HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PERILAKU ADAPTIVE HELP SEEKING SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA.

(1)

DALAM BELAJAR MATEMATIKA KELAS XI

DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

Nia Hasti Yuniaty

NIM. D74211063

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JANUARI 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ii

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN

PERILAKUADAPTIVE HELP SEEKING SISWA DALAM BELAJAR

MATEMATIKA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

Oleh:

NIA HASTI YUNIATY ABSTRAK

Inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar dalam mencapai tujuan. Pencapaian tujuan tersebut diperlukan perubahan energi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang disebut motivasi. Proses dalam mencapai tujuan siswa juga memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Siswa akan mencari bantuan untuk mengatasi hal tersebut. Mencari bantuan yang dilakukan ketika benar-benar membutuhkan disebut perilaku adaptive help seeking. Penelitian ini akan membahas tentang hubungan motivasi belajar matematika dengan perilaku adaptive help seeking siswa dalam belajar matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan adaptive help seeking matematika siswa, serta mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku adative help seeking siswa dalam belajar matematika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. Sampelnya adalah siswa kelas XI. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan skala Likert. Teknik analisis data menggunakan analisis statistika non parametrik dengan teknik korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku adaptive help seeking siswa.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) tingkat motivasi belajar siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Gadung dalam tingkat kategori baik dengan rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 72,20 dan terletak pada interval 71,00-85,00 , 2) tingkat perilaku adaptive hselp seeking siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Gadung dalam tingkat kategori sedang dengan rata-ratanya sebesar 63,00 dan terletak pada interval 52,00-67,00, 3) besarnya hubungan motivasi belajar dengan perilaku adaptive help seeking menggunakan analisis korelasi Spearman Rank didapatkan nilai korelasi sebesar 0,64 karena ℎ� �� (0,64) > �� (0,364) sehingga menunjukkan adanya hubungan positif dan untuk uji signifikansi pada korelasi tersebut didapatkan nilai ℎ� ��sebesar 6,4.

ℎ� �� (6,4) ≥ ��(1,96), maka hubungan keduanya adalah signifikan.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Asumsi Penelitian ... 6

F. Definisi Istilah ... 6

G. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Motivasi Belajar ... 9

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 9

2. Macam-Macam Motivasi ... 13

3. Peranan Motivasi Dalam Belajar ... 14

4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 15

5. Fungsi Motivasi Belajar ... 18

6. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar ... 19

B. Perilaku Adaptive Help Seeking ... 22

1. Pengertian Perilaku Adaptive Help Seeking ... 24

2. Ciri-Ciri Perilaku Adaptive Help Seeking ... 26

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Mencari Bantuan dalam Belajar Matematika ... 32


(7)

v

C. Hubungan Motivasi Belajar dengan Perilaku Adaptive

Help Seeking ... 35

D. Belajar Matematika ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Hipotesis ... 40

F. Data dan Sumber Data ... 40

G. Prosedur Penelitian ... 41

H. Teknik Pengumpulan Data ... 42

I. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51

1. Uji Validitas Alat Ukur ... 51

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 65

B. Analisis Data 1. Data Motivasi Belajar Matematika Kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Surabaya ... 68

2. Data Perilaku Adaptive Help Seeking Kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Surabaya ... 70

3. Analisis Hubungan Motivasi Belajar Matematika dengan Perilaku Adaptive Help Seeking Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Surabaya ... 73

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 83

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk itu matematika diajarkan ke semua jenjang pendidikan sehingga dapat meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, karena matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya1.

Siswa berperan sebagai subjek dan objek dari kegiatan dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan. Pencapaian tujuan tersebut searah dengan Permendikbud No 69 tahun 2013, bahwa matematika dipelajari disetiap jenjang pendidikan bertujuan2: (1) menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya; (2) menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia; (3) memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah; (4) mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret

1 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 253.

2 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013, (Jakarta: Depdikbud,2013), 92.


(9)

dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Proses untuk mencapai tujuan tersebut siswa memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Cepat atau lambat siswa pasti akan mengalami kesenjangan antara tugas dan kemampuannya. Kesenjangan belajar diartikan sebagai suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar3. Kesenjangan tersebut melahirkan kegagalan yang akan menghambat proses penyelesaian masalah karena4 : (1) peserta didik tidak dapat menangkap konsep dengan benar; (2) peserta didik tidak menangkap arti dari lambang-lambang; (3) Peserta didik tidak memahami asal-usulnya suatu prinsip; (4) peserta didik tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur; (5) pengetahuan peserta didik tidak lengkap.

Siswa diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam proses belajar yang tercermin melalui pengajuan pertanyaan dan mengemukakan pendapat permasalahan yang dialaminya kepada orang lain. Siswa dapat menggunakan orang lain untuk membantu menyelesaikan permasalahan matematika. Hal ini merupakan perilaku dimana siswa mencari bantuan terhadap orang lain yang dapat memberikan bantuan terhadap permasalahnnya.

Menurut Butler, terdapat tiga macam perilaku mencari bantuan yang biasa digunakan siswa ketika mereka menghadapi kesulitan belajar matematika5. Pertama, perilaku Adaptive Help-Seeking (perilaku meminta bantuan adaptif) yaitu perilaku mencari bantuan yang dilakukan ketika siswa benar-benar membutuhkan bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar secara independen. Contohnya meminta petunjuk peyelesaian, prinsip-prinsip yang mengacu pada pemecahan masalah, Kedua, Executive Help Seeking (perilaku mencari bantuan eksekutif) yaitu perilaku mencari bantuan yang sering dilakukan siswa, meskipun mereka tidak memerlukannya dan cenderung meminta bantuan daripada petunjuk. Contohnya, meminta jawaban, meminta orang lain memecahkan masalah tanpa mencoba memcahkan sendiri terlebih dahulu. Ketiga, Avoidance

3 Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 201.

4 Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), 154.

5


(10)

convert help seeking (perilaku mencari bantuan tertutup) yaitu perilaku mencari bantuan yang dilakukan secara tertutup untuk menutupi ketidakmampuannya. Contohnya, menyalin jawaban teman, mencari penjelasan dalam buku-buku, dan mencontek.

Aktivitas mencari bantuan dalam belajar matematika pada siswa merupakan proses interaksi sosial antara siswa dengan orang lain guna memperoleh solusi bagi permasalahannya. Siswa yang dapat memanfaatkan lingkungannya dengan baik ketika menemukan kesulitan dalam belajar matematika, siswa akan meminta bantuan secara adaptive kepada guru ataupun kepada teman untuk membantu menyelesaikan atau memecahkan masalah yang dialaminya melaui proses. Bentuk perilaku mencari bantuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah perilaku mencari bantuan adaptif.

Selain perilaku adaptive help seeking, untuk mencapai tujuan belajar yang sesuai dengan Permendikbud No 69 tahun 2013 diatas, motivasi belajar siswa juga sangat berpengaruh. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan6. Motivasi ini akan dirangsang karena adanya tujuan sehingga motivasi merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Ketika siswa mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka siswa tersebut mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan. Motivasi yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai kesuksesan walaupun berbagai kesulitan menghadang7.

Motivasi berasal dari dalam diri seseorang yang disebut “motivasi intrinsik” maupun motivasi dari luar diri seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik”8

. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri seseorang yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Apabila seseorang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka ia akan melakukan kegiatan yang tidak memerlukan

6 Sadiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 73.

7 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogjakarta: Java Litera, 2011), 115.

