PENINGGALAN PURBAKALA ISLAM KOMPLEK SUNAN SENDANG DI DESA SENDANGDUWUR KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN.

PENINGGALAN PURBAKALA ISLAM KOMPLEK SUNAN SENDANG
DI DESA SENDANGDUWUR KECAMATAN PACIRAN
KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:
Iqra Alina Zaki
NIM. A0.22.12.058

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Kemegahan peradaban di kepulauan Hindia Timur (Nusantara) tidaklah dimulai dari Kerajaan
Majapahit. Bukti-bukti arkeologis serta cacatan sejarah lainnya menunjukan sistem sosio-kultural

yang kompleks juga telah berkembang di Nusantara sejak abad ketiga Masehi. Beberapa cacatan
sejarah mengisyaratkan bahwa kerajaan Islam telah berdiri di Nusantara pada akhir abad ke-13
sampai abad ke-15 M (termasuk kerajaan Jeumpa, Tambayung, Malaka), sebelum proses
Islamisasi mendapatkan momentum pentingnya di Jawa yakni saat berdirinya Kesultanan Demak.
Dalam penelitian ini penulis membuat rumusan masalah sebagai fokus pembahasan dalam
penelitian, diantaranya: Bagaimana keberadaan desa Sendangduwur; Apa saja peninggalan
purbakala Islam komplek makam Sunan Sendang di Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan; dan bagaimana hubungan budaya Hindu, Islam, Modern pada peninggalan
purbakala Islam Sunan Sendang di Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan.
Dari penelitian diatas bisa disimpulkan bahwa; Desa Sendangduwur adalah salah satu desa yang
terletak di sebelah selatan wilayah kecamatan Paciran kabupaten Lamongan; Peninggalan
kepurbakalaan di Sendangduwur merupakan salah satu peninggalan sejarah yang bersal dari masa
transisi Indonesia, Hindu dan Islam. Secara umum kepurbakalaan Islam pada komplek Sunan
Sendang desa Sendangduwur yakni Masjid Sendangduwur dan makam Sunan Sendang. Sementara
itu hubungan dari tiga budaya yakni Hindu, Islam, dan Modern yakni bersifat damai, setiap agama
baru melakukan penyesuian terhadap agama yang terdahulu.
Kata Kunci: Peninggalan Purbakala; Purbakala Islam; Sejarah Peradaban Islam; Islam Indonesia
 


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................

i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................

iv


HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................

v

HALAMAN MOTTO ....................................................................................

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................

vii

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................

viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................

x


DAFTAR ISI ...................................................................................................

xii

BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................

1

B. Rumusan Masalah .................................................................

7

C. Tujuan Penelitian...................................................................

8


D. Kegunaan Penelitian ..............................................................

8

E. Pendekatandan Kerangka Teori ...........................................

10

F. Penelitian Terdahulu ..............................................................

11

G. Metode Penelitian ...................................................................

12

H. Sistematika Pembahasan .......................................................

14


: DESA SENDANGDUWUR
A. Letak Geografis Desa Sendangduwur .....................................

15

B. Kondisi Sosial Desa Sendangduwur .......................................

19

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III :SITUS PENINGGALAN PURBAKALA ISLAM KOMPLEK
SUNAN SENDANG DI DESA SENDANGDUWUR
A. Masjid Sendangduwur .............................................................

21


B. Makam Sunan Sendang ...........................................................

23

C. Arsitektur Masjid dan Makam Sunan Sendang .......................

27

BAB IV : HUBUNGAN BUDAYA PADA PENINGGALAN PURBAKALA
ISLAM KOMPLEK SUNAN SENDANG DI DESA
SENDANGDUWUR
A. Unsur Budaya Hindu, Islam, Modern pada Masjid dan
Makam Sunan Sendang di Desa Sendangduwur.....................

43

B. Hubungan Budaya Hindu, Islam dan Modern dalam
Peninggalan Purbakala Masjid dan Makam Sunan Sendang
di Desa Sendangduwur............................................................


50

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................

53

B. Saran ........................................................................................

53

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

55

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................

58

xiii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Nusantara adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kepulauan
Indonesia yang merentang di wilayah tropis dari Sumatra di bagian barat sampai
Papua di bagian Timur. Inilah wilayah yang tercirikan dengan keanekaragaman
geografis, biologis, etnis, bahasa, budaya, dan serta situs-situs kepurbakalaan yang
ditinggalkan pada masa silam.1
Kemegahan peradaban di kepulauan Hindia Timur (Nusantara) tidaklah
dimulai dari Kerajaan Majapahit. Bukti-bukti arkeologis serta cacatan sejarah
lainnya menunjukan sistem sosio-kultural yang kompleks juga telah berkembang
di Nusantara sejak abad ketiga Masehi. Dan jauh sebelumnya, relasi ekonomi
serta budaya juga telah terbentuk antara penduduk Nusantara dengan masyarakat
manca, khususnya India dan Cina. Pengaruh budaya dan agama dari wilayah
mancanegara secara cepat diserap oleh budaya Nusantara yang memang sangat
adaptif dan “ramah”.

Dari abad ke-7 sampai ke-10 M, Islam telah mengakar di kawasan Timur
Tengah, juga dikawasan yang membentang dari Spanyol sampai Maroko hingga
kawasan timur India. Islam melahirkan peradaban baru serta karya-karya brilian.
Kawasan-kawasan tersebut mengalami proses Islamisasi secara bertahap tentunya
Arabisasi pula, di kawasan Mediterania timur, Mesopotamia dan pantai timur
Afrika sebagai hasil dari penaklukan para penguasa Islam.
1

