Potensi Bahan Baku Semen di Papua Barat

MAKALAH GEOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
“Potensi Bahan Baku Semen di Papua Barat”

NAMA : Muhammad Dzaki Ibrahim
NIM

: 12014033

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

A. Geologi Regional, Stratigrafi, dan Tektonik
Tatanan Tektonik Geologi Di Kepala Burung Papua
Struktur Regional Papua
Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan
serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke baratbaratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua Indo-Australia
bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen
ini membentuk suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang
sebagian besar dilandasi kerak Benua Indo-Australia.
Periode tektonik utama daerah Papua dan bagian utara Benua Indo-Australia dijelaskan
dalam empat episode (Henage, 1993), yaitu (1) periode rifting awal Jura di sepanjang

batas utara Lempeng Benua Indo-Australia, (2) periode rifting awal Jura di Paparan
Baratlaut Indo-Australia (sekitar Palung Aru), (3) periode tumbukan Tersier antara
Lempeng Samudera Pasifik-Caroline dan Indo-Australia, zona subduksi berada di Palung
New Guinea, dan (4) periode tumbukan Tersier antara Busur Banda dan Lempeng Benua
Indo-Australia. Periode tektonik Tersier ini menghasilkan kompleks-kompleks struktur
seperti Jalur Lipatan Anjakan Papua dan Lengguru, serta Antiklin Misool-Onin-Kumawa
Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu Badan Burung
atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian barat. Kedua bagian ini
menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan oleh Tinggian Kemum di
Kepala Burung dan Central Range di Badan Burung, kedua pola ini dipisahkan oleh Jalur
Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdayatenggara di daerah Leher Burung dan juga
oleh Teluk Cenderawasih.
Tatanan Tektonik Kepala Burung Papua
Daerah

Kepala

Burung

mengalami


kompresi

ke

selatan

sejak

Oligosen

sampai Resen.Kompresi ini merupakan hasil interaksi konvergen miring (oblique)
antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline

(Dow dan Sukamto, 1984). Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong,
Blok Kemum – Plateu Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan-Anjakan Lengguru
dan Cekungan Bintuni dan Salawati di timur dan Sesar Tarera-Aiduna, Antiklin MisoolOnin-Kumawa dan Cekungan Berau di selatan dan baratdaya. Cekungan-cekungan
Bintuni, Berau dan Salawati diketahui sebagai cekungancekungan Tersier.
Blok Kemum adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi oleh Sesar Sorong di
utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf, pada beberapa tempat

diintrusi oleh granit Permo-Trias. Batas selatannya dicirikan oleh kehadiran sedimen
klastik tidak termetamorfosakan berumur Paleozoikum-Mesozoikum dan batugampingbatugamping Tersier (Pigram dan Sukanta, 1981; Pieters dkk., 1983).Blok Kemum
terangkat pada masa Kenozoikum Akhir dan merupakan daerah sumber sedimentasi
utama pengisian sedimen klastik di utara Cekungan Bintuni.
Cekungan Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum, di
bagian timurnya

dibatasi

oleh Jalur

Lipatan

Anjakan

Lengguru.Cekungan

ini

dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan Berau

oleh Perbukitan Sekak.
Plateu Ayamaru dan Pematang Sekak merupakan tinggian di tengah Kepala Burung,
dicirikan oleh sedimen tipis berumur Mesozoikum dan Tersier. Kedua tinggian ini
memisahkan Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser and Hermes,1962; Pigram and
Sukanta, 1981).
Antiklin

Misol-Onin-Kumawa

merupakan

bagian

antiklinorium

bawah

laut

yang memanjang dari Peninsula Kumawa sampai ke Pulau Misool (Pigram dkk.,

1982). Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-tenggara diperlihatkan
oleh suatu seri bentukan ramps dan thrust. Di bagian selatannya, jalur ini terpotong oleh
Zona Sesar Tarera-Aiduna (Hobson, 1997). Tanjung Wandaman pada arah selatantenggara, merupakan jalur sesar yang dibatasi oleh batuan metamorf. Daerah ini dapat
dibagi menjadi zona metamorfisme derajat tinggi di utara dan derajat rendah di selatan
(Pigram dkk.,1982).

