Exsum Analisa Pembelanjaan 2016

PEMERINTAH DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS PARIWISATA
Jl. Malioboro No.56, Suryatmajan, Danurejan, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

EXECUTIVE SUMMARY

ANALISA
PEMBELANJAAN WISATAWAN

EXECUTIVE SUMMARY
Kajian ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas belanja wisatawan yang datang
ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Upaya yang dapat dilakukan dengan mengetahui
gambaran permintaan dan pembelanjaan wisatawan. Gambaran permintaan dan
pembelanjaan

wisatawan

mancanegara


akan

berbeda

dengan

permintaan

wisatawan nusantara. Perbedaan tersebut dapat dilatarbelakangi oleh karakteristik
wisatawan. Gambaran umum permintaan dan pembelanjaan wisatawan dapat
berupa akomodasi, makan minum selama perjalanan, transportasi, paket wisata,
entrance fee, atraksi, suvenir dan keperluan wisata lainnya. Berdasarkan kondisi
eksisting melalui survei pengumpulan data lapangan mengenai jenis permintaan
dan pembelanjaan wisatawan, selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan
strategi dalam meningkatkan kualitas pembelanjaan wisatawan di DIY.
Hasil identifikasi pengeluaran wisatawan berdasarkan data survei menunjukkan
rata-rata total akumulasi pembelanjaan wisatawan nusantara adalah sebesar Rp.
1.690.861,- per kunjungan, sedangkan rata-rata total pembelanjaan wisatawan
mancanegara adalah sebesar 785,63 USD atau Rp. 10.213.190,- per kunjungan.
Peruntukan pembelanjaan wisatawan nusantara dan mancanegara digunakan untuk

keperluan belanja pokok (akomodasi, transportasi dan makan dan minum) dan
belanja non pokok (belanja/oleh-oleh, tiket masuk dan paket wisata, paket tour
lokal, pemandu dan lainnya).
Hasil identifikasi permintaan wisatawan berdasarkan inventarisasi data survei
dibedakan permintaan wisatawan nusantara dan mancanegara. Jenis Permintaan
wisatawan nusantara di DIY paling banyak untuk membeli souvenir dan oleh-oleh
(36 %). Jenis Permintaan wisatawan mancanegara di DIY paling banyak untuk
membeli kuliner (34 %).
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan belanja wisatawan di DIY adalah
peningkatan strategi pemasaran dengan mengidentifikasi segmenting, targeting
dan positioning produk wisata. Selain itu juga memperhatikan strategi pemasaran
7P yaitu Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), Promotion (Promosi),
People (Orang), Physical Evidence (Bukti Fisik), dan Process (Proses).

i

DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY ......................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
I.1

Latar Belakang ........................................................................ 1

I.2

Tujuan ................................................................................. 4

I.3

Sasaran................................................................................. 4

BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY ....................................... 5
II.1

Deskripsi Karakteristik Wisatawan Nusantara .................................... 5
II.1.1 Karakteristik Demografi Wisatawan Nusantara ............................. 5
II.1.2 Akomodasi Wisatawan Nusantara ............................................ 5
II.1.3 Lama Tinggal Wisatawan Nusantara ......................................... 6

II.1.4 Lokasi Kunjungan Wisatawan Nusantara .................................... 7

II.2

Deskripsi Karakteristik Wisatawan Mancanegara ................................ 8
II.2.1 Karakteristik Demografi Wisatawan Mancanegara ......................... 8
II.2.2 Akomodasi Wisatawan Mancanegara ......................................... 9
II.2.3 Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara .................................... 10
II.2.4 Lokasi Kunjungan Wisatawan Mancanegara ............................... 10

BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY ......................................... 13
III.1 Analisa Data Survei Wisatawan Nusantara ...................................... 13
III.1.1 Permintaan Wisatawan Nusantara ......................................... 13
III.1.2 Analisa Pembelanjaan Wisatawan Nusantara ............................ 17
III.2 Analisa Data Survei Wisatawan Mancanegara .................................. 28
III.2.1 Permintaan Wisatawan Mancanegara ..................................... 28
III.2.2 Analisa Pembelanjaan Wisatawan Mancanegara ........................ 31
BAB IV. STRATEGI MENINGKATKAN PEMBELANJAAN WISATAWAN DIY ................ 43
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................. 53
V.1


Kesimpulan .......................................................................... 53

V.2

Rekomendasi ........................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 55

ii

BAB I. PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang

Sektor pariwisata di Indonesia merupakan sektor andalan dalam meningkatkan
pendapatan negara. Hal ini berhubungan pula dengan membuka lapangan
kerja dengan memanfaatkan kondisi keberagaman sosial budaya yang ada di
masing-masing daerah, sehingga akan ada pertumbuhan ekonomi masyarakat

daerah. Target pencapaian tahun 2019 kepariwisataan nasional yaitu
tercapainya 20 juta wisatawan mancanegara ke Indonesia dan pergerakan
275 juta wisatawan nusantara. Skema pengembangan wisata nasional 60%
pada wisata budaya dan selebihnya adalah wisata alam dan wisata buatan
manusia.
Daerah Istimewa Yogyakarta salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
keunggulan dalam bindang pendidikan dan kebudayaan. Keunggulan tersebut
kemudian dijadikan sebagai salah satu sarana untuk kegiatan wisata, sehingga
bentuk wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi wisata MICE (Meeting,
Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam, wisata
minat khusus dan berbagai fasilitas wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan
restoran. Hal tersebut melatarbelakangi munculnya visi Pembangunan Daerah
Istimewa Yogyakarta pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah tahun 20052025 bahwa “Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat
Pendidikan, Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara
dalam

lingkungan

masyarakat


yang

maju,

mandiri,

dan

sejahtera”.

Selanjutnya, diperkuat pula dengan visi Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam RIPPARDA Tahun 2012–2025, yaitu “Terwujudnya
Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia
Tenggara, berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong
pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat”.
Berdasarkan kedua visi tersebut maka perlu dilakukan kajian-kajian yang
terkait

dengan


pengembangan

pariwisata

DIY,

BAB I. PENDAHULUAN
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

salah

satunya

untuk
1

meningkatkan kualitas belanja wisatawan di DIY. Adanya potensi destinasi
daya tarik wisata dan adanya peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya
di DIY, perlu dilakukan suatu kajian untuk menentukan strategi dalam
meningkatkan belanja wisatawan.