Akhmad Sahal dan Munawir Aziz, Islam Nusantara (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 191195.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Beberapa cacatan sejarah mengisyaratkan bahwa kerajaan Islam telah
berdiri di Nusantara pada akhir abad ke-13 sampai abad ke-15 M (termasuk
kerajaan Jeumpa, Tambayung, Malaka), sebelum proses Islamisasi mendapatkan
momentum pentingnya di Jawa yakni saat berdirinya Kesultanan Demak.2
Penyebaran agama Islam di Indonesia atau Nusanata umunya di Jawa tidak
dapat dipungkiri dari peranan pedagang Islam, ahli-ahli agama Islam dan raja-raja

atau penguasa yang telah memeluk Islam. Proses masuknya Islam ke Indonesia
pertama melalui masyarakat sepanjang pesisir utara. Dalam hal ini, pembawa
Islam kepada masyarakat Nusantara adalah para saudagar-saudagar muslim, baik
yang datang dari Gujarat maupun Arab dengan cara berdagang. Dari mereka ini
mereka mengenal dan terjadi hubungan yang dinamis diantara mereka. Para
saudagar muslim tidak semata-mata hanya berdagang melainkan juga berdakwah.3
Teori tentang masuknya Islam ke Indonesia yang dikemukakan oleh
Azyumardi Azra di dalam buku Jaringan Ulama. Pertama teori yang dikemukakan
oleh Pijnapel, dia mengaitkan asal mula Islam di Nusantara dengan Gujarat dan
Malabar. Menurutnya, Islam di Nusantara berasal dari orang-orang Arab
bermazhab Syafi’i yang berimigrasi dan menetap di wilayah India tersebut yang
kemudian membawa Islam ke Nusantara.4
Bukti penyebaran Islam masyarakat lokal Indonesia adalah prasastiprasasti Islam. Seperti ditemukan adanya makam Fatimah binti Maimun di Leran
Gresik Jawa Timur, bertarikh tahun 475 H (1082 M) merupakan batu nisa muslim
tertua yang masih ada dan tarikhnya terbaca jelas.
2

Ibid., 191-195.
Abdurahman Mas’ud, Sejarah Peradaban Islam (Semarang: PT pustaka Rizki Putra, 2009), 181.
4
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara (Jakarta: Kencana, 2007), 2.

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Seperti yang dicontohkan diatas yakni salah satu situs kepurbakalaan
Islam yang sekarang masih ada yakni makam Fatimah binti Maimun di Gresik,
itulah salah satu contoh kepurbakalaan yang seharusnya kita jaga dengan baik.
Untuk di kabupaten Lamongan pada abad XV-XVI, masyarakat Lamongan
mengenal adanya situs kepurbakalaan Islam diawali dengan kebudayaan
perunggu-besi terutama kebudayaan Hindu, yang dibuktikan dengan peninggalan
kepurbakalaan di wilayah ini. Kebudayaan menyebar ke seluruh wilayah
Lamongan terutama wilayah bagian Selatan, yakni wilayah Sambeng, Ngimbang
Modo, dan Bluluk. Penyebaran kebudayaan Hindu tersebut ditandai oleh temuan
araca, prasasti dan peninggalan kepurbakalaan lain seperti nekara, lempengan,
logam serta prasasti-prasasti lainnya.5
Pada zaman Islam penduduk Desa Sendangduwur memeluk agama Islam.
Penyebaran agama Islam dilakukan dari arah Timur dan utara oleh para wali
penyebar agama Islam yang berasal dari Ampel Denta dan Giri. Tokoh-tokoh
penyebar agama Islam awalnya di daerah Lamongan di antaranya Sunan Drajat
Paciran dan Raden Noer Rochmat di Desa Sendangduwur.6
Pada Desa Sendangduwur terdapat seorang tokoh ulama yang menjadi
salah satu tokoh penyebar agama Islam yakni Raden Noer Rochmat putra dari
Raden Abdul Qohar dari Sedayu Lawas Kecamatan Brondong Kabupaten
Lamongan, dan masih cucu dari Syekh Abu Yazid Al-Bagdadi yang juga seorang
ulama terkenal yang berasal dari Mesir.7 Raden Noer Rochmat mendapat gelar

5

Mohammad Farid et al, Lamongan Melayu Raharja Ning Praja (Lamongan: Tim Penyusun
Naskah Lamongan Memayung Raharjaning Praja, 1993), 8.
6
Ibid., 9-10.
7
Ali Qosim, Silsilah Keturunan Raden Noer Rachmat (t.tp: t.p., 2008), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dari Sunan Drajat atau Raden Qasim, saat mengetahui kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh Raden Noer Rochmat sebagai bukti tanda Waliyullah. Gelar yang
diberi oleh Raden Noer Rochmat yakni Sunan Sendang.
Desa Sendangduwur kecamatan Paciran kabupaten Lamongan ini terletak
di daerah dataran tinggi berada dijalur jalan sudah beraspal lebih tepatnya Desa
Sendangduwur ini dikelilingi oleh sebuah desa yakni Desa Sendangagung.8 Desa
Sendangduwur adalah termasuk kawasan yang banyak situs-situs kepurbakalaan
Islam yang tepatnya pada komplek makam Sendangduwur. Desa ini juga
merupakan jalur penyebaran agama Islam oleh para walisongo dan para sunan.
Dahulu pada zaman kerajaan Hindu, Jawa Timur pesisir utara merupakan daerah
perdagangan yang telah dikenal oleh pedagang dari Nusantara maupun para
saudagar dari Timur Tengah yang datang singgah, pergi dan juga ada yang
menetap.
Selain sebagai pedagang, saudagar dari Timur Tengah atau Asia Timur
juga menyebarkan agama Islam di wilayah utara dan disebabkan di daerah ini
banyak terdapat situs kepurbakalaan terutama kepurbakalaan Islam khususnya
pada komplek makam Sunan Sendang Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
Pada saat Sunan Sendang menyebarkan Islam secara evolutif-kultural
menggunakan kesenian Hindu Jawa yang saat itu masih melekat pada jiwa
masyarakat setempat. Dengan demikian akan mudah masyarakat umum mudah di-

8

Daftar isian potensi desa dan kelurahan, periode 2013/2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Islamkan. Yang kenyataanya, masyarakat di Sendangduwur kini merupakan Islam
yang taat kepada agamanya.9
Peninggalan kepurbakalaan di Sendangduwur merupakan salah satu
peninggalan sejarah yang bersal dari masa transisi Indonesia, Hindu dan Islam.
Secara umum kepurbakalaan Islam pada komplek Sunan Sendang desa
Sendangduwur yakni Masjid Sendangduwur dan makam Sunan Sendang.
Kepurbakalaan Islam Sendangduwur menurut tradisi setempat lokasi
tersebut disebut Gunung Amitunon. Berdasarkan etimologi bahasa amitunon
berasal dari kata “tunu” yang berarti “membakar”. Karena terletak pada bukit
(gunung kecil) yang paling atas “duwur” maka komplek tersebut disebut dengan
Sendangduwur.
Hal ini memberikan petunjuk bahwa peninggalan purbakala Islam
Sendangduwur dahulunya merupakan situs bangunan suci yang digunakan sebagai
tempat pembakaran jezanah. Kemudian tempat atau situs tersebut beserta dengan
para pengikutnya berhasil diislamkan selanjutnya tempat itu dimanfaatkan sebagai
tempat pemakaman khususnya makam Sunan Sendang atau Raden Noer
Rochmat.10
Berbagai peninggalan dari zaman Majapahit selain kepurbakalaan
Sendangduwur yang dapat diselaraskan dengan budaya Islam, antara lain:
kepurbakalaan Sunan Giri, Menara Masjid Kudus, Makam Troloyo di Trowulan,
dan lain-lain. Adapun peninggalan yang kemudian tetap sebagaimana adanya