Zona Sesar Tarera-Aiduna merupakan zona sesar mendatar mengiri di daerah selatan
Leher Burung.Jalur Lipatan Anjakan Lengguru secara tiba-tiba berakhir di zona berarah
barat-timur ini (Dow dkk., 1985). Sesar ini digambarkan (Hamilton, 1979 dan Doutch,
1981 dalam Pigram dkk., 1982) memotong Palung Aru dan semakin ke barat menjadi
satu dengan zona subduksi di Palung Seram.

Stratigrafi
Basement (Formasi Kemum) / Pra-Kambium
Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang berumur Paleozoikum
terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung yang dikenal sebagai Tinggian
Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining Access (GBMA) yaitu di sebelah barat
daya Pegunungan Tengah. Batuan dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun
oleh batusabak, filit dan kuarsit.
Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang berumur Karbon

yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias.Oleh sebab itu Formasi Kemum ditafsirkan
terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982).
Formasi Grup Aifam
Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar
Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat dan
Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang taktermalihkan dan
terbentuk di lingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik.Satuan ini di daerah Bintuni
ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi,
1999).
Formasi Tipuma
Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga dekat perbatasan
di sebelah Timur.Formasi ini dicirikan oleh batuan berwarna merah terang dengan sedikit
bercak hijau muda.
Formasi ini terdiri dari batulempung dan batupasir kasar sampai halus yang berwarna
abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter.Umur formasi ini diperkirakan
sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan di lingkungan supratidal.
Formasi Kelompok Kembelangan
Di daerah Kepala Burung, Formasi Tipuma ditutupi secara tidak selaras oleh
Kembelangan Grup (Kelompok Kembelangan) yang tak terpisahkan.Kelompok ini
diketahui terbentang mulai dari Papua Barat hingga Arafura Platform.

Kelompok Kembelangan terdiri atas lapis batudebu dan batulumpur karboniferus pada
lapisan bawah batupasir kuarsa glaukonitik butiran-halus serta sedikit shale pada lapisan

atas, dimana pada bagian atasnya di sebut Formasi Jass terdiri dari batupasir kuarsa dan
batulempung karbonatan.
Formasi Grup Papua Nugini
Grup Batugamping New Guinea, Grup ini dibagi menjadi 4 formasi dari tua ke muada
adalah sebagai berikut : Formasi Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga dan Formasi
Kais.
Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupasir kuarsa
diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas
formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari batugamping
berlapis tebal (sampai 15 meter) yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan
perlapisan batupasir kuarsa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini
sekitar 500 meter.
Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan
sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan
karbonat berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang
menunjukkan umur Eosen.
Formasi Sirga dijumpai terletak secara selaras di atas Formasi Fauma


i, terdiri dari

batupasir kuarsa berbutir kasar sampai sedang mengandung fosil foraminifera, dan
batuserpih yang setempat kerikilan.Formasi Sirga ditafsirkan sebagai endapan fluvial
sampai laut dangkal dan berumur Oligosen Awal.
Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi Kais terutama
tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang berselingan dengan lanau,
batuserpih karbonatan dan batubara. Umur formasi ini berkisar antara Awal Miosen
sampai Pertengahan Miosen dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500 meter.
Formasi Miosen (Klasaman, Steenkool dan Buru)
Pada Miosen sampai sekarang, di Papua dijumpai adanya 3 formasi yang dikenal sebagai
Formasi Klasaman, Steenkool dan Buru yang hampir seumur dan mempunyai kesamaan
litologi, yaitu batuan silisiklastik dengan ketebalan sekitar 1000 meter. Ketiga formasi
tersebut di atas mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru yang dijumpai di
daerah

Badan

Burung


pada

bagian

bawahnya

menjemari

dengan

Formasi

Klasafat.Formasi Klasafat yang berumur Mio-Pliosen dan terdiri dari batupasir
lempungan dan batulanau secara selaras ditindih oleh Formasi Klasaman dan Steenkool.
Endapan aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai endapan bajir,
terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari rombakan batuan
yang lebih tua.

