15 hari dan sebaliknya.
ii. Bila tidak ingat tanggal lahir maka tanggal lahir ditentukan pada
tanggal 15.
iii. Bila tidak ingat bulan lahir maka bulan lahir ditentukan pada bulan ke
6
c. Alat ukur : data balita.
d. Skala ukur : numerik.
4. Tinggi Badan Balita
a. Definisi : tinggi badan balita saat dilakukan penelitian.
b. Cara ukur : bagi balita yang telah dapat berdiri dilakukan pengukuran
dengan microtoise. Posisikan badan dengan berdiri tegak menghadap ke
depan, tumit menempel pada dinding. Turunkan batas atas pengukur
sampai menempel di ubun-ubun, kemudian baca angka pada batas
tersebut. Pastikan anak tidak memakai sandal atau sepatu. Bagi balita
yang belum dapat berdiri dilakukan pengukuran dengan papan pengukur.
Alat diletakkan pada permukaan yang rata. Lepaskan tutup kepala bayi
misalnya topi, hiasan rambut, dan kaos kaki bayi. Letakkan bayi dengan

kepala menempel pada bagian kepala atau head board. Luruskan tubuh
bayi sejajar dengan bidang papan pengukur. Luruskan tungkai bayi bila
dengan cara lutut bayi secara lembut agar lurus. Dorong bagian kaki atau
foot board sehingga menempel dengan tumit bayi.
c. Alat Ukur : balita yang telah dapat berdiri diukur dengan microtoise,
sedangkan balita yang belum dapat berdiri digunakan papan pengukur.
d. Skala pengukuran : numerik.
5. Status Gizi Anak Balita
a. Definisi : keadaan fisik anak balita yang ditentukan dengan melakukan
pengukuran antropometri.

Universitas Sumatera Utara

b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri yaitu berat badan
menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
kemudian

diintepretasikan

berdasarkan

standar

WHO-NCHS

menggunakan indikator BB/U dan BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/U dan BB/TB.
d. Skala pengukuran : ordinal.
6. Gizi buruk
a. Definisi : status kondisi seseorang dengan nutrisinya di bawah standar
rata-rata (Z-score < -3,0).
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/U kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/U.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/U.
d. Skala pengukuran : ordinal.
7. Gizi kurang
a. Definisi : status kondisi menunjukkan kekurangan gizi dengan nilai
standar Z-score ≥ -3,0 sampai dengan Z-score 2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/U kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/U.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/U.
d. Skala pengukuran : ordinal.
10. Sangat Kurus
a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score < -3,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/TB kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/TB.
d. Skala pengukuran : ordinal.
11. Kurus
a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score ≥ -3,0 sampai
dengan Z-score < -2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/TB kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/TB.
d. Skala pengukuran : ordinal.
12. Normal
a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score ≥ -2,0 sampai
dengan Z-score ≤ 2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/TB kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/TB.
d. Skala pengukuran : ordinal.

Universitas Sumatera Utara

13. Gemuk
a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score > 2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/TB kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/TB
d. Skala pengukuran : ordinal.
14. Karakteristik Ibu Balita
a. Definisi: Umur ibu balita, pendidikan ibu balita, pekerjaan ibu balita,
pendapatan, jumlah anggota keluarga.
b. Cara ukur : wawancara.
c. Alat ukur : kuisioner.
d. Kategori :
I.

Pendidikan ibu
i.

Tamat SD

ii.

Tamat SMP

iii.

Tamat SMA

iv.

Tamat D3

v.

Tamat S1

II.

Pekerjaan ibu
i.

Ibu rumah tangga

ii.

PNS

iii.

Pegawai swasta

iv.

Wiraswasta/berdagang

v.

Bertani/berkebun

III.

Pendapatan
i.

< Rp 2.037.000,00

ii.

≥ Rp 2.037.000,00

IV.

Jumlah anak dalam keluarga
i.

1-2 orang

ii.

>2 orang

Universitas Sumatera Utara

V.

Skala pengukuran : ordinal.

