Eksplorasi Umum Bahan Baku Semen Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat

(1)

EKSPLORASI UMUM BAHAN BAKU SEMEN KABUPATEN MANOKWARI, PROVINSI PAPUA BARAT

Irwan Muksin, Kusdarto Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI

Secara administrasi daerah eksplorasi umum sebagian besar berada di Distrik Manokwari Utara dan Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, terletak diantara koordinat 133° 45' 3,21" - 134° 1' 43,38” Bujur Timur dan 0° 41' 36,62" - 0° 47' 30,32" Lintang Selatan.

Batugamping dan lempung sebagai bahan baku semen dijumpai di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, batugamping dengan sumberdaya tereka sebesar 537.500.000 ton, kandungan CaO nya bervariasi dari 51.73 – 55.20 %, rata CaO = 54.15 %. MgO rata-rata nya 0.44 %, endapan lempung dengan sumberdaya tereka sebesar 1.625.000.000 ton, rata-rata SiO2 = 52.23 %. Batugamping lainnyadijumpai di daerah Mubraidiba dengan

sumberdaya tereka sebesar 627.000.000 ton, di daerah sekitar Teluk Warfari sumberdaya terekanya sebesar 72.083.000 ton, di daerah Mubri dan sekitarnya sumberdaya terekanya sebesar 2.972.500.000 ton, kandungan rata-rata CaO = 51.50 % dan MgO rata-rata nya 0.84 %.

Batugamping di wilayah ini dapat juga digunakan dalam industri : peleburan dan pemurnian baja dan pertanian.


(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan penyelidikan di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat adalah melakukan eksplorasi umum bahan baku semen dengan maksud agar diperoleh data sebaran dan potensi batugamping dan lempung yang lebih optimal, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Secara administrasi daerah eksplorasi umum sebagian besar berada di Distrik Manokwari Utara dan Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, secara geografis terletak diantara koordinat 133° 45' 3,21" - 134° 1' 43,38” Bujur Timur dan 0° 41' 36,62" - 0° 47' 30,32" Lintang Selatan

Pencapaian lokasi dapat dicapai dari Jakarta ke Manokwari dengan menggunakan pesawat udara, dari kota Manokwari ke arah barat melalui pantai utara sejauh kurang lebih 30 km melalui jalan aspal dan jalan berbatu, karena sampai saat ini jalan tersebut sedang dalam tahap pembangunan (jalan Trans Papua, antara Sorong-Manokwari).

GEOLOGI UMUM

Daerah penyelidikan termasuk dalam lembar Manokwari (N. Ratman, dkk., 1989), secara fisiografi Manokwari meliputi tujuh satuan fisiografi, yakni : Pegunungan Tengah Kepala Burung, Dataran Arfak, Daerah pebukitan, Terumbu koral terangkat dan lintap gisik, Pematang batugamping, Dataran alluvium dan dataran pantai, Bukit pencil batuan gunungapi.

Stratigrafi daerah Kabupaten Manokwari pada lembar tersebut tersusun oleh lima mendala geologi, yaitu Bongkah (Blok) Kemum, Bongkah Tamrau, Bongkah Arfak, Sistem Sesar Sorong dan sesar Ransiki dan Cekungan Manokwari.

GEOLOGI DAN POTENSI BAHAN GALIAN

Morfologi daerah penyelidikan berdasarkan hasil pengamatan lapangan dapat dikelompokkan menjadi 2 satuan morfologi, yaitu :

a. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal Satuan morfologi ini menempati kurang lebih 85 % dari luas daerah penyelidikan,


(3)

ditempati oleh batugamping koral dari Terumbu Koral Terangkat, satuan batugamping, Formasi Manokwari dan Satuan Lempung, Formasi Befoor yang terlipat.

b. Satuan Morfologi Pedataran

Satuan morfologi ini merupakan daerah yang relatip datar. Merupakan daerah sebaran endapan aluvial yang secara umum terdapat pada daerah aliran sungai yang relatip lebar dan endapan pantai di sepanjang pantai utara.

