Otot Otot yang Berkaitan Dengan Bicara

MAKALAH LOGOPEDI
SISTEM NEUROMUSKULAR YANG BERPERAN PADA FUNGSI
FONETIK

Oleh : Ariyanti Rezeki 1406581080
Pembimbing : drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K)

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
Departemen Prostodontia
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

Percakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu. Proses bicara melibatkan
beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di
otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi
dari mulut serta rongga hidung. Untuk menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan
aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa adalah cerebral cortex yang

berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa. Perbedaan ini
memperlihatkan bahwa pengalaman fonetik bukan hal yang perlu untuk perkembangan area
pusat saraf dalam sistem percakapan.
Otot-otot yang mengatur organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan produksi
suara diatur oleh kontrol pusat di bagian rostral otak.
Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang normal,
aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari udara dengan
volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk fonasi. Aliran dari
udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan memberikan
peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara.

BAB 2
ISI

Sistem Saraf Pusat
Secara konvensional terdapat empat area bahasa pada manusia, yang pada sebagian besar
manusia terdapat pada hemisfer serebri kiri. Dua area bahasa adalah reseptif dan dua lainnya
adalah eksekutif yang menghasilkan bahasa. Dua area reseptif berhubungan erat dengan dengan
zona bahasa sentral. Area reseptif,untuk mengatur persepsi bahasa yang diucapkan yaitu area 22
posterior yang disebut area Wernicke dan girus Heschls (area 41 dan 42). Kedua, yang mengatur

persepsi bahasa tulisan yang menempati girus angulus (area 39) pada lobus parietal inferior,
anterior terhadap area reseptif visual. Girus supra marginal yang terletak di antara pusat bahasa
auditori dan visual dan area temporal inferior yang terletak di anterior korteks asosiasi visual
kemungkinan adalah bagian dari zona bahasa sentral juga. Area- area ini terletak pada pusat
integrasi untuk fungsi bahasa visual dan auditori.
Bagian eksekutif utama terletak di area Broadman, area 44 dan 45 disebut area Broca dan
bertanggung jawab untuk aspek motorik bicara. Secara visual kata-kata yang diterima kemudian
diekspresikan

dalam

benruk

tulisan

melalui

area

tulisan


Exner.

Area sensori dan motor terhubungkan satu dengan yang lain melalui fasikulus arkuatum yang
melewati ismus lobus temporal kemudian memutari ujung posterior fisura silvii, sambungan
lainnya melalui kapsula eksterna nukleus lentikular.
Zona penerimaan visual dan somatosensori terintegrasi pada lobus parietal, sedangkan
penerimaan auditori terletak di lobus temporal. Serat pendek, menghubungkan area Broca
dengan korteks rolandi bawah yang menginervasi organ bicara, otot bibir, lidah, farings dan
larings. Area menulis Exner juga terintegrasi dengan organ motor untuk otot tangan . Area
bahasa perisylvian juga terhubungkan dengan striata dan thalamus dan area korespondensi pada
hemisfer non dominan melalui korpus kalosum dan komisura anterior.

Organisasi Otak
Tiga fungsi dasar otak adalah fungsi pengaturan, proses dan formulasi. Fungsi pengaturan
bertanggungjawab untuk tingkat energi dan tonus korteks secara keseluruhan. Fungsi proses
berlokasi pada belakang korteks, mengontrol analisa informasi, pengkodean dan penyimpanan.
Korteks yang lebih tinggi bertanggung jawab untuk memproses rangsangan sensori seperti
rangsangan optik, akustik dan olfaktori. Data dari tiap sumber digabungkan dengan sumber
sensori lainnya untuk dianalisa dan pembentukan. Proses formulasi berlokasi pada lobus frontal,

bertanggungjawab untuk formasi intensi dan perilaku. Fungsi utamanya adalah untuk
mengaktifkan otak untuk pegaturan atensi dan konsentrasi.

Dominasi Serebri

Meskipun hemisfer kiri dan kanan simetris untuk proses motorik dan sensoris, terdapat
asimetris juga untuk fungsi khusus tertentu seperti bahasa. Namun demikian, meskipun
fungsinya berbeda, kedua hemisfer saling berintegrasi dan informasi yang melalui keduanya
melalui korpus kalosum dan subkortikal lainnya. Dua Fungsi yang menonjol dari hemisfer
serebri kiri merupakan fungsi dasar untuk bahasa. Teori yang paling umum adalah traktus
kortikospinal berasal dari hemisfer kiri yang berisi lebih banyak serat dan menyilang lebih tinggi
dibanding hemifer kanan. Belajar juga merupakan suatu faktor, terjadi banyak pergeseran dari
kiri ke kanan (shifted sinistral). Pada sebagian anak terjadi pergeseran ke kanan hemisfer di usia
muda, dan menjadi bertangan kidal.
PROSES FISIOLOGIS BICARA
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan
bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk
mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi
tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri,
pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga

hidung.