B. Jenis Batuan

Dibutuhkan beberapa bahan baku untuk membuat semen diantara lain adalah
batugamping, lempung, pasir besi, pasir silikat, dan gypsum.
1. Batugamping
Batu kapur merupakan komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah
liat, magnesium karbonat, alumina silikat dan senyawa oksida lainnya.Senyawa besi dan
organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning.

Gambar 1:Spanish Limestone

2. Lempung
Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa alumina silikat hidrat. Klasifikasi
senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya antara lain:
kelompok montmorilonite meliputi monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite;
kelompok kaolin meliputi kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite. Kelompok tanah liat
beralkali meliputi tanah liat mika (ilite).

Gambar 2: Tarmac

3. Pasir Besi dan Pasir Silikat
Bahan ini merupakan bahan koreksi pada campuran tepung baku (raw mix), digunakan

sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang diperlukan untuk pembuatan
semen.Pasir silika digunakan untuk menaikkan kandungan SiO2dan pasir besi digunakan
untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam raw mix.

Gambar 3: Pasir Besi
4. Gypsum
Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen. Hilangnya
kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum sebagai
retarder.

Gambar 4: Kristal

C. Jenis Bahan Konstruksi
Bahan kontruksi yang dibutuhkan untuk semen berkualitas tinggi memiliki beberapa
kriteria.Semen yang berkualitas tinggi biasanya digunakan jenis semen Portland.Semen
Portland adalah jenis semen yang dapat menjadi keras secara cepat apabila dicampur air.
Persenyawaan-persenyawaan utama yang menyusun semen Portland memerlukan bahan
baku utama yaitu CaO, SiO, Al2O3.
Komposisi adalah:


Silikat trikalsium = 3 CaOSiO2 (C3S)



Silikat dikalsium = 2 CaOSiO2 ( C2S)



Aluminat trikalsium = 3 CaOAl2O3 (C3A)



Aluminoferit tetrakalsium = 4CaOAl2O3Fe2O3 (C4AF)

Komposisi kimia dalam pembuatan semen Portland memakai rumus (ASTM):
C3S = 65 %; C2S = 16 %; C3A = 8 %; C4F = 5 %
ASTM adalah standar yang ditentukan AASHO (Association of State Highway Officials
dan FED (U.S Federal Government).ASTM singkatan dari American Society for Testing
Materials.

CaO, SiO2, Al2O3 terdapat di batugamping, batupasir, dan lempung. Analisis kimia di
laboratorium harus mencantumkan jenis unsur yang diperlukan untuk persenyawaan
tersebut. Unsur-unsur yang diperlukan dalam analisis kimia adalah:


Batugamping: SiO2,Fe2O3,Al2O3, CaO, MgO, SO3, K2O, Na2O,H2O dan LOI



Batupasir: SiO2,Fe2O3,Al2O3, CaO, MgO, SO3, K2O, Na2O, TiO2, MnO,P2O5,H2O, dan
LOI



