Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

(1)

Lampiran 1. Pertambahan tinggi rata-rata (cm) anakan R. mucronata No. PU

Riap Tinggi Rata-rata (cm/4Bln) Tanaman Rhizophora mucronata Zonasi Arah Laut(35ppt) Zonasi Arah Tengah(32ppt) Zonasi Arah Darat(30ppt)

PU1 3.088 4.815 5.946

PU2 3.687 5.785 6.777

PU3 4.659 6.977 8.107

PU4 2.244 5.032 5.925

Rata-rata 3.4195 5.652325 6.688

Ket: PU = Petak Ukur

Lampiran 2. Pertambahan diameter batang rata-rata (mm) anakan R. mucronata No. PU Riap Diameter Rata-rata (mm/4Bln) Tanaman Rhizophora mucronata Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt)

PU1 0.127 0.38 0.46

PU2 0.348 0.329 0.326

PU3 0.354 0.460 0.242

PU4 0.293 0.324 0.504

Rata-rata 0.28065 0.373625 0.383

Ket: PU = Petak Ukur

Lampiran 3. Pertambahan jumlah daun rata-rata(helai) anakan R.mucronata No. PU Jumlah daun Rata-rata (Helai) Tanaman Rhizophora mucronata

Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt)

PU1 13.4 22.09 8.7

PU2 6.71 34.13 14.8

PU3 10.6 0.87 1.38

PU4 18.66 2.29 1.48

Rata-rata 12.3425 14.845 6.5926

Ket: PU = Petak Ukur

Lampiran 4. Pertambahan tebal daun rata-rata(mm) anakan R.mucronata No. PU Tebal daun Rata-rata Tanaman Rhizophora mucronata

Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt)

PU1 0.015272 0.012167 0.007733

PU2 0.024866 0.0028 0.012

PU3 0.009467 0.005334 0.0144

PU4 0.008933 0.0192 0.023733

Rata-rata 0.0146345 0.00987525 0.0144665


(2)

36

Lampiran 5. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan tinggi tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas.

Sumber

Keragaman Df

Jumlah Kuadrat (JK) Kuadran Tengah (KT) F Sig. F. Hit F.Tab

Perlakuan 2 22,335 11,167 11,027 4,256 0,004

Galat 9 9,115 1,013

Total 11 31,449

Duncan

Zonasi Tempat Tumbuh (Kadar Salinitas)

N Pertumbuhan Tinggi Rata-Rata (cm)

Arah Laut 87 3,4195a

Arah Tengah 86 5,6523b

Arah Darat 91 7,7006b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Lampiran 6. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan diameter tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas

Sumber

Keragaman Df

Jumlah Kuadrat (JK) Kuadran Tengah (KT) F Sig. F. Hit F.Tab

Perlakuan 2 0,026 0,013 1,290 4,256 0,322

Galat 9 0,089 0,010

Total 11 0,115

Duncan

Zonasi Tempat Tumbuh (Kadar Salinitas)

N Pertumbuhan Diameter Rata-Rata (cm)

Arah Laut 87 0,2805a

Arah Tengah 86 0,3734a

Arah Darat 91 0,3830a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Lampiran 7. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertamabahan jumlah daun tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas

Sumber

Keragaman Df

Jumlah Kuadrat (JK) Kuadran Tengah (KT) F Sig. F. Hit F.Tab

Perlakuan 2 143,235 71,617 0,659 4,256 0,541

Galat 9 978,393 108,710


(3)

Duncan

Zonasi Tempat Tumbuh (Kadar Salinitas)

N Pertumbuhan Jumlah Daun Rata-Rata

Arah Laut 87 13,3425a

Arah Tengah 86 14,8450a

Arah Darat 91 6,5926a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Lampiran 8. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan tebal daun tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas

Sumber Keragaman df

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadran Tengah

(KT)

F

Sig. F. Hit F.Tab

Perlakuan 2 0,0000584 0,0000292 0,565 4,256 0,587

Galat 9 0,000464481 0,0000516

Total 11 0,000522826

Duncan

Zonasi Tempat Tumbuh (Kadar Salinitas)

N Pertumbuhan Tebal Daun Rata-rata (mm)

Arah Laut(35ppt) 87 0,0146a

Arah Tengah(32ppt) 86 0,0098a

Arah Darat(30ppt) 91 0,0144a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alwidakdo. A, A. Zikri dan K. Legowo. 2014. Studi Pertumbuhan Mangrove Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Tanjung Limau Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Fakultas Pertanian. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda.

Arif.2007. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta. Bengen, D., G. 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolahan Ekosistem

Mangrove. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor. Bengen, D., G. 2000. Sinopsis Ekosistem Mangrove, Pusat Kajian Sumber Daya

Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor.

Badan Pusat Statistika, 2009. Kecamatan Pangkalan Susu dalam Angka. Badan Pusat Statistika KSK Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

Duke, N.C. 2006. Rhizopora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, R.annamalai, R. lamarckii (Indo-West Pacific stilt mangrove). Permanent Agriculture Resources2 (1) : 17-26.

Ghufran, M. 2012. Ekosistem Mangrove Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Gosalam, S., N. Juli dan Taufikurahman. 2000. Isolasi bakteri dari ekosistem mangrove yang mampu mendegadasi residu minyak bumi. D113-122. Prosiding Konperensi Nasional II Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. Makasar.

Hardjowigeno, S. 1989. Metode Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Ed. 1 Cet. 3. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Hutahaean, E., C. Kusmana dan H. R. Dewi. 1999. Studi kemampuan tumbuh Tanaman mangrove jenis Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Avicenna marina pada berbagai tingkat salinitas. Jurnal Manajemen Hutan Tropik 5 (1):77-85.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan Bumi Aksara. Jakarta.

Jumiati, E. 2008. Pertumbuhan Rhizophora mucronata dan R. apiculata di Kawasan Berlantung. Fakultas Pertanian Universitas Borneo. Tarakan, (3): 104-110


(5)

Kurniawan, H. 2013. Laju pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata pada berbagai intensitas naungan di desa concong dalam kabupaten Indragiri hilir provinsi riau (Skripsi). Pekanbaru: Program Sarjana Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universiras Riau.

Kusmana, C. 1995. Pengembangan sistem silvikultur hutan mangrove dan alternatifnya. Rimba Indonesia 30 (1): 35-41

Kusmana, C. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Luqman, A, W. Kurniawan, I. Sagala. 2013. Analisis kerusakan mangrove akibat aktivitas penduduk di pesisir kota Cirebon. Antologi Geografi, (1) : 15-23.

Naamin, M. 1990. Penggunaan Lahan Mangrove untuk Budidaya Tambak Keuntungan dan Kerugiannya. Prosiding Seminar IV Ekosistem Mangrove.Bandar Lampung.

Rochana. 2006. Ekosistem Mangrove dan Pengelolahannya di Indonesia. Diakses dari www.freewebs.com/irwanto/mangrove_kelola pdf.

Saputro, J. B. 2009. Peta Mangrove Indonesia. Jakarta: Pusat survey Sumber Daya alam Laut Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).

Spalding, M., Kainuma, M., and Collins L. 2010. World Atlas of Mangroves. Earthscan. London.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Suryanto. H, D. Ainim dan P. G. Handoko. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian Budidya Tiram Mutiara. Norma, Prosedur, Pedoman, Spesifikasi dan standar. Pusat Survey Sumberdaya Alam Laut Bakosurtanal.

Syahrial, 2011. Pengaruh Minyak Mentah Terhadap Pertumbuhan Dan Defoliasi Tanaman Mangrove Rhizophora apiculata di Kelurahan Pangkalan Sesai, Kota Dumai.