8


(11)

motivasi dari luar dirinya. Jika seseorang tidak memiliki motivasi intrinsik maka diperlukan motivasi ekstrinsik yang akan membantunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari luar diri seseorang. Misalnya untuk mencapai nilai tertinggi, diploma, gelar, hadiah dan lain sebagianya.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik memiliki semangat belajar yang kuat karena dia belajar bukan karena ingin mendapatkan nilai tinggi, pujian atau hadiah dari orang lain, melainkan karena ingin mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Tanpa diberikan janji atau perintah anak akan rajin belajar sendiri. Berbeda dengan motivasi ekstrinsik yang memerlukan dorongan dari luar. Apabila terdapat kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ektrinsik dapat mengakibatkan fungsi motivasi ektrinsik yang semula sebagai pendorong akan berubah menjadi kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu dari luar dirinya. Hal itu dapat menyebabkan malas belajar.

Seperti halnya dalam pembelajaran matematika. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik sadar bahwa matematika merupakan ilmu yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan belajar dengan rajin dan penuh rasa senang. Sedangkan motivasi ektrinsik biasa diberikan oleh lingkungan sekitar misalnya pemberian hadiah dari guru maupun orang tua, dan kompetisi nilai tertinggi antara teman kelas.

Motivasi memiliki beberapa pengaruh terhadap pembelajaran dan perilaku siswa yaitu9: (1) Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu; (2) Motivasi meningkatkan usaha dan energi; (3) Motivasi meningkatkan prakarsa (inisiasi) kegigihan terhadap berbagai aktivitas; (4) Motivasi mempengaruhi proses-proses kognitif; (5) Motivasi menentukan konsekuensi mana yang memberi penguatan dan mana yang menghukum; (6) Motivasi sering meningkatkan performa.

Dari latar belakang di atas, terlihat bahwa di dalam proses untuk mencapai tujuan belajar, siswa pasti akan mengalami kesulitan belajar yang dapat diatasi dengan salah satu cara yakni perilaku adaptive help seeking. Selain itu untuk mencapai tujuan belajar juga dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Perilaku

9


(12)

adaptive help seeking dan motivasi, keduanya diperlukan untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh karena itu peneliti menginginkan mengadakan penelitian untuk dapat mengetahui adakah hubungan antara motivasi belajar matematika dengan perilaku adaptive help seeking siswa dalam belajar matematika dengan mengambil judul

“Hubungan Motivasi Belajar dengan Perilaku Adaptive Help

Seeking Siswa dalam Belajar Matematika Kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat motivasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya?

2. Bagaimana tingkat perilaku adaptive help seeking matematika siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya?

3. Adakah hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku adative help seeking dalam belajar matematika kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dibahas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat motivasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya.

2. Mengetahui tingkat perilaku adaptive help seeking matematika siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya.

3. Mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku adative help seeking siswa dalam belajar matematika kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki banyak manfaat, antara lain:

1. Bagi peneliti : memperoleh pengalaman mengenai hubungan antara motivasi belajar dengan adaptive help seeking matematika siswa.


(13)

2. Bagi guru : memberi pengalaman bahwa pentingnya motivasi belajar dan perilaku mencari bantuan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Bagi siswa : dapat menumbuhkan motivasi dan kesadaran siswa untuk mengembangkan pengetahuannya dengan meminta bantuan adaptif dalam belajar matematika

E. Asumsi Penelitian

Asumsi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) responden yang paling mengetahui tentang dirinya dan pengalamannya sendiri, bahwa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah benar; 2) penafsiran subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti; 3) Dengan tidak mencantumkan nama responden pada angket dan membuat pertanyaan favorabel dan unfavorabel maka siswa akan menjawab dengan benar sesuai dengan dirinya.

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadi salah penafsiran dari penulisan, maka peneliti mendefinisikan beberapa istilah, diantarnya yaitu: 1. Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang ditandai dengan aktivitas nyata berupa kegiatan fisik dan menimbulkan perasaan.

2. Belajar

Belajar adalah suatu proses aktivitas seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman berupa praktek maupun latihan dalam interaksi dengan lingkungannya.

3. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan

4. Perilaku


(14)

5. Adaptive Help Seeking

Adaptive help seeking adalah salah satu bentuk regulasi diri yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar dengan memanfaatkan orang lain (dengan cara meminta bantuan belajar secara adaptif).

6. Belajar matematika

Belajar matematika merupakan suatu proses aktivitas seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman berupa praktek maupun latihan dalam interaksi dengan lingkungannya terhadap bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak beserta hubungannya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mudah dan jelas, maka dalam skripsi ini akan diuraikan pembahasan pada masing-masing bab sebagai berikut:

BAB I : pendahuluan yang didalamnya mengulas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, batasan penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan.

BAB II : kajian pustaka yang membahas tentang motivasi belajar, perilaku adaptive help seeking, dan belajar matematika

BAB III : metode penelitian yang berisi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel, variabel, hipotesis, data dan sumber data, prosedur, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. BAB IV : hasil dan pembahasan yang berisi tentang analisa

data yang disajikan dengan topik sesuai dengan pernyataan-pernyataan penelirian dan hasil analisis data. Pembahasan yang berisi tentang gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori,kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan penelitian terhadap teori-teori, selain itu dibahas pula penafsiran dan penjelasan dari temuan/teori yang diungkap di lapangan.


(15)

BAB V : berisi tetang kesimpulan temuan pokok berdasarkan permasalahan penelitian yang diteliti. Saran yang berisi tentang implikasi, tindak lanjut penelitian dan saran-saran atau rekomendasi yang diajukan untuk melanjutkan penelitian.


(16)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Tentang Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar

Terdapat beragam definisi motivasi yang pada dasarnya memiliki arti yang identik. Di bawah ini disajikan beberapa definisi motivasi antara lain:

a. Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu1.

b. Menurut Mc.Donald dalam buku Syaiful Bahri mengatakan bahwa, motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticioatory goal reaction2. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

c. Menurut Oemar Hamalik, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik3.

d. Menurut Slameto motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,

1 Sadiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 73.

2 Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 114. 3 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992), 173.


(17)

sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya4.

Dari beberapa definisi tentang motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang ditandai dengan aktivitas nyata berupa kegiatan fisik dan menimbulkan perasaan.

Sedangkan definisi belajar, juga terdapat beberapa definisi dari beberapa para ahli. Beberapa definisi tersebut antara lain5:

a. Menurut James O.Whittaker, belajar merupakan proses di mana tingkah laku diimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

b. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. c. Howard L.Kingskey mengatakan bahwa learning is a process by which behavior (in the boarder sence) is o10riginated or change through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

d. Menurut Drs. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

4 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 58.


(18)

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Beberapa definisi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman berupa praktek maupun latihan dalam interaksi dengan lingkungannya.

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar yaitu6: (1) perubahan yang terjadi secara sadar; (2) perubahan dalam belajar bersifat fungsional; (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Seseorang atau individu akan memulai belajar manakala ia tidak dapat memenuhi kebutuhan yang timbul pada dirinya7. Contohnya ketika seorang anak yang belajar membaca. Pada mulanya anak itu tidak dapat membaca, kemudian seiring bertambahnya usia anak tersebut harus dapat membaca secara mandiri sehingga anak itu harus belajar membaca. Dengan kata lain, proses belajar menciptakan adanya kualitas status kemampuan pada seseorang yang telah melakukan belajar8.

