Keberadaan Dan Fungsi Alat Musik Tradisional Gu Zheng Bagi Masyarakat Tionghoa Di Kota Medan

(1)

KEBERADAAN DAN FUNGSI ALAT MUSIK TRADISIONAL GU

ZHENG BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN

棉兰华人古筝存在和使用研究 mián lán huá rén gǔzhēng cúnzài hé shǐyòng yánjiū

SKRIPSI SARJANA

Oleh:

GUCCI OCTAVIA

100710016

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KEBERADAAN DAN FUNGSI ALAT MUSIK TRADISIONAL GU

ZHENG BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN

棉兰华人古筝存在和使用研究 mián lán huá rén gǔzhēng cúnzài hé shǐyòng yánjiū

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina.

Oleh:

GUCCI OCTAVIA

100710016

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KEBERADAAN DAN FUNGSI ALAT MUSIK TRADISIONAL GU

ZHENG BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN

棉兰华人古筝存在和使用研究 mián lán huá rén gǔzhēng cúnzài hé shǐyòng yánjiū

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina.

Oleh:

GUCCI OCTAVIA

100710016

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

KEBERADAAN DAN FUNGSI ALAT MUSIK TRADISIONAL GU

ZHENG BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN

棉兰华人古筝存在和使用研究 mián lán huá rén gǔzhēng cúnzài hé shǐyòng yánjiū

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina.

Oleh:

GUCCI OCTAVIA

100710016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs.Fadlin M.A Sheyla Silvia, S.S, M.Si

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(5)

Disetujui oleh

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi Sastra Cina

Ketua,

Dr.T.Thyrhaya Zein, M.A.

NIP. 19360109 198803 2 001


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi, berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 29 Januari 2015 Penulis,


(7)

PENGESAHAN Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada : Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 195119131976031001

Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( ) 2. Dra.Nur Cahaya Bangun, M.Si. ( )

3. Drs.Fadlin, M.A. ( )

4. Sheyla Silvia, S.S, M.Si ( ) 5. Sheyra Silvia, S.S,MTSCOL. ( )


(8)

ABSTRACT

This thesis entitled "The presence and function of Traditional Musical Instruments for Gu Zheng Chinese Society in Medan". Purpose of this study is to explain the existence and function of Gu Zheng in the culture of the Chinese community in Medan. To analyze, the writer used functional theory. The method used is qualitative method. The results obtained are acknowlege Gu Zheng in Medan grow and evolve based on the existence of a heterogeneous society in Medan, so enter ethnic songs. Gu Zheng is a function of (1) cultural continuity, (2) physical reactions, (3) social stratification, (4) inakulturation culture, (5) entertainment.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat yang telah diberikan-Nya kepada penulis mulai dari masa-masa perkuliahan sampai dengan tahap penyelesaian tugas akhir. Adapun tugas akhir yang diberi judul “Keberadaan dan Fungsi Alat Musik Tradisional Gu Zheng Bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan” ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini penulis menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana fungsi-fungsi dan keberadaan alat musik tradisional Gu Zheng di Kota Medan. Sungguh suatu hal yang luar biasa dimana akhirnya tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan benar sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam menyusun Skripsi ini, tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, waktu, bimbingan dan doa kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H.,M.Sc.(C.T.M), Sp.A.(K.). atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis berstatus mahasiswi Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara serta kesempatan untuk menyelesaikan Studi S-1 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan baik.

2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. atas kesempatan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Studi S-1 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan baik.

3. Ketua Program Studi Sastra Cina, Ibu Dr.T.Thyrhaya Zein, M.A. yang dengan sabar selalu memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis semasa perkuliahan.


(10)

4. Sekretaris Program Studi Sastra Cina, Ibu Dra.Nur Cahaya Bangun, M.Si. atas pengarahan yang diberikan untuk penulis mulai dari masa perkuliahan sampai saat ini. 5. Dosen Pembimbing I Bapak Drs. Fadlin, M.A. yang telah sabar dalam membimbing, menasehati, dan memberikan dorongan semangat kepada penulis selama mengerjakan tugas akhir ini sehingga terselesaikan dengan baik dan sesuai yang diharapkan.

6. Dosen pembimbing II Peng Pai, M.A. Laoshi yang telah sabar membimbing, memberikan dorongan semangat dan waktu dalam mengerjakan tugas akhir dalam bahasa mandarin. Kepada Yang Yang, M.A. Laoshi yang juga telah membantu dan memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Dosen pendamping II Sheyla Siregar, S.S, M.Si yang telah membimbing dalam mengerjakan tugas akhir ini dalam bahasa mandarin dengan baik dan benar.

8. Orangtua terkasih dan tercinta, seluruh keluarga besar Pomparan Op.Basaria Lbn.Gaol, saudara-saudara sepupu di Jakarta, Bandung, Medan, dan seluruhnya dimana pun berada. Yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doa sehingga tugas ini dapat selesai dengan baik dan sesuai yang diharapkan.

9. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Sastra Cina, Kak Endang yang telah membantu mengurus segala urusan akademik sampai penyelesaian tugas akhir ini. 10.Kakak senior 2008 dan 2009 kak Lasma, kak Irene, kak Jun, kak Stefani yang telah

membantu, mendukung dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

11.Seluruh teman-teman seiman di NHKBP Tjg.Sari Medan yang telah mendengarkan berbagai sharing dan telah mendukung melalui doa kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir tersebut.

12.Seluruh teman-teman stambuk 2010 Program Studi Sastra Cina yang telah memberikan dukungan dan dorongan semangat serta senantiasa menemani 4 tahun


(11)

masa-masa perkuliahan suka dan duka, diantaranya Paska, Amel, Devi Anur, Ade Danu, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungannya.

13.Seluruh kakak senior 2007, 2008, 2009 dan adik-adik stambuk 2011, 2012, 2013, 2014 yang telah memberikan dukungan semangat.

14.Informan yang telah memberikan waktu dan kesempatan serta memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan terhadap penulis, yaitu Ibu Ngartini Huang, Kak Violita, dan Kak Jenny Wijaya yang telah berkenan berbagi informasi dan berkenan untuk diwawancarai oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu juga dapat menjadi sumbangan untuk ilmu pengetahuan dan wawasan, khususnya dalam bidang Sastra Cina.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini kepada seluruh pihak yang telah membaca skripsi tersebut.

Medan, 05 Januari 2015 Penulis

Gucci Octavia NIM. 100710016


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Contoh Alat Musik Gu Zheng ……….. 4

Gambar 2 Contoh Alat Musik Gu Zheng ………... 25

Gambar 3 Gedung Jade Music School ……… 29

Gambar 4 Konser Mini Gu Zheng ……….. 30

Gambar 5 Peresmian Bank Mandiri ……… 32

Gambar 6 Peresmian Bank Mandiri ……… 32


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………i

KATA PENGANTAR ……….ii

DAFTAR GAMBAR ………...v

DAFTAR ISI ………...vii

BAB I PENDAHULUAN ………1

1.1 Latar Belakang ………1

1.2 Batasan Masalah ………...5

1.3 Rumusan Masalah ………...6

1.4 Tujuan Penelitian ………...6

1.5 Manfaat Penelitian ………...6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ………... 8

2.1 Konsep ………...8

2.1.1 Kebudayaan ………..8

2.1.2 Fungsi ………...9

2.1.3 Alat Musik Tradisional Gu Zheng ……….. 9

2.1.4 Masyarakat Tionghoa ………. ………...11

2.2 Landasan Teori ………... 13

2.2.1 Teori Fungsionalisme ……… 14

2.3 Tinjauan Pustaka ……….. 16

BAB III METODE PENELITIAN ………..18

3.1 Metode Penelitian ………..18

3.2 Teknik Pengumpulan Data ………20

3.2.1 Wawancara ……….20

3.2.2 Studi Kepustakaan ………...21

3.2.3 Dokumentasi ………...21

3.2.4 Observasi Lapangan ………...22

3.3 Teknik Analisis Data ……….22

BAB IV GAMBARAN UMUM ALAT MUSIK TRADISIONAL GU ZHENG………...24

4.1 Sejarah Alat Musik Gu Zheng ………...24

4.1.1 Gu Zheng masuk ke Kota Medan ………...26

BAB V KEBERADAAN ALAT MUSIK GU ZHENG DAN FUNGSI ALAT MUSIK GU ZHENG BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN ……….. 28

5.1 Keberadaan Alat Musik Gu Zheng di Jade Music School ………28

5.2 Fungsi Alat Musik Gu Zheng Bagi Masyarakat Tionghoa ………...40

5.2.1 Fungsi Gu Zheng sebagai Kesinambungan Kebudayaan ………...40

5.2.2 Fungsi Gu Zheng sebagai Simbol Stratifikasi Sosial ……….40


(14)

5.2.4 Fungsi Gu Zheng sebagai Inakulturasi Budaya ………...42

5.2.5 Fungsi Gu Zheng sebagai Hiburan ……….43

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ………45

6.1 Simpulan ………45

6.2 Saran ………..46

DAFTAR PUSTAKA ………47

SERTIFIKAT ………50

LAMPIRAN ……….. 52

Daftar Informan ………52


(15)

ABSTRACT

This thesis entitled "The presence and function of Traditional Musical Instruments for Gu Zheng Chinese Society in Medan". Purpose of this study is to explain the existence and function of Gu Zheng in the culture of the Chinese community in Medan. To analyze, the writer used functional theory. The method used is qualitative method. The results obtained are acknowlege Gu Zheng in Medan grow and evolve based on the existence of a heterogeneous society in Medan, so enter ethnic songs. Gu Zheng is a function of (1) cultural continuity, (2) physical reactions, (3) social stratification, (4) inakulturation culture, (5) entertainment.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Budaya secara harafiah berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang memiliki arti bercocok-tanam (cultivation) atau disebut juga mengerjakan tanah, mengelola, memelihara ladang (Poerwanto, 2005:51).

Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem, dimana sistem terbentuk dari perilaku, baik perilaku badan maupun pikiran. Dan hal ini berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu tertentu, akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun sistem tersendiri dalam kumpulan masyarakat. Kebudayaan yang membuat ciri khas suatu masyarakat.

Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa sangat kaya dengan keanekaragaman budayanya, menjadi bagian dari suku bangsa atau subsuku bangsa tersebut. Salah satunya adalah etnis Tionghoa dimana etnis tersebut mewariskan beragam peninggalan budaya, misalnya saja perayaan, religi, ilmu pengetahuan, alat musik dan lain-lain.

Alat musik adalah instrumen atau alat yang sengaja diciptakan atau diadaptasikan dengan tujuan supaya dapat menghasilkan suara musik. Merriam (1964:45) mengemukakan bahwa:

“… Instrument harus diukur, dideskripsikan, digambar dengan skala atau difoto,

prinsip konstruksi, bahan pembuatan, motif dekorasi, metode dan teknik memainkannya dalam pertunjukan, wilayah dana, nada-nada yang dihasilkan dan

tangga nada teoritisnya”.

Contoh dari peninggalan alat musik tradisional Cina kuno adalah Gu Zheng (古筝),


(17)

salah satu alat musik Tiongkok tertua yang mengakar pada nilai estetika dalam peradaban sejarah budaya Tionghoa sepanjang rentang waktu dua ribu tahun yang lampau. Gu Zheng

yang asalnya dari alat musik Se (瑟), yang merupakan alat musik tradisional Cina yang memiliki 25 senar yang menyerupai alat musik Gu Zheng.

Pipa (Tionghoa: ; pinyin: pípá, baca: bíbá) adalah alat musik tradisional di Cina.

Pipa adalah alat musik petik yang badannya terbuat dari kayu dan telah dimainkan selama lebih dari 2000 tahun di China. Alat musik pipa ini telah ada pada zaman dinasti Qin (221 BC - 206 BC). Pipa pada awalnya memiliki bentuk yang lurus vertikal pada bagian atas dan dilapisi oleh kulit pada bagian permukaannya, terdiri dari 4 senar dan mempunyai 12 nada standard.

Guqin (古 ) adalah instrumen Tiongkok kuno. Guqin memiliki sejarah yang panjang dan juga memiliki arti budaya yang sangat luas, dan telah ditetapkan oleh UNESCO

sebagai warisan budaya Tionghoa yang harus dilestarikan. Budayawan kuno dan pejabat menggunakan guqin untuk mengekspresikan keinginan mereka untuk memperbaiki diri, mengharmoniskan keluarga dan memberikan kebaikan bagi orang banyak, juga untuk menciptakan kedamaian bagi masyarakat.

Erhu (Hanzi: 二胡) merupakan alat musik tradisional Tiongkok yang paling populer di samping alat musik tradisional Gu Zheng. Pada mulanya, Erhu menggunakan dua senar yang terbuat dari sutra, tetapi sekarang Erhu menggunakan senar dari logam. Erhu biasanya menggunakan membran dari kulit ular piton, tetapi ada juga yang menggunakan bahan lain. Kotak suara dapat berbentuk segi enam, segi delapan, atau bulat. Kotak suara ini juga bervariasi ukurannya, semakin besar ukuran kotak suaranya maka bunyi bass yang dihasilkan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.


(18)

Gu Zheng atau kecapi Cina adalah alat musik tradisional Cina yang paling populer dan termasuk jenis alat musik petik (Long Lute Zither). Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun yang dipertahankan sebagai sarana untuk dapat memperkenalkan daerah tersebut dan mengandung arti tersendiri bagi setiap daerah yang ada di Indonesia dan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat itu sendiri.

Musik tradisional juga musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Musik ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat dan dari situ lah kita dapat mengetahui bahwa alat musik tradisional itu berasal dari daerah mana, sehingga musik tradisional tidak dapat dipisahkan dengan daerah itu sendiri.

Di Kota Medan, banyak orang yang berminat untuk belajar memainkan alat musik tradisional Gu Zheng, akan tetapi tempat pembelajarannya yang masih terbatas dan alat musik Gu Zheng ini memiliki nilai positif dimana kehadirannya memberikan suasana baru dan berbeda di dunia musik khusus nya di Kota Medan. Adanya alat musik Gu Zheng ini menjadi salah satu pemicu untuk dapat melahirkan generasi muda yang dapat membangkitkan alat musik tradisional Cina yang ada di Kota Medan.

Gambar 1.1 Gu Zheng


(19)

Apabila Gu Zheng dimainkan akan menghasilkan nada/suara yang indah. Di dalam memainkan alat musik Gu Zheng dibutuhkan kesabaran dan keuletan dalam memetik. Alat musik Gu Zheng dimainkan dengan cara dipetik, dan diperlukan kuku palsu, supaya mempermudah memetik senar-senar dari Gu Zheng.

Di Kota Medan, alat musik Gu Zheng ditampilkan kembali dan berdasarkan hasil penelitian penulis dengan munculnya animo masyarakat Tionghoa. Pada tahun 2008 berdirilah Jade Music School yang berada di Jln.Singosari No: 3F, Thamrin-Medan sebagai tempat/wadah pembelajaran alat musik Gu Zheng, meskipun peminatnya masih sebatas masyarakat-masyarakat yang memiliki kemampuan (financial) menengah ke atas. Disamping itu terdapat juga tempat/wadah pembelajaran alat musik Gu Zheng seperti Chong Yee Chinese Music Centre yang memperkenalkan alat musik tradisional Gu Zheng di kota Medan. Pada saat ini di Kota Medan, alat musik Gu Zheng memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai hiburan untuk menghibur para pengunjung yang dapat menarik perhatian untuk mendengarkan alunan alat musik Gu Zheng, dimana setiap alunan tersebut dapat menyampaikan sebuah cerita atau sebuah perasaan melalui alat musik Gu Zheng yang sebagaimana sebagai alat komunikasi. Di Kota Medan, alat musik Gu Zheng terus berjalan atau berkembang dari generasi ke generasi, karena ini merupakan kebudayaan masyarakat Tionghoa.

Berdasarkan fenomena yang diuraikan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut keberadaan Gu Zheng dan fungsinya bagi masyarakat Tionghoa di Kota medan.

1.2Batasan Masalah

Setiap pelaksanaan penelitian karya ilmiah pasti selalu bertitik tolak dari adanya masalah yang dihadapi dan perlu segera dipecahkan. Agar penulisan skripsi ini dapat terarah dan pembahasannya juga tidak mengambang serta tidak terjadi penafsiran yang salah, maka


(20)

penulis akan membatasi permasalahan yang dipaparkan pada Keberadaan dan Fungsi Alat Musik Tradisional Gu Zheng bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan. Lokasi penelitian dan penulisan adalah Jln. Singosari No: 3F Jade Music School Gu Zheng- Thamrin.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan pada pendahuluan di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana keberadaan alat musik Gu Zheng di Jade Music School?

2. Bagaimana fungsi alat musik Gu Zheng bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan?

1.4Tujuan Penelitian

Melalui penelitian ini, penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan keberadaan alat musik Gu Zheng di Jade Music Scholl?

2. Menjelaskan fungsi alat musik Gu Zheng bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan?

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang keberadaandan fungsi alat musik Gu Zheng bagi masyarakat Tionghoa secara umum.


(21)

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian fungsi alat musik tradisional Gu Zheng bagi masyarakat Tionghoa adalah untuk menambah pemahaman tentang keberadaan dan fungsi alat musik tradisional Gu Zheng bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan khususnya generasi muda, sebagai bagian dari salah satu etnis di Indonesia.


(22)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:456) konsep diartikan sebagai rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian kongkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Konsep adalah abstrak dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep itu sejumlah pengertian atau karakteristik yang dikaitkan dengan peristiwa, obyek, kondisi, situasi, dan perilaku tertentu. Dengan kata lain, konsep adalah pendapat abstrak yang digeneralisasi dari fakta tertentu (Davis & Cosenza).

Konsep bertujuan merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar tentang apa yang di teliti, agar apa yang menjadi tujuan penulisan tidak menjadi salah pengertian.

2.1.1 Kebudayaan

Kebudayaan adalah hasil akal dan daya manusia. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari budhhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Koentjarraningrat, 1982:9).