4.6. Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisa univariat, yaitu
analisis data dalam bentuk distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya, yaitu
umur balita, berat badan balita, tinggi badan balita dan karakteristik ibu balita
(umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga) serta status
gizi balita. Selanjutnya analisis statistik akan dilakukan dengan bantuan program
SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan kemudian data-data yang
telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru yang
terletak di Jalan Sentosa Baru No. 22 Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan,
dengan Wilayah
a. Sebelah Utara

: Kecamatan Medan Tembung dan Medan Timur

b. Sebelah Selatan

: Kecamatan Medan Tembung

c. Sebelah Barat

: Kecamatan Medan Area dan Medan Kota

d. Sebelah Timur

: Kecamatan Medan Timur

Wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru meliputi 9 (sembilan) kelurahan yaitu:
a. Kelurahan Sei Kera Hilir 1
b. Kelurahan Sei Hilir II
c. Kelurahan Sei Kera Hulu
d. Kelurahan Pahlawan
e. Kelurahan Pandan Hilir
f. Kelurahan Sidorame Barat I
g. Kelurahan Sidorame Barat II
h. Kelurahan Tegal Rejo
i. Kelurahan Sidorame Timur
Wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru terdapat 2 buah Puskesmas
Pembantu (Pustu), yaitu Pustu Sidorame Timur terletak di Jalan Permai Lorong
Kerto dan Pustu Sei Rengas terletak di jalan Madung Lubis. Sedangkan untuk
Posyandu terdapat 64 posyandu dengan jadwal pelaksanaan setiap hari Senin
sampai Kamis yang pelaksanaannya didampingi oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas.

Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Sosio demografi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru berjumlah 151.795 jiwa,
yang terdiri dari atas 23.779 Kepala Keluarga.

5.1.3. Tenaga kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru berjumlah 32 orang yang
terdiri dari:
a. Dokter Umum

4 orang

b. Dokter Gigi

2 orang

c. Sarjana Kesehatan Masyarakat

2 orang

d. Perawat

2 orang

e. SPK

4 orang

f. SPRG

1 orang

g. SPRA

1 orang

h. Akper

5 orang

i. DIII Gizi

2 orang

j. LCPK

1 orang

k. DIII Bidan

5 orang

l. DIII Analisis

2 orang

m. DIV Bidan

1 orang

5.2. Karakteristik Anak Balita
Karakteristik anak balita pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur,
berat badan dan tinggi badan.
1. Jenis kelamin Balita
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan jenis kelamin lebih banyak
perempuan, yaitu sebanyak 48 orang (58,5%).
Tabel 5.1. Karakteristik Balita Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Jumlah
34
48
82

Persentase (%)
41,5
58,5
100

Universitas Sumatera Utara

2. Umur Balita
Umur balita tertinggi adalah 59 bulan dan terendah 13 bulan.
Berdasarkan umur balita, lebih banyak umur 13-24 bulan sebanyak 38
orang (46,3%).
Tabel 5.2. Karakteristik Berdasarkan Umur Balita
Umur (Bulan)
13-24
25-36
37-48
49-59
Total

Jumlah
38
22
15
7
82

Persentase (%)
46,3
26,8
18,4
8,5
100

3. Berat Badan Balita
Hasil penelitan menunjukkan berat badan tertinggi adalah 16,5 Kg dan
terendah adalah 6,0 Kg. Berdasarkan berat badan balita, lebih banyak
pada kelompok 9-11 Kg yaitu sebanyak 47 orang (57,3 %).
Tabel 5.3. Karakteristik Berdasarkan Berat Badan Balita
Berat Badan (Kg)
6-8
9-11
12-14
15–17
Total

Jumlah
23
47
11
1
82

Persentase (%)
28,1
57,3
13,4
1,2
100

4. Tinggi Badan Balita
Tinggi badan balita tertinggi adalah 107,5 Cm dan terendah adalah 65
Cm. Berdasarkan tinggi badan balita, lebih banyak pada kelompok 7686 Cm yaitu sebanyak 39 orang (47,6%).
Tabel 5.4. Karakteristik Berdasarkan Tinggi Badan Balita
Tinggi Badan (Cm)
65-75
76-86
87-97
98-108
Total

Jumlah
15
39
24
4
82

Persentase (%)
18,2
47,6
29,3
4,9
100

Universitas Sumatera Utara

5.3. Karakteristik Ibu Balita
Karakteristik ibu pada penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan jumlah anak dalam keluarga.
1. Umur ibu balita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita dengan umur terbanyak
30-35 tahun, yaitu sebanyak 49 orang (59,8%).
Tabel 5.5. Karakteristik Berdasarkan Umur Ibu
Umur
< 20 tahun
20-35 tahun
< 35 tahun
Total