9

Zein M Wiryoprawiro, Perkembangan Arsiktetur Masjid di Jawa Timur (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1986), 226.
10
Wiandik dan Aminuddin Kasdi, “Aspek-aspek Akulturasi pada Kepurbakalaan Sendangduwur di
Paciran Lamongan”dalam e-journal Pendidikan Sejarah AVATARA, Oktober 2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

sebagai bangunan Hindu dan Budha, seperti: Candi Penataran, Candi Sorowono,
Candi Tiga Wangi, Candi Wringin Lawang, dan lain sebagainya.
Unsur-unsur budaya dari masyarakat Majapahit, atau zaman sebelum
Islam yang ada di kepurbakalaan Sendangduwur, antara lain: gapura bentar,
paduraksa, relief gunung bersayap ragam, hias kalamerga dan kalanaga, seni
bangunan garupa bersayap, relief burung punik dan merak.
Peninggalan-peninggalan tersebut juga dapat dilacak pada bangunanbangunan suci yang lain, seperti kalanaga pada Candi Jabung, kalamerga terdapat
di Candi Penataran kemudian garupa bersayap terdapat pada kepurbakalaan Sunan
Giri, relief burung punik atau burung garuda juga terdapat pada Candi Kidal di
Malang dan Candi Sumberjati di Blitar.
Situs peninggalan Islam pada komplek Sunan Sendang di Desa
Sendangduwur terdapat dua situs kepurbakalaan Islam. Yang pertama
kepurbakalaan Islam yang sangat berfungsi sebagai penyebaran agama Islam
yakni Masjid Sendangduwur yang terletak pada desa Sendangduwur Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Masjid ini mempunyai ciri khas yang
mencolok dari dua unsur agama yakni agama Hindu dan Islam. Dan kedua
peninggalan Islam yang juga merupakan satu komplek dengan masjid
Sendangduwur yakni makam Sunan Sendang dan sekaligus didalamnya terdapat
makam-makam tokoh daerah setempat dalam membantu Raden Noer Rochmat
atau Sunan Sendang untuk menyebarkan agama Islam. Makam Sunan Sendang
banyak dikunjungi oleh peziarah, yang juga sangat dikeramatkan oleh pada
penduduk setempat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Situs-situs kepurbakalaan diatas yakni peninggalan dari Sunan Sendang
menjadi bukti terjadi penyebaran agama Islam. Penduduk sekitar myebutkan
kekunoan desanya dengan nama “Masjid Sendangduwur atau Makam Sunan
Sendang”.11
Atas dasar inilah peneliti merasa tertarik dan memandang perlu untuk
menelaah lebih lanjut mengenai kepurbakalaan Islam pada komplek Sunan
Sendang desa Sendangduwur kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai
fokus pembahasan dalam penelitian, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan desa Sendangduwur.
2. Apa saja peninggalan purbakala Islam komplek makam Sunan Sendang di
Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
3. Bagaimana hubungan budaya Hindu, Islam, Modern pada peninggalan
purbakala Islam Sunan Sendang di Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.

C. Tujuan Penelitian
Selain dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan diadakannya penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui keberadaan desa Sendngduwur.

11

Uka Tjandrasasmita, Islamic Antiquities (Jakarta: PT Rindang Mukti, 1975), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

2. Untuk merekam jejak peninggalan purbakala Islam di Desa Sendangduwur
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
3. Untuk memahami hubungan budaya Hindu, Islam, dan Modern yang ada pada
peninggalan purbakala Islam komplek Sunan Sendang di desa Sendangduwur.

D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pemahaman yang lebih mendalam, maka penelitian ini dapat memberikan arti
guna kepada khazanah keilmuan.
Adapun hal-hal yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat:
1. Untuk mengembangkan ilmu kebudayaan Islam di UIN Sunan Ampel
Surabaya khususnya pada Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Untuk mengembangkan teori penetrion pasifique dengan membahas
mengenai keberadaan desa Sendangduwur, apa saja peninggalan purbakala
komplek Sunan Sendang, dan juga hubungan budaya Hindu, Islam dan
Modern pada komplek Sunan Sendang di Desa Sendangduwur Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Untuk memperjelas dan mempermudah dalam proses perubahan penelitian
yang berjudul Peninggalan Purbakala Islam Komplek Sunan Sendang di Desa
Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Penulis akan
menggunakan pendekatan historis dengan tujuan untuk mengetahui dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

mendeskripsikan fakta kepurbakalaan Islam komplek Sunan Sendang di Desa
Sendangduwur tersebut.
Kemudian landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
Penetration Pacifique.12 Sebagai mana disebutkan bahwa pada mulanya di Jawa
umumnya budaya Hindu dan seiring waktu mengalami perubahan yakni agama
Islam yang dibawa oleh Sunan Sendang. Itulah yang menyebabkan banyaknya
peninggalan kepurbakalaan Islam yang berunsur dari dua budaya tersebut yakni
Hindu-Islam dalam unsur situs kepurbakalaan yang sekarang masih terjaga sampai
sekarang ini dengan baik. Tidak hanya dua budaya yang akan dibahas akan tetapi
akan membahas bagaimana hubungan budaya modern dengan budaya yang lama
yakni budaya Hindu dan Islam. Teori Penetration Pacifique yakni suatu teori
yang beranggapan bahwa kebudayaan asing yang masuk dalam kebudayaan
penerima dengan jalan damai. Yang disini lebih tepatnya yakni masuknya
kebudayaan Islam dalam kebudayaan Hindu dalam situs kepurbakalaan Sunan
Sendang ini, dan tidak lepas dengan kedatangannya budaya baru yakni budaya
modern.
Teori yang kedua yakni teori dari Jean Piaget, lebih tepatnya
menggunakan teori strukturalisme. Teori ini beranggapan bahwa budaya
hakikatnya suatu sistem simbolik atau konfigurasi sistem perlambangan. Pada
penelitian ini bisa kita padukan bahwa dengan memakai teori ini kita akan bisa