Unsur kebudayaan ada tujuh, yaitu: 1. Bahasa, 2. Sistem Pengetahuan, 3. Organisasi Sosial, 4. Sistem peralatan dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi, 7. Kesenian. Setiap manusia dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks.


(23)

Kebudayaan itu kuat sekali pengaruhnya terhadap cara hidup serta cara berlaku yang akan diikuti selama manusia itu hidup.

2.1.2 Fungsi

Pada umumnya fungsi mempunyai arti guna atau manfaat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 : 323), fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat.

Fungsi secara budaya yaitu fungsi dimana setiap kegiatan, kelakuan dan sikap menjadi suatu kebiasaan. Sebagian ilmuwan sosial bahkan berusaha membatasi lagi pengertian istilah kebudayaan tersebut hingga hanya mencakup bagian-bagian warisan sosial yang melibatkan representasi atas hal-hal yang dianggap penting, tidak termasuk norma-norma atau pengetahuan prosedural mengenai bagaimana sesuatu harus dikerjakan (Schneider, 1968).

2.1.3 Alat Musik Tradisional Gu Zheng

Gu Zheng (baca: ku ceng) adalah salah satu alat musik Tiongkok tertua yang mengakar pada nilai estetika dalam peradaban sejarah budaya Tionghoa sepanjang rentang waktu dua ribuan tahun yang lampau. Menurut catatan sejarah Gu Zheng yang asalnya dari alat musik Se 瑟 pertama kali berawal dari Dinasti Chin (221-206 SM) dan mengalami masa keemasan pada masa era dinasti Tang (618-907SM). Pada dasarnya Gu Zheng adalah alat musik pentatonik yang aslinya hanya bertumpu pada nada dasar D sebagaimana dikenal dalam tata musik modern dan memiliki senar sebanyak 21 senar. Nada-nada asli yang lazim berlaku dalam notasinya adalah 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol), 6 (la). Namun dalam tehnik permainan yang lebih variatif dan kreatif, Gu


(24)

Zheng pun bisa menghasilkan semua nada diatonik seperti 4,7 dan nada-nada kromatik lainnya.

Di kota Medan tepatnya di Jade Music School sudah mendapatkan beberapa prestasi/penghargaan baik nasional maupun Internasional, dalam persembahan dan perlombaan alat musik tradisional Gu Zheng. Disini penulis dapat mempaparkan beberapa konser yang pernah diikuti di kota Medan (lokal) dan di kota Shanghai (Internasional).

Konser di kota Medan antara lain konser pertama di Chandra Kusuma yang dilaksanakan di komplek Cemara Asri pada bulan November 2009, kemudian konser kedua yang dilaksanakan di Graha Methodist pada bulan Juli 2011, dan terakhir pada konser yang ketiga dilasanakan di Audiotorium Vihara Maitreya di Cemara Asri pada bulan Agustus 2012.

Selain konser di kota Medan (Nasional), terdapat pula konser di luar kota Medan (Internasional) antara lain konser pertama di Changsu yang dilaksanakan pada tahun 2011, kemudian konser kedua di Shanghai yang dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2012, dan terakhir pada konser yang ketiga di Suzhou yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2012.

Penggunaan dan fungsi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian yang akan dibahas. Dalam pengertian sehari-hari kata penggunaan dan fungsi sering diartikan sama. Tapi dalam pembahasan ini pengertian penggunaan dan fungsi tidaklah sama. Merriam mengatakan bahwa penggunaan menitikberatkan pada masalah situasi atau keadaan yang bagaimana musik itu digunakan atau dipakai dalam kehidupan manusia. Manusia dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, khususnya dalam bidang rohani dan tradisi. Maka penggunaan musik akan disesuaikan dengan kebutuhannya sendiri seperti religi, adat, hiburan.


(25)

Gu Zheng yang lazimnya juga digunakan dalam mengiringi puisi-puisi dalam sebuah acara, dan tidak terlalu ditentukan temanya. Tetapi di Jade Music School Gu Zheng belum dapat menampilkan pertunjukkan gabungan antara alat musik Gu Zheng dengan puisi. Dalam hal ini dikarenakan minat pembelajaran masih terfokus terhadap permainan dan melodi alat musik Gu Zheng.

2.1.4 Masyarakat Tionghoa

Koentjaraningrat (1985:60) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kesatuan manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dimana anggota masyarakat terikat suatu rasa identitas bersama. Identitas menjadi jati diri yang kuat bagi masyarakat tersebut.

Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang di Indonesia yang merujuk kepada masyarakat keturunan Cina yang berasal dari kata zhonghua dalam bahasa Mandarin.

Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa. Seperti yang dilansir dalam sebuah situs berita online www.politikkompasiana.com ( 24/02/2012 pukul 23.40 WIB):

“… Secara linguistik, istilah “Tiongkok” dan “Tionghoa” hanya ditemukan di Indonesia karena lahir dari pelafalan “Zhong Guo” (Negara Tengah) dalam Bahasa Indonesia dan

dialek Hokkien (yang digunakan di Provinsi Fujian, dari mana banyak etnis Tionghoa di Indonesia berasal). Kedua istilah tersebut tidak dikenal di negara-negara tetangga yang bahasanya juga mempunyai akar bahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei”.

Masyarakat Tionghoa mulai datang ke Sumatera Utara sekitar abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19. Masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia saat ini merupakan keturunan dari leluhur mereka yang berimigrasi dari Cina ke berbagai wilayah di Indonesia secara periodik yang akhirnya menetap dan menjadi bagian dari negara Indonesia sampai saat ini.


(26)

Umumnya mereka berasal dari Propinsi Fukien bagian selatan dan Kwantung. Mereka hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya dan mewariskan banyak budaya kepada keturunannya. Namun, beberapa dari budaya etnis Tionghoa sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman dengan tidak menghilangkan nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para leluhur mereka.

2.2Landasan teori

Suatu kajian atau analisis sudah sewajarnya memakai landasan teori tertentu, supaya penulis mudah menentukan langkah dan arah analisis. Pembahasan yang utama dalam penelitian ini adalah tentang keberadaan dan fungsi alat musik Gu Zheng bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan, penulis menggunakan Teori Fungsionalisme. Karena teori fungsionalisme memiliki fungsi-fungsi terhadap alat musik Gu Zheng.

Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10).

Teori adalah pengetahuan yang diorganisasikan dengan cara tertentu yang meletakkan fakta di bawah kaidah umum. Dengan demikian pengetahuan teoretik tidak hanya lebih mudah dipahami dan disampaikan jika dibandingkan dengan pengetahuan yang diorganisasikan secara lain, melainkan juga mempunyai potensi pengembangan yang tidak dimiliki oleh sekedar akumulasi fakta. (Albert A.Manners, p.43).

Merriam (1964:45) mengemukakan bahwa instrumen harus diukur, dideskripsikan, digambar dengan skala atau difoto, prinsip konstruksi, bahan pembuatan, motif dekorasi, metode dan teknik memainkannya dalam pertunjukkan, wilayah nada, nada-nada yang dihasilkan dan tangga nada teoritisnya.


(27)

2.2.1 Teori Fungsionalisme

Teori Fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling antara institusi-institusi (pranata-pranata) dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi-institusi seperti negara, agama, keluarga, aliran, dan pasar terwujud.

Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, hubungan antara manusia dengan lingkungannya merupakan etnik manisfestasi dari pikiran dan perilaku (Lydia dan Maratus, 2009).

Teori Fungsionalisme dalam Ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang pakar yang sangat penting dalam sejarah teori antropologi, yaitu Bronislaw Malinowski (1884-1942).

Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori baru untuk menganalisis fungsi kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsionalisme kebudayaan “a funitional theory of culture”. Menurut Malinowski (1984: 216) :

“… Pada dasarnya kebutuhan manusia sama, baik itu kebutuhan yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis dan kebudayaan pada pokoknya memenuhi kebutuhan tersebut. Kondisi pemenuhan kebutuhan yang tak terlepas dari sebuah proses dinamika perubahan ke arah konstruksi nilai-nilai yang disepakati bersama dalam sebuah masyarakat (dan bahkan proses yang dimaksud akan terus bereproduksi) dan dampak dari nilai tersebut pada akhirnya membentuk tindakan-tindakan yang terlembagakan dan dimaknai sendiri oleh masyarakat bersangkutan yang pada akhirnya memunculkan tradisi upacara perkawinan, tata cara dan lain sebagainya yang


(28)

Hal inilah yang kemudian menguatkan tese dari Malinowski yang sangat menekankan konsep fungsi dalam melihat kebudayaan. Ada tiga tingkatan oleh Malinowski yang harus terekayasa dalam kebudayaan sebagai berikut :

“… (1) Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan bilogis, seperti kebutuhan akan pangan dan prokreasi, (2) Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan, (3) Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian”.

Selain itu, hal yang patut ada pada para peneliti menurut Malinowki adalah kemampuan keterampilan analitik agar dapat memahami latar dan fungsi dari aspek yang diteliti, adat dan pranata sosial dalam masyarakat. Konsep tersebut dirumuskan ke dalam tingkatan abstraksi mengenai fungsi aspek kebudayaan, sebagai berikut :

“… (1) saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek lainnya, (2) konsep oleh masyarakat yang bersangkutan, (3) unsur-unsur dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara fungsional, (4) esensi atau inti dari kegiatan/aktivitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan dasar biologis manusia.”