6 Saiful Bahri, Op. Cit., halaman 15.

7 Purwa Atmaja, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 231.


(19)

Pengertian motivasi dan belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatanbelajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan. Hal ini sesuai dengan beberapa definisi belajar sebagai berikut:

a. Frederick J.Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.9

b. Definisi belajar menurut Skinner yang diungkapkan oleh Bimo Walgito adalah “Learning is a process of progressive behavior adaptation” belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adalah adanya sifat progresifitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya.10

c. Clifford T Morgan yang dikutip oleh Mustaqim mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.11

2. Macam-Macam Motivasi

9 Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta: bumi Aksara, 2004), 39.

10 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum Edisi V, (Yogyakarta: Andi, 2005), 184.

11Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, 2009), 39.


(20)

Terdapat dua macam motivasi, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik12.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam setiap diri seseorang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan Tabrani Rusyan mendefinisikan motivasi interinsik adalah dorongan untuk mencapai tujuan-yujuan yang terletak didalam perbuatan belajar13. Jenis motivasi ini menurur Uzer Usman timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.14

Beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang dari diri sendiri yang akan secara sadar melakukan suatu kegiatan dengan tujuan esensial yang tidak memerlukan dorongan dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

12 Saiful Bahri, Op. Cit., halaman 115.

13 Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Remaja Rosdakarya,2009), 95.

14 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT: Remaja Rosdakatya, 2002), 29.


(21)

Motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang timbul dari luar diri seseroang. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu bahwa besok akan diadakan ujian dengan harapan akan mndapat nilai baik dan mendapat pujian dari orang lain. Motivasi ekstrinsik ini diperlukan ketika seseorang tidak mempunyai motivasi intrinsik dalam dirinya. Ia memerlukan dorongan dari luar yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar mengajar, tidak semua materi pelajaran akan dapat menarik minat siswa. Untuk itu motivasi terhadap proses pembelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar.15

3. Peranan Motivasi dalam Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu termasuk yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran sebagai berikut.16 a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat

belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

15 Oemar Hamalik, Op.Cit, halaman 163

16 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 28.


(22)

b. Memperjelas tujuan belajar.

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Menentukan ketekunan belajar.

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampaklah motivasi belajar sehingga menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila seseroang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar.

4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam maupun dari luar diri yang sering disebut motivasi. Syaiful Bahri menguraikan beberapa prinsip motivasi dalam belajar, sebagai berikut.17

a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah yang bertindak sebagai dasar penggerak seseorang untuk


(23)

terdorong melakukan sesuatu dalam hal ini adalah belajar. Seseorang yang memiliki minat untuk belajar belum sampai ke tahap motivasi karena minat merupakan kecenderungan psikologis yang hanya menyenangi sesuatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Sedangkan orang yang mempunyai motivasi akan terdorong untuk melakukan suatu aktivitas nyata. Motivasi merupakan penggerak yang mendorong aktivitas belajar siswa.

b. Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar

Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dalam pengajaran karena dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Namun terdapat juga efek dari motivasi ekstrinsik yang negatif yaitu kecenderungan ketergantungan siswa terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Seperti, kurangnya percaya diri, mental pengharapan dan mudah terpengaruh. Sedangkan anak yang memiliki motivasi intrinsik, tanpa diberi janji yang muluk-muluk pun siswa akan rajin belajar sendiri. Karena ia memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, motivasi itrinsic lebih utama dalam belajar.

c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun juga. Dengan memuji, maka akan memberikan penghargaan atas prestasi seseorang. Hal ini akan memberikan semangat orang tersebut untuk lebih meningkatkan prestasinya. Namun


(24)

hukuman juga perlu diberikan kepada siswa dengan tujuan memberhentikan perilaku negative anak didik. Hukuman yang diberikan bukan hukuman yang bersifat kekerasan, melainkan hukuman yang mendidik.

d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar

Kebutuhan siswa adalah keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Untuk itu siswa akan belajar. Dengan menguasai pelajaran maka ia akan percaya diri, merasa berguna dan dikagumi oleh guru atau temannya. Guru dapat memancing semangat belajar siswa tersebut dengan memanfaatkan kebutuhan tersebut.

e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar Siswa yang memiliki motivasi dalam belajarnya akan dapat menyelesaikan setiap pekerjaannya dengan percaya diri. Ia yakin bahwa belajar bukanlah hal yang sia-sia, hasilnya akan berguna dimasa sekarang maupun yang akan dating.

f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar

Motivasi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini sering diteliti dalam suatu penelitian. Indikator baik buruknya prestasi belajar siswa adalah tinggi rendahnya motivasi siswa.


(25)

5. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi berfungsi mengarahkan dan mengatur tingkah laku, penyeleksi tingkah laku, serta sumber energi dan menahan tingkah laku. Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ektrinsik sama-sama mempunyai fungsi tersebut. Berikut penjelasan dari fungsi motivasi belajar.18

a. Motivasi bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku

Tingkah laku individu dikatakan bermotivasi jika bergerak menuju kearah tertentu. Motivasi dipastikan memiliki tujuan tertentu, mengandung ketekunan dan kegigihan dalam bertindak.

b. Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku

Motivasi yang dipunyai atau terdapat pada diri individu membuat individu yang bersangkutan bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang terpilih yang telah diniatkan individu tersebut. Sebagai contoh, seoarang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ingin lulus ujian sekolahnya menyeleksi cara-cara yang menurutnya dianggap tepat untuk dapat mencapai tujuannya, yaitu lulus ujian akhir sekolah. c. Motivasi sebagai sumber energi

Motivasi diketahui sebagai daya dorong dan peningkatan tenaga sehingga terjadi perbuatan yang nyata. Motivasi juga mempunyai fungsi untuk mempertahankan agar perbuatan atau minat dapat berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.

18 Purwa Atmaja, Op. Cit, halaman 321-322


(26)

6. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong anak didik tekun belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan apabila ada di antara anak didik yang kurang memiliki minat dalam pelajaran. Seorang guru harus dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan minat anak didik dalam belajar.

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut19:

a. Memberi angka

Angka yang dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik lebih giat belajar.

b. Hadiah

Pemberian hadiah dapat berbentuk buku-buku tulis, pensil, bulpon, dan buku-buku bacaan lain yang dibungkus dengan rapi. Dengan cara seperti itu anak didik akan termotivasi untuk belajar dan medapatkan hadiah tersebut. Dan tidak menutup kemungkinan akan mendorong anak didik lainnya untuk ikud berkompetisi dalam belajar

c. Kompetisi

19 Syaiful Bahri, Op. Cit, halaman 125


(27)

Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Kompetisi yang dimaksudkan adalah kompetisi yang sehat. Peran guru sebagai fasilitator dan anak didik belajar secara aktif di dalam kelas. d. Keterlibatan Ego

Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, merupakan salah satu bentu motivasi yang cukup penting. Contohnya perilaku mencontek, merupakan bentuk ketidaksadaran anak didik terhadap pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan.

e. Memberi Ulangan

Ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun, apabila ulangan dilakukan secara terus-menerus akan membosankan bagi anak didik. Untuk itu ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan tekni dan strategi yang sistematis dan terencana.

f. Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil belajar, anak didik akan berusaha untuk mempertahankan jika mengetahui hasil belajarnya tinggi dan akan berusaha memperbaikinya jika mengetahui hasil belajarnya rendah.