12

Oman Fathurrahman dan Nurhasan, Al-Turas mimbar sejarah, sastra, budaya dan agama Vol 4
No 7 (Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah: Jakarta Selatan, 1998), 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

membahas tentang simbol atau pun perlambangan pada kajian arkeologi mengenai
peninggalan purbakala Islam pada komplek Sunan Sendang ini.13
Pada pembahasan disini hubungan perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan adalah kebudayaan dikatakannya suatu komplek yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, perubahanperubahan kebudayaan merupakan setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut.
Misalnya, dari penjelasan diatas bisa dicontohkan dengan perubahan agama yakni
yang dahulu sebelum datangnya agama Islam, Hindu masih mendominasi pada
daerah Sendangduwur ini yang mengakibatkan perubahan budaya, kebiasaan,
hukum, adat istiadat dan masih banyak hal yang lain. Lambat laun seorang tokoh
Islam yakni penyebar agama Islam Raden Noer Rochmat atau lebih sering kita
sebut dengan nama Sunan Sendang memberikan banyak perubahan, dari budaya
Hindu yang kental menjadi budaya Islam yang sangat taat pada Tuhan. Dari dua
budaya yang saling berdampingan yang damai itu memunculkan berbagai situs
atau kepurbakalaan dari budaya lama yang juga akan memunculkan budaya baru
yakni budaya modern akan dibahas pada pembahasan selanjutnya untuk lebih
mengetahui apa saja kepurbakalaan atau khususnya kepuubakalaan Islam yang
ditinggalkan pada desa Sendangduwur ini.

13

Hermoyo, Jean Pieget Strukturalisme (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1995) 1-12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

F. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian terdahulu dari berbagai penelusuran yang telah penulis
lakukan terhadap literatur, dan juga karya ilmiah skripsi yang membahas
Kepurbakalaan makam Sunan Sendang yakni:
1. Laporan Penelitian berjudul: “Laporan Penelitian Fisik Komplek Masjid
Makam Sendangduwur”. Penelitian ini membahas tentang fisik atau arsitektur
pada masjid dan makam yang ada di Sendangduwur.14
2. Buku peninggalan sejarah dan Kepurbakalaan Makam Islam di Jawa Timur,
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI JAWA TIMUR,
2003. Didalam buku membahas kepurbakalaan yang ada dalam kawasan Jawa
Timur.15
3. E-book Ancient Indonesian Art By A. J. BERNET KEMPERS (Cambrigde,
Massa Chusetts: Harvard University Press, 1959). Didalam E-book tersebut
membahas mengenai berbagai kebudayaan dan kesenian yang ada di
Indonesia.16
Dalam penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang akan dibahas. Pada
penelitian ini dengan judul “Peninggalan Purbakala Komplek Makam Sunan
Sendang di Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

14

Mahasiswa Bebas Kuliah Fakultas Adab, Laporan Penelitian Fisik Komplek Masjid Makam
Sendangduwur (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya Jurusan SKI, 1983), 2-12.
15
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Makam Islam di
Jawa Timur (Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur, 2003), 14.
16
A. J. Bernet Kempers, Ancient Indonesian Art. (Cambrigde: Harvard University Press, 1959),
105-106.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

G. Metode Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka untuk menghasilkan laporan
penelitian yang ilmiah dan akuntabel, maka penulis akan menggunakan metode
penelitian arkeologi yakni sebagai berikut:
1. Tahap Pengumpulan Data, yaitu dengan cara survei ke lapangan dengan
menggunakan

metode

pengamatan,

wawancara

dan

mencari

dan

mengumpulkan data yang berkaitan dengan penulisan penelitin ini baik dalam
berbagai sumber yaitu dengan mengumpulkan buku-buku mapun literatur
yang berkaitan dengan penelitian baik itu di perpustakaan, internet, kediaman
narasumber sekaligus wawancara dengan narasumber itu sendiri, dan juga
melakukan survei, pengamatan secara langsung. Wawancara pada bapak
Hasan Mansur dan bapak Ali, selaku juru kunci pada makam Sunan Sendang
di Desa Sendangduwur itu. Sumber yang berupa dokumen atau sumber
tertulis dapat ditemukan pada artefak, foto-foto yang dijadikan dalam buku
Islamacic Antiquities Of Sendangduwur pengarang Uka Tjandrasasmita.
Yakni artefak dan bukti-bukti itu ditemukan pada komplek makam Sunan
Sendang di desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Buku-buku, literatur, artikel, majalah yang bisa dipakai untuk membantu
manganalisa dan menjelaskan tentang penelitian ini. Pengolahan Data
Lapangan tahap ini yakni melakukan beberapa tahapan. Tahap awal
melakukan klasifikasi awal terhadap artefak pada peninggalan Sunan
Sendang yang berupa Masjid Sendangduwur dan makam Sunan Sendang itu
sendiri. Tahap ini juga sekaligus melakukan perekaman yang hasilnya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

berbentuk arsip catatan, arsip lapangan dalam penelitian tentang peninggalan
Sunan

Sendang

ini.

Untuk

klasifikasi

lanjutan

yakni

dengan

mengklasifikasikan berbagai atribut mengenai peninggalan purbakala ini,
atributnya antara lain yakni atribut gaya, bentuk, dan teknologi.
2. Tahap Diskripsi, disini akan membahas tentang pengolahan data yang
beriukutnya hasil dari laporan lapangan dilanjutkan dengan tahap analisis
tentang penelitian mengenai peninggalan purbakala Islam pada desa
Sendangduwur ini. Tahap ini yakni membahas BAB II dan BAB III dengan
menggunakan metode fenomenologi, yakni membahas deskripsi masjid dan
makam Sunan Sendang dan hubungan budaya dalam peninggalan Sunan
Sendang tersebut yakni dengan menggunakan teori utama yakni teori
Penetrion asifique.
3. Tahap Pelaporan, untuk tahap ini peneliti akan melakukan hasil laporannya
dengan bentuk karya ilmiah berupa skripsi yang mengambil judul
“Peninggalan

Purbakala

Islam

Komplek

Sunan

Sendang

di

Desa

Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”.