Satuan batuan di daerah penyelidikan dari muda ke tua terdiri dari 4 satuan batuan, yaitu :

a. Satuan Endapan Aluvium

Satuan batuan ini berupa endapan aluvial sungai dan pantai, terdiri dari pasir, lumpur, kerikil dan sisa tumbuhan, tersebar cukup luas pada daerah-daerah aliran sungai, seperti daerah aliran S. Prafi di bagian barat daerah penyelidikan dan sepanjang pantai utara berumur Kuarter.

b. Satuan Batugamping, Terumbu Koral Terangkat

Satuan batuan ini berupa batugamping berwarna putih, abu-abu kecoklatan, keras,

berongga, dijumpai koral, membentuk morfologi terjal, pada lerengnya dijumpai bongkah batugamping berukuran dari beberapa cm sampai beberapa m, pelapukannya berupa terarosa berwarna hitam, digunakan penduduk sebagai lahan ladang. Di kampung Mubraidiba, dijumpai kontak batugamping satuan ini dengan batulempung yang diperkirakan masuk dalam Formasi Befoor, dan diperkirakan hubungannya tak selaras, berumur Kuarter (N. Ratman, dkk., 1989). Dari hasil pengamatan mikroskopi conto KM-14 menunjukkan di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran 6 mm, kemas terbuka, terpilah buruk, bentuk menyudut – menyudut tanggung, berongga / sarang, terdiri dari fragmen – fragmen fosil didalam masadasar/semen mikrokristalin karbonat. Selain itu terdapat sedikit mineral opak yang sebagian telah teroksidasi menjadi oksida besi yang berwarna merah kecoklatan, dan butiran sangat halus kuarsa, keduanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit. Fragmen Fosil, berukuran hingga 6 mm, beberapa fosil nampak utuh dan sebagian berupa pecahan – pecahan yang menyudut, jenis fosil terutama foriminifera, dengan sedikit koral dan jenis


(4)

fosil lainnya, disusun oleh mikrokristalin kalsit yang berwarna terang, sebagian lagi nampak kusam hingga mendekati opak. Semen / masa dasar terdiri dari mikrokristalin kalsit dan fragmen – fragmen fosil berbutir halus, umumnya tak berwarna, sebagian tampak agak kusam, pada beberapa bagian tampak sparry calcite

berupa kristal-kristal kalsit yang mengelompok dan disebut Batugamping organik, komposisi Karbonat 98 %, sedangkan conto KM-15 di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran 6 mm, kemas terbuka, terpilah buruk, bentuk menyudut – menyudut tanggung, berongga / sarang, terdiri dari fragmen – fragmen fosil didalam masadasar/semen mikrokristalin karbonat. Selain itu terdapat sedikit mineral opak yang sebagian telah teroksidasi menjadi oksida besi yang berwarna kecoklatan, dan butiran sangat halus kuarsa, keduanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit. Fragmen Fosil, berukuran hingga 1 mm, beberapa fosil nampak utuh dan sebagian berupa pecahan – pecahan yang menyudut, jenis fosil terutama foriminifera, dengan sedikit koral dan jenis fosil lainnya, disusun oleh mikrokristalin kalsit yang nampak kusam hingga

mendekati opak, sebagian lagi disusun oleh Kristal-kristal kalsit sebagian lagi. Semen / masa dasar terdiri dari mikrokristalin kalsit dan fragmen – fragmen fosil berbutir halus, umumnya tak berwarna, sebagian tampak agak kusam, pada beberapa bagian tampak sparry calcite berupa kristal-kristal

kalsit yang mengelompok dan disebut Batugamping organik, komposisi Karbonat 99 %.

c. Satuan Batugamping, Formasi Manokwari

Satuan batuan ini berupa batugamping dan batugamping koral, batugamping berwarna putih, masif, keras, perlapisan tidak jelas, di beberapa tempat. Batugamping Koral, berwarna putih kecoklatan, keras, berongga, setempat agak lunak, dan seolah berlapis. Kontak dengan batuan lainnya tidak dijumpai di lapangan, dari rekontruksi penampang geologi hubungannya dengan satuan di bawahnya, Formasi Befoor adalah tak selaras, sedangkan menurut N. Ratman, dkk., 1989, hubungannya adalah selaras dan tak selaras dan berumur Plestosen. Dari hasil pengamatan mikroskopi conto KM-8 menunjukkan di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga


(5)

berukuran 1 mm, kemas terbuka, terpilah buruk, bentuk menyudut – menyudut tanggung, sedikit berongga / sarang, terdiri dari fragmen – fragmen fosil didalam masadasar mikrokristalin karbonat. Pada beberapa bagian tampak urat-urat halus kalsit memotong masa batuan, dan butiran-butiran sangat halus mineral opak. Fragmen Fosil, berukuran hingga 1 mm, beberapa fosil nampak utuh dan sebagian berupa pecahan – pecahan yang menyudut, jenis fosil foriminifera, koral dan lain – lain, disusun oleh mikrokristalin kalsit yang sebagian besar nampak kusam hingga mendekati opak. Mineral opak, berwarna hitam, berbutir sangat halus, terdapat menyebar tidak merata dalam jumlah sangat sedikit (trace). Semen / masa dasar terdiri dari mikrokristalin kalsit dan fragmen – fragmen fosil berbutir halus, tak berwarna-abu-abu kecoklatan, pada beberapa bagian tampak “sparry calcite”, selain itu terdapat urat kalsit memotong masa batuan dan disebut Batugamping organik, komposisi Karbonat 100 %, sedangkan conto KM-23, di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran 1,75 mm, kemas terbuka, terpilah buruk, bentuk menyudut –

menyudut tanggung, sedikit berongga / sarang, terdiri dari fragmen – fragmen fosil didalam masadasar mikrokristalin karbonat. Pada beberapa bagian tampak mineral opak yang tersebar, dan urat kalsit yang memotong masa batuan. Fragmen Fosil, berukuran hingga 1,75 mm, beberapa fosil nampak utuh dan sebagian berupa pecahan – pecahan yang menyudut, jenis fosil foriminifera, koral dan jenis fosil lainnya, disusun oleh mikrokristalin karbonat yang sebagian besar nampak kusam hingga mendekati opak. Mineral opak, berwarna hitam, berbutir sangat halus, terdapat menyebar tidak merata dalam jumlah sangat sedikit. Semen / masa dasar terdiri dari mikrokristalin karbonat dan fragmen – fragmen fosil berbutir halus, tak berwarna, agak kusam, pada beberapa bagian tampak “sparry calcite”, selain itu terdapat urat kalsit memotong masa batuan dan disebut Batugamping organik, komposisi Karbonat 99 %, sedangkan conto KM-26, di dalam sayatan tipis batuan ini seluruhnya disusun oleh mikrokristalin kalsit (mikrit), berwarna abu-abu terang, berbutir sangat halus; pada beberapa bagian terdapat fragmen-fragmen mikrokristalin karbonat yang nampak kusam hingga mendekati opak, sedangkan


(6)

mineral opak yang berwarna hitam, kedap cahaya, berbutir sangat halus, tersebar tidak merata, terdapat dalam jumlah sangat sedikit (trace) dan disebut Batugamping organik, komposisi Karbonat 100 %.

d. Satuan Lempung Formasi Befoor

Satuan ini merupakan batuan dasar

(basement) di daerah eksplorasi umum,

terdiri dari lempung dan batupasir. Lempung berwarna abu-abu kecoklatan sampai kehitaman, setempat tufaan, menyerpih, setempat kilap lilin dan mengalami pelapukan mengulit bawang. Batupasir, berwarna putih, berbutir sedang, merupakan sisipan diantara lempung. menurut N. Ratman, dkk., 1989, berumur Plio-Plestosen.

Struktur sesar di daerah Manokwari dikenal dengan sistem Sesar Ransiki berarah relatif baratlaut- tenggara dan sistem sesar Wandamen berarah relatif utara-selatan, kedua sistem sesar ini mengontrol bentuk daerah Kepala Burung.

Pengaruh sistem sesar ini berpengaruh terhadap struktur di daerah ini, gejala struktur di daerah ini berupa kelurusan

topografi (lineament), sehingga membentuk morfologi terjal serta terkekarkannya satuan batugamping di daerah Sibuni, arahnya adalah baratlaut-tenggara. Struktur antiklin dijumpai dari hasil rekontruksi penampang geologi.

Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa batugamping di daerah penyelidikan dijumpai di daerah sekitar Kampung Sibuni dan Kampung Undi, Distrik Masni serta di sekitar Kampung Teluk Mubri, Kampung Iny, Kampung Mubri Wariori, Kampung Sairo, Kampung Mubraidiba, Kampung Idououfa, Kampung Yoom II Saukori dan Kampung Nuni, Distrik Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Batugamping di daerah ini berupa batugamping terumbu dari Terumbu Koral Terangkat dan Formasi Manokwari. Sedangkan lempung di daerah penyelidikan dijumpai di daerah sekitar Kampung Sibuni, Kampung Undi, Distrik Masni serta di sekitar Kampung Saubeba dan Kampung Bremi, Distrik Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari , Provinsi Papua Barat. Dijumpai berupa lempung sedimen dari Formasi Befoor.