Lempung:SiO2,Fe2O3,Al2O3, CaO, MgO, SO3, K2O, Na2O, TiO2, MnO,P2O5,H2O, dan
LOI
Jenis-jenis semen Portland:

a. Semen Portland type I
Fungsi semen Portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak
memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok
dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0 % – 0, 10 % dan dapat digunakan
untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur
rel, dan lain-lain.
b. Semen Portland type II
Fungsi semen Portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa
yang memerlukan ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat
antara 0,10 – 0,20 %) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut,
bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam, dan landasan
jembatan.
c. Semen Portland type III
Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan
kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya
untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, dan bangunanbangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
d. Semen Portland type IV
Fungsi semen Portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan
jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan
memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe

semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang
mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan
faktor kritis.
e. Semen Portland type V
Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/
air yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi
pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan
pembangkit tenaga nuklir.
f. Super Masonry Cement
Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan, dan irigasi yang
struktur betonnya maksimal K 225, dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan
genteng beton, hollow brick, paving block, tegel, dan bahan bangunan lainnya.
g. Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam
dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi. OWC yang telah
diproduksi adalah class G-HSR (High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai basic
OWC. Adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan
temperatur.
h. Portland Composite Cement (PCC)
Semen memenuhi persyaratan mutu Portland Composite Cement SNI 15-7064-2004.
Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton, struktur
bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra
tekan dan pra cetak, pasangan bata, plesteran dan acian, panel beton, paving block,
hollow brick, batako, genteng, dan potongan ubin. Lebih mudah dikerjakan, suhu beton
lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air, dan
permukaan acian lebih halus.
i. Super Portland Pozzolan Cement (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004
dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti:
- konstruksi beton massa (bendungan, dam, dan irigasi)
- konstruksi beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat (bangunan tepi

pantai, tanah rawa)
- bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi
- pekerjaan pasangan dan plesteran.
D. Persyaratan Teknis
Syarat kimiawi dari bahan baku material semen adalah sebagai berikut:
- Batugamping bahan baku utama semen harus memenuhi syarat kimiawi tertentu :
1. CaO = 49% - 55%
2. Al2O3 + Fe2O3 = 5% - 12%
3. SiO2 = 1% - 15%
4. MgO = < 5%
Faktor kejenuhan batu gamping antara 0,66-1,02. Faktor kejenuhan (Fk) dihitung dengan
memakai persamaan sebagai berikut : Faktor kejenuhan (Fk) = ((%CaO) + 0,7 (%SiO2)) /
(2,8(%SiO2)+1,2(%Al2O3)+0,65(%Fe2O3))
-

Batulempung sebagai bahan baku utama semen harus memenuhi syarat kimiawi tertentu:
SiO2 > 70%
Al2O3 < 10%
Fe2O3 > 10%

-

Gypsum sebagai retarder atau pengontrol kecepatan pengerasan semen memiliki syarat
kimia tertentu yang adalah:
1. CaO = 30% - 35% (sekitar 2/3 dari berat minimum SO3)
2. SO3 = 40% - 45%
3. H2O = 15% - 25%
4. Garam Mg dan Na = 0,1 %
5. Hilang pijar = 9%
6. Ukuran partikel = 95% (-14 mesh)

-

Pasir Kuarsa merupakan bahan korektif yang diigunakan apabila %SiO2 dari lempung
kurang dari 70%. Pasir kuarsa yang digunakan memiliki syarat:
1. Kadar SiO2 = 95 % - 99 %
2. Kadar Al2O3 = 3 % - 4 %
3. Kadar Fe2O3 = 0 % - 1 %

-

Pasir Besi merupakan bahan korektif yang penggunaannya dikontrol tinggi rendahnya
kada Fe2O3 lempung. Pasir besi yang digunakan sebagai material semen memiliki syarat:
SiO2 = 30% - 45%
Fe2O3 = 20% - 35%
TiO2 = 1% - 3%
CaO = 7% - 10%
H2O = 0% - 1%

Setelah semua material terkumpul, harus diolah secara sistematis dengan komposisi
tertentu untuk menghasilkan semen dengan komposisi tertentu.
diagram dalam proses pembuatan semen:

E. Lokasi
Prospek batugamping di Papua Barat:

Berikut merupakan

(Gambar: pesebaran batugamping di Papua Barat)

1. Kabupaten Fak-fak, Papua Barat
Bahan Baku Utama


Batugamping terdapat di Distrik Kramomongga, Kokas, Fak-fak, Fak-fak Barat, Fak-fak
Tengah, Fak-fak Timur, dan Teluk Patipi, dengan kandungan 50,11 – 54,82% CaO, 0,05
– 0,14% MgO, 0 – 0,21% Fe2O3, dengan sumber daya hipotetik 92.000.000 ton (Radja,
2007).