Jumlah
2
49
31
82

Persentase (%)
2.4
59,8
37,8
100

2. Pendidikan ibu balita
Pada tabel 5.6 dapat dilihat pendidikan ibu balita lebih banyak tamat
SLTA, yaitu sebanyak 57 orang (69,5%)
Tabel 5.6 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita
Pendidikan
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Akademi/S1
Total

Jumlah
2
14
57
9
82

Persentase (%)
2,4
17,1
69,5
11,0
100

3. Pekerjaan ibu balita
Berdasarkan pekerjaan, pekerjaan ibu balita lebih banyak sebagai Ibu
Rumah Tangga (IRT), yaitu sebanyak 69 orang (84,1%).
Tabel 5.7 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Total

Jumlah
69
3
6
4
82

Persentase (%)
84,1
3,7
7,3
4,9
100

Universitas Sumatera Utara

4. Pendapatan keluarga
Dari hasil penelitian, pendapatan keluarga lebih banyak < Rp
2.037.000 (UMK Kota Medan), yaitu sebanyak 43 orang (52,4%).
Tabel 5.8 Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Pendapatan Keluarga
< Rp 2.037.000
≥ Rp 2.037.000
Total

Jumlah
43
39
82

Persentase (%)
52,4
47,6
100

5. Jumlah anak
Berdasarkan jumlah anak dalam keluarga lebih banyak 1-2 orang, yaitu
sebanyak 63 orang (76,8%).
Tabel 5.9. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota
Keluarga
1-2 orang
> 2 orang
Total

Jumlah

Persentase (%)

63
19
82

76,8
23,2
100

5.4. Status Gizi
Parameter yang digunakan dalam penilaian status gizi menggunakan indeks
antropometri, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U) dan Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) sesuai dengan tabel standar WHO/NHCS.
5.4.1 Gambaran status gizi balita
Gambaran status gizi balita berdasarkan BB/U ditemukan terbanyak dengan
status gizi kurang yaitu 47 orang (57,3%) dan gambaran status gizi balita
berdasarkan BB/TB ditemukan terbanyak dengan status gizi kurus yaitu 45 orang
(54,9%). Distribusi berdasarkan status gizi anak balita dapat dilihat pada tabel
5.10.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.10. Distribusi Berdasarkan Status Gizi Anak Balita
Indeks Antropometri
BB/U

Kategori

Jumlah

Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk

BB/TB

Perentase
(%)
2,4
57,3
39,0
1,3
2,4
54,9
40,3
2,4
100

2
47
32
1
2
45
33
2
82

Jumlah

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru,
penilaian status gizi dengan indeks BB/U secara umum terdapat jumlah penderita
gizi buruk dan kurang masih tinggi. Hal ini sesuai dengan latar belakang yang
dikemukan sebelumnya. Puskesmas Sentosa Baru merupakan daerah perkotaan
dengan tingkat ketersediaan pangan yang tinggi. Pengaruh ketersediaan pangan
tidak memberikan jaminan terhadap risiko penderita gizi buruk dan kurang di
Kota Medan.

5.4.2. Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Balita
Hasil penelitian didapatkan berdasarkan jenis kelamin, status gizi balita indeks
BB/U ditemukan perempuan lebih banyak mengalami status gizi kurang 28 orang
dibandingkan laki-laki 19 orang dan berdasarkan indeks BB/TB ditemukan secara
klinis perempuan lebih banyak tampak kurus dibanding laki-laki.

Tabel 5.11. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin

Laki-Laki
Perempuan

Laki-laki
Perempuan

Buruk
n
%
0
0,0
2
4,2
Sangat
Kurus
0
0,0
2
4,3

Status Gizi
Kurang
Baik
n
%
n
%
19 55,9
14
41,2
28 58,3
18
37,5
Kurus
Normal

Lebih
n
%
1
2,9
0
0,0
Gemuk

n
34
48

%
100,0
100,0

16
29

1
1

34
48

100,0
100,0

47,1
60,4

17
16

50,0
33,3

Jumlah

2,9
2,1

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan umur, status gizi balita indeks BB/U ditemukan kelompok umur
13-24 bulan yaitu sebanyak 16 orang yang lebih banyak mengalami status gizi
kurang dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis tampak kurus.

