Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat
LAMPIRAN
Hasil Pengukuran Parameter Pengamataan
Hasil pengukuran tinggi tanaman di awal dan di akhir pengamatan
Hasil pengukuran diameter tanaman di awal dan di akhir pengamatan
No. PU
Diameter Rata-rata(cm) Tanaman Rhizophora mucronata
Pengamatan Bulan Mei 2015 Pengamatan Bulan Agustus 2015 Arah Laut Arah Tengah
Arah Darat
Arah
Laut Arah Tengah
Arah Darat PU1 8.4448 7.5804 7.2312 7.0176 10.1836 11.156 PU2 7.2092 7.4576 6.782 8.7756 9.7824 10.6716 PU3 5.8536 6.0764 7.8424 9.5772 9.9016 10.5976
Rata-rata 7.1692 7.038133333 7.2852 8.4568 9.955866667 10.8084
Hasil pengukuran jumlah daun tanaman di awal dan di akhir pengamatan
No. PU
jumlah daun Tanaman Rhizophora mucronata
Pengamatan Bulan Mei 2015 Pengamatan Bulan Agustus 2015 Arah Laut Arah Tengah Arah Darat Arah Laut Arah Tengah Arah Darat
PU1 8.64 16.88 12.68 13.4 33.28 34.88
PU2 11.6 17.8 12.6 19.28 26.68 44.56
PU3 9.92 10.04 18.8 20.28 30.68 36.16
Rata-rata 10.05333333 14.90666667 14.69333333 17.65333333 30.21333333 38.53333333 No.
PU
Tinggi Rata-rata(cm) Tanaman Rhizophora mucronata
Pengamatan Bulan Mei 2015 Pengamatan Bulan Agustus 2015 Arah Laut Arah Tengah Arah Darat
Arah
Laut Arah Tengah Arah Darat PU1 71.608 76.368 80.48 86.632 104.884 107.888 PU2 76.028 79.928 74.016 93.644 97.168 100.56 PU3 76.796 73.332 79.484 100.86 106.82 103.112
(2)
Dokumentasi
A B
C D
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. 1999. ImplementasiKonservasiHutan Mangrove di Indonesia. MakalahpadaRakerPengelolaan PesisrdanHutan di Indonesia yang diselenggarakanpada 18 Mei 1999 olehDirektoratJenderalBangdaDepdagri. Ansori, S.1998. Studi Fisik dan Pasang Surut Air Laut terhadap Penyebaran Jenis
Rhizophora Hutan Mangrove Pantai Tampora Jatim.Fahutan.IPM. Malang. Arief, A. 2003.Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya.Kanisius.Yogyakarta. Basyuni M et al. 2007. Triterpene synthases from the okinawan mangrove tribe,
Rhizophoraceae.TheFederation of European Biochemical Societies
Journal274:5028–5042.
Basyuni, M. 2002. PanduanRestorasiHutan Mangrove yang Rusak (Degraded).Diaksesdari repository.usu.ac.id/hutan-basyuni3.pdf
Duke, N.C. 2006. Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, R. × annamalai, R. × lamarckii (Indo–West Pacific stilt mangrove).Permanent Agriculture Resources 2 (1)
Ghufran, M. 2012. Ekosistem mangrove; potensi, fungsidanpengelolaan. Jakarta. RinekaCipta
Giesen, W., Wulfraat, S., Zieren, M. &Scholten, L., 2007, Mangrove Guidebook for Southeast Asia. FAO, Bangkok, Thailand and Wetlands International, Wageningen, Netherlands
Hardjowigeno. 1989. MetodeEkologiTumbuhan. FakultasBiologiUniversitasGadjahMada. Yogyakarta
Hutahaean, E., C. Kusmanadan H. R. Dewi. 1999. StudiKemamapuanTumbuhAnakan Mangrove JenisRhizophoramucronata, BrugueiragimnorrizhadanAvicennia marinapadaberbagaitingkatsalinitas. JurnalManagemenHutanTropika 5, (1):77-85.
Hutching, P. And P. Saenger. 1987. Ecology of Mangrove. University of Queensland Press.Auatralia.
Kusmana, C., S. Wilarso, I.Hilwan, P. Pamoengkas, C. wibowo, T. Tiryana, A. Triswanto, Yunasfi, Hamzah. 2003. TeknikRehabilitasi Mangrove. FakultasKehutanan IPB. Bogor.
Lugo A.E. and S.C. Snedaker. 1974. The ecology of mangroves. Annual Review of Ecology and Systematics 5: 39-63.
(4)
Mac Nae, W. 1986.“A General Account of Fauna and Flora of Mangrove Swamps and Forest in The Indowest- Paasific Region.-”Dalam : Adv. Mar. Biol.
Noor, R.Y., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Odum, E. P. 1972. Fundamentals of ecology. W. B. Saunder Company. Philadelphia. London Toronto
PeraturanMenteriKehutananNomor : P. 20/Menhut-II/2009 TentangPanduanPenanamanSatu Orang SatuPohon (One Man One Tree)
Rahmawaty, 2006.Upayapelestarian mangrove berdasarkanpendekatanmasyarakat.Diaksesdarirepository.usu.ac.id/
Rusila, N, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra, 1999, Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.PHKA/WI-IP. Bogor.
Saenger. 1983. Golobal status of ekosistem IUCN commission ecologypapers Soeroyo, 1993.Pertumbuhan Mangrove dan Permasalahannya. Buletin Ilmiah
INSTIPER. Yogyakarta.
Sugiartodanwilly, E. 2003. PenghijauanPantai. PenebarSwadaya. Jakarta
Supriharyono, 2000.PelestariandanPengelolaanSumberDayaAlam di Wilayah PesisirTropis.GramediaPusat. Jakarta.
Suryanto.H, D. Ainimdan P.G. Handoko. 2005. ProsedurdanSpesifikasiTeknisAnalisisKesesuaianBudidayaTiram
Mutiara. Norma, Prosedur, Pedoman, SpesifikasidanStandar. Pusat Survey SumberdayaAlamLautBakosurtanal.
Tomlinson, P.B., 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press, London.
Wijayanti, T., 2007, KonservasiHutan Mangrove SebagaiWisataPendidikan, TugasAkhirMahasiswaTeknikLingkunganUniversitas
Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur, Surabaya Yunasfi. 2014. BukuSakuPengenalanEkosistemHutan. USU. Medan
(5)
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai September 2015 dan lokasinya terletak pada latitude 4°8'39,13"N dan longitude: 98°13'55,38"E di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, yang merupakan lokasi penghijauan yang dilakukan oleh Program Studi Kehutanan pada tahun 2014. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dengan waktu kegiatan yang diperlukan untuk penelitian adalah sebagai berikut: (a) Orientasi Lapangan, (b)Pengumpulan data, (c) Analisis data, dan (d) Penyusunan dan penulisan.