H. Sistematika Bahasan
Untuk mengetahui gambaran keseluruhan pembahasan penelitian ini,
berikut akan dikemukakan beberapa pembahasan pokok dalam tiap bab.
Bab pertama, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian
terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Bab kedua, mengenai desa Sendangduwur yang membahas letak geografi
sendangduwur dan keadaan sosial Sendangduwur.
Bab

ketiga,

mengenai

situs

peninggalan

Islam

komplek

desa

Sendangduwur diantaranya masjid, makam, dan arsitektur pada situs peninggalan
Sunan Sendang.
Bab keempat, yakni hubungan budaya pada peninggalan purbakala Islam
komplek Sunan Sendang di desa Sendangduwur. Budaya yang akan dibahas
diantaranya unsure budaya Hindu, Islam, dan Modern.
Bab kelima, berisikan kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
DESA SENDANGDUWUR

A. Letak Geografis desa Sendangduwur
Desa Sendangduwur ini merupakan salah satu Desa yang terletak di
Sebelah Selatan Wilayah Kecamatan Paciran serta memiliki Luas Wilayah + 22,5
Ha/m2 dengan jumlah penduduk sampai bulan februari 2013 tercatat sebanyak
1.913 Jiwa, yang terdiri dari 965 Jiwa penduduk laki-laki dan 948 Jiwa adalah
penduduk perempuan. Batas-batas Wilayah Desa Sendangduwur adalah sebelah
utara, selatan, timur dan barat dikelilingi oleh sebuah desa, yakni desa
Sendangagung Kecamatan Paciran.1
Awal mula Islam datang ke daerah Lamongan yakni semenjak abad XIV
Lamongan menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit. Sehubungan dengan
itu pula pengaruh agama Hindu juga Budha cukup kuat terutama di daerah bagian
selatan. Tetapi keadaan itu menjadi berubah tatkala pusat kerajaan Majapahit
mulai melemah dan terus bertambah lemah sebagai akibat perang saudara untuk
memperebutkan tahta semenjak perang Paregreg (1401 – 1406). Perang saudara
itu tidak pernah berhenti, sampai akhirnya Majapahit dapat dikalahkan oleh
Girindrawardhana dari Kediri pada tahun 1478 M.
Surutnya kerajaan Majapahit, memberikan kemudahan terhadap berkembangnya agama Islam di daerah Lamongan, dan daerah-daerah lain di Jawa
Timur. Sebagaimana di daerah-daerah lainnya di Jawa, berkembangnya agama
Islam di daerah Lamongan lewat usaha yang sungguh-sungguh oleh para ulama
1

Daftar isian potensi desa dan kelurahan, periode 2013/2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

dan para pedagang. Para ulama penyebar Islam pada masa awal itu oleh
masyarakat diidentifikasi sebagai Waliyullah atau secara mudah disebut Wali.
Wali berarti orang yang sangat taat kepada Allah, terpelihara dari
perbuatan maksiat dan memiliki karamahydkni kemuliaan, kelebihan dalam arti
ilmu dan kesaktian. Sedangkan kata “Sunan”, berarti sebutan penghormatan
seperti “Paduka yang mulia” sebutan para Wali Islam.2
Sejarah Desa Sendangduwur ini tidak lepas oleh peran penting seorang
tokoh yang berpengaruh pada desa ini yakni Raden Noer Rachmat atau lebih
dikenal dengan nama Sunan Sendang. Dari tokoh inilah awal mula muncul situssitus kepurbakalaan khususnya Islam pada desa Sendangduwur ini.
Sunan Sendang adalah seorang tokoh penyebar agama Islam pada Desa
Sendangduwur

yang menjadi salah satu tokoh penyebar agama Islam yakni

Raden Noer Rochmat putra dari Raden Abdul Qohar dari Sedayu Lawas
Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, dan masih cucu dari Syekh Abu
Yazid Al-Bagdadi yang juga seorang ulama terkenal yang berasal dari Mesir.3
Raden Noer Rochmat mendapat gelar dari Sunan Drajat atau Raden Qasim, saat
mengetahui kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Raden Noer Rochmat sebagai
bukti tanda Waliyullah. Gelar yang diberi oleh Raden Noer Rochmat yakni Sunan
Sendang.
Sunan Sendang merupakan seorang yang terlahir dengan sosok cerdas,
dikenal sebagai orang yang berilmu tinggi dan alim, terpelajar dan mendapat
pendidikan yang mendalam tentang agama Islam. Sunan Sendang juga
2

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Lamongan Memayu Raharjaning Praja
(Lamongan: Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II, 1994), 24
3
Ali Qosim, Silsilah Keturunan Raden Noer Rachmat (t.tp: t.p., 2008), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

mempunyai akhlak yang mulia, suka menolong dan mempunyai keprihatinan
sosial yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial. Ia juga ahli dalam pertanian
sejak berada di Desa Sendangduwur. Sosok yang arif dan bijaksana, sifatnya
lemah lembut, belas kasih dan rama kepada semua orang membuatnya terkenal
sebagai tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati karena keteguhan dan
kesederhanaannya. Kepribadiannya yang baik itulah yang menarik hati penduduk
setempat sehingga mereka berbondong-bondong untuk masuk agama Islam
dengan suka rela menjadi pengikut yang setia.Sunan Sendang menghabiskan
masa-masa terakhirnya dengan menetap di Desa Sendangduwur dengan
mendirikan masjid untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar
sampai ia wafat.4
Masjid sebagai tempat berteduh juga sebagai tempat untuk mengajarkan
agama Islam. Dalam mengajarkan agama Islam di daerah tempat tinggalnya itu
akhirnya mempunyai beberapa murid. Sunan Sendang wafat pada hari Senin Legi
tanggal 9 Sya‟ban 993 H, bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1585 M, dalam
usia 65 tahun. Ia di makamkan di belakang masjid Sunan Sendang. Nisannya
terdapat tulisan kapan Raden Noer Rochmat wafat, dapat diketahui pada pahatan
di dinding makam. Oleh Stutterhein angka tersebut menunjukkan tahun 1507 S
atau tahun 1585 M.5
Peninggalan kepurbakalaan di Sendangduwur merupakan salah satu
peninggalan sejarah yang bersal dari masa transisi Indonesia, Hindu dan Islam.

