Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi anatara bahasa Portugis mangue dan
bahasa Inggris grove (Mac nae, 1968).Dalambahasa Inggris kata mangrove
digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh didaerah jangkauan
pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun
komunitas tersebut, sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan
untuk menyatakan individu jenis tumbuhan dan kata mangal untuk menyatakan
komunitas tumbuhan tersebut. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain :
pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat
mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery
ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta
sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain :
penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil
bibit (Kusmana et al., 2003).
Kusmana, 1995 menyebutkan bahwa hutan mangrove merupakan suatu
tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di daerah pantai
terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat surut yang komunitas
tumbuhan bertoleransi terhadap garam.Hutan mangrove sering disebut juga hutan
pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.Istilah bakau sering dipakai karena
kebanyakan suku tumbuhan yang ada dihutan mangrove adalah suku

Rhizophoraceae. Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga
Rhizophora, suku Rhizophoraceae.

Universitas Sumatera Utara

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah
pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan
gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.Umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatophore). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap
keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob (Wijayanti, 2007).
Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari
atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub
tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di
antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan
membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai,
mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau,
atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan
nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp.
Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara

bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah
baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai
(Odum, 1972).

Habitat dan Zonasi Mangrove
Setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang
berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas,
temperatur, curah hujan dan pasang surut.Hal ini menyebabkan terjadinya
strukutur dan komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai

Universitas Sumatera Utara

dari zona yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dengan lautan,
serta menyebabkan terjadinya perbedaan struktur tumbuhan mangrove dari satu
daerah dengan darah lainnya (Hutahaean et al., 1999).
Mangrove adalah tanaman yang toleran terhadap garam. Tumbuhan
mangrove merupakan salah satu tanaman yang termasuk keturunan maksudnya
turunan adalah tanaman mangrove yang baru mengikuti beberapa sifat tanaman
induknya secara ekologis oleh lokasi mereka di zona pasang surut atas iklim
tropis dan subtropis dan fisiologis dengan kemampuan mereka untuk menahan

konsentrasi tinggi garam atau rendah tingkat aerasi tanah. Pola zonasi spesies
mangrove terkait dengan tingkat dan kondisi dari tanah genangan dan salinitas,
yang, pada gilirannya, dipengaruhi oleh frekuensi dan durasi genangan air laut
dan rembesan air tawar.Tanaman mangrove berdasarkan kemampuannya dalam
menyerap garam di bagi menjadi dua kelompok.Kelompok pertama adalah spesies
yang dapat mensekresi garam, dimana pada tanaman yang termasuk kelompok ini
memiliki kelenjar garam atau rambut garam untuk menghilangkan kelebihan
garam. Kelompok kedua adalah spesies non- sekresi, dimana pada tanaman yang
termasuk kelompok ini tidak memiliki fitur morfologi seperti untuk ekskresi
kelebihan garam (Basyuni et al, 2007).
Ekosistem mangrove dapat tumbuh dengan baik pada zona pasang-surut di
sepanjang garis pantai daerah tropis seperti laguna, rawa, delta, dan muara
sungai.Ekosistem mangrove bersifat kompleks dan dinamis tetapi labil.Kompleks,
karena di dalam ekosistem mangrove dan perairan maupun tanah di bawahnya
merupakan habitat berbagai jenis satwa daratan dan biota perairan.Dinamis,
karena ekosistem mangrove dapat terus tumbuh dan berkembang serta mengalami