Ulumiyah, N., Setyaningsih, L, dan Sadjapradja, O. 2008. Pengaruh intensitas naungan dan dosis pupuk NPK komposisi media tanam terhadap pertumbuhan Rhizophora Stylos. Jurnal Nusa Sylva FK UNB. Vol 8 (1). Wirakusumah, R.S. dan Sutisna, M. 1980. Citra dan Fenomena Hutan Tropika


(6)

34

White. A. P, A. Pederson, L. T. Trai and L. D. Thuy. 1987. The Coastal Environmental Profile of Segara Tanaman. Cilacap (iclarm, 1989). Yunasfi. 2014. Buku Saku Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan, USU. Medan.


(7)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - September 2015 di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, yang merupakan lokasi rehabilitasi yang sudah masuk pada tahap tahun pertama pemeliharaan. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dengan waktu kegiatan yang diperlukan untuk penelitian adalah sebagai berikut: (a) Orientasi lapangan, (b) Pengumpulan data, (c) Analisis data, dan (d) Penyusunan dan penulisan.

Gambar 2 : Peta Lokasi Penelitian Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk mengetahui koordinat titik pengamatan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, meteran untuk mengukur jarak, penggaris untuk mengukur tinggi pohon, refraktometer untuk


(8)

13

mengukur kadar salinitas, kaliper digital untuk mengukur diameter batang, micrometer scrub digital untuk mengukur tebal daun, alat tulis dan kamera untuk dokumentasi.

Bahan penelitian yang digunakan adalah tanaman mangrove jenis R. mucronata hasil rehabilitasi yang berumur 2 tahun, bibit yang digunakan sebanyak 300 batang dan tali plastik.

Prosedur Penelitian 1. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dimaksudkan untuk mengetahui keadaan umum lokasi penelitian serta obyek ataupun titik berat penelitian dan pembuatan petak ukur, guna persiapan penelitian. Pembuatan petak ukur dilakukan Metode Sistematic Sampling With Random Start yaitu Petak ukur pertama dibuat secara acak dan petak ukur selanjutnya dibuat secara sistematik dengan intensitas sampling 10% (P.70/Menhut-II/2008). Petak ukur dibuat dengan ukuran 5 x 5 m dengan jarak 3 meter antar petak ukur yang diletakkan pada 3 posisi tempat tumbuh yaitu arah laut, bagian tengah, dan arah darat. Skema petak ukur dilapangan dapat dilihat pada Gambar 3.


(9)

2. Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan pada petak ukur yang dibuat di tiga lokasi tempat tumbuh yang berbeda. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah & tebal daun, kondisi tanaman dan kadar salinitas air. a. Pengukuran PertambahanTinggi

Pengukuran tinggi dilakukan pada 300 batang bibit dengan 2 kali pengamatan, pengamatan awal pada bulan April dan pengmatan akhir pada bulan Agustus. Alat yang digunakan adalah penggaris dengan ketelitian 1 cm. pengukuran tinggi dimulai dari ujung propagul dimana tunas tumbuh sampai ujung daun terpanjang.

Gambar 4. Pengukuran tinggi pohon b. Pengukuran Pertambahan Diameter

Diameter batang diukur dengan menggunakan kalifer. Pengukuran diameter dilakukan pada 300 batang bibit dengan 2 kali pengamatan, pengamatan awal pada bulan April dan pengmatan akhir pada bulan Agustus. Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat, pengukuran diameter batang dilakukan 10 cm dari ujung propagul dimana tunas tumbuh.


(10)

15

Gambar 5. Pengukuran diameter batang c. Tebal Daun

Tebal daun diukur dengan menggunakan micrometer scrub. Pengukuran tebal daun dilakukan pada 300 batang bibit dengan 2 kali pengamatan, pengamatan awal pada bulan April dan pengmatan akhir pada bulan Agustus. Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat pengukuran dilakukan pada 3 helai daun yang masih muda yaitu ketiga daun teratas yang telah mekar sempurna dan kemudian dihitung rata-ratanya.

Gambar 6. Pengukuran tebal daun 10 cm Diameter Batang

Tebal Daun


(11)

d. Kondisi Tanaman

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kondisi tanaman adalah “sehat” jika tanaman tumbuh segar batang lurus dan tajuk menutup, “kurang sehat” jika tajuk tanaman menguning atau warna daun tidak normal serta batang bengkok-bengko atau percabangan sangat rendah, dan “merana” jika tanaman terserang hama/penyakit atau tumbuh tidak normal sehingga kalau dipelihara kecil kemungkinan akan tumbuh dengan baik (P.70/Menhut-II/2008). Pengamatan kondisi tanaman dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pda bulan Agustus.

e. Kadar Salinitas air

Salinitas air diukur dengan menggunakan refraktometer. Salinitas air dilakukan pada pengamatan awal di bulan April saat pasang di tiga lokasi tumbuh yang berbeda yaitu arah laut, tengah, dan arah darat. Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat, pengukuran kadar salinitas air dilakukan sebanyak 4 kali. Pengukuran konsenterasi salinitas dilakukan pada awal pengamatan yaitu pada bulan April.

3. Analisis Data

Hasil dari pengamatan tiap petak ukur dihitung untuk mengetahui persentasi tumbuh tanaman dengan pengolahan data sebagai berikut :

a. Persentasi Tumbuh Tanaman

Persentasi tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan jumlah tanaman yang ada pada suatu petak ukur dengan jumlah tanaman yang seharusnya ada di dalam petak ukur bersangkutan. Data persen tumbuh tanaman yang digunakan yaitu data hasil pengamatan terakhir pada bulan


(12)

17

Agustus. Perhitungan persentasi tumbuh mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.70/Menhut-II/2008.

Dimana :

T : Persen (%) tumbuh tanaman sehat

∑ : Jumlah tanaman sehat yang terdapat pada petak ukur ke i ∑ : Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak ukur i

Penilaian keberhasilan penanaman diluar kawasan hutan dapat dinyatakan berhasil jika persen tumbuh tanaman ≥ 80% kurang berhasil jika persen tumbuh tanaman < 80%.

b. Metode analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial (RAL) dengan 3 perlakuan konsentrasi salinitas berdasarkan tingkat salinitas yang dimiliki setiap zonasi tempat tumbuh yaitu arah laut, arah tengah dan arah darat. Model linear RAL non factorial yaitu.

Yij= μ + τi + εij

Keterangan : Yij=hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ= nilai rataan umum (mean)

τi= pengaruh faktor perlakuan ke-i

εij= pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j i= 1, 2, 3, 4, 5


(13)

Selanjutnya untuk mengetahui jenis perlakuan yang memberikan pengaruh yang paling baik terhadap setiap parameter yang diamati maka dilakukan uji Duncan Multiplie Range Test (DMRT).