(7)

Setelah dilakukan eksplorasi umum bahan baku semen di daerah Distrik Manokwari Utara dan Distrik Masni, dan melihat sebaran batugamping dan lempung, daerah prospek untuk pendirian industri semen di daerah tersebut adalah daerah antara Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari. Batugamping di daerah tersebut mempunyai luas sebaran 430 ha atau 4.300.000 m2, endapan membentuk bukit dengan ketinggian antara 25-125 m, jika dianggap tebal rata-rata batugamping 50 m, maka sumberdaya terekanya 215.000.000 m3 atau 537.500.000 ton (BJ=2,5 ton/m3) sedangkan endapan lempung mempunyai luas sebaran 1.625 ha atau 16.250.000 m2, endapan membentuk bukit dengan ketinggian antara 25-125 m, jika dianggap tebal rata-rata lempung 50 m, maka sumberdaya terekanya 812.500.000 m3 atau 1.625.000.000 ton (BJ=2 ton/m3). Setelah dilakukan analisa kimia terhadap conto-conto batuan, ternyata kandungan CaOnya bervariasi dari 51.73 – 55.20 %, rata-rata CaO = 54.15 %.

Selain batugamping juga dijumpai lempung di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni. Setelah dilakukan analisa kimia

terhadap conto batuan, ternyata kandungan SiO2 nya bervariasi dari 49.98 – 69.58 %,

rata-rata SiO2 = 52.23 % dan Al2O3

bervariasi dari 9.01– 15.88%, rata-rata SiO2

= 12.89%.

Selain di daerah Kampung Undi, batugamping dijumpai di daerah lainnya seperti : Batugamping Terumbu Koral terangkat di daerah Mubraidiba yang mempunyai sebaran 1.254 ha atau 12.540.000 m2, jika dianggap tebal rata-rata batugamping tersebut 20 m, maka sumberdaya terekanya 250.800.000 m3 atau 627.000.000 ton (BJ=2,5 ton/m3), batugamping di daerah sekitar Teluk Warfari mempunyai sebaran 173 ha atau 1.730.000 m2, jika dianggap bukit kerucut dengan ketinggian 100 m, maka sumberdaya terekanya 28.833.333,33 m3 dibulatkan 28.833.000 m3 atau 72.083.000 ton (BJ=2,5 ton/m3), batugamping di daerah Mubri dan sekitarnya mempunyai sebaran 2.378 ha atau 23.780.000 m2, jika dianggap tebal rata-rata batugamping tersebut 50 m, maka sumberdaya terekanya 1.189.000.000 m3 atau 2.972.500.000 ton (BJ=2,5 ton/m3). Setelah dilakukan analisa kimia terhadap conto-contoh batuan,


(8)

ternyata kandungan CaOnya bervariasi dari 45.83 – 54.16 %, rata-rata CaO = 51.50 %.

PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN

Untuk mengetahui prospek pemanfaatan bahan galian maka pengkajian atau penilaiannya didasarkan pada beberapa aspek antara lain : kualitas, kuantitas, lokasi dan pemasaran, disamping aspek lainnya. Kajian mengenai prospek pengembangan bahan galian tidak terlalu berbeda dengan dasar penilaian terhadap prospek pemanfaatannya. Namun untuk prospek pengembangan lebih diarahkan pada kemungkinan pengusahaan dalam skala yang relatif lebih besar di masa yang akan datang, dikaitkan dengan pusat-pusat pertumbuhan dan peluang ekspor sejalan dengan permintaan pasar dalam dan luar negeri. Untuk mengetahui prospek pemanfaatan dan pengembangan bahan baku semen dan bahan galian lain yang ditemukan di daerah penyelidikan perlu dilakukan analisa potensi dan kegunaan bahan galian tersebut.

Kapasitas produksi semen nasional sebesar 43,81 juta ton pertahun dengan

tingkat penyerapan pasar sekitar 34 juta ton pertahun, selebihnya di ekspor. Pertumbuhan kebutuhan semen diperkirakan naik tiap tahun sekitar 4 %. Prediksi kapasitas produksi semen menjadi 57 juta ton pada 2012 mendatang, seiring dengan ekspansi dan peningkatan produksi hingga 10 juta ton oleh tiga perusahaan skala besar.

