Mata Kuliah Evaluasi Proses dan Hasil be (1)

Mata Kuliah Evaluasi Proses dan Hasil belajar Fisika

PAPER
Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Bidang Kognitif, Sikap dan
Psikomotorik
Dosen Pengampu :
Dr. Wawan Bunawan, M.PD.,M.SI.

Oleh :
Mika Febriani Siahaan

4153121041

Mila Rahmi Rangkuti

4152121028

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kisi-kisi
2.1

Pengertian Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi

untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau menjadi tes. Penyusunan kisikisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal.
Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes, dengan demikian dapat
diperoleh berbagai macam kisi-kisi. Kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk
menyususn soal diagnosis kesukaran belajar peserta didik berbeda dengan kisikisi tes yang dimaksukan untuk tes soal penempatan. Hal yang perlu diperhatikan
adalah tidak ada satupun kisi-kisi yang dapat digunakan untuk semua tujuan tes.
Contoh format kisi-kisi penulisan soal :
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis Sekolah

:.........................


Mata Pelajaran :.........................
Kurikulum

:........................

Jumlah Soal

:........................

:.........................

No

Kompetensi

Kelas

.


Dasar

/ Sem

2.2

Alokasi Waktu

Materi

Indikato

Bentuk Tes

No

r Soal

(Tertulis/prak)


Soal

Fungsi Kisi-kisi
Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan

tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang
sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan

mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik maka penulis
soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalnya yang relatif sama,
baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.
Berikut perbandingan fungsi tes:
1. Fungsi untuk Kelas
a. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
b. Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.
c. Menaikkan tingkat prestasi.
d. Mengelompokkan siswa di kelas pada waktu metode kelompok.
e. Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara
perseorangan.
f. Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.

g. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
2. Fungsi untuk Bimbingan
a. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak.
b. Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
c. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
d. Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru dan oarang tua dalam
memahami kesulitan anak.
3. Fungsi untuk Administrasi
a. Membei petunjuk dalam mengelompokkan siswa.
b. Penempatan siswa baru.
c. Membantu siswa memilih kelompok.
d. Menilai kurikulum.
e. Memperluas hubungan masyrakat.
f. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah.
2.3

Syarat Kisi-kisi yang Baik
Dengan adanya berbagai variasi kisi-kisi yang disajikan dapat disimpulkan

bahwa kisi-kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

1. Mewakili isu kurikulum yang akan diujikan.
2. Komponen-komponen rinci, jelas dan mudah dipahami.

3. Soal-soal harus dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal
yang ditetapkan.
2.4

Komponen Kisi-kisi
Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh

tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dapat dihimpun
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok identitas dan kelompok matriks
dicantumkan dalam kolom-kolom yang sesuai dengan tujuan tes. Komponenkomponen yang biasa digunakan dalam penyusunan kisi-kisi tes prestasi belajar
adalah sebagai berikut :
1. Jenis sekolah/jenjang sekolah
2. Mata pelajaran
3. Tahun ajaran
4. Kurikulum
5. Alokasi waktu
6. Jumlah soal

7. Bentuk soal
8. Standar kompetensi
9. Kompetensi dasar
10. Indikator
11. Bahan kelas
12. Jumlah soal
13. Nomor urut soal
14. Bentuk soal
Idealnya semua kompetensi dasar dan indikator yang ada dalam kurikulum,
yang tentunya telah dilakukan proses pembelajaran, diujikan di kelas.Namun
demikian, dari berbagai komponen tersebut diatas, khusus untuk tes ulangan
umum, tes kenaikan kelas, ujian sekolah dasar ataupun ujian akhir nasional.
Kompetensi dasar dan indikator merupakan salah satu komponen yang perlu
dipilih secara mendalam. Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan dengan
memperhatikan kriteria sebagai berikut,
1. Urgensi, yaitu kompetensi dasar atau indikator yang secara teoritis
mutlak harus dikuasai oleh peserta didik.

