S SOS 1205075 Chapter5

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan
Berdasarkan temuan, hasil dan analisis penelitian yang telah dikemukakan
dalam bab IV, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan
masalah yang terdapat pada bab I yakni:
1.

Tipe pola asuh yang diterapkan dalam melakukan proses pengasuhan kepada
anak dalam meningkatkan solidaritas sosial antar anak cenderung
menggunakan pola asuh autoritatif atau demokratis. Karena dalam realita nya
tipe pola asuh yang digunakan selalu berubah-ubah. Berdasarkan hasil
observasi, dan wawancara mendalam para pengurus panti menuturkan bahwa
penerapan tipe pola asuh disesuaikan berdasarkan usia anak. Pada anak yang
lebih kecil para pengurus selalu menggunakan metode pendekatan dan
memberikan perhatian yang ekstra, berbeda dengan anak yang sudah berusia
dewasa para pengurus lebih menekankan tindakan tegas dan pemberlakuan
hukuman bagi sejumlah anak yang memang melanggar aturan-aturan panti
yang berlaku. Ada saatnya anak diberikan kebebasan tetapi tetap diawasi, dan
ada saatnya anak memang harus diberikan hukuman sesuai dengan hal-hal

yang dilanggar.

2.

Peranan Pola Asuh Pengurus Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi di
lihat berdasarkan pengasuhannya, cukup tampak dari diberikannya kasih
sayang, perhatian, pendidikan, bimbingan, selalu bersikap keibuan dan
kebapakan, terutama tanggap dalam setiap masalah yang dimiliki anak dan
selalu menerapkan pola asuh kepada anak sesuai dengan karakter yang
dimiliki oleh masing-masing anak. Dalam meningkatkan solidaritas sosial
antar anak peran pengurus di lingkungan panti sangat penting. Hal ini terlihat
dari para pengurus panti yang senantiasa membuat kegiatan-kegiatan
kelompok yang berguna untuk mengeratkan dan meningkatkan solidaritas
sosial antar anak, kegiatan tersebut diantaranya kegiatan piket rutin harian,
109

Tika Ferdiana, 2016
PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL
ANTAR ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


110

piket rutin mingguan, dan kegiatan bersama lainnya seperti belajar bersama,
berkesenian, dan kegiatan hiburan.
3.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengurus panti bahwa memang
penerapan tipe pola asuh yang berbeda pada anak sangat mempengaruhi
keeratan atau solidaritas sosial yang tumbuh pada diri anak. Dengan
menetapkan pola asuh otoriter akan lebih membuat anak sadar akan nilai
kebersamaan dan rasa peduli. Hal ini terlihat dari perilaku anak-anak yang
memang acuh terhadap temannya jika tidak “dikerasi”, tetapi itu hanya
berlaku pada sebagian anak yang memiliki karakter yang kurang baik. Pada
anak yang karakternya sudah baik para pengasuh selalu menerapakan pola
asuh otoritatif atau demokratis karena anak sudah paham dengan sendirinnya
dalam meningkatkan solidaritas sosial diatara mereka.

4.


Dalam proses penerapan pola asuh dalam meningkatkan solidaritas sosial
antar anak tentunya tidak terlepas dari faktor penghambat baik penghambat
yang bersifat internal maupun penghambat bersifar eksternal. Faktor
penghambat yang berasal dari dalam yaitu kesulitan dari segi pengurusnya
sendiri yaitu dengan minimnya jumlah tenaga pengurus yang membuat para
pengurus merasakan kewalahan dalam mengurus dan mengawasi anak.
Sementara itu, faktor eksternal yang menghambat para pengurus melakukan
proses pengasuhan yaitu sifat, karakteristik, dan latar belakang anak asuh
yang dibawa ketika mereka masih tinggal bersama dengan keluarga ataupun
sanak saudara yang tentunya akan memengaruhi perkembagan anak di panti
karena sulit menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di Panti
Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi Kabupaten Bandung. Selain itu juga
dengan karakter anak yang kurang baik akan memberikan dampak negatif
bagi anak asuh yang lainnya karena dapat menularkan perilaku buruk
tersebut.