Gambar 3. Lokasi penelitian
Alat Dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk mengetahui koordinat titik pengamatan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, meteran untuk mengukur jarak dan tinggi tanaman, tali, refraktometer untuk mengukur kadar
(6)
salinitas, kaliper digital untuk mengukur diameter batang, mirometerscrub digital untuk mengukur tebal daun, dan kamera untuk dokumentasi.
Bahan penelitian yang digunakan adalah tanaman mangrove jenisR. mucronata berumur 10 bulan.
Prosedur Penelitian Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dimaksudkan untuk mengetahui keadaan umum lokasi penelitian serta obyek ataupun titik berat penelitian dan pembuatan petak ukur, guna persiapan penelitian.Pembuatan petak ukur dilakukan secaa sistematik dengan intensitas sampling 10%. Petak ukur dibuat dengan ukuran 5 x 5 m dengan jarak 3 meter antar petak ukur yang diletakkan pada 3 posisi tempat tumbuh yaitu arah laut, bagian tengah, dan arah darat. Skema petak ukur dilapangan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4.Skema petak ukur di lapangan (Sample plots scheme in field) Keterangan (Remark):
D1-D2-D3 = 3 m; T1-T2-T3 = 3 m; L1-L2-L3 = 3 m; D = PU arah darat (sample plots of land); T = PU arah tengah (sample plots of middle); L = PU arah laut (sample plots of sea); D1=D2=D3 = 25 bibit tanaman; T1=T2=T3= 25; L1=L2=L3 = 25 bibit tanaman; luas 21m X 21m
(7)
Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan pada petak ukur yang dibuat di tiga lokasi tempat tumbuh yang berbeda. Variable yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, tebal daun, kondisi tanaman, dan kadar salinitas air.
a. Pertambahan Tinggi
Pengukuran tinggi dilakukan sebanyak 2 kali,pengamatan awal dilakukan pada tanggal 17 Mei 2015 dan pengamatan akhir dilakukan pada tanggal 19 September 2015 dengan menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 cm. Pengukuran tinggi dimulai pada pangkal pertumbuhan tanaman yaitu pada ujung propagul sampai ujung pucuk tanaman yang paling tinggi.
b. Pertambahan Diameter
Pengukuran diameter dilakukan sebanyak 2 kali,pengamatan awal dilakukan pada tanggal 17 Mei 2015 dan pengamatan akhir dilakukan pada tanggal 19 September 2015. Diamter batang diukur dengan menggunakan kalifer untuk mendapatakan pengukuranyang lebih akurat diameter batang 10 cm dari ujung propagul dimana tunas tumbuh.
c. Pertambahan Jumlah Daun
Pengukuran jumlah daun dilakukan sebanyak 2 kali,pengamatan awal dilakukan pada tanggal 17 Mei 2015 dan pengamatan akhir dilakukan pada tanggal 19 September 2015. Pengukuran jumlah daun diukur dengan perhitungna secara manual.
(8)
d. Persentasi tumbuh tanaman
Persentasi tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan jumlah tanaman yang ada pada suatu petak ukur dengan jumlah tanaman yang seharusnya ada di dalam petak ukur bersangkutan.
e. Kadar Salinitas air
Pengukuran kadar salinitas air dilakukan pada tanggal 19 September 2015. Kadar salinitas air diukur dengan menggunakan refraktometer. Kadar salinitas air dilakukan pada saat pasang di tiga lokasi tumbuh yang berbeda yaitu arah laut, tengah, dan arah darat.
Gambar 5. Ilustrasi Pengukuran Tebal Daun, Diameter Batang, dan Tinggi Tanaman Keterangan gambar : (a) Batas pengukuran diameter, dan (b) Pengukuran tinggi
tanaman. Analisis Data
Hasil dari pengamatan tiap petak ukur dihitung untuk mengetahui persentasi tumbuh tanaman dengan pengolahan data sebagai berikut :
(9)
Persentasi tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan jumlah tanaman yang ada pada suatu petak ukur dengan jumlah tanaman yang seharusnya ada di dalam petak ukur bersangkutan. Perhitungan persentasi tumbuh mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.70/Menhut-II/2008.
T =∑ ��
∑ �� � 100%
Dimana :
T : Persen (%) tumbuh tanaman sehat
∑ �� : Jumlah tanaman sehat yang terdapat pada petak ukur ke i
∑ �� : Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak ukur i
b. Klasifikasi Tinggi Tanaman
Kerataan tinggi tanaman adalah rata-rata tinggi tanaman yang diperoleh dengan merata-ratakan tinggi masing-masing individu tanaman dibandingkan dengan jumlah tanamannya.
� = ∑ ��
∑ ��
Dimana :
H = Tinggi rata-rata tanaman dalam petak ukur
ti = Tinggi setiap individu tanaman dalam petak ukur ke i ni = Jumlah tanaman pada petak ukur ke i
(10)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Salinitas
Tanaman mangrove merupakan tanaman yang toleran terhadap kondisi salinitas suatu daerah.Salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman mangrove.
Tabel 1. Konsentrasi salinitas pada setiap zonasi
Zonasi Tempat Tumbuh Titik Pengamatan Kadar Salinitas Lintang Utara Bujur Timur
Arah Laut 4° 8'36.37"N 98°14'35.56"E 35ppt 4° 8'36.22"N 98°14'36.01"E 35ppt Arah Tengah 4° 8'37.49"N 98°14'35.59"E 32ppt 4° 8'37.10"N 98°14'35.91"E 32ppt Arah Darat 4° 8'38.19"N 98°14'35.63"E 30 ppt
4° 8'38.73"N 98°14'36.01"E 30ppt
Spesies mangrove memiliki kemampuan tumbuh dalam berbagai tingkat salinitas mulai dari air tawar sampai ke tingkat di atas air laut. Salinitas memberikan respon yang berbeda terhadap pertambahan tinggi dan diameter dengan jumlah daun yang dihasilkan.Berdasarkan data salinitas diatas pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan salinitas pada setiap zonasi memiliki perbedaan, oleh sebab itu nilai persentasi tumbuh di setiap zona juga memiliki perbedaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Noor dkk,1999) yang menyatakan bahwa Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya.