Endapan batugamping di Kabupaten Fak-fak tersebar sangat luas terdapat di beberapa
wilayah distrik dan mencakup sebaran beberapa formasi batuan, yaitu Formasi
Batugamping Ogar, Batugamping Onin, dan Batugamping Rumbati.



Endapan lempung di wilayah Kabupaten Fak-fak tersebar cukup luas terutama di bagian
timur, mengikuti sebaran satuan endapan aluvium dan Formasi Aluvium dan Pantai (Qh).



Lempung terdapat di Distrik Kokas, Bomberai, dan Kramomongga, kandungan 19,75 –
21,22% Al2O3, dengan sumber daya hipotetik 3.486.000 ton.

Bahan Baku Penunjang


Pasirkuarsa di Kabupaten Fak-fak merupakan pasirkuarsa lepas yang umumnya
berasosiasi dengan aluvial. Pasirkuarsa jenis ini terjadi karena rombakan batuan asal
seperti granit, granodiorit, dan dasit atau batupasir kuarsa yang berumur lebih tua.



Pasir kuarsa terdapat di Distrik Bomberai, kandungan 94,82 – 98,53% SiO2, dengan
sumber daya hipotetik 1.100.000 ton.

(Gambar: Pesebaran batugamping (biru) batulempung (hijau) dan batupasir kuarsa
(coklat) di Fakfak.

(Gambar: Peta Geologi Fakfak)

2. Kabupaten Manokwari, Papua Barat
Bahan Baku Utama


Batugamping terdapat di Desa Maruni, Distrik Manokwari mempunyai kandungan ratarata 54,81% CaO, rata-rata 0,65% MgO dan hasil analisis derajat putih menunjukkan
nilai 97,55.



Batugamping terdapat di Desa Tanah Merah mempunyai kandungan rata-rata 54,41%
CaO, 0,83% MgO, dan hasil analisis derajat putih menunjukan nilai 89,80.



Batugamping terdapat di Desa Andai mempunyai kandungan rata-rata 54,52% CaO, dan
0,66% MgO, sedangkan hasil analisis derajat putih menunjukan nilai 91,65 dan 95,41.



Luas seluruh sebaran batugamping diperkirakan 2.500 Ha, dengan sumber daya hipotetik
1 milyar ton (Abdullah, 2002).



Lempung terdapat di daerah Saowi, Distrik Manokwari yang berupa sisipan dari
batugamping Formasi Manokwari mempunyai kandungan 14,60% Al2O3; 44.20% SiO2;
10,69% CaO dan 7,58% Fe2O3. Sumber daya hipotetik 50 juta ton.

Bahan Baku Penunjang


Pasir kuarsa terdapat di Distrik Kebar, kadar 69,00 – 87,00% SiO2; 7,12 – 14,86%
Al2O3; 0,84 – 10,48% Fe2O3. Luas sebaran 3.500 Ha, sumber daya hipotetik 25 juta ton.



Pasir Besi terdapat di Kecamatan Sarmi, Kabupaten Sarmi kualitas dan sumber daya
belum diketahui.

