Keberadaan Dan Fungsi Alat Musik Tradisional Gu Zheng Bagi Masyarakat Tionghoa Di Kota Medan

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:456) konsep diartikan sebagai
rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian kongkret, gambaran mental
dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami hal-hal lain.
Konsep adalah abstrak dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu
dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep itu sejumlah pengertian
atau karakteristik yang dikaitkan dengan peristiwa, obyek, kondisi, situasi, dan perilaku
tertentu. Dengan kata lain, konsep adalah pendapat abstrak yang digeneralisasi dari fakta
tertentu (Davis & Cosenza).
Konsep bertujuan merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar tentang apa
yang di teliti, agar apa yang menjadi tujuan penulisan tidak menjadi salah pengertian.

2.1.1

Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil akal dan daya manusia. Budaya berasal dari bahasa


Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari budhhi (budi atau akal),
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Koentjarraningrat,
1982:9).

Unsur kebudayaan ada tujuh, yaitu: 1. Bahasa, 2. Sistem Pengetahuan, 3. Organisasi
Sosial, 4. Sistem peralatan dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi,
7. Kesenian. Setiap manusia dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks.

Universitas Sumatera Utara

Kebudayaan itu kuat sekali pengaruhnya terhadap cara hidup serta cara berlaku yang akan
diikuti selama manusia itu hidup.

2.1.2

Fungsi
Pada umumnya fungsi mempunyai arti guna atau manfaat. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007 : 323), fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi hidup suatu
masyarakat.

Fungsi secara budaya yaitu fungsi dimana setiap kegiatan, kelakuan dan sikap
menjadi suatu kebiasaan. Sebagian ilmuwan sosial bahkan berusaha membatasi lagi
pengertian istilah kebudayaan tersebut hingga hanya mencakup bagian-bagian warisan sosial
yang melibatkan representasi atas hal-hal yang dianggap penting, tidak termasuk normanorma atau pengetahuan prosedural mengenai bagaimana sesuatu harus dikerjakan
(Schneider, 1968).
2.1.3

Alat Musik Tradisional Gu Zheng

Gu Zheng (baca: ku ceng) adalah salah satu alat musik Tiongkok tertua yang
mengakar pada nilai estetika dalam peradaban sejarah budaya Tionghoa sepanjang rentang
waktu dua ribuan tahun yang lampau. Menurut catatan sejarah Gu Zheng yang asalnya dari
alat musik Se 瑟 pertama kali berawal dari Dinasti Chin (221-206 SM) dan mengalami masa
keemasan

pada

masa

era


dinasti

Tang

(618-907SM).

Pada dasarnya Gu Zheng adalah alat musik pentatonik yang aslinya hanya bertumpu
pada nada dasar D sebagaimana dikenal dalam tata musik modern dan memiliki senar
sebanyak 21 senar. Nada-nada asli yang lazim berlaku dalam notasinya adalah 1 (do), 2 (re),
3 (mi), 5 (sol), 6 (la). Namun dalam tehnik permainan yang lebih variatif dan kreatif, Gu

Universitas Sumatera Utara

Zheng pun bisa menghasilkan semua nada diatonik seperti 4,7 dan nada-nada kromatik
lainnya.

Di kota Medan tepatnya di Jade Music School sudah mendapatkan beberapa
prestasi/penghargaan baik nasional maupun Internasional, dalam persembahan dan
perlombaan alat musik tradisional Gu Zheng. Disini penulis dapat mempaparkan beberapa

konser yang pernah diikuti di kota Medan (lokal) dan di kota Shanghai (Internasional).

Konser di kota Medan antara lain konser pertama di Chandra Kusuma yang
dilaksanakan di komplek Cemara Asri pada bulan November 2009, kemudian konser kedua
yang dilaksanakan di Graha Methodist pada bulan Juli 2011, dan terakhir pada konser yang
ketiga dilasanakan di Audiotorium Vihara Maitreya di Cemara Asri pada bulan Agustus 2012.

Selain konser di kota Medan (Nasional), terdapat pula konser di luar kota Medan
(Internasional) antara lain konser pertama di Changsu yang dilaksanakan pada tahun 2011,
kemudian konser kedua di Shanghai yang dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2012, dan
terakhir pada konser yang ketiga di Suzhou yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2012.