(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari pengamatan yang dilakukan kondisi lokasi penelitian dikelilingi oleh aliran muara sungai yang menuju ke arah laut. Kemudian pada lokasi penelitian terdapat vegetasi alami yang sudah tumbuh seperti Avicennia marina, Sonneratia alba, Brugueara sp. dan Nypa fruticans yang tumbuh pada zonasi tengah. Kondisi umum setiap zonasi tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 7. dan hasil pengukuran kadar salinitas pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

a b

c d

Gambar 7. a. Kondisi zonasi arah darat; b dan c. Kondisi zonasi arah tengah; d. Kondisi zonasi arah laut


(15)

Tabel 1. Hasil pengukuran kadar salinitas pada lokasi penelitian Zonasi Tempat

Tumbuh

Titik Pengamatan Kadar Salinitas air Lintang Utara Bujur Timur

Arah Laut

4° 8'36.29"N 98°14'37.61"E 35ppt 4° 8'36.35"N 98°14'36.20"E 35ppt 4° 8'36.79"N 98°14'36.91"E 35ppt Arah Tengah

4° 8'37.46"N 98°14'37.53"E 32ppt 4° 8'37.69"N 98°14'36.62"E 32ppt 4° 8'37.45"N 98°14'36.05"E 32ppt Arah Darat 4° 8'38.29"N 98°14'37.14"E 30 ppt 4° 8'38.88"N 98°14'36.44"E 30ppt Ket : ppt = Part per thousand

Berdasarkan Tabel 1 kadar salinitas tertinggi dimiliki oleh zonasi arah laut dengan nilai 35ppt. Kemudian diikuti oleh zonasi arah tengah yaitu 32ppt dan kadar salinitas terendah dimiliki oleh zonasi darat. Penanaman yang dilakukan pada bulan maret 2013 di lokasi penelitian dapat dinyatakan berhasil berdasarkan P.70/Menhut-II/2008. Persentase hidup bibit R. mucronata disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase hidup tanaman Rhizophora mucronata

No. PU Persentase Hidup Tanaman Rhizophora mucronata

Arah Laut Arah Tengah Arah Darat

PU1 92% 88% 92%

PU2 96% 92% 88%

PU3 88% 88% 92%

PU4 72% 76% 92%

Rata-rata 87% 86% 91%

Ket : PU=Petak Ukur

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada arah laut persentase hidup tanaman R. mucronata yang tertinggi dimiliki oleh petak ukur 2 sedangkan yang terendah terdapat pada petak ukur 4. Pada arah tengah persentase hidup tanaman R. mucronata yang tertinggi terdapat pada petak ukur 2 sedangkan yang terendah terdapat pada petak ukur 4. Pada arah darat persentase hidup tanaman R. mucronata yang terendah hanya terdapat pada petak ukur 2 sedangkan untuk petak ukur lainnya memiliki nilai persentase hidup yang sama yaitu 92%. Total rata-rata persentase hidup tanaman R. mucronata tertinggi dimiliki oleh zonasi


(16)

21

arah darat dan yang terendah dimiliki oleh arah tengah. Persentase hidup tanaman R. mucronata yang tinggi pada masing-masing zonasi tempat tumbuh menunjukkan respon pertambahan tinggi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh F hitung > F tabel (lampiran 5), ini berarti kadar salinitas pada setiap zonasi tempat tumbuh berpengaruh terhadap respon pertambahan tinggi tanaman R. mucronata. Hasil uji lanjutan DMRT terhadap pertambahan tinggi tanaman R. mucronata pada setiap zonasi tempat tumbuh disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji Duncan mengenai Respon pertambahan tinggi rata-rata tanaman R. mucronata pada setiap zonasi tempat tumbuh dengan taraf 5%

Zonasi Tempat Tumbuh (Kadar Salinitas)

N Pertumbuhan Tinggi Rata-Rata (cm)

Arah Laut 87 3,4195a

Arah Tengah 86 5,6523b

Arah Darat 91 7,7006b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan; N= jumlah tanaman dalam setiap zonasi Pada Tabel 3 menunjukan bahwa pertambahan tinggi tanaman R. mucronata pada zonasi arah laut berbeda dengan zonasi arah darat dan tengah tempat tumbuh. Respon pertumbuhan tinggi yang paling baik yaitu pada zonasi arah darat dengan kadar salinitas 30ppt. sedangkan yang terendah pada zonasi arah laut dengan salinitas 35ppt. Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman R. mucronata pada setiap petak ukur yang diletakkan di zonasi tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 8.

0 2 4 6 8 10

PU1 PU2 PU3 PU4

zonasi Arah Laut(35ppt) zonasi Arah Tengah(32ppt) zonasi Arah Darat(30ppt)


(17)

Gambar 8. Pertambahan tinggi tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh

Berdasarkan Gambar 8 pada zonasi arah laut pertambahan tinggi tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah terdapat pada petak ukur 4. Kemudian pada zonasi tengah pertambahan tinggi tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah pada petak ukur 1. Sedangkan pada arah darat pertambahan tinggi tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah pada petak ukur 4. Sidik ragam yang dilakukan terhadap pertambahan diameter tanaman disajikan pada lampiran 6. Hasil yang diperoleh yaitu F hitung < F tabel ini berarti kadar salinitas pada setiap zonasi tempat tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter tanaman R. mucronata. Hasil pengamatan pertambahan diameter tanaman R. mucronata pada setiap petak ukur yang diletakkan di setiap zonasi tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Pertambahan diameter tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh

Berdasarkan Gambar 9 pada zonasi arah laut pertambahan diameter tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah terdapat pada petak ukur 1. Kemudian pada zonasi tengah pertambahan diameter tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah

0 0,1

0,2

0,3 0,4 0,5 0,6

PU1 PU2 PU3 PU4

Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt) PU : Petak Ukur


(18)

23

pada petak ukur 4. Sedangkan pada arah darat pertambahan diameter tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 4 dan yang terendah pada petak ukur 3. Pertumbuhan tinggi dan dimeter suatu tanaman memiliki kolerasi dengan pertumbuhan daun karena daun merupakan komponen penting bagi tanaman yang berperan dalam proses fotosinetesis. Dari hasil sidik ragam diperoleh F hitung < F tabel (lampiran 7), ini menunjukan kadar salinitas pada setiap zonasi tempat tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman R. mucronata. Hasil pengamatan pertambahan jumlah daun R. mucronata pada setiap petak ukur yang diletakkan di setiap zonasi tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pertambahan jumlah daun tanaman R. mucronata pada setiap petak ukur di zonasi tempat tumbuh

Berdasarkan Gambar 10 pada zonasi arah laut pertambahan jumlah daun tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 4 dan yang terendah terdapat pada petak ukur 2. Kemudian pada zonasi tengah pertambahan jumlah

0 5 10 15 20 25 30 35

PU1 PU2 PU3 PU4

Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt) PU : Petak Ukur


(19)

daun tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 2 dan yang terendah pada petak ukur 3. Sedangkan pada arah darat pertambahan jumlah daun tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 2 dan yang terendah pada petak ukur 3. Analisis sidik ragam terhadap pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata disajikan pada lampiran 8. Hasil yang diperoleh yaitu F hitung < F tabel, ini menunjukan kadar salinitas pada setiap zonasi tempat tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata. Hasil pengamatan pertambahan tebal daun R. mucronata pada setiap petak ukur yang diletakkan di setiap zonasi tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh

Berdasarkan Gambar 11 pada zonasi arah laut pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 2 dan yang terendah terdapat pada petak ukur 4. Kemudian pada zonasi tengah pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 4 dan yang terendah pada petak ukur 2. Sedangkan pada arah darat pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 4 dan yang terendah pada petak ukur 1. Hasil pengamatan terhadap kondisi tanaman R. mucronata dapat dilihat pada Tabel 4.