(11)
2. Tinggi tanaman R. mucronata
Keberhasilan suatu tanaman mangrove dapat dilihat melalui pengukuran tinggi rata-rata tanaman, diameter rata-rata tanaman, pertambahan jumlah daun, tebal daun, dan persentase bibit mangrove. Kerataan tinggi tanaman adalah rata-rata tinggi tanaman yang diperoleh dengan merata-rata-rata-ratakan tinggi masing-masing individu tanaman dibandingkan dengan jumlah tanamannya.
Tabel 2. Pertambahan tinggi rata-rata tanaman R..mucronata
No. PU Riap Tinggi Rata-rata (cm/4Bln) Tanaman R. mucronata Arah Laut Arah Tengah Arah Darat
PU1 15.02 28.51 27.40
PU2 17.61 17.24 26.54
PU3 24.06 33.48 23.62
Rata-Rata 18.90 26.41 25.86
Berdasarkan data Tabel 2 dapat dapat dilihat bahwa adanya perbedaan nilai rata-rata pertambahan tinggi tanaman yang diperoleh pada masing-masing zonasi tumbuh R. mucronata. Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa dari 3 zonasi tempat tumbuh yaitu arah laut, arah tengah, dan arah darat memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Namun terlihat pada Tabel 2 bahwa zonasi arah darat memiliki rata-rata tinggi tanaman R. mucronata tertinggi dibandingkan pada zonasi arah darat maupun arah laut. Padadaerah yang mendekati arah laut nilai rata-rata pertambahan tinggi tanaman sebesar 18,90 cm, pada zona atau arah tengah 26,41 cm, dan pada arah darat sebesar 25,86 cm. Berdasarkan data tersebut nilai tertinggi terdapat pada bagian tengah sebesar 26,41 cm.
Adanya perbedaan data yang diperoleh baik dari arah laut, arah tengah, maupun arah darat disebebkan oleh kemampuan adaptasi dari masing-masing tumbuhan terhadap tempat atau zonasi tumbuh yang ada pada daerah tempat tunbuh tanaman mangrove tersebut.Hutahaean (1999) menyatakan bahwa
(12)
setiapjenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperature, curah hujan dan pasang surut.Hal ini menyebabkan terjadinya strukutur dan komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai dari zona yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dengan lautan, serta menyebabkan terjadinya perbedaan struktur tumbuhan mangrove dari satu daerah dengan darah lainnya.
Konsentrasi salinitas juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman R. mucronataakan optimal pada konsentrasi salinitas yang sesuai. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil yang optimal terdapat pada zona arah darat, hal ini dikarenakan konsentrasi salinitas yang terdapat pada zona arah darat mendekati dengan kriteria tumbuh tanaman. 3. Diameter R. mucronata
Pertambahan rata-rata diameter tanaman R. mucronata dari setiap zona yang diamati baik zona arah laut, arah tengah, dan arah darat memiliki nilai yang berbeda.Pertambahan rata-rata diameter tanaman R. mucronata dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Riap diameter rata-rata tanaman R. mucronata
No. PU Riap Diameter Rata-Rata (mm/4Bln) Tanaman R. mucronata Arah Laut Arah Tengah Arah Darat
PU1 0.49 2.60 3.92
PU2 1.57 2.32 3.89
PU3 3.72 3.83 2.76
Rata-Rata 1.93 2.92 3.52
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pertambahan diameter rata-rata memiliki nilai yang berbeda. Dari Tabel 3 dapat dilihat pertambahan diameter rata-rata tanaman R. mucronata yang tertinggi adalah pertambahan rata-rata diameter tanaman R. mucronata yang terdapat pada zona arah darat yaitu
(13)
3,52mm, kemudian arah tengah yaitu 2,92mm. Sedangkan riap diameter rata-rata tanaman R. mucronata yang terendah terdapat pada zona arah laut yaitu 1,9 mm.
Bertambahnya tinggi dan diameter pohon akan disertai dengan semakin lebarnya perakaran sehingga terjadi kompetisi ruang yang rumit. Pohon yang mampu mengatasi gangguan dari faktor lingkungan akan dapat tumbuh dengan baik secara morfologi lebih tinggi dari yang tidak toleran terhadap gangguan, meskipun perbedaan tingkat pertumbuhannnya tidak signifikan karena mangrove mempunyai satu strata (Poedjiraharjoe, 1999).
4. Jumlah daun R. mucronata
Pertambahan rata-rata jumlah daun tanaman R. mucronata yang terdapat pada tiga zona yang berbeda juga memiliki nilai yang berbeda pula sebagaimana yang tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4.Pertambahan jumlah daun rata-rata tanamanR. mucronata No. PU Pertambahan Jumlah Daun Rata-Rata Tanaman R. mucronata
Arah Laut Arah Tengah Arah Darat
PU1 4.76 16.4 22.2
PU2 7.68 8.88 31.96
PU3 10.36 20.64 17.36
Rata-rata 7.6 15.31 23.84
Berdasarkan Tabel 4 pertambahan jumlah daun rata-rata tanaman R. mucronata yang tertinggi adalah pertambahan jumlah daun rata-rata yang terdapat pada zona yang mendekati arah darat yaitu 23.84 diikuti arah tengah yaitu 15.31 dan pertambahan jumlah daun rata-rata yang terendeah terdapat pada zona yang mendekati arah laut yaitu rata-rata 7.6 helai daun. Adanya perbedaan yang diperoleh oleh 3 tempat tumbuh R. mucronata ini disebabkan oleh bedanya tempat tumbuh mangrove, dimana pada masing-masing tanah memiliki salinitas, temperatur, curah hujan, pasang surut dan intensitas cahaya yang berbeda.
(14)
5. Persentasi tumbuh tanamanR. mucronata
Persentasi tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan jumlah tanaman yang ada pada suatu petak ukur dengan jumlah tanaman yang seharusnya ada di dalam petak ukur bersangkutan. Perhitungan persentasi tumbuh mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.70/Menhut-II/2008. Persentasi tumbuh tanaman R. mucronata memiliki nilai yang berbeda disetiap zona yang berbedap seperti yang tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5.Persentasi tumbuh tanaman R. mucronata
No. PU Persentasi Tumbuh Tanaman R. mucronata
Arah Laut Arah Tengah Arah Darat
PU1 100% 92% 92%
PU2 88% 96% 100%
PU3 92% 96% 96%
Rata-rata 93% 94.67% 96%
Tabel 5 menunjukan perbedaan nilai persentasi tumbuh tanaman R. mucronata terhadap masing-masing zona tumbuh . Persentasi tumbuh tanaman
R. mucrontayang tertinggi terdapat pada zona yang mendekati arah darat yaitu dengan rata-rata 96% kemudian arah tengah yaitu 94.67% dan persentasi tumbuh tanaman yang terendah terdapat pada zona yang mendekati arah laut yaitu 93%. Rata-rata persentase tumbuhan yang baik terdapat pada zonasi darat yaitu 96% hal ini disebebkan oleh karena zonasi arah darat merupakan tempat tumbuh yang sesuai untuk tanaman R. mucrona. R. mucronatabiasa dijumpai di tempat yang berlumpur seperti muara dan tepi vegetasi mangrove.Spesies ini dapat hidup pada berbagai tinggi permukaan tanah.