Tabel 5.12 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Umur Balta
Umur (Bulan)
BB/U
13-24
25-36
37-48
49-59
BB/TB
13-24
25-36
37-48
49-59

Buruk
n
%
2
5,3
0
0,0
0
0,0
0
0,0
Sangat Kurus
1
0
0
1

2,6
0,0
0,0
14,3

Status Gizi
Kurang
Baik
n
%
n
%
16
42,1
20
52,6
14
63,6
8
36,4
12
80,0
2
13,3
5
71,4
2
28,6
Kurus
Normal
20
10
11
4

52,6
45,5
73,3
57,1

17
11
3
2

44,7
50,0
20,0
28,6

Jumlah
Lebih
n
%
0
0,0
0
0,0
1
6,7
0
0,0
Gemuk
0
1
1
0

0,0
4,5
6,7
0,0

n
38
22
15
7

%
100,0
100,0
100,0
100,0
Jumlah

38
22
15
7

100,0
100,0
100,0
100,0

Berdasarkan berat badan, status gizi balita BB/U, ditemukan kelompok berat
badan 9-11 kg lebih banyak mengalami status gizi kurang yaitu sebanyak 26
orang dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis lebih banyak tampak kurus

Tabel 5.13. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan
(Kg)
BB/U

Status Gizi

6-8
9-11
12-14
15-17

n
2
0
0
0

BB/TB
6-8
9-11
12-14
15-17

1
0
1
0

Buruk
%
8,7
0,0
0,0
0,0
Sangat
Kurus
4,3
0,0
9,1
0,0

Jumlah

Kurang
n
%
17
73,9
26
55,3
4
36,4
0
0,0
Kurus

Baik
n
%
4
17,4
21
44,7
6
54,5
1
100,0
Normal

Lebih
N
%
0
0,0
0
0,0
1
9,1
0
0,0
Gemuk

n
23
47
11
1

19
24
2
0

3
22
7
1

0
1
1
0

23
47
11
1

82,6
51,1
18,2
0,0

13,0
46,8
63,6
100,0

0,0
2,1
9,1
0,0

%
100,0
100,0
100,0
100,0
Jumlah

100,0
100,0
100,0
100,0

Berdasarkan tabel 5.14 tinggi badan pada status gizi balita indeks BB/U
ditemukan kelompok dengan tinggi badan 76-86 Cm terbanyak mengalami status
gizi kurang sebanyak 18 orang dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis lebih
banyak tampak kurus.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.14 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan
Tinggi Badan (Cm)
Buruk
n
%
BB/U
65-75
76-86
87-97
98-109

1
1
0
0

6,7
2,6
0,0
0,0
Sangat
Kurus

BB/TB
65-75
76-86
87-97
98-108

1
1
0
0

6,7
2,6
0,0
0,0

Status Gizi
Kurang
Baik
n
%
n
%

Jumlah
Lebih
%

n

%

11
73,3
18
46,2
16
66,7
2
50,0
Kurus

3
20,0
19 48,7
8
33,3
2
50,0
Normal

0
0,0
1
2,6
0
0,0
0
0,0
Gemuk

15
39
24
4

100,0
100,0
100,0
100,0
Jumlah

11
18
16
2

3
19
8
2

0
1
0
0

15
39
24
4

100,0
100,0
100,0
100,0

73,3
46,2
66,7
50,0

20,0
48,7
33,3
50,0

0,0
2,6
0,0
0,0

Universitas Sumatera Utara

5.4.3. Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Balita
Tabel 5.15 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Balita
Karakteristik Ibu
Balita
BB/U
Umur
35 tahun
Pendidikan
Tamat SD
SLTP
SLTA
Akademi/S1
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Pendapatan
< Rp 2.037.000
≥ Rp 2.037.000
Jumlah anak
1-2 orang
>2 orang

BB/TB
Umur
35 tahun
Pendidikan
Tamat SD
SLTP
SLTA
Akademi/S1
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Pendapatan
< Rp 2.037.000
> Rp 2.037.000
Jumlah anak
1-2 orang
>2 orang