Data mengenai jumlah wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara di
DIY pada tahun 2015 sebanyak 4.122.205 orang. Wisatawan tersebut masih
didominasi oleh wisatawan nusantara dengan persentase sebesar 3.813.720
orang atau 92,52%, sisanya 308.485 orang atau 7,48% merupakan wisatawan
mancanegara. Perbedaan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara sangat besar. Sampai dengan tahun 2015, jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 308.485 sementara jumlah
kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 3.813.720 hampir sepuluh kali lipat
lebih banyak dibandingkan wisatawan mancanegara.
Berdasarkan data statistik pariwisata tahun 2015 menunjukkan bahwa secara
umum sejak tahun 2011-2015 pertumbuhan kunjungan wisatawan ke DIY
mengalami fluktuasi

dari tahun ke tahun, dengan rata-rata pertumbuhan

wisnus lebih besar dari pada rata-rata pertumbuhan wisman. Pertumbuhan
kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan yang signifikan
pada tahun 2014 yaitu tingkat pertumbuhan wisatawan mancanegara sebesar
7,77%, penurunan tersebut diduga disebabkan oleh kondisi perekonomian
global yang saat itu mengalami krisis. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan

pertumbuhan

kunjungan

wisatawan

mancanegara

sebesar

21,35%.

Pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara mengalami peningkatan yang
sangat tajam pada tahun 2012 (tercatat pertumbuhan sebesar 50,36%) dan
mengalami penurunan pada tahun 2013

dan 2014 (tercatat pertumbuhan

sebesar 20,33% dan 18,83%). Kemudian pada tahun 2015 mengalami
peningkatan pada tahun 2015 dengan pertumbuhan sebesar 23,34%.

Pada

tahun

2011

sampai

dengan

tahun

2015

kunjungan

wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara selalu meningkat, secara logika
hal ini juga membawa dampak kontribusi yang cukup bagus bagi peningkatan
BAB I. PENDAHULUAN
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

2

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata. PAD dari sektor
pariwisata DIY bersumber dari pajak pembangunan, pajak tontonan/hiburan,
retribusi objek dan daya tarik wisata, retribusi perijinan dan retribusi
penggunaan aset milik pemda. Menurut data statistik pariwisata tahun 2015
menunjukkan hampir di setiap sumber PAD sub sektor pariwisata mengalami
trend kenaikan pada tahun 2011 – 2015 dan hanya PAD yang bersumber dari
retribusi perijinan pada tahun 2013 mulai ditiadakan. Berdasarkan data
Perkembangan Jumlah Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Sub Sektor Pariwisata
Se DIY Tahun 2011 – 2015, penyumbang PAD sub sektor pariwisata terbesar
bersumber dari pajak pembangunan dan retribusi objek dan daya tarik wisata.
Berdasarkan data-data diatas terlihat bahwa jumlah wisatawan baik
mancanegara maupun nusantara memiliki peningkatan dari tahun 2011 hingga
2015 dan PAD juga meningkat. Kajian ini diperlukan untuk meningkatkan
kualitas belanja wisatawan yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta.
Upaya yang dapat dilakukan dengan mengetahui gambaran permintaan dan
pembelanjaan

wisatawan.

wisatawan mancanegara

Gambaran

permintaan

dan

pembelanjaan

akan berbeda dengan permintaan wisatawan

nusantara. Perbedaan tersebut dapat dilatarbelakangi oleh karakteristik
kedua wisatawan. Gambaran umum permintaan dan pembelanjaan wisatawan
dapat berupa akomodasi, makan minum selama perjalanan, transportasi,
paket wisata, entrance fee, atraksi dan pertunjukan suvenir dan keperluan
wisata lainnya.
Segmentasi dari permintaan ini memerlukan survei dan kajian, dengan
harapan

akan

selalu

dapat

ditingkatkan

permintaannya

atau

adanya

keselerasan antara permintaan dan penawaran, untuk itu perlu analisa yang
comprehensive, terarah dan terukur, terhadap belanja wisatawan baik
wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Ada perbedaan
signifikan antara permintaan pada wisatawan nusantara dan wisatawan
mancanegara, mengingat karakteristik kedua jenis wisatawan inipun berbeda
dengan parameter yang sudah ditentukan untuk menentukan besaran belanja
dan peruntukannya. Pada tahap berikutnya untuk mengetahui gambaran
BAB I. PENDAHULUAN
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

3

permintaan pasar pada produk yang diminati wisatawan, mengingat produk
wisata yang sudah ada perlu dikaji untuk dapat mendekati atau menyesuaikan
dengan permintaan wisatawan.
Pada prinsipnya kegiatan pariwisata dalam kaitan dengan ekonomi selain
untuk meningkatkan jumlah wisatawan, adalah target peningkatan lama
tinggal dan peningkatan belanja wisatawan, namun perubahan struktur dan
pola perjalanan dari mass tourism ke quality tourism, diperlukan strategi
pemasaran dengan tujuan peningkatan belanja wisatawan, tidak selalu dirunut
dari

jumlah

wisatawannya

mengingat

quality

tourism

adalah

arah

pengembangan pariwisata dikaitkan dengan daya dukungnya tidak hanya
berorientasi pada jumlah wisatawan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi
sangat penting untuk melakukan analisis tentang kegiatan kepariwisataan di
Daerah

Istimewa

Yogyakarta

yang

salah

satunya

diwujudkan

dalam

penyusunan Analisa Pembelanjaan Wisatawan 2016.

I.2

Tujuan

Tujuan analisa pembelanjaan wisatawan untuk mendapatkan gambaran
terhadap supply dan demand dari kegiatan pariwisata di Daerah Yogyakarta
diantaranya:
1) Identifikasi pengeluaran wisatawan dan peruntukkannya
2) Identifikasi permintaan wisatawan terhadap produk wisata di Daerah
Istimewa Yogyakarta
3) Menentukan strategi meningkatkan belanja wisatawan di Daerah Istimewa
Yogyakarta.

I.3

Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari pekerjaan Analisa Pembelanjaan wisatawan ini
adalah tersedianya data dan informasi terkini mengenai pola belanja
wisatawan yang berkunjung ke DIY, permintaan wisatawan terhadap produk
wisata DIY, serta strategi pemasaran untuk meningkatkan pembelanjaan
wisatawan.
BAB I. PENDAHULUAN
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

4

BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK
WISATAWAN DIY
Karakteristik wisatawan

pada

kajian dalam bahasan ini menjelaskan

karakteristik demografi (asal wisatawan, usia dan pekerjaan), akomodasi,
lama tinggal wisatawan dan lokasi kunjungan wisatawan. Karakteristik
wisatawan berdasarkan hasil survei terhadap 1150 wisatawan nusantara dan
300 wisatawan mancanegara.

II.1 Deskripsi Karakteristik Wisatawan Nusantara
II.1.1 Karakteristik Demografi Wisatawan Nusantara
Karakteristik demografi wisatawan menggambarkan penjelasan mengenai asal
daerah wisatawan, usia dan jenis pekerjaan wisatawan. Ketiga karakteristik
tersebut berdasarkan hasil survei terhadap 1150 wisatawan nusantara.
Berdasarkan data survei lapangan menunjukkan karakteristik demografi
wisatawan nusantara didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Provinsi
Jawa Tengah, wisatawan nusantara didominasi oleh kelas usia kurang dari 25
tahun dan pekerjaan wisatawan didominasi oleh jenis pekerjaan sebagai
karyawan.
II.1.2 Akomodasi Wisatawan Nusantara
Berdasarkan data hasil survei dapat diketahui akomodasi yang digunakan oleh
wisatawan nusantara yang berkunjung ke DIY dengan urutan pertama adalah
menginap di tempat teman/keluarga sebanyak 479 orang dengan persentase
sebesar 44%, lalu menginap di hotel non bintang sebanyak 312 orang dengan
persentase sebesar 29%, menginap di hotel berbintang (bintang 1-5) sebanyak
290 orang dengan persentase sebesar 26%, dan menginap di tempat lainnya
sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 1%.

BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

5

Berdasarkan hasil survei dapat diketahui mayoritas wisatawan nusantara yang
menggunakan akomodasi dengan menginap di tempat teman/keluarga adalah
paling besar ada di Kota Yogyakarta sebanyak 208 orang disusul oleh
Kabupaten Sleman sebanyak 196 orang, dan masing-masing Kabupaten Bantul
sebanyak 56 orang, Kabupaten Gunungkidul sebanyak 27 orang dan Kabupaten
Kulon Progo sebanyak 15 orang. Mayoritas wisatawan nusantara yang
menggunakan akomodasi dengan menginap di hotel berbintang (bintang 1-5)
adalah paling besar ada di Kota Yogyakarta sebanyak 261 orang disusul oleh
Kabupaten Sleman sebanyak 53 orang, Kabupaten Bantul sebanyak 16 orang,
Kabupaten Gunungkidul sebanyak 1 orang dan Kabupaten Kulon Progo
sebanyak 1 orang.
Mayoritas wisatawan yang menggunakan akomodasi dengan menginap di hotel
non bintang adalah paling besar ada di Kota Yogyakarta sebanyak 257 orang
disusul oleh Kabupaten Sleman sebanyak 47 orang, disusul masing-masing
Kabupaten Bantul sebanyak 15 orang, Kabupaten Gunungkidul sebanyak 11
orang dan Kabupaten Kulon Progo sebanyak 2 (dua) orang. Dari keseluruhan
akomodasi yang dipilih oleh wisatawan nusantara lokasi akomodasi paling
banyak yang dipilih oleh wisatawan adalah di Kota Yogyakarta sebanyak 732
orang, Kabupaten Sleman sebanyak 297 orang, Kabupaten Bantul sebanyak 88
orang, Kabupaten Gunungkidul sebanyak 39 orang, dan Kabupaten Kulon Progo
sebanyak 18 orang.
II.1.3 Lama Tinggal Wisatawan Nusantara
Berdasarkan hasil survei dapat diketahui lama tinggal wisatawan nusantara
yang berkunjung ke DIY adalah selama 1 hari sebanyak 376 orang, selama 2
hari sebanyak 412 orang, selama 3 hari sebanyak 204 orang, selama 4 hari
sebanyak 83 orang, selama 5 hari sebanyak 17 orang, selama 6 hari sebanyak
14 orang, selama 7 hari sebanyak 5 orang, selama 10 hari sebanyak 1 orang
dan tidak menginap sebanyak 38 orang. Dari data di atas apabila dirata-rata
lama tinggal wisatawan yang berkunjung ke DIY adalah 2,05 hari. Hasil ratarata lama tinggal wisatawan nusantara berdasarkan hasil survei lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan rata-rata lama tinggal wisatawan nusantara di
BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

6

DIY pada tahun 2015 yaitu sebesar 1,6 hari. Faktor daya tarik objek wisata,
atraksi

wisata,

akomodasi,

transportasi,

lingkungan

tentunya

sangat

berpengaruh terhadap lama tinggal wisatawan di DIY.
II.1.4 Lokasi Kunjungan Wisatawan Nusantara
Lokasi kunjungan wisatawan menjelaskan mengenai letak atau area kawasan
wisata yang dikunjungi oleh wisatawan selama di DIY. Deskripsi hal ini juga
menggambarkan jumlah kunjungan wisatawan selama berwisata di setiap
kabupaten/kota.

Hasil

analisa

mengenai

lokasi

kunjungan

wisatawan

nusantara menjelaskan terhadap 1150 sampel wisatawan nusantara.
Berdasarkan data hasil survei menunjukkan jumlah wisatawan nusantara yang
berwisata selama rentang 1–5 hari, mengalami penurunan jumlah setiap
harinya pada lokasi kunjungan, kecuali di Kabupaten Gunungkidul yang
mengalami kenaikan pada hari ke 2. Data survei menunjukkan di Kota
Yogyakarta merupakan daerah yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan
selama berwisata di DIY dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Sebaliknya
di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan daerah yang paling sedikit dikunjungi
oleh wisatawan.
Berdasarkan data jumlah di atas menunjukkan Kota Yogyakarta menjadi lokasi
yang sering dikunjungi oleh wisatawan nusantara ketika berkunjung di DIY.
Persentase kunjungan wisatawan di Kota Yogyakarta sebesar 48%, kemudian
lokasi kunjungan wisatawan terbesar ke dua adalah Kabupaten Sleman yaitu
sebesar 20%, Kabupaten Bantul sebesar 14%, Kabupaten Gunungkidul sebesar
11% dan kunjungan wisatawan paling sedikit yaitu di Kabupaten Kulon Progo
sebesar 7%.
Jumlah

kunjungan

wisatawan

nusantara

yang

terdapat

di

setiap

kabupaten/kota, dipengaruhi oleh keberadaan objek daya tarik wisata.
Berikut merupakan pendetailan jumlah dan lokasi kunjungan wisatawan
nusantara yang terdapat pada objek wisata di setiap kabupaten/kota
berdasarkan rute perjalanan wisatawan selama berwisata di DIY. Lokasi
BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

7

kunjungan wisatawan nusantara yang paling sering di kunjungi di Kota
Yogyakarta adalah Kraton-Malioboro. Lokasi kunjungan wisatawan nusantara
yang paling sering di kunjungi di Kabupaten Sleman adalah Candi Prambanan.
Lokasi kunjungan wisatawan nusantara yang paling sering di kunjungi di
Kabupaten Bantul adalah kawasan Pantai Parangtritis dan sekitarnya. Lokasi
kunjungan wisatawan nusantara yang paling sering di kunjungi di Kabupaten
Gunungkidul adalah kawasan pantai selatan Gunungkidul. Lokasi kunjungan
wisatawan nusantara yang paling sering di kunjungi di Kabupaten Kulon Progo
adalah kawasan kawasan Kalibiru, Puncak Suroloyo, Waduk Sermo.
Terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dari lokasi dan jumlah
kunjungan wisatawan yang terdapat di setiap kabupaten/kota di DIY.
Berdasarkan data sementara hasil rute perjalanan 1150 sampel wisatawan
nusantara menunjukkan di Kota Yogyakarta merupakan daerah yang paling
banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara selama berwisata di DIY
dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Kota Yogyakarta sebagai pusat
pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpan potensi wisata
budaya yang dapat dikembangkan. Adanya pusat kegiatan di kawasan Kraton–
Malioboro

dengan

kemudahan

aksesibilitas,

akomodasi

dan

informasi

merupakan kawasan strategis wisatawan yang hendak berbelanja dan
berwisata di DIY. Berkaitan dengan penurunan jumlah setiap harinya pada
lokasi kunjungan di tiap kabupaten/kota, menunjukkan pengaruh dari lama
tinggal wisatawan. Wisatawan cenderung melakukan rencana untuk berwisata
sesuai dengan lokasi dan lama tinggal wisatawan.