Terdapat dua hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris
meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar,
dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan
artikulasi

dan

laring

yang

bertanggung

jawab

untuk

pengeluaran


suara.

Di dalam otak terdapat tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat
reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat
ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer
dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan
pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang
berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik
yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa
tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan
satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang
telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan
diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga
bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang
suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di
otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam
bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara.

Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran
udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langitlangit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana
organ pendengaran sangat penting.

Struktur Fungsional Organ Pengucapan, Suara, dan Bicara
Bicara adalah pembentukan dan pengorganisasian suara menjadi simbol atau lambang yang
merupakan interaksi sejumlah organ yang terdiri dari:

A. Organ Respirasi
Terdiri dari trakea, bronkus, dan paru-paru. Aliran udara respirasi merupakan sumber kekuatan
yang diperlukan untuk mencetuskan suara dan diatur tekanannya mulai dari paru-paru.
B. Organ Fonasi
Laring dengan otot-otot instrinsik dan ekstrinsiknya dan pita suara yang merupakan bagian
terpenting laring. Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didesain untuk
memproduksi suara (fonasi).
Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago yang berpasangan, dan 3 yang tidak berpasangan.
Organ ini terletak pada midline di depan servikal vertebra ke 3 sampai 6.
Organ ini dibagi ke dalam 3 regio:
a. Vestibule
b. Ventricle

c. Infraglotitic
Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada regio ventricle.
Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension) dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat
disekitar laring, dimana fungsi otot-otot tersebut adalah:


M. Cricothyroideus

menegangkan pita suara



M. Tyroarytenoideus (vocalis)

relaksasi pita suara



M. Cricoarytenoideus lateralis


adduksi pita suara



M. Cricoarytenoideus posterior

abduksi pita suara



M. Arytenoideus transversus

menutup bagian posterior rima glotidis

C. Organ Resonansi
Terdiri dari rongga faring, rongga hidung, dan sinus paranasalis. Sumber suara fonasi pada pita
suara intensitasnya lemah, tidak berwarna dan sulit dikenal. Dengan adanya alat-alat resonansi
yang berfungsi sebagai resonator, maka suara tersebut mendapat variasi pada frekuensi tertentu,
intensitasnya meningkat, demikian juga pada kualitasnya (warna suara) dan identitasnya, tetapi


suara yang sudah diresonansi ini masih bukan merupakan suara bicara. Ciri-ciri resonansi sangat
bervariasi pada setiap orang dan merupakan aspek yang sangat penting bagi efektivitas bicara.
D. Organ Artikulasi
Tersusun atas:
a)
Bibir : berfungsi untuk membendung udara pada pembentukan suara letup.
b) Palatum mole-durum merupakan permukaan sensitif bagi lidah untuk mengawasi
proses artikulasi, menghalangi dan membentukaliran udara turbulen dan sebagai
c)

kompas bagi lidah bahwa suara terbaik sudah dihasilkan.
Lidah : membentuk suara dengan mengangkat, menarik, menyempit, menipis,

d)
e)

melengkung, menonjol, atau mendatar
Pipi : membendung udara di bagian bukal.
Gigi : berfungsi menahan aliran udara dalam membentuk konsonan labio-dental dan


f)

apiko-alveolar.
Mandibula : membuka dan menutup waktu bicara

2.1

Reseptor Sensorik

Organ reseptor umum (eksteroreseptif, interoreseptif, propioreseptif) dan organ reseptor khusus
(penglihatan, pendengaran, keseimbangan, penghidu, pengecap) menerima rangsang.
2.1.1

Saraf Aferen
Saraf otak I-XII dan saraf spinal menghantarkan impuls saraf ke pusat pemrosesan di

SSP.
2.1.2

Susunan Saraf Pusat
SSP area Broca (area motorik bicara), area Wernicke (area auditif), pusat ideamotor

(pusat refleks dalam memilih kata dan kalimat) merupakan pusat-pusat yang terlibat dalam
proses bicara.
2.1.3

Saraf Eferen
Saraf eferen dari SSP ke SST menyampaikan sinyal saraf kepada efektor untuk

melakukan aktivitas bicara.

Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, yaitu: aspek sensorik (input bahasa), melibatkan
telinga dan mata, dan kedua, aspek motorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan
pengaturannya.
2.1.4

Aspek Sensorik Komunikasi
Pada korteks bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual, bila mengalami

kerusakan, maka dapat menimbulkan ketidakmampuan dalam mengerti kata-kata yang diucapkan
dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-turut disebut sebagai afasia reseptif auditorik
dan afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan buta kata-kata (disleksia). Studi
dari afasia ini mempunyai peran penting pada pemahaman neural basis dari bahasa. Penyebab
paling sering ialah trauma kepala (head trauma). Penyebab selanjutnya ialah stroke: 40% major
vascular events pada hemisfer cerebral yang mengakibatkan language disorders.
2.1.5 Aspek Motorik Komunikasi
Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental:
1. Membentuk buah pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akan
digunakan
2. Mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri
Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area asosiasi
sensorik otak. Sekali lagi, area Wernicke pada bagian posterior gyrus temporalis superior
merupakan hal yang penting untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, penderita yang mengalami
afasia Wernicke atau afasia global tak mampu memformulasikan pikirannya untuk
dikomunikasikan. Atau bila lesinya tak begitu parah, maka penderita masih mampu
memformulasikan pikirannya namun tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara
berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya. Seringkali, penderita fasih
berkata-kata namun kata-kata yang dikeluarkannya tidak berurutan.

Gambar 2.1. Reseptor Bicara

2.2

Otot Otot yang Berkaitan Dengan Bicara

Berikut adalah sistem saraf dan otot otot yang terlibat saat terjadinya proses bicara,
2.2.1

Otot Wajah

Gambar 2.2 Otot Wajah

1. Musculus Occipitofrontalis
Bertanggung jawab pada pembentukan ekspresi wajah, mengerutkan dahi, menaikkan alis
2. Musculus Temporoparietalis
Bertanggung jawab atas pergerakan kulit kepala.
3. Musculus Auricularis Anterior
Berfungsi sebagai penggerak daun telinga ke depan dan keatas.
4. Musculus Auricularis Superior
Berfungsi untuk menggerakkan daun telinga ke belakang dan ke atas.
5. Musculus Auricularis Posterior
Memiliki fungsi sebagai penggerak daun telinga kearah belakang.
6. Musculus Orbicularis Oculi
Berfungsi untuk menutup kelopak mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis
mata.
7. Musculus Depressor Supercili
Berfungsi untuk menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di
atas pangkal hidung.
8. Musculus Corrugator Supercili
Berfungsi untuk menggerakan kulit dahi dan alis mata ke arah pangkal hidung,
menciptakan kerut vertikal tepat di atas pangkal hidung.
9. Musculus Procerus
Berfungsi untuk menarik turun kulit dahi dan alis mata.
10. Musculus Nasalis
Memiliki fungsi untuk menarik cuping hidung dan hidung.

11. Musculus Depressor Septi Nasi
Fungsinya menggerakkan cuping hidung dan hidung.
12. Musculus Orbicularis Oris
Fungsinya menutup bibir, sehingga juga menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit
dagu.
13. Musculus Buccinator
Memiliki fungsi untuk mengencangkan bibir, meningkatkan tekanan intraoral ketika
meniup dan mengunyah.
14. M. Levatoor Labii Superioris
Berfungsi untuk menarik bibir atas ke arah lateral dan superior.
15. M. Depressor Labii Inferioris
Berfungsi untuk menarik bibir bawah ke lateral dan inferior.
16. Musculus Mentalis
Berfungsi untuk membentuk lekuk didagu, pergerakan bibir bawah (bersama dengan
musculus orbicularis oris).
17. Musculus Transversus Menti
Fungsinya menggerakkan kulit dagu.
18. Musculus Depressor Anguli Oris
Fungsinya menarik sudut mulut ke inferior.
19. Musculus Risorius
Fungsinya menarik sudut mulut ke lateral dan superior, membentuk lesung pipi.
20. Musculus Levator Anguli Oris
Berfungsi untuk menarik sudut mulut ke arah medial dan superior.

21. Musculus Zygomaticus Major
Fungsinya menarik sudut mulut ke arah lateral dan superior.
22. Musculus Zygomaticus Minor
Fungsinya menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulkus
nasolabialis.
23. Musculus Levator Labii Superioris Alae Nasi
Fungsinya menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu.
Nervus yang bertanggung jawab terhadap pergerakan otot-otot wajah diatas adalah :


Nervus Facialis (N. 7)

Saraf motorik muka, otot mata, otot pipi, yang digunaakn untuk fungsi mastikasi dan bicara.