4

Ibid., 1.
Ali Qosim, Wawancara, Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, 31
Oktober 2015.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Secara umum kepurbakalaan Islam pada komplek Sunan Sendang Desa
Sendangduwur yakni Masjid Sendangduwur dan makam Sunan Sendang.
Kepurbakalaan Islam Sendangduwur menurut tradisi setempat lokasi
tersebut disebut Gunung Amitunon. Berdasarkan etimologi bahasa amitunon
berasal dari kata “tunu” yang berarti “membakar”. Karena terletak pada bukit
(gunung kecil) yang paling atas “duwur” maka komplek tersebut disebut dengan
Sendangduwur.6
Hal ini memberikan petunjuk bahwa kepurbakalaan Sendangduwur
dahulunya merupakan situs bangunan suci yang digunakan sebagai tempat
pembakaran jezanah. Kemudian tempat atau situs tersebut beserta dengan para
pengikutnya berhasil diislamkan selanjutnya tempat itu dimanfaatkan sebagai
tempat pemakaman khususnya makam

Sunan Sendang atau Raden Noer

Rochmat.
Kepurbakalaan Islam yang sangat berfungsi sebagai penyebaran agama
Islam yakni Masjid Sendangduwur yang terletak pada Desa Sendangduwur
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Masjid ini mempunyai ciri
khas yang mencolok dari dua unsur agama yakni agama Hindu dan Islam. Dan
kedua kepurbakalaan Islam yang juga merupakan satu komplek dengan masjid
Sendangduwur yakni makam Sunan Sendang dan sekaligus didalamnya terdapat
makam-makam tokoh daerah setempat dalam membantu Raden Noer Rochmat
atau Sunan Sendang untuk menyebarkan agama Islam. Makam Sunan Sendang

Wiandik dan Aminudin Kasdi, “Aspek-aspek Akulturasi pada Kepurbakalaan Sendangduwur di
Paciran Lamongan”dalam e-journal Pendidikan Sejarah AVATARA, Oktober 2014.

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

banyak dikunjungi oleh peziarah, yang juga sangat dikeramatkan oleh pada
penduduk setempat.
Bisa disimpulkan bahwa situs kepurbakalaan Islam peninggalan dari
Sunan Sendang menjadi bukti terjadi penyebaran agama Islam. Penduduk sekitar
menyebutkan kekunoan desanya dengan nama “Masjid Sendangduwur atau
Makam Sunan Sendang”.7

B. Kondisi Sosial Desa Sendangduwur
Kondisi sosial masyarakat Sendangduwur yakni dengan penduduk 100%
adalah beragama Islam, faham yang dianutnya yakni dengan didominasi faham
NU (Nahdlotul Ulama). Masyarakat Desa Sendangduwur ini sangatlah taat dalam
menjalankan ibadah shalat, hal ini terbukti dengan penuhnya jama’ah yang ada di
mushalla maupun yang ada di masjid tersebut.8
Masjid dan mushalla pada desa tersebut bukan hanya digunakan sebagai
tempat ibadah saja, akan tetapi digunakan sebagai kegiatan pengajian, pendidikan,
dan pembinaan mental spiritual.
Kondisi sosial ekonomi pada daerah tersebut didominasi dengan usaha
wiraswasta misalnya industri kecil sebagai pengrajin emas, pengrajin bordir atau
batik. Nampaknya usaha seperti itulah yang mendominasi sebagai sumber
penghasilan utama pada daerah tersebut. Banyak masyarakat bermata pencarian
tersebut dikarenakan kondisi alam desa Sendangduwur yakni tanah yang kering.

7

Uka Tjandrasasmita, Islamic Antiquities (Jakarta: PT Rindang Mukti, 1975), 1.
Ali Qosim, Wawancara, Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, 31
Oktober 2015.

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Dalam kehidupan sosial bermasyarakat tidak lepas dengan adanya suatu
unsur budaya, begitu pula dengan warga Desa Sendangduwur tersebut. Kehidupan
mereka yakni dengan cara bergotong royong dan kekeluargaan dengan ditandai
dengan kehidupan antar warga yang saling akrab dan saling membantu warga
yang satu dengan warga yang lain. Adanya persaudaraan yang tinggi yakni
menimbulkan rasa saling menghormati, menghargai, atas dasar kekeluargaan.
Kerja bakti antar warga menjadi budaya Desa Sendangduwur.
Budaya keagamaan pada Desa Sendangduwur ini sangatlah kental dengan
kepercayaan pada budaya nenek moyang, yakni masih banyak yang melakukan
berbagai upacara selametan seperti upacara selametan kematian, khitanan, coplok
puser (pemberian nama bayi) dan masih banyak lagi upacara-upacara yang
lainnya. Berbagai upacara tersebut tidak lepas dengan rasa gotong royong antar
warga.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III
SITUS PENINGGALAN ISLAM KOMPLEK DESA SENDANGDUWUR

A. Masjid Sendangduwur
Berdasar akar katanya masjid mengandung arti tunduk dan patuh, maka
hakekat masjid adalah tempat melakukan segala aktifitas berkaitan dengan
kepatuhan kepada Allah semata1. Masjid juga diartikan sebagai tempat bersujud,
pensucian, tempat shalat dan bertayamum, namun juga sebagai tempat
melaksanakan segala aktivitas kaum muslim berkaitan dengan kepatuhan kepada
Tuhan.
Dari sejarah masjid Nabawi di Madinah didirikan oleh Rasulullah Saw,
dapat dijabarkan fungsi dan peranannya pada masa itu. Tercatat tidak kurang dari
sepuluh peranan dan fungsi masjid Nabawi yaitu tempat ibadah, konsultasi, dan
komunikasi masalah ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, santunan sosial, latihan
militer dan persiapan peralatannya, pengobatan korban perang, perdamaian dan
pengadilan sengketa menerima tamu (di aula), menawan tahanan dan pusat
penerangan atau pembelaan agama.
Dari sudut pandang tersebut masjid dapat diramkum sebagai tempat untuk
memenuhi keperluan ibadah Islam, fungsi dan perannya ditentukan oleh
lingkungan, tempat dan zaman dimana masjid itu didirikan.