0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025

PU1 PU2 PU3 PU4

Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt)


(20)

25

Tabel 4. Persentase kondisi tanaman R. mucronata berdasarkan kriteria sehat, kurang sehat dan merana

Zona No. PU N %

Sehat Kurang Sehat Merana Arah Laut

PU1 23 95,6% 0% 4,3%

PU2 24 87,5% 0% 12,5%

PU3 22 91% 0% 9%

PU4 18 83,3% 0% 16,6%

Rata-Rata 21.75 89,35% 0% 10,6%

Arah Tengah

PU1 22 81,8% 0% 18,1%

PU2 23 100% 0% 0%

PU3 22 95,4% 0% 4,5%

PU4 19 100% 0% 0%

Rata-Rata 21.5 94,3% 0% 5,65%

Arah Darat

PU1 23 100% 0% 0%

PU2 22 100% 0% 0%

PU3 23 91,3% 0% 8,6%

PU4 23 91,3% 0% 8,6%

Rata-Rata 22.75 95,6% 0% 4,3%

Ket : PU = Petak Ukur; N = Jumlah tanaman hidup dalam PU

Berdasarkan pada Tabel 7 rata-rata persentase tertinggi kondisi tanaman R. mucronata yang sehat terdapat pada zonasi arah darat. Sedangkan yang terendah pada zonasi arah laut. Kemudian untuk kondisi tanaman merana yang tertinggi terdapat pada arah laut dan yang terendah terdapat pada arah darat.

Pembahasan

Secara umum kondisi lokasi penelitian pada tiga zonasi tempat tumbuh tersebut dikeliling oleh muara sungai yang menuju ke laut akan tetapi dari ketiga zonasi tersebut hanya zonasi arah darat dan laut yang memiliki posisi lebih dekat dengan muara sungai. Kemudian pada ketiga zonasi tersebut zonasi arah laut dan darat memiliki kondisi lahan yang relatif lebih terbuka dibandingkan dengan kondisi arah tengah. Hal ini disebabkan karena adanya vegetasi alami yang sudah tumbuh seperti Avicennia marina, Soneratia alba, Bruguiera sp. dan Nypa fruticans pada zonasi tengah (Gambar 7). Sedangkan untuk kualitas perairan


(21)

terdapat perbedaan kadar salinitas pada ketiga zonasi tersebut (Tabel 1). Kadar salinitas tertinggi dimiliki oleh zonasi arah laut sedangkan kadar salinitas terendah dimiliki oleh zonasi arah darat

Persentase tumbuh tanaman R. mucronata pada tiga lokasi tempat tumbuh yaitu arah laut, arah tengah dan arah darat dapat dilihat pada Tabel 2. Tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan hutan yang mengacu pada peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.70/Menhut-II/2008 dapat dinyatakan berhasil karena rata-rata persen tumbuh tanaman ≥80%. Dari pengamatan yang dilakukan, zonasi arah darat memiliki persen tumbuh yang paling tinggi ini disebabkan adanya pasokan air tawar yang berasal dari aliran air sungai, sehingga tanaman R. mucronata yang ditanam mampu untuk hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh Gosalam (2000) yang menyatakan bahwa tumbuhan mangrove tumbuh paling baik pada lingkungan air tawar dan air laut dengan perbandingan seimbang.

Berdasarkan Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa kadar salinitas yang dimiliki oleh setiap zonasi mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman R. mucronata. Zonasi arah darat memiliki salinitas paling rendah dan pertambahan tinggi tanaman yang paling baik. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara salinitas dengan pertambahan tinggi tanaman R. mucronata. Jumiati (2008) menyatakan salinitas air dan rembesan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh subur didaerah estuaria dengan salinitas 10-30ppt. salinitas air yang sangat tinggi yakni ketika salinitas air permukaan melebihi yang umum dilaut (±35ppt) dapat berpengaruh buruk pada petumbuhan vegetasi mangrove, karena


(22)

27

dampak dari tekanan osmosis yang negative. Akibatnya tajuk mangrove menjadi kerdil, dan kompisisinya menjadi berkurang.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 4 bulan, pertambahan tinggi tanaman R. mucronata yang baik diperoleh pada zonasi- zonasi yang memiliki kadar salinitas yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa R. mucronata bukan merupakan tumbuhan yang membutuhkan garam (salt demand) tetapi tumbuhan yang toleran terhadap garam (salt tolerance). Aksornkoae(1993) dalam Eben (1999) meneliti unsur-unsur mineral yang dibutuhkan tanaman mangrove untuk pertumbuhan, dan disebutkan unsur mineral yang dibutuhkan terdiri dari unsur hara makro yaitu N, P K, Ca dan Mg serta unsur mikro yang terdiri dari Zn, Mn, dan Cu. Dari hasil penelitian tersebut ditunjukan bahwa unsur Na dan Cl tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan R. mucronata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam bahwa kadar salinitas pada setiap zonasi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang tanaman R. mucronata. Sedangkan berdasarkan pengamatan selama rentang 4 bulan menunjukan bahwa pertumbuhan diameter tanaman R. mucronata berbeda-beda pada setiap zonasi tumbuh. Pertambahan diameter batang yang paling tinggi diperoleh pada zonasi tumbuh arah darat dengan nilai 0,38mm dan untuk yang pertumbuhan diameter batang yang terendah diperoleh pada zonasi arah laut dengan nilai 0,28mm. Perbedaan pertambahan diameter batang tidak jauh berbeda antara zonasi tempat tumbuh yang satu dengan zonasi tempat tumbuh yang lainnya ini disebabkan oleh ukuran bibit yang digunakan. Ukuran bibit memiliki peran dalam ketersediaan karbohidrat atau cadangan makanan yang nantinya menunjang pertumbuhannya, baik untuk pertumbuhan plumula dan radikula.


(23)

Pernyataan ini didukung oleh Kurniawan (2013) yang menyatakan bahwa ukuran bibit berperan dalam ketersediaan karbohidrat atau cadangan makanan dalam bibit, semakin besar ukuran dan umur bibit maka semakin bagus pertumbuhan bibit.

Daun merupakan salah satu sumber serasah di hutan mangrove yang dimakan oleh kepiting dan sebagian lagi diuraikan oleh bakteri dan jamur menjadi zat nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan-hewan lain disekitar mangrove (Syahrizal, 2011). Jumlah daun menunjukan kemampuan suatu tanaman untuk melakukan proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun maka tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pertambahan jumlah daun yang paling tinggi berada pada zonasi tumbuh arah tengah dan untuk pertumbuhan jumlah daun yang terendah berada pada zonasi tumbuh arah darat. Sedangkan berdasarkan analisi sidik ragam kadar salinitas pada setiap zonasi tempat tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Hal ini menunjukan bahwa pertambahan jumlah daun tanaman R. mucronata tidak hanya dipengaruhi oleh kadar salinitas yang dimiliki setiap zonasi tempat tumbuh tetapi juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan lainnya seperti cahaya matahari. Pernyataan ini didukung oleh study Heddy (1996) bahwa perilaku tertentu dalam pertumbuhan bisa dianggap sebagai respon terhadap bermacam-macam rangsangan yang mempengaruhi tumbuhan. Rangsangan itu bisa eksternal (lingkungan berupa daya tarik bumi,suhu, kelembaban, dan cahaya) atau internal (genetik) sebagai akibat proses metabolik atau proses untuk melanjutkan keturunan. Respon tumbuhan terhadap rangsangan ditunjukan dengan dua cara yaitu rerspon gerakan dan respon perkembangan.