Penilaian tanaman baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan yang dilaksanakan dalam hamparan lahan dengan satuan luas (Ha) dapat dinilai keberhasilannya.Pada kawasan diluar hutan Persentase tanaman Tahun
(15)
Berjalan (Penilaian Tahap I), Persentase tumbuh tanaman dinyatakan berhasil apabila mencapai ≥60% dan kurang berhasil apabila persentase tumbuhnya <60%. Tanaman setelah Pemeliharaan I, satu tahun setelah penanaman (Penilaian Tahap II), Persentase tumbuh tanaman dinyatakan berhasil apabila persentase tumbuhnya mencapai ≥80% dan Kurang berhasil apabila persentase tumbuhnya <80%. Tanaman setelah Pemeliharaan II (Penilaian Tahap III), Persentase tumbuh tanaman dinyatakan Berhasil apabila persentase tumbuhnya mencapai ≥80% Kurang berhasil apabila persentase tumbuhnya <80% (P.70/Menhut-II/2008). Sesuai dengan acuan tersebut maka persentasi hidup tanaman R.mucronata dari ketiga zona yang berbeda dianggap berhasil karena persentasi tumbuhnya mencapai ≥60%.
Pada konsentrasi 30 ppt yaitu pada zona arah darat persentasi tumbuh tanaman R. mucronata mencapai 96%, pada konsentrasi 32 ppt persentasi tumbuhnya hanya mencapai 94,67% begitupun selanjutnya pada konsentrasi 35ppt hanya mencapai 93%, ini menunjukkan bahwan pertumbuhan terbaik tanaman R. mucronata terdapat pada zona arah darat dengan konsentrasi salinitas 30ppt.Berdasarkan Tabel 1 petumbuhan tanaman R. mucronata pada konsentrasi
yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan R. mucronata semakin menurun jadi pertumbuhan R. mucronata yang baik terdapat pada zona darat dengan persentasi tumbuh mencapai 96%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut terlihat bahwa mangrove dapat hidup diberbagai salinitas, sesuai dengan pernyataan Tomlinson (1986) tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan yang dapat berkembang di zona pasang surut dari daerah tropis dan subtropis.Salah satu ciri khas yang mencolok dari tanaman
(16)
bakau adalah kemampuan mereka untuk tumbuh di berbagai tingkat salinitas, mulai dari air tawar ke lingkungan yang memiliki salinitas yang tinggi.
Perbedaan data yang diperoleh tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan yang dicapai, meskipun kriteria yang dicapai berbeda dan penggunaan tanaman R. mucronata dapat disimpulkan berhasil dengan tingkat keberhasilan 93-96%. Hal ini dikarenakan lokasi penanaman memiliki kondisi lingkungan yang hampir sama (homogen) atau berada dalam zona yang sama yaitu pada daerah pasang surut dan pinggiran sungai dan secara umum dapat dikategorikan kedalam zona tengah yaitu antara darat dan laut.
Adanya perbedaan data yang diperoleh baik dari arah laut, arah tengah, maupun arah darat disebebkan oleh kemampuan adaptasi dari masing-masing tumbuhan terhadap tempat atau zonasi tumbuh yang ada pada daerah tempat tunbuh tanaman mangrove tersebut.Hutahaean (1999) menyatakan bahwa setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperature, curah hujan dan pasang surut.Hal ini menyebabkan terjadinya strukutur dan komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai dari zona yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dengan lautan, serta menyebabkan terjadinya perbedaan struktur tumbuhan mangrove dari satu daerah dengan darah lainnya.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Arif (2003) yang menyataakaan bahwa zonasi yang terjadi di hutan mangrove adalah dipengaruhui oleh beberapa faktor, antara lain adalah frekuensi genangan, salinitas, dominasi jenis tumbuhan,
(17)
gerakan air pasang-surut dan keterbukaan lokasi hutan mangrove terhadap angin dan hempasan ombak, serta jarak tumbuhan dari garis pantai.
Selain salinitas, perbedaan ukuran yang terjadi pada tinggi, diameter, jumlah daun, dan persentase tumbuhan R. mucronata dapat terjadi oleh Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove seperti tanah, cahaya, suhu, pasang surut.
Hutan mangrove tanahnya selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di dalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove sendiri. Serasah secara lambat akan diuraikan oleh mikroorgansme, seperti bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus dan partikel kasar, seperti potongan batu dank oral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi dari abu-abu muda sampai hitam (Soeroyo, 1993).
Cahaya
Cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi dan juga sruktur fisik tumbuhan.Intensitas cahaya, di dalam kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk tumbuhan.Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan intensitas tinggi (Mac Nae, 1986).
Suhu
Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. dan Lumnitzera spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk
(18)
Bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada suhu 18-20 ºC (Hutchings dan Saenger, 1987).
Pasang Surut
Pasang surut menetukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove.Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove. Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik dan menurun selama pasang surut. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove.Pada areal yang selalu tergenang hanya R. mucronata yang tumbuh baik, sedangkan Bruguiera spp dan Xylocarpus spp jarang mendominasi daerah yang sering tergenang. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air tawar dengan air laut, dan oleh karenanya mempengaruhi organisme mangrove (Ansori, 1998).
(19)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Zonasi arah darat adalah zonasi yang tepat untuk dilakukannya penanaman jenis R. mucronata karena memiliki persentase tumbuhan paling tinggi yaitu 96%.Pertumbuhan terbaik tanaman R. mucronata terdapat pada zona arah darat dengan konsentrasi salinitas 30ppt.
Saran
Sebaiknya dalam kegiatan rehabilitasi lahan mangrove memperhatikan tentang kesesuaian lahan dan konsentrasi salinitas serta zonasinya terhadap tanaman yang akan digunakan.
(20)
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi anatara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Mac nae, 1968).Dalambahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh didaerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut, sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu jenis tumbuhan dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (Kusmana et al., 2003).
Kusmana, 1995 menyebutkan bahwa hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di daerah pantai terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat surut yang komunitas tumbuhan bertoleransi terhadap garam.Hutan mangrove sering disebut juga hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.Istilah bakau sering dipakai karena kebanyakan suku tumbuhan yang ada dihutan mangrove adalah suku Rhizophoraceae. Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae.