2. Kontinuitas, yaitu kmpetensi dasar atau indikator lanjutan yang
merupakan pendalaman dari satu atau lebih kompetensi dasar atau

indikator yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang
sama maupun antar jenjang.
3. Relevansi, maksudnya kompetensi dasar atau indikator terpilih harus
merupakan kompetensi dasar atau indikator yang diperlukan untuk
mempelajari atau memahami bidang studi lain.
4. Keterpakaian, kompetensi dasar dan indikator harus merupakan
kompetensi dasar dan indikator yang memiliki nilai terapan tinggi dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Instrumen
2.1

Pengertian Instrumen
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga

dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.

Instrumen dapat dibagi dua yaitu:
1. Tes, yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes
intelegensi, tes bakat, dan tes kemempuan akademik. Tes sebagai alat
penilaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
2. Non-tes, yang termasuk dalam kelompok non-tes ialah skala sikap, skala
penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan
dokumen dan sebagainya.

a. Observasi,

Observasi

adalah

cara


menghimpun

bahan-bahan

keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan obyek pengamatan. Ada tiga jenis observasi, yakni:
 Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap
gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan
langsung diamati oleh pengamat.
 Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan
dengan menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati
bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
 Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan
cara pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan
yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati
b.

Wawancara, wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan

keterangan yang dilaksanakan dengan Tanya jawab baik secara lisan,
sepihak, berhadapan muka, walaupun dengan arah serta tujuan yang
telah dilakukan. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara
terstruktur dan wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur
kemungkinan jawaban telah di siapkan sehingga siswa tinggal
mengkategorikannya kepada alternative jawaban yang telah dibuat.
Keuntungannya ialah mudah di olah dan dianalisis untuk dibuat
kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu
disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita
harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab jawabanya bias
beraneka ragam.

c. Angket (Kuesioner), data yang dihimpun melalui angket biasanya
data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
siswa dalam mengikuti pelajaran.
d. Pemeriksaan Dokumen, untuk mengukur kemajuan belajar siswa
dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi dengan cara
melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang

memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah
tersebut, darimana sekolah asalnya.
2.2

Pengembangan Instrumen Afektif
Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola

pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan isi program sekolah.
Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan
validitas konstruk

ranah afektif tergantung pada definisi operasional

yang

secara langsung mengikuti definisi konseptual.
Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri.
Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif
dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau
keduanya. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif
seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam
mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin (dalam Andersen,
1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan
psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan
ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseeorang ditentukan watak dirinya
dan kondisi lingkungan.
Instrumen afektif yang dibahas pada buku ini adalah sikap, minat, konsep
diri, nilai, dan moral. Ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam
mengembangkan instrumen afektif, yaitu:
a. Menentukan spesifikasi instrumen.
b. Menulis instrumen.
c. Menentukan skala instrumen
d. Menentukan sistem penskoran
e. Mentelaah instrumen
f. Merakit instrumen.
1. Spesifikasi Instrumen
Spesifikasi instrumen terdiri atas tujuan dan kisi-kisi instrumen. Tujuan
pengembangan instrumen nontes sangat tergantung pada data yang akan

dihimpun. Instrumen nontes mencakup afektif dan psikomotorik. Ditinjau dari
tujuannya, instrumen ranah afektif dibedakan menjadi lima yaitu, instrumen
sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan
ketika menyusun spesifikasi instrumen, yaitu : tujuan pengukuran, kisi-kisi
instrumen, bentuk dan format instrumen dan panjang instrumen.
Setelah tujuan pengukuran afektif ditetapkan, kegiatan berikutnya adalah
menyusun kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi juga disebut blueprint. Kisi-kisi tabel
matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Langkah pertama
menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang berasal dari
teori-teori yang diambil dari referensi. Selanjutnya mengembangkan definisi
operasional berdasarkan definisi konseptual. Aspek atau dimensi ini kemudian
dijabarkan menjadi sejumlah indikator yang digunakan sebagai pedoman dalam
menulis instrumen. Tiap indikator dapat terdiri atas du atau lebih butir instrumen.
Salah satu contoh format kisi-kisi instrumen minat dapat dilihat pada tabel
berikut.
KISI-KISI INSTRUMEN
MINAT MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN
Aspek/Dimensi

Indikator

Nomor
Butir
1. Memiliki catatan
1, 2
2. Berusaha
memahami 3,4,5
materi perkuliahan
3. Memilikki buku referensi 6,7,12