(28)

Pujian dapat diberikan kepada anak didik sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat atau bertentangan dengan hasil kerja anak didik. Pujian ini akan dapat membesarkan jiwa seseorang dan menimbulkan semangat untuk lebih belajar lagi.

h. Hukuman

Seseorang tidak ada yang ingin di hukum. Oleh karena itu ia akan melakukan sesuatu untuk tidak terkena hukuman. Hukuman diberikan guru dalam konteks mendidik seperti memberikan hukuman berupa membersihkan kelas, membuat resume, menghafal, atau apa saja dengan tujuan mendidik.

i. Hasrat untuk Belajar

Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang terdapat di dalam diri anak didik. Namun, potensi ini harus didukung dengan lingkungan belajar. Karena hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya.

j. Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya

k. Tujuan yang diakui

Sebaiknya guru memberitahu kepada anak didik tentang tujuan pengajarannya. Dengan mengetahui


(29)

tujuan dari pembelajaran, perilaku anak didik jelas dan terarah tanpa ada penyimpangan yang berarti.

B. Perilaku Adaptive Help Seeking

Sebelum membahas tentang perilaku adaptive help seeking sebaiknya perlu untuk mengetahui pengertian mencari bantuan. Mencari bantuan merupakan salah satu bentuk regulasi diri yang dilakukan siswa untuk mengatasi kesulitan dalam belajar matematika dengan cara memanfaatkan orang lain20. Ada tiga macam perilaku mencari bantuan yang biasa digunaan siswa ketika menghadapi kesulitan belajar matematika yaitu perilaku mencari bantuan adaptif (adaptive help seeking), perilaku mencari bantuan eksekutif (executive help seeking), perilaku mencari bantuan tertutup (avoidance convert help seeking).

Perilaku mencari bantuan adaptif terjadi ketika siswa benar-benar membutuhkan yaitu ketika mereka tidak dapat lagi memecahkan masalah mereka sendirian. Mereka cenderung meminta petunjuk atau klarifikasi strategi daripada meminta jawaban.

Perilaku mencari bantuan eksekutif terjadi ketika siswa sering meminta bantuan, meskipun mereka tidak membutuhkan dan cenderung meminta jawaban daripada petunjuk. Perilaku ini meminta orang lain menyelesaikan masalah daripada mencoba menyelesaikan masalah sendiri.

20 Yuli Darwati, Adaptive Help-Seeking (Panduan bagi Guru untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika), (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 39.


(30)

Perilaku mencari bantuan tertutup terjadi ketika siswa menghindari perilaku mencari bantuan terbuka, dan cenderung mencari bantuan tertutup, seperti menyalin jawaban teman, atau mencari bantuan dari buku-buku teks dan menyontek. Hal ini dilakukan untuk menutupi ketidakmampuannya. Secara ringkas ketiga macam perilaku mencari bantuan tersebut terangkum dalam tabel berikut.

Tabel 2.1

Indikator-Indikator Pola Mencari Bantuan dalam Matematika

Indikator Mencari Bantuan Adaptif

Mencari Bantuan Eksekutif

Mencari Bantuan Tertutup

Tujuan Meningkatkan

kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara indpenden.

Memperoleh kelengkapan tugas dengan segera.

Menutupi ketidakmampuan.

Bentuk a) Mencari

bantuan ketika benar-benar membutuhkan bantuan. b) Mencari

bentuan yang berkaitan dengan proses

a) Mencari bantuan ketika belum membutuhka n.

b) Meminta jawaban

a) Menghindari mencari bantuan terbuka. b) Mencari bantuan tertutup


(31)

Dari ketiga bentuk perilaku mencari bantuan tersebut yang menunjukkan regulasi diri yang baik adalah perilaku adaptive help seeking. Karena siswa yang meminta bantuan secara adaptif hanya akan meminta bantuan ketika benar-benar membutuhkan bantuan, serta bantuan yang dimaksudkan berupa proses penyelesaian. Hal ini perlu dimiliki oleh siswa.Oleh sebab itu dalam kajian pustaka ini akan membahas dengan lengkap tentang variabel penelitian saja yaitu perilaku adaptive help seeking.

1. Pengertian Perilaku Adaptive Help Seeking

Dalam kamus lengkap psikologi pengertian adaptive behavior (perilaku adaptif) diartikan sebagai tingkah laku yang membantu seseorang untuk melakukan interaksi lebih efektif dengan lingkungan sekitarnya21. Menurut Ryan dan Pintrich dalam jurnal Anita, perilaku mencari bantuan akademik merupakan usaha individu menggunakan orang lain sebagai sumber untuk mengatasi ketidakjelasan dan kesulitan dalam proses belajar22.

Jadi perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika adalah salah satu bentuk regulasi diri yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar matematika dengan memanfaatkan orang lain (dengan cara meminta bantuan belajar secara adaptif)23. Mereka yang memiliki perilaku adaptive help-seeking cenderung meminta

21 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi terjemah Kartini Kartono, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 11.

22 Anita Mursydawati., Hubungan Antara Regulasi Diri Dalam Belajar Dengan Perilaku Mencari Bantuan Akademik Dalam Pelajaran Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Semarang, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2010), 4.


(32)

petunjuk atau klarifikasi strategi dari pada meminta jawaban. Tujuan mencari bantuan adaptif adalah menghasilkan perbaikan kemampuan (kompetensi) untuk menyelesaikan (memecahkan) masalah secara independen24.

Perilaku mencari bantuan terjadi karena siswa benar-benar membutuhkan yaituketika tidak dapat lagi memecahkan masalah mereka sendirian. Mereka cenderungmeminta petunjuk atau klarifikasi strategi daripada meminta jawaban25.Mencari bantuan dapat mencegah kemungkinan kegagalan, mempertahankan keterlibatan, menyebabkan tugas sukses, dan meningkatkan kemungkinan penguasaan jangka panjang dan belajar otonom26.

Terdapat beberapa kompetensi yang diperlukan untuk mencari bantuan adaptif menurut Newman27: a. Kompetensi kognitif, yaitu mengetahui kapan bantuan

diperlukan, mengetahui bahwa orang laindapat membantu, mengetahui bagaimana mengajukan pertanyaan yang tepat dan menghasilkan apa diperlukan.

b. Kompetensi sosial, yaitu mengetahui siapa yang orang terbaik untuk pendekatan untuk bantuan, mengetahui

24 Yuli Darwati, Op. Cit. halaman 20

25 Bembenutzy, Self regulated learning: New directions for teaching and learning, (San Francisco: Wiley, 2011), 53.

26Richard S. Newman. “How Self Regulated Learners Cope with Academic Difficulty: The Role of Adaptive Help Seeking”. Theory Into Practice.41:2, (Spring 2002). 132


(33)

bagaimana melaksanakan permohonan bantuan secara sosial yang sesuai.

c. Motivasi sumber daya pribadi, yaitu tujuan pribadi, kepercayaan diri, dan perasaan berhubungan dengan toleransi untuk kesulitan tugas, kesediaan mengungkapkan kebutuhan untuk bantuan kepada orang lain

d. Sumber motivasi kontekstual, yaitu faktor kelas seperti tujuan, grading sistem, aktivitas-aktivitas kolaboratif, interaksi siswa dan guru.

Keempat kompetensi untuk mencari bantuan adaptif menurut Newman tersebut akan peneliti gunkanan sebagai acuan indikator pembuatan instrumen angket perilaku adaptive help seeking yang juga berhubungan dengan ciri-ciri perilaku adaptive help seeking siswa yang akan dibahas dibawah ini.

2. Ciri-ciri Perilaku Adaptive Help Seeking

Dari penjelasan uraian tentang pengetian perilaku adaptive help seeking, terdapat beberapa ciri-ciri perilau adaptive help seeking sebagai berikut:

a. Tujuan dari perilaku adaptive help seeking adalah meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (matematika) secara independen.

Kompetensi/kemampuan dasar matematika menurut Asep Jihad adalah meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan


(34)

komunikasi matematika28. Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam satu situasi baru atau situasi yang berbeda29.