1

Yulianto Sumaryo, Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2000), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Untuk situs yang pertama yakni masjid Sendangduwur. Awal mula
sebelum menjadi masjid tempat ini dikatakan sebagai candi. Pada masa IndonesiaIslam timbul bangunan yang disebut masjid. Masjid secara umum sesuai dengan
perkataan dalam bahasa asalnya yakni bahasa Arab atau Aramia, berarti bentuk
diri untuk bersujud. Dengan kata lain masjid adalah tempat orang menundukan
diri unttuk bersujud ketika bersembayang. Dalam pengertian sekunder, masjid
adalah sebuah bangunan tempat bersembayang berjama’ah yang terlindung dari
panas dan hujan.
Bentuk

masjid

kuno

di

Indonesia

pada

umumnya

denahnya

berbentuikbujur sangkar, di bagian depan (kadang-kadang dibagian samping)
terdapat serambi, dan sebuah ruang menjorok ke luar pada sisi barat sebagai
mihrab. Pola dasar itu kiranya masih mengikuti pola dasar masjid yang pertama
didirikan oleh Nabi Muhammad SAW di Quba pada tahun 622 M.2
Masjid Sendangduwur atau biasanya disebut dengan Masjid Sunan
Sendang. Menurut Ali Qosim juru kunci masjid, sejarah berdirinya masjid
sendang duwur berawal dari keinginan Raden Noer rahmad atau Sunan Sendang
duwur untuk memiliki masjid untuk memusatkan siar islam di desa sendang
duwur. niat tersebut kemudian diutarakan ke sunan drajat.
Setelah itu Sunan Drajat memerintahkan Sunan Sendang membeli masjid
milik mbok rondo mantingan, di Jepara, Jawa tengah yang memiliki masjid
indah, peninggalan suaminya. Namun, mbok rondo mantingan ini tidak menjual
2

Oman Fathurrahman, Nurhasan, Al-Turas Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya dan Agama Vol 4 No7
(Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah: Jakarta Selatan, 1998), 18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

masjid tersebut. Seperti wasiat suaminya, siapa yang bisa memboyong masjid
seorang diri dalam keadaan utuh akan diberikan cuma-cuma.
Mendengar

jawaban

mbok

rondo

mantingan,

Sunan

Sendang

memberitahu ke Sunan Drajat. Setelah itu, Sunan Drajat memerintahkan Sunan
Sendang cirakat di puncak gunung sedayu lawas selama 40 hari. Dalam
cirakatnya, sunan sendang duwur srasa didatangi sunan kali jogo dan
diperintahkan kembali ke mantingan mengambil masjid tersebut. Dalam semalam
masjid ini terbang dari mantingan ke bukit amintuno, masjid ini disebut juga
masjid tiban. Magrib tidak ada tiba-tiba subuh sudah ada.3

B. Makam Sunan Sendang
Maesan kubur dalam pengertian Islam lebih umum disebut makam.
Makam di Indonesia ialah sistem penguburan bagi muslim, di atas permukaan
tanah tokoh yang dikuburkan itu di buat tanda yang berbentuk bangunan persegi
panjang dengan hiasan maesan di sisi utara dan selatan. Arah utara selatan dengan
posisi mayat miring ke arah kiblat menunjukan pengertian penghormatan
keagamaan.4
Makam yang akan dibahas disini yakni salah satu makam seorang tokoh
penyebar agama Islam pada suatu desa di Kabupaten Lamongan Kecamatan
Paciran yang tepatnya pada desa Sendangduwur. Makam tersebut yakni makam

3

Ali Qosim, Wawancara, Desa Sendangduwur Paciran Lamongan, 31 Oktober 2015.
Fathurrahman dan Nurhasan, Al-Turas Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya dan Agama, 20.

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Raden Noer Rachmat atau lebih terkenal dengan makam Sunan Sendang yang
terbagi dalam beberapa halaman yang berada di sebelah utara dan Barat masjid
Sendangduwur. Tiap-tiap halaman dibatasi oleh pagar dengan pintu gerbang
sebagai jalan masuknya. Secara umum komplek makam tokoh utamanya (Sunan
Sendang) berada di halaman III (paling belakang).

Makam Sunan Sendang (Raden Noer
Rachmat) diambil oleh peneliti tanggal 3
Desember 2015

1. Halaman I
Halaman ini dibagi lagi menjadi dua halaman yang lebih kecil dengan
sebuah lorong yang berpagar di sisi kanan-kirinya. Berdasarkan peta dalam
buku Islamic Antiquities of Sendang Duwur (1975), dihalaman ini terdapat
tiga buah bangunan pintu gerbang. Ketiga pintu gerbang tersebut adalah pintu
gerbang G sebagai jalan masuk ke halaman I lainnya, pintu gerbang F sebagai
jalan masuk ke halaman I, dan pintu gerbang E sebagai jalan masuk ke
halaman II.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

a. Pintu Gerbang G
Pintu gerbang ini menghadap ke Timur berbentuk candi bentar dan
berbahan batu putih. Sebenarnya didepan pintu gerbang ini ada halaman
yang tampaknya dahulu dihiasi oleh pagar yang sekarang hanya tinggal
pondasinya saja, dengan pintu gerbang kecil bentuk candi bentar
berbahan bata merah.
b. Pintu Gerbang F
Pintu gerbang ini menghadap ke selatan berbentuk paduraksa terbuat dari
bahan batu putih sebagai jalan masuk ke halaman I lainnya.
c. Pintu Gerbang E
Pintu gerbang ini menghadap ke timur berbentuk paduraksa terbuat dari
bahan batu putih, sebagai jalan menuju sebuah lorong di halaman II.
2. Halaman II
Halaman II ini yakni komplek makam Sunan Sendang yang di sekat-sekat
lagi menjadi beberapa halaman yang lebih kecil, dibatasi oleh pagar dengan
pintu gerbang sebagai jalan masuk. Di halaman ini ada dua pintu gerbang
yang menarik untuk dibahas yaitu gerbang D dan pintu gerbang B.
a. Pintu Gerbang D
Pintu gerbang ini menghadap ke utara berbentuk candi bentar terbuat dari
batu putih, sebagai jalan masuk menuju ke komplek masjid
Sendangduwur dari sebuah lorong di halaman II.
b. Pintu Gerbang G