Keterlibatan
dalam
perkuliahan
Pemenuhan
sarana/Prasaran
a
Usaha
yang 4. Kehadiran
dalam 8,9
dilakukan
perkuliahan
5. Melakukan diskusi dengan 10
teman
6. Kunjungan
ke 11
perpustakaan

2
3
3

2
1
1
Jumlah

2. Menulis Instrumen

Jumlah

12

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Instrumen dapat
berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Kaidah yang perluu diperhatikan ketika
menulis butir instrumen adalah :
1. Hindari kalimat yang mengandung banyak interpretasi.
2. Rumusan pernyataan/pertanyaan singkat
3. Satu pernyataan/pertanyaan mengandung satu pikiran yang lengkap
4. Pernyataan dirumuskan dengan kalimat sederhana
5. Hindari penggunaan kata-kata selalu, semua, tidak pernah dan sejenisnya.
6. Hindari pernyataan tentang fakta atau dapat diinterpretasikan sebagai
fakta.
Hal yang perlu diingat ketika menyusun instrumen afektif adalah penentuan
kalimat pernyataan. Ada dua macam pernyataan, favorable dan unfavorable.
Kedua pernyataan ini berhubungan dengan penetapan skala. Skala untuk
pernyataan favorable dan unfavorable. Jika salah dalam menentukan skala, maka
kesimpulan yang dihasilkan juga akan salah.
3. Menentukan Skala Instrumen
Ada skala yang biasa digunakan dalam mengukur ranah afektif, diantaranya
adalah

skala

Likert, Thrustone

dan

Beda

Semantik.

Langkah-langkah

pengembangan skala:
1. Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya.
2. Menyusun kisi-kisi instrumen (skala sikap).
3. Menulis butir pernyataan.
4. Melengkapi butir pernyataan dengan skala sikap.
Contoh skala Likert : Sikap terhadap Pelajaran IPA
1) Pelajaran IPA bermanfaat

SS

S

N

TS

2) Pelajaran IPA sulit

SS

S

N

TS

3) Tidak semua orang harus belajar IPA

SS

S

N

TS

4) Pelajaran IPA harus dibuat mudah

S

N

TS

SS

5) Pelajaran IPA menyenangkan
Keterangan :

SS

S

N

TS

SS

= Sangat Setuju, skor 4

S

= Setuju, skor 3

N

= Netral, skor 2

TS

= Tidak Setuju, skor 1

Contoh skala Thurstone :
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Pernyataan

Skor
7 6 5 4 3 2 1

Saya senang belajar IPA
Pelajaran IPA bermanfaat
Saya berusaha hadir pada pelajaran IPA
Saya berusaha memiliki buku-buku IPA
Pelajaran IPA membosankan

Contoh skala beda Semantik
Pelajaran IPA
7 6 5 4 3 2 1
Menyenangkan
Sulit
Bermanfaat
Menantang
Banyak
Rumit

Membosankan
Mudah
Sia-sia
Biasa-biasa saja
Sedikit
sederhana

4. Sistem Penskoran
Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala
pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor
tertinggi untuk tiap butir adalah 7 dan yang terkecil adalah 1.
Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik,
tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala Likert, skor tertinggi tiap butir
adalah 5 dan yang terendah adalah 1.
Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden
memilih jawaban pada katergori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert.

Untuk mengatasi hal tersebut skala Likert hanya menggunakan
4 (empat ) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden, yaitu:
Sangat setuju



setuju

-

tidak setuju

-

sangat tidak setuju
4

3

2

1

Selanjutnya dilakukan analisis untuk tingkat peserta didik dan
tingkat

klas,

yaitu

dengan

mencari

rerata

(mean)

dan

simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk
mengetahui minat masing-masing peserta didik dan minat klas
terhadap suatu mata pelajaran.
5. Telaah Instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah meniliti tentang:
a. apakah butir pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan indikator,
b. bahasa yang digunakan apa sudah komunikatif dan menggunakan tata
bahasa yang benar, dan
c. apakah butir peranyaaan atau pernyataan tidak bias,
d. apakah format instrumen menarik untuk dibaca,
e. apakah pedoman menjawab atau mengisi instrumen jealas, dan
f. apakah jumlah butir sudah tepat sehinggga tidak menjemukan
menjawabnya.
Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik
bila ada pakar penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang
diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang
digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah
ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrumen.
6. Merakit Instrumen
Setelah isntrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit,
yaitu

menentukan

format

tata

letak

instrumen,

urutan

pertanyaan atu pernyataan. Format instrumen harus dibuat
menarik, sehingga responden
mengisi

instrrumen.