Malinowski (Ihroni 2006), mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsure kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsure itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan memepertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Menurut Malinowski (Ihroni 2006), fungsi dari satu unsure budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat.


(29)

Landasan Teori dapat memperkuat suatu penelitian, hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang dibuat bukan sekedar coba-coba, tetapi merupakan kegiatan ilmiah dalam mengumpulkan data, mengolah dan menyimpulkan data.

Budaya yaitu mekanisme, struktur, dan sarana kolektif di luar diri manusia itu oleh antropolog. Di sini ungkapan “di luar diri manusia” digunakan dalam pengertian analitis, bukan metafisik. (Kroeber dan Kluckhohn).

2.3Tinjauan Pustaka

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1731) tinjauan adalah hasil meninjau pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari, dsb). Sedangkan pustaka adalah kitab, buku, primbon (KBBI, 2008:1253). Dalam meyelesaikan penelitian ini dibutuhkan kepustakaan yang relevan karena hasil dari suatu karya ilmiah harus bisa dipertanggungjawabkan dan harus memiliki data-data yang kuat dan memiliki hubungan dengan yang diteliti.

Henroy Samuel Siboro (2013), mahasiswa Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan, mengkaji tentang alat musik tradisional Cina. Dalam skripsi yang berjudul Keberadaan Alat Musik Tradisional Cina Gu Zheng Di Jade Music School Jalan Singosari No.3F Medan. Skripsi ini mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai alat musik tradisional Gu Zheng beserta fungsi-fungsi yang terdapat pada alat musik tradisional Gu Zheng.

Eni Agustien (2004), dalam buku yang berjudul Mari belajar Gu Zheng adalah menjelaskan bagaimana cara dan tehnik belajar untuk memainkan alat musik tradisional Cina

Gu Zheng sehingga para pembaca dapat mengerti dan memahami apa yang diperlukan dalam belajar alat musik tersebut.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat pendukungnya. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.

3.1Metode Penelitian

Metode Penelitian memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah serta menghadapi tantangan lingkungan dimana pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat.

Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang artinya cara atau jalan. Dengan demikian masalah metode menyangkut masalah kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Koentjaraningrat 1928:7).

Penelitian adalah refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam. Perhatian atau fenomena merupakan awal dari kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah (Indriantoro & Supomo, 1999).

Penelitian pada dasarnya merupakan penelitian yang sistematis dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian “Keberadaan dan Fungsi Alat Musik Tradisional Gu Zheng bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan” ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk


(31)

mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasiakan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada.

Penelitian Deskriptif adalah pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian. Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan variabel variabel yang diteliti. Metode deskriptif kualitatif adalah data-data yang dikumpulkan bukanlah angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Hal tersebut sebagai akibat dari metode kualitatif. Semua yang dikumpulkan mungkin dapat menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Ciri ini merupakan ciri yang sejalan dengan penamaan kualitatif.

Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci.

3.2Teknik Pengumpulan Data

Secara metodologi dikenal beberapa macam teknik pengumpulan data, diantaranya observasi, wawancara, dan studi dokumentasi (studi kepustakaan). Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumentasi (studi kepustakaan) (Abdurrahmat 2005 : 104).

3.2.1 Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah teknik

wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung kepada subjek penelitian. Sebagai modal awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat, dalam


(32)

bukunya Metode penelitian ilmu sosial (1981:136) yang mengatakan bahwa “kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, teknik

bertanya dan pencatat data hasil wawancara”.

Sesuai dengan pendapat dari Koentjaraningrat dan Soehartono mengenai kegiatan wawancara maka penulis sebelum wawancara telah mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wawancara demi kelancaran seperti alat tulis. Teknik bertanya penulis kemukakan berrdasarkan dari daftar pertanyaan dan pencatat hasil wawancara penulis lakukan begitu mendapat jawaban dan yang tidak sempat dicatat masih bisa didengarkan dari hasil rekaman.

Pada saat proses wawancara berlangsung penulis menerapkan metode wawancara bebas. Pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan berlangsung dari satu masalah ke masalah yang lain tetapi tidak keluar dari topic permasalahan.

Adapun informan yang diwawancarai adalah :

1. Ibu Ngartini Kartini Huang (sebagai Kepala Sekolah di Jade Music School di Kota Medan). Saat ini beliau berusia 45 tahun.

2. Ibu Jenny Wijaya adalah sebagai staff pengajar di Jade Music School. Saat ini beliau berusia 26 tahun.

3. Ibu Violita Sari adalah sebagai staff administrasi di Jade Music School. Saat ini beliau berusia 35 tahun.

3.2.2 Studi Kepustakaan

Untuk mencari tulisan-tulisan pendukung, sebagai kerangka landasan berfikir dalam tulisan ini, adapun yang dilakukan adalah studi kepustakaan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan, guna melengkapi dari apa yang dibutuhkan dalam penulisan dan penyesuaian data hasil wawancara. Sumber bacaan atau literatur itu dapat berasal dari penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dalam bentuk skripsi. Selain


(33)

itu sumber bacaan yang menjadi tulisan pendukung dalam penelitian penulis yaitu berupa buku, jurnal, makalah, artikel dan berita-berita dari situs internet.

3.2.3 Dokumentasi

Penulis menghimpun data-data yang terkumpul berupa dokumen-dokumen, foto-foto, dan audiovisual yang diambil langsung. Buku-buku, catatan formal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian sebagai bahan penunjang penelitian yang dikumpulkan lalu dijabarkan dengan memberikan analisis-analisis untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.

3.2.4 Observasi Lapangan

Pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung atau observasi ke tempat atau ke objek yang berhubungan dengan penelitian. Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses dimana peneliti melihat situasi penelitian. Metode ini sangat sesuai dengan peneliti karena pengamatan ini dilakukan secara bebas atau terstruktur. Dengan pengamatan langsung, lebih memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan situasi penelitian. Dengan observasi, maka peneliti dapat melihat secara fenomena-fenomena atau momen-momen yang tumbuh dan berkembang. Adapun lokasi observasi penulis dilaksanakan di Jade Music School, tepatnya di Jalan Singosari No:3F Jade Music School – Medan.

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Kaelan, 2012 : 175). Laporan yang berupa data yang telah terkumpul kemudian dilakukan proses reduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang difokuskan pada hal yang penting sesuai dengan pokok penelitian.

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Analisis data sangat penting dalam penelitian ini, pada tahap ini semua data


(34)

dianalisis yaitu tentang fungsi alat musik tradisional Gu Zheng bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis adalah :

1. Melakukan observasi ke Jade Music School di kota Medan dimana tempat/wadah pembelajaran dari alat musik tradisional Cina Gu Zheng.

2. Melakukan wawancara terhadap kepala sekolah/pendiri, staff pengajar, staff administrasi, dan beberapa murid yang melakukan pembelajaran dan mengetahui tentang alat musik tradisional Cina Gu Zheng.

3. Mengumpulkan data dari buku-buku, majalah, surat kabar, internet, jurnal, dan sejenisnya. 4. Membahas dan menyusun serta mengolah data-data tersebut secara sistematis menjadi

kesimpulan sehingga para pembaca dapat mengerti dan memahami maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis.


(35)

BAB IV

GAMBARAN UMUM ALAT MUSIK TRADISIONAL GU ZHENG

Pada bab empat ini, peneliti membahas tentang bagaimana sejarah alat musik tradisional Gu Zheng, dan bagaimana keberadaan alat musik tradisional Gu Zheng.

4.1Sejarah Alat Musik Gu Zheng

Gu Zheng adalah salah satu alat musik Tiongkok tertua yang mengakar pada nilai estetika dalam peradaban sejarah budaya Tionghoa sepanjang rentang waktu dua ribu tahun yang lampau. Gu Zheng yang asalnya dari alat musik Se (瑟), yang merupakan alat musik tradisional Cina yang memiliki 25 senar yang menyerupai alat musik Gu Zheng.

Gu Zheng yang pertama kali berawal dari dinasti Chin (221-206 SM) dan mengalami masa keemasan di era dinasti Tang (618-907 SM), dimana alat musik Gu Zheng hanya dimainkan oleh para bangsawan dan diperdengarkan kepada para raja pada zaman dahulu, pada dasarnya Gu Zheng hanya memiliki 5 senar. Kemudian alat musik Gu Zheng pada zaman dinasti Chin dan Han jumlah senarnya bertambah menjadi 12 senar, pada zaman dinasti Ming dan Qing jumlah senarnya bertambah lagi menjadi 14-16 senar. Standardnya alat musik Gu Zheng yang digunakan sejak tahun 1970 hingga saat ini terdiri dari 21 senar. Menurut sejarah buku Musical Instruments of the World Gu Zheng di Cina sudah ada 2000 tahun sebelumnya.

An Illustrated Encylopedia by the Diagram Group (1976 : 220) mengatakan bahwa :

Below Chinese and Japenese ketos the ch’in is the classical long zither of China and was played 2000 years ago. Stopping positions for the seven strings are indicated by ivory disks inlaid in the sound board”.


(36)

Gambar 4.1 Alat Musik Gu Zheng

Dokumentasi : Gucci Octavia, 2014

Oleh sebab itu, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin lama semakin maju Gu Zheng mulai diperkenalkan ke negara Indonesia, di dalam perkembangan Gu Zheng

di Indonesia. Gu Zheng tidak hanya eksklusif memainkan lagu-lagu bernuansa Tionghoa sebagaimana asalnya akan tetapi dapat beradaptasi terhadap komposisi lagu-lagu dari berbagai negara asing lainnya, bahkan lagu-lagu daerah di Kepulauan Nusantara yang ada di Indonesia. Disamping itu, Gu Zheng juga tidak lagi dimainkan secara dominan atau perseorangan (solo) akan tetapi secara umum telah harmonis saat tampil dalam kolaborasi dengan berbagai alat musik lainnya. Dalam hal ini tidak termasuk alat musik modern tetapi alat musik tradisional saja.

4.2 Gu Zheng masuk ke Kota Medan

Medan merupakan Ibukota dari Provinsi Sumatea Utara. Kota Medan sebelumnya sering disebut dengan Daerah Kotamadya Tingkat II Medan. Namun setelah berlakunya Undang-undang No: 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, penyebutan nama daerah Tingkat II Kotamadya Medan berubah menjadi daerah Kota Medan.


(37)

Sebagai pusat pemerintahan daerah Sumatera Utara, kota Medan tumbuh menjadi kota metropolitan dengan luas 265,10 Km dan berpenduduk kurang lebih 2.036.018 jiwa dengan kepadatan penduduk 7.681/Km. Pada saat sekarang ini Kota Medan didiami berbagai suku/etnis dan dianggap sebagai etnis tempatan yang diantaranya adalah suku Melayu, Toba, Karo, Simalungun, Pakpak Dairi, Nias, Mandailing Angkola, dan pesisir Sibolga. Selain itu ada juga terdapat warga keturunan Tionghoa dan India.

Masyarakat Tionghoa atau biasa disebut juga Cina, merupakan salah satu etnis yang ada di Indonesia yang sebelumnya adalah etnis pendatang yang tinggal menetap dan berbaur dengan penduduk asli. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien),

Tengnang (Tiociu), atau Thongyin (Hakka).

Dalam bahasa Mandarin orang Tionghoa disebut Tangren (唐人) atau lazim disebut dengan Huaren (华 人). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa Tangren adalah orang Tionghoa yang mayoritas berasal dari Cina Selatan dan menyebut dirinya sebagai orang Tang, sementara orang Cina Utara menyebut dirinya sebagai orang Han.

Komunitas Tionghoa di Kota Medan cukup besar, sekitar 25% dari jumlah total. Keanekaragaman etnis di Kota Medan terlihat dari jumlah mesjid, gereja, dan vihara. Dalam budaya etnis Tionghoa terdapat jenis-jenis alat musik tradisional yang masih digunakan dan diperlukan dalam berbagai pertunjukkan musik. Salah satunya adalah alat musik tradisional

Gu Zheng.

Di Kota Medan, alat musik tradisional Gu Zheng masuk pada awal tahun 2008 dimana masyarakat belum paham mengenai alat musik tradisional tersebut. Melalui berdirinya tempat pembelajaran Jade Music School masyarakat kota Medan dapat mempelajari alat musik dengan cara dipetik tersebut. Menurut hasil wawancara pada tanggal 21 Juli 2014 kepada Ibu Ngartini Huang sebagai pengajar sekaligus pendiri dari Jade Music School bahwa sebelum berdirinya tempat pembelajaran Jade Music School tersebut, wadah pembelajaran pada alat


(38)

musik tradisional Gu Zheng dilakukan secara privat ke rumah murid-murid yang akan mempelajari alat musik Gu Zheng.

Seiring berjalannya waktu, alat musik tradisional Gu Zheng semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat di Kota Medan. Bahkan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah seperti Methodist-2, Methodist-3, Piaget School Academy (PIA), Nanyang School International, Medan International School (MIS), dan Singapore International School (SIS). Sekolah-sekolah tersebut memberikan materi pembelajaran mengenai alat musik tradisional Gu Zheng.


(39)

BAB V

KEBERADAAN DAN FUNGSI ALAT MUSIK GU ZHENG BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN

Fungsi alat musik tradisional Gu Zheng bermacam-macam yaitu sebagai inakulturasi kebudayaan, sebagai hiburan, sebagai alat komunikasi yang dapat digunakan bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan.

5.1 Keberadaan Alat Musik Gu Zheng di Jade Music School

Jade Music School adalah tempat pembelajaran alat musik tradisional Cina dimana alat musik Gu Zheng tersebut berada di Jalan Singosari No: 3F Medan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 Juni 2014 dengan Miss Ngartini Huang sebagai pendiri dan staff pengajar di Jade Music School mengatakan bahwa Jade Music School merupakan salah satu tempat kursus belajar alat musik Gu Zheng yang memperkenalkan Gu Zheng pada masyarakat Tionghoa dan masyarakat pribumi yang ada di Kota Medan. Alasan lain didirikannya Jade Music School adalah untuk melestarikan alat musik tradisional Gu Zheng, bahwasanya sekalipun alat musik tradisional tetapi sampai sekarang tetap masih ada dan digunakan. Sehingga masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Medan lebih mengenal alat musik tradisional yang berasal dari negara Cina.


(40)

Gambar 4.2 Gedung Jade Music School Thamrin-Medan

Dokumentasi : Jade Music School, 2008

Jade Music School berdiri pada tanggal 8 Mei 2008 yang didirikan oleh Miss Ngartini Huang, walaupun Jade Music School belum banyak diketahui oleh masyarakat Tionghoa dan masyarakat pribumi, akan tetapi Jade Music School banyak melakukan kegiatan-kegiatan maupun konser yang dilakukan untuk dapat memperkenalkan Gu Zheng ke masyarakat umum khususnya di Kota Medan.

Keberadaan alat musik Gu Zheng ini juga tidak hanya sebuah alat musik tradisional biasa. Alat musik tradisional Gu Zheng yang berada di Jade Music School sering mempertunjukkan konser mini yang berada di berbagai tempat hiburan atau pusat perbelanjaan seperti di Sun Plaza Medan, Medan Fair, Thamrin Plaza Medan dan tempat-tempat lainnya yang ada di Kota Medan. Oleh sebab itu, sampai saat ini Gu Zheng masih diperkenalkan di Kota Medan.

Pada awalnya memang asing terdengar di kalangan masyarakat mengenai alat musik tradisional Gu Zheng, tetapi pihak Jade Music School berusaha mengajar dan mengedukasi masyarakat dengan ikut mempertunjukkannya di pameran-pameran, serta aktif dalam mengikuti kegiatan sosial atau amal seperti di panti asuhan dan panti jompo.


(41)

Seiring berjalannya waktu masyarakat mulai memahami tentang alat musik Gu Zheng

tersebut, dengan berangsur-angsur mulai kedatangan murid yang berkenan mengikuti pembelajaran bagaimana mengenal alat musik Gu Zheng serta bagaimana cara memainkannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 03 Juli 2014 mengenai tanggapan salah satu murid yang melakukan pembelajaran di Jade Music School adalah sangat menikmati adanya tempat pembelajaran alat musik tradisional Gu Zheng di Kota Medan, sebagaimana murid tersebut mengetahui bahwa alat musik ini sangat menarik dan memiliki keunikan tersendiri. Maka, banyak murid-murid ingin mengetahuinya dan belajar cara memainkan alat musik Gu Zheng. Setelah satu kurun waktu murid-murid di Jade Music School sebagian telah menjadi guru atau instruktur untuk kelas nya yang lebih junior.

Gambar 4.3 Konser Mini Gu Zheng di Sun Plaza 2014


(42)

Gambar 4.4 Konser Mini Gu Zheng di Sun Plaza 2014

Dokumentasi : Gucci Octavia, 2014

Konser di kota Medan antara lain konser pertama di Chandra Kusuma yang dilaksanakan di komplek Cemara Asri pada bulan November 2009, kemudian konser kedua yang dilaksanakan di Graha Methodist pada bulan Juli 2011, kemudian pada konser yang ketiga dilasanakan di Audiotorium Vihara Maitreya di Cemara Asri pada bulan Agustus 2012, dan yang terakhir konser mini Gu Zheng di atrium Sun Plaza pada tanggal 14 Februari 2014.

Selain konser di kota Medan (Nasional), terdapat pula konser di luar kota Medan (Internasional) antara lain konser pertama di Changsu yang dilaksanakan pada tahun 2011, kemudian konser kedua di Shanghai yang dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2012, dan terakhir pada konser yang ketiga di Suzhou yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2012.