Universitas Sumatera Utara

suksesi serta perubahan zonasi sesuai dengan tempat tumbuh.Labil, karena mudah

sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali (Kusmana, 1995).
Terdapat beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran
vegetasi mangrove yaitu : (1) suhu yang relative tinggi, (2) daerah terlindungan,
(3) arus yang kuat, (4) tipe substrat lumpur atau lunak, (5) paparan yang dangkal
atau landai, (6) salinitas atau kadar garam, dan (7) kisaran pasang surut yang
tinggi. Hardjowigeno (1989) menambahkan dai pengamatan kualitatif di lapangan
menyimpulkan bahwa terjadinya zonasi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
a. Sifat tanah terutama konsistensi tanah (keras atau lunak), tekstur tanah (liat,
pasir Debu dan sebagainya)
b. Salinitas
c. Ketahanan jenis vegetasi terhadap arus dan ombak
d. Kondisi perkecambahan dan pertumbuhan semai
Lugo dan Snedaker (1974) mengidentifkasi mangrove dalam enam
jeniskelompok (komunitas) berdasar pada bentuk hutan, proses geologi dan
hidrologi dengan karakteristik yang di tentukan oleh kondisi lingkungan yaitu
kedalaman, kisaran kadar garam serta frekuwensi penggenangan dengan produksi
primer, dekomposisi serasah dan ekspor karbon dengan perbedaan dalam tingkat
daur ulang nutrisi, dan komponen penyusun kelompok organisme, yang
menjadikannya sebagai ekosistem yang kompleks dan sangat berperan baik secara
biologi maupun ekologi.

Secara

umum

habitat

vegetasi

mangrove

biasanya

membentuk

zonasi.Mulai dari zona yang dekat dengan laut sampai zona yang paling dekat

Universitas Sumatera Utara

dengan daratan.Menurut Giesen et al., (2007), zonasi mangrove yang paling
umum ada empat macam yaitu :

1. The Exposed Mangrove (zona terluar, paling dekat dengan laut). Secara umum
zona ini didominasi oleh Sonneratia alba, Avicennia alba dan Avicennia
marina.
2. Central Mangrove (zona pertengahan antara laut dan darat). Secara umum
zona ini didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora, kadang juga ditemui jenis
Bruguiera.
3. The Rear Mangrove (back mangrove, landward mangrove, areal yang paling
dekat dengan daratan). Zona ini biasanya tergenangi oleh pasang tinggi saja.
Seringkali didominasi oleh jenis-jenis Bruguiera, Lumnitzera, Xylocarpus dan
Pandanus sp.
4. Brackish Stream Mangrove (aliran sungai dekat mangrove yang berair payau).
Pada zona ini sering dijumpai komunitas Nypa frutican dan kadang dijumpai
Sonneratia caseolaris serta Xylocarpus granatum.

Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove
Salinitas
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai
jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda.
Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari
media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan

garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Noor, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Tanah
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah
berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi.Di Indonesia substrat
berlumpur ini sangat baik untuk tegakan R. mucronata dan Avicennia marina
(Kint, 1934).
Jenis tanah yang mendominasi kawasan mangrove biasanya adalah fraksi
lempeng berdebu, akibat rapatnya bentuk perakaran-perakaran yang ada. Fraksi
lempung berpasir hanya terdapat dibagian depan (arah pantai). Nilai pH tanah
dikawasan mangrove berbeda-beda, tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi
yang tumbuh dikawasan tersebut. Jika kerapatan rendah, tanah akan mempunyai
nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak berbeda, yaitu antara 4,6-6,5 dibawah
tegakan jenis Rhizophora spp ( Arief, 2003).
Hutan mangrove tanahnya selalu basah, mengandung garam, mempunyai
sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di
dalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove
sendiri. Serasah secara lambat akan diuraikan oleh mikroorgansme, seperti

bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus dan partikel
kasar, seperti potongan batu dank oral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya
tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi
dari abu-abu muda sampai hitam (Soeroyo, 1993).
Cahaya
Cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis
dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi,
transpirasi, fisiologi dan juga sruktur fisik tumbuhan.Intensitas cahaya, di dalam

Universitas Sumatera Utara

kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk
tumbuhan.Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan
intensitas tinggi (Mac Nae, 1968).
Suhu
Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. dan Lumnitzera
spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk
Bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada
suhu 18-20 ºC (Hutchings dan Saenger, 1987).
Pasang Surut

Pasang

surut

menetukan

zonasi

komunitas

flora

dan

fauna

mangrove.Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas
pada areal mangrove. Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik
dan menurun selama pasang surut. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang
merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove.Pada areal

yang selalu tergenang hanya Rhizophora mucronata yang tumbuh baik, sedangkan
Bruguiera spp dan Xylocarpus spp jarang mendominasi daerah yang sering
tergenang. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air
tawar dengan air laut, dan oleh karenanya mempengaruhi organisme mangrove
(Ansori, 1998).