Setiap

tertarik untuk membaca dan
sepuluh

pertanyaan

sebaiknya

dipisahkan dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi
batasan garis empat persegi panjang. Urutkan pertanyaan atau
pernyataan instrumen sesuai dengan tingkat kemudahan dalam
menjawabnya atau mengisinya .
2.3

Pengembangan Instrumen Psikomotorik
Instrumen psenilain psikomotorik terdiri atas soal dan

perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja
siswa dalam melakukan perintah/soal tersebut.
1. Penyusunan Soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal
ranah psikomotorik adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang
telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan
memperhatikan materi pembelajaran. Soal ranah psikomotorik
untuk ulangan tengah semester dan akhir semester yang
biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi yang
mencakup beberapa indikator.
2. Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi
atau skala penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal atau
tugas selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan
yang dimati. Cara menuliskan daftar periksa observasi atau skala
penilaiannya sebagai berikut.
a. Mencermati soal
b. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci
c. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap
aspek keteraampilan kunci.
d. Menentukan
kemampuan

jenis
peserta

instrumen
didik,

untuk

apakah

mengamati

daftar

periksa

dalam

bentuk

observasi atau skala penilaian
e. Menuliskan

aspek-aspek

pertanyaan kedalam tabel

keterampilan

f. Membaca kembali skala penilaian atau daftar periksa
observasi untuk meyakinkan bahwa instrumen yang
ditulisnya sudah tepat
2.4 Contoh Kisi-kisi

DIMENSI

enguraika

engorgani
r

Soal
INDIKATOR
KOMPETENSI

INDIKATOR SOAL

 Hukum Hook

Menyelesaikan
soal dengan
menggunakan
persamaan yang
diberikan

Menguraikan
penyelesaian
soal dengan
rumus .
 Susunan
pegas seriparalel

Memeriksa nilai
modulus young
yang benar.

Mengklasifikasik
an benda-benda
yang
menggunakan
bahan yang
elastis

Ku
Jaw
n

1. Terdapat sebuah pegas, mula- mula pegas itu A
memiliki panjang 20cm . kemudian pada salah
satu ujung pegas digantungkan beban 2 kg.
dan ternyata panjang pegas menjadi 25 cm,
jika grafitasi 10m/s2 . berapakah konstanta
yang dimiliki oleh pegas tersebut ?
a. 400 N/m
b. 300 N/m
c. 250 N/m
d. 150 N/m
C
e. 100 N/m
2. Tiga pegas masing masing dengan konstanta
diusun secara seri . konstanta pegas
gabungan adalah …
a. 1/5 K
b. 1/4K
c. 1/3 K
d. 1/2 K
e. K
C
3.
No
BAH
MODULUS
AN
YOUNG
(N/m2)
1
Alum 70 x 109
uniu
m
2
Baja
150 x 109
3
Besi
100 x 109
4
karet 10 x 109
Dari tabel diatas perikasalah manakah yang
memiliki nilai modulus young yang benar ?
C
a. 2 dan 4
b. 1 dan 2
c. 1 dan 3
d. 3 dan 4
e. 2 dan 3
4. Pegas adalah benda elastic yang dapat
digunakan
untuk
menyimpan
energy
khususnya energy mekanis. Dibawah ini
adalah benda-benda yang menggunakan
bahan yang elastic
1. ketapel
2. suspense pada motor
3. spring bed
4. sandal jepit
5. balon

Menganalisis
konsep hukum
hooke dengan
benar

6. timbangan
7. neraca

B

DAFTAR PUSTAKA
Kunandar, 2013. Penilaian Authentik (Penilaian Hasil Belajar

Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) ., RajaGrafindo
Persada : Jakarta.
Yusuf Farida,Tayibnapis. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen

Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta,.
Zainul,Asmawi. 2001. Alternatif Assesment. Jakarta : Proyek
Universitas Terbuka