(43)

Gambar 4.5 Peresmian Bank Mandiri Februari 2014

Dokumentasi : Jade Music School, 2014

Gambar 4.6 Peresmian Bank Mandiri Februari 2014

Dokumentasi : Jade Music School, 2014

Sesuai hasil wawancara pada tanggal 23 Juni 2014 dengan staff pengajar alat musik tradisional Gu Zheng yang ada di Jade Music School yaitu Ibu Jenny Wijaya mengatakan bahwa dalam setiap kelas terdiri dari 3 alat musik Gu Zheng yang disediakan oleh pihak sekolah. Alat musik Gu Zheng yang ada di Jade Music School dikirim langsung dari negara Cina. Bagi para murid yang belajar alat musik tradisional Gu Zheng tersebut, disarankan


(44)

untuk membeli alat musik Gu Zheng. Murid yang belajar di Jade Music School diberikan kebebasan membeli alat musik Gu Zheng darimana saja. Akan tetapi, bagi para murid yang ingin membeli alat musik Gu Zheng langsung dari Jade Music School dapat juga membeli alat musik tersebut.

Materi pelajaran yang dilakukan adalah secara individu atau perorangan, bagi para murid yang pertama sekali belajar alat musik Gu Zheng, murid yang diberikan etude (latihan teknik yang berbentuk lagu) seperti dalam buku “Mari Belajar Gu Zheng” dan buku ini diimport langsung dari negara Cina.

Sesuai hasil wawancara dengan Bapak Jeffry adalah salah satu staff pengajar di Jade Music School pada tanggal 23 Juni 2014 mengatakan bahwa kesulitan dan masalah yang dihadapi oleh para murid-murid baru dalam belajar alat musik Gu Zheng adalah untuk mengetahui teknik penjarian tangan kanan dan tangan kiri menjadi satu tempo dan tanda dinamika dalam bermain alat musik Gu Zheng.

Dalam materi pembelajaran alat musik Gu Zheng memiliki tingkatan atau grade 1-10, tingkat 1 untuk para murid yang baru pertama sekali belajar alat musik Gu Zheng, apabila murid yang sudah mahir dalam belajar alat musik Gu Zheng murid tersebut akan diberikan materi buku untuk tingkat berikutnya. Untuk dapat mempelajari alat musik Gu Zheng tersebut dibutuhkan waktu yang cukup lama yakni antara 1-3 tahun. Akan tetapi, bagi muird-murid yang tekun dan sungguh-sungguh dalam belajar alat musik Gu Zheng hanya dibutuhkan waktu dalam setahun saja.

Jade Music School tidak membatasi usia murid yang mau belajar alat musik Gu Zheng baik dari kategori anak-anak, remaja, mahasiswa, dan orangtua. Setiap murid yang belajar di Jade Music School diberikan waktu 45 menit setiap pertemuan berlangsung kemudian dapat dilanjutkan dengan murid yang lain sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, para murid diberikan kebebasan untuk bertanya kepada para pengajar alat musik


(45)

Gu Zheng tentang segala materi pelajaran yang telah disampaikan sehingga para murid pun dapat belajar lebih mandiri lagi dalam memainkan alat musik Gu Zheng tersebut.

Cara memainkan alat musik Gu Zheng adalah dengan cara memetik senar. Dalam hal ini kepekaan jiwa, kelembutan perasaan, dan penguasaan teknik yang mengalir terhadap tangan kanan dan tangan kiri adalah sangat penting dan saling berhubungan, karena jari-jari untuk memetik memerlukan alat bantu berupa kuku palsu yang terbuat dari tempurung kura-kura atau plastik. Tangan kanan pada umumnya digunakan untuk memainkan melodi, sedangkan pada tangan kiri digunakan untuk memainkan chord. Sikap yang dilakukan dalam memainkan alat musik Gu Zheng adalah sebagai berikut :

Gambar 4.7 Posisi Badan Saat Memainkan Alat Musik Gu Zheng


(46)

Gambar 4.6. Kuku Palsu Sebagai Alat Bantu Dalam Memainkan Gu Zheng

Dokumentasi : Jade Music School, 2013

Jade Music School memiliki 1 orang kepala sekolah, 7 orang staff pengajar, dan 3 orang staf administrasi yang telah memperkenalkan alat musik Gu Zheng kepada masyarakat Tionghoa dan masyarakat pribumi diantaranya sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah : Ngartini Huang

2. Staf Pengajar : Ngartini Huang, Jenny Wijaya, Yenny Lidyati Jesica, Putera Dewi Kesuma, dan Jefry Owen

3. Staff Administrasi : Jenny Wijaya, Violita Sari, dan Hervina

Murid yang dapat mengikuti konser mini yang telah dilaksanakan oleh Jade Music School adalah murid yang telah mahir dalam memainkan alat musik Gu Zheng. Akan tetapi, tidak membatasi kemampuan para murid-murid yang baru pertama sekali belajar alat musik

Gu Zheng, di dalam konser mini tersebut murid-murid diberikan kebebasan untuk bereksperimen dalam memainkannya. Berikut nama murid-murid yang telah mengikuti konser mini yaitu: Charen, Khaterine, Jeffry, Hardi, Olivia, Stevanie, Jimmy.


(47)

Alat musik Gu Zheng dapat diiringi dengan alat musik apa saja seperti alat musik piano dan alat musik lainnya, tetapi alat musik Gu Zheng lebih sering dimainkan secara individu maupun sekelompok alat musik Gu Zheng. Berdasarkan hasil wawancara dari staff pengajar Jade Music School pada tanggal 23 Juni 2014 yaitu Ibu Jenny Wijaya mengatakan bahwa alat musik Gu Zheng akan lebih harmonis nada-nada yang dihasilkan apabila dimainkan secara individu dan sekelompok alat musik Gu Zheng.

Kesulitan yang dihadapi oleh para pemain untuk dapat mengiringi alat musik dan memadukan alat musik Gu Zheng dengan alat musik lainnya seperti piano, gitar, dan seperangkat alat musik lainnya adalah harus menyesuaikan tempo dan tanda dinamika di dalam memainkan alat musik Gu Zheng. Dalam setiap pertunjukkan yang dilakukan dalam pembawa melodi adalah alat musik Gu Zheng.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 23 Juni 2014 salah satu diantara murid yang memainkan alat musik Gu Zheng di Jade Music School mengatakan bahwa kendala yang sangat fatal ketika salah satu senar nya putus saat sedang tampil (performance) berlangsung, pemain Gu Zheng harus lebih cepat mengganti senar melalui pengganjal yang ada di bawah senar sehingga pemain tersebut tidak ketinggalan tempo dengan pemain Gu Zheng lainnya.

Bentuk pertunjukkan alat musik Gu Zheng ini tampil di berbagai acara dengan membawakan berbagai acara dengan membawakan berbagai gaya dalam mempertunjukkan kemampuan yang mereka miliki yang telah menguasai alat musik Gu Zheng. Hampir di setiap penampilan alat musik Gu Zheng berkelompok bukan secara individu. Biasanya dalam menampilkan alat musik Gu Zheng terdiri dari 6 hingga 8 orang. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak anggota yang tampil maka akan semakin banyak dan terlihat baik pula konsep yang dapat mereka lakukan. Dari 6 hingga 8 orang yang memainkan alat musik Gu


(48)

Zheng yaitu 4 orang sebagai pembawa melodi dan 4 orang lagi menjadi pengiring dalam akord.

Dalam setiap bentuk pertunjukkan alat musik Gu Zheng tentunya memerlukan sarana dan prasarana demi kelancaran dan kesuksesan pertunjukkan alat musik Gu Zheng. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 23 Juni 2014 kepada Violita sebagai staff administrasi dari Jade Music School dalam setiap pertunjukkan alat musik Gu Zheng

mengatakan bahwa demi mendukung kelancaran pertunjukkan pada saat latihan maupun pada saat penampilan sangat diperlukan sarana pendukung agar pertunjukkan yang dilaksanakan dapat lebih maksimal. Adapun sarana dan prasarana pendukung pertunjukkan Gu Zheng

adalah sebagai berikut : 1. Gedung

Gedung merupakan alat pendukung kegiatan musik tradisional Gu Zheng dimana salah satu penghubung agar para masyarakat lebih mengetahui keberadaannya. Di dalam gedung biasanya terdapat spanduk mengenai acara yang akan dilangsungkan, dan biasanya gedung yang digunakan berukuran 12 x 20 meter.

2. Lokasi

Lokasi yang akan digunakan menjadi tempat latihan alat musik Gu Zheng berada di Jln.Singosari No.3F Medan. Gedung ini berukuran 14 x 5 meter dan terdiri dari 2 lantai. Kegiatan latihan berlangsung di lantai I, jendela dan gedung ini dibuat kedap suara sehingga latihan tidak menganggu tetangga sekitar tempat latihan.

3. Alat-alat studio

Alat-alat studio merupakan alat pendukung kegiatan konser atau penampilan yang dilakukan oleh sekelompok pemain alat musik Gu Zheng, dimana alat-alat studio digunakan


(49)

dalam pertunjukkan oleh pemain alat musik Gu Zheng nantinya. Di dalam studio juga telah disediakan beberapa alat pendukung antara lain mikrofon sebanyak 12 buah. Speaker merk EVPX 15 sebanyak 8 set ditambah monitor acm 2 set, mixer sebanyak 1set merk dat, ditambah mixer sound grece kecil 2 set merk sg-1062 dan sg-1067, stand microfon standbook dan piano.