(24)

29

Tanaman R. mucronata yang tumbuh pada zonasi arah laut dan arah darat memiliki pertumbuhan tebal daun yang paling tinggi dibandingkan dengan tanaman R. mucronata pada zonasi arah tengah. Hal ini diduga berkaitan dengan cahaya matahari. Secara umum kondisi zonasi tumbuh arah laut dan arah darat lebih terbuka di bandingkan dengan zonasi tumbuh arah tengah. Sehingga intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman R. mucronata pada zonasi arah laut dan darat lebih tinggi dibandingkan dengan arah tengah. Ini menyababkan pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata pada zonasi arah laut dan darat lebih tebal dibandingkan dengan arah tengah. Pernyataan ini didukung oleh Ulumiyah dkk. (2008) bahwa intensitas cahaya yang tinggi membawa perubahan-perubahan penting dalam morfologi pohon salah satunya yaitu daun akan menjadi lebih tebal karena intensitas cahaya yang tinggi merangsang pertumbuhan palisade.

Kondisi tanaman R. mucronata dapat dilihat dari persentase kriteria tanaman sehat, kurang sehat dan merana (Tabel 4). Secara umum kondisi tanaman R. mucronata tumbuh sehat. Hanya beberapa tanaman saja yang tumbuhnya merana ini disebakan oleh adanya serangan hama seperti keong dan penyakit terutama karena klorosis dan rontoknya daun. Rontoknya daun diduga pengaruh dari limbah minyak yang berasal dari pengeboran minyak yang dilakukan oleh pihak BUMN di Pulau Sembilan. Sehigga akar dan batang tanaman R. mucronata banyak yang tertutupi oleh limbah minyak yang mengakibatkan kematian meristem. Meristem sangat penting untuk petumbuhan tanaman, karena meristem sangat penting dalam pembelahan sel. Gangguan terhadap meristem dapat menyebabkan kematian dari tanaman (Supriharyono 2000).


(25)

Tabel 5. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian di berbagai zonasi tempat tumbuh

Parameter Zonasi Salinitas

Tinggi Zonasi arah darat 30ppt

Diameter Zonasi arah darat 30ppt

Jumlah daun Zonasi arah tengah 32ppt

Tebal daun Zonasi arah laut 35ppt

Persen hidup Zonasi arah darat 30ppt

Kondisi tanaman sehat Zonasi arah darat 30ppt

Berdasarkan pengamatan parameter tinggi, diameter, jumlah daun, tebal daun, persen hidup tanaman dan kondisi tanaman diatas dapat dilihat bahwa tanaman R. mucronata dapat tumbuh baik pada zonasi yang memiliki kadar salinitas 30ppt. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusmana (1983) dalam Eben (1999) kisaran untuk tumbuh R. mucronata yaitu 12-30ppt.


(26)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan hutan yang mengacu pada peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.70/Menhut-II/2008 dinyatakan berhasil karena rata-rata persen tumbuh tanaman ≥80%.

2. Tanaman R. mucronata mampu tumbuh dengan baik pada zonasi arah darat dengan kadar salinitas 30ppt.

Saran

Disarankan untuk diadakan pengkajian serupa dengan perhitungan jarak tanam dan kandungan nutrisi (sifat kimia tanah) karena berpengaruh besar terhadap pertumbuhan mangrove serta agar didapatkan informasi yang lengkap mengenai persentase hidup dan pertumbuhan tanaman R. mucronata yang kedepannya berguna untuk proses rehabilitasi.


(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Mangrove

Kata mangrove mempunyai dua arti pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas dan kedua sebagai individu spesies (Supriharyono, 2000). Hutan oleh masyarakat sering disebut pula dengan dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun menurut Rochana (2006) penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada di mangrove.

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh didaerah pasang surut (terutama di daerah laguna, muara sungai) yang dipengaruhi oleh pasang surut yang ditumbuhi oleh komunitas tumbuhan bertoleransi terhadap garam. Hutan mangrove sering disebut juga hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan yang menyususun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. (Kusmana, 1995).

Hutan mangrove merupakan masyarakat hutan halofil yang menempati bagian zona tropika dan subtropika, berupa rawa atau hamparan lumpur yang terbatasi oleh pasang surut. Halofil merupakan sebutan bagi makhluk yang tidak dapat hidup dalam lingkungan bebas garam, khususnya yang berupa tumbuhan-tumbuhan yang disebut halofita atau tumbuhan-tumbuhan-tumbuhan-tumbuhan yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap salinitas payau dan harus hidup pada kondisi lingkungan yang demikian sehingga spesies tumbuhannya disebut tumbuhan halofita obligat (Indriyanto, 2006).


(28)

5

Sedangkan Saputro (2009) mengatakan bahwa, mangrove adalah sekelompok tumbuhan, terutama golongan halofita yang terdiri dari beragam jenis, dari ukuran tumbuhan yang berbeda-beda tetapi mempunyai persamaan dalam hal adaptasi morfologi dan fisiologi terhadap habitat tumbuhnya dan genangan pasang surut air laut yang mempengaruhinya. Pengertian tersebut menunjukan adanya makna: (1) rezim botani yang menyangkut antara lain taksonomi dan fisiologi tumbuhan, (2) rezim habitat yang antara menyangkut struktur lingkungan, (3) rezim laut yang antara lain menyangkut kondisi pasang surut seperti kelas tingginya atau lamanya genangan air laut.

Habitat dan Zonasi Mangrove

Setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan dan pasang surut. Hal ini menyebabkan terjadinya strukutur dan komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai dari zona yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dekat dengan lautan, serta menyebabkan terjadinya perbedaan struktur tumbuhan mangrove dari satu daerah dengan daerah lainnya (Hutahaean dkk., 1999).

Hutan mangrove banyak ditemukan didaerah pantai-pantai dan teluk yang dangkal, eustuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung dari tanjung dan selat. Kusmana (2003) menyatakan mangrove hidup didaerah antara level pasang naik tertinggi sampai level disekitar atau diatas permukaan laut rata-rata. Hampir 75% tumbuhan mangrove hidup diantara 35o LU-35o LS, banyak terdapat dikawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Sumatera dan beberapa daerah Kalimantan yang mempunyai curah hujan tinggi dan bukan musiman.


(29)

Bengen (1999) menyatakan karateristik habitat hutan mangrove yaitu: a. Umumnya tumbuhan pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur,

berlempung atau berpasir

b. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama

c. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat

d. Terlindung dari gelombang besar dan arus surut yang kuat.

Terdapat beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran vegetasi mangrove yaitu : (1) suhu yang relatif tinggi, (2) daerah terlindungan, (3) arus yang kuat, (4) tipe substrat lumpur atau lunak, (5) paparan yang dangkal atau landai, (6) salinitas atau kadar garam, dan (7) kisaran pasang surut yang tinggi. Hardjowigeno (1989) menambahkan dari pengamatan kualitatif di lapangan menyimpulkan bahwa terjadinya zonasi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut : a. Sifat tanah terutama konsistensi tanah (keras atau lunak), tekstur tanah (liat,

pasir debu dan sebagainya) b. Salinitas

c. Ketahanan jenis vegetasi terhadap arus dan ombak d. Kondisi perkecambahan dan pertumbuhan semai.