II.2 Deskripsi Karakteristik Wisatawan Mancanegara
II.2.1 Karakteristik Demografi Wisatawan Mancanegara
Karakteristik demografi wisatawan mancanegara memberikan penjelasan
mengenai asal negara wisatawan, usia dan jenis pekerjaan wisatawan. Ketiga
karakteristik tersebut berdasarkan hasil survei terhadap 300 wisatawan
mancanegara. Berdasarkan data survei lapangan menunjukkan karakteristik
demografi wisatawan mancanegara didominasi oleh wisatawan yang berasal
BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

8

dari Benua Eropa terutama dari negara Jerman, wisatawan mancanegara
didominasi oleh kelas usia 25-34 tahun dan pekerjaan wisatawan didominasi
oleh jenis pekerjaan sebagai golongan profesional.
II.2.2 Akomodasi Wisatawan Mancanegara
Berdasarkan data survei dapat diketahui akomodasi yang digunakan oleh
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY dengan urutan pertama
adalah menginap di hotel non bintang sebanyak 142 orang dengan persentase
sebesar 47%, lalu menginap di hotel berbintang (bintang 1-5) sebanyak 131
orang dengan persentase sebesar 44%, menginap di teman/keluarga sebanyak
16 orang dengan persentase sebesar 5%, dan menginap di tempat lainnya
sebanyak 11 orang dengan persentase sebesar 4%.
Berdasarkan data survei dapat diketahui mayoritas wisatawan mancanegara
yang menggunakan akomodasi dengan menginap di hotel non bintang adalah
paling besar ada di Kota Yogyakarta sebanyak 135 orang disusul oleh
Kabupaten Sleman sebanyak 4 orang, dan Kabupaten Bantul sebanyak 3 orang.
Mayoritas wisatawan yang menggunakan akomodasi dengan menginap di hotel
berbintang (bintang 1-5) adalah paling besar ada di Kota Yogyakarta sebanyak
62 orang disusul oleh Kabupaten Sleman sebanyak 17 orang, dan Kabupaten
Bantul sebanyak 4 orang.
Mayoritas wisatawan yang menggunakan akomodasi dengan menginap di hotel
non bintang adalah paling besar ada di Kota Yogyakarta sebanyak 125 orang
disusul oleh Kabupaten Sleman sebanyak 6 orang. Dari keseluruhan akomodasi
yang dipilih oleh wisatawan mancanegara lokasi akomodasi paling banyak yang
dipilih oleh wisatawan adalah di Kota Yogyakarta sebanyak 280 orang,
Kabupaten Sleman sebanyak 14 orang, Kabupaten Bantul sebanyak 6 orang.
Mayoritas wisatawan mancanegara mengambil akomodasi untuk menginap di
Kota

Yogyakarta

karena

letak

dan

aksesbilitas

yang

lebih

strategis

dibandingkan kabupaten lainnya terhadap lokasi wisata dan keramaian lokasi
wisata mancanegara di lokasi tertentu, selain itu lokasi wisata di Kota
Yogyakarta juga lebih memberikan potensi wisata malam yang lebih disukai
BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

9

wisata mancanegara untuk lebih menikmati liburan di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
II.2.3 Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara
Berdasarkan data survei dapat diketahui lama tinggal wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke DIY adalah adalah selama 1 hari sebanyak 74 orang,
selama 2 hari sebanyak 109 orang, selama 3 hari sebanyak 80 orang, selama 4
hari sebanyak 18 orang, selama 5 hari sebanyak 11 orang, selama 6 hari
sebanyak 3 orang, dan tidak menginap sebanyak 5 orang. Dari data tersebut
apabila dirata-rata lama tinggal wisatawan yang berkunjung ke DIY adalah
2,25 hari. Hasil rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara berdasarkan
hasil survei lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata lama tinggal
wisatawan mancanegara di DIY pada tahun 2015 yaitu sebesar 1,7 hari. Faktor
daya tarik objek wisata, atraksi wisata, akomodasi, transportasi, lingkungan
tentunya sangat berpengaruh terhadap lama tinggal wisatawan di DIY,
sehingga semakin menarik lokasi objek wisata ataupun faktor lingkungan dan
keamanan yang memberikan kenyamanan maka potensi lama tinggal
wisatawan mancangera dapat lebih meningkat.
II.2.4 Lokasi Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Hasil analisa mengenai lokasi kunjungan wisatawan mancanegara menjelaskan
terhadap 300 sampel wisatawan mancanegara. Lokasi kunjungan wisatwan
mancanegara tidak hanya terdapat di setiap kabupaten/kota DIY saja, tetapi
juga ditambahkan lokasi kunjungan di Candi Borobudur yang terletak di
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut dilakukan karena
wisatawan mancanegara juga cenderung memiliki paket wisata tidak hanya di
DIY saja tetapi juga berkunjung ke Candi Borobudur.
Berdasarkan data survei menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara yang
berwisata selama rentang 1–5 hari, mengalami penurunan jumlah setiap
harinya pada lokasi kunjungan di tiap kabupaten/kota. Berdasarkan data hasil
survei menunjukkan di Kota Yogyakarta merupakan daerah yang paling banyak
BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

10

dikunjungi oleh wisatawan selama berwisata di DIY dibandingkan dengan
kabupaten lainnya. Sebaliknya di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan daerah
yang paling sedikit dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
Berdasarkan data survei menunjukkan Kota Yogyakarta menjadi lokasi yang
sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara ketika berkunjung di DIY.
Persentase kunjungan wisatawan di Kota Yogyakarta sebesar 58%, kemudian
lokasi kunjungan wisatawan terbesar ke-dua adalah Kabupaten Sleman yaitu
sebesar 26%, Kabupaten Gunungkidul sebesar 5%, Kabupaten Bantul sebesar
4%, dan kunjungan wisatawan paling sedikit yaitu di Kabupaten Kulon Progo
sebesar 1%.
Jumlah kunjungan wisatawan yang terdapat di setiap kabupaten/kota,
dipengaruhi oleh keberadaan objek daya tarik wisata. Berikut merupakan
pendetailan jumlah dan lokasi kunjungan wisatawan mancanegara yang
terdapat pada objek wisata di setiap kabupaten/kota berdasarkan rute
perjalanan wisatawan selama berwisata di DIY. Lokasi kunjungan wisatawan
mancanegara yang paling sering di kunjungi di Kota Yogyakarta adalah KratonMalioboro. Lokasi kunjungan wisatawan mancanegara yang paling sering di
kunjungi di Kabupaten Sleman adalah Candi Prambanan. Lokasi kunjungan
wisatawan mancanegara yang paling sering di kunjungi di Kabupaten Bantul
adalah kawasan Pantai Parangtritis dan sekitarnya. Lokasi kunjungan
wisatawan mancanegara yang paling sering di kunjungi di Kabupaten
Gunungkidul adalah wisata gua. Lokasi kunjungan wisatawan mancanegara
yang paling sering di kunjungi di Kabupaten Kulon Progo adalah kawasan
kawasan Kalibiru, Puncak Suroloyo, Waduk Sermo.
Terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dari lokasi dan jumlah
kunjungan wisatawan mancanega yang terdapat di setiap kabupaten/kota di
DIY.