Penggunaan dan fungsi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian
yang akan dibahas. Dalam pengertian sehari-hari kata penggunaan dan fungsi sering diartikan
sama. Tapi dalam pembahasan ini pengertian penggunaan dan fungsi tidaklah sama. Merriam
mengatakan bahwa penggunaan menitikberatkan pada masalah situasi atau keadaan yang
bagaimana musik itu digunakan atau dipakai dalam kehidupan manusia. Manusia dalam
kehidupannya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, khususnya dalam bidang rohani dan
tradisi. Maka penggunaan musik akan disesuaikan dengan kebutuhannya sendiri seperti religi,
adat, hiburan.


Universitas Sumatera Utara

Gu Zheng yang lazimnya juga digunakan dalam mengiringi puisi-puisi dalam sebuah
acara, dan tidak terlalu ditentukan temanya. Tetapi di Jade Music School Gu Zheng belum
dapat menampilkan pertunjukkan gabungan antara alat musik Gu Zheng dengan puisi. Dalam
hal ini dikarenakan minat pembelajaran masih terfokus terhadap permainan dan melodi alat
musik Gu Zheng.

2.1.4

Masyarakat Tionghoa

Koentjaraningrat (1985:60) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kesatuan manusia
yang berinteraksi dan bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat tertentu yang bersifat
kontiniu, dimana anggota masyarakat terikat suatu rasa identitas bersama. Identitas menjadi
jati diri yang kuat bagi masyarakat tersebut.
Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang di Indonesia yang merujuk kepada
masyarakat keturunan Cina yang berasal dari kata zhonghua dalam bahasa Mandarin.
Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa. Seperti yang dilansir dalam

sebuah situs berita online www.politikkompasiana.com ( 24/02/2012 pukul 23.40 WIB):
“… Secara linguistik, istilah “Tiongkok” dan “Tionghoa” hanya ditemukan di Indonesia
karena lahir dari pelafalan “Zhong Guo” (Negara Tengah) dalam Bahasa Indonesia dan
dialek Hokkien (yang digunakan di Provinsi Fujian, dari mana banyak etnis Tionghoa di
Indonesia berasal). Kedua istilah tersebut tidak dikenal di negara-negara tetangga yang
bahasanya juga mempunyai akar bahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei”.
Masyarakat Tionghoa mulai datang ke Sumatera Utara sekitar abad ke-16 sampai
kira-kira pertengahan abad ke-19. Masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia saat ini
merupakan keturunan dari leluhur mereka yang berimigrasi dari Cina ke berbagai wilayah
di Indonesia secara periodik yang akhirnya menetap dan menjadi bagian dari negara
Indonesia sampai saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Umumnya mereka berasal dari Propinsi Fukien bagian selatan dan Kwantung.
Mereka hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya dan mewariskan banyak budaya
kepada keturunannya. Namun, beberapa dari budaya etnis Tionghoa sudah disesuaikan
dengan perkembangan zaman dengan tidak menghilangkan nilai-nilai luhur yang telah
ditanamkan oleh para leluhur mereka.


2.2 Landasan teori
Suatu kajian atau analisis sudah sewajarnya memakai landasan teori tertentu, supaya
penulis mudah menentukan langkah dan arah analisis. Pembahasan yang utama dalam
penelitian ini adalah tentang keberadaan dan fungsi alat musik Gu Zheng bagi masyarakat
Tionghoa di Kota Medan, penulis menggunakan Teori Fungsionalisme. Karena teori
fungsionalisme memiliki fungsi-fungsi terhadap alat musik Gu Zheng.
Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori hanya ada
pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan
(Koentjaraningrat, 1973:10).
Teori adalah pengetahuan yang diorganisasikan dengan cara tertentu yang meletakkan
fakta di bawah kaidah umum. Dengan demikian pengetahuan teoretik tidak hanya lebih
mudah dipahami dan disampaikan jika dibandingkan dengan pengetahuan yang
diorganisasikan secara lain, melainkan juga mempunyai potensi pengembangan yang tidak
dimiliki oleh sekedar akumulasi fakta. (Albert A.Manners, p.43).
Merriam (1964:45) mengemukakan bahwa instrumen harus diukur, dideskripsikan,
digambar dengan skala atau difoto, prinsip konstruksi, bahan pembuatan, motif dekorasi,
metode dan teknik memainkannya dalam pertunjukkan, wilayah nada, nada-nada yang
dihasilkan dan tangga nada teoritisnya.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Teori Fungsionalisme
Teori Fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial,
yang menekankan pada saling antara institusi-institusi (pranata-pranata) dan kebiasaankebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial
didukung oleh fungsi institusi-institusi seperti negara, agama, keluarga, aliran, dan pasar
terwujud.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsifungsi dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme
menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian,
hubungan antara manusia dengan lingkungannya merupakan etnik manisfestasi dari pikiran
dan perilaku (Lydia dan Maratus, 2009).
Teori Fungsionalisme dalam Ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang
pakar yang sangat penting dalam sejarah teori antropologi, yaitu Bronislaw Malinowski
(1884-1942).
Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori baru untuk
menganalisis fungsi kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsionalisme
kebudayaan “a funitional theory of culture”. Menurut Malinowski (1984: 216) :
“… Pada dasarnya kebutuhan manusia sama, baik itu kebutuhan yang bersifat
biologis maupun yang bersifat psikologis dan kebudayaan pada pokoknya memenuhi
kebutuhan tersebut. Kondisi pemenuhan kebutuhan yang tak terlepas dari sebuah
proses dinamika perubahan ke arah konstruksi nilai-nilai yang disepakati bersama