Pada umumnya, vegetasinya yang tumbuh dkawasan mangrove mempunyai varaiasi yang seragam yakni hanya terdari dari satu strata yang berupa pohon-pohon yang berbatang lurus dengan tinggi pohon mencapai 20-30 meter. Jika tumbuhan di daerah berpasir atau terumbu karang, tanaman akan tumbuh kerdil, rendah dan batang tanaman bengkok. Berdasarkan tempat tumbuhnya,


(30)

7

kawasan mangrove dibedakan menjadi beberapa zonasi, yang disebut nama-nama vegetasi yang mendominasi (Arif, 2007)

Pembagian zonasi menurut Arif (2007) juga dapat dilakukan berdasarkan jenis yang mendominasi, dari arah laut ke daratan berturut-turut sebagai berikut : a. Zona Avicennia terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada

zona ini, tanah berlumpur lembek dan berkadar garam tinggi.

b. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia dan Sonneratia. Pada zona ini tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran tanaman terendam selama terjadinya pasang surut air laut.

c. Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora. Pada zona ini tanah berlumpur agak keras dan perakaran hanya terendam pasang dua kali sebulan d. Zona Nipah, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona in

sebenarnya tidak harus ada kecuali jika terdapat air tawar yang mengalir dari sungai ke laut.

Fungsi Hutan Mangrove

Hutan bakau merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Masing-masing elemen dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisisr


(31)

bahan-bahan pencemar. Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.

Secara biologis ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebuh produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White et al, 1987). Oleh karenanya, ekosistem hutan mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makan bagi banyak biota perairan (Naamin, 1990).

Dari kawasan Hutan Mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat. Pertama berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun berupa bahan keperluan lainnya. Kedua berupa pembukaaan lahan mangrove untuk digunakan dalam kegiatan produksi baik pangan maupun non pangan serta sarana/prasaran penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air laut dan lain-lain fungsi fisik.

Menurut Suryanto (2005) mengungkapkan beberapa keutamaan hutan mangrove baik dari aspek ekonomi maupun aspek lingkungan yaitu:


(32)

9

a. Penghasil kayu. Hutan mangrove dengan komposisi berbagai jenis pohon dapat menghasilkan kayu untuk pertukangan dan industri lainnya.

b. Tempat pemijaan berbagi jenis ikan. Dengan adanya hutan mangrove di tepi pantai, ikan kecil, kepiting dan udang sangat menyukainya untuk berlindung karena gelombang di bawah tegakan hutan mangrove relative tenang. Keberadaan biota tersebut juga didukung banyaknya plankton.

c. Menjaga kelestarian terumbu karang. Terumbu karang sangat berguna untuk tempat berlindung beranekaragam binatang air serta memungkinkan dikembangkan untuk tempat wisata alam.

d. Mencegah abrasi dan erosi pantai. Kebutuhan pantai dapat terjaga dan menghindari penurunan luasan pantai secara drastis. Menurut informasi 50% kekuatan gempasan gelombang dapat direndam oleh hutan mangrove.

Deskripsi Rhizophora mucronata

Klasifikasi tumbuhan bakau (Rhizophora mucronata) menurut Duke (2006) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Mytales Famili : Rhizoporaceae Genus : Rhizophora

Spesies : Rhizophora mucronata Lamk.


(33)

Nama daerah Rhizophora mucronata adalah bakau, bakau gundul, bakau, genjah dan bangko. Tanaman ini termasuk ke dalam family Rhizoporaceae dan banyak ditemukan pada daerah berpasir serta daerah pasang surut air laut. Tanaman bakau dapat tumbuh hingga ketinggian 35-40 m. Tanaman bakau memiliki batang silindris, kulit luar berwarna coklat keabu-abuan sampai hitam, pada bagian luar kulit terlihat retak-retak. Bentuk akar tanaman ini menyerupai akar tunjang. Akar tunjang digunakan sebagai alata pernapasan karena memiliki lentisel pada permukaannya. Akar tanaman tersebut tumbuh menggantung dari batang atau cabang rendah dan dilapisi semacam sel lilin yang dapat dilewati oleh oksigen tetapi tidak tembus air. Tanaman bakau memiliki daun melonjong, berwarna hijau dan mengkilap dengan panjang gtangkai 17-35mm, tanaman ini umumnya memiliki bunga berwarna kuning yang dikelilingi kelopak berwarna kuning-kecoklatan sampai kemerahan. Proses penyerbukannya dibantu oleh serangga dan terjadi pada April sampai dengan Oktober. Penyerbukan menghasilkan buah berwarna hijau yang umumnya memiliki panjang 36-70 cm dan diameter 2 cm (Kusmana, 2003).

Rhizophora mucronata Lamk. adalah salah satu jenis mangrove yang digunakan untuk rehabilitasi kawasan mangrove di pantai barat maupun pantai timur di Sulawesi Selatan. Salah satu alasan yang membuat jenis ini banyak dipilih untuk rehabilitasi hutan mangrove karena buahnya yang mudah diperoleh, mudah disemai serta dapat tumbuh pada daerah genangan pasang yang tinggi maupun genangan rendah (Supriharyono, 2000).


(34)

11

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pulau Sembilan merupakan nama suatu desa yang berada digugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan secara administrasi terletaak di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Desa ini terletak sekitar 90 km dari Kota Medan. Adapun Batas-batas Lokasinya sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Pulai Kampai

 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Pangkalan susu dan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Aru

Berdasarkan data BPS (2009) bahwa Pulau Sembilan mempunyai luas 24 km2, dengan jumlah penduduk 2.159 jiwa dengan kepadatan penduduk 89,96 jiwa/km2, dengan rincian laki-laki berjumlah 1.701 jiwa dan perempuan 1.052 jiwa. Mata pencaharian masyarakat antara lain petani, nelayan, kerajinan tangan dan pegawai negeri.

Masalah yang dihadapi Desa Pulau Sembilan adalah masalah pengeboran minyak yang dilakukan oleh pihak BUMN di wilayah Pulau Sembilan dan Berimbas kepada sumberdaya laut yang berkurang tahun-tahun terakhir. Masalah lain yang dihadapi yaitu pembukaan lahan tambak di pulau Sembilan menyebabkan harus dikonversinya lahan mangrove yang berimbas kepada berkurangnya lahan mangrove di Pulau Sembilan (Yunasfi, 2014).


(35)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luas Hutan Mangrove Di Indonesia diperkirakan sekitar 20.9% dari total mengrove dunia. Dari keseluruhan mangrove di dunia, Indonesia memiliki luasan terluas (3.189 juta Ha), diikuti oleh Brazil (1.300 juta Ha), Australia (0,991 juta Ha), dan Mexico (0,77 juta Ha) (Spalding dkk, 2010). Hutan mangrove sangat mudah dikenali dan dibedakan dengan hutan lainnya, karena hutan ini membentuk suatu formasi yang khas pada daerah garis pantai. Pada hutan mangrove di dalamnya terdapat beberapa jenis flora yang merupakan bagian dari komunitas ekosistem butan mangrove, antara lain adalah jenis Sonneratia sp, Briguera sp. Ceriops sp, Aegiceras sp, Excoecaria sp, Xylocarpus sp, Rhizophora sp, dan Avicennia sp.

Hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan yang terbentuk di sepanjang pesisir dan terlindung pada delta-delta di muara-muara sungai. Pembentukan hutan mangrove mengikuti pola sedimentasi bahan-bahan yang terbawa arus sungai sepanjang pesisir (Wirakusumah dan Sutisna 1980). Menurut Kusmana (2003), hutan mangrove dapat diartikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh didaerah pasang surut yang tergenang pada saat air pasang dan tidak tergenang pada saaat air surut seperti laguna dan muara sungai dimana tumbuhannya memiliki tolenransi yang tinggi terhadap kadar garam.

Hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memiliki beberapa sifat kekhususan diantaranya karena letak hutan mangrove yang sangat spesifik, peranan ekologisnya yang khas dan potensi yang bernilai ekonomis tinggi. Hutan


(36)

2

mangrove merupakan sumberdaya alam yang dapat dipulihkan pendayagunaanya sehingga memerlukan penanganan yang tepat terutama untuk mencegah musnahnya sumberdaya alam tadi dan untuk menjamin kelestarian masa kini dan masa yang akan datang. Hutan mangrove dan hutan pantai merupakan jalur hijau daerah pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi. Secara ekonomi, hutan mangrove dan hutan pantai merupakan sumber hutan bukan kayu bagi masyarakat setempat, sedangkan secara ekologis yakni manfaat jasa lingkungan dan secara fisik berperan melindungi lahan pantai karena mampu memecahkan energi kinetik gelombang air laut (Alwidakdo dkk., 2014)

Walaupun ekosistem hutan mangrove tergolong sumberdaya yang dapat pulih, namun bila pengalihan fungsi atau konversi dilakukan secara besar-besaran dan terus menerus tanpa mempertimbangkan kelestariannya, maka kemampuan ekosistem tersebut untuk memulihkan dirinya tidak hanya terhambat tetapi juga tidak berlangsung, karena beratnya tekanan akibat perubahan tersebut. Kerusakana hutan mangrove berdampak besar baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial (Ghufran, 2012).

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan, maka fungsi lingkungan pantai di beberapa daerah telah menurun atau rusak dimana banyaknya kepentingan yang menyebabkan kawasan mangrove mengalami perlakuan yang melibihi kemampuan untuk mengadakan permudaan, pengalihan penggunaan lahan dari tanah timbul menjadi pemukiman. Selain itu, kurang adanya usaha yang signifikan dalam melakukan rehabilitasi mangrove yang telah mengalami kerusakan (Luqman dkk., 2013)


(37)

Mengingat sangat pentingnya permasalahan tersebut di atas dan menyadari bahwa sangat pentingnya fungsi hutan mangrove bagi kehidupan masyarakat dan ekosistem global sehingga perlu adanya upaya rehabilitasi kawasan hutan mangrove. Upaya rehabilitasi hutan mengrove tersebut dilaksanakan untuk mencapai keseimbangan fungsi yaitu fungsi hutan mangrove sebagai zona ekonomi dan fungsi lingkungan dimana hutan mangrove merupakan zona penyangga kehidupan di wilayah pesisir. Dengan demikian upaya rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan pada kawasan hutan maupun pada kawasan bukan hutan dapat berjalan sesuai yang diinginkan, hal tersebut dapat didukung dengan melibatkan unsur masyarakat sekitar kawasan pesisir dan instansi pemerintah terkait.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat keberhasilan tahun pertama pemeliharaan tanaman

Rhizophora mucronata hasil dari kegiatan rehabilitasi hutan mangrove pada bulan

maret 2014 di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu.

2. Mengkaji kemampuan tumbuh tanaman Rhizophora mucronata pada zonasi arah tumbuh dengan kadar salinitas yang berbeda di kawasan rehabilitasi hutan mangrove Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat keberhasilan penanaman mangrove serta kemampuan tumbuh tanaman Rhizophora mucronata yang nantinya dapat digunakan untuk kegiatan rehabilitasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu.


(38)

ABSTRACT

MUAMMAR SYAFWAN : Evaluation Growth Rhizophora mucronata Lamk. First Year at Mangrove Forest Rehabilitation in The Pulau Sembilan Village Langkat District Pangkalan Susu. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI

The reduced area of mangrove forests due to various pressures required rehabilitation activities throughout the damaged area mangrove forests. In the rehabilitation of mangrove forests often found conditions at the site have salinity levels different. The purpose of this research to know the success of the first year maintenance and the ability to grow plants Rhizophora mucronata at different salinity conditions at mangrove rehabilitation area in village Pulau Sembilan, Pangkalan Susu. The research was done by making observation plots systematically sampling with random start. The distance between each plot was 3m and size of the plot was 5 m x 5 m. The plots were made at the growth orientations: sea, middle, and land. The results showed that the success rates based on the ratings success of the plant outside the forest area declared a success because the average percent growth of plant > 80%, and the plant Rhizophora mucronata able to grow well in land zone with salinity levels 30ppt Key word : Mangrove Forest, Growth, Salinity, Rhizophora mucronata


(39)

ABSTRAK

MUAMMAR SYAFWAN : Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk tahun pertama pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Di bawah bimbingan MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan di seluruh daerah hutan mangrove yang rusak. Dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove sering dijumpai kondisi lokasi yang memiliki kadar salinitas yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan tahun pertama pemeliharaan dan kemampuan tumbuh tanaman Rhizophora mucronata pada kondisi salinitas yang berbeda di kawasan rehabilitasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu. Penelitian ini dilakukan dengan membuat petak ukur pengamatan dengan metode systematic sampling with random start. Jarak setiap petak ukur 3 meter dan ukuran petak ukur 5 x5 m. Petak ukur dibuat pada setiap posisi arah tumbuh yaitu arah laut, bagian tengah dan arah darat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan hutan dinyatakan berhasil karena rata-rata

persen tumbuh tanaman ≥ 80%, dan tanaman R. mucronata mampu tumbuh

dengan baik pada zonasi arah darat dengan kadar salinitas 30ppt.

Kata Kunci : Hutan Mangrove, Pertumbuhan, Salinitas, Rhizophora mucronata


(40)

EVALUASI PERTUMBUHAN Rhizophora mucronata Lamk

TAHUN PERTAMA PADA KEGIATAN REHABILITASI

HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN

KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh :

Muammar Syafwan Budidaya Hutan / 121201106

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(41)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat.

Nama : Muammar Syafwan NIM : 121201106

Minat : Budidaya Hutan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut, M.Si., Ph.D Dekan Fakultas Kehutanan


(42)

ABSTRACT

MUAMMAR SYAFWAN : Evaluation Growth Rhizophora mucronata Lamk. First Year at Mangrove Forest Rehabilitation in The Pulau Sembilan Village Langkat District Pangkalan Susu. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI

The reduced area of mangrove forests due to various pressures required rehabilitation activities throughout the damaged area mangrove forests. In the rehabilitation of mangrove forests often found conditions at the site have salinity levels different. The purpose of this research to know the success of the first year maintenance and the ability to grow plants Rhizophora mucronata at different salinity conditions at mangrove rehabilitation area in village Pulau Sembilan, Pangkalan Susu. The research was done by making observation plots systematically sampling with random start. The distance between each plot was 3m and size of the plot was 5 m x 5 m. The plots were made at the growth orientations: sea, middle, and land. The results showed that the success rates based on the ratings success of the plant outside the forest area declared a success because the average percent growth of plant > 80%, and the plant Rhizophora mucronata able to grow well in land zone with salinity levels 30ppt Key word : Mangrove Forest, Growth, Salinity, Rhizophora mucronata


(43)

ABSTRAK

MUAMMAR SYAFWAN : Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk tahun pertama pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Di bawah bimbingan MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan di seluruh daerah hutan mangrove yang rusak. Dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove sering dijumpai kondisi lokasi yang memiliki kadar salinitas yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan tahun pertama pemeliharaan dan kemampuan tumbuh tanaman Rhizophora mucronata pada kondisi salinitas yang berbeda di kawasan rehabilitasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu. Penelitian ini dilakukan dengan membuat petak ukur pengamatan dengan metode systematic sampling with random start. Jarak setiap petak ukur 3 meter dan ukuran petak ukur 5 x5 m. Petak ukur dibuat pada setiap posisi arah tumbuh yaitu arah laut, bagian tengah dan arah darat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan hutan dinyatakan berhasil karena rata-rata

persen tumbuh tanaman ≥ 80%, dan tanaman R. mucronata mampu tumbuh

dengan baik pada zonasi arah darat dengan kadar salinitas 30ppt.

Kata Kunci : Hutan Mangrove, Pertumbuhan, Salinitas, Rhizophora mucronata


(44)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di kota Medan Sumatera Utara pada tanggal 28 November 1993 dari pasangan bapak H. Karimun Mk. SPdI. dan Ibu Lasmi. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan formal di SD Al-Fitriah Medan dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Mts. Muallimin Proyek UNIVA Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MAN 2 Model Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 juga penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-SPMB

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi baik di dalam maupun di luar kampus yaitu: sebagai anggota Badan Kenaziran Mushollah Kehutanan USU tahun 2012-2013, Anggota kreativitas Rain Forest Community tahun 2011-2013,

Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat pada tahun 2014. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah KPH Pekalongan Timur dari tanggal 4 Februari sampai 8 April 2014.


(45)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Akar Bibit Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat”. Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak H. Karimun Mk. SPdI. dan Ibu Lasmi, yang selalu memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, dukungan moril serta materil kepada penulis. Semua hal yang kedua orang tua penulis berikan merupakan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala hal yang diberikan kepada penulis, tanpa kedua orang tua penulis skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan.

2. Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, serta memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini.

3. Seluruh masyarakat Desa Pulau Sembilan khususnya Bapak Burhan selaku Toko masyarakat, Bapak Munir dan Bapak Taufik yang telah banyak membantu dalam melakukan kegiatan Rehabilitas Hutan Mangrove.

4. Rekan tim penelitian (Arif Syuhada, Taufik Ferdiman T., Fuad Khalil, Desya Alvionita, Marnida Uli dan Nina B. Manalu) yang telah memberikan semangat


(46)

dan kerjasama saat melakukan penelitian, serta teman-teman angkatan 2010 di Program Studi Kehutanan, khususnya di Budidaya Hutan 2010.

5. Rekan – rekan seperjuangan Edra Septian, Warren C. Meliala, dan Eko Marabinhak beserta seluruh anggota Rain Forest Community dalam membantu kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove.

6. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga kedepannya skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.

Medan, Juni 2016

Penulis


(47)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang... ... 1

Tujuan Penelitian... ... 3

Manfaat Penelitian... ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove ... 5

Habitat dan Zonasi Mangrove... ... 6

Fungsi Hutan Mangrove... ... 8

Deskripsi Rhizophora mucoronata... ... 10

Kondisi Lokasi Penelitian ... 12

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 13

Alat dan Bahan ... 13

Prosedur Penelitian ... 14

1. Orentasi Lapangan ... 14

2. Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 15

3. Analisis Data... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(48)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Hasil Pengukuran Kadar Salinitas Pada Lokasi Penelitian ... 20 2. Persentase hidup Tanaman Rhizophora mucronata ... 20 3. Hasil uji Duncan mengenai respon pertambahan tinggi tanaman

R. mucronata ... 21 4. Persentase kondisi Tanaman ... 26 5. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian di berbagai


(49)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Morfologi Rhizophora mucronata Lamk. ... 10

2. Peta Lokasi Penelitian ... 13

3. Skema petak ukur di lapangan ... 13

4. Pengukuran tinggi pohon... 14

5. Pengukuran diameter pohon ... 15

6. Pengukuran tebal daun ... 15

7. Kondisi umum setiap zonasi tempat tumbuh ... 19

8. Pertumbuhan tinggi tanaman R. mucronata ... 21

9. Pertumbuhan diameter tanaman R. mucronata ... 23

10. Pertumbuhan Jumlah daun tanaman R. mucronata ... 24


(50)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pertambahan tinggi rata-rata (cm) tanaman R. mucronata ... 36 2. Pertambahan diameter batang rata-rata (mm) tanaman R. mucronata ... 36 3. Pertambahan jumlah daun rata-rata(helai) tanaman R.mucronata ... 36 4. Pertumbuhan tebal daun rata-rata(mm) tanaman R.mucronata ... 36 5. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan tinggi

tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 6. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan diameter

tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 7. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan jumlah daun tanaman

R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 8. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan tebal daun tanaman


(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Akar Bibit Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat”. Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak H. Karimun Mk. SPdI. dan Ibu Lasmi, yang selalu memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, dukungan moril serta materil kepada penulis. Semua hal yang kedua orang tua penulis berikan merupakan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala hal yang diberikan kepada penulis, tanpa kedua orang tua penulis skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan.

2. Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, serta memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini.

3. Seluruh masyarakat Desa Pulau Sembilan khususnya Bapak Burhan selaku Toko masyarakat, Bapak Munir dan Bapak Taufik yang telah banyak membantu dalam melakukan kegiatan Rehabilitas Hutan Mangrove.

4. Rekan tim penelitian (Arif Syuhada, Taufik Ferdiman T., Fuad Khalil, Desya Alvionita, Marnida Uli dan Nina B. Manalu) yang telah memberikan semangat


(2)

dan kerjasama saat melakukan penelitian, serta teman-teman angkatan 2010 di Program Studi Kehutanan, khususnya di Budidaya Hutan 2010.

5. Rekan – rekan seperjuangan Edra Septian, Warren C. Meliala, dan Eko Marabinhak beserta seluruh anggota Rain Forest Community dalam membantu kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove.

6. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga kedepannya skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.

Medan, Juni 2016

Penulis


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang... ... 1

Tujuan Penelitian... ... 3

Manfaat Penelitian... ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove ... 5

Habitat dan Zonasi Mangrove... ... 6

Fungsi Hutan Mangrove... ... 8

Deskripsi Rhizophora mucoronata... ... 10

Kondisi Lokasi Penelitian ... 12

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 13

Alat dan Bahan ... 13

Prosedur Penelitian ... 14

1. Orentasi Lapangan ... 14

2. Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 15

3. Analisis Data... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(4)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Hasil Pengukuran Kadar Salinitas Pada Lokasi Penelitian ... 20 2. Persentase hidup Tanaman Rhizophora mucronata ... 20 3. Hasil uji Duncan mengenai respon pertambahan tinggi tanaman

R. mucronata ... 21

4. Persentase kondisi Tanaman ... 26 5. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian di berbagai


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Morfologi Rhizophora mucronata Lamk. ... 10

2. Peta Lokasi Penelitian ... 13

3. Skema petak ukur di lapangan ... 13

4. Pengukuran tinggi pohon... 14

5. Pengukuran diameter pohon ... 15

6. Pengukuran tebal daun ... 15

7. Kondisi umum setiap zonasi tempat tumbuh ... 19

8. Pertumbuhan tinggi tanaman R. mucronata ... 21

9. Pertumbuhan diameter tanaman R. mucronata ... 23

10. Pertumbuhan Jumlah daun tanaman R. mucronata ... 24


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pertambahan tinggi rata-rata (cm) tanaman R. mucronata ... 36 2. Pertambahan diameter batang rata-rata (mm) tanaman R. mucronata ... 36 3. Pertambahan jumlah daun rata-rata(helai) tanaman R.mucronata ... 36 4. Pertumbuhan tebal daun rata-rata(mm) tanaman R.mucronata ... 36 5. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan tinggi

tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 6. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan diameter

tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 7. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan jumlah daun tanaman

R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 8. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan tebal daun tanaman


Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

2 7 49

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 12

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 2

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 3

Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 13

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 11

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 1 2

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 3

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 8

Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat

0 0 3