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Sebelum sampai ke pintu gerbang B, harus melalui beberapa sekat
halaman yang lebih kecil dibatasi pagar dengan pintu masuknya. Dari
lorong di sisi Timur halaman II pintu masuk berupa pilar pembatas pagar
yang di atasnya ada hiasan kemuncak berbentuk ratna, sebagai jalan
masuk ke bagian halaman II yang lain. Di sisi barat halaman ini ada
bangunan yang berhimpitan dengan pagar di sebeah barat.
c. Halaman III
Halaman ini tepatnya berada disekitar sisi barat dari masjid
Sendangduwur. Di halaman ini terdapat makam tokoh utama yakni
makam Sunan Sendang (Raden Noer Rachmat) pendiri pertama masjid
Sendangduwur.
d. Halaman IV
Halaman ini sebagian besar berada di sebelah selatan masjid
Sendangduwur. Untuk masuk ke halaman ini dapat melewati jalan sempit
diantara tumpuan batu yang memisahkan halaman IV dengan halaman II
dan halaman III yang ada di sebelah barat masjid Sendangduwur.
Halaman ini juga dapat dimasuki melalui pintu gerbang C yang ada di
sisi selatan. Halaman ini juga disekat-sekat dengan pagar yang terbuat
dari bata merah. Pada pagar dinding ini terdapat pilar-pilar yang
diatasnya terdapat bentuk candi laras yang kelihatan sederhana.
e. Pintu Gerbang C
Pintu gerbang ini menghadap ke selatan berbentuk candi terbuat dari bata
putih. Arsitekturnya hampir mirip dengan pintu gerbang G dan pintu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

gerbang D disebelah utara masjid, yaitu terdiri dari bagian kaki, tubuh,
dan atap. Bagian kakinya terdiri dari tiga lapis bidang makin mengecil ke
depan, dengan permukaan paling depan berbentuk cembung.

C. Arsitektur Masjid dan Makam Sunan Sendang
Arsitektur merupakan bagian sistem budaya serta sistem tata nilai suatu
masyarakat, ia adalah cerminan tata nilai yang berwujud bangunan dan strukturstruktur yang ada. Pribadi yang arsitek adalah sebagai perekam tata nilai
masyarakat sekitarnya, yang kemudian kembali ke dalam bentuk atau struktur
ciptaannya. Hasil karyanya akan turut serta mengembangkan tata nilai yang ada,
begitulah suatu proses yang berlangsung terus menerus dengan hasil tata nilai
masyarakat yang semakin meningkat.5
Arsitektur sebagai hasil karya manusia, dipengaruhi antara lain oleh
keadaan geografis, geologis, dan iklim. Ketiga hal ini membantu secara fisik
penjelmaan

bentuk

arsitektur.

Sedangkan

keadaan

keagamaan

dan

kemasyarakatan, turut serta menentukan taraf peradaban. Semua segi tersebut
saling menjalin, yang terkenal dengan sejrah, termasuk perkembangan politik dan
ketatanegaraan.
Dalam menilai dan mengerti suatu gaya bentuk arsitektur dari zaman
lampau sama halnya seperti menilai dan mengerti peninggalan-peninggalan
benda-benda kesian lainnya dengan masalah-masalahnya. Kadangkala memang
jelas karena petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan cukup banyak. Baik secara
5

Syafwandi, Menara Mesjid Kudus dalam Tinjauan Sejarah Dan Arsitertur (Jakara: PT Bulan
Bintang, 1985) 49.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

langsung yang terdapat pada bangunan itu sendiri, maupun secara tak langsung,
dengan memulai penelaahan terhadap bidang arkeologi sastra, bahasa, antroplogi,
dan lain-lain. Tetapi sering pula ada peninggalan-peninggalan yang lepas dari
konteks. Sehingga sulit sekali memahami maksud dan tujuan, serta untuk
mengetahui kapan dan siapa pendiri suatu bangunan. Tentu saja ini disebabkan
petunjuk-petunjuk yang diperlakukan tidak lengkap atau musnah dimakan waktu,
atau pun memang tak pernah ada. Oleh karena itu tinjauan arsitekturpun akan
cenderung menimbulkan penafsiran yang berbeda.
Arsitektur sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni architekton, yang
terbentuk dari dua kata arkhe dan tektoon. Arkhe berarti asli, awal, utama, otentik,
sedangkan tektoon berarati berdiri stabil, kokoh, stabil statis. Jadi architekton
adalah pembangunan utama atau bisa juga bisa berarti tukang ahli bangunan. Di
pihak Forrest Wilson dalam bukunya Struktur dan Essensi Arsitektur, berpendapat
bahwa arsitektur adalah seni bangunan. Kemudian ia memperinci lagi dalam arti
luas, bahwa arsitektur adalah suati seni yang logis, dan kelogisan tersebut terdapat
pada prinsip-prinsip struktur. Dari keterangan diatas bisa diambil kesimpulan
bahwa arsitektur dalam pengertian umum adalah tata ruang waktu dari lingkungan
hidup manusia, individu maupun berkelompok.6

6

Ibid., 50.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Babakan sejarah arsitektur Indonesia menurut Djauhari Sumintardja adalah
sebagai berikut:
1. Rumah tradisional
Istilah rumah tradisional dapat diartikan sebuah rumah yang dibangun dan
digunakan dengan cara yang sama sejak beberapa generasi. Suatu hal menarik
dari ciri rumah tradisional adalah peninggalan lantai seperti di Aceh,
Minangkabau dan lain-lain. Ciri lainnya adalah dari segi konstruksi yang
dibangun dengan olong atau tiang yang tinggi. Sehingga kolong rumah dapat
dimanfaatkan sebagai tempat menympan barang misalnya.7
2. Arsitektur Hindu
Arsitektutr masa kebudayaan Hindu adalah sejumlah arsitektur dari zaman
dan tempat dari suatu lingkungan masyarakat Hindu. Istilah baru untuk
kebudayaan Indonesia-Hindu adalah kebudayaan kejayaan nasional.
Ciri terpenting dari perkembangan suatu bangunan dalam kebudayaan
Hindu, dalil-dalilnya tersusun dalam kitab keagamaan slipa sastra. Tentang
bagaimana cara penerapan dalil-dalil itu ke dalam iklim Indonesia, masih
belum tetap jelas. Contoh yang nyata tentang arsitektur Hindu antara lain
yakni yang akan dibahas pada pembahasan ini adalah arsitektur pada situs
peninggalan Sunan Sendang yang tepatnya ada dua yakni Masjid
Sendangduwur dan Makam Sunan Sendang itu sendiri. Pada kedua
peninggalan itu terdapa