Pemecahan masalah tersebut dibagi menjadi dua ranah yaitu30:

1) Sebagai pendekatan pembelajaran, digunakan untuk menemukan dan memahami materi/konsep matematik.

2) Sebagai tujuan agar peserta didik dapat:

a) Merumuskan masalah dari situasi sehari-hari dan matematik

b) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis atau masalah baru) dalam atau diluar matematika

c) Manjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal

d) Menyusun model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah nyata e) Menggunakan matematika secara bermakna Selain kompetensi dalam menyelesaikan masalah, tujuan perilaku adaptive help seeking adalah sikap independen dalam menyelesaikan masalah. Dalam Kamus Lengkap Psikologi,

28 Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2008), 168

29 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 254.


(35)

Independen (independence) diartikan sebagai suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri31. Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangisuatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikansesuatu yang menyenangkan bagi orang lain32. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan33. Untuk itu diharapkan peserta didik dapat menyelesaikan masalah secara mandiri stelah mendapatkan pengalaman yang diperoleh dari meminta bantuan adaptif dalam belajar matematika.

Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster yang dikutip oleh Nur Gufron dan Rini Risnawati menyebutkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri yang positif adalah yang disebutkan dibawah ini34:

1) Keyakinan Kemampuan Diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positifseseorang tentang dirinya. Ia mampu secara sungguh akan apayang dilakukannya.

31 JP Chalin, Op. Cit, halaman 243.

32 Naylatul Jazilah, Skripsi :“Pengaruh Perilaku Adaptive Help Seeking dalam Belajar Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun pelajaran 2010/2011”, (Semarang: IAIN Walisongo, 2011), 22.

33 Aunur Rahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), 184. 34 Nur Gufron Rini Risnawati, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 36.


(36)

2) Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorangyang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala haltentang diri dan kemampuannya.

3) Objektif

Orang yang memandang permasalahan atau sesuatusesuai dengan kebenaran yang semestinya. Bukan menurutkebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

4) Bertanggung jawab

Bartanggung jawab adalah kesediaan seseorang untukmenanggung sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

5) Rasional dan Realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap sesuatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakanpemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengankenyataan.

b. Mencari bantuan hanya ketika benar-benar membutuhkan bantuan

Anak didik dikatakan berperilaku adaptive help seeking apabila mereka meminta bantuan hanya saat benar-benar membutuhkan bantuan. Perilaku ini merupakan bentuk dari regulasi diri. Watson yang dikemukakan oleh Tri Wulan, berpendapat bahwa


(37)

regulasi diri merupakan intruksi diri untuk mengadakan perubahan pada perilaku seseorang35.

Peserta didik yang dapat mengarahkan dirinya kearah yang positif akan lebih berhasil dibandingkan dengan peserta didik yang lain. Dia akan berusaha mengembangkan potensinya untuk dapat mengatasi masalahnya secara mandiri, meskipun dimulai dengan meminta bantuan.

c. Mencari bantuan yang berkaitan dengan proses dalam pemecahan masalah matematika

Pemecahan masalah matematika adalah proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah36.

Menurut Polya dalam Erman Suherman proses pemecahan masalah terdapat empat tahap yaitu37: 1) Memahami Masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

35 Tri Wulan Anita, Self Regulated Behaviour Pada Remaja Putri Yang Mengalami Obesitas, http://www.balispot.co.id/balipostcetak/2004/3/7/ce2.html. Diakses pada tanggal 02 Mei 2015.

36 Naylatul Jazilah, Skripsi :“Pengaruh Perilaku Adaptive Help Seeking dalam Belajar Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun pelajaran 2010/2011”, (Semarang: IAIN Walisongo, 2011), 28.

37 Eman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA-UPI, 2001), 79.


(38)

Hal ini dapat dilakukan dengan bertanya pada diri sendiri tentang:

a) Apa yang akan dicari? b) Apa yang tidak diketahui?

c) Kuantitas apa yang diberikan pada soal? d) Kondisinya bagaimana?

e) Apakah ada pengecualian? 2) Merencanakan penyelesaian

Kemampuan melakukan fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa menyelesaikan masalah. Pada umumnya semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah. Merencanakan penyelesaian dapat dilakukan dengan:

a) Mencari pola. b) Mencari hubungan. c) Gunakan analogi. d) Membuat tabel. e) Membuat diagram. f) Menulis persaan.

3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. Dapat dilakukan dengan:

a) Melaksanakan strategi sesuai dengan rencana. b) Memeriksa tiap langkah.


(39)

c) Menulis secara detail. 4) Melakukan pengecekan kembali

Melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan. Pengecekan ini dilakukan dengan:

a) Kritisi hasilnya, apakah solusi yang dihasilkan masuk akal atau tidak.

b) Memeriksa hasilnya pada permasalahan asal. c) Jika ada, menggunakan cara lain untuk

mengecek hasilnya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Mencari Bantuan dalam Belajar Matematika

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku mencari bantuan dalam belajar matematika yang dikutip dalam buku Yuli Darwati, yaitu:

a. Persepsi kompetensi kognitif

Dalam penelitian Ryan dan Paintrich menyatakan bahwa siswa dengan persepsi kognitif yang rendah lebih merasa terancam oleh reaksi negatif dari teman-temannya yang lain dengan mencari bantuan. Mereka berfikir bahwa kebutuhan mereka akan bantuan akan mengindikasikan bahwa mereka kurang mampu. Mereka menghindari mencari bantuan dalam pembelajaran matematika. Sedangkan siswa


(40)

dengan presepsi kognitif tinggi kurang merasa terancam oleh reaksi negatif teman-temannya yang lain apabila mencari bantuan. Oleh karena itu, Persepsi kognitif berhubungan positif dengan perilaku mencari bantuan dalam belajar matematika.38

b. Persepsi kompetensi sosial

Ryan dan Paintrich kembali meneliti bahwa presepsi kompetensi sosial berhubungan tidak langsung dengan tingkat penghindaran siswa mencari bantuan. Siswa yang memiliki persepsi kompetensi sosial yang rendah cenderung menghindari mencari bantuan. Sedangkan yang memiliki persepsi kompetensi sosial yang tinggi akan mudah untuk mencari bantuan. Oleh karena itu persepsi sosial juga berhubungan positif dengan perilaku mencari bantuan matematika.39

c. Prestasi belajar

More Good menemukan bahwa siswa dengan prestasi rendah menjadi sangat pasif dan tidal terlibat di sekolah sebagai hasil sosialisasi. Siswa yang berprestasi rendah tidak menyampaikan pertanyaan atau jawaban dalam rangka menghindari umpan balik negative dan mendapat malu di kelas. Sedangkan siswa dengan prestasi tinggi akan banyak mencari bantuan.40

d. Usia

38 Yuli Darwati, Op. Cit. halaman 44 39 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 45 40 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 46


(41)

Seorang ahli yang meneliti perilaku mencari bantuan ditinjau dari usia adalah Newman. Penelitian Newman menemukan bahwa anak usia kelas 3 dan 5 mengekspresikan mencari bantuan sebagai pilihan intrinsik untuk tantangan, pilihan ekstrinsik ketergantungan pada guru, dan sikap bahwa mencari bantuan menguntungkan, sedangkan anak-anak pada kelas 7 mengekspresikan mencari bantuan sebagai hasil dari sikap mereka bahwa mencari bantuan ialah menyadari manfaat dari mencari bantuan41. Oleh karena itu usia berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk mencari bantuan.