Berdasarkan

data

hasil rute

perjalanan

300 sampel wisatawan

mancanegara, menunjukkan di Kota Yogyakarta merupakan daerah yang paling
banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara selama berwisata di DIY
dibandingkan dengan kabupaten lainnya dan adanya penurunan jumlah
BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

11

wisatawan mancanegara selama rentang lama tinggal 1–5 hari setiap lokasi
objek wisata di kabupaten/kota. Kota Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan
di Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpan potensi wisata budaya yang dapat
dikembangkan. Adanya pusat kegiatan di kawasan Kraton–Malioboro dengan
kemudahan aksesibilitas, akomodasi dan informasi merupakan kawasan
strategis wisatawan yang hendak berbelanja dan berwisata di DIY. Selain itu di
Kota Yogyakarta terdapat pusat kebudayaan Jawa yakni Keraton Yogyakarta
yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Berkaitan
dengan penurunan jumlah setiap harinya pada lokasi kunjungan di tiap
kabupaten/kota, menunjukkan pengaruh dari lama tinggal wisatawan.
Wisatawan cenderung melakukan rencana untuk berwisata sesuai dengan
lokasi dan lama tinggal wisatawan.

BAB II. DESKRIPSI KARAKTERISTIK WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

12

BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
Analisa data survei wisatawan DIY akan menjelaskan mengenai data
permintaan dan pembelanjaan wisatawan. Penjelasan analisa data survei
dibedakan antara wisatawan nusantara dan mancanegara. Berikut merupakan
penjelasan

mengenai

analisa

data

survei

wisatawan

nusantara

dan

mancanegara.

III.1 Analisa Data Survei Wisatawan Nusantara
III.1.1 Permintaan Wisatawan Nusantara
Data permintaan wisatawan nusantara di DIY berdasarkan data hasil survei
disimpulkan menjadi 8 kategori yaitu suvenir dan oleh-oleh, kuliner, paket
wisata, trasportasi lokal, akomodasi (penginapan), jasa foto dan belanja
lainnya. Permintaan terhadap suvenir dan oleh-oleh terdiri dari barang
kerajinan, kaos, batik dan oleh-oleh khas. Permintaan kuliner terdiri dari
keperluan makan dan minum wisatawan nusantara selama berkunjung di DIY.
Permintaan transportasi lokal terdiri dari sarana angkutan umum seperti bus
kota, Trans Jogja, becak, andong, ojek, sewa motor dan mobil dll. Permintaan
belanja lainnya terdiri dari keperluan lain yang dibelanjakan wisatawan
seperti rokok, koran, majalah dan lainnya. Dari 8 kategori tersebut,
permintaan terbanyak wisatawan nusantara adalah untuk belanja suvenir dan
oleh-oleh dengan persentase sebesar 36% atau 1135 orang. Kuliner menempati
urutan tertinggi kedua dengan 32% atau 996 orang. Pada urutan ketiga yaitu
permintaan wisatawan nusantara untuk akomodasi (penginapan) sebesar 21%
atau 664 orang. Transportasi lokal, paket wisata, dan jasa foto masing-masing
memiliki persentase 4% (115 orang), 3% (83 orang), dan 3% (81 orang).
Permintaan terendah wisatawan nusantara ialah belanja lainnya dengan
persentase 1% (40 orang).
Persentase jenis permintaan wisatawan nusantara yang berkunjung ke DIY
berbeda-beda pada setiap kabupaten/kota. Persentase permintaan terbesar
untuk jenis permintaan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman adalah
BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

13

sama yaitu pada jenis permintaan suvenir dan oleh-oleh. Sedangkan pada 3
(tiga) kabupaten lainnya, persentase permintaan terbesar adalah pada jenis
permintaan kuliner. Berikut adalah persentase jenis permintaan wisatawan
nusantara pada setiap kabupaten/kota.
Jenis permintaan di Kota Yogyakarta paling banyak dibelanjakan oleh
wisatawan nusantara adalah suvenir dan oleh-oleh yaitu sebesar 44,7%
kemudian disusul oleh jenis permintaan akomodasi sebesar 28,8%. Persentase
permintaan wisnus terbanyak di Kabupaten Sleman juga dibelanjakan untuk
kuliner yaitu sebesar 33,7%. Sedangkan untuk Kabupaten Bantul, jenis
permintaan yang paling banyak dibelanjakan oleh wisnus adalah untuk kuliner
sebesar 56,6% kemudian suvenir dan oleh-oleh sebesar 20,2%. Hal tersebut
juga terjadi di Kabupaten Gunungkidul dimana persentase permintaan wisnus
paling banyak dibelanjakan adalah kuliner dan suvenir yaitu sebesar 55,7% dan
23,8%.

Jenis

permintaan

terbanyak

di

Kabupaten

Kulon

Progo

juga

dibelanjakan untuk kuliner yaitu sebesar 43,3%. Berikut merupakan data hasil
inventarisasi permintaan wisatawan nusantara pada setiap lokasi kunjungan di
kabupaten/kota DIY.
Kawasan Kraton–Malioboro merupakan lokasi yang sering dikunjungi oleh
wisatawan nusantara sehingga berdampak pula pada banyaknya jenis
permintaan. Berdasarkan data hasil survei, jenis permintaan wisatawan yang
terdapat di kawasan Kraton–Malioboro meliputi suvenir dan oleh–oleh,
transportasi, kuliner, paket wisata, aksesoris, dan penginapan. Suvenir dan
oleh-oleh yang diminati oleh wisatawan adalah berupa Kaos, Baju, Batik,
Blangkon, Jarik, Daster, Tas, Jam, Dompet, Sepatu, Sandal, Alat Pijat, Ikat
Pinggang, Perhiasan, Gelang, Kalung, Gantungan Kunci, Wayang, Lukisan,
Pernak-pernik dan Seprai. Selain itu, permintaan lain wisatawan nusantara di
objek wisata Kota Yogyakarta antara lain adalah permintaan khas yang dapat
berupa aksesoris kerajinan perak, gudeg, bakpia dan cokelat monggo.
Permintaan transportasi oleh wisatawan yang paling sering adalah transporatsi
menggunakan becak dan andong. Sedangkan untuk permintaan kuliner,

BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

14

terdapat beberapa lokasi wisata kuliner yang dikunjungi oleh wisatawan
antara lain Gudeg Wijilan, Mie Pelangi, dan Rumah Makan Raminten.
Berdasarkan hasil survei dapat dilihat bahwa wisatawan nusantara terbanyak
yang datang berkunjung ke Kabupaten Sleman adalah untuk berwisata ke
Candi Prambanan. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis permintaan di lokasi
ini. Jenis permintaan wisatawan nusantara di Candi Prambanan terdiri dari
berbagai jenis yaitu permintaan suvenir dan oleh-oleh, kuliner,

jasa sewa

payung, jasa foto, paket wisata, dan transportasi. Selain Candi Prambanan,
objek wisata Kaliurang juga merupakan objek wisata favorit dengan jenis
permintaan yang beragam antara lain suvenir dan oleh-oleh, kuliner, paket
wisata (lava tour, sewa jeep), dan penginapan. Permintaan suvenir dan oleholeh di kedua lokasi ini berbeda satu sama lain. Permintaan suvenir dan oleholeh di Candi Prambanan berupa patung, miniatur candi, gantungan kunci,
kaos, batik, dan aksesoris sedangkan permintaan suvenir dan oleh-oleh di
Kaliurang berupa salak dan tanaman hias. Untuk permintaan oleh-oleh
makanan, para wisatawan nusantara memilih berkunjung ke pusat oleh-oleh
seperti Pusat Oleh-oleh ‘Djoe’.
Permintaan kuliner juga merupakan permintaan yang paling sering dibutuhkan
dari hasil survei yang dilakukan. Kabupaten Sleman memiliki berbagai macam
jenis lokasi wisata kuliner, oleh karena itu wisatawan nusantara yang datang
untuk berwisata kuliner juga tersebar di berbagai tempat antara lain di
Abayagiri, Gudeg Yu Djum, Boshe Café, Liquid Café, SGPC Bu Wiryo, Gelato
Ice Cream, Jejamuran, Melcos Café, Gubug Café, Rumah Makan Pringsewu,
Rumah Makan Tengkleng Gajah, dan Kopi Klothok.
Berdasarkan data yang diperoleh, objek wisata Pantai Parangtritis dan
sekitarnya merupakan objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan
nusantara. Hal ini berdampak pula terhadap banyaknya jenis permintaan di
lokasi ini yaitu permintaan suvenir dan oleh-oleh, kuliner, jasa foto, paket
wisata, dan transportasi. Selain wisata pantai, objek wisata Hutan Pinus juga
merupakan objek wisata yang menarik minat banyak wisatawan nusantara.
BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

15

Akan tetapi jenis permintaan wisatawan nusantara di Hutan Pinus hanya
terdiri dari kuliner dan transportasi. Untuk jenis permintaan kuliner, lokasi
wisata yang dikunjungi wisatawan nusantara adalah sate klatak, Piramid Café,
dan fasilitas kuliner yang disediakan di beberapa objek wisata yang dikunjungi
seperti Makam Raja Imogiri, Puncak Becici, Hutan Pinus, Kebun Buah
Mangunan. Kabupaten Bantul juga memiliki objek wisata bagi permintaan
suvenir dan oleh-oleh khas yaitu di Gabusan, Manding, dan Kasongan.
Permintaan suvenir dan oleh-oleh di lokasi ini terdiri dari berbagai macam
kerajinan seperti dompet, tas kulit, sepatu kulit, jaket kulit, ikat pinggang,
kerajinan keramik, dan tanah liat.
Kawasan Pantai Selatan Gunungkidul dan kawasan wisata gua merupakan
lokasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan nusantara sehingga berdampak
pada banyaknya jenis permintaan. Jenis permintaan wisatawan yang terdapat
di Kawasan Pantai Selatan Gunungkidul meliputi paket wisata (snorkeling),
suvenir (celana, kacamata, topi), kuliner, jasa foto, transportasi, dan
penginapan. Sedangkan jenis permintaan wisatawan nusantara yang terdapat
di kawasan wisata gua meliputi suvenir (kaos, sarung hp), paket wisata (cave
tubing, body rafting), sewa pelampung, kuliner, dan transportasi. Untuk
permintaan oleh-oleh berupa makanan, lokasi yang dituju oleh wisatawan
nusantara adalah pusat oleh-oleh. Kabupaten Gunungkidul juga memiliki
beberapa lokasi wisata yang dituju wisatawan untuk berkuliner yaitu Sego
Abang Jirak.
Berdasarkan data hasil survei, lokasi wisata dengan jumlah wisatawan
nusantara terbanyak yang berkunjung di Kabupaten Kulon Progo adalah
kawasan Kalibiru, Puncak Suroloyo, dan Waduk Sermo. Banyaknya jumlah
wisatawan nusantara kemudian berdampak pada munculnya berbagai jenis
permintaan di lokasi wisata tersebut. Jenis permintaan wisatawan nusantara
yang ada di kawasan wisata Kalibiru, Puncak Suroloyo, dan Waduk Sermo
adalah jasa foto, suvenir, kuliner, paket wisata (flying fox), dan transportasi.
Selain itu, objek wisata Pantai Selatan Kulon Progo juga memiliki jenis

BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

16

permintaan yang sama. Jenis permintaan paket wisata ditemukan di objek
wisata Hutan Mangrove yaitu paket wisata naik kapal.
Hasil identifikasi permintaan wisatawan nusantara selama berwisata di DIY
berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa barang yang paling
banyak diminta adalah suvenir dan oleh-oleh khas (bakpia, barang kerajinan
khas masing-masing lokasi wisata), wisata kuliner khas (gudeg), dan paket
wisata, transportasi lokal (becak, andong, jasa sewa motor dan mobil).
III.1.2 Analisa Pembelanjaan Wisatawan Nusantara
Analisa deskripsi pembelanjaan wisatawan terdiri atas informasi besarnya
pengeluaran wisatawan nusantara selama berwisata di DIY. Pengeluaran
wisatawan terdiri dari kegiatan belanja pokok dan belanja non pokok. Belanja
pokok merupakan belanja utama yang sering dikeluarkan oleh wisatawan,
seperti untuk akomodasi atau penginapan, makan dan minum serta
transportasi. Belanja non pokok merupakan belanja sekunder yang dikeluarkan
oleh wisatawan, seperti untuk belanja oleh-oleh atau cinderamata, tiket dan
paket objek wisata, dan paket tur lainnya.
Penjelasan mengenai analisa pembelanjaan wisatawan dibagi menjadi tiga
hal, yaitu pembelanjaan wisatawan yang dirinci sesuai pengeluaran saat
berwisata di setiap kabupaten/kota, total akumulasi pembelanjaan wisatawan
setiap jenis pengeluaran selama berwisata di DIY, dan analisis hasil total
akumulasi pembelanjaan berdasarkan usia, asal dan jenis pekerjaan.
III.1.2.1 Hasil Analisa Pembelanjaan Wisatawan Nusantara
Analisa pembelanjaan wisatawan nusantara dilakukan dengan merinci
pengeluaran wisatawan ketika berwisata di setiap kabupaten/kota dan
menghubungkan jumlah wisatawan dengan total pembelanjaan dari setiap
jenis pengeluaran. Berdasarkan data hasil survei, dapat dilihat wisatawan
nusantara yang mengeluarkan pembelanjaan di setiap lokasi kunjungan wisata
di Kota Yogyakarta yang terdiri dari wisata budaya, wisata edukatif, wisata
kuliner dan wisata untuk berbelanja. Dari beberapa lokasi tersebut, total
BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