Dari data tersebut diatas baik kebutuhan maupun produksi semen Indonesia akan meningkat setiap tahun. Produksi semen saat ini hanya dipenuhi oleh enam perusahaan industri semen yang tersebar di P. Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, sedangkan di Papua belum ada sama sekali. Dengan demikian pendirian industri semen di wilayah Papua mempunyai prospek untuk dikembangkan.

Batugamping

Batugamping dapat dikatakan murni bila mengandung CaO sekitar 56 % dan batugamping yang diharapkan baik sebagai bahan baku semen jika kadar CaO nya lebih besar dari 50 %. Dalam penilaian mutu bahan baku semen, batugamping dengan kadar Cao lebih besar dari 50 % disebut sebagai bermutu baik (High Grade),


(9)

sedangkan CaO kurang dari 50 % disebut sebagai mutu rendah (Low Grade).

Pemilihan terhadap mutu tersebut akan berpengaruh terhadap perhitungan penelitian di dalam ”raw mix design” serta

dalam percobaan terak (klinker) dan semennya. Selain kadar CaO juga harus diperhitungkan kandungan MgO nya, dimana menurut spesifikasi ASTM harus kurang dari 5 %. Kadar MgO lebih dari 5 % akan mempengaruhi dalam pembuatan klinkernya.

Batugamping di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, kandungan CaO nya bervariasi dari 51.73 – 55.20 %, rata-rata CaO = 54.15 %. MgO rata-rata nya 0.44 %, dengan melihat kedua unsur tersebut, memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Lempung

Endapan lempung di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Batugamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan

oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk pengapuran untuk pertanian, untuk peleburan dan pemurnian baja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan penyelidikan dan evaluasi dari berbagai aspek, dapat disimpulkan beberapa hal :

Daerah prospek untuk pendirian industri semen di daerah tersebut adalah antara Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Batugamping di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, mempunyai sumberdaya tereka sebesar 537.500.000 ton, kandungan CaO nya bervariasi dari 51.73 – 55.20 %, rata-rata CaO = 54.15 %. MgO rata-rata adalah 0.44 %, dengan melihat kedua unsur tersebut, batugamping dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Batugamping Terumbu Koral terangkat di daerah Mubraidiba mempunyai sumberdaya tereka sebesar 627.000.000 ton, batugamping di daerah sekitar Teluk


(10)

Warfari mempunyai sumberdaya tereka sebesar 72.083.000 ton, batugamping di daerah Mubri dan sekitarnya mempunyai sumberdaya tereka sebesar 2.972.500.000 ton, kandungan CaO nya bervariasi dari 45.83 – 54.16 %, rata-rata CaO = 51.50 %. MgO rata-rata adalah 0.84 %, dengan melihat kedua unsur tersebut, batugamping dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Endapan lempung di daerah antara Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni mempunyai sumberdaya tereka sebesar 1.625.000.000 ton. Kandungan SiO2 nya bervariasi dari 49.98 –

69.58 %, rata-rata SiO2 = 52.23 %, dengan

melihat unsur tersebut, lempung dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Batugamping di wilayah ini dapat digunakan dalam industri : semen, peleburan dan pemurnian baja, pertanian.

Saran

Perlu dilakukan penyelidikan lanjutan berupa :

¾ Eksplorasi Detail skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 endapan batugamping di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

¾ Pre Feasibility Studi Kemungkinan pendirian Industri Semen di Daerah Sibuni, terutama kemungkinan studi mengenai bahan baku yang ada, pemilihan daerah ini karena dekat dengan daerah prospek bahan baku semen, relatif datar dan dekat sumber air yakni Sungai Prafi.

DAFTAR PUSTAKA

Cyrillus Harinowo & MF. Permata Sari, 2006 Profil Industri Semen Indonesia, WinPlus Capital.