4. Lagu-lagu yang dibawakan alat musik Gu Zheng di Jade Music School

Dari hasil wawancara pada tanggal 23 Juni 2014 dengan salah satu pengajar alat musik tradisional Gu Zheng yaitu Ibu Jenny Wijaya, mengatakan bahwa Jade Music School ini memiliki lagu-lagu arransemen tersendiri antara lain lagu OST.SWORDSMAN 2 Ciptaan : Huang Zhan, Arransemen : Eni Agustien.

Di Jade Music School terdapat data statistika mengenai murid-murid yang mempelajari alat musik tradisional Gu Zheng dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014, diantaranya adalah sebagai berikut :

Data Statistika Murid di Jade Music School

No Tahun Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 2008 20 2 18

2 2009 35 5 30

3 2010 42 6 36

4 2011 51 6 45

5 2012 58 5 53

6 2013 60 6 54

7 Juli 2014 64 6 58


(50)

5.2 Fungsi Alat Musik Gu Zheng Bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan

5.2.1 Fungsi Gu Zheng sebagai Kesinambungan Kebudayaan

Pada awalnya alat musik tradisional Gu Zheng di Kota Medan terdapat di Jade Music School. Ibu Ngartini Huang (sebagai Kepala Sekolah Jade Music School) berkerja sama dengan Sun Wen Yan dari Shanghai. Ibu Ngartini Huang belajar di Sun Wen Yan School dengan Prof.Sun Wen Yan, putra dari Sun Wen Yan yaitu Mr.He Xiao Dong dan putri nya bernama He Xiao Tong, setelah belajar akhirnya Miss Huang menjalin hubungan kerjasama dengan Sun Wen Yan School dimana bahan-bahan pengajaran dan kurikulum serta ujian Internasional dari Prof.Sun Wen Yan, dan setahun sekali Mr.He Xiao Dong selalu datang ke Medan untuk mendidik dan memberi pengarahan kepada anak-anak di Jade Music School. Dengan demikian, terjadi kesinambungan kebudayaan dalam alat musik tradisional Cina Gu Zheng yang selama ini tidak ada dan dikenal oleh masyarakat di Kota Medan. Dengan adanya tempat pembelajaran Jade Music School terjadi penyebaran tumbuh dan berkembang dalam mempelajari dan memahami alat musik Gu Zheng di Kota Medan.

5.2.2 Fungsi Gu Zheng sebagai Simbol Stratifikasi Sosial

Di kota Medan, mayoritas pengguna alat musik tradisional Gu Zheng berasal dari golongan menengah ke atas. Hal ini dikarenakan alat musik ini membutuhkan keterampilan khusus dalam arti tidak dapat otodidak (belajar sendiri), jadi membutuhkan proses atau waktu belajar dan latihan yang berkesinambungan yang memerlukan biaya atau dana yang relatif besar karena alat musik Gu Zheng serta bahan-bahannya langsung diimport dari negara Cina.

Mengingat sulit dan mahalnya untuk mendapatkan alat musik tradisional Cina Gu Zheng ini, sehingga bagi orang-orang yang dapat memiliki alat musik tersebut dianggap mempunyai stratifikasi sosial yang tinggi dan memang di dalam penelitan, penulis yang


(51)

melakukan pengamatan bahwa orang-orang yang memiliki atau mempunyai alat musik tradisional Cina Gu Zheng adalah yang memiliki financial yang tinggi dan mempunyai kepuasan yang tinggi juga.

Pada saat memainkan alat musik Gu Zheng, pemain merasa puas dan bangga karena dapat memainkan alat musik yang sangat mewah dan unik. Karena alat musik tersebut diimport dari negara Cina, di Indonesia belum diproduksi.

5.2.3 Fungsi Gu Zheng sebagai Reaksi Jasmani

Di kota Medan, banyak sekali ditemukan tempat-tempat senam diantaranya Merdeka Walk, yang dimana setiap minggu pagi dilakukan senam kebugaran jasmani, dan banyak pengunjung berantusias ikut dalam melakukan senam tersebut. Dengan demikian, alat musik tradisional Gu Zheng dapat digunakan dalam mengiringi senam seperti senam Tai Chi

(kegiatan senam dengan gerakan lembut). Alat musik tradisional Gu Zheng ini memiliki alunan musik yang lemah lembut dan pelan. Senam Tai Chi dapat digunakan dalam meditasi yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan jiwa. Hal ini dikarenakan gerakan senam Tai Chi

untuk lansia, dilakukan untuk melatih olah fisik dan pernafasan. Gerakan yang lembut dan pelan ini serasi dengan tarikan dan hembusan nafas.

Gerakan senam Tai Chi juga diyakini dapat membantu kesembuhan suatu penyakit ataupun gangguan jiwa pada tubuh (meredakan stres), meningkatkan keseimbangan dan kelenturan tubuh. Perasaan yang tenang saat melakukan gerakan senam Tai Chi dapat menciptakan rasa nyaman, yang disebabkan adanya energi yang secara aktif mengalir ke dalam tubuh.

Beberapa media seperti kipas, selendang, atau pedang akan digunakan dalam gerakan-gerakan senam Tai Chi yang lembut. Aktivitas senam Tai Chi baik dilakukan di pagi hari


(52)

hingga pukul 9 pagi, dan bagus untuk kesehatan lansia hingga usia 90 tahun, maupun kaum mudanya juga boleh ikut dalam senam tersebut. Gerakan senam untuk lansia tentu berbeda dengan gerakan senam orang yang lebih muda. Sebagai alternatif yang bisa dipilih adalah gerakan senam Tai Chi yang dikembangkan di Cina. Para lansia di Cina selalu menyempatkan diri untuk berolahraga di taman yang memang disediakan oleh pemerintah, dan yang paling sering dilakukan adalah senam Tai Chi.

5.2.4 Fungsi Gu Zheng sebagai Inakulturasi Budaya

Awalnya selama ini alat musik tradisional Gu Zheng dipelajari dan dimainkan yang berasal dari daratan Cina saja, namun belakangan ini terjadi suatu pengembangan di Jade Music School dalam pertunjukkan dan pengembangan yang sudah memasukkan lagu-lagu yang ada dari daerah (Sumatera Utara) dimana sebagai contoh tempat pembelajaran Jade Music School telah memainkan dan membawakan lagu “Sinanggar Tullo” yang berasal dari suku Batak Toba. Dan biasanya dalam sebuah pertunjukkan (penampilan) lagu, jika dimasukkan lagu daerah setempat atau daerah maka para pengunjung akan terlihat lebih menyenangkan setelah mendengar alunan melodi tersebut. Lagu tersebut dapat menjadi perhatian para pengunjung yang datang, karena lagu tersebut dapat diaransemen menjadi lebih lembut sehingga alunannya terdengar lebih nyaring.

5.2.5 Fungsi Gu Zheng sebagai Hiburan

Di Kota Medan, alat musik tradisional Gu Zheng digunakan sebagai hiburan karena dapat menghibur masyarakat dan memberi kesempatan untuk memperkenalkan alat musik tradisional Gu Zheng bagi masyarakat. Pada acara peresmian Bank Mandiri pada bulan Februari 2014 lalu, alat musik tradisional Gu Zheng melakukan pementasan atau perform yang berguna untuk menghibur seluruh para pengunjung yang datang dalam menghadiri acara peresmian tersebut.


(53)

Alat musik tradisional Cina Gu Zheng dapat juga digunakan dalam perayaan ulangtahun, yang dimana dapat menciptakan suasana ramai dan menyenangkan, sehingga pengundang ikut turut merasakan kepuasan dan kebahagiaan. Dalam ibadah religi pada hari minggu, yakni agama Kristen beribadah dengan bernyanyi juga menggunakan alat musik tradisional Gu Zheng yang berfungsi untuk menaikkan lagu kidung pujian seperti lagu penyembahan atau lagu khusus saat ibadah sedang berlangsung, dan alat musik tradisional

Gu Zheng sudah melakukan perform di Gereja Methodist Indonesia (GMI) bertempat di Jln.Merak Jingga – Medan. Para jemaat sangat syahdu dalam menikmati ibadah tersebut, alunan musik Gu Zheng memberikan kedamaian dan ketentraman, sehingga para jemaat yang hadir dapat tenang disaat ibadah berlangsung sampai ibadah selesai.


(54)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki beranekaragam budaya. Bukan hanya kebudayaan asli Indonesia tetapi terdapat juga kebudayaan dari negara lain. Pergaulan melalui perdagangan dengan bangsa lain seperti Arab, Eropa, dan Tiongkok. Tiongkok merupakan salah satu faktor terbentuknya kebudayaan di Indonesia. Adanya asmilasi yang mempengaruhi serta menambah warna-warni pelangi seni nusantara di Indonesia.

Pertunjukkan alat musik tradisional Cina Gu Zheng yang berasal dari negara Tiongkok ini sudah tumbuh dan berkembang di Kota Medan. Alat musik Gu Zheng ini dapat melakukan pertunjukkan atau pementasan dalam beberapa acara yang bersifat untuk menghibur diantaranya pada perayaan ulang tahun, mengiringi senam Tai Chi, mengiringi kidung puji-pujian dalam kebaktian di gereja pada hari minggu.