17

pengeluaran wisatawan nusantara terbesar untuk jenis wisata kuliner terbesar
terdapat di kawasan Gudeg Wijilan yaitu sebesar Rp. 4.100.000,- dan rata-rata
pengeluaran sebesar Rp. 372.727,- per kunjungan. Total pengeluaran
wisatawan nusantara terbesar untuk jenis wisata budaya terdapat di kawasan
Kraton-Malioboro yaitu sebesar Rp. 514.286.500,- dan rata-rata sebesar Rp.
479.745,- per kunjungan dengan peruntukan terbanyak untuk belanja suvenir
dan oleh-oleh khas. Kawasan Kraton-Malioboro bukan sekedar wisata budaya
saja tetapi juga, untuk lokasi berbelanja. Kawasan Kraton-Malioboro
merupakan destinasi khas Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi destinasi
favorit dari wisatawan yang datang untuk berbelanja, sehingga jumlah
wisatawan nusantara yang datang juga banyak.
Berdasarkan

data

survei,

dapat

dilihat

wisatawan

nusantara

yang

mengeluarkan pembelanjaan di setiap lokasi kunjungan wisata di Kabupaten
Bantul yang terdiri dari wisata alami, wisata budaya, wisata MICE, wisata
kuliner. Dari beberapa lokasi tersebut, total pengeluaran wisatawan nusantara
terbesar untuk jenis wisata kuliner terbesar terdapat di Sate Klatak yaitu
sebesar Rp. 2.570.000,- dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp. 200.000,- per
kunjungan. Total pengeluaran wisatawan nusantara terbesar untuk jenis
wisata budaya terdapat di Kawasan Gabusan, Manding dan Kasongan yaitu
sebesar Rp. 14.123.600,- dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp. 483.600,- per
kunjungan dengan peruntukan untuk membeli hasil kerajinan kulit dan
gerabah. Total pengeluaran wisatawan nusantara terbesar untuk jenis wisata
MICE terdapat di Jogja Expo Center yaitu sebesar Rp. 3.368.000,- dan ratarata pengeluaran sebesar Rp. 280.600,- per kunjungan dengan peruntukan
terbanyak untuk membeli saat pameran kustomfest. Total pengeluaran
wisatawan nusantara terbesar untuk jenis wisata alami terdapat di kawasan
Pantai Parangtritis dan sekitarnya yaitu sebesar Rp. 46.919.000,- dan rata-rata
pengeluaran sebesar Rp. 216.227,- per kunjungan. Kawasan Pantai Parangtritis
dan sekitarnya dengan panorama alami menjadi lokasi yang sering menjadi
tempat berbelanja wisatawan nusantara.

BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

18

Berdasarkan

data

survei,

dapat

dilihat

wisatawan

nusantara

yang

mengeluarkan pembelanjaan di setiap lokasi kunjungan wisata di Kabupaten
Sleman yang terdiri dari wisata alami, wisata budaya, wisata kuliner, wisata
untuk berbelanja. Dari beberapa lokasi tersebut, total pengeluaran wisatawan
nusantara terbesar untuk jenis wisata kuliner terbesar terdapat di Gudeg Yu
Djum yaitu sebesar Rp. 2.750.000 dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp.
305.550,- per kunjungan. Total pengeluaran wisatawan nusantara terbesar
untuk jenis wisata alami terdapat di Kaliurang yaitu sebesar Rp. 13.774.000,dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp. 188.274,- per kunjungan dengan
permintaan terbanyak untuk paket wisata lava tour dan sewa jeep. Total
pengeluaran

wisatawan nusantara

terbesar untuk jenis wisata

untuk

berbelanja terdapat di Ambarukmo Plaza yaitu sebesar Rp. 4.799.500,- dan
rata-rata pengeluaran sebesar Rp. 369.912,- per kunjungan. Total pengeluaran
wisatawan nusantara terbesar untuk jenis wisata budaya terdapat di Candi
Prambanan yaitu sebesar Rp. 60.089.500,- dan rata-rata pengeluaran sebesar
Rp. 189.557,- per kunjungan. Kawasan Candi Prambanan merupakan wisata
budaya yang menyimpan sejarah masa lampau menjadi lokasi yang sering
menjadi tempat berbelanja wisatawan nusantara.
Berdasarkan data hasil survei, dapat dilihat wisatawan nusantara yang
mengeluarkan pembelanjaan di setiap lokasi kunjungan wisata di Kabupaten
Gunungkidul yang terdiri dari wisata alami, wisata kuliner, dan wisata untuk
berbelanja. Dari beberapa lokasi tersebut, total pengeluaran wisatawan
nusantara terbesar untuk jenis wisata kuliner terbesar terdapat di rumah
makan Sego Abang Jirak yaitu sebesar Rp. 250.000,-. Total pengeluaran
wisatawan nusantara terbesar untuk jenis wisata untuk berbelanja terdapat di
Pusat oleh-oleh Gunungkidul yaitu sebesar Rp. 1.300.000,-. Total pengeluaran
wisatawan nusantara terbesar untuk jenis wisata alami terdapat di Kawasan
Pantai Selatan Gunungkidul yaitu sebesar Rp. 28.105.000,- dan rata-rata
pengeluaran sebesar Rp. 118.586,- per kunjungan. Kawasan Pantai Selatan
Gunungkidul merupakan wisata alami dan menjadi lokasi yang sering menjadi
tempat berbelanja wisatawan nusantara ketika di Kabupaten Gunungkidul.
BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

19

Berdasarkan data hasil suvei, dapat dilihat wisatawan nusantara yang
mengeluarkan pembelanjaan di setiap lokasi kunjungan wisata di Kabupaten
Kulon Progo yang terdiri dari wisata alami dan wisata kuliner. Dari beberapa
lokasi tersebut, Total pengeluaran wisatawan nusantara terbesar untuk jenis
wisata kuliner terbesar terdapat di rumah makan Jatiningsih yaitu sebesar Rp.
400.000,-. Total pengeluaran wisatawan nusantara terbesar untuk jenis wisata
alami terdapat di Kawasan Kalibiru, Puncak Suroloyo, Waduk Sermo yaitu
sebesar Rp. 11.833.000,- dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp. 87.652,- per
kunjungan. Kawasan Kalibiru, Puncak Suroloyo, Waduk Sermo merupakan
wisata alami dan menjadi lokasi yang sering menjadi tempat berbelanja
wisatawan nusantara ketika di Kabupaten Kulon Progo.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui total pengeluaran wisatawan
nusantara di setiap kabupaten/kota DIY. Total pengeluaran wisatawan ini
untuk melihat sebaran dan perbandingan antar Kabupaten/kota. Total
pengeluaran