(21)
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatophore). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob (Wijayanti, 2007).
Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai (Odum, 1972).
Habitat dan Zonasi Mangrove
Setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan dan pasang surut.Hal ini menyebabkan terjadinya strukutur dan komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai
(22)
dari zona yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dengan lautan, serta menyebabkan terjadinya perbedaan struktur tumbuhan mangrove dari satu daerah dengan darah lainnya (Hutahaean et al., 1999).
Mangrove adalah tanaman yang toleran terhadap garam. Tumbuhan mangrove merupakan salah satu tanaman yang termasuk keturunan maksudnya turunan adalah tanaman mangrove yang baru mengikuti beberapa sifat tanaman induknya secara ekologis oleh lokasi mereka di zona pasang surut atas iklim tropis dan subtropis dan fisiologis dengan kemampuan mereka untuk menahan konsentrasi tinggi garam atau rendah tingkat aerasi tanah. Pola zonasi spesies mangrove terkait dengan tingkat dan kondisi dari tanah genangan dan salinitas, yang, pada gilirannya, dipengaruhi oleh frekuensi dan durasi genangan air laut dan rembesan air tawar.Tanaman mangrove berdasarkan kemampuannya dalam menyerap garam di bagi menjadi dua kelompok.Kelompok pertama adalah spesies yang dapat mensekresi garam, dimana pada tanaman yang termasuk kelompok ini memiliki kelenjar garam atau rambut garam untuk menghilangkan kelebihan garam. Kelompok kedua adalah spesies non- sekresi, dimana pada tanaman yang termasuk kelompok ini tidak memiliki fitur morfologi seperti untuk ekskresi kelebihan garam (Basyuni et al, 2007).
Ekosistem mangrove dapat tumbuh dengan baik pada zona pasang-surut di sepanjang garis pantai daerah tropis seperti laguna, rawa, delta, dan muara sungai.Ekosistem mangrove bersifat kompleks dan dinamis tetapi labil.Kompleks, karena di dalam ekosistem mangrove dan perairan maupun tanah di bawahnya merupakan habitat berbagai jenis satwa daratan dan biota perairan.Dinamis, karena ekosistem mangrove dapat terus tumbuh dan berkembang serta mengalami
(23)
suksesi serta perubahan zonasi sesuai dengan tempat tumbuh.Labil, karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali (Kusmana, 1995).
Terdapat beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran vegetasi mangrove yaitu : (1) suhu yang relative tinggi, (2) daerah terlindungan, (3) arus yang kuat, (4) tipe substrat lumpur atau lunak, (5) paparan yang dangkal atau landai, (6) salinitas atau kadar garam, dan (7) kisaran pasang surut yang tinggi. Hardjowigeno (1989) menambahkan dai pengamatan kualitatif di lapangan menyimpulkan bahwa terjadinya zonasi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut : a. Sifat tanah terutama konsistensi tanah (keras atau lunak), tekstur tanah (liat,
pasir Debu dan sebagainya) b. Salinitas
c. Ketahanan jenis vegetasi terhadap arus dan ombak d. Kondisi perkecambahan dan pertumbuhan semai
Lugo dan Snedaker (1974) mengidentifkasi mangrove dalam enam jeniskelompok (komunitas) berdasar pada bentuk hutan, proses geologi dan hidrologi dengan karakteristik yang di tentukan oleh kondisi lingkungan yaitu kedalaman, kisaran kadar garam serta frekuwensi penggenangan dengan produksi primer, dekomposisi serasah dan ekspor karbon dengan perbedaan dalam tingkat daur ulang nutrisi, dan komponen penyusun kelompok organisme, yang menjadikannya sebagai ekosistem yang kompleks dan sangat berperan baik secara biologi maupun ekologi.
Secara umum habitat vegetasi mangrove biasanya membentuk zonasi.Mulai dari zona yang dekat dengan laut sampai zona yang paling dekat
(24)
dengan daratan.Menurut Giesen et al., (2007), zonasi mangrove yang paling umum ada empat macam yaitu :
1. The Exposed Mangrove (zona terluar, paling dekat dengan laut). Secara umum zona ini didominasi oleh Sonneratia alba, Avicennia alba dan Avicennia marina.
2. Central Mangrove (zona pertengahan antara laut dan darat). Secara umum zona ini didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora, kadang juga ditemui jenis Bruguiera.
3. The Rear Mangrove (back mangrove, landward mangrove, areal yang paling dekat dengan daratan). Zona ini biasanya tergenangi oleh pasang tinggi saja. Seringkali didominasi oleh jenis-jenis Bruguiera, Lumnitzera, Xylocarpus dan Pandanus sp.
4. Brackish Stream Mangrove (aliran sungai dekat mangrove yang berair payau). Pada zona ini sering dijumpai komunitas Nypa frutican dan kadang dijumpai Sonneratia caseolaris serta Xylocarpus granatum.
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove Salinitas
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Noor, 1999).
(25)
Tanah
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi.Di Indonesia substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan R. mucronata dan Avicennia marina (Kint, 1934).
Jenis tanah yang mendominasi kawasan mangrove biasanya adalah fraksi lempeng berdebu, akibat rapatnya bentuk perakaran-perakaran yang ada. Fraksi lempung berpasir hanya terdapat dibagian depan (arah pantai). Nilai pH tanah dikawasan mangrove berbeda-beda, tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi yang tumbuh dikawasan tersebut. Jika kerapatan rendah, tanah akan mempunyai nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak berbeda, yaitu antara 4,6-6,5 dibawah tegakan jenis Rhizophora spp ( Arief, 2003).
Hutan mangrove tanahnya selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di dalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove sendiri. Serasah secara lambat akan diuraikan oleh mikroorgansme, seperti bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus dan partikel kasar, seperti potongan batu dank oral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi dari abu-abu muda sampai hitam (Soeroyo, 1993).
Cahaya
Cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi dan juga sruktur fisik tumbuhan.Intensitas cahaya, di dalam
(26)
kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk tumbuhan.Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan intensitas tinggi (Mac Nae, 1968).
Suhu
Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. dan Lumnitzera spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk Bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada suhu 18-20 ºC (Hutchings dan Saenger, 1987).
Pasang Surut
Pasang surut menetukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove.Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove. Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik dan menurun selama pasang surut. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove.Pada areal yang selalu tergenang hanya Rhizophora mucronata yang tumbuh baik, sedangkan Bruguiera spp dan Xylocarpus spp jarang mendominasi daerah yang sering tergenang. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air tawar dengan air laut, dan oleh karenanya mempengaruhi organisme mangrove (Ansori, 1998).