2.2.2

Otot Lidah

Gambar 2.3 Otot Lidah

Otot-otot Internal Lidah
1. Musculus Longitudinalis Superior
Fungsinya adalah retraksi dan melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah, menurunkan
ujung lidah, apex linguae.
2. Musculus Longitudinalis Inferior
Fungsinya adalah retraksi dan melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah, menurunkan
ujung lidah, apex linguae.
3. MusculusTransversus Linguae
Berfungsi untuk menyempitkan lidah, melebarkan lidah (flatten and broaden) bersamasama dengan M. verticalis linguae.
4. Musculus Verticalis Linguae
Berfungsi untuk menyempitkan lidah, melebarkan lidah (flatten and broaden).
Otot-otot Eksternal Lidah
1. Musculus Genioglossus
Fungsinya untuk menjulurkan lidah.
2. Musculus Hyoglossus
Fungsinya menarik lidah.
3. Musculus Chondroglossus (pembentukan bervariasi)
Berfungsi untuk retraksi lidah dan menekan pangkal dan badan lidah.
4. Musculus Styloglossus
Fungsinya retraksi dan mengangkat lidah.
Nervus atau persarafan yang bertanggung jawab terhadap pergerakan otot-otot lidah diatas
adalah:


Nervus Hipoglosus (N. 12)

Saraf ini berfungsi mengatur pergerakan lidah yang diperlukan saat bicara, manipulasi makanan
(pembentukan bolus makanan) dan menelan.

Gambar 2.4. Brain human normal inferior view

2.2.3

Otot Palatum

Gambar 2.5. Otot Palatum

1. Musculus Levator Veli Palatini
Berfungsi untuk menegangkan dan mengangkat palatum molle, melebarkan lumen tuba
auditiva.
Persarafan : Rr pharingeales dari N. glossopharyngeus (IX)
2. Musculus Tensor Veli Palatini
Berfungsi untuk menegangkan dan mengangkat palatum molle, melebarkan lumen tuba
auditiva.
Persarafan : N. musculi tensoris veli palatini dari N. mandibularis (V/3)
3. Musculus Palatoglossus
Memiliki fungsi untuk menurunkan palatum molle, mengangkat pangkal lidah untuk
menyempitkan pharynx.
Persarafan: Nervus Glossopharyngeus (IX)
4. Musculus Uvulae
Berfungsi untuk menebalkan dan memendekan uvula.
Persarafan : Rr. Pharyngealis dari N. glossopharyngeus (IX) dan N. vagus (X).
5. Musculus Palatopharyngeus
Berfungsi sebagai depresor atau menurunkan palatum molle, kontraksi fausial isthmus
dan membantu elfasi laring.
Persarafan: Nervus Glossopharyngeus (IX).

2.2.4

Otot Faring

Gambar 2.6. Otot Faring

1. Musculus Pharynges Superior
Memiliki fungsi untuk kontraksi faring, memisahkan Epifaring dari Mesofaring dan
memperlancar jalannya makanan ke dalam esofagus dengan kontraksi menyerupai
gelombang.
2. Musculus Contrictor Pharryngis Medialis
Berfungsi untuk kontraksi faring dari arah posterior dan memperlancar jalannya makanan
ke dalam esofagus.
3. Musculus Constrictor Pharynges Inferior
Untuk kontraksi atau penyempitan faring.
4. Musculus Salphingopharyngeus
Berfungsi untuk konstriksi fauces dan abduksi tuba eustacius.

5. Musculus Stylopharyngeus
Fungsinya untuk elevasi faring dan laring.
Persarafan yang berperan : Nervus Glosofaring (N. 9)
1. Menerima serat sensoris umum (ventral trigeminothalamic tract) dari tonsils, faring,
telinga tengah and bagian 1/3 posterior dari lidah, carotid bodies, carotid sinus.
2. Memberikan serat parasimpatetis kepada kelenjar parotid melalui otic ganglion.
3. Berperan pada pharyngeal plexus.
4. Saraf faring juga berfungsi untuk mengangkat dan memperbesar laring.
5.
2.2.5 Otot Laring

Gambar 2.6. Otot Laring

Otot Suprahyoid
1. Musculus Digastricus
Memiliki fungsi untuk elevasi dan depresi hyoid bone.
2. Musculus Digrastikus Posterior
Berfungsi untuk elevasi dan retraksi hyoid bone.