5.

Upaya yang dilakukan para pengurus panti dalam menerapkan pola asuh
untuk meingkatkan solidaritas sosial antar anak dengan beberapa cara yakni,

dengan pertolongan pertama. Pertologan pertama yang dilakukan dengan
memberikan nasihat kepada anak, selain itu melakukan konseling bagi anak-

Tika Ferdiana, 2016
PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL
ANTAR ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

111

anak yang memiliki masalah. Jika masalah anak tidak dapat diatasi dengan
cara dinasehati dan dikonseling, maka cara terakhir yang diterapkan oleh para
pengurus panti yaitu dengan menerapkan hukuman tegas pada anak anak
yang melanggar aturan panti.

5.2 Implikasi
Berdasarkan hasil temuan, dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab IV, hasil penelitian ini membawa implikasi dalam Pembelajaran Sosiologi
yang berkaitan dengan materi Lembaga Sosial. Hasil penelitian ini dapat diadakan
suatu kajian dan contoh dalam dunia nyata bagaimana seharusnya peran lembaga

sosial yang baik, terutama dalam memberikan pola asuh yang tepat bagi anakanak di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi Kabupaten Bandung.

5.3 Rekomendasi
Skripsi ini dibuat agar dapat dikembangkan dan menjadi bahan referensi,
dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain. Beberapa rekomendasi yang dapat
dipaparkan oleh penulis:
1.

Kepada Para Pengurus sekaligus Pengasuh Panti Asuhan, yakni:


Para

pengasuh

sekaligus

para

pengurus


Panti

Asuhan

dapat

menggantikan sosok orang tua kandung anak asuh dengan memberikan
perhatian, kasih sayang, pendidikan, serta bimbingan. Dapat selalu
menganggap bahwa anak yang berada di panti asuhan seperti anak
sendiri sehingga kedekatan anak dengan para pengasuh begitu erat.


Peran pengasuh yang intensif sangat penting untuk membangun
hubungan yang baik antara pengasuh dengan anak.



Bagi para pengurus sekaligus para pengasuh panti asuhan harus terdapat
rasa solid yang baik diantara pengasuh dalam melakukan proses

pengasuhan kepada anak.

2.

Bagi Pemerintah

Tika Ferdiana, 2016
PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL
ANTAR ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

112



Meningkatkat perhatian kepada panti asuhan yang memerlukan bantuan
dari segi pembenahan fasilitas, serta dapat mencanangkan program
kegiatan yang dapat diterapkan di semua panti asuhan terutama kegiatan
dalam meningkatkan solidaritas sosial antar anak.




Dapat memberikan reward atau bentuk penghargaan bagi panti asuhan
yang memiliki kredibilitas yang baik dalam keberhasilan pengasuhan
kepada anak.



Meningkatkan kontrol bagi panti asuhan yang tidak sesuai dengan
peraturan Dinas Sosial.

3.

Bagi Anak Asuh


Anak harus memiliki keterbukaan kepada para pengurus dalam setiap
kejadian yang di alami, terutama pada hal-hal yang salah. Sehingga
antara pengurus dan anak ada komunikasi yang intensif dalam kegiatan
pengasuhannya.




Anak tidak selalu mengatakan hal sebenarnya yang terjadi di Panti
Asuhan kepada pihak keluarga atau kepada orang tua wali, hal ini
dilakukan untuk menghindari prasangka buruk keluarga dengan panti
asuhan.



Anak lebih menaati peraturan-peraturan yang diberlakukan di panti
asuhan untuk menghidari pola asuh yang bersifat keras. Sehingga pada
proses pengasuhannya tidak menyulitkan para pengurus panti.

4.

Bagi Pendidik


Pendidik harus lebih memberikan contoh nyata dalam pembelajaran

sosiologi tentang peran lembaga sosial yang baik dalam kehidupan
bermasyarakat.



Pendidik perlu mengajak peserta didik untuk melakukan kunjungan ke
panti asuhan agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai bentuk
pengasuhan yang terdapat di panti asuhan.

Tika Ferdiana, 2016
PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL
ANTAR ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu