Laporan Praktikum Struktur Hewan Jaringa (5)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ST RU K T U R H EWAN
(JARINGAN SARAF)

Disusun oleh:

NAMA

:

LASINRANG ADITIA

NIM

:

60300112034

KELAS

:


BIOLOGI B

KELOMPOK

:

I (Satu)

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013

@Copyright Lasinrang Aditia

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul “Jaringan Saraf”
yang disusun oleh:


Nama

: Lasinrang Aditia

Nim

: 60300112034

Kelas

: Biologi B

Kelmpok

: I (satu)

Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.

Samata-Gowa, 23 Mei 2013


Kordinator Asisten

Asisten

(Asbar Hamzah)

(

60300110006

Hajrah

)

60300110014

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

(Maisya Al Banna S.Si, M.Si)


@Copyright Lasinrang Aditia

A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui struktur
histologi jaringan saraf.
B. Dasar Teori
Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa
sinyal sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal dari
sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelanjar. Sinyal tersebut seringkali
disebut impuls saraf, atau disebut potensial akson.Sel saraf yang dinamakan pula
sel neron berbeda dengan sel-sel dari jaringan dasar lainnya karena adanya
tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya. Semua jaringan mencerminkan
sejarahnya dengan memeperlihatkan berbagai kemampuannya untuk penyesuaian
dri

pada

keadaan


baru

selama

hidup

mereka.

Jaringan

saraf

juga

menspesialisasikan diri dalam kemampuan sepeti ini, menuju kea rah fungsi
belajar dan ingat yang tidak begitu banyak dipahami. Meskipun banyak sifat khas
organissi pesarafan itu telah terprogram secara genetik, namun detail– detail dari
kontak–kontak seluler dan pembentukan sirkuit fungsional untuk popolasisel
tampaknya terpengaruh oleh keadaan yang biasanya terdapat apabila sel-selnya
memperoleh kontak mereka yang pertama (Gerrit, 1988: 132).

Jaringan saraf merasakan adanya stimulus atau rangsangan dan
menghantarkan sinyal dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya. Unit
fungsional jaringan saraf adalah neuron, atau sel saraf, yang secara unik
dikhususkan untuk menghantarkan sinyal yang disebut impuls saraf. Neuron
terdiri atas sebuah badan sel dan dua atau lebih penjuluran, atau proses yang
disebut dendrite dan akson, yang panjangnya bias mencapaisatu meter pada
manusia. Dendrit menghantarkan impuls dari ujungnya menuju bagian neuron
yang lainnya. Akson menghantarkan impuls menuju neuron lainnya atau menuju
efektor (Campbell, 2004: 8).
Semua fungsi di dalam suatu organism diatur dan disesuaikan dengan
sangat seksama, dikoordinasikan dengan fungsi organ-organ lainnya, dan

@Copyright Lasinrang Aditia

diintegrasikan menurut kebutuhan-kebutuhan tubuh. Koordinasi dan integrasi
fungsi alat-alat tubuh dilaksanakan oleh sistem saraf (neural) dan sistem endokrin
(hormonal). Pada umumnya, sistem saraf mengatur aktivitas tubuh yang
berlangsung relative cepat, seperti kontraksi otot dan sekresi kelenjar, sedangkan
sistem endokrin dengan pencapaian organ targetnya, relative berlangsung lebih
lambat, seperti proses metabolisme. Suatu persambungan antara dua neuron

disebut sinaps. Kedua neuron itu biasanya tidak melekat langsung satu dengan
yang lain tetapi dipisahkan oleh suatu celah sempit, yang disebut celah sinapsis
(Yusminah, 2007: 87).
Unit fungsional system saraf pada vetebrata maupun avetebrata adalah
neuron. Sel yang sangat terspesialisasi itu, yang mengandung berbagai organel
khas yang ditemukan pada kebanyakan sel eukariotik, sangat teradaptasi bagi
komunikasi berkat penjuluran–penjulurannya yang laksana kabel. Dendrit adalah
penjuluran–penjuluran,

seringkali

bercabang–cabang

seperti pohon,

yang

mengangkut impuls menuju badan sel pusat. Badan sel adalah daerah yang lebih
tebal di neuron dan mengandung nucleus serta sebagian besar sitoplasma. Akson
adalah penjuluran, umumnya sangat panjang, yang mengangkut impuls menjauhi

badan sel. Sistem saraf dibangun oleh komponen – komponensel saraf atau
neuron, sel-sel glia (sel Schwann, oligodendrosit, migroglia, ependim, astrosit,
dan sel-sel satelit) dan jaringan ikat sejati (Fried, 2000: 255).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal : Selasa/ Mei 2013
Waktu

: 15.00-17.00 WITA

Tempat

: Laboraturium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa

@Copyright Lasinrang Aditia

2. Alat dan Bahan

a. Alat
Adapun alat yang akan digunakan pada percobaan ini yaitu kain
planel dan mikroskop binokuler.
b. Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan pada percobaan ini yaitu Ghoat
nerve cell smear, Human Sympathetic nerve dan Nerve cell.
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengamati bahan satu persatu dibawah mikroskop
3. Menggambar hasil pengamatan dan memperhatikan perbesaran yang telah
digunakan, mewarnai dan memberi keterangan.
4. Membersihkan meja praktikum sebelum meninggalkan laboratorium.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan

Keterangan:
1. Dendrit

5. Nodus ranvier


2. Badan sel

6. Sel schwann

3. Nukleus (inti sel)

7. Sinapsis

4. Akson

8. Mitochondrium

@Copyright Lasinrang Aditia

2. Pembahasan
Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa
sinyal sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal
dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelanjar. Sinyal tersebut
seringkali disebut impuls saraf, atau disebut potensial akson. Pada hasil

pengamatan preparat Ghoat nerve cell smear, Human Sympathetic nerve dan
Nerve cell, pada ketiganya hampir semua sama terlihat adanya badan sel,
Badan sel merupakan bagian sel saraf yang mengandung nukleus (inti sel) dan
tersusun pula sitoplasma yang bergranuler dengan warna kelabu. Di dalamnya
juga terdapat membran sel, nukleolus (anak inti sel), dan retikulum
endoplasma. Retikulum endoplasma tersebut memiliki struktur berkelompok
yang disebut badan Nissl. Pada badan sel terdapat bagian yang berupa serabut
de ngan penjuluran pendek. Bagian ini disebut dendrit.
Dendrit memiliki struktur yang bercabang-cabang (seperti pohon)
dengan berbagai bentuk dan ukuran. Fungsi dendrit adalah menerima impuls
(rangsang) yang datang dari reseptor. Kemudian impuls tersebut dibawa
menuju ke badan sel saraf. Selain itu, pada badan sel juga terdapat penjuluran
panjang dan kebanyakan tidak bercabang. Namanya adalah akson atau neurit.
Akson berperan dalam menghantarkan impuls dari badan sel menuju
efektor, seperti otot dan kelenjar. Walaupun diameter akson hanya beberapa
mikrometer, namun panjangnya bisa mencapai 1 hingga 2 meter. Supaya
informasi atau impuls yang dibawa tidak bocor (sebagaiisolator), akson
dilindungi oleh selubung lemak yang kemilau. Kita bisa menyebutnya selubung
mielin. Selubung mielin dikelilingi oleh sel-sel Schwan. Selubung mielin
tersebut dihasilkan oleh selsel pendukung yang disebut oligodendrosit.
Sementara itu, pada akson terdapat bagian yang tidak terlindungi oleh selubung
mielin. Bagian ini disebut nodus Ranvier, yang berfungsi memperbanyak
impuls saraf atau mempercepat jalannya impuls.

@Copyright Lasinrang Aditia

Dalam pelaksanaannya, sel-sel saraf bekerja bersama-sama. Pada saat
datang rangsang, impuls mengalir dari satu sel saraf ke sel saraf penghubung,
sampai ke pusat saraf atau sebaliknya dari pusat saraf ke sel saraf terus ke
efektor. Hubungan antara dua sel saraf disebut sinapsis. Ujung neurit
bercabang-cabang, dan ujung cabang yang berhubungan dengan sel saraf lain
membesar disebut bongkol sinapsis. Pada hubungan dua sel saraf yang disebut
sinaps tersebut, dilaksanakan dengan melekatnya neurit dengan dendrit atau
dinding sel. Jika impuls sampai ke bongkol sinaps pada bongkol sinaps akan
disintesis zat penghubung atau neurotransmiter, misalnya zat asetilkolin.
Dengan zat transmiter inilah akan terjadi potensial aksi pada dendrite yang
berubah menjadi impuls pada sel saraf yang dihubunginya. Setelah itu,
asetilkolin akan segera tidak aktif karena diuraikan oleh enzim kolin esterase
menjadi asetat dan kolin.
Ujung akson setiap neuron membentuk tonjolan yang didalamnya
terdapat mitokondria untuk menyediakan ATP untuk proses penghantaran
rangsang dan vesikula sinapsis yang berisi neurotransmitter umumnya berupa
asetilkolin (ACh), adrenalin dan noradrenalin. Ketika rangsang tiba di sinapsis,
ujung akson dari neuron pra-sinapsis akan membuat vesikula sinapsis
mendekat dan melebur ke membrannya. Neurotransmitter kemudian dilepaskan
melalui proses eksositosis. Pada ujung akson neuron pasca-sinapsis, protein
reseptor mengikat molekul neurotransmitter dan merespon dengan membuka
saluran ion pada membran akson yang kemudian mengubah potensial membran
(depolarisasi atau hiperpolarisasi) dan menimbulkan potensial kerja pada
neuron pasca-sinapsis. Ketika impuls dari neuron pra-sinaps berhenti
neurotransmitter yang telah ada akan didegradasi. Molekul terdegradasi
tersebut kemudian masuk kembali ke ujung akson neuron pra-sinapsis melalui
proses endositosis.

@Copyright Lasinrang Aditia

E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu jaringan saraf dibagi
menjadi unit fungsional yaitu neuron yang merupakan sel saraf yang
terspesialisasi yang mengandung berbagai organel khas yang ditemukan pada
kebanyakan sel eukariotik, dan sangat beradaptasi bagi komunikasi berkat
penjuluran-penjulurannya yang seperti kabel. Dendrite merupakan penjuluranpenjuluran yang seringkali bercabang-cabangseperti pohon yang menyangkut
impuls menuju badan pusat sel. Badan sel merupakan daerah yang lebih tebal
di neuron dan mengandung nucleus serta sebagian besar sitoplasma. Dan akson
merupakan penjuluran yang mengangkut impuls menjauhi badan sel.
2. Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu dalam mengamati preparat
jaringan saraf harus dilakukan secara teliti agar mendapatkan hasil yang
maksimal dan sebaiknya di dalam ruang pengamatan menggunakan mikroskop
trinokuler ditambah kipas angin supaya pada saat pengamatan tidak kepanasan.

@Copyright Lasinrang Aditia

DAFTAR PUSTAKA
Bevelander, Gerrit. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga, 1998.
Champbell. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga, 2004.
H.Fried,ph.D, George. Biologi Edisi Kedua.Jakarta: Erlangga, 2000.
Hala, Yusminah. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007.

@Copyright Lasinrang Aditia