e. Jenis kelamin

Penelitian Newman dan Goldin menyatakan bahwa di sekolah dasar anak laki-laki lebih banyak bertanya daripada anak perempuan dalam belajar matematika. Sedangkan penelitian Eccless dan blumenfeld di sekolah menengah menyatakan bahwa anak-anak perempuan lebih banyak bertanya daripada anak laki-laki.42 Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi perilaku mencari bantuan. f. Orientasi tujuan

Penelitian Newman, menyatakan bahwa siswa yang memiliki orientasi tujuan yang kuat lebih banyak meminta bantuan yang berkaitan dengan proses.43 g. Sikap mengenai perilaku mencari bantuan

41 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 47 42 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 47 43 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 48


(42)

Pengaruh sikap terhadap perilaku mencari bantuan antara lain ditemukan oleh Newam dan Goldin. Anak-anak mencari bantuan dalam belajar matematika karena mereka yakin bahwa bertanya membantu belajar. Sebaliknya anak-anak tidak mencari bantuan karena yakin bahwa guru dan teman tidak akan bersedia membantu dan mereka takut terhadap reaksi negatif yang muncul ketika mereka mencari bantuan.44

h. Alasan untuk menghindari perilaku mencari bantuan Butlermenemukan bahwa siswa yang mepersepsi menghindari bantuan dalam belajar matematika sebagai upaya untuk meutupi ketidakmampuan akan mengembangkan perilaku mencari bantuan tertutup. Sebaliknya siswa yang mepersepsi menghindari bantuan sebagai upaya untuk memperoleh penguasaan secara independen akan mengembangkan perilaku mencari bantuan adaptif.45

C. Hubungan Motivasi Belajar dengan Perilaku Adaptive Help Seeking

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan. Tujuan diartikan sebagai sesuatu yang memberi kekuatan dan mengarahkan aktifitas pada cara yang terorganisir dan

44 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 49 45 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 50


(43)

memungkinkan seseorang untuk menjalankan seluruh aktifitas yang dipilihnya46. Hasil kegiatan belajar yang diperoleh siswa tidak dapat dilepaskan dari proses siswa tersebut dalam mengikuti pelajaran. Salah satu proses dalam mengikuti pembelajaran dapat berupa perilaku siswa.

Seseorang individu berperilaku karena ingin mencapai tujuan tertentu47. Salah satu bentuk perilaku siswa dalam mengatasi kesulitan belajar adalah meminta bantuan kepada orang lain. Siswa yang memiliki regulasi diri yang baik akan meminta bantuan ketika benar-benar membutuhkan dan meminta bantuan yang berkaitan dengan proses.

Apabila diperhatikan dengan seksama, baik motivasi belajar maupun perilaku adaptive help seeking sama-sama memiliki peranan yang penting dalam mencapai tujuan belajar. Motivasi dapat menggerakkan dan memberikan arah dalammencapai tujuan belajar. Perilaku adptive help seeking membatu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam mencai tujuan belajar.

D. Belajar Matematika

Pengertian belajar telah dijelaskan pada subbab sebelumnya yang mengartikan belajar adalah suatu proses aktivitas seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman berupa praktek maupun latihan dalam interaksi dengan lingkungannya.

Herman Hudojo menyatakan matematika sebagai ilmu yang menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang

46 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 18 47 Yuli Darwati, Op. Cit, halaman 6


(44)

abstrak dan hubungan antara hal-hal itu48. Menurut James dan James yang dikutip Muh. Athar, matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri49.

Dari dua pengertian tentang belajar dan matematika tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika merupakan suatu proses aktivitas seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman berupa praktek maupun latihan dalam interaksi dengan lingkungannya terhadap bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak beserta hubungannya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

Permendikbud No 69 tahun 2013, tujuan dari belajar matematika yaitu:

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa

48 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), 103

49 Muh. Athar. 2009. Pengertian Matematika. http://blog.math.uny.ac.id/idarufaidah/ 2010/01/02/pengertian-matematika/. Diakses pada tanggal 02 Mei 2015.


(45)

ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah kelimuan.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan yang diajukan peneliti di bab sebelumnya maka penelitian ini termasuk penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional karena tujuan dari penelitian ini adalah ada tidaknya hubungan antara dua variabel, dan menunjukkan berapa eratnya serta berarti atau tidak hubungan tersebut. Menggunakan pendekatan kuantitatif karena pada penelitian ini menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan datanya.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya yang beralamat di Jl. Gadung III no 7 Surabaya. Pada hari Senin, tanggal 10 Agustus 2015. C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI sejumlah 100 siswa. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik simple random sampling, dengan teknik ini seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota sampel1. D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian2. Penelitian ini terdapat variabel bebas yang disebut juga sebagai variabel X dan variabel terikat yaitu variabel Y.

1 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 255

2


(47)

1. Variabel X

Variabel X dalam penelitian ini adalah motivasi belajar matematika siswa.

2. Variabel Y

Variabel Y dalam penelitian ini adalah perilaku adaptive help seeking siswa.

Keterangan:

X = Motivasi belajar matematika (Variabel Bebas) Y = Perilaku adaptive help seeking siswa (Variabel Terikat)

r = Hubungan antara X dan Y E. Hipotesis

Ditinjau dari kajian teori pada bab sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi antara motivasi belajar matematika siswa dengan perilaku adaptive help seeking siswa.

F. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Skala pengukuran untuk kedua variabel yaitu motivasi belajar dan perilaku adaptive help seeking menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala pengukuran yang digunakan untuk mengklasifikasikan objek-objek kejadian kedalam kelompok (kategori) yang terpisah untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan ciri-ciri tertentu dari objek yang diamati3. Skala ini mempunyai urutan atau peringkat antar kategori. Sedangkan sumber data diperoleh dari siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya.

3

Nanang Martono, Statistik Sosial, (Yogyakarta: Gaya Media, 2010), 9

X

Y


(48)

G. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan populasi dan sampel penelitian yaitu kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya sebagai responden. 2. Menyusun kisi-kisi instrumen yaitu kisi-kisi angket

motivasi belajar matematika dan kisi-kisi perilaku adaptive help seeking. (lampiran 1 dan 2)

3. Menyusun angket motivasi belajar matematika dan angket perilaku adaptive help seeking. (lampiran 3 dan 4)

4. Kisi-kisi dan angket yang telah dibuat dikonsultasikan dengan psikolog untuk diminta pendapatnya tentang instrumen tersebut. Apakah angket tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total.

5. Instrumen angket yang telah dikonsultasikan kepada psikolog diberikan kepada peserta didik kelas XI di SMA Negeri 1 Kertosono sebagai sekolah uji coba.

6. Menyeleksi butir instrumen a. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur.

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sala ukur mempunyai konsistensi relatif tetap jika dilakukan pengukuran ulang terhadap subjek yang sama.

7. Butir instrumen yang telah valid dan reliabel, diberikan kepada siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Gadung Surabaya sebagai sekolah penelitian.

8. Menganalisis data motivasi belajar matematika siswa berdasarkan angket yang telah valid dan reliabel.

9. Menganalisis data perilaku adaptive help seeking siswa berdasarkan angket yang telah valid dan reliabel.

10. Menganalisis hubungan motivasi belajar dengan perilaku adaptive help seeking siswa dalam belajar matematika. 11. Menyusun hasil penelitian.


(49)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang disusun dalam penelitian ini adalah menggunakan metode angket. Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya4. Dengan asumsi bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan pengalamannya sendiri, bahwa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah benar, bahwa penafsiran subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti.

Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa angket motivasi belajar yang digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar matematika dan angket perilaku adaptive help seeking siswa yang digunakan untuk mengetahui tingkat perilaku adaptive help seeking siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. Angket ini disebarkan langsung pada responden untuk diminta keterangan tentang dirinya. Angket yang digunakan adalah angket tertutup yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya memilih jawaban yang tersedia.

Penulis mengadaptasi angket perilaku adaptive help seeking dari skripsi Naylatul Jazilah mahasiswi IAIN Walisongo Semarang yang berjudul “Pengaruh Perilaku Adaptive Help Seeking dalam Belajar Matematika Peserta

Didik Kelas VI MI Matholi’un Najah SInanggul Mlonggo

Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011”. Sedangkan angket

motivasi belajar matematika, disusun berdasarkan fungsi dari motivasi belajar dalam buku “Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru” karangan Purwa Atmaja.

Skala yang digunakan adalah skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan ke dalam sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur5.

4 Suharsimi Arikunto, Op, Cit, halaman 151.

5 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), 12


(50)

Indikator-indikator yang telah dibuat tersebut kemudian dibuat item-item pernyataan.

Skala motivasi belajar dan perilaku adaptive help seeking siswa dalam pelajaran matematika disusun sedemikian rupa dengan peryataan yang diajukan berupa item favorabel dan unfavorable. Item favorabel berisi konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut yang diukur6. Sedangkan item unfavorable (tidak favorabel) yaitu yang isinya bertentangan atau tidak mendukung ciri perilaku yang dikehendaki oleh indikator keperilakuannya7.

Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk peryataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata dan skala sebagai berikut:

a. Untuk item favorabel

Sangat Setuju (S) = 4

Setuju (S) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 b. Untuk item unfavorable

Sangat Setuju (SS) = 1

Setuju (S) = 2

Tidak Setuju (TS) = 3

Sangat Tidak Setuju (STS) = 4 I. Teknik Analisis Data

Tujuan dari analisis adalah untuk mencari kebenaran dari data yang diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Teknik analisis yang digunakan yaitu:

1. Uji Validitas dan Reliabilitas alat ukur a. Validitas alat ukur

Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengujian validitas konstruk dan pengujian validitas isi (item). Pengujian validitas konstruk menggunakan pendapat para ahli. Hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek

6 Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), 41. 7


(51)

aspek yang akan diukur dengan berlandaskan terori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.

Teknik pengujian validitas isi (item) yang digunakan peneliti untuk uji validitas adalah korelasi Bivariate Pearson. Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor dari setiap butir peryataan dengan skor total dari seluruh butir. Korelasi Bivariate Pearson dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ℎ� �� = � �� −

( �)( �) � �2()2 � �2()2

Keterangan:

ℎ� �� : Koefisien korelasi item-total (bivariate

pearson)

� : Skor item

� : Skor total

� : Banyaknya subjek

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika ℎ� ���� maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)

2) Jika ℎ� �� < �� maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) b. Reliabilitas alat ukur

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur mempunyai konsistensi relatif tetap jika dilakukan pengukuran ulang terhadap subjek yang sama. Uji reliabilitas yang digunakan adalah menggunakan metode Alpha. Metode alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (contohnya 1-4, 1-5) atau skor rentangan (contohya


(52)

0-20, 0-50)8. Adapun rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah sebagai berikut:

�� �� = −1 1− �

2 �12

Keterangan:

�� �� = Reliabilitas instrumen

= Banyaknya butir pertanyaan

� 2 = Jumlah varian butir

�12 = Varian total

Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai Alpha lebih besar dari r kritis product moment9. 2. Analisis data motivasi belajar matematika siswa

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar matematika siswa. Hasil dari angket yang telah disebarkan selanjutnya akan diberikan kualifikasi (langkah dalam menentukan kualifikasi dapat dilihat pada lampiran 5) sebagai berikut:

Tabel 3.1

Acuan Kualifikai Motivasi Belajar Matematika Siswa

Interval Kategori

84,00 < x ≤ 100,00 Baik Sekali 68,00 < x ≤ 83,00 Baik 52,00 < x ≤ 67,00 Sedang 36,00 < x ≤ 51,00 Kurang 20,00 < x ≤ 35,00 Jelek sekali

Jumlah

8 Dwi Priyanto, Mandiri Belajar SPSS, (Yogyakarta: Buku Kita, 2008), 25 9


(53)

Untuk menghitung prosentase digunakan rumus berikut:

�=�

� � 100%

Keterangan:

�= Prosentase

�= Frekuensi

�= Jumlah Total Responden

3. Analisis data perilaku adaptive help seeking siswa

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perilaku adaptive help seeking siswa. Hasil dari angket yang telah disebarkan selanjutnya akan diberikan kualifikasi (langkah dalam menentukan kualifikasi dapat dilihat pada lampiran 6) sebagai berikut:

Tabel 3.2

Acuan Kualifikasi Perilaku Adaptive Help Seeking Siswa

Interval Kategori

84,00 < x ≤ 100,00 Baik Sekali 68,00 < x ≤ 83,00 Baik 52,00 < x ≤ 67,00 Sedang 36,00 < x ≤ 51,00 Kurang 20,00 < x ≤ 35,00 Jelek sekali

Jumlah

Untuk menghitung prosentase digunakan rumus berikut:

�=�

� � 100%

Keterangan:

�= Prosentase

�= Frekuensi


(54)

4. Analisis Statistik

Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar matematika dengan perilaku Adaptive Help Seeking siswa dalam belajar matematika digunakan analisis statistika non parametrik. Adapun yang dimaksud statistika non parametrik adalah statistik yang tidak memerlukan pembuatan asumsi tentang bentuk distribusi dan karena itu merupakan statistik yang bebas distribusi10. Uji non parametris ini digunakan dalam situasi sebagai berikut:

a. Apabila ukuran sampel demikian kecil sehingga distribusi statistik pengambilan sampel tidak mendekati normal, dan apabila tidak ada asumsi yang dapat dibuat tentang distribusi populasi yang menjadi sumber sampel.

b. Apabila data yang digunakan adalah data ordinal yaitu data yang hanya memberikan informasi tentang apakah suatu item lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan item lainnya, data ini sama sekali tidak menyatakan ukuran perbedaan.

c. Apabila data yang digunakan data nominal yaitu data yang mempunyai angka yang tidak mempunyai arti hitung, angka yang diterapkan hanya merupakan simbol atau tanda dari objek yang akan dianalisis.

Penelitian ini data kedua variabel yang digunakan yaitu data motivasi belajar dan data perilaku adaptive help seeking menggunakan data berskala ordinal sehingga berdasarkan syarat–syarat diatas terlihat bahwa penelitian ini merupakan statistik non parametrik. Korelasi kedua variabel diketahui dengan menggunakan statistik non parametrik dengan teknik korelasi Rank Spearman. Korelasi Spearman merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dua variabel bila datanya berskala ordinal (ranking)11. Nilai korelasi disimbolkan dengan "�" (rho) atau .

10 J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi jilid 11,(Jakarta: Erlangga, 2001), h. 294 11


(55)

Nilai korelasi Spearman berada di antara -1 ≤ ≤ 1. Bila nilai samadengan 0 berarti tidak ada korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai = +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variable independen dan variable dependen. Nilai = -1 berarti terdapat hubungan negatif antara variabel independen dan variabel dependen.