Bentuk pertunjukkan alat musik tradisional Cina Gu Zheng ini tampil di berbagai acara dengan membawakan berbagai gerak yang dapat mengekspresikan dalam pertunjukkan dan kemampuan yang mereka dalam menguasai alat musik Gu Zheng. Dalam setiap penampilan (performance) alat musik tradisional Cina Gu Zheng tidak tampil secara individu melainkan secara berkelompok. Dan biasanya dalam penampilan tersebut, pemain alat musik

Gu Zheng tersebut terdiri dari 6 sampai 8 orang.

Keberadaan alat musik tradisional Cina Gu Zheng tersebut sudah diketahui oleh masyarakat karena hingga sekarang masih tetap dilestarikan, dikembangkan, dan dipopulerkan sebagai alat musik tradisional Cina maupun masyarakat pribumi di Kota Medan.


(55)

Standarnya alat musik tersebut yang digunakan sejak tahun 1970 hingga saat ini memiliki 21 senar.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dan melihat langsung bagaimana suatu kebudayaan direalisasikan dengan baik di lingkungan masyarakat Indonesia, penulis menyadari bahwa ternyata Indonesia sangat kaya akan budaya. Kebudayaan yang ada di Indonesia merupakan harta berlimpah yang harus tetap dijaga keamanan serta keutuhannya.

Alat musik tradisional Gu Zheng ini merupakan salah satu contoh dari kebudayaan yang harus tetap dilestarikan dan dijaga walaupun bukan asli dari kebudayaan Indonesia. Penulis berharap agar penelitian khususnya tentang kebudayaan masyarakat Tionghoa lebih banyak dikembangkan dan lebih bermanfaat. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya, terutama tentang budaya Cina.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU :

Agustien, Eni.2004. Mari Belajar Gu Zheng. Jakarta : PT. Sinar Panda Lestari Bailey, Kenneth D.1987. Methods of Social Research. New York : The Free Press Bonavia, David. 1982. Cina dan Masyarakatnya. Jakarta

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana Diagram Group Musical Instrument Of The World.1976. Encylopedia : U.S.A

Hook, Brian. 1982. The Cambridge Encyclopedia of Cina. Cambridge University Press J.Vredenbregt.1978. Metode dan Teknik Penelitian masyarakat. Jakarta : Gramedia Koentjaraningrat.1977. Metode-metode penelitian masyarakat, Jakarta : Gramedia

_____________.1961. Metode-metode Anthropologi dalam penyelidikan-penyelidikan masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta

_____________. 2000. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

_____________. 1982. Metode dan Langkah-langkah Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

_____________, 1996. Pengantar Ilmu Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta Kaplan, David. 1982. Teori Budaya. Jakarta : Gramedia

Marali, Amri.1990. Metode Kualitatif dan Kuantitatif. Jurnal Anthropologi Totem. Jakarta Meriam, Alan P.1964. The Antropology of Music. Chicago : Northwestern University Press Moleong, L.J.1990. Meteodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosdakarya


(57)

Tri, Joko Prasetya. 2011. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Rineka Cipta

SUMBER SKRIPSI :

Siboro. Henroy Samuel. 2013. Keberadaan Alat Musik Tradisional Cina Gu Zheng di Jade Music School Jalan Singosari No.3F Thamrin. Medan : Universitas Negeri Medan.

SUMBER INTERNET:

http://www.tionghoa.net/ (diunduh pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 14.54 WIB)

http://www.kebudayaan.net/ (diunduh pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 19.03 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Bronislaw-malinowski (diunduh pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 19.07 WIB)

http://www.wikipedia.co.id/ (diunduh pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 19.12 WIB)

http://www.cina dan masyarakatnya.net/ (diunduh pada tanggal 16 Januari 2014 pukul 19.15 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki (diunduh pada tanggal 16 Januari 2014 pukul 20.03 WIB)

http://kamus bahasa Indonesia.org/ (diunduh pada tanggal 16 Januari 2014 pukul 20.07 WIB)


(58)

(59)

(60)

LAMPIRAN

Data Informan

Informan 1 :

1. Nama : Ngartini Kartini Huang Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Kepala Sekolah dan Staff Pengajar Jade Music School

Informan 2 :

2. Nama : Jenny Wijaya Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Staff Pengajar dan Staff Administrasi Jade Music School

Informan 3 :

3. Nama : Jeffry Owen Umur : 24 tahun

Pekerjaan : Staff Pengajar Jade Music School

Informan 4 :

4. Nama : Violita Sari Umur : 28 tahun


(61)

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana sejarah yang Anda ketahui tentang alat musik tradisional Cina Gu Zheng?

2. Kapan masuknya alat musik tradisional Cina Gu Zheng di Kota Medan?

3. Bagaimana keberadaan alat musik tradisional Cina Gu Zheng di Jade Music School? 4. Siapa yang pertama kali mendirikan dan meresmikan tempat pembelajaran Jade Music

School di Kota Medan?

5. Siapa sajakah tenaga pengajar yang ada di Jade Music School?

6. Apa sajakah fungsi-fungsi dari alat musik tradisional Cina Gu Zheng di Kota Medan? 7. Bagaimana tanggapan masyarakat Tionghoa mengenai alat musik tradisional Cina Gu

Zheng?

8. Mengapa alat musik tradisional Cina Gu Zheng hingga saat ini masih dikembangkan dan digunakan di Kota Medan?

9. Apa sajakah penghargaan/prestasi yang telah diraih oleh Jade Music School? 10.Berapa jumlah/data murid-murid yang belajar di Jade Music School?


(1)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU :

Agustien, Eni.2004. Mari Belajar Gu Zheng. Jakarta : PT. Sinar Panda Lestari

Bailey, Kenneth D.1987. Methods of Social Research. New York : The Free Press

Bonavia, David. 1982. Cina dan Masyarakatnya. Jakarta

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana Diagram Group Musical Instrument Of The World.1976. Encylopedia : U.S.A

Hook, Brian. 1982. The Cambridge Encyclopedia of Cina. Cambridge University Press J.Vredenbregt.1978. Metode dan Teknik Penelitian masyarakat. Jakarta : Gramedia

Koentjaraningrat.1977. Metode-metode penelitian masyarakat, Jakarta : Gramedia

_____________.1961. Metode-metode Anthropologi dalam penyelidikan-penyelidikan masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta

_____________. 2000. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

_____________. 1982. Metode dan Langkah-langkah Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama


(2)

Tri, Joko Prasetya. 2011. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Rineka Cipta

SUMBER SKRIPSI :

Siboro. Henroy Samuel. 2013. Keberadaan Alat Musik Tradisional Cina Gu Zheng di Jade Music School Jalan Singosari No.3F Thamrin. Medan : Universitas Negeri Medan.

SUMBER INTERNET:

http://www.tionghoa.net/ (diunduh pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 14.54 WIB)

http://www.kebudayaan.net/ (diunduh pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 19.03 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Bronislaw-malinowski (diunduh pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 19.07 WIB)

http://www.wikipedia.co.id/ (diunduh pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 19.12 WIB)

http://www.cina dan masyarakatnya.net/ (diunduh pada tanggal 16 Januari 2014 pukul 19.15 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki (diunduh pada tanggal 16 Januari 2014 pukul 20.03 WIB)

http://kamus bahasa Indonesia.org/ (diunduh pada tanggal 16 Januari 2014 pukul 20.07 WIB)


(3)

(4)

(5)

LAMPIRAN

Data Informan

Informan 1 :

1. Nama : Ngartini Kartini Huang Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Kepala Sekolah dan Staff Pengajar Jade Music School

Informan 2 :

2. Nama : Jenny Wijaya Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Staff Pengajar dan Staff Administrasi Jade Music School

Informan 3 :

3. Nama : Jeffry Owen Umur : 24 tahun

Pekerjaan : Staff Pengajar Jade Music School

Informan 4 :

4. Nama : Violita Sari Umur : 28 tahun


(6)

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana sejarah yang Anda ketahui tentang alat musik tradisional Cina Gu Zheng? 2. Kapan masuknya alat musik tradisional Cina Gu Zheng di Kota Medan?

3. Bagaimana keberadaan alat musik tradisional Cina Gu Zheng di Jade Music School? 4. Siapa yang pertama kali mendirikan dan meresmikan tempat pembelajaran Jade Music

School di Kota Medan?

5. Siapa sajakah tenaga pengajar yang ada di Jade Music School?

6. Apa sajakah fungsi-fungsi dari alat musik tradisional Cina Gu Zheng di Kota Medan? 7. Bagaimana tanggapan masyarakat Tionghoa mengenai alat musik tradisional Cina Gu

Zheng?

8. Mengapa alat musik tradisional Cina Gu Zheng hingga saat ini masih dikembangkan dan digunakan di Kota Medan?

9. Apa sajakah penghargaan/prestasi yang telah diraih oleh Jade Music School? 10.Berapa jumlah/data murid-murid yang belajar di Jade Music School?