berdasarkan

perhitungan

jumlah

pengeluaran

di

setiap

kabupaten/kota. Rata-rata pengeluaran wisatawan dihitung berdasarkan
pembagian jumlah wisatawan yang terdapat di setiap kabupaten/kota. Total
pembelanjan terbesar berada di Kota Yogyakarta dengan jumlah Rp
939.648.000,-, rata-rata pengeluaran wisatawan sebesar Rp 817.085 atau
persentase rata-rata sebesar 52,8% dan permintaan terbanyak untuk membeli
suvenir dan oleh-oleh. Pengeluaran wisatawan nusantara terbesar kedua
setelah Kota Yogyakarta adalah Kabupaten Sleman dengan jumlah Rp
161.969.000,-, rata-rata pengeluaran wisatawan sebesar Rp 269.051 atau
persentase rata-rata sebesar 17,4%. Total pengeluaran wisatawan nusantara di
Kabupaten Bantul sebesar Rp 99.484.150,-, rata-rata pengeluaran wisatawan
sebesar Rp 234.632 atau persentase rata-rata sebesar 15,2%. Total
pengeluaran wisatawan nusantara di Kabupaten Gunungkidul mencapai Rp
41.093.000,-, rata-rata pengeluaran wisatawan sebesar Rp 122.666 atau
persentase rata-rata sebesar 7,9%. Pengeluaran wisatawan nusantara terkecil
berada di Kabupaten Kulon Progo dengan nominal Rp 20.856.500,-, rata-rata
pengeluaran wisatawan sebesar Rp 103.764 atau persentase rata-rata sebesar
6,7%.
BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

20

Kota Yogyakarta memiliki sarana dan prasarana yang dapat dikatakan
memadai. Pusat Kota Yogyakarta juga mempunyai jarak yang relatif dekat
dengan tujuan objek pariwisata di seluruh DIY. Selain itu, ketersediaan sarana
dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan lebih banyak terpusat di
Kota Yogyakarta. Hal-hal tersebut yang mendorong wisatawan nusantara
menghabiskan waktu dan uang mereka di Kota Yogyakarta sehingga Kota
Yogyakarta menjadi kawasan pengeluaran wisatawan nusantara paling besar.
Analisa

pembelanjaan

wisatawan

nusantara

selanjutnya

mengenai

pengeluaran berdasarkan jenis pembelanjaan. Jenis pembelanjaan terbagi
menjadi belanja pokok, belanja non pokok dan akumulasi total pengeluaran
belanja pokok dan belanja non pokok. Pengeluaran untuk belanja pokok
terdiri jenis pembelanjaan untuk akomodasi, makan dan minum serta
transportasi. Pengeluaran untuk belanja non pokok terdiri jenis pembelanjaan
untuk belanja/oleh-oleh, tiket dan paket objek wisata, paket tur lokal, dan
lainnya yang tidak termasuk dalam jenis tersebut. Setiap jenis pembelanjaan
dihitung mengenai pengeluaran wisatawan terendah, pengeluaran maksimal,
rata-rata pengeluaran tiap kunjungan, total pengeluaran dan persentase total
pengeluaran. Berikut merupakan hasil pengeluaran wisatawan nusantara
berdasarkan jenis pembelanjaannya.
Berdasarkan data survei menunjukkan rata-rata total akumulasi pembelanjaan
wisatawan nusantara adalah sebesar Rp. 1.690.861,- per kunjungan. Jika
dibagi dengan lama tinggal wisatawan nusantara selama 2,05 hari, maka ratarata total pembelanjaan wisatawan sebesar Rp 824.800,- per hari. Rata-rata
pengeluaran wisatawan nusantara paling besar dalam jenis pembelanjaan
pokok yaitu digunakan untuk akomodasi/hotel dengan pengeluaran rata-rata
sebesar Rp. 778.153,- per kunjungan. Rata-rata pengeluaran wisatawan
nusantara paling besar dalam jenis pembelanjaan non pokok yaitu digunakan
untuk paket tur lokal dengan pengeluaran rata-rata sebesar Rp. 929.176,- per
kunjungan.

BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISATAWAN

21

Pembelanjaan wisatawan terdiri dari belanja pokok dan non-pokok. Pada
wisatawan nusantara, pembelanjaan pokok yang dikeluarkan adalah sebesar
59,97% dari total pembelanjaan. Pembelanjaan pokok tersebut terdiri dari
24,74% untuk akomodasi/hotel, 15,46% untuk makan dan minum, dan 19,78%
untuk transportasi. Sedangkan 40,03% dari total pembelanjaan digunakan
wisatawan untuk belanja non-pokok yang terdiri dari belanja/oleh-oleh, tiket
masuk dan paket wisata, paket tur lokal, dan lainnya. Pengeluaran wisnus
untuk pembelanjaan non-pokok terbesar digunakan untuk jenis pembelanjaan
belanja/oleh-oleh yaitu sebesar 32,04%.
Jenis pembelanjaan untuk keperluan akomodasi termasuk pengeluaran
terbanyak dari kelompok belanja pokok. Total pengeluaran wisatawan
nusantara untuk keperluan akomodasi yaitu sebesar Rp. 481.677.000,-, ratarata sebesar Rp. 778.153,- per kunjungan, pengeluaran wisatawan terbesar
untuk keperluan akomodasi yaitu Rp. 7.500.000,- yang digunakan oleh
wisatawan nusantara menginap di hotel berbintang selama 4 hari, pengeluaran
wisatawan terendah untuk keperluan akomodasi yaitu Rp. 50.000,- yang
digunakan oleh wisatawan nusantara menginap di hotel non bintang selama 1
hari.
Jenis pembelanjaan wisatawan nusantara untuk keperluan makan dan minum,
total pengeluaran yaitu sebesar Rp. 300.981.200,-, rata-rata sebesar Rp.
296.241,- per kunjungan, pengeluaran wisatawan terbesar untuk keperluan
makan dan minum yaitu Rp. 6.000.000,- yang digunakan oleh wisatawan
nusantara berwisata kuliner di beberapa lokasi rumah makan, pengeluaran
wisatawan terendah untuk keperluan akomodasi yaitu Rp. 5.000,- yang
digunakan oleh wisatawan nusantara untuk membeli snack ketika berwisata.
Jenis pembelanjaan wisatawan nusantara untuk keperluan transportasi, total
pengeluaran yaitu sebesar Rp. 385.098.500,-, rata-rata sebesar Rp. 413.196,per kunjungan, pengeluaran wisatawan terbesar untuk keperluan transportasi
yaitu Rp. 6.400.000,- yang digunakan oleh wisatawan nusantara untuk
menyewa minibus dan pengeluaran bensin, pengeluaran wisatawan terendah
BAB III. ANALISA DATA SURVEI WISATAWAN DIY
EXECUTIVE SUMMARY ANALISA PEMBELANJAAN WISAT