Fungsi Hutan Mangrove
Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak. Hutan mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi,
(27)
reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem Mangorove juga sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat Mangorove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator.
Saenger (1983) menyatakan bahwa ekosistem mangrove mencakup fungsi fisik, menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut, dan mengolah bahan limbah. Fungsi biologis tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota.Fungsi ekonomi, sebagai sumber bahan bakar (arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan garam, dan bahan bangunan.
Fungsi lain hutan mangrove adalah melindungi garis pantai dari erosi. Akar-akarnya yang kokoh dapat meredam pengaruh gelombang.Kemudian, akar-akar mangrove dapat pula menahan lumpur hingga lahan mangrove bisa semakin luas tumbuh keluar dengan mempercepat terbentuknya “tanah timbul”. Ada tiga fungsi utama ekosistem hutan bakau yaitu:
1. Fungsi fisis, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara.
2. Fungsi biologis, meliputi: sebagai tempat bertelur dan tempat asuhan berbagai biota.
(28)
3. Fungsi ekonomis, meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang), bahan bangunan(balok, atap, dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis, penyamakan kulit, obat-obatan, dan lain-lain.
(Nontji, 1987).
Menurut Suryanto (2005) mengungkapkan beberapa keutamaan hutan mangrove baik dari aspek ekonomi maupun aspek lingkungan , yaitu:
a. Penghasil kayu. Hutan mangrove dengan komposisi berbagai jenis pohon dapat menghasilkan kayu untuk pertukanagn dan industry lainnya.
b. Tempat pemijaan berbagi jenis ikan. Dengan adanya hutan mangrove di tepi pantai, ikan kecil, kepiting dan udang sangat menyukainya untuk berlindung karean gelombang di bawah tegakan hutan mangrove relative tenang. Keberadaan biota tersebut juga didukung banyaknya plankton.
c. Menjaga kelestarian terumbu karang. Terumbu karang sangat berguna untuk tempat berlindung beranekaragam binatang air serta memungkinkan dikembangkan untuk tempat wisata alam.
d. Mencegah abrasi dan erosi pantai. Kebutuhan pantai dapat terjaga dan menghindari penurunan luasan pantai secara drastis. Menurut informasi 50% kekuatan gempasan gelombang dapat direndam oleh hutan mangrove.
Lebih lanjut dinas perikanan provinsi Jawa Timur (1994), menyatakan bahwa ekosistem hutan mangrove mempunyai peranan dan fungsi penting yang dapat mendukung kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut
(29)
a. Lingkungan fisik, yaitu perlindungan pantai terhadap pengikisan oleh ombak dan angina, pengendapan sedimen, pencegahan dan pengendalian intrusi air laut ke wilayah daratan serta pengendalian dampak pencemaran air laut.
b. Lingkungan biota, yaitu sebagai tempat berkembang biak dan pelindung biota perairan seperti ikan, udang, moluska, dan berbagai jenis reptil serta jenis-jenis burung serta mamalia.
c. Lingkungan hidup daerah sekitar lokasi. 2. Fungsi sosial dan ekonomi, yaitu sebagai
a. Sumber mata pencaharian dan produksi sebagai jenis hasil hutan dan hasil hutan ikutannya
b. Tempat rekreasi atau wisata alam
c. Obyek pendidikan, latihan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Deskripsi Rhizophora mucronata
Klasifikasi tumbuhan bakau (R. mucronata) menurut Duke (2006) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida Gambar 1. Pohon R. mucronata
Ordo : Mytales
Famili : Rhizophoraceae Genus : Rhizophora
Spesies :Rhizophora mucronata Lamk. Gambar 2.Propagul R. mucronata
(30)
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Memiliki jenis daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 2,5-5,5-8,5 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.Buah lonjong panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal.Hipokotil silindris, kasar dan berbintil.Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.
Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas.Perbungaan terjadi sepanjang tahun.Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah
(31)
dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting.
Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka. Area penyebaran antara lainAfrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawai. Memiliki manfaat antara lain, Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni).Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi pematang (Rusila, 1999).
Tanaman bakau memiliki daun melonjong, berwarna hijau dan mengkilap dengan panjang gtangkai 17-35mm, tanaman ini umumnya memiliki bunga berwarna kuning yang dikelilingi kelopal berwarna kuning-kecoklatan sampai kemerahan. Proses penyerbukannya dibantu oleh serangga dan terjadi pada April sampai dengan Oktober. Penyerbukan menghasilkan buah berwarna hijau yang umumnya memiliki panjang 36-70 cm dan diameter 2 cm (Kusmana, 2003).
Rhizopora mucronata Lamk.adalah salah satu jenis mangrove yang digunakan untuk rehabilitasi kawasan mangrove di pantai barat maupun pantai timur di Sulawesi Selatan. Salah satu alasan yang membuat jenis ini banyak dipilih untuk rehabilitasi hutan mangrove karena buahnya yang mudah diperoleh, mudah disemai serta dapat tumbuh pada daerah genangan pasang yang tinggi maupun genangan rendah (Supriharyono, 2000).
(32)
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Pulau Sembilan merupakan nama suatu desa yang berada digugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Langkat.Pulau Sembilan secara administrasi terletak di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.Desa ini terletak sekitar 90 km dari Kota Medan. Adapun Batas-batas Lokasinya sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Pulai Kampau • Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka
• Sebelah selatan berbatasan dengan Pangkalan susu dan • Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Aru
Berdasarkan data BPS (2009) bahwa Pulau Sembilan mempunyai luas 24,00 km, dengan jumlah penduduk 2.159 jiwa dengan kepadatan penduduk 89,96 jiwa/km2, dengan rincian laki-laki berjumlah 1.701 jiwa dan perempuan 1.052 jiwa. Mata pencaharian masyarakat antara lain petani, nelayan, kerajinan tangan dan pegawai negeri.
Masalah yang dihadapi desa Pulau Sembilan adalah masalah pengeboran minyak yang dilakukan oleh pihak BUMN di wilayah Pulau Sembilan dan berimbas kepada sumberdaya laut yang berkurang tahun-tahun terakhir. Masalah lain yang dihadapi yaitu pembukaan lahan tambak di pulau Sembilan menyebabkan harus dikonversinya lahan mangrove yang berimbas kepada berkurangnya lahan mangrove di Pulau Sembilan (Yunasfi, 2014).