Buruk
n
%

Status Gizi
Kurang
Baik
n
%
n
%

Lebih
n
%

n

%

0
1
1

0,0
2,1
3,2

1
32
14

50,0
65,3
22,6

1
15
16

50,0
30,6
51,6

0
1
0

0,0
2,0
0,0

2
49
31

100,0
100,0
100,0

0
0
1
1

0,0
0,0
1,8
11,1

1
10
30
6

50,0
71,4
52,6
66,7

1
3
26
2

50,0
21,4
45,6
22,2

0
1
0
0

0,0
7,2
0,0
0,0

2
14
57
9

100,0
100,0
100,0
100,0

1
0
1
0

1,4
0,0
16,7
0,0

43
1
1
2

62,3
33,3
16,7
50,0

24
2
4
2

34,7
66,7
66,6
50,0

1
0
0
0

10,1
0,0
0,0
0,0

69
3
6
4

100,0
100,0
100,0
100,0

0
2

0,0
4,1

31
16

72,1
42,0

12
20

27,9
51,3

0
1

0,0
2,6

43
39

100,0
100,0

2
0

Jumlah

3,2
0,0
Sangat
Kurus
n
%

33 52,4
14 73,7
Kurus

28
44,4
4
21,1
Normal

0
7,9
1
5,3
Gemuk

63
19

100,0
100,0
Jumlah

N

%

n

%

n

%

n

%

0
1
1

0,0
2,0
3,2

1
27
17

50,0
55,1
54,8

1
20
12

50,0
40,8
38,7

0
1
1

0,0
2,0
3,2

2
49
31

100,0
100,0
100,0

0
0
1
1

0,0
0,0
1,8
11,1

1
10
29
5

50,0
71,4
50,9
55,6

1
3
26
3

50,0
21,4
45,6
33,3

0
1
1
0

0,0
7,1
1,8
0,0

2
14
57
9

100,0
100,0
100,0
100,0

2
0
0
0

2,9
0,0
0,0
0,0

40
1
2
2

57,9
33,3
33,3
50,0

25
2
4
2

36,3
66,7
66,7
50,0

2
0
0
0

2,9
0,0
0,0
0,0

69
3
6
4

100,0
100,0
100,0
100,0

1
1

2,3
2,6

25
20

58,1
40,1

16
17

37,2
34,7

1
1

2,3
2,6

43
39

100,0
100,0

1
1

1,6
5,3

30
15

47,6
78,9

30
3

47,6
57,9

2
0

3,2
0,0

63
19

100,0
100,0

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 5.15, umur dengan jumlah responden terbanyak adalah 2035 tahun dengan status gizi balitanya indeks BB/U termasuk gizi kurang sebanyak
32 orang dan secara klinis termasuk kurus. Pendidikan ibu balita lebih banyak
tamat SLTA dengan status gizi balita kurang sebanyak 30 orang dan secara klinis
kurus. Pekerjaan ibu balita lebih banyak sebagai Ibu Rumah Tangga dengan status
gizi kurang sebanyak 43 orang dan secara klinis tampak kurus. Pendapatan
keluarga lebih banyak < Rp 2.037.000 dengan status gizi balita kurang sebanyak
31 orang dan klinis tampak kurus. Jumlah anak lebih banyak 1-2 orang dengan
status gizi balita baik sebanyak 33 orang dengan klinis tampak normal.

5.5. Pembahasan
5.5.1. Distribusi status gizi berdasarkan karakteristik balita
Berdasarkan jenis kelamin, status gizi balita indeks BB/U ditemukan
perempuan lebih banyak mengalami status gizi kurang dibandingkan laki-laki dan
berdasarkan indeks BB/TB ditemukan secara klinis perempuan lebih banyak
tampak kurus dibanding laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri
(2014) dimana proporsi balita perempuan lebih besar (52%) dibandingkan jenis
kelamin laki-laki (48%). Hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah anak balita
perempuan yang berdasarkan data puskesmas memang lebih banyak dibandingkan
anak balita laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru. Hal ini
mengindikasikan bahwa baik anak balita laki-laki maupun perempuan,
mempunyai kemungkinan relatif sama mengalami status gizi kurang. Pada hasil
penelitian sebelumnya juga ditemukan balita jenis kelamin paling banyak
mengalami gizi buruk dan kurang karena di kehidupan sehari-hari masih banyak
keluarga yang memberikan porsi lebih banyak kepada laki-laki daripada
perempuan dan mengutamakan makanan terlebih dahulu pada anak balita laki-laki
setelah itu baru perempuan.38
Berdasarkan umur, status gizi balita indeks BB/U ditemukan kelompok umur
13-24 bulan lebih banyak mengalami status gizi kurang dan berdasarkan indeks
BB/TB secara klinis lebih banyak tampak kurus. Hal ini dapat terjadi karena anak
balita dengan umur 13-24 bulan adalah anak balita termasuk dalam kelompok