3. Musculus Geniohyoideus
Fungsinya adalah untuk elevasi lidah, elevasi dan protrusi hyoid bone.
4. Musculus Mylohyoideus
Memiliki fungsi untuk elevasi hyoid bone dan menunjang dasar mulut.
5. Musculus Stylohyoideus
Fungsinya untuk elevasi dan retraksi hyoid bone.
Otot Infrahyoid
1. Musculus Omohyodeus Anterior
Fungsinya adalah depresi dan retraksi hyoid bone.
2. Musculus Omohyoideus Posterior
Untuk depresi hyoid bone.
3. Musculusus Sternohyoideus
Berfungsi untuk depresi hyoid bone.
4. Musculus Sternohyrdeus
Berfungsi untuk depresi laring.
5. Musculus Thyrohyoideus
Memiliki fungsi untuk mendekatkan cartilage thyroid dengan hyoid bone.
Persarafan yang berperan :


Nervus Vagus (N. 10)

Saraf velum, laring dan faring berfungsi untuk berbicara dan menelan. Saraf ini mengatur organ
perut, dada, dan pernafasan.

2.2.6 Otot Rahang

Gambar 2.7. Otot Rahang

1. Musculus Temporalis
Memiliki fungsi untuk elevasi dan oklusi mandibula.
2. Musculus Massetter
Berfungsi untuk elevasi dan oklusi mandibula.
3. Musculus Pterygoideus Lateralis External
Fungsinya untuk depresi dan gerakan ke arah lateral dan arah anterior pada mandibula.
4. Musculus Pterygoideus Medialis Internal
Berfungsi untuk elevasi dan protrusi mandibula.
Persarafan yang berperan :


Nervus Trigeminus (N. 5) : Saraf yang bertanggung jawab pada perbagai pergerakan
rahang saat melakukan fungsi mastikasi, bicara dan deglutasi.

2.2.7

Otot Pernafasan

Otot

Hasil Kontraksi

Waktu
Kontraksi

Diafragma

Bergerak turun, memperbesar dimensi
vertical rongga toraksl

Setiap inspirasi

Intercostalis
eksternal

Mengangkat kosta-kosta ke atas dan ke
luar, memperbesar dimensi rongga toraks
secara anteroposterior dan laterolateral

Setiap inspirasi

Otot-otot leher

Mengangkat sternum dan dua kosta
pertama, memperbesar rongga toraks

Inspirasi paksa

Otot-otot abdomen

Meningkatkan tekanan intraabdomen,
mendorong
diafragma
ke
atas,
memperkecil rongga toraks dimensi
vertical

Ekspirasi
paksa

Intercostalis internal

Menarik kosta-kosta ke bawah dan ke
dalam, memperkecil rongga toraks dimensi
anteroposterior dan laterolateral

Ekspirasi
paksa

Otot-otot Inspirasi

Otot-otot ekspirasi

Gambar 2.8. Otot Pernafasan

BAB 3
RINGKASAN

Otak terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan, yang
dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang
disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus
temporalis.
Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktifitas
hemisfer kanan, maka pembicaraan seseorang akan menjadi mononton, tak ada lagu kalimat,
tanpa menampakkan adanya emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa
Teori Lateralisasi adalah suatu teori yang dapat ditarik secara jelas bahwa belahan korteks
dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan, pemahaman dan
produksi bahasa.
Teori lokalisasi atau yang lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa
pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan Wernicke
Kerusakan pada hemisfer kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan
wicara yang disebabkan oleh stroke disebut dengan afasia (aphasia).

DAFTAR PUSTAKA

1. Fox SI. 2003. Human Physiology. 8th ed. The McGraw-Hill Company Inc, USA.
2. Ganong WF. 2010. Review of Medical Physiology. 23rd ed. The McGraw-Hill Company
Inc, USA.
3. Goodman BE. 2001. Pulmonary and renal pressure-flow relationships: what should be
thought? Adv Physiol Educ 25:15-28.
4. Guyton AC and Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier Inc,
Philadelphia.
5. Jolley CJ and Moxham J. 2006. Respiratory muscles, chest wall, diaphragm, and
other. Encyclopedia of Respiratory Medicine:632-43.
6. Sherwood L. 2004. Human Physiology From Cells to System. 5th ed. Thomson Learning

Inc, USA.

Dokumen yang terkait

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Penerapan Data Mining Untuk Memprediksi Fluktuasi Harga Saham Menggunakan Metode Classification Dengan Teknik Decision Tree

20 110 145