(Gambar: pesebaran batugamping (biru) dan batulempung (hijau) di Manokwari)

(Gambar: peta geologi Manokwari)
F. Akses Jalan
Analisis Akses Jalan Terhadap Potensi Batu Gamping Kabupaten Fak – Fak dan Manokwari
Berdasarkan data sebaran potensi batu gamping dan plot sebaran jalan sebagai infrastruktur
pendukung industry dan perdagangan, ditampilkan pada peta diatas. Warna jingga terang adalah
ruas jalan arteri dan kolektor, dan segitiga biru adalah sebaran potensi batu gamping.
Jenis dan pembagian ruas jalan menurut administrasi pemerintahan :
(Mengutip dari http://lamongankab.go.id/instansi/dishub/2014/05/13/jenis-klasifikasi-jalan/)
1. Jalan nasional: merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan arteri: merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses)
dibatasi secara berdaya guna.
3. Jalan kolektor: merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
Klasifikasi jalan menurut muatan sumbu:
(Mengutip dari http://lamongankab.go.id/instansi/dishub/2014/05/13/jenis-klasifikasi-jalan/)
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberatyang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang
saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan
diberbagai negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar
13 ton;

2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini
merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Kemudian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006 Mengenai
Jalan:
Pasal 10 ayat (1) :
Jalan arteri primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) menghubungkan secara
berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan wilayah.
Pasal 10 ayat (2) :
Jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) menghubungkan secara
berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal
Pasal 13 ayat (1) :
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
Pasal 13 ayat (2) :
Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.
Maka dapat diamati bahwa sebaran potensi batu gamping pada kabupaten Fak Fak terdistribusi
dengan jarak terjauh +/- 3 km dari jalan kolektor terdekat, dan terdekat +/- 0,75 km dari jalan
kolektor. Dengan mempertimbangkan spesifikasi jalan kolektor dan arteri primer menurut dinas
pekerjaan umum berdasar muatan sumbu dan dimensinya, dimana jalan arteri primer dan

kolektor primer memiliki spesifikasi angkut kelas I,II dan III ( seperti yang telah dijelaskan
diatas), maka dapat dimungkinkan pendayagunaan secara cukup ekonomis potensi gamping pada
kabupaten Fak Fak.
Sementara itu, pada kabupaten Manokwari, ditemukan sebaran potemsi gamping pada jarak
terjauh -/+ 6 km dan terdekat +/- 3 km dari ruas jalan arteri terdekat. Dengan mempertimbangkan
spesifikasi jalan arteri primer berdasar muatan sumbu dan dimensinya, dimungkinkan adanya
pendayagunaan potensi gamping pada kabupaten Manokwari secara ekonomis, walau secara
relatif kurang menguntungkan ketimbang kabupaten Fak Fak berdasarkan penilaian letak potensi
terhadap infrastruktur jalan.

(Gambar: akses jalan Fak-fak)

(Gambar: Akses jalan Kabupaten Manokwri)

G. Kesimpulan
Papua Barat memiliki material bahan baku semen yang sangat melimpah, terlihat di
daerah Manokwari dan Fak-fak yang cadangan batugampingnya mencapai miliyaran ton.
Selain itu, Papua Barat juga memiliki material lempung yang melimpah dan cukup
banyak di kedua daerah tersebut.

Terlebih itu, pembangunan infrastruktur yang

dilakukan di daerah Papua, seperti jalan tol Trans-Papua akan mempercepat mobilisasi
dan mempermudah akses jalan untuk membuat pabrik semen di Papua Barat. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan Papua Barat memiliki potensi yang sangat besar sebagai
pemasok bahan baku semen, terutama di daerah Manokwari dan Fak-fak.

H. Daftar Pustaka
-

http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%203%20no.%202%20thn%2020
08/2.%20Potensi%20Bahan%20Baku%20Semen%20di%20Indonesia%20Timur%20_fin
al_.pdf

-

http://basemap.blogspot.co.id/2015/04/peta-geologi-lembar-papua.html

-

http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/pmapper_webmap/pmapper-4.2.0/map_default.phtml

-

https://syawal88.wordpress.com/2012/11/27/tatanan-tektonik-geologi-di-kepala-burungpapua/#more-672

-

https://syawal88.wordpress.com/tag/geologi-regional/

-

https://demimaki.wordpress.com/biokisah-ku/tektonik-geologi-papua/

-

http://digilib.unila.ac.id/127/10/BAB%20II.pdf