(33)
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km. Ekosistem mangrove dan hutan pantai ini sangat berperan penting dalam kehidupan biota darat dan biota laut.Jajaran pantai ini tergabung di dalam 17.508 pulau yang merupakan gabungan antara bentuk ekosistem mangrove dan hutan pantai.Dengan banyaknya pulau-pulau ini, maka banyak pula ekosistem mangrove dan hutan pantai yang tumbuh di sekitar garis pantai tersebut.Diketahui juga bahwa hutan mangrove merupakan tipe perantara antara ekosistem hutan darat dengan ekosistem laut(Sugiarto dan Willy, 2003).
Hutan mangrove tersebar luas diseluruh daerah tropis dan sub tropis di dunia yang tumbuh subur disepanjang garis pantai. Diperkirakan luas total hutan mangrove di Indonesia adalah 3,11 juta ha, yang mewakili sekitar 22,6% dari hutan mangrove di dunia (Giri etal, 2011)
Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam yang spesifik.Hutan mangrovetumbuh di zona pantai (berlumpur) yang secara teratur tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi tidak dipengaruhi iklim.Vegetasi mangrove terdiri dari beberapa jenis antara lain Rhizophora apiculata R. mucronata, Avicennia alba, Bruguiera gymnorrhiza, B. parfivlora, B. sexangula, A. marina, Sonneratia casiolaris, S. alba, Xylacarpus granatum, dan Ceriops tagal. Adaptasi pohon-pohonmangrove terhadap keadaan tanah berlumpur dan kekurangan oksigen dalam tanah adalah dengan membentuk sistem perakaran yang khas.Vegetasi mangrovemempunyai struktur seragam yang tidak mengenal lapisan tajuk (Basyuni, 2002).
(34)
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan penting di wilayah pesisir dan kelautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrisi bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan (nursery ground) berbagai macam biota, penahan abrasi pantai, angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis yang tinggi seperti sebagai penyedia kayu, obat-obatan, alat dan teknik penangkap ikan (Rahmawaty, 2006).
Kerusakan hutan mangrove perlu segera diatur dengan menghentikanperusakan, mengadakan kegiatan konservasi bahkan merestorasi dengan mengembalikan dan menata kembali yang mengalami kerusakan.Oleh karena itu kegiatan konservasi dan restorasi hutan mangrove tidak hanya sekedar untuk melindungi dan melestarikan spesies serta menyediakan ekowisata, tetapi harus pula berfungsi untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya dalam konteks pembangunan berwawasan lingkungan.Membangun hutan mangrove adalah membangun suatu inti bagi tercapainya pembangunan berwawasan lingkungan yang tujuan pokoknya adalah meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dan melakukan penanaman kembali hutan mangrove yang telah rusak.Berarti hutan mangrove merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari seluruh sistem pembangunan daerah (Alikodra, 1999).
Denganadanya pelaksanaan penanaman mangrove dalam bentuk program rehabilitasi hutan mangrove merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan ekosistem laut secara perlahan dengan adanya hutan mangrove ini ekosistem laut akan berangsur-angsur membaik.
(35)
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan mengevaluasi tahun pertama kegiatan penanaman mangrove pada bulan Agustus 2014 pada lahan bekas tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui kegiatan rehabilitasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tingkat keberhasilan penanaman dengan tujuan rehabilitasi mangrove pada lahan bekas tambak serta faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman mangrove, sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan informasi untuk kegiatan selanjutnya dalam program rehabilitasi mangrove.
(36)
ABSTRACT
TAUFIK FARDIMAN CHAIRTELAUMBANUA :Rhizophora mucronata Lamk. Growth In Evaluation Of The First Year Activities Rehabilitation Mangrove Forest On The Former Land Of Fishpond In Pulau Sembilan Village, Pangkalan Susu Districts, Langkat District. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P.PUTRI.
The extensive of illegal logging and encroachment causing to damage from individual mangrove as well as mangrove ecosystem area. Rehabilitation is one of solution to restore mangroves degradation. Evaluation of first year mangrove rehabilitation on Rhizophora mucronata Lamk.growth in the former fishpond Pulau Sembilan Village, Pangkalan Susu District, Langkat. start from May 2015 until September 2015. This research was aimed to determine and evaluate at the first year planting activity on August 2014 in the former fishpond and to determine the factors that influenced plant growth throught that rehabilitation activities mangrove forest. This research used sampling plot method with sampling intensity at 10%. The result of this research showed that in landward zone was appropriate zone for plantation of R.mucronata because it had a highest growing percentage at 96% with salinity levels at 30 ppt.
(37)
ABSTRAK
TAUFIK FARDIMAN CHAIR TELAUMBANUA : Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak Di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI danLOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Banyaknya penebangan serta perambahan menyebabkan terjadinya kerusakan hutan mulai dari pertumbuhan individu mangrove maupun lahan serta ekosistem mangrove. Rehabilitasi merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk dapat memperbaiki kerusakan hutan yang terjadi terhadap tumbuhan mangrove ataupun ekosistemnya. Penelitian pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk pada kegiatan evaluasi tahun pertama rehabilitasi hutan mangrove bekas lahan tambak dilakukan di Desa Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara mulai dari Mei 2015 sampai September 2015. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui dan mengevaluasi tahun pertama kegiatan penanaman mangrove pada bulan Agustus 2014 pada lahan bekas tambak dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Penelitian ini menggunakan metode sampling plot dengan intensitas sampling 10%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada zonasi arah darat adalah zonasi yang tepat untuk dilakukannya penanaman jenis R. mucronata karena memiliki persentase tumbuh paling tinggi yaitu 96% dengan konsentrasi salinitas 30ppt.
(38)
PERTUMBUHAN RhizophoramucronataLamk PADA
KEGIATAN EVALUASITAHUN PERTAMA REHABILITASI
HUTAN MANGROVE BEKAS LAHAN TAMBAK DI DESA
PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Oleh :
TAUFIK FARDIMAN CHAIR TELAUMBANUA 121201015/BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(39)
PERTUMBUHAN RhizophoramucronataLamk PADA
KEGIATAN EVALUASITAHUN PERTAMA REHABILITASI
HUTAN MANGROVE BEKAS LAHAN TAMBAK DI DESA
PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Oleh:
TAUFIK FARDIMAN CHAIR TELAUMBANUA 121201015/BUDIDAYA HUTAN
Skripsisebagaisalahsatusyaratuntukmemperoleh Gelarsarjana di FakultasKehutanan
Universitas Sumatera Utara
\
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(40)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat.