Ratman, N, dkk, 1989, Pemetaan Geologi Lembar Manokwari, skala 1 : 250.000, P3G Bandung

Sudirman Abdullah, dkk., 2002, Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Sorong dan Manokwari, Provinsi Papua, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung;


(11)

Suhala, S. dan Arifin, M., 1997, Bahan Galian Industri, PPTM, Bandung

PT. Bina Inti Dimensi, Engineering Consultant, Proposal Teknik Pekerjaan Penyelidikan Bahan Baku Semen

……….., 2008, Manokwari dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari


(12)

 


(1)

Setelah dilakukan eksplorasi umum bahan baku semen di daerah Distrik Manokwari Utara dan Distrik Masni, dan melihat sebaran batugamping dan lempung, daerah prospek untuk pendirian industri semen di daerah tersebut adalah daerah antara Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari. Batugamping di daerah tersebut mempunyai luas sebaran 430 ha atau 4.300.000 m2, endapan membentuk bukit dengan ketinggian antara 25-125 m, jika dianggap tebal rata-rata batugamping 50 m, maka sumberdaya terekanya 215.000.000 m3 atau 537.500.000 ton (BJ=2,5 ton/m3) sedangkan endapan lempung mempunyai luas sebaran 1.625 ha atau 16.250.000 m2, endapan membentuk bukit dengan ketinggian antara 25-125 m, jika dianggap tebal rata-rata lempung 50 m, maka sumberdaya terekanya 812.500.000 m3 atau 1.625.000.000 ton (BJ=2 ton/m3). Setelah dilakukan analisa kimia terhadap conto-conto batuan, ternyata kandungan CaOnya bervariasi dari 51.73 – 55.20 %, rata-rata CaO = 54.15 %.

Selain batugamping juga dijumpai lempung di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni. Setelah dilakukan analisa kimia

terhadap conto batuan, ternyata kandungan SiO2 nya bervariasi dari 49.98 – 69.58 %,

rata-rata SiO2 = 52.23 % dan Al2O3

bervariasi dari 9.01– 15.88%, rata-rata SiO2

= 12.89%.

Selain di daerah Kampung Undi, batugamping dijumpai di daerah lainnya seperti : Batugamping Terumbu Koral terangkat di daerah Mubraidiba yang mempunyai sebaran 1.254 ha atau 12.540.000 m2, jika dianggap tebal rata-rata batugamping tersebut 20 m, maka sumberdaya terekanya 250.800.000 m3 atau 627.000.000 ton (BJ=2,5 ton/m3), batugamping di daerah sekitar Teluk Warfari mempunyai sebaran 173 ha atau 1.730.000 m2, jika dianggap bukit kerucut dengan ketinggian 100 m, maka sumberdaya terekanya 28.833.333,33 m3 dibulatkan 28.833.000 m3 atau 72.083.000 ton (BJ=2,5 ton/m3), batugamping di daerah Mubri dan sekitarnya mempunyai sebaran 2.378 ha atau 23.780.000 m2, jika dianggap tebal rata-rata batugamping tersebut 50 m, maka sumberdaya terekanya 1.189.000.000 m3 atau 2.972.500.000 ton (BJ=2,5 ton/m3). Setelah dilakukan analisa kimia terhadap conto-contoh batuan,


(2)

ternyata kandungan CaOnya bervariasi dari 45.83 – 54.16 %, rata-rata CaO = 51.50 %.

PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN

Untuk mengetahui prospek pemanfaatan bahan galian maka pengkajian atau penilaiannya didasarkan pada beberapa aspek antara lain : kualitas, kuantitas, lokasi dan pemasaran, disamping aspek lainnya. Kajian mengenai prospek pengembangan bahan galian tidak terlalu berbeda dengan dasar penilaian terhadap prospek pemanfaatannya. Namun untuk prospek pengembangan lebih diarahkan pada kemungkinan pengusahaan dalam skala yang relatif lebih besar di masa yang akan datang, dikaitkan dengan pusat-pusat pertumbuhan dan peluang ekspor sejalan dengan permintaan pasar dalam dan luar negeri. Untuk mengetahui prospek pemanfaatan dan pengembangan bahan baku semen dan bahan galian lain yang ditemukan di daerah penyelidikan perlu dilakukan analisa potensi dan kegunaan bahan galian tersebut.

Kapasitas produksi semen nasional sebesar 43,81 juta ton pertahun dengan

tingkat penyerapan pasar sekitar 34 juta ton pertahun, selebihnya di ekspor. Pertumbuhan kebutuhan semen diperkirakan naik tiap tahun sekitar 4 %. Prediksi kapasitas produksi semen menjadi 57 juta ton pada 2012 mendatang, seiring dengan ekspansi dan peningkatan produksi hingga 10 juta ton oleh tiga perusahaan skala besar.