Fungsi Hutan Mangrove
Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme
baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak.
Hutan mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi,

Universitas Sumatera Utara

reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain
menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem Mangorove juga
sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem
kehidupan di sekitarnya. Habitat Mangorove merupakan tempat mencari makan
(feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan
membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground)
dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang

(shellfish) dari predator.
Saenger (1983) menyatakan bahwa ekosistem mangrove mencakup fungsi
fisik, menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan erosi laut
(abrasi) dan intrusi air laut, dan mengolah bahan limbah. Fungsi biologis tempat
pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat
bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota.Fungsi ekonomi,
sebagai sumber bahan bakar (arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan
garam, dan bahan bangunan.
Fungsi lain hutan mangrove adalah melindungi garis pantai dari erosi.
Akar-akarnya yang kokoh dapat meredam pengaruh gelombang.Kemudian, akarakar mangrove dapat pula menahan lumpur hingga lahan mangrove bisa semakin
luas tumbuh keluar dengan mempercepat terbentuknya “tanah timbul”. Ada tiga
fungsi utama ekosistem hutan bakau yaitu:
1. Fungsi fisis, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin,
pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara.
2. Fungsi biologis, meliputi: sebagai tempat bertelur dan tempat asuhan berbagai
biota.

Universitas Sumatera Utara

3. Fungsi ekonomis, meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan
arang), bahan bangunan(balok, atap, dan sebagainya), perikanan, pertanian,
makanan, minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat
sintesis, penyamakan kulit, obat-obatan, dan lain-lain.
(Nontji, 1987).
Menurut Suryanto (2005) mengungkapkan beberapa keutamaan hutan
mangrove baik dari aspek ekonomi maupun aspek lingkungan , yaitu:
a. Penghasil kayu. Hutan mangrove dengan komposisi berbagai jenis pohon
dapat menghasilkan kayu untuk pertukanagn dan industry lainnya.
b. Tempat pemijaan berbagi jenis ikan. Dengan adanya hutan mangrove di tepi
pantai, ikan kecil, kepiting dan udang sangat menyukainya untuk berlindung
karean gelombang di bawah tegakan hutan mangrove relative tenang.
Keberadaan biota tersebut juga didukung banyaknya plankton.
c. Menjaga kelestarian terumbu karang. Terumbu karang sangat berguna untuk
tempat berlindung beranekaragam binatang air serta memungkinkan
dikembangkan untuk tempat wisata alam.
d. Mencegah abrasi dan erosi pantai. Kebutuhan pantai dapat terjaga dan
menghindari penurunan luasan pantai secara drastis. Menurut informasi 50%
kekuatan gempasan gelombang dapat direndam oleh hutan mangrove.
Lebih lanjut dinas perikanan provinsi Jawa Timur (1994), menyatakan
bahwa ekosistem hutan mangrove mempunyai peranan dan fungsi penting yang
dapat mendukung kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung
adalah sebagai berikut
1. Fungsi ekologis ekosistem hutan mangrove menjamin terpeliharanya:

Universitas Sumatera Utara

a. Lingkungan fisik, yaitu perlindungan pantai terhadap pengikisan oleh ombak
dan angina, pengendapan sedimen, pencegahan dan pengendalian intrusi air
laut ke wilayah daratan serta pengendalian dampak pencemaran air laut.
b. Lingkungan biota, yaitu sebagai tempat berkembang biak dan pelindung biota
perairan seperti ikan, udang, moluska, dan berbagai jenis reptil serta jenisjenis burung serta mamalia.
c. Lingkungan hidup daerah sekitar lokasi.
2. Fungsi sosial dan ekonomi, yaitu sebagai
a. Sumber mata pencaharian dan produksi sebagai jenis hasil hutan dan hasil
hutan ikutannya
b. Tempat rekreasi atau wisata alam
c. Obyek pendidikan, latihan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Deskripsi Rhizophora mucronata
Klasifikasi tumbuhan bakau (R. mucronata) menurut Duke (2006) adalah
sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Mytales

Famili

: Rhizophoraceae

Genus

: Rhizophora

Spesies

:Rhizophora mucronata Lamk.