Nama : Taufik Fardiman Chair Telaumbanua NIM : 121201015
Minat : Budidaya Hutan
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.DDr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S.Hut, M.Si., Ph.D
(41)
ABSTRACT
TAUFIK FARDIMAN CHAIRTELAUMBANUA :Rhizophora mucronata Lamk. Growth In Evaluation Of The First Year Activities Rehabilitation Mangrove Forest On The Former Land Of Fishpond In Pulau Sembilan Village, Pangkalan Susu Districts, Langkat District. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P.PUTRI.
The extensive of illegal logging and encroachment causing to damage from individual mangrove as well as mangrove ecosystem area. Rehabilitation is one of solution to restore mangroves degradation. Evaluation of first year mangrove rehabilitation on Rhizophora mucronata Lamk.growth in the former fishpond Pulau Sembilan Village, Pangkalan Susu District, Langkat. start from May 2015 until September 2015. This research was aimed to determine and evaluate at the first year planting activity on August 2014 in the former fishpond and to determine the factors that influenced plant growth throught that rehabilitation activities mangrove forest. This research used sampling plot method with sampling intensity at 10%. The result of this research showed that in landward zone was appropriate zone for plantation of R.mucronata because it had a highest growing percentage at 96% with salinity levels at 30 ppt.
(42)
ABSTRAK
TAUFIK FARDIMAN CHAIR TELAUMBANUA : Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk Pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak Di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI danLOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Banyaknya penebangan serta perambahan menyebabkan terjadinya kerusakan hutan mulai dari pertumbuhan individu mangrove maupun lahan serta ekosistem mangrove. Rehabilitasi merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk dapat memperbaiki kerusakan hutan yang terjadi terhadap tumbuhan mangrove ataupun ekosistemnya. Penelitian pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk pada kegiatan evaluasi tahun pertama rehabilitasi hutan mangrove bekas lahan tambak dilakukan di Desa Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara mulai dari Mei 2015 sampai September 2015. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui dan mengevaluasi tahun pertama kegiatan penanaman mangrove pada bulan Agustus 2014 pada lahan bekas tambak dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Penelitian ini menggunakan metode sampling plot dengan intensitas sampling 10%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada zonasi arah darat adalah zonasi yang tepat untuk dilakukannya penanaman jenis R. mucronata karena memiliki persentase tumbuh paling tinggi yaitu 96% dengan konsentrasi salinitas 30ppt.
(43)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunungsitoli pada tanggal 24 Oktober 1994 dari Bapak Syafardin Telaumbanua dan Ibu Mardiah.Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Pada tahun 2006 Penulis lulus dari SD Negeri 101777 Saentis, tahun 2009 lulus dari SMP Negeri 3 Gunungsitoli, dan tahun 2012 lulus dari SMA Negeri 1 Gunungsitoli. Pada tahun 2012 Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosisten Hutan (PEH) di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat pada tahun 2014.Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di Taman Nasional Wakatobi (25 Januari- 25 Febuari 2016). Penulis melaksanakan penelitian dari bulan Mei 2015 sampai September 2015 dengan judul “Pertumbuhan Rhizophora mucronata lamk pada Kegiatan Tahun Pertama Evaluasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat”dibawah bimbingan bapak Mohammad Basyuni S. Hut., M.Si., Ph.D. dan ibu Dr. Ir. Lollie A.P Putri., M. Si.
(44)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul ‘‘Pertumbuhan Rhizophora Mucronata Lamk pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.’’Dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si
selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada orang tua penulis, yaitu Ayahanda Syafardin Telaumbanua dan Ibunda Mardiah yang telah memberikan dukungan serta doa. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu tim penelitian yang telah membantu penulis selama penelitian dan pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga kepada keluarga yang telah memberikan dukungan moral sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang kehutanan dan bidang pendidikan.
Medan, Juni 2016
(45)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove ... 4
Habitat Dan Zonasi Mangrove ... 5
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan ... 8
Fungsi Hutan Mangrove ... 10
Deskripsi Rhizophora mucronata ... 13
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 15
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
Alat dan Bahan Penelitian ... 17
Prosedur Penelitian ... 18
Orientasi Lapangan ... 18
Pengumpulan Data ... 19
Analisis Data ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman R. mucronata ... 22
Diameter R. mucronata ... 23
Jumlah Daun R. mucronata ... 24
(46)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
(47)
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Kriteria tingkat keberhasilan tanaman menurut Bubun 1998 ... 21
2. Riap tinggi rata-rata tanaman R. mucronata ... 22
3. Diameter rata-rata tanaman R. mucronata ... 23
4. Pertambahan jumlah daun rata-rata tanaman R. mucronata ... 24
(48)
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pohon R. mucronata ... 13
2. Propagul R. mucronata ... 13
3. Lokasi penelitian ... 17
4. Skema petak ukur di lapangan (Sample plots scheme in field) ... 18
(49)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil Pengukuran Parameter Pengamatan ... 34 2. Dokumentasi ... 35
(1)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul ‘‘Pertumbuhan
Rhizophora Mucronata Lamk pada Kegiatan Evaluasi Tahun Pertama Rehabilitasi Hutan Mangrove Bekas Lahan Tambak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.’’Dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si
selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada orang tua penulis, yaitu Ayahanda Syafardin Telaumbanua dan Ibunda Mardiah yang telah memberikan dukungan serta doa. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu tim penelitian yang telah membantu penulis selama penelitian dan pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga kepada keluarga yang telah memberikan dukungan moral sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang kehutanan dan bidang pendidikan.
Medan, Juni 2016
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove ... 4
Habitat Dan Zonasi Mangrove ... 5
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan ... 8
Fungsi Hutan Mangrove ... 10
Deskripsi Rhizophora mucronata ... 13
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 15
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
Alat dan Bahan Penelitian ... 17
Prosedur Penelitian ... 18
Orientasi Lapangan ... 18
Pengumpulan Data ... 19
Analisis Data ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman R. mucronata ... 22
Diameter R. mucronata ... 23
Jumlah Daun R. mucronata ... 24
(3)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
(4)
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Kriteria tingkat keberhasilan tanaman menurut Bubun 1998 ... 21
2. Riap tinggi rata-rata tanaman R. mucronata ... 22
3. Diameter rata-rata tanaman R. mucronata ... 23
4. Pertambahan jumlah daun rata-rata tanaman R. mucronata ... 24
(5)
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pohon R. mucronata ... 13
2. Propagul R. mucronata ... 13
3. Lokasi penelitian ... 17
4. Skema petak ukur di lapangan (Sample plots scheme in field) ... 18
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil Pengukuran Parameter Pengamatan ... 34 2. Dokumentasi ... 35