Uji signifikansi Spearman menggunakan Uji Z karena distribusinya mendekati distribusi normal. Kekuatan hubungan antarvariabel ditunjukkan melalui nilai korelasi pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Makna Nilai Korelasi Spearman12

Nilai Makna

00,00 – 0,19 0,20 – 0,39 0,40 – 0,59 0,60 – 0,79 0,80 – 1,00

Sangat rendah/sangat lemah Rendah/lemah

Sedang Tinggi/kuat

Sangat tinggi/sangat kuat Langkah-langkah untuk menghitung adalah13: 1. Menentukan formulasi hipotesis (H1 dan H0).

2. Menentukan taraf nyata (α = 0,05) untuk menentukan tabel (tabel rho)

3. Menyusun tabel penolong untuk menentukan hitung 4. Menghitung nilai hitung dengan rumus

ℎ� �� = 1−

6 �(�21)

12 Ibid, 225

13 Ibid, 225


(56)

Keterangan:

ℎ� �� = nilai korelasi rank spearman

= jumlah kuadrat selisih ranking variabel x dan y atau RX-RY

� = jumlah sampel 5. Menentukan kriteria pengujian:

Bila ℎ� �� > �� , maka H1 diterima. Bila ℎ� ���� , maka H0 diterima 6. Melakukan uji signifikansi menggunakan uji Z

ℎ� �� = �1

� −1

7. Mengambil kesimpulan:

Bila ℎ� ����, maka hubungan x dan y adalah signifikan

Bila ℎ� �� < ��, maka hubungan x dan y adalah tidak signifikan

Uji analisis korelasi Spearman Rank juga menggunakan komputer program SPSS for Windows release 16. Hasil korelasi SPSS ini menunjukkan hubungan antara variabel motivasi belajar dengan perilaku adaptive help seeking siswa. Tinggi rendahnya nilai korelasinya dapat di lihat pada Correlation Coefficient dan pada tabel 3.3 Nilai Korelasi Spearman. Hubungan kedua variabel signifikan atau tidak dapat dilihat pada nilai (Sig.). Jika nilai (Sig.) ≤ 0,05 maka hubungan tersebut signifikan. Jika nilai (Sig.) > 0,05 maka hubungan tersebut tidak signifikan14.

14


(57)

(1)

83

signifikan antara motivasi belajar matematika dengan perilaku adaptive help seeking siswa.


(2)

83

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis data motivasi belajar matematika siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Surabaya rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 72,20 dan terletak pada interval 71,00-85,00 yang berarti dalam tingkatan baik. 2. Berdasarkan analisis data perilaku adaptive help seeking

siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Surabaya dalam pelajaran matematika rata-ratanya siswa sebesar 63,00 dan terletak pada interval 52,00-67,00 yang berarti dalam tingkatan sedang.

3. Berdasarkan uji statistik non parametrik dengan korelasi spearman diperoleh korelasi motivasi belajar dengan perilaku adaptive help seeking siswa sebesar 0,64. ℎ� �� (0,64) > �� (0,364) sehingga menunjukkan adanya hubungan positif. Dengan nilai korelasi spearman tersebut maka hubungan kedua variabel tersebut tinggi atau kuat. Uji siginifikansi didapatkan nilai ℎ� �� sebesar 6,4.

ℎ� �� (6,4) ≥ �� (1,96), maka hubungan keduanya

adalah signifikan. B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Subjek

Peserta didik diharapkan untuk selalu aktif dalam bertanya kepada siapapu yang dianggap dapat membantunya apabila mengalami kesulitan atau kurang memahami materi saat belajar maupun mengerjakan tugas. Serta menghindari perilaku menyontek.

2. Bagi Pihak Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi para guru agar lebih memotivasi siswa untuk belajar. Selalu menawarkan diri dengan mengatakan kepada peserta didik


(3)

84

bahwa guru selalu siap membantu mereka saat dibutuhkan dalam belajar matematika hal ini mengantisipasi anak yang merasa sungkan untuk meminta bantuan guru dalam belajar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah perilaku mencari bantuan adaptive dalam belajar matematika disarankan untuk melihat faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku mencari bantuan adaptive yaitu persepsi kompetensi kognitif, presepsi kompetensi sosial, prestasi belajar, usia, jenis kelamin, dan lain-lain.


(4)

85

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

AM, Sadiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Anita, Tri Wulan. Self Regulated Behaviour Pada Remaja Putri Yang

Mengalami Obesitas.

http://www.balispot.co.id/balipostcetak/2004/3/7/ce2.html. Diakses pada tanggal 02 Mei 2015.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002.

Atmaja, Purwa. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Athar,Muh.PengertianMatematika.http://blog.math.uny.ac.id/idarufaida h/2010/01/02/pengertian-matematika/. Diakses pada tanggal 02 Mei 2015.

Aqib, Zainal. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia, 2002.

Azwar, Saifuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012.

Bahri, Syaiful. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta,2002. Bembenutty. Self regulated learning: New directions for teaching and

learning. San Francisco: Wiley, 2011.

BSNP. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas, 2006.

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi terjemah Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Darwati, Yuli. Adaptive Help Seeking. Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013. Jakarta: Depdikbud, 2013.

Ellis, Jeanne. Psikologi Pendidikan Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga, 2008.

Gufron, Nur., dan Rini Risnawati. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.


(5)

86

Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1992.

Hudojo, Herman. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang, 2005. Jazilah, Naylatul. Skripsi : “Pengaruh Perilaku Adaptive Help Seeking

dalam Belajar Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun pelajaran 2010/2011”. Semarang: IAIN Walisongo, 2011.

Jihad, Asep. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008.

Martoyo, Nanang. Statistik Sosia (Teori dan Aplikasi Program SPSS). Yogyakarta: Gaya Media, 2010

Mustaqim. Psikologi Pendidikan. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, 2009.

Mursydawati, Anita. Hubungan Antara Regulasi Diri Dalam Belajar Dengan Perilaku Mencari Bantuan Akademik Dalam Pelajaran Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro, 2010.

Nashar. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Newman, Richard S. “How Self Regulated Learners Cope with Academic Difficulty: The Role of Adaptive Help Seeking”. Theory Into Practice. Vol 41 No.2, Spring 2002. 132.

Priyanto,Dwi. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Buku Kita, 2008. Rahman, Aunur. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2009. Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta, 2007.

Rusyan, Tabrani. Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya,2009.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Subini, Nini. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada anak. Jogjakarta: Java Litera, 2011.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.


(6)

Suherman, Eman, dkk. Common textbook : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI, 2001. Sumanto. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:

Andi Offset, 1995.

Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi jilid 11. Jakarta: Erlangga, 2001.

Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT: Remaja Rosdakatya, 2002.

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum Edisi V. Yogyakarta: Andi, 2005.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KELAS XI SMA NUSANTARA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 4 69

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 2 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANTUL

0 3 91

PENGARUH PERILAKU BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI PENGARUH PERILAKU BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 2 KLATEN TAHUN AJARAN 2006/2007.

0 0 18

Hubungan antara aktivitas belajar matematika di dalam kelas dan aktivitas belajar matematika di luar jam sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI IPA SMA Budya Wacana Yogyakarta.

0 4 171

Hubungan antara aktivitas belajar matematika di dalam kelas dan aktivitas belajar matematika di luar jam sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI IPA SMA Budya Wacana Yogyakarta

0 0 169

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Interaksi Sosial Siswa dalam Kelas dengan Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas XI IMG 20150706 0001

0 0 1

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA

0 0 13

HUBUNGAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMA

0 0 11

PENGARUH PERILAKU ADAPTIVE HELP-SEEKING DALAM BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VI MI MATHOLI’UN NAJAH SINANGGUL MLONGGO JEPARA TAHUN PELAJARAN 20102011

0 0 139

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADIYAH 7 SURABAYA SKRIPSI

0 0 13