Gambar 1. Pohon R. mucronata

Gambar 2.Propagul R. mucronata

Universitas Sumatera Utara

Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang
memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam
dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari
percabangan bagian bawah.
Memiliki jenis daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,55,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit
& Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat
memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.Gagang kepala bunga
seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu
yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga
per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4;
kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.Buah lonjong
panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan,
seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal.Hipokotil silindris, kasar dan
berbintil.Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 3670 cm dan diameter 2-3 cm.
Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap
substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok,
dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali
tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi
pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus.
Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling
tersebar luas.Perbungaan terjadi sepanjang tahun.Anakan seringkali dimakan oleh
kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah

Universitas Sumatera Utara

dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap
gangguan kepiting.
Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan
yang kemudian melindungi mereka. Area penyebaran antara lainAfrika Timur,
Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia,
Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawai. Memiliki manfaat
antara lain, Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu
digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam
kasus hematuria (perdarahan pada air seni).Kadang-kadang ditanam di sepanjang
tambak untuk melindungi pematang (Rusila, 1999).
Tanaman bakau memiliki daun melonjong, berwarna hijau dan mengkilap
dengan panjang gtangkai 17-35mm, tanaman ini umumnya memiliki bunga
berwarna kuning yang dikelilingi kelopal berwarna kuning-kecoklatan sampai
kemerahan. Proses penyerbukannya dibantu oleh serangga dan terjadi pada April
sampai dengan Oktober. Penyerbukan menghasilkan buah berwarna hijau yang
umumnya memiliki panjang 36-70 cm dan diameter 2 cm (Kusmana, 2003).
Rhizopora mucronata Lamk.adalah salah satu jenis mangrove yang
digunakan untuk rehabilitasi kawasan mangrove di pantai barat maupun pantai
timur di Sulawesi Selatan. Salah satu alasan yang membuat jenis ini banyak
dipilih untuk rehabilitasi hutan mangrove karena buahnya yang mudah diperoleh,
mudah disemai serta dapat tumbuh pada daerah genangan pasang yang tinggi
maupun genangan rendah (Supriharyono, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Pulau Sembilan merupakan nama suatu desa yang berada digugusan
pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan berdekatan dengan Selat
Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten
Langkat.Pulau Sembilan secara administrasi terletak di Kecamatan Pangkalan
Susu Kabupaten Langkat.Desa ini terletak sekitar 90 km dari Kota Medan.
Adapun Batas-batas Lokasinya sebagai berikut :








Sebelah utara berbatasan dengan Pulai Kampau
Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah selatan berbatasan dengan Pangkalan susu dan
Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Aru
Berdasarkan data BPS (2009) bahwa Pulau Sembilan mempunyai luas

24,00 km, dengan jumlah penduduk 2.159 jiwa dengan kepadatan penduduk 89,96
jiwa/km2, dengan rincian laki-laki berjumlah 1.701 jiwa dan perempuan 1.052
jiwa. Mata pencaharian masyarakat antara lain petani, nelayan, kerajinan tangan
dan pegawai negeri.
Masalah yang dihadapi desa Pulau Sembilan adalah masalah pengeboran
minyak yang dilakukan oleh pihak BUMN di wilayah Pulau Sembilan dan
berimbas kepada sumberdaya laut yang berkurang tahun-tahun terakhir. Masalah
lain yang dihadapi yaitu pembukaan lahan tambak di pulau Sembilan
menyebabkan harus dikonversinya lahan mangrove yang berimbas kepada
berkurangnya lahan mangrove di Pulau Sembilan (Yunasfi, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

2 7 49

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 3 50

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 12

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 2

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 3

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 2

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 2

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 11

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 1 2

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 3