Universitas Sumatera Utara

masa pertumbuhan yang cepat sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling
banyak dibandingkan dengan masa-masa selanjutnya.39 Umur balita bukan
merupakan faktor risiko gizi kurang pada anak balita. Namun demikian, hal ini
dapat mempengaruhi tumbuh kembang.40 41
Berdasarkan berat badan, status gizi balita BB/U, ditemukan kelompok
berat badan 9-11 Kg lebih banyak mengalami status gizi kurang dan berdasarkan
indeks BB/TB secara klinis lebih banyak tampak kurus. Status gizi balita
berdasarkan indikasi BB/U lebih mencerminkan status gizi anak saat ini (current
nutritional

status)

bersifat

umum

dan

tidak

spesifik.21

Berat

badan

menggambarkan jumlah protein dan lemak, air serta mineral pada tulang yang
sangat sensitif terhadap perubahan mendadak, seperti terserang penyakit infeksi,
penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Hal ini menunjukkan balita
mengalami gangguan pertumbuhan yang serius, yaitu balita menglami
ketidakseimbangan asupan protein dan energi, namun tidak memberikan indikasi
apakah masalah kekurangan gizi tersebut bersifat akut atau kronis. Oleh karena
itu, setiap gangguan kesehatan terutama memperlihatkan adanya gejala muntah,
diare, atau turunnya selera makan anak, segera bawa ke pelayanan terdekat.
Berdasarkan tinggi badan pada status gizi balita indeks BB/U ditemukan
kelompok dengan tinggi badan 76-86 Cm banyak mengalami status gizi kurang
dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis lebih banyak tampak kurus. Status
gizi yang didasarkan pada indikator BB/TB menggambarkan status gizi bersifat
akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek
seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit. Dalam keadaan demikian, berat
badan anak akan cepat turun, sehingga tidak proporsional dengan tinggi badannya
dan anak menjadi kurus. Besarnya masalah kekurusan (kurus dan sangat kurus)
pada balita yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah jika
prevalensi kekurusan >5%. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius
bila prevalensi kekurusan antara 10,1% -15% dan dianggap kritis bila prevalensi
kekurusan sudah diatas 15%.22

Universitas Sumatera Utara

5.5.2. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Balita
Umur ibu balita, lebih banyak pada umur 20-35 tahun. Berdasarkan
pengukuran indeks BB/U ditemukan anak balita lebih banyak status gizi kurang
dan berdasarkan indeks BB/U secara klinis lebih banyak tampak kurus. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu balita lebih banyak pada kategori usia produktif.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi, kemampuan untuk menerapkan informasi
dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu penyebab kejadian gangguan
kurang gizi.24
Ketidaktahuan ibu balita akan kebutuhuan gizi balita bisa mengakibatkan
asupan gizi pada anak tidak terpenuhi dengan baik, sehingga proses tumbuh
kembang anak akan terhambat dan anak dapat mengalami kekurangan gizi. Anak
yang mengalami defisiensi gizi pada usia muda, kemungkinan besar akan
mengalami hambatan pertumbuhan dan kapasitas intelektualnya rendah. 34
Pendidikan ibu balita lebih banyak SLTA. Berdasarkan pengukuran indeks
BB/U ditemukan anak balita lebih banyak status gizi kurang dan secara klinis
lebih banyak tampak kurus. Hal ini sesuai dengan penelitian Sri (2014) dimana
gizi kurang terjadi banyak pada pendidikan terakhir SLTA. Tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Pendidikan orang
tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar. Menurut pendapat Notoatmodjo bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuan seseorang juga semakin tinggi.24
Dari hasil penelitian sebelumnya ,dikatakan bahwa status gizi kurang dapat terjadi
pada pendidikan tinggi dikarenakan bahwa faktor status gizi balita tidak hanya
dipengaruhi pendidikan ibu.36
Pekerjaan ibu balita, lebih banyak sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
Berdasarkan pengukuran indeks BB/U ditemukan anak balita lebih banyak status
gizi kurang dan secara klinis lebih banyak tampak kurus. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Ihsan (2012) dimana proporsi ibu balita tidak bekerja lebih
besar yaitu 90,6%. Tidak bekerjanya ibu membuat ibu lebih memiliki waktu untuk

Universitas Sumatera Utara

merawat dan mengasuh anak balitanya. Hasil penelitian ini tidak menunjukkan
bahwa ibu yang tidak bekerja memilki faktor risiko gizi kurang yang cendeung
sedikit. Hal ini disebabkan adanya faktor lain seperti pendapatan keluarga.
Dengan adanya ibu yang bekerja, maka dapat menambah pendapatan keluarga
sehingga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi anak
dana anggota keluarga lainnya.40
Pendapatan keluarga, lebih banyak