dalam sebuah masyarakat (dan bahkan proses yang dimaksud akan terus bereproduksi)
dan dampak dari nilai tersebut pada akhirnya membentuk tindakan-tindakan yang
terlembagakan dan dimaknai sendiri oleh masyarakat bersangkutan yang pada
akhirnya memunculkan tradisi upacara perkawinan, tata cara dan lain sebagainya yang
terlembaga untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia tersebut”.

Universitas Sumatera Utara

Hal inilah yang kemudian menguatkan tese dari Malinowski yang sangat menekankan
konsep fungsi dalam melihat kebudayaan. Ada tiga tingkatan oleh Malinowski yang harus
terekayasa dalam kebudayaan sebagai berikut :
“… (1) Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan bilogis, seperti kebutuhan akan
pangan dan prokreasi, (2) Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental,
seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan, (3) Kebudayaan harus memenuhi
kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian”.
Selain itu, hal yang patut ada pada para peneliti menurut Malinowki adalah
kemampuan keterampilan analitik agar dapat memahami latar dan fungsi dari aspek yang
diteliti, adat dan pranata sosial dalam masyarakat. Konsep tersebut dirumuskan ke dalam
tingkatan abstraksi mengenai fungsi aspek kebudayaan, sebagai berikut :
“… (1) saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek

lainnya, (2) konsep oleh masyarakat yang bersangkutan, (3) unsur-unsur dalam
kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara fungsional, (4) esensi atau inti
dari kegiatan/aktivitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan
dasar biologis manusia.”
Malinowski (Ihroni 2006), mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan
fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsure kebudayaan
bermanfaat bagi masyarakat dimana unsure itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan
fungsionalisme terhadap kebudayaan memepertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang
sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari
kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam
kebudayaan yang bersangkutan. Menurut Malinowski (Ihroni 2006), fungsi dari satu unsure
budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa
kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Landasan Teori dapat memperkuat suatu penelitian, hal ini menunjukkan bahwa
penelitian yang dibuat bukan sekedar coba-coba, tetapi merupakan kegiatan ilmiah dalam
mengumpulkan data, mengolah dan menyimpulkan data.

Budaya yaitu mekanisme, struktur, dan sarana kolektif di luar diri manusia itu oleh
antropolog. Di sini ungkapan “di luar diri manusia” digunakan dalam pengertian analitis,
bukan metafisik. (Kroeber dan Kluckhohn).
2.3 Tinjauan Pustaka
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1731) tinjauan adalah hasil meninjau
pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari, dsb). Sedangkan pustaka adalah
kitab, buku, primbon (KBBI, 2008:1253). Dalam meyelesaikan penelitian ini dibutuhkan
kepustakaan

yang

relevan

karena

hasil

dari

suatu

karya

ilmiah

harus

bisa

dipertanggungjawabkan dan harus memiliki data-data yang kuat dan memiliki hubungan
dengan yang diteliti.
Henroy Samuel Siboro (2013), mahasiswa Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni
Universitas Negeri Medan, mengkaji tentang alat musik tradisional Cina. Dalam skripsi yang
berjudul Keberadaan Alat Musik Tradisional Cina Gu Zheng Di Jade Music School Jalan
Singosari No.3F Medan. Skripsi ini mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai alat musik
tradisional Gu Zheng beserta fungsi-fungsi yang terdapat pada alat musik tradisional Gu
Zheng.
Eni Agustien (2004), dalam buku yang berjudul Mari belajar Gu Zheng adalah
menjelaskan bagaimana cara dan tehnik belajar untuk memainkan alat musik tradisional Cina
Gu Zheng sehingga para pembaca dapat mengerti dan memahami apa yang diperlukan dalam
belajar alat musik tersebut.

Universitas Sumatera Utara