Dari data tersebut diatas baik kebutuhan maupun produksi semen Indonesia akan meningkat setiap tahun. Produksi semen saat ini hanya dipenuhi oleh enam perusahaan industri semen yang tersebar di P. Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, sedangkan di Papua belum ada sama sekali. Dengan demikian pendirian industri semen di wilayah Papua mempunyai prospek untuk dikembangkan.

Batugamping

Batugamping dapat dikatakan murni bila mengandung CaO sekitar 56 % dan batugamping yang diharapkan baik sebagai bahan baku semen jika kadar CaO nya lebih besar dari 50 %. Dalam penilaian mutu bahan baku semen, batugamping dengan kadar Cao lebih besar dari 50 % disebut sebagai bermutu baik (High Grade),


(3)

sedangkan CaO kurang dari 50 % disebut sebagai mutu rendah (Low Grade). Pemilihan terhadap mutu tersebut akan berpengaruh terhadap perhitungan penelitian di dalam ”raw mix design” serta

dalam percobaan terak (klinker) dan semennya. Selain kadar CaO juga harus diperhitungkan kandungan MgO nya, dimana menurut spesifikasi ASTM harus kurang dari 5 %. Kadar MgO lebih dari 5 % akan mempengaruhi dalam pembuatan klinkernya.

Batugamping di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, kandungan CaO nya bervariasi dari 51.73 – 55.20 %, rata-rata CaO = 54.15 %. MgO rata-rata nya 0.44 %, dengan melihat kedua unsur tersebut, memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Lempung

Endapan lempung di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Batugamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan

oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk pengapuran untuk pertanian, untuk peleburan dan pemurnian baja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan penyelidikan dan evaluasi dari berbagai aspek, dapat disimpulkan beberapa hal :

Daerah prospek untuk pendirian industri semen di daerah tersebut adalah antara Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Batugamping di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, mempunyai sumberdaya tereka sebesar 537.500.000 ton, kandungan CaO nya bervariasi dari 51.73 – 55.20 %, rata-rata CaO = 54.15 %. MgO rata-rata adalah 0.44 %, dengan melihat kedua unsur tersebut, batugamping dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Batugamping Terumbu Koral terangkat di daerah Mubraidiba mempunyai sumberdaya tereka sebesar 627.000.000 ton, batugamping di daerah sekitar Teluk


(4)

Warfari mempunyai sumberdaya tereka sebesar 72.083.000 ton, batugamping di daerah Mubri dan sekitarnya mempunyai sumberdaya tereka sebesar 2.972.500.000 ton, kandungan CaO nya bervariasi dari 45.83 – 54.16 %, rata-rata CaO = 51.50 %. MgO rata-rata adalah 0.84 %, dengan melihat kedua unsur tersebut, batugamping dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Endapan lempung di daerah antara Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni mempunyai sumberdaya tereka sebesar 1.625.000.000 ton. Kandungan SiO2 nya bervariasi dari 49.98 –

69.58 %, rata-rata SiO2 = 52.23 %, dengan

melihat unsur tersebut, lempung dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai bahan baku semen.

Batugamping di wilayah ini dapat digunakan dalam industri : semen, peleburan dan pemurnian baja, pertanian.

Saran

Perlu dilakukan penyelidikan lanjutan berupa :

¾ Eksplorasi Detail skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 endapan batugamping di daerah Kampung Undi dan Kampung Sibuni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

¾ Pre Feasibility Studi Kemungkinan pendirian Industri Semen di Daerah Sibuni, terutama kemungkinan studi mengenai bahan baku yang ada, pemilihan daerah ini karena dekat dengan daerah prospek bahan baku semen, relatif datar dan dekat sumber air yakni Sungai Prafi.

DAFTAR PUSTAKA

Cyrillus Harinowo & MF. Permata Sari, 2006 Profil Industri Semen Indonesia, WinPlus Capital.

Ratman, N, dkk, 1989, Pemetaan Geologi Lembar Manokwari, skala 1 : 250.000, P3G Bandung

Sudirman Abdullah, dkk., 2002, Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Sorong dan Manokwari, Provinsi Papua, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung;


(5)

Suhala, S. dan Arifin, M., 1997, Bahan Galian Industri, PPTM, Bandung

PT. Bina Inti Dimensi, Engineering Consultant, Proposal Teknik Pekerjaan Penyelidikan Bahan Baku Semen

……….., 2008